Anda di halaman 1dari 68

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Apotek Widuri
Apotek Widuri terletak di Jalan Pramuka No. 151, Purwokerto. Apotek
ini berdiri pada tahun 1985. Beberapa kali mengalami pergantian Apoteker
Pengelola Apotek, dan kini Apoteker Pengelola Apotek di apotek Widuri adalah
ibu Wiranti Sri Rahayu, M.Si., Apt.
Struktur organisasi apotek Widuri adalah sebagai berikut :

Apoteker Pengelola Apotek


(Wiranti Sri Rahayu, M.Si., Apt)

Apoteker Pendamping Apoteker Pendamping


(Ratna Amelia, S.Farm.,Apt) (Asri Ika Wijayanti, S.Farm., Apt)

Administrasi Juru Racik


(Niken & Diah) (Teguh &Tris)

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Apotek Widuri


B. Bidang Manajemen Apotek Widuri
Menurut Kemenkes RI (2014), pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan
sebagai berikut:

12
13

a. Perencanaan obat
Perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan
obat di tiap unit pelayanan kesehatan menurut Ridwan (2006) adalah :
1) Metode konsumsi, yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun
sebelumnya.
2) Metode epidemiologi, yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit.
3) Metode campuran, yaitu gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.
Sistem perencanaan pada Apotek Widuri menggunakan metode
campuran. Tetapi, pada perencanaan obat pada sistem epidemiologinya tidak
selalu dilaksanakan, karena tergantung pola penyakit daerah Purwokerto saat
itu seperti kjadian flu, batuk, atau diare akan meningkat pada musim hujan,
maka Apotek Widuri akan melaksanakan perencanaan pengadaan obat secara
epidemiologi.
b. Pengadaan
Pengadaan dilakukan untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian,
maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2014). Kebijakan pengadaan
di Apotek Widuri dilakukan langsung oleh apoteker dengan Apoteker
Pengelola Apotek (APA) sebagai penanggungjawab. Pengadaan sediaan
farmasi dilakukan melalui Surat Pemesanan (SP). SP yang terdapat di apotek
Widuri terdiri dari 4 macam, yaitu surat pesanan umum, surat pesanan
prekursor, surat pemesanan narkotika dan surat pemesanan psikotropika.
Pengadaan obat di Apotek Widuri dilakukan dengan cara pemesanan melalui
telepon atau sales yang datang ke apotek dengan menggunakan surat
pemesanan obat kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Surat pemesanan
14

untuk obat keras, obat wajib apotek dan obat bebas terdiri dari 2 rangkap, 1
surat untuk distributor atau PBF dan rangkapnya untuk disimpan di apotek. Isi
tulisan pada surat pemesanan antara lain nama obat yang dipesan, spesifikasi
obat (berat/volumenya), jumlah serta keterangan lainnya. Obat golongan
psikotropika dan obat lainnya dapat dipesan kepada PBF resmi manapun
sedangkan khusus obat golongan narkotika, pemesanan hanya dilakukan
kepada PBF Kimia Farma, dimana surat pemesanan khusus tersebut berasal
dari PBF yang bersangkutan. Surat pemesanan Narkotika dapat dibeli di
Kimia Farma dan hanya boleh diisi oleh Apoteker Pengelola Apotek. Untuk
surat pemesanan psikotropik, terdiri dari 2 rangkap, 1 untuk PBF dan 1
disimpan oleh apotek. Selain itu, dalam 1 surat pemesanan psikotropika dapat
berisi lebih dari 1 obat psikotropika berbeda jenis yang ingin dibeli.
Sedangkan untuk surat pemesanan narkotika terdiri dari 4 rangkap yaitu untuk
yang berwarna putih untuk PBF, merah untuk dinas kabupaten, biru untuk
arsip POM dan kuning untuk arsip apotek. Di dalam 1 surat pesanan narkotika
hanya dapat berisi 1 obat narkotik beserta dosisnya yang ingin dipesan.
Isi surat pemesanan antara lain :
a. Nama, alamat, dan nomor telepon apotek
b. Nama dan nomor SIP apoteker pengelola apotek
c. Nomor surat pemesanan, kepada, tanggal pemesanan, tanggal diterima
d. Nomor, nama obat/alat kesehatan, satuan, jumlah, keterangan
e. Tanda tangan apoteker pengelola apotek
Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara pembelian. Cara melakukan
pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Pembelian Secara Kredit
Pembelian yang dilakukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi)
pada umumnya dilakukan secara kredit, dengan lamanya pembayaran
berkisar antara 14 - 30 hari. Antara satu PBF dengan PBF yang lain
biasanya memiliki kebijakan yang berbeda.
15

b. Kontan
Pembelian dilakukan secara kontan atau tunai. Biasanya untuk
transaksi obat golongan narkotika dan barang-barang COD (Cash On
Delivery atau dibayar langsung saat barang datang). Pembelian obat-
obatan oleh Apotek Widuri ada beberapa macam sistem. Untuk yang
pembelian kontan tidak ada, hanya beberapa yang dengan PBF
tertentu saja. Untuk obat-obatan HV (Hand Verkoop) dan resep
sistemnya kebanyakan adalah tempo.
c. Konsinyasi/titipan
Apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam waktu
maksimal 3 bulan. Barang-barang di apotek Widuri yang dibeli
secara konsinyasi adalah obat golongan herbal, madu, produk jahe
olahan, minuman kemasan dan alat kesehatan titipan.
Prosedur pengadaan sesuai dengan SOP di apotek Widuri adalah sebagai
berikut :

Barang yang akan


Apoteker menghitung dipesan dibuatkan Surat
Menuliskan barang
perencanaan Pemesanan dengan
yang akan diadakan
kebutuhan dan membedakan antara
dengan menuliskan
melihat stok fisik obat bebas/keras,
pada buku defecta
yang ada di apotek prekursor, psikotropika
dan narkotika

Apoteker
menyerahkan Surat
Mengarsipkan Surat
Pemesanan barang
Pemesanan (salinan)
tersebut kepada sales
di apotek
untuk disampaikan ke
PBF

c. Penerimaan dan Penyimpanan Barang


Penerimaan dan penyimpanan barang di Apotek Widuri dilakukan oleh
tenaga administrasi dan / atau apoteker dengan Apoteker Pengelola Apotek
(APA) sebagai penanggung jawab. Cara penerimaan dan penyimpanan
16

barang yang dilakukan di Apotek Widuri sesuai dengan standar ketetapan


yang dikeluarkan oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan IAI (2011), yaitu :
1) Cek KOP Faktur yang berisi nama apotek yang dituju, alamat dan
NPWP.
2) Barang yang datang diperiksa sesuai nama barang, bentuk, jumlah
sediaan, nomor batch dan tanggal expired date antara yang terdapat
dalam surat pemesanan dengan yang ada di faktur dan barangnya.
3) Kondisi barang dicek.
4) Faktur ditandatangani dan dilengkapi dengan nomor SIPA dan nama
apoteker yang sedang bertugas. Lalu diberi tanggal penerimaan
barang beserta diberi stempel.
5) Kemudian copy faktur diambil dan disimpan untuk arsip di apotek.
6) Faktur diserahkan ke bagian administrasi untuk dimasukkan data baik
secara manual maupun di komputer.
7) Harga yang tercantum dicocokkan dalam komputer dengan harga
yang tertera pada faktur baru.
8) Faktur yang telah dimasukkan datanya ditandatangani dan diarsipkan.
9) Barang-barang atau obat bebas dihargai dan disimpan sesuai dengan
spesifikasinya. Khusus untuk obat keras disimpan dalam lemari
sesuai dengan golongan, efek farmakologi, bentuk sediaan, stabilitas
dan berdasarkan alfabetis.
10) Faktur diarsipkan sesuai dengan nama PBF.

Jika ada ketidaksesuaian barang pesanan dan dipertimbangkan apoteker


untuk dikembalikan, maka barang dapat di-return. Langkah untuk me-return
barang adalah dengan membuat surat tanda terima 2 rangkap (1 untuk arsip
apotek dan 1 untuk pengirim barang). Isi surat tanda terima adalah nomor
faktur, tanggal barang datang, alasan return barang, tanda tangan dan nama
terang apoteker serta pengirim barang. Nomor faktur perlu ditulis dalam surat
tanda terima karena PBF akan membuat faktur revisi dengan nomor faktur
17

baru karena ada return barang. Selain itu, pada faktur yang dibawa pengirim
barang ditulis keterangan ketidaksesuaian barang, misalnya kemasan rusak,
kelebihan jumlah pesanan barang atau yang lain.
Penyimpanan dan penataan obat dan perbekalan lain yang telah diterima
di apotek Widuri ditata di lemari penyimpanan atau rak berdasarkan;
a. Alfabetis
b. FIFO (First In First Out)/FEFO (First Expired First Out)
c. Golongan obat (obat keras/obat bebas/obat bebas terbatas)
d. Bentuk sediaan obat (sirup/tablet/suppo)
e. Efek farmakologi
Penataan obat dan perbekalan farmasi lain di etalase juga menggunakan
sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat maupun perbekalan farmasi
lain yang memiliki expired date paling awal dikeluarkan terlebih dahulu
dengan penataan di etalase diletakkan di bagian depan. Selain itu digunakan
pula FIFO (First In First Out), yaitu obat maupun perbekalan farmasi lain
yang pertama masuk ke apotek maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan
penataan di etalase diletakkan di bagian depan.
Obat-obat bebas dan bebas terbatas diletakan pada etalase yang berada
di depan, sedangkan untuk obat keras diletakkan pada rak dibelakang. Obat
keras generik berada pada rak bagian atas, sedangkan obat paten yang
termasuk golongan obat keras diletakkan pada rak bagian bawah dan
diurutkan berdasarkan alfabetis . Di bagian belakang juga terdapat rak untuk
obat semi padat seperti diantaranya krim Clonaderm, Biocream,
Ketoconazole, dan obat cair diantaranya Sanmol sirup, Ambroxol sirup,
Tremenza diletakkan dalam satu rak. Sebelah kanan untuk obat cair dan
sebelah kiri untuk obat semi padat. Untuk obat-obat yang stabil pada suhu
rendah diletakkan di kulkas, diantara yang dimiliki apotek Widuri yaitu
Dulcolax suppositoria, Faktu suppositoria, dan Neo gynoxa ovula. Sedangkan
untuk obat-obat golongan Narkotik diletakkan pada lemari yang terpisah yaitu
di belakang laci yang kemudian dilengkapi dengan pintu ganda. Sementara
18

obat-obat Psikotropik diletakkan di lemari terpisah lainnya. Obat narkotik


yang dimiliki Apotek Widuri diantaranya Codein sedangkan untuk
psikotropik diantaranya Alprazolam, Diazepam, Phenobarbital dan Analsik.
d. Pemusnahan
Pemusnahan obat narkotik dan psikotropik di Apotek Widuri,untuk
beberapa tahun sebelumnya dilakukan pemusnahan oleh BPOM, bertepatan
dengan kunjungan ke apotek untuk pengecekan NAPZA. Setelah terdapat
Loka POM di Banyumas, maka pemusnahan obat narkotik dan psikotropik
minimal dilakukan oleh Loka POM. Semantara untuk obat-obat bebas, obat
bebas terbatas, atau obat keras, minimal dilakukan oleh Dinas Kesehatan
kabupaten dan Apotek Widuri pernah melakukan pemusnahan obat-obat
tersebut satu kali.
e. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
komputerisasi. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan
(Kemenkes RI, 2014).
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk
penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan
terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi
laporan keuangan, barang dan laporan lainnya. Pencatatan keuangan meliputi
19

adminitrasi untuk uang masuk, uang keluar, buku harian penjualan. Catatan
mengenai uang masuk meliputi laporan penjualan harian sedangkan uang
yang keluar tercatat dalam buku pengeluaran apotek (Kemenkes RI, 2014).
Pelaporan eksternal yang dilakukan di apotek Widuri telah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika
(menggunakan Formulir sebagaimana terlampir), psikotropika (menggunakan
Formulir sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.
Obat yang telah diterima dilanjutkan dengan pencatatan. Pencatatan
dilakukan di buku penerimaan obat dan secara komputerisasi. Namun,
pencatatan obat di apotek tidak dilakukan di kartu stock. Apotek Widuri tidak
menyediakan kartu stock obat selain golongan narkotika dan psikotropik
karena tidak ada gudang untuk menyimpan obat. Apoteker harus mencatat
barang yang tinggal sedikit atau yang telah habis pada buku defecta setiap
malam harinya dan keesokan harinya apoteker melakukan pemesanan barang
ke PBF. Untuk pendataan barang yang keluar ke tangan konsumen dilakukan
dengan mengetikkan nama barang pada software yang telah tersedia di
komputer apotek Widuri. Pelaporan obat prekursor atau pelayanan
kefarmasian (YanFar) dilaporkan melalui email :
farmamindinkesbanyumas@gmail.com. sedangkan untuk pelaporan narkotika
dan psikotropika dikirimkan secara online ke Kementerian Kesehatan melalui
website www.sipnap.kemkes.co.id
C. Bidang Administrasi Apotek Widuri
Kegiatan bidang administrasi yang dilakukan di apotek Widuri meliputi
pengecekan kelengkapan resep, pembuatan copy resep, pembuatan etiket,
penyimpanan resep dan pemusnahan resep. Menurut PERMENKES RI No 35
tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian, salah satunya pelayanan obat terhadap resep dokter. Dalam hal ini
Apotek Widuri telah menetapkan standar operasional prosedur di bidang
administrasi, sebagai berikut:
20

1. Kelengkapan resep
Di apotek Widuri, Resep yang datang atau yang diserahkan oleh
pasien dicek kelengkapannya dengan mengkaji administratif, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis. Kegiatan skrining resep tersebut
dilakukan oleh apoteker. Kelengkapan administratif resep yang belum
sesuai dengan kajian administrasi adalah tidak dicantumkannya umur, jenis
kelamin, berat badan pasien dan paraf dokter.
Kajian kesesuaian farmasetik yang dilakukan di apotek Widuri
sudah sesuai dengan PERMENKES RI No. 35 tahun 2014. Pengkajian
pertimbangan klinis diapotek Widuri meliputi ketepatan indikasi dan dosis
obat; aturan, cara dan lama penggunaan obat; duplikasi atau polifarmasi
(pasien yang mendapatkan banyak obat), reaksi obat yang tidak diinginkan
(alergi dan efek samping), kontra indikasi dan interaksi. Pengkajian
pertimbangan klinis di apotek widuri sudah sesuai dengan PERMENKES RI
No. 35 tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014).
Dispensing yang dilakukan di apotek Widuri sesuai dengna teori
berupa peracikan obat resep yang dilakukan oleh karyawan yang merupakan
juru racik dengan pengawasan apoteker. Penyerahan obat dan pemberian
informasi obat dilakukan oleh apoteker yang meliputi dosis, rute pemberian,
cara penggunaan, teraupetik dan alternatif, keamanan penggunaan, efek
samping, dan harga.
2. Pembuatan copy resep
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, salinan resep
yang ada di apotek Widuri yaitu meliputi :
a. Nama dan alamat apotek.
b. Nama apoteker dan nomor izin apoteker pengelola apotek.
c. Tulisan copy resep.
d. Nama dokter.
e. Nama pasien.
21

f. Tanggal penulisan resep.


g. Nomor resep.
h. Tanggal penulisan copy resep.
i. Ex. Copy apotek (jiika ada).
j. Tanggal pengambilan obat terakhir
k. Tulisan pcc (pro copie conform).
l. Tanda tangan dan cap apotek yang merupakan tanda bahwa apoteker
tersebut telah mengkonfirmasi kesesuaian copy resep tersebut dengan
resep asli atau resep sebelumnya.
Selain komponen diatas, didalam copy resep apotek Widuri tercantum
keterangan berikut :
a. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan dan tanda nedet
(nedetur) untuk obat yang belum diserahkan
b. Pada resep dengan tanda ITER …X diberi tanda detur orig apabila resep
pertama dari dokter sudah diberikan dan detur …..X apabila copy resep
yang dibuat adalah pada resep selanjutnya setelah resep original.
c. Apabila tablet atau kapsul yang diberikan kepada pasien setengah dari
jumlah diresep maka dicopy resep dituliskan det ....X jika jumlahnya
ganjil namun dituliskan did jika jumlahnya genap.
Sebelum copy resep diberikan, apoteker di apotek Widuri melakukan
pemeriksaan untuk memastikan bahwa isi copy resep telah sesuai dengan
resep asli atau copy resep sebelumnya sehingga pasien mendapatkan obat
yang sesuai baik dari segi jenis, jumlah juga aturan pakainya. Komponen
copy resep apotek Widuri diatas sudah sesuai dengan PERMENKES RI No.
35 tahun 2014.
3. Pembuatan etiket
Apotek Widuri memiliki dua jenis etiket, yaitu :
 Etiket Warna Putih
22

Etiket warna putih digunakan untuk obat dalam atau obat oral seperti
sediaan tablet, kapsul, sirup dsb. Etiket ini biasanya sudah dicetak
langsung pada plastik pengemas obat.
 Etiket Warna Biru
Etiket warna biru digunakan untuk obat luar atau obat-obatan yang
digunakan di luar tubuh seperti salep, krim, gel, suppositoria, dsb.
Etiket ini tercetak terpisah pada plastik pengemas obat.
Pada etiket obat di apotek Widuri tercantum keterangan sebagai berikut :
a. Nama dan alamat apotek.
b. Nama dan nomor SIPA pengelola apotek.
c. Nomor dan tanggal pembuatan.
d. Nama pasien.
e. Aturan pemakaian.
f. Tanda lain yang diperlukan seperti jenis sedian, kocok dahulu,
dioleskan,
dan durasi penggunaan obat.
Etiket tersebut diatas sudah memenuhi persyaratan pencantuman etiket
(Syamsuni, 2007).
4. Penyimpanan Resep
Resep yang sudah diterima dan diskrining, diberi nomor di bagian
kopnya. Penomoran ini untuk mengetahui urutan resep yang masuk pada
hari tersebut.Penyimpanan resep di apotek Widuri dipisahkan antara resep
obat non psikotropik dan resep yang mengandung obat
psikotropika.Pengumpulan resep dilakukan setiap hari, kemudian disatukan
perbulannya dan disatukan lagi dengan resep-resep bulan berikutnya (2
bulan) dan disimpan rapi didalam satu kotak minimal selama 5 tahun
PERMENKES RI No. 73 tahun 2016 dan disimpan sesuai dengan kapasitas
ruang penyimpanan resep (Kemenkes RI, 2016)
5. Pemusnahan Resep
23

Pelaporan dan pemusnahan narkotika dan psikotropika di apotek


berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan narkotika dan
psikotropika setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Pemasukan dan pengeluaran narkotika dan psikotropika dikirimkan secara
online ke Kementerian Kesehatan melalui website
www.sipnap.kemkes.co.id Apotek widuri dilakukan pemusnahan resep
berdasarkan SOP untuk memusnahkan resep yaitu :
a. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan berita acara pemusnahan
sediaan farmasi dan alat kesehatan)
b. Menetapkan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
c. Menyiapkan tempat pemusnahan
d. Tata cara pemusnahan :
1) Resep narkotika dihitung jumlahnya
2) Resep selain narkotika ditimbang
3) Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
e. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat:
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
2) Jumlah resep narkotiika dan berat resep yang dimusnahkan
3) Nama apoteker pelaksana pemusnahan resep
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
f. Membuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh apoteker dan
saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
g. Melaporkan pemusnahan resep tersebut ke Dinkes dengan melampirkan
berita acara pemusnahan resep.
Pemusnahan resep di apotek Widuri belum pernah dilakukan
sebelumnya. Kecuali untuk pemusnahan obat psikotropika sebelumnya
telah dilakukan pemusnahan yang dilakukan oleh Balai POM sendiri.
24

D. Bidang Pelayanan Kefarmasian Apotek Widuri


a. Pelayanan resep
Pelayanan resep di Apotek Widuri dilakukan sesuai dengan SOP
pelayanan resep. Apotek Widuri menyediakan SOP pelayanan resep sebagai
berikut:
a) Mengucapkan salam
b) Menerima resep dari konsumen
c) Skrining resep meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian
farmasetis, dan pertimbangan klinis
d) Mengecek sediaan obat yang ada di apotek
e) Memberi harga resep dan meminta persetujuan konsumen
f) Kasir menerima uang pembayaran
g) Mengerjakan resep (dibuat, diberi etiket dan diteliti kembali)
h) Penyerahan resep oleh apoteker kepada konsumen disertai KIE

Setelah dilakukan skrining resep, jika terdapat informasi yang kurang


(usia pasien dan alamat) maka Apoteker langsung menanyakan kepada pasien.
Sebelumnya Apoteker juga memeriksa apakah obat tersedia semua atau tidak,
jika ada obat yang tidak tersedia, maka apoteker bisa menawarkan
penggantian obat dengan komposisi dan khasiat yang sama. Jika mendapat
persetujuan pasien, baru penggantian obat dapat dilakukan. Apoteker
kemudian memberi harga obat pada resep, kemudian disampaikan kepada
pasien dan ditanyakan kesanggupannya untuk membayar beserta
mengkonfirmasi harga yang harus dibayar untuk menebus resep tersebut.
Apoteker menyiapkan dan meracik obat. Ketika obat dalam resep merupakan
sediaan obat yang sudah jadi, maka penyiapannya cukup dilakukan dengan
mengambil obat yang diperlukan dari rak obat, kemudian memasukkannya
kedalam wadah yang telah diberi etiket, namun jika obat yang diperlukan
dalam resep merupakan obat yang perlu diracik terlebih dahulu menjadi
25

bentuk sediaan lain, maka Apoteker perlu melakukan peracikan obat terlebih
dahulu.
Terdapat SOP dalam pelayanan resep di apotek Widuri yaitu sebagai
berikut :

Apoteker
Apoteker memastikan
menyerahkan obat
Pasien datang ke bahwa pasien paham
kepada pasien
Apotek atas penjelasan yang
dengan memberikan
telah diberikan
KIE

Apoteker menutup
Apoteker menyapa Memilihkan obat yang swamedikasi dengan
pasien dan sesuai dengan kondisi mengucapkan terima
mmperkenalkan diri pasien kasih dan doa cepat
sembuh.

Apoteker menggali
informasi kepada
Apoteker menanyakan pasien terkait
apa yang dibutuhkan
oleh pasien identitas diri, riwayat
penyakit dan
pengobatan.

Apoteker
memastikan bahwa Menanyakan keluhan
obat yang akan dibeli dan gejala yang
untuk diri sendiri diderita pasien
atau keluarga pasien

2. Penyiapan dan Peracikan obat


Bidang pelayanan kefarmasian di Apotek yaitu penyiapan dan peracikan
obat. Apotek Widuri dalam melakukan penyiapan resep dilakukan oleh
apoteker. Sedangkan pelayanan obat OTC dilakukan oleh apoteker dan juga
dapat dilakukan oleh karyawan lain. Namun, hal sebelumnya dikonsultasikan
terlebih dahulu dengan apoteker. Dalam peracikan obat menggunakan resep,
di Apotek Widuri dilakukan oleh juru racik. Jika juru racik sedang
berhalangan hadir, proses peracikan obat dapat dilakukan oleh apoteker.
26

Apotek Widuri memiliki kerjasama dengan klinik yang menyediakan


praktik dokter kulit dan kelamin, dokter jantung dan pembuluh arah, dan
dokter gigi. Penyiapan dan peracikan obat yang paling sering dilakukan di
apotek widuri adalah penyiapan dan peracikan obat dari dokter kulit dan
kelamin, karena untuk praktik dokter kulit dan kelamin memiliki jam praktik
dari hari Senin hingga hari Sabtu sedangkan untuk dokter jantung dan
pembuluh darah hanya memiliki jam praktik pada hari Selasa dan Kamis.
Dokter gigi memiliki jam praktik dari hari Senin hingga Sabtu, namun
dikarenakan sedikitnya pasien yang datang maka resep yang diterima oleh
apotek Widuri dari dokter gigi pun sedikit. Oleh karena itu Apotek Widuri
sendiri banyak menyediakan obat obat yang sering diresepkan oleh dokter
kulit dan kelamin. Peracikan obat pun paling sering dilakukan terhadap obat-
obat kulit dan kelamin yang sebagian besar berupa salep dan bedak.
a. Peracikan Krim dan Salep
Pelayanan resep racikan yang paling sering di Apotek Widuri
adalah peracikan cream dan salep. Salep merupakan sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan
obatnya harus larut dan terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotika adalah 10% (F.I. Ed III).
Sedangkan cream merupakan suatu salep yang berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar
(Anief, 2007).
b. Peracikan Pulveres
Pulveres merupakan serbuk terbagi yang di bungkus dengan
menggunakan kertas perkamen dan untuk lebih melindungi dari pengaruh
lingkungan, serbuk ini dapat dilapisi dengan kertas selofan atau sampul
polietilena (Syamsuni, 2006).
c. Peracikan Kapsul
27

Kapsul merupakan bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam


suatu cangkang keras atau cangkang lunak yang dapat larut. Cangkang
umumya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati-patian atau
bahan yang sesuai (Syamsuni, 2006). Untuk SOP penyiapan dan
peracikan obat di Apotek Widuri adalah sebagai berikut

Pengambilan dan Jika mendapat resep


Obat yang diracik
peracikan obat diambil obat racikan Apoteker
sesuai dengan di resep
oleh Apoteker atau atau Asisten Apoteker
atau disesuaikan
Asisten Apoteker dan menyiapkan obatnya,
dengan yang disetujui
dapat dibantu oleh kemudian memberikan
oleh pasien
juru resep catatan

Untuk obat yang Bagi pasien yang


Setelah peracikan obat meminta kwitansi
belum diambil
selesai
sepenuhnya atau dibuatkan kwitansi
Apoteker/Asisten dan rincian obat bisa
pasien meminta copy
Apoteker memeriksa
resep, wajib dibuatkan dituliskan dibelakang
hasilnya kwitansi.
copy resep

3. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)


Pelayanan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kefarmasian yang utuh dan terpadu. Adanya kegiatan komunikasi, informasi,
edukasi(KIE) dan swamedikasi bertujuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai bagi masyarakat baik secara perorangan maupun
kelompok dalam mengatasi segala keluhan. Swamedikasi adalah upaya yang
dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mengobati segala keluhan pada
diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibelisecara bebas di apotek.
Biasanya swamedikasi ini dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan
ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga
iritasi ringan pada mata.Salah satu upaya yang baru-baru ini dilakukan sebagai
wujud dari self medication adalah mengkonsumsi suplemen makanan (food
suplement).
28

Konseling di apotek Widuri dilakukan sesuai SOP yang berlaku di


Apotek Widuri itu sendiri. Konseling ini biasa dilakukan kepada pasien-pasien
yang menerima resep dokter atau jika ada pasien dengan kondisi khusus
(geriatri, pediatri, dan ibu hamil) maka apoteker memberikan konseling secara
langsung. Jika apoteker memberikan KIE pada obat resep, maka informasi
yang diberikan adalah aturan pakai obat yang dituliskan oleh dokter dan juga
menambahkan informasi tentang apa saja yang harus dilakukan oleh pasien
dan apa saja yang harus dihindari. Pada saat melakukan konseling kepada
pasien tanpa resep, apoteker menanyakan keluhan apa yang dirasakan, sudah
berapa lama, sebelumnya sudah pernah diobati atau belum, kemudian
apoteker mencarikan solusinya. Apoteker juga memberikan infrormasi
mengenai aturan pakai obat, dosis, cara pemakaian obat (jika obatnya
suppositoria, aerosol, diskus), hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang
harus dihindari.
4. Pelayanan Swamedikasi
Tujuan dari swamedikasi adalah membantu pasien untuk melakukan
pengobatan sendiri (self medication) guna mengatasi masalah kesehatan
pasien dengan tepat, aman dan rasional. Swamedikasi adalah kegiatan untuk
memberikan pengobatan sendiri kepada pasien dengan gejala penyakit yang
ringan. Sedangkan menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat
modern, herbal, maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk
mengatasi penyakit atau gejala penyakit.
Pelayanan swamedikasi yang dilakukan di Apotek Widuri dilakukan
mengikuti SOP yang ada yaitu dengan cara:
29

Apoteker
Apoteker
menyapa Apoteker
memastikan
Pasien pasien menanyaka
bahwa obat yang
datang ke dengan n apa yang
akan dibeli untuk
Apotek ramah dan dibutuhkan
diri sendiri atau
mmperkenal oleh pasien
keluarga pasien
kan diri

Apoteker menggali
Menanyakan
informasi kepada Memilihkan
keluhan dan
pasien terkait obat yang
gejala yang
identitas pasien, sesuai dengan
diderita
riwayat penyakit kondisi pasien
pasien
dan pengobatan.

Apoteker memastikan
Apoteker
bahwa pasien paham atas Apoteker menutup
menyerahkan
penjelasan yang telah swamedikasi dengan
obat kepada
diberikan dengan cara mengucapkan terima
pasien dengan
meminta pasien untuk kasih dan doa cepat
memberikan
mengulangi untruksi yang sembuh.
KIE
sudah diberikan

Pada Saat pelayanan swamedikasi ada kalanya apoteker Apotek Widuri


memberikan obat berupa obat OWA (Obat Wajib Apotek) kepada pasien.
Obat OWA adalah obat keras tertentu yang boleh diberikan kepada pasien
secara langsung oleh apoteker tanpa menggunakan resep dokter. Pelayanan
OWA ditujukan untuk membentu pasien dalam melakukan pengobatan sendiri
(self medication) guna mengatasi masalah kesehatan pasien dengan tepat,
aman dan rasional. Obat-obat OWA adalah obat-obat yang termasuk golongan
OWA I (Kepmenkes No. 347 tahun 1990), OWA II (Permenkes No. 924
tahun 1993) dan OWA III (Kepmenkes No.1176 Tahun 1999). Kriteria obat
yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep dokter (Permenkes
No.919/Menkes/Per/X/1993) :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak dibawah dua tahun dan orang tua lebih dari 65 tahun.
b. Tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit
30

c. Pengguanaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus


dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia.
OWA dapat diserahkan kepada pasien dengan memenuhi ketentuan dan
batasan jumlah yang ditetapkan disertai informasi yang meliputi dosis, aturan
pakai, kontra indikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh
pasiennya. Pelayanan swamedikasi di apotek Widuri sudah sesuai dengan
SOP (Standar operasional prosedur) yang telah dibuat.
5. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya
(Kemenkes RI, 2014). Apotek widuri sendiri tidak melakukan pelayanan
home pharmacy care dikarenakan keterbatasan tenaga kerja dan biaya.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping (Kemenkes RI, 2014). Apotek widuri
melaksanakan PTO yang dilakukan oleh apoteker dengan cara menghubungi
(telepon) pasien dengan kondisi tertentu untuk mengecek PTO.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis (Kemenkes RI,2014). Apotek widuri
melaksanakan PTO yang dilakukan oleh apoteker dengan cara menghubungi
(telepon) pasien dengan kondisi tertentu untuk mengecek MESO.
31

Contoh kasus swamedikasi yang diamati selama PBL di ApotekWiduri :


 Kasus Swamedikasi
 Kasus 1 (Muhammad Khoirul Fahmi)
Keluhan :
Seorang Bapak datang ke apotek dengan keluhan sakit perut karena telat
makan, kemudian meminta obat yang rasanya manis
Pengobatan yang disarankan :Pemberian obat antasida (promag).
Indikasi : mengatasi gejala sakit maag, perut kembung, gastritits
Efek samping : diare, konstipasi
Dosis : diminum 3x sehari 1 tablet 30 menit sebelum makan
KIE : Promag adalah obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
gejala penyakit maag, penyakit kembung, dan gastritis. Lebih
disarankan menggunakan antasida (promag) karena memiliki
rasa yang tidak pahit. Cara penggunaannya adalah diminum
3x sehari 1 tablet sebelum makan atau 1 jam sesudah makan
(MIMS, 2016).
 Kasus 2 (Muhammad Khoirul Fahmi)
Keluhan :
Seorang Bapak datang dengan keluhan gatal-gatal serta bernanah pada bagian
kaki, sebelumnya sudah pernah menggunakan chlorampecort tapi keadaan
pasien belum membaik, kemudian apoteker melihat langsung gatal pasien
yang telah menjadi luka.
Pengobatan yang disarankan : pemberian obat oxytetrasiklin
Indikasi : mengatasi infeksi pada bagian kulit
Efek samping : reaksi alergi.
Dosis : Oleskan 2 x/hari maksimal selama 2 minggu
KIE : Oxytetrasiklin adalah obat yang dapat digunakan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pasien terdapat nanah pada bagian kulit
yang terpapar lebih disarankan menggunakan oksitetrasiklin. Cara
penggunaannya adalah dioleskan tipis pada kulit yang gatal 2x sehari dicuci
32

terlebih dahulu sebelum dioleskan maksimal selama 2 minggu (MIMS,


2016).
 Kasus III (Sarah Nabilah/I1C016088)
Keluhan :
Seorang ibu datang ke Apotek WIDURI. Beliau mengalami diare, tidak terlalu
sering BAB tetapi feses konsistensinya cair. Pasien sebelumnya sudah
mengonsumsi diapet tetapi diare tidak berkurang. Selain itu, pasien juga
mengeluh sakit perut sebelah kiri, mual-mual dan perut kembung.
Pengobatan yang disarankan : Pemberian obat Loperamide dan Antasida
Indikasi : Loperamide digunakan sebagai pengobatan
simptomatik diare akut (PIONAS, 2015).
Loperamdie bekerja dengan cara mengurangi
peristaltik usus dengan harapan obat ini akan
memperpanjang lama kontak dan penyerapan air
di usus. Loperamide juga mampu menormalkan
kembali keseimbangan sekresi dan resorpsi sel –
sel mukosa usus dengan cara memulihkan
kembali sel – sel yang mengalami hipersekresi
menjadi resorpsi sehingga dicapai keseimbangan
kembali. Dengan cara kerjanya tersebut
Loperamide dapat menurunkan volume feses,
meningkatkan kembali viskositas dan kepadatan
feses serta menghentikan hilangnya cairan dan
elektrolit (Mediskus, 2019). Antasida adalah
obat maag penetral asam lambung sehingga
dapat digunakan untuk meringankan gejala maag
seperti perih di ulu hati, rasa panas pada perut
kiri atas, mulas, mual-mual dan kembung. Obat
ini dapat dibeli bebas tanpa memerlukan resep
dokter.(Mediskus, 2019).
33

Kontra Indikasi : penggunaan Loperamide harus dihindari pada


kondisi di mana penghambatan peristaltik harus
dihindari, terjadi kejang perut, atau pada kondisi
seperti kolitis ulseratif akut atau kolitis karena
antibiotik (PIONAS, 2015). Loperamid juga
kontraindikasi terhadap pasien dengan usia di
bawah 12 tahun dan juga pasien konstipasi
(Mediskus, 2019).
Efek samping : Efek samping yang dapat terjadi yaitu flatulen
atau buang angin, mengalami konstipasi, mual
muntah, dan nyeri perut, reaksi alergi berupa
kemerahan pada kulit, perasaan pusing,
mengantuk, dan letih, dan mengalami
megakolon toksik (mediskus, 2019). Magnesium
dalam antasida dapat menyebabkan diare.
Namun efek samping ini dapat diminimalisir
dengan kandungan aluminium di dalamnya.
Aluminium dalam produk ini dapat
menyebabkan sembelit. Untuk meminimalkan
sembelit, minum banyak cairan dan olahraga
(mediskus, 2019).
Dosis : Pada penderita diare akut nonspesifik dosis
awal obat Loperamid yang dianjurkan adalah 4
mg, kemudian diikuti 2 mg setiap mengalami
buang air besar, dan dosis imoidum yang
digunakan tidak boleh lebih dari 16 mg sehari.
Sementara dosis antasida untuk dewasa yaitu 3-
4x sehari 1-2 tablet. Untuk anak 6-12 tahun 3-4x
sehari ½ - 1 tablet (mediskus, 2019).
34

KIE : Loperamid diminum maksimal 4 kali sehari,


apabila gejala diare sudah mereda, segera
hentikan penggunaan. Cara penggunaan obat
antasida adalah diminum dengan cara dikunyah
sebanyak 3x sehari 1 tablet sebelum makan atau
1 jam sesudah makan (mediskus, 2019).

 Kasus IV (Sarah Nabilah / I1C016088)


Keluhan :
Seorang bapak datang ke Apotek WIDURI. Beliau mengalami biduran yaitu
terdapat bintik-bintik kecil dan merah yang terasa gatal pada kulitnya.
Pengobatan yang disarankan :Pemberian obat Cetirizine
Indikasi : Obat cetirizine adalah obat golongan
antihistamin yang bekerja mengatasi gejala-
gejala yang ditimbulkan histamin tersebut, yaitu
untuk mengobati kondisi alergi seperti rhinitis
alergi, gatal-gatal, dan urtikaria atau
biduran.mekanisme kerjanya adalah
menghalangi mediator kimia histamin di dalam
tubuh agar tidak berikatan dengan reseptornya.
Histamin adalah mediator kimia yang sering
muncul pada reaksi peradangan dan alergi,
biasanya memiliki efek pada tubuh berupa
kemerahan pada kulit, gatal dan pembengkakan
(Mediskus, 2019).
Kontra Indikasi : obat ini harus digunakan secara hati-hati pada
orang yang memiliki riwayat penyakit ginjal,
epilepsi, bayi, lansia, dan ibu hamil. Serta
cetirizine tidak boleh digunakan oleh orang yang
mengalami hipersensitifitas terhadap Cetirizine
35

dan orang yang mengalami penyakit ginjal yang


berat.
Efek samping : Beberapa efek samping yang bisa muncul
akibat penggunaan obat ini antara lain yaitu
kantuk, sakit kepala, pusing, kelelahan,
kegelisahan, sakit tenggorokan, sakit
perut, diare, mual, dan mulut kering. Jika salah
satu atau beberapa gejala di atas muncul da
menetap atau ketika itu dianggap parah, maka
sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau
apoteker (Mediskus, 2019).
Dosis : Dosis Cetirizine HCl untuk dewasa 5 – 10 mg
secara oral atau diminum sekali sehari.
(Mediskus, 2019).
KIE : Diminum sekali sehari (MIMS, 2019)..

 Kasus 1 (TRI HANDAYANI )


Keluhan :
Seorang pasien laki-laki dewasa bapak datang ke apotek Widuri. Pasien
tersebut mengeluhkan luka pada bagian lengan dekat siku dan luka pada
bagian pundak kanan atas karena jatuh dari kendaraan motor. Luka pasien
tersebut cukup besar dan sudah mongering pada bagian siku, tetapi pada
bagian pundak luka masih suka mengeluarkan cairan putih dan lembab. Pasien
menginginkan obat berloson-N (obat topikal antibiotik yang masuk pada
golongan kortikosteroid berisi betamethasone) yang disarankan oleh
kerabatnya. Tetapi, apoteker merekomendasikan untuk menggunakan
oxytetracyline karena basisnya yang konsistensinya lebih berminyak dan
bagus untuk kulit yang terluka supaya lebih cepat kering dibandingkan dengan
berloson-N.
Pengobatan yang disarankan : Pemberian obat oxytetracyline salep.
36

Indikasi : Infeksi kulit, infeksi luka & luka bakar, pencegahan infeksi
pada pembedahan.
ESO : Reaksi alergi.
Dosis : Dioleskan 2-3 x sehari pada kulit yang terkena infeksi. Terlebih
dahulu bersihkan bagian yang akan diobati.
KIE : Dioleskan tipis pada kulit yang mengalami luka terutama pada
luka yang basah atau lembab 3-4 kali sehari (MIMS, 2013).

 Kasus 2 (TRI HANDAYANI )


Keluhan :
Seorang pasien wanita dewasa datang ke apotek Widuri dengan keluhan mata
berair dan seperti ada yang menjanggal. Pasien sudah merasakan keluhan
tersebut selama 1 minggu dan belum mengobati matanya dengan apapun.
Apoteker menyarankan untuk menggunakan antara tetes mata erlamycetin
(Kloramphenicol base 5 mg) dan tetes mata polidemisin TM. Pasien lebih
memilih erlamycetin yang harganya cenderung lebih murah dibandingkan
polidemisin TM.

Pengobatan yang disarankan :Pemberian obat tetes mata erlamycetin.


Indikasi : Keratitis akut maupun kronik, dan konjungtivitis akibat infeksi
yang disertai pembengkakan hebat,inflamasi uvea anterior, scleritis,
episcleritis, sympathetic ophthalmia, myositis dan pengelolaan
pasca operasi katarak glaucoma dan strabismus.
ESO :Sesaat setelah pemberian, akan timbul sedikit rasa terbakar pada
mata dan rasa pahit pada mulut.
Dosis : Di teteskan 1 tetes pada mata yang sakit 1-3 kali sehari.
KIE : Apabila menggunakan tetes mata erlamycetin maka akan terasa
pahit ditenggorokan berbeda dengan tetes mata polidemisin TM.
37

Selain itu, penggunaan tetes mata hanya boleh digunakan selama 1


bulan setelah kemasan terbuka (MIMS, 2013).

 Kasus 1 (AYU RATNAWATI)


Keluhan :

Tn. A dating dengan keluhan batuk berdahak disertai flu. Batuk dan flu yamg
dialami Tn. A telah berlangsung selama 3 hari.

Pengobatan yang disarankan :OBH COMBI PLUS (DEWASA)

Indikasi : mengobati batuk yang disetai gejala influenza seperti demam,


sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin.
Dosis : diminum 3 kali sehari sebanyak 15 ml.
KIE : cara penggunaan obat diminum 3 kali sehari sebanyak 15 ml
sesuai dengan ukuran yang tertetara pada sendok takar yang
terdapat dalam kemasan obat hingga batuk dan flu reda.
Berdasarkan kasus diatas pemberian OBH combi plus (dewasa) sudah
tepat. Karena setiap 5 ml syrup OBH combi plus mengandung succus liquiritiae
extract 167 mg, paracetamol 150 mg, ammonium chloride 50 mg, ephedrine
HCl 2.5 mg dan chlorpeniramine maleat 1 mg (MIMS, 2018). Succus liquiritiae
sendiri merupakan sediaan galenik dari radix liquiritiae yang merupkan salah
satu komponen obat batuk hitam (OBH) yang memiliki efek ekspektoran dan
ammonium chloride juga merupakan agen ekspektoran dalam obat batuk.
Keduanya membantu meredakan batuk berdahak. Sedangkan paracetamol,
epedhrine dan chlorpheniramine yang terkandung dapat membantu mengobati
flu (Gitawati, 2014). Penggalian informsi pada kasus ini sudah lengkap.

 Kasus 2 (AYU RATNAWATI)


Keluhan :
38

Tn. B datang dengan keluhan sakit gigi, nyeri pada gigi bagian belakang dan
tanpa disertai bengkak sudah 2 hari. Pasien belum mengkonsumsi obat
sebelumnya.
Pengobatan Yang Disarankan :ASAM MEFENAMAT 500 MG
Indikasi : Meredakan nyeri ringan hingga sedang pada sakit kepala, sakit
gigi, dismenore primer, juga nyeri traumatik, otot dan pasca
operasi
Dosis : 500mg
ESO : Gangguan GI, mengantuk, hipersensitifitas, diare
KIE : Obat diminum setelah makan 3 kali sehari. Kalau nyeri sudah
hilang pengobatan dihentikan. Menjaga kebersihan bagian gigi
dan mulut, mengkonsumsi air hangat, beristirahat yang cukup.
Jika sampai 5 hari kondisi belum membaik segera konsultasi ke
dokter (MIMS, 2014).
Pemilihan terapi dengan menggunakan asam mefenamat sudah sesuai
dengan indikasi karena asam mfenamat mempunyai indikasi untuk mengatasi
nyeri, namun penggalian informasi masih belum lengkap terkait riwayat alergi
obat. KIE yang diberikan belum lengkap karena tidak menjelaskan mengenai
cara penyimpanan obat.

 Kasus 1 ( SYAHRIZA MUHLIS )


Keluhan :
Tn. B berumur 45 tahun mengalami radang tenggorok sudah beberapa hari dan
belum mengkonsumsi obat. Pasien tidak memiliki alergi obat dan belum
mengkonsumsi obat sebelumnya.

Terapi yang disarankan :FG TROCHES


39

Indikasi : Gingivitis (radang gusi), stomatitis (radang rongga mulut), faringitis


(radang faring/tekak), bronkhitis (radang bronkhus/cabang-cabang
tenggorok), tonsilitis (radang tonsil/amandel), angin vincent (radang
selaput lendir mulut dengan tukak-tukak berselaput), difteri faringeal,
periodontitis geraham bungsu.
Dosis : Dewasa : 4-5 kali sehari 1 atau 2 tablet. Anak-anak : 4-5 kali sehari
1 tablet.
KIE : Karena pasien ini merupakan pasien dewasa maka penggunaan obat
digunakan 4-5 kali/hari 1-2 tablet. Cara penggunaannya yaitu dihisap.
(MIMS, 2014).
Terapi FG troches untuk mengatasi radang tenggorokan sudah sesuai
dengan indikasi penggunaan FG troches yaitu dapat menangani peradangan
pada tenggorokan. Berdasarkan kasus, penggalian informasi kurang seperti
menanyakan penyebab dari radang tersebut sehingga apoteker dapat
memberikan KIE lebih lengkap mengenai terapi dan hal-hal yang harus
dihindari.

 Kasus 2 (SYAHRIZA MUHLIS)


Keluhan :
Pasien Tn. Rs (50 th) dengan BB (72 kg) datang ke apotek Widuri,
mengeluhkan nyeri pusing disertai demam sudah 1 hari yang lalu. Pasien tidak
memiliki alergi obat (-) dan belum mengkonsumsi obat sebelumnya.
Pengobatan yang disarankan :SANMOL (Paracetamol)
Indikasi : Meredakan nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi disertai demam
ESO : Reaksi hematologi, reaksi kulit & reaksi alergi lainnya
Dosis : Dosis dewasa: 1 tab (500 mg) 3 x sehari (hentikan penggunaan jika
tidak demam)
KIE : Obat diminum setelah makan 3 x sehari. Kurangi aktifitas berat,
banyak istirahat, memperbanyak minum air putih minimal 8 gelas
40

dalam 1 hari. Jika kondisi belum membaik segera konsultasi kedokter


(MIMS, 2014).
Pemilihan terapi dengan menggunakan parasetamol sudah tepat dengan
indikasi. Penggalian informasi sudah lengkap. KIE yang diberikan belum
lengkap karena tidak menjelaskan mengenai cara penyimpanan obat.

Contoh kasus resep yang diamati selama PBL di apotek Widuri :


 Kasus Resep
 Kasus Resep 1 (SASMITA LAILA KURNIA SARI )

dr. Sudiyono, Sp.KK


Spesialist kulit dan kelamin
SIP : 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016

Praktek : Jl. Pramuka 151-Telp 636725 (Apt Widuri)

Pwt, 3 Februari 2018


R/ Itzol Caps V
S.1.dd.1 pc
R/ Ketokonazol krim 35 gr
Biocream 5 gr
S.2.b.d.d
(5 HARI)

Pro : Ny. Hadem


Alamat : -

Penggantian jenis obat oleh apotik harus seijin dokter

Terapi yang disarankan:


1. Itzol
Itzol mengandung itraconazole 100 mg
Indikasi : Panu (Pitiriasisversikolor), dermatomikosis.
Kontraindikasi :Hamil dan masa subur pada wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi adekuat, hipersensitif, peyakit
hati.
Efek samping:Gangguan gastrointestinal, sakit kepala
41

Dosis : Panu : 2 kapsul 1x/hari selama 7 hari; dermatomikosis :


1x/hari selama 15 hari.
(MIMS, 2014)

2. Ketokonazol Krim
Indikasi : Infeksi jamur pada kulit, Tinea korporis, tinea kruris dan
tinea pedis. Kandidiasis kutis dan tinea versicolor.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ketokonazol, wanita hamil
Efek samping : Rasa iritasi, rasa panas pada kulit, alergi lokal.
Dosis : Kandidiasis kutis, tinea korporis, tinea manus, tinea
pedis dan tinea versicolor : oleskan 1x/hari pada kulit
yang terinfeksi. Dermatitis seboroik 1-2/hari. Lama terapi
: Tinea Versicolor, infeksi ragi 2-3 minggu. Tinea kruris,
dermatitis seboroik 2-4 minggu. Tinea korporis 3-4
minggu. Tinea pedis 4-6 minggu.
3. Biocream
Merupakan krim amfibilik hipoalergenik
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3x/hari
( MIMS, 2014 )
Berdasarkan skrinning administratif, resep ini tidak terdapat informasi usia
pasien dan alamat pasien, serta tidak terdapat paraf dokter sebagaimana
persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Solusinya yakni
ketika mendapatkan resep seperti berikut apoteker menanyakan terkait
keterangan lengkap dari pasien. Drug Related Problem pada resep tersebut tidak
teridentifikasi
42

 Kasus Resep 2 (SASMITA LAILA KURNIA SARI )

dr. Sudiyono, Sp.KK


Spesialist kulit dan kelamin
SIP : 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016

Praktek : Jl. Pramuka 151-Telp 636725 (Apt Widuri)

Pwt, 3 Februari 2018


R/ Logista tab III
S.1.dd.1 pc
(SORE)
R/ Bersol krim 20 gr
Biocream 3 gr
S.2.b.d.d
(3 HARI STOP)

Pro : Ny. Sri Sunarni


Alamat : -

Penggantian jenis obat oleh apotik harus seijin dokter

Terapi yang disarankan:


1. Logista
Logista mengandung Loratadin 10 mg
Indikasi : Menghilangkan gejala yang disebabkan oleh alergi
rhinitis, bersin, gatal, urtikaria kronik dan kondisi alergi
kulit lainnya
Kontraindikasi : Gangguan hepar, wanita hamil dan menyusui, anak-
anak kurang dari 2 tahun
Efek samping : Kelelahan, sakit kepala, mulut kering, mengantuk,
gangguan pencernaan, gastritis, gejala alergi.
Dosis : Dewasa, lansia dan anak-anak ≤ 12 tahun : 1 tablet;
Anak-anak 2-12 tahun, > 30 kg : 1 tablet,<30 kg : ½
tablet. Semua dosis diberikan 1x sehari.
2. Bersol Krim
Bersol mengandung Klobetasol propionat
43

Indikasi : Psoriasis, eksimreal sitran, Liem planus, lupus


eritematosusdiskoid dan kondisi lainnya yang tidak
memberikan respon terhadap kortikosteroid yang kurang
aktif.
Kontraindikasi :acne dan dermatitis perioral, lesi kulit karena infeksi
virus, jamur atau bakteri.
Efek samping : hipopigmentasi dan dilatasi pembuluh darah (efek
sistemik).
Dosis : Dioles tipis 2x sehari dan gosok dengan lembut pada
kulit yang sakit.
3. Biocream
Merupakan krim amfibilik hipoalergenik
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3x/hari( MIMS, 2014 ).
Berdasarkan skrinning administratif, resep ini tidak terdapat informasi usia
pasien dan alamat pasien, serta tidak terdapat paraf dokter sebagaimana
persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Solusinya yakni
ketika mendapatkan resep seperti berikut apoteker menanyakan terkait
keterangan lengkap dari pasien. Drug Related Problem pada resep tersebut tidak
teridentifikasi
44

 Kasus Resep 1 (Sarah Nabilah/I1C016088)

1. Skrining Administrasi

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan resep √
6 Hari dan jam praktek √
Invocatio
7 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ada, tetapi
hanya pada satu
nama obat
Prescriptio/Ordonatio
8 Nama Obat √
45

9 Jumlah obat √
Signatura
10 Nama pasien √
11 Umur pasien √
12 Alamat pasien √
13 Aturan pakai obat √
Subscriptio
14 Tanda tangan/paraf dokter Hanya terdapat
garis pemisah
tanpa paraf
dokter
Kesimpulan:
Resep kurang lengkap.

2. Skrining Farmasetik

No Kriteria Permasalahan Pengatasan


1 Bentuk Sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan - Sesuai
pakai
46

3. Pertimbangan Klinis

No. Nama Obat Indikasi dan Indikasi dan Kontra Efek samping Ket
dosis literatur dosis resep indikasi
1. Flagyl Syrup Obat yang Obat Infeksi Hipersensitif Efek Sesuai
digunakan yang terhadap samping
(Metronidazol
untuk disebabkan pasien yang paling
e 125 mg/ 5 mengobati oleh bakteri memiliki umum
berbagai jenis atau parasit riwayat diantaranya
mL)
infeksi yang di usus. hipersensitif gagguan
disebabkan Dosis 3x pada pengecapan,
oleh bakteri sehari 1 ½ Metronidazole lidah kasar,
anaerob dan sendok teh atau obat gangguan
protozoa di (5 mL). golongan saluran
usus dan hati. nitroimidazole cerna (mual,
Dosis lazim lainnya sakit perut,
anak usia 3-7 (Farmasiana, dan diare),
tahun pada 2019). kehilangan
kasus nafsu
amubiasis makan,
intestinal yaitu penurunan
200 mg tiap 6 berat badan,
jam muntah,
(Farmasiana, sakit kepala,
2019). pusing
(Farmasiana,
2019)
2. Ciprofloxaci Obat yang Obat infeksi KI terhadap Efek Sesuai
n 125 mg digunakan bakteri pada pasien yang samping
sebagai usus. Dosis punya riwayat yang umum
antibiotik untuk anak hipersensitif terjadi
spektrum luas usia 5 tahun terhadap adalah mual,
berbagai diberikan ½ antibiotik diare, tes
penyakit tablet (125 golongan fungsi hati
infeksi yang mg, kuinolon pasien yang
disebabkan menurut epilepsi, dan abnormal,
oleh bakteri. rumus pasien dengan muntah, dan
Dosis lazim perhitungan riwayat tendon ruam pada
dewasa untuk dosis Dilling pecah kulit
infeksi sudah benar) (Farmasiana, (Farmasiana,
intraabdomen 3 x sehari 2019) 2019)
500-750 mg minimal
selama 5 -14 dihabiskan
hari (MIMS, dalam waktu
47

2019) 4 hari
3. Combantrin Obat yang Obat infeksi Kontraindikas Anoreksia Sesuai
(Pirantel digunakan cacing. i pada (nafsu
untuk Dosis untuk penderita makan
Pamoat 200 pengobatan usia 5 tahun hipersensitif hilang),
mg) infeksi yang diberikan ½ terhadap mual,
disebabkan tablet satu Pirantel muntah,
oleh cacing. kali minum Pamoat diare, sakit
Dosis lazim (200 mg). (Combantrin, kepala,
untuk anak 2019) pusing,
umur 2-6 tahun mengantuk
½ -1 tablet 250 dan merah-
mg sekali merah pada
minum kulit,
(Combantrin, keringat
2019) dingin,
pruritus, dan
urtikaria.

Assesment

Subjektif Objektif Problem Medik Assesment Rekomendasi

DRP dan Uraian DRP


- - Infeksi saluran Pada resep tidak
-
cerna (usus) terdapat DRP

Plan

1. TujuanTerapi

- Menghilangkan penyebab infeksi saluran cerna

2. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi yang disarankan antara lain adalah istirahat yang cukup,
menjaga tubuh tetap dalam kondisi hangat, dan minum banyak air putih (NHS,
2017).
3. Terapi Farmakologi
48

Flagyl Syrup

Obat ini berisi Metronidazole 125 mg/ 5 mL sebagai antimikroba yang digunakan
untuk pengobatan beberapa jenis infeksi yang disebakan oleh bakteri anaerob dan
protozoa di usus (Farmasiana, 2019).

Mekanisme kerja bentuk tereduksi dari obat ini dapat berinteraksi dengan DNA
mikroorganisme dan menyebabkan degradasi dan penghambatan sintesis asam
nukleat sehingga menyebabkan kematian mikroba (Farmasiana, 2019).

Ciprofloxacin

Ciprofloxacin adalah antibiotik golongan florquinolon generasi kedua yang


mempunyai spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif yang
dugunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh
bakteri (Farmasiana, 2019).

Meknisme aksi dari obat ini dengan cara menghambat dua tipe enzim II
Topoisomerase yaitu DNA Gyrase dan Topoisomerase IV. Topoisomerase IV
memerlukan DNA terpisah yang telah direplikasi sebelum pembelahan sel bakteri.
Dengan DNA yang tidak dipisahkan, proses terhenti dan bakteri tidak bisa
membelah. Sedangkan DNA Gyrase bertunggungjawab untuk supercoil DNA
sehingga akan cocok di dalam sel yang baru terbentuk. Kombinas dari dua
mekanisme diatas akan membunuh bakteri sehingga Ciprofloxacin digolongkan
sebagai bakterisida (Farmasiana, 2019).

Combantrin (Pirantel Pamoat)

Combantrin berisi Pirantel Pamoat yang berupa obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh cacing. Mekanisme kerja obat ini dapat
melumpuhkan cacing dengan cara omendepolarisas senyawa penghambat
neuromuskular dan akan mengeluarkan cacing dari dalam tubuh tanpa harus
menggunakan pencahar (Combantrin, 2019).
49

Monitoring dan KIE


Monitoring
Obat KIE
Keberhasilan Efek samping
Flagyl Syrup Mikroba penyebab Efek samping Diminum 3x sehari 1 ½
paling umum
(Metronidazole infeksi hilang sendok 5 mL dan harus
diantaranya
125 mg/5 mL) gagguan dihabiskan
pengecapan,
lidah kasar,
gangguan
saluran cerna
(mual, sakit
perut, dan
diare),
kehilangan
nafsu makan,
penurunan
berat badan,
muntah, sakit
kepala, pusing
(Farmasiana,20
19)
Ciprofloxacin 125 Bakteri penyebab Efek samping Diminum 3x sehari ½ tablet
mg infeksi mati yang umum dengan durasi pemakaian
terjadi adalah
minimal 4 hari
mual, diare, tes
fungsi hati
yang abnormal,
muntah, dan
ruam pada kulit
(Farmasiana,
2019)
Combantrin Cacing penyebab Anoreksia Diminum 1x sehari ½ tablet
(Pirantel Pamoat infeksi mati dan (nafsu makan
hilang), mual,
200 mg) keluar dari dalam
muntah, diare,
tubuh sakit kepala,
pusing,
mengantuk dan
merah-merah
pada kulit,
keringat dingin,
pruritus, dan
urtikaria.
50

C. Kasus Resep 2 (Sarah Nabilah / I1C016088)

1. Skrining Administratif

PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan resep √
6 Hari dan jam praktek √
Invocatio
7 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ada, tetapi
hanya pada satu
nama obat
Prescriptio/Ordonatio
8 Nama Obat √
9 Jumlah obat √
51

Signatura
10 Nama pasien √
11 Umur pasien √
12 Alamat pasien √
13 Aturan pakai obat √
Subscriptio
14 Tanda tangan/paraf dokter √
Kesimpulan:
Resep kurang lengkap.

2. Skrining Farmasetik
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk Sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan - Sesuai
pakai

3. Pertimbangan Klinis

No. Nama Obat Indikasi dan Indikasi dan Kontra Efek samping Ket
dosis literatur dosis resep indikasi
1. Cortidex Obat ini adalah Obat Dilarang Dapat Sesuai
(Dexamethas obat steroid digunakan digunakan menyebabkan
jenis untuk untuk hiperglikemia,
one 0.5 mg) Glukokortikoid imunosupres penderita sindrom
yang digunakan an atau hipersensitif Cushing, dan
sebagai agen antialergi terhadap obat menghambat
antialergi, yang golongan pertumbuhan
imunosupresan, diminum 3x kortikosteroid tulang
agen sehari 1 dan sebaiknya (Farmasiana,
antiinflamasi. pulveres tidak 2019).
52

Dosis yag setelah diberikan


digunakan makan. kepada
untuk dewasa enderita tukak
0.5-9 mg dalam lambung,
dosis terbagi. osteoporosis,
Anak 6-12 DM, infeksi
tahun 0.25-2 mg jamur
diberkan 2x sistemik,
sehari (MIMS glaukoma
Indoensia, (Farmasiana,
2019) 2019)
2. Sakarin Sakarin adalah Sakarin - - sesuai
serbuk hablur, ditambahkan
putih agak dalam resep
aromatik, dan ini sebagai
sangat manis zat pemanis
yang fungsinya tambahan
sebagai zat secara q.s.
pemanis atau
tambahan secukupnya.
(Depkes RI,
1979)
3. Metonate Obat yang Obat ini Jangan Obat ini Sesuai
Cream digunakan digunakan digunakan biasanya
untuk untuk pada ornag menyebabkan
(Betamethaso
pengobatan penyakit yang iritasi kulit
ne penyakit kulit kulit seperti hipersensitif misalnya
dipropionate seperti eksim eksim terhadap obat gatal,
dan dermatitis. dengan dosis golongan terbakar,
0.05%)
Dosis 1-2x dioleskan 2x kortikosteroid, menyengat,
sehari sehari dan orang yang dan bisa juga
dioleskan tipis- hanya untuk menerima menyebabkan
tipis dan tidak penggunaan vaksinasi, penipisan
boleh lebih 3 hari penderita kulit, kulit
dari 4 minggu kemudian infeksi kering,
(Farmasiana, diharuskan varisela, TB flokulitis
2019) untuk kulit dan (Farmasiana,
berhenti. infeksi jamur 2019).
dan virus
(Farmasiana,
2019).
53

4. Biocream Merupakan Sebagai - - Sesuai


krim amfibilik bahan
Asse
hipoalergenik tambahan
sme yang yang
nt digunakan berfungsi
sebagai menjadi
pelembab pelembab
untuk kulit untuk kulit
kering. kering yang
Dioleskan 2-3x digunakan
sehari (MIMS, dengan
2014) mengoleska
n ke
permukaan
kulit
sebanyak 2x
sehari.
Subjektif Objektif Problem Medik Assesment Rekomendasi

DRP dan Uraian DRP


- - Eksim Resep tidak terdapat
-
DRP

Plan

1. TujuanTerapi
- Mengobati eksim pasien
2. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi yang disarankan antara lain adalah istirahat yang cukup,
menjaga tubuh tetap dalam kondisi hangat, dan minum banyak air putih (NHS,
2017).

3. Terapi Farmakologi

Cortidex

Cortidex adalah obat bermerek dari Sanbe yang mengandung bahan


54

aktif dexamethasone.Obat ini digunakan untuk mengatasi peradangan dan


reaksi alergi yang berupa gatal-gatal di kulit, dermatitis atau eksim,
pembengkakan akibat radang, radang sendi, asma bronkhial, reaksi alergi
obat dan sebagainya. Seperti halnya obat kortikosteroid pada umumnya,
deksametason bekerja dengan cara menstabilkan membran lisosom
leukosit, sehingga pelepasan hidrolase asam yang merusak leukosit dapat
dicegah (Mediskus, 2019).
Sakarin
Sakarin merupakan serbuk hablur, putih agak aromatik, dan sangat manis yang
fungsinya sebagai zat pemanis tambahan (Depkes RI, 1979).

Metonare Cream (Betamethasone dipropionate 0.05%)

Biocream

Biocream merupakan krim amfibilik hipoalergenik yang digunakan sebagai


pelembab untuk kulit kering. Dioleskan 2-3x sehari (MIMS, 2014)

Monitoring dan KIE


Monitoring
Obat KIE
Keberhasilan Efek samping
Cortidex Gejala eksim Dapat Obat diminum 3x sehari 1
(Dexamethasone berkurang menyebabkan pulveres, hentikan
hiperglikemia, penggunaan obat apabila
0.5 mg) kondisi eksim sudah hilang.
sindrom
Cushing, dan
menghambat
pertumbuhan
tulang
(Farmasiana,
2019).
Metonate Eksim berkurang Obat ini Dioleskan sebanyak 2x
Ccream dan kondisi kulit biasanya sehari pada kulit yang eksim
kembali normal menyebabkan dan hentikan setelah 3 hari
(Betamethasone
iritasi kulit pemakaian.
dipropionate misalnya gatal,
terbakar,
55

0.05%) menyengat, dan


bisa juga
menyebabkan
penipisan kulit,
kulit kering,
flokulitis
(Farmasiana,
2019).

D. Kasus Resep 1 (TRI HANDAYANI )

Terapi yang disarankan:


2. Lincomycin 500 mg
Indikasi : Pengobatan infeksi Gram positif serius dan berat yang
disebabkan oleh organisme yang rentan terhadap
lincomycin terutama Staphylococcus, Streptococcus,
danPneumococcusInfeksi saluran nafas, kulit dan jaringan
lunak,dan infeksi serius lainnya.
Kontraindikasi : Alergi terhadap obat golongan lincosamide, seperti
clindamycin atau lincomycin.
ESO : Mual, muntah, pusing
Dosis : Diminum 3 x sehari sesudah makan. Dikonsumsi pada
perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah makan).

1. Oxytetracycline
Indikasi : Infeksi kulit, infeksi luka & luka bakar,
pencegahan infeksi pada pembedahan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap oksitetrasiklin
ESO : Reaksi alergi.
Dosis : Dioleskan 2 – 3 x sehari pada kulit yang terkena infeksi.
Terlebih dahulu bersihkan bagian yang akan diobati.
56

Kasus pada resep ini adalah tidak adanya informasi usia pasien dan
berat badan sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian
Kesehatan RI. Ketidakadaan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi
underdose atau overdose pada masing-masing obat yang diresepkan.
Solusinya adalah dengan menanyakan usia pasien dan berat badan ke
keluarga pasien atau ke pasiennya secara langsung untuk memastikan
kelengkapan akan resepnya.

 Kasus Resep 2 (TRI HANDAYANI )

Terapi yang disarankan:

1. Kalmethasone 0,5 mg
Indikasi : Peradangan, alergi & penyakit lain yang
responsif terhadap glukokortikoida.
Kontraindikasi : Herpes simpleks pada mata, infeksi piogenik (infeksi yang
bernanah) atau infeksi yang disebabkan oleh jamur.
ESO : Kelemahan otot, osteoporosis, ulkus peptikum, gangguan
penyembuhan luka, peningkatan keringat, sakit kepala,
menstruasi tidak teratur, menghambat pertumbuhan pada
anak-anak, penurunan toleransi karbohidrat.
Dosis : 0.5 - 10 mg/hari berikan sesudah makan

2. Inerson
Indikasi : Untuk pengobatan anti inflamasi, anti alergi, anti
eksudatif, anti proliferasi dan anti pruritus pada
dermatosis yang peka terhadap kortikosteroid, misalnya
penyakit eksim, dermatitis kontak, gatal akibat gigitan
serangga, dan eksim skabies dikombinasikan dengan
obat anti skabies.
57

Kontraindikasi :Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat


hipersensitif pada desoximetasone atau obat golongan
kortikosteroid lainnya.Bukan obat untuk mengobati luka
pada kulit karena infeksi bakteri, jamur atau virus.Tidak
boleh digunakan untuk mengobati reaksi kulit akibat
vaksinasi, TBC, sifilis, cacar, rosacea (jerawat rosacea),
perioral dermatitis, dan akne vulgaris.
ESO : Pada penggunaan jangka panjang, Inerson,
(desoximetasone) bisa menyebabkan atrofi, striae,
telangiectasias, sensasi kulit seperti terbakar, rasa gatal,
iritasi, kulit kering, folikulitis, jerawat, hipopigmentasi,
dermatitis perioral, dermatitis kontakalergi, infeksi
sekunder, dan miliaria.
Dosis : Oleskan tipis-tipis 2 x sehari.Pengobatan tidak boleh
melebihi 4 minggu.Jangan digunakan pada area tubuh
yang luas (lebih dari 10 % luas area tubuh).
Sebaiknya tidak diverban atau ditutup kecuali diarahkan
oleh petugas medis.

Kasus pada resep ini adalah tidak adanya informasi usia pasien dan
berat badan sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian
Kesehatan RI. Ketidak adaan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi
underdose atau overdose pada masing-masing obat yang diresepkan.
Solusinya adalah dengan menanyakan usia pasien dan berat badan ke
keluarga pasien atau ke pasiennya secara langsung untuk memastikan
kelengkapan akan resepnya.

 Kasus Resep 1 (AYU RATNAWATI)

Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 3/2/2018
R/ Logista Tab VI
S I d.d. I pc
(Sore)
R/ Benoson Cream 50
Biocream 10
M.d.s.2 d.d.u.e
58

Terapi yang didapatkan :


1. Logista Tablet
Indikasi : Menghilangkan gejala terkait dengan rhinitis alergi, bersin,
nasal discharge & gatal serta mata gatal & terbakar; urtikaria
kronis & kondisi alergi dermatologis lainnya.
Kontraindikasi : Pasien yang menunjukkan tanda hipersensitifitas atau
idiosinkrasi terhadap obat ini
ESO : Kelelahan, sakit kepala, mengantuk, mulut kering, gangguan
pencernaan, mual, gastritis, gejala alergi seperti ruam
Dosis : Dewasa, orang tua dan anak berusia ≥12 tahun 1 tablet. Anak
berusia 2-12 tahun,> 30 kg 1 tablet, <30 kg ½ tablet. Semua
dosis diberikan sekali sehari.
2. Benoson N Cream
Indikasi : Digunakan untuk penyakit kulit seperti dermatitis dan
psoriasis, meringankan iritasi kulit seperti gatal-gatal dan kulit
mengelupas dari eskim, penyakit bollus dermatitis
herpetiformis, eksfoliatif eritroderma, mikosis fungoides,
pemfigus, eriterma multiforme.
Kontraindikasi : Pasien yang memiliki riwayat hipersensitifitas pada
betamethasone dan obat glongan kortikosteroid lainnya.
59

ESO : iritasi kulit seperti gatal, terbakar dan menyengat. Dapat juga
menyebabkan penipisan kulit, perubahan pigmentasi kulit dan
warna, stretch mark dan pertumbuhan bulu/rambut yang
berlebihan.
Dosis : Dioleskan tipis dan merata pada kulit yang terinfeksi 2-3 x
sehari.
3. Biocream
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3 x sehari
(MIMS, 2014)
Berdasarkan skrinning administratif, pada resep ini adalah tidak adanya
informasi usia pasien namun berdasarkan nama pasien yang terdapat tanda Tn.
(tuan) maka dapat dipastikan bahwa pasien adalah pasien dewasa, dosis yang
diberikan tidak dicantumkan secara lengkap, serta tidak terdapat paraf dokter
sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Ketidaklengkapan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi underdose atau
overdose pada masing-masing obat yang diresepkan. Drug Related Problem
dalam resep tersebut tidak teridentifikasi.

 Kasus Resep 2 (AYU RATNAWATI)

Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 5/1/2017
R/ Lincomycin (500 mg) X
S 3 d.d. I pc
R/ Logista Tablet III
S 1 d.d I pc
(Sore)
R/ Hydrocortison Cream (1%) 30
Biocream 3
M.d.s.2 d.d.u.e
(3 hari stop)
Pro : Ny. Suci Lestari (Dewasa)
Penggantian jenis obat oleh Apotik harus seijin dokter
60

Terapi yang didapatkan :


1. Lincomysin
Indikasi : Untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh
stafilokokus, streptokokus dan pneumokokus.
Kontraindikasi : Pasien yang mengalami riwayat hipersensitifitas terhadap
linkomycin dan klindamycin, pengobatan infeksi bakteri yang
ringan atau karena virus, pada bayi yang baru lahir.
ESO : Mual, muntah dan diare serta urtikaria.
.Dosis : Dewasa 500 mg setiap 6-8 jam.
Anak-anak lebih dari satu bulan 30-60 mg/kg BB sehari dalam
dosis terbagi 3-4.
2. Logista Tablet
Indikasi : Menghilangkan gejala terkait dengan rhinitis alergi, bersin,
nasal discharge & gatal serta mata gatal & terbakar; urtikaria
kronis & kondisi alergi dermatologis lainnya.
Kontraindikasi : Pasien yang menunjukkan tanda hipersensitifitas atau
idiosinkrasi terhadap obat ini
ESO : Kelelahan, sakit kepala, mengantuk, mulut kering, gangguan
pencernaan, mual, gastritis, gejala alergi seperti ruam
Dosis : Dewasa, orang tua dan anak berusia ≥12 tahun 1 tablet. Anak
berusia 2-12 tahun,> 30 kg 1 tablet, <30 kg ½ tablet. Semua
dosis diberikan sekali sehari.

3. Hydrocortison Cream
61

Indikasi : Mengobati inflamasi pada kulit akibat eskim dan dermatitis,


mengobati ruam, meredakan gatal pada alat vital bagian luar
wanita dan mengobati alergi.
Kontraindikasi : Pasien yang memiliki riwayat hipersensitifitas terhadap
hydrocortison, penyakit kulit akibat virus, skabies, memiliki
penyakit tinae, penyakit kulit akibat jamur.
ESO : Kulit terasa panas, gatal, mengalami kekeringan, stretch mark.
Dosis : Dioleskan 2-3 kali sehari.

4. Biocream
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3 x sehari
(MIMS, 2014)
Berdasarkan skrinning administratif, pada resep ini adalah tidak adanya
informasi usia pasien namun dilihat dari nama pasien yang terdapat tanda Ny. (
nyonya) maka dapat dipastikan bahwa pasien adalah pasien dewasa, dosis yang
diberikan tidak dicantumkan secara lengkap, serta tidak terdapat paraf dokter
sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Ketidaklengkapan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi underdose atau
overdose pada masing-masing obat yang diresepkan. Drug Related Problem
dalam resep tersebut tidak teridentifikasi.

 Kasus Resep 1 (SYAHRIZA MUHLIS)


Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 3/1/2018
R/ Trachon Caps V
S 1.d.d. I pc
(Sore)
R/ Fungasol Cream 10 gram
Biocream 2 gram
M.d.s.2 d.d.u.e
(5 hari)
Pro : Ny. N
62

1. Trachon Kapsul
Trachon mengandung itraconazole 100 mg
Indikasi : Kandidosis vulvovaginal, pitiriasis versicolor, tinea korporis
atau kruris, tinea pedis atau manum, kandidosis oral,
aspergillosis, kriptokokosis, histoplamosis,
parakoksidioidomikosis, sporotrikosis, blastomikosis, kandidosis
Dosis : Kandidosis vulvovaginal : 2 kali sehari 2 kapsul selama 1 hari
atau 2 kapsul 1 kali sehari selama 3 kapsul. Pitiriasis versikolor
:1 kali sehari selama 7 hari 2 kapsul. Tineakorposis atau kruris :
1 kali sehari selama 15 hari 1 kapsul. Tinea pedis atau manum : 1
kali sehari selama 30 hari 1 kapsul. Kandidosis oral : 1 kali
sehari selama 15 hari 1 kapsul. Aspergilosis : 1 kali sehari
selama 2-5 bulan 2 kapsul. Parakoksidioidomikosis : 1 kali
sehari selama 6 bulan 1 kapsul. Sprorotrikosis : 1 kali sehari
selama 3 bulan 1 kapsul. Blastomikosis : 1-2 kali sehari selama 6
bulan 1-2 kapsul. Kandidosis : 1 kali sehari selama 3 - 7 bulan 1
sampai 2 kapsul. Infeksi kuku : 2 kapsul/hari selama 7 hari.
Kandidiasis orofaringeal : 1 kapsul/hari selama 15 hari.
Kontraindikasi : Hamil dan masa subur pada wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi adekuat, hipersensitif, peyakit hati.
ESO : Gangguan gastrointestinal, sakit kepala
Interaksi obat : Fenitoin, rifampicin, digoksin, warfarin
(MIMS, 2014; ISO, 2011)
63

2. Fungasol Cream (Ketoconazole)


Indikasi : Infeksi yang disebabkan dermatofita, ragi dan jamur
lainnya.
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, penyakit hati akut.
ESO : Rasa iritasi dan panas
Dosis : Dioleskan sehari 1 kali pada daerah infeksi.
(MIMS, 2014).

3. Biocream (Krim ambifilik hipoalergenik)


Indikasi : Pelembap untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi
Kontraindikasi : -
ESO : -
Dosis : Oleskan 2-3x/hari
(MIMS, 2014).
Berdasarkan skrinning administratif, informasi usia dan alamat berikut
nomor telepon pasien pun sudah tertulis dibelakang resep yang ditulis oleh
apoteker/yang mewakili. Akan tetapi, resep ini tidak terdapat paraf dokter
sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Solusinya yakni ketika mendapatkan resep seperti berikut apoteker menanyakan
terkait keterangan lengkap berupa paraf dokter. Drug Related Problem pada
resep tersebut tidak teridentifikasi

 Kasus Resep 2 (SYAHRIZA MUHLIS)

Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 2/1/2018
R/ Logista Tab III
S 1.d.d. I pc
(Sore)
R/ Acid Salicyl 0,15 gram
Kloderma OINTMENT 5 gram
M.d.s.2 d.d.u.e
(3 hari stop)
Pro : Ny. R
Penggantian jenis obat oleh Apotik harus seijin dokter
64

1. Logista Tablet
Indikasi : Menghilangkan gejala terkait dengan rhinitis alergi, bersin,
nasal discharge & gatal serta mata gatal & terbakar; urtikaria
kronis & kondisi alergi dermatologis lainnya.
Kontraindikasi : Pasien yang menunjukkan tanda hipersensitifitas atau
idiosinkrasi terhadap obat ini
ESO : Kelelahan, sakit kepala, mengantuk, mulut kering,
gangguan pencernaan, mual, gastritis, gejala alergi seperti
ruam
Dosis : Dewasa, orang tua dan anak berusia ≥12 tahun 1 tablet.
Anak berusia 2-12 tahun,> 30 kg 1 tablet, <30 kg ½ tablet.
Semua dosis diberikan sekali sehari (MIMS, 2013).

2. Acid salicylic topical


Indikasi : digunakan dalam perawatan, kontrol, pencegahan, &
perbaikan penyaki seperti penyakit kulit, kemerahan pada
kulit, penyakit kulit, noda, kulit kemerahan
Kontraindikasi : Hypersensitivity, tidak digunakan untuk jangka panjang,
ESO : pusing, sakit kepala, kulit terasa panas, tinnitus,
kebingungan mental, scaling, peeling, hyperventilation.
Dosis : Dosis umum untuk pemakaian obat ini adalah sebanyak 1-
2 kali per hari, tergantung pada jenis dan keparahan kondisi
kulit yang akan diobati. Yang biasa tersedia di apotek yaitu
dengan komposisi asam salisilat 2% (MIMS, 2013).

3. Kloderma Oinment (Klobetasol Propionat 0,5 mg)


65

Indikasi : Psoriasis, eksimreal sitran, Liem planus, lupus


eritematosusdiskoid dan kondisi lainnya yang tidak
memberikan respon terhadap kortikosteroid yang kurang
aktif.
Kontraindikasi : Acne dan dermatitis perioral, lesi kulit karena infeksi
virus, jamur atau bakteri.
ESO : hipopigmentasi dan dilatasi pembuluh darah: efek sistemik.
Dosis : Dioleskan 1-2x/hari. Maksimal 2 hari (MIMS, 2013).
Berdasarkan skrinning administratif, informasi usia dan alamat berikut
nomor telepon pasien pun sudah tertulis dibelakang resep yang ditulis oleh
apoteker/yang mewakili. Akan tetapi, resep ini tidak terdapat paraf dokter
sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Solusinya yakni ketika mendapatkan resep seperti berikut apoteker menanyakan
terkait keterangan lengkap berupa paraf dokter. Drug Related Problem pada
resep tersebut tidak teridentifikasi
66

LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 2. Surat Pesanan Psikotropika


67

Lampiran 3. Surat Pesanan Mengandung Prekursor Farmasi

Lampiran 4. Faktur Obat Generik dan Paten


68

Lampiran 5. Rak Obat Generik dan Paten

Obat Generik

Obat Paten

Lampiran 6. Rak Stock Obat Generik dan Paten


69

Lampiran 7. Rak Penyimpanan Resep Narkotika dan Psikotropika

Resep
Narkotika
dan
Psikotropika

Lampiran 8. Rak Penyimpanan Obat Tetes Mata, Antibitotik, Sirup, Krim dan
Salep.

Lampiran 9. Rak Penyimpanan Obat-obatan Hand Verkoop.


70

Lampiran 10. Bagian Depan Apotek Widuri.

Lampiran 11. Laporan Pencatatan Pemasukkan dan Pengeluaran Obat Dengan


Sistem Komputer.
71

Lampiran 12. Laporan Internal (Laporan Pelayanan Kefarmasian).

Lampiran 13. Laporan Eksternal (Laporan Narkotika).


72

Lampiran 14. Laporan Eksternal (Laporan Psikotropika).


73

Lampiran 15. Formulir 1 (Berita Acara Pemusnahan Obat).


74

Lampiran 16. Formulir 2 (Berita Acara Pemusnahan Resep).


75

Lampiran 17. Formulir 3 (Pelaporan Pemakaian Narkotika).

Lampiran 18. Formulir 4 (Pelaporan Pemakaian Psikotropika).


76

Lampiran 19. Tugas Khusus Pemberian Nama Obat Berdasarkan Alphabetis


“SIRUP”.

Lampiran 20. Tugas Khusus Pemberian Nama Obat Berdasarkan Alphabetis


“MINYAK”.
77

Lampiran 21. Tugas Khusus Pembuatan Standing Banner “Tanya Obat, Tanya
Apoteker” dan Tempat Leaflet Untuk Pasien atau Pengunjung.

Lampiran 22. Tugas Khusus Pemberian Nama Obat Berdasarkan Alphabetis.


78

Lampiran 23. Tugas Khusus Pemberian Nama Obat Berdasarkan Alphabetis


“SUPLEMEN”.

Lampiran 24. Tugas Khusus Pemberian Nama Obat Berdasarkan Alphabetis


“HERBAL”.
79

Lampiran 25. Tugas Khusus Pemberian Nama Obat Berdasarkan Alphabetis


“MILK”.

Anda mungkin juga menyukai