BAB III PEMBAHASAN Widuri 2018
BAB III PEMBAHASAN Widuri 2018
A. Apotek Widuri
Apotek Widuri terletak di Jalan Pramuka No. 151, Purwokerto. Apotek
ini berdiri pada tahun 1985. Beberapa kali mengalami pergantian Apoteker
Pengelola Apotek, dan kini Apoteker Pengelola Apotek di apotek Widuri adalah
ibu Wiranti Sri Rahayu, M.Si., Apt.
Struktur organisasi apotek Widuri adalah sebagai berikut :
12
13
a. Perencanaan obat
Perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan
obat di tiap unit pelayanan kesehatan menurut Ridwan (2006) adalah :
1) Metode konsumsi, yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun
sebelumnya.
2) Metode epidemiologi, yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit.
3) Metode campuran, yaitu gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.
Sistem perencanaan pada Apotek Widuri menggunakan metode
campuran. Tetapi, pada perencanaan obat pada sistem epidemiologinya tidak
selalu dilaksanakan, karena tergantung pola penyakit daerah Purwokerto saat
itu seperti kjadian flu, batuk, atau diare akan meningkat pada musim hujan,
maka Apotek Widuri akan melaksanakan perencanaan pengadaan obat secara
epidemiologi.
b. Pengadaan
Pengadaan dilakukan untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian,
maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Kemenkes RI, 2014). Kebijakan pengadaan
di Apotek Widuri dilakukan langsung oleh apoteker dengan Apoteker
Pengelola Apotek (APA) sebagai penanggungjawab. Pengadaan sediaan
farmasi dilakukan melalui Surat Pemesanan (SP). SP yang terdapat di apotek
Widuri terdiri dari 4 macam, yaitu surat pesanan umum, surat pesanan
prekursor, surat pemesanan narkotika dan surat pemesanan psikotropika.
Pengadaan obat di Apotek Widuri dilakukan dengan cara pemesanan melalui
telepon atau sales yang datang ke apotek dengan menggunakan surat
pemesanan obat kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Surat pemesanan
14
untuk obat keras, obat wajib apotek dan obat bebas terdiri dari 2 rangkap, 1
surat untuk distributor atau PBF dan rangkapnya untuk disimpan di apotek. Isi
tulisan pada surat pemesanan antara lain nama obat yang dipesan, spesifikasi
obat (berat/volumenya), jumlah serta keterangan lainnya. Obat golongan
psikotropika dan obat lainnya dapat dipesan kepada PBF resmi manapun
sedangkan khusus obat golongan narkotika, pemesanan hanya dilakukan
kepada PBF Kimia Farma, dimana surat pemesanan khusus tersebut berasal
dari PBF yang bersangkutan. Surat pemesanan Narkotika dapat dibeli di
Kimia Farma dan hanya boleh diisi oleh Apoteker Pengelola Apotek. Untuk
surat pemesanan psikotropik, terdiri dari 2 rangkap, 1 untuk PBF dan 1
disimpan oleh apotek. Selain itu, dalam 1 surat pemesanan psikotropika dapat
berisi lebih dari 1 obat psikotropika berbeda jenis yang ingin dibeli.
Sedangkan untuk surat pemesanan narkotika terdiri dari 4 rangkap yaitu untuk
yang berwarna putih untuk PBF, merah untuk dinas kabupaten, biru untuk
arsip POM dan kuning untuk arsip apotek. Di dalam 1 surat pesanan narkotika
hanya dapat berisi 1 obat narkotik beserta dosisnya yang ingin dipesan.
Isi surat pemesanan antara lain :
a. Nama, alamat, dan nomor telepon apotek
b. Nama dan nomor SIP apoteker pengelola apotek
c. Nomor surat pemesanan, kepada, tanggal pemesanan, tanggal diterima
d. Nomor, nama obat/alat kesehatan, satuan, jumlah, keterangan
e. Tanda tangan apoteker pengelola apotek
Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara pembelian. Cara melakukan
pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
a. Pembelian Secara Kredit
Pembelian yang dilakukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi)
pada umumnya dilakukan secara kredit, dengan lamanya pembayaran
berkisar antara 14 - 30 hari. Antara satu PBF dengan PBF yang lain
biasanya memiliki kebijakan yang berbeda.
15
b. Kontan
Pembelian dilakukan secara kontan atau tunai. Biasanya untuk
transaksi obat golongan narkotika dan barang-barang COD (Cash On
Delivery atau dibayar langsung saat barang datang). Pembelian obat-
obatan oleh Apotek Widuri ada beberapa macam sistem. Untuk yang
pembelian kontan tidak ada, hanya beberapa yang dengan PBF
tertentu saja. Untuk obat-obatan HV (Hand Verkoop) dan resep
sistemnya kebanyakan adalah tempo.
c. Konsinyasi/titipan
Apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam waktu
maksimal 3 bulan. Barang-barang di apotek Widuri yang dibeli
secara konsinyasi adalah obat golongan herbal, madu, produk jahe
olahan, minuman kemasan dan alat kesehatan titipan.
Prosedur pengadaan sesuai dengan SOP di apotek Widuri adalah sebagai
berikut :
Apoteker
menyerahkan Surat
Mengarsipkan Surat
Pemesanan barang
Pemesanan (salinan)
tersebut kepada sales
di apotek
untuk disampaikan ke
PBF
baru karena ada return barang. Selain itu, pada faktur yang dibawa pengirim
barang ditulis keterangan ketidaksesuaian barang, misalnya kemasan rusak,
kelebihan jumlah pesanan barang atau yang lain.
Penyimpanan dan penataan obat dan perbekalan lain yang telah diterima
di apotek Widuri ditata di lemari penyimpanan atau rak berdasarkan;
a. Alfabetis
b. FIFO (First In First Out)/FEFO (First Expired First Out)
c. Golongan obat (obat keras/obat bebas/obat bebas terbatas)
d. Bentuk sediaan obat (sirup/tablet/suppo)
e. Efek farmakologi
Penataan obat dan perbekalan farmasi lain di etalase juga menggunakan
sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu obat maupun perbekalan farmasi
lain yang memiliki expired date paling awal dikeluarkan terlebih dahulu
dengan penataan di etalase diletakkan di bagian depan. Selain itu digunakan
pula FIFO (First In First Out), yaitu obat maupun perbekalan farmasi lain
yang pertama masuk ke apotek maka dikeluarkan terlebih dahulu dengan
penataan di etalase diletakkan di bagian depan.
Obat-obat bebas dan bebas terbatas diletakan pada etalase yang berada
di depan, sedangkan untuk obat keras diletakkan pada rak dibelakang. Obat
keras generik berada pada rak bagian atas, sedangkan obat paten yang
termasuk golongan obat keras diletakkan pada rak bagian bawah dan
diurutkan berdasarkan alfabetis . Di bagian belakang juga terdapat rak untuk
obat semi padat seperti diantaranya krim Clonaderm, Biocream,
Ketoconazole, dan obat cair diantaranya Sanmol sirup, Ambroxol sirup,
Tremenza diletakkan dalam satu rak. Sebelah kanan untuk obat cair dan
sebelah kiri untuk obat semi padat. Untuk obat-obat yang stabil pada suhu
rendah diletakkan di kulkas, diantara yang dimiliki apotek Widuri yaitu
Dulcolax suppositoria, Faktu suppositoria, dan Neo gynoxa ovula. Sedangkan
untuk obat-obat golongan Narkotik diletakkan pada lemari yang terpisah yaitu
di belakang laci yang kemudian dilengkapi dengan pintu ganda. Sementara
18
adminitrasi untuk uang masuk, uang keluar, buku harian penjualan. Catatan
mengenai uang masuk meliputi laporan penjualan harian sedangkan uang
yang keluar tercatat dalam buku pengeluaran apotek (Kemenkes RI, 2014).
Pelaporan eksternal yang dilakukan di apotek Widuri telah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika
(menggunakan Formulir sebagaimana terlampir), psikotropika (menggunakan
Formulir sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya.
Obat yang telah diterima dilanjutkan dengan pencatatan. Pencatatan
dilakukan di buku penerimaan obat dan secara komputerisasi. Namun,
pencatatan obat di apotek tidak dilakukan di kartu stock. Apotek Widuri tidak
menyediakan kartu stock obat selain golongan narkotika dan psikotropik
karena tidak ada gudang untuk menyimpan obat. Apoteker harus mencatat
barang yang tinggal sedikit atau yang telah habis pada buku defecta setiap
malam harinya dan keesokan harinya apoteker melakukan pemesanan barang
ke PBF. Untuk pendataan barang yang keluar ke tangan konsumen dilakukan
dengan mengetikkan nama barang pada software yang telah tersedia di
komputer apotek Widuri. Pelaporan obat prekursor atau pelayanan
kefarmasian (YanFar) dilaporkan melalui email :
farmamindinkesbanyumas@gmail.com. sedangkan untuk pelaporan narkotika
dan psikotropika dikirimkan secara online ke Kementerian Kesehatan melalui
website www.sipnap.kemkes.co.id
C. Bidang Administrasi Apotek Widuri
Kegiatan bidang administrasi yang dilakukan di apotek Widuri meliputi
pengecekan kelengkapan resep, pembuatan copy resep, pembuatan etiket,
penyimpanan resep dan pemusnahan resep. Menurut PERMENKES RI No 35
tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian, salah satunya pelayanan obat terhadap resep dokter. Dalam hal ini
Apotek Widuri telah menetapkan standar operasional prosedur di bidang
administrasi, sebagai berikut:
20
1. Kelengkapan resep
Di apotek Widuri, Resep yang datang atau yang diserahkan oleh
pasien dicek kelengkapannya dengan mengkaji administratif, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis. Kegiatan skrining resep tersebut
dilakukan oleh apoteker. Kelengkapan administratif resep yang belum
sesuai dengan kajian administrasi adalah tidak dicantumkannya umur, jenis
kelamin, berat badan pasien dan paraf dokter.
Kajian kesesuaian farmasetik yang dilakukan di apotek Widuri
sudah sesuai dengan PERMENKES RI No. 35 tahun 2014. Pengkajian
pertimbangan klinis diapotek Widuri meliputi ketepatan indikasi dan dosis
obat; aturan, cara dan lama penggunaan obat; duplikasi atau polifarmasi
(pasien yang mendapatkan banyak obat), reaksi obat yang tidak diinginkan
(alergi dan efek samping), kontra indikasi dan interaksi. Pengkajian
pertimbangan klinis di apotek widuri sudah sesuai dengan PERMENKES RI
No. 35 tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014).
Dispensing yang dilakukan di apotek Widuri sesuai dengna teori
berupa peracikan obat resep yang dilakukan oleh karyawan yang merupakan
juru racik dengan pengawasan apoteker. Penyerahan obat dan pemberian
informasi obat dilakukan oleh apoteker yang meliputi dosis, rute pemberian,
cara penggunaan, teraupetik dan alternatif, keamanan penggunaan, efek
samping, dan harga.
2. Pembuatan copy resep
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apotek, salinan resep
yang ada di apotek Widuri yaitu meliputi :
a. Nama dan alamat apotek.
b. Nama apoteker dan nomor izin apoteker pengelola apotek.
c. Tulisan copy resep.
d. Nama dokter.
e. Nama pasien.
21
Etiket warna putih digunakan untuk obat dalam atau obat oral seperti
sediaan tablet, kapsul, sirup dsb. Etiket ini biasanya sudah dicetak
langsung pada plastik pengemas obat.
Etiket Warna Biru
Etiket warna biru digunakan untuk obat luar atau obat-obatan yang
digunakan di luar tubuh seperti salep, krim, gel, suppositoria, dsb.
Etiket ini tercetak terpisah pada plastik pengemas obat.
Pada etiket obat di apotek Widuri tercantum keterangan sebagai berikut :
a. Nama dan alamat apotek.
b. Nama dan nomor SIPA pengelola apotek.
c. Nomor dan tanggal pembuatan.
d. Nama pasien.
e. Aturan pemakaian.
f. Tanda lain yang diperlukan seperti jenis sedian, kocok dahulu,
dioleskan,
dan durasi penggunaan obat.
Etiket tersebut diatas sudah memenuhi persyaratan pencantuman etiket
(Syamsuni, 2007).
4. Penyimpanan Resep
Resep yang sudah diterima dan diskrining, diberi nomor di bagian
kopnya. Penomoran ini untuk mengetahui urutan resep yang masuk pada
hari tersebut.Penyimpanan resep di apotek Widuri dipisahkan antara resep
obat non psikotropik dan resep yang mengandung obat
psikotropika.Pengumpulan resep dilakukan setiap hari, kemudian disatukan
perbulannya dan disatukan lagi dengan resep-resep bulan berikutnya (2
bulan) dan disimpan rapi didalam satu kotak minimal selama 5 tahun
PERMENKES RI No. 73 tahun 2016 dan disimpan sesuai dengan kapasitas
ruang penyimpanan resep (Kemenkes RI, 2016)
5. Pemusnahan Resep
23
bentuk sediaan lain, maka Apoteker perlu melakukan peracikan obat terlebih
dahulu.
Terdapat SOP dalam pelayanan resep di apotek Widuri yaitu sebagai
berikut :
Apoteker
Apoteker memastikan
menyerahkan obat
Pasien datang ke bahwa pasien paham
kepada pasien
Apotek atas penjelasan yang
dengan memberikan
telah diberikan
KIE
Apoteker menutup
Apoteker menyapa Memilihkan obat yang swamedikasi dengan
pasien dan sesuai dengan kondisi mengucapkan terima
mmperkenalkan diri pasien kasih dan doa cepat
sembuh.
Apoteker menggali
informasi kepada
Apoteker menanyakan pasien terkait
apa yang dibutuhkan
oleh pasien identitas diri, riwayat
penyakit dan
pengobatan.
Apoteker
memastikan bahwa Menanyakan keluhan
obat yang akan dibeli dan gejala yang
untuk diri sendiri diderita pasien
atau keluarga pasien
Apoteker
Apoteker
menyapa Apoteker
memastikan
Pasien pasien menanyaka
bahwa obat yang
datang ke dengan n apa yang
akan dibeli untuk
Apotek ramah dan dibutuhkan
diri sendiri atau
mmperkenal oleh pasien
keluarga pasien
kan diri
Apoteker menggali
Menanyakan
informasi kepada Memilihkan
keluhan dan
pasien terkait obat yang
gejala yang
identitas pasien, sesuai dengan
diderita
riwayat penyakit kondisi pasien
pasien
dan pengobatan.
Apoteker memastikan
Apoteker
bahwa pasien paham atas Apoteker menutup
menyerahkan
penjelasan yang telah swamedikasi dengan
obat kepada
diberikan dengan cara mengucapkan terima
pasien dengan
meminta pasien untuk kasih dan doa cepat
memberikan
mengulangi untruksi yang sembuh.
KIE
sudah diberikan
Indikasi : Infeksi kulit, infeksi luka & luka bakar, pencegahan infeksi
pada pembedahan.
ESO : Reaksi alergi.
Dosis : Dioleskan 2-3 x sehari pada kulit yang terkena infeksi. Terlebih
dahulu bersihkan bagian yang akan diobati.
KIE : Dioleskan tipis pada kulit yang mengalami luka terutama pada
luka yang basah atau lembab 3-4 kali sehari (MIMS, 2013).
Tn. A dating dengan keluhan batuk berdahak disertai flu. Batuk dan flu yamg
dialami Tn. A telah berlangsung selama 3 hari.
Tn. B datang dengan keluhan sakit gigi, nyeri pada gigi bagian belakang dan
tanpa disertai bengkak sudah 2 hari. Pasien belum mengkonsumsi obat
sebelumnya.
Pengobatan Yang Disarankan :ASAM MEFENAMAT 500 MG
Indikasi : Meredakan nyeri ringan hingga sedang pada sakit kepala, sakit
gigi, dismenore primer, juga nyeri traumatik, otot dan pasca
operasi
Dosis : 500mg
ESO : Gangguan GI, mengantuk, hipersensitifitas, diare
KIE : Obat diminum setelah makan 3 kali sehari. Kalau nyeri sudah
hilang pengobatan dihentikan. Menjaga kebersihan bagian gigi
dan mulut, mengkonsumsi air hangat, beristirahat yang cukup.
Jika sampai 5 hari kondisi belum membaik segera konsultasi ke
dokter (MIMS, 2014).
Pemilihan terapi dengan menggunakan asam mefenamat sudah sesuai
dengan indikasi karena asam mfenamat mempunyai indikasi untuk mengatasi
nyeri, namun penggalian informasi masih belum lengkap terkait riwayat alergi
obat. KIE yang diberikan belum lengkap karena tidak menjelaskan mengenai
cara penyimpanan obat.
2. Ketokonazol Krim
Indikasi : Infeksi jamur pada kulit, Tinea korporis, tinea kruris dan
tinea pedis. Kandidiasis kutis dan tinea versicolor.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ketokonazol, wanita hamil
Efek samping : Rasa iritasi, rasa panas pada kulit, alergi lokal.
Dosis : Kandidiasis kutis, tinea korporis, tinea manus, tinea
pedis dan tinea versicolor : oleskan 1x/hari pada kulit
yang terinfeksi. Dermatitis seboroik 1-2/hari. Lama terapi
: Tinea Versicolor, infeksi ragi 2-3 minggu. Tinea kruris,
dermatitis seboroik 2-4 minggu. Tinea korporis 3-4
minggu. Tinea pedis 4-6 minggu.
3. Biocream
Merupakan krim amfibilik hipoalergenik
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3x/hari
( MIMS, 2014 )
Berdasarkan skrinning administratif, resep ini tidak terdapat informasi usia
pasien dan alamat pasien, serta tidak terdapat paraf dokter sebagaimana
persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Solusinya yakni
ketika mendapatkan resep seperti berikut apoteker menanyakan terkait
keterangan lengkap dari pasien. Drug Related Problem pada resep tersebut tidak
teridentifikasi
42
1. Skrining Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan resep √
6 Hari dan jam praktek √
Invocatio
7 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ada, tetapi
hanya pada satu
nama obat
Prescriptio/Ordonatio
8 Nama Obat √
45
9 Jumlah obat √
Signatura
10 Nama pasien √
11 Umur pasien √
12 Alamat pasien √
13 Aturan pakai obat √
Subscriptio
14 Tanda tangan/paraf dokter Hanya terdapat
garis pemisah
tanpa paraf
dokter
Kesimpulan:
Resep kurang lengkap.
2. Skrining Farmasetik
3. Pertimbangan Klinis
No. Nama Obat Indikasi dan Indikasi dan Kontra Efek samping Ket
dosis literatur dosis resep indikasi
1. Flagyl Syrup Obat yang Obat Infeksi Hipersensitif Efek Sesuai
digunakan yang terhadap samping
(Metronidazol
untuk disebabkan pasien yang paling
e 125 mg/ 5 mengobati oleh bakteri memiliki umum
berbagai jenis atau parasit riwayat diantaranya
mL)
infeksi yang di usus. hipersensitif gagguan
disebabkan Dosis 3x pada pengecapan,
oleh bakteri sehari 1 ½ Metronidazole lidah kasar,
anaerob dan sendok teh atau obat gangguan
protozoa di (5 mL). golongan saluran
usus dan hati. nitroimidazole cerna (mual,
Dosis lazim lainnya sakit perut,
anak usia 3-7 (Farmasiana, dan diare),
tahun pada 2019). kehilangan
kasus nafsu
amubiasis makan,
intestinal yaitu penurunan
200 mg tiap 6 berat badan,
jam muntah,
(Farmasiana, sakit kepala,
2019). pusing
(Farmasiana,
2019)
2. Ciprofloxaci Obat yang Obat infeksi KI terhadap Efek Sesuai
n 125 mg digunakan bakteri pada pasien yang samping
sebagai usus. Dosis punya riwayat yang umum
antibiotik untuk anak hipersensitif terjadi
spektrum luas usia 5 tahun terhadap adalah mual,
berbagai diberikan ½ antibiotik diare, tes
penyakit tablet (125 golongan fungsi hati
infeksi yang mg, kuinolon pasien yang
disebabkan menurut epilepsi, dan abnormal,
oleh bakteri. rumus pasien dengan muntah, dan
Dosis lazim perhitungan riwayat tendon ruam pada
dewasa untuk dosis Dilling pecah kulit
infeksi sudah benar) (Farmasiana, (Farmasiana,
intraabdomen 3 x sehari 2019) 2019)
500-750 mg minimal
selama 5 -14 dihabiskan
hari (MIMS, dalam waktu
47
2019) 4 hari
3. Combantrin Obat yang Obat infeksi Kontraindikas Anoreksia Sesuai
(Pirantel digunakan cacing. i pada (nafsu
untuk Dosis untuk penderita makan
Pamoat 200 pengobatan usia 5 tahun hipersensitif hilang),
mg) infeksi yang diberikan ½ terhadap mual,
disebabkan tablet satu Pirantel muntah,
oleh cacing. kali minum Pamoat diare, sakit
Dosis lazim (200 mg). (Combantrin, kepala,
untuk anak 2019) pusing,
umur 2-6 tahun mengantuk
½ -1 tablet 250 dan merah-
mg sekali merah pada
minum kulit,
(Combantrin, keringat
2019) dingin,
pruritus, dan
urtikaria.
Assesment
Plan
1. TujuanTerapi
Terapi non farmakologi yang disarankan antara lain adalah istirahat yang cukup,
menjaga tubuh tetap dalam kondisi hangat, dan minum banyak air putih (NHS,
2017).
3. Terapi Farmakologi
48
Flagyl Syrup
Obat ini berisi Metronidazole 125 mg/ 5 mL sebagai antimikroba yang digunakan
untuk pengobatan beberapa jenis infeksi yang disebakan oleh bakteri anaerob dan
protozoa di usus (Farmasiana, 2019).
Mekanisme kerja bentuk tereduksi dari obat ini dapat berinteraksi dengan DNA
mikroorganisme dan menyebabkan degradasi dan penghambatan sintesis asam
nukleat sehingga menyebabkan kematian mikroba (Farmasiana, 2019).
Ciprofloxacin
Meknisme aksi dari obat ini dengan cara menghambat dua tipe enzim II
Topoisomerase yaitu DNA Gyrase dan Topoisomerase IV. Topoisomerase IV
memerlukan DNA terpisah yang telah direplikasi sebelum pembelahan sel bakteri.
Dengan DNA yang tidak dipisahkan, proses terhenti dan bakteri tidak bisa
membelah. Sedangkan DNA Gyrase bertunggungjawab untuk supercoil DNA
sehingga akan cocok di dalam sel yang baru terbentuk. Kombinas dari dua
mekanisme diatas akan membunuh bakteri sehingga Ciprofloxacin digolongkan
sebagai bakterisida (Farmasiana, 2019).
Combantrin berisi Pirantel Pamoat yang berupa obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh cacing. Mekanisme kerja obat ini dapat
melumpuhkan cacing dengan cara omendepolarisas senyawa penghambat
neuromuskular dan akan mengeluarkan cacing dari dalam tubuh tanpa harus
menggunakan pencahar (Combantrin, 2019).
49
1. Skrining Administratif
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter √
2 SIP dokter √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan tanggal penulisan resep √
6 Hari dan jam praktek √
Invocatio
7 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ada, tetapi
hanya pada satu
nama obat
Prescriptio/Ordonatio
8 Nama Obat √
9 Jumlah obat √
51
Signatura
10 Nama pasien √
11 Umur pasien √
12 Alamat pasien √
13 Aturan pakai obat √
Subscriptio
14 Tanda tangan/paraf dokter √
Kesimpulan:
Resep kurang lengkap.
2. Skrining Farmasetik
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk Sediaan - Sesuai
2 Stabilitas obat - Sesuai
3 Inkompatibiltas - Sesuai
4 Cara pemberian - Sesuai
5 Jumlah dan aturan - Sesuai
pakai
3. Pertimbangan Klinis
No. Nama Obat Indikasi dan Indikasi dan Kontra Efek samping Ket
dosis literatur dosis resep indikasi
1. Cortidex Obat ini adalah Obat Dilarang Dapat Sesuai
(Dexamethas obat steroid digunakan digunakan menyebabkan
jenis untuk untuk hiperglikemia,
one 0.5 mg) Glukokortikoid imunosupres penderita sindrom
yang digunakan an atau hipersensitif Cushing, dan
sebagai agen antialergi terhadap obat menghambat
antialergi, yang golongan pertumbuhan
imunosupresan, diminum 3x kortikosteroid tulang
agen sehari 1 dan sebaiknya (Farmasiana,
antiinflamasi. pulveres tidak 2019).
52
Plan
1. TujuanTerapi
- Mengobati eksim pasien
2. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi yang disarankan antara lain adalah istirahat yang cukup,
menjaga tubuh tetap dalam kondisi hangat, dan minum banyak air putih (NHS,
2017).
3. Terapi Farmakologi
Cortidex
Biocream
1. Oxytetracycline
Indikasi : Infeksi kulit, infeksi luka & luka bakar,
pencegahan infeksi pada pembedahan.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap oksitetrasiklin
ESO : Reaksi alergi.
Dosis : Dioleskan 2 – 3 x sehari pada kulit yang terkena infeksi.
Terlebih dahulu bersihkan bagian yang akan diobati.
56
Kasus pada resep ini adalah tidak adanya informasi usia pasien dan
berat badan sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian
Kesehatan RI. Ketidakadaan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi
underdose atau overdose pada masing-masing obat yang diresepkan.
Solusinya adalah dengan menanyakan usia pasien dan berat badan ke
keluarga pasien atau ke pasiennya secara langsung untuk memastikan
kelengkapan akan resepnya.
1. Kalmethasone 0,5 mg
Indikasi : Peradangan, alergi & penyakit lain yang
responsif terhadap glukokortikoida.
Kontraindikasi : Herpes simpleks pada mata, infeksi piogenik (infeksi yang
bernanah) atau infeksi yang disebabkan oleh jamur.
ESO : Kelemahan otot, osteoporosis, ulkus peptikum, gangguan
penyembuhan luka, peningkatan keringat, sakit kepala,
menstruasi tidak teratur, menghambat pertumbuhan pada
anak-anak, penurunan toleransi karbohidrat.
Dosis : 0.5 - 10 mg/hari berikan sesudah makan
2. Inerson
Indikasi : Untuk pengobatan anti inflamasi, anti alergi, anti
eksudatif, anti proliferasi dan anti pruritus pada
dermatosis yang peka terhadap kortikosteroid, misalnya
penyakit eksim, dermatitis kontak, gatal akibat gigitan
serangga, dan eksim skabies dikombinasikan dengan
obat anti skabies.
57
Kasus pada resep ini adalah tidak adanya informasi usia pasien dan
berat badan sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian
Kesehatan RI. Ketidak adaan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi
underdose atau overdose pada masing-masing obat yang diresepkan.
Solusinya adalah dengan menanyakan usia pasien dan berat badan ke
keluarga pasien atau ke pasiennya secara langsung untuk memastikan
kelengkapan akan resepnya.
Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 3/2/2018
R/ Logista Tab VI
S I d.d. I pc
(Sore)
R/ Benoson Cream 50
Biocream 10
M.d.s.2 d.d.u.e
58
ESO : iritasi kulit seperti gatal, terbakar dan menyengat. Dapat juga
menyebabkan penipisan kulit, perubahan pigmentasi kulit dan
warna, stretch mark dan pertumbuhan bulu/rambut yang
berlebihan.
Dosis : Dioleskan tipis dan merata pada kulit yang terinfeksi 2-3 x
sehari.
3. Biocream
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3 x sehari
(MIMS, 2014)
Berdasarkan skrinning administratif, pada resep ini adalah tidak adanya
informasi usia pasien namun berdasarkan nama pasien yang terdapat tanda Tn.
(tuan) maka dapat dipastikan bahwa pasien adalah pasien dewasa, dosis yang
diberikan tidak dicantumkan secara lengkap, serta tidak terdapat paraf dokter
sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Ketidaklengkapan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi underdose atau
overdose pada masing-masing obat yang diresepkan. Drug Related Problem
dalam resep tersebut tidak teridentifikasi.
Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 5/1/2017
R/ Lincomycin (500 mg) X
S 3 d.d. I pc
R/ Logista Tablet III
S 1 d.d I pc
(Sore)
R/ Hydrocortison Cream (1%) 30
Biocream 3
M.d.s.2 d.d.u.e
(3 hari stop)
Pro : Ny. Suci Lestari (Dewasa)
Penggantian jenis obat oleh Apotik harus seijin dokter
60
3. Hydrocortison Cream
61
4. Biocream
Indikasi : Pelembab untuk kulit kering. Krim pelindung kulit selama
radioterapi (penyinaran)
Dosis : Oleskan 2-3 x sehari
(MIMS, 2014)
Berdasarkan skrinning administratif, pada resep ini adalah tidak adanya
informasi usia pasien namun dilihat dari nama pasien yang terdapat tanda Ny. (
nyonya) maka dapat dipastikan bahwa pasien adalah pasien dewasa, dosis yang
diberikan tidak dicantumkan secara lengkap, serta tidak terdapat paraf dokter
sebagaimana persyaratan resep yang diatur oleh Kementerian Kesehatan.
Ketidaklengkapan informasi ini dapat dikhawatirkan terjadi underdose atau
overdose pada masing-masing obat yang diresepkan. Drug Related Problem
dalam resep tersebut tidak teridentifikasi.
1. Trachon Kapsul
Trachon mengandung itraconazole 100 mg
Indikasi : Kandidosis vulvovaginal, pitiriasis versicolor, tinea korporis
atau kruris, tinea pedis atau manum, kandidosis oral,
aspergillosis, kriptokokosis, histoplamosis,
parakoksidioidomikosis, sporotrikosis, blastomikosis, kandidosis
Dosis : Kandidosis vulvovaginal : 2 kali sehari 2 kapsul selama 1 hari
atau 2 kapsul 1 kali sehari selama 3 kapsul. Pitiriasis versikolor
:1 kali sehari selama 7 hari 2 kapsul. Tineakorposis atau kruris :
1 kali sehari selama 15 hari 1 kapsul. Tinea pedis atau manum : 1
kali sehari selama 30 hari 1 kapsul. Kandidosis oral : 1 kali
sehari selama 15 hari 1 kapsul. Aspergilosis : 1 kali sehari
selama 2-5 bulan 2 kapsul. Parakoksidioidomikosis : 1 kali
sehari selama 6 bulan 1 kapsul. Sprorotrikosis : 1 kali sehari
selama 3 bulan 1 kapsul. Blastomikosis : 1-2 kali sehari selama 6
bulan 1-2 kapsul. Kandidosis : 1 kali sehari selama 3 - 7 bulan 1
sampai 2 kapsul. Infeksi kuku : 2 kapsul/hari selama 7 hari.
Kandidiasis orofaringeal : 1 kapsul/hari selama 15 hari.
Kontraindikasi : Hamil dan masa subur pada wanita yang tidak
menggunakan kontrasepsi adekuat, hipersensitif, peyakit hati.
ESO : Gangguan gastrointestinal, sakit kepala
Interaksi obat : Fenitoin, rifampicin, digoksin, warfarin
(MIMS, 2014; ISO, 2011)
63
Dr. XX
Spesialis Penyakit Kulit & Kelamin
SIP. 3302/53141/01/449.1/0143/06/IV/2016
Pramuka 151 Purwokerto Telp. (0281) 636725
Purwokerto, 2/1/2018
R/ Logista Tab III
S 1.d.d. I pc
(Sore)
R/ Acid Salicyl 0,15 gram
Kloderma OINTMENT 5 gram
M.d.s.2 d.d.u.e
(3 hari stop)
Pro : Ny. R
Penggantian jenis obat oleh Apotik harus seijin dokter
64
1. Logista Tablet
Indikasi : Menghilangkan gejala terkait dengan rhinitis alergi, bersin,
nasal discharge & gatal serta mata gatal & terbakar; urtikaria
kronis & kondisi alergi dermatologis lainnya.
Kontraindikasi : Pasien yang menunjukkan tanda hipersensitifitas atau
idiosinkrasi terhadap obat ini
ESO : Kelelahan, sakit kepala, mengantuk, mulut kering,
gangguan pencernaan, mual, gastritis, gejala alergi seperti
ruam
Dosis : Dewasa, orang tua dan anak berusia ≥12 tahun 1 tablet.
Anak berusia 2-12 tahun,> 30 kg 1 tablet, <30 kg ½ tablet.
Semua dosis diberikan sekali sehari (MIMS, 2013).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pesanan Narkotika
Obat Generik
Obat Paten
Resep
Narkotika
dan
Psikotropika
Lampiran 8. Rak Penyimpanan Obat Tetes Mata, Antibitotik, Sirup, Krim dan
Salep.
Lampiran 21. Tugas Khusus Pembuatan Standing Banner “Tanya Obat, Tanya
Apoteker” dan Tempat Leaflet Untuk Pasien atau Pengunjung.