Anda di halaman 1dari 36

BAHAN AJAR KONSEP KEBIDANAN

BAB
MANAJEMEN ASUHAN KEIDANAN

1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN PADA UMUMNYA


Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki
arti seni melaksanakan dan mengatur.
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.
Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur
dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat
di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan.Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.Ketika itu, ia menyebutkan
lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:
1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber
yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat
apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan
perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah
manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat
dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang
bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha.
Sarana manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana
(tools).Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan.Tools
tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan
markets.
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam
manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat
tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh
karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk
mencapai tujuan.
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan.Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan.Oleh karena itu uang merupakan alat
(tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan
secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan
untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta
berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi.Dalam
dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam
bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu
sarana.Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan
tercapai hasil yang dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan
keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan
manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu
tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-
fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu
diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti
atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan
(memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab
bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.
Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam
arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan.Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera
konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.
Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari
Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1. Pembagian kerja (Division of work)
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin (Discipline)
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan (Centralization)
9. Hirarki (tingkatan)
10. Ketertiban (Order)
11. Keadilan dan kejujuran
12. Stabilitas kondisi karyawan
13. Prakarsa (Inisiative)
14. Semangat kesatuan, semangat korps.

2. PENGERTIAN MANAJEMEN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :
Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis
data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Menurut Depkes RI, 2005
Manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak
yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat.
Menurut Helen Varney (1997)
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-
penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan berfokus pada klien.
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standart yang dikeluarkan oleh American
College of Nurse Midwife (ACNM) terdiri dari :
a. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan
relevan dengan melakukan pengkajian yang keomprehensif terhadap kesehatan setiap
klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah
dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien.
d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan
bertanggung jawab terhadap kesehatannya.
e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
f. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual
g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi
dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal.
i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi
rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. LANGKAH-LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN

Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan


melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
a. Identifikasi dan analisis masalah
b. Diagnosa kebidanan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Helen Varney th 1997
a. Langkah I : Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan
b. Langkah II : Mengintreprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial dan menganti-sipasi
penanganannya
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindaakn-segera, konsultasi, kolaborasi,
dengan tenaga kesehatn lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien
e. Langkah V : Menyusunrencana asuhan secar menyeluruh denga tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya
f. Langkah VI : Melaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman
g. Langkah VII : Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif
BAB 8
LINGKUP PRAKTIK KEIDANAN

1. RUANG LINGKUP DAN SASARANNYA

a. Ruang lingkup
Ruang lingkup praktik kebidanan berdasarkan Kepmenkes no
900/Menkes/SK/VII/2002

1) Pelayanan kebidanan : asuhan bagi perempuan mulai dari


a. pranikah,
b. pra kehamilan,
c. selama kehamilan,
d. persalinan,
e. nifas,
f. menyusui,
g. Interval antara masa kehamilan
h. menopause,
i. termasuk asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita

2) Pelayanan KB :
a. konseling KB,
b. penyediaan berbagai jenis alat kontrasepsi,
c. nasehat dan tindakan bila terjadi efek samping

3) Pelayanan kesehatan masyarakat :


a. Asuhan untuk keluarga yang mengasuh anak
b. Pembinaan kesehatan keluarga
c. Kebidanan komunitas
d. Persalinan di rumah
e. Kunjungan rumah
f. Deteksi dini kelainan pada ibu dan anak
Lingkup praktik kebidanan :
Lingkup praktik kebidanan yang digunakan meliputi asuhan mandiri/otonomi pada anak-
anak perempuan, remaja putri dan wanita desa sebelumnya, selama kehamilan dan
selanjutnya. Hal ini berarti bidan memberikan:
a. Pengawasan yang diperlukan, asuhan serta nasehat bagi wanita selama masa hamil,
bersalin, dan masa nifas.
b. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan merawat bayi baru
lahir.
c. Asuhan kebidanan ini termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di
Posyandu (tindakan dan pencegahan), penyuluhan dan pendidikan kesehatan pada
ibu, keluarga berencana, deteksi kondisi abnormal pada ibu dan bayi, usaha
memperoleh pendamping khusus bila diperlukan (kosultasi atau rujukan), dan
pelaksanaan pertolongan kegawat daruratan primer dan sekunder pada saat tidak ada
pertolongan medis.
d. Praktek kebidanan dilakukan dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada masyarakat lainnnya, dokter, perawat, dan dokter spesialis di pusat-pusat
rujukan.

2. LAHAN PRAKTIK PELAYANAN KEBIDANAN

Lahan Praktik Pelayanan Kebidanan


Meliputi :
1. Rumah Sakit
2. Puskesmas
3. BKIA
4. BPS
5. Komunitas / masyarakat
Praktik pelayanan kebidanan dapat dilakukan diberbagai lokasi, sesuai dengan kondisi
lingkungan sekitar sehingga bidan dapat menjalankan praktik pada sarana kesehatan dan/atau
praktek perorangan.Bidan dapat bertugas di poliklinik antenatal, neonatus/anak, ginekologi,
keluarga berencana, kamar bersalin, kamar bedah obsgyn, ruang rawat obsgyn dan perinatal.
Syarat utama yang harus dipenuhi untuk melaksanakan praktik pelayanan kebidanan
adalah memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan
untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Bidan dalam menjalankan praktiknya harus ;
1. Memiliki tempat dan ruangan praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Menyediakan tempat tidur untuk pesalinan (1-5 tempat tidur).
3. Memiliki perawatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap
(protap) yang berlaku.
4. Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
5. Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan SIPB atau fotocopi izin praktiknya
di ruang praktik atau tempat yang mudah dilihat.
6. Bidan yang dalam praktiknya menyediakan lebih dari lima tempat tidak harus
memperkerjakan tenaga bidan lain yang memiliki SIPB untuk membantu tugas
pelayanannya.
BAB 9
PENGORGANISASIAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN

1. PELAYANAN MANDIRI
a. Merupakan layanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan sepenuhnya sesuai
dengan kepmenkes no 900/Menkes/SK/ VII/2002
b. Dalam memberikan layanan ini bidan yang berkompeten harus tahu kapan harus
bertindak sesuai wewnwngnya, kapan tidak bertindak, kapan hanya memantau dengan
ketat, kapan merujuk, konsultasi atau kolaborasi dengan dokter

2. KOLABORASI
a. Dilakukan bidan sebagai anggota tim, kegiatannya dilakukan secara bersama-sama
atausebagai suatu roses pelayanan kesehatan mis: merawat ibu hamil dengan komplikasi
medik atau obstetric
b. Tujuan pelayanan: berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang
lingkup masing-masing
c. Kemampuan untuk berbagi tanggung jawab antara bidan dan dokter sangat penting agar
bisa saling menghormati, saling mempercayai dan menciptakan komunikasi efektif antara
kedia profesi
Tugas bidan dalam penatalaksanaan kolaborasi:
a. Melindungi dan memfasilitasi setiap proses yang bersifat normal
b. Menyediakan informasi yang bersifat tentang pilihan-pilihan yang bersift aman
c. Membantu ibu dalam pengambilan keputusan
d. Melibatkan keluarga
e. Memberi advokasi
f. Penyuluhan dan konseling
g. Memberi asuhan berkesinambungan

3. RUJUKAN
a. Pengertian: memindahkan perawatan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi jika
dipertimbangkan ada kondisi patologis diluarwewnang bidan.
b. Fungsi bidan salah satunya adalah melakukan skirining terhadap adanya komplikasi
kehamilan agar dirujuk untuk mendapatkanperawatan khusus dari idokter spesialis
BAB 10
SISTEM PENGHARGAAN BAGI BIDAN

Sistem Penghargaan Bagi Bidan (Reward,Sanksi,dan Jabatan fungsional bidan)


A. Penghargaan Bagi Bidan
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan
jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan / hak untuk
menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3,hak adalah kewenangan untuk
berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu. Bidan di
Indonesia memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia atau IBI yang
mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan.Setiap bidan yang
telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.
1. Hak bidan :
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan
dengan peraturan perundangan,dank ode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi / kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien,keluarga ataupun profesi lain
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.
2. Wewenang bidan ,antara lain:
a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatan obstetric dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi,memiliki
kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan,mematuhi dan melaksanakan protap
yang berlaku di wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan
dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikah termasuk remaja putrid, pra hamil, kehamilan, persalinan, nifas,
menyusui, dan masa antara kehamilan.
d. Dan masih banyak lagi.
3. Dalam lingkup IBI,anggota mempunyai hak tertentu sesuai dengan kedudukannya,
yaitu:
a. Anggota Bisa Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
b. Berhak mengemukakan pendapat ,saran, dan usul untuk kepentingan organisasi.
c. Berhak memilih dan dipilih.
d. Anggota Luar Bisaa
e. Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
f. Dapat mengemukakan pendapat ,saran,dan usul untuk kepentingan organisasi.
g. Anggota Kehormatan dapat mengemukakan pendapat, saran,dan usul untuk
kepentingan organisasi.
B. Sanksi Bagi Bidan
Sanksi merupakan imbalan negative yang berupa pembebanan atau penderitaan
yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi berlaku bagi bidan yang
melanggar kode etik dan hak/ kewajiban bidan yang telah diatur oleh organisasi profesi,
karena kode etik bidan merupakan norma yang berlaku bagi anggota IBI dalam
menjalankan praktek profesinya yang telah disepakati dalam Kongres Nasional IBI.
1. Kode etik bidan :
Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga
dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan
dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien
d. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
e. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
f. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
3. Kewajiban bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi
dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat
b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
4. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik
b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
5. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan
Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran
kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga
Dalam organisasi IBI terdapat Dewan Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis
Pembelaan Anggota (MPA),yang memiliki tugas :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan pengurus
pusat.
2. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus pusat.
4. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan,tugas dan tanggung jawabnya ditentukan
pengurus.
5. MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan berkoordinasi
dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara internal memberikan
saran,pendapat,dan buah pikiran tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya
yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.
MPEB dan MPA bertugas mengkaji,menangani dan mendampingi anggota yang
mengalami permasalahan dalam praktik kebidanan serta masalah hukum.

C. SANKSI
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan
prakteknya sesuai kode etik dan standar profesi bidan,tapi bagi bidan yang melanggar dan
menyimpang dari kode etik yang ada,juga harus diberi sanksi yang tegas. Supaya bidan
tetap bekerja sesuai kewenangannya.
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB
sementara, atau bisa juga berupa denda.
Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan misalnya :
a. Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan
karena termasuk tindakan criminal.
b. Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan
premature,bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh
dilakukan,dan harus dirujuk. Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi,selain
itu jika dilakukan oleh bidan itu sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi
yang dikandungnya.
c. Setiap penyimpangan baik itu disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan
audit khusus yang telah dibentuk oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di
kabupaten tersebut. Dan bila terbukti melakukan pelanggaran/penyimpangan maka
bidan tersebut akan mendapat sanksi.
Contoh penyimpangan yang disengaja adalah praktek aborsi,sedangkan
pelanggaran yang dilakukan secara tidak sengaja misalnya menolong persalinan yang
bayinya mengalami asfiksia tetapi bidan tidak segera melakukan pertolongan
Selain penghargaan dan sanksi,bidan juga patut mendapat jabatan fungsional dan
jabatan struktural. Seperti yang dijelaskan pada materi di atas mengenai jabatan
fungsional bidan,jabatan fungsional didapat oleh seorang bidan melalui pendidikan
formal seperti D III dan SI berupa ijasah,sedangkan non formal berasal dari pelatihan
atau penyuluhan/seminar yang diadakan oleh pemerintah atau organisasi bidan berupa
sertifikat.
Bidan memiliki jabatan fungsional sesuai dengan fungsi bidan yaitu pelaksana,
pengelola, pendidik, dan peneliti. Dalam menduduki jabatan ini,bidan juga berhak
menerima tunjangan fungsional sesuai dengan kedudukannya. Sedangkan jabatan
struktural bidan dilihat berdasarkan dimana bidan tersebut bekerja.Tunjangan berasal dari
tempat dimana dia bekerja seperti di Puskesmas dan Rumah Sakit.Dan jabatan ini
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki bidan tersebut.
Jabatan Fungsional Bidan
Jabatan dapat ditinjau dari 2 aspek,yaitu jabatan struktural dan fungsional. Jabatan
struktural adalah jabatan yang secara jelas tertera dalam struktur dan diatur berjenjang
dalam suatu organisasi,sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau serta
dihargai dari aspek fungsinya yang vital dalam kehidupan masyarakat dan Negara.
Selain fungsi dan perannya yang vital dalam kehidupan masyarakat,jabatan
fungsional juga berorientasi kualitatif. Seseorang memiliki jabatan fungsional berhak
mendapatkan tunjangan fungsional.Jabatan bidan merupakan jabatan fungsional
professional sehingga berhak mendapat tunjangan fungsional.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural. Jabatan
fungsional sebagai bidan bisa didapat melalui pendidikan berkelanjutan ,baik secara
formal maupun nonformal,yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan
professional bidan dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana, pendidik,
pengelola, dan peneliti. Sedangkan jabatan sturkturalnya bergantung dimana bidan
tersebut bertugas,misalnya di rumah sakit,puskesmas,dan sebagainya. Karir ini dapat
dicapai oleh bidan di setiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai dengan tingkat
kemampuan ,kesempatan, dan kebijakan yang ada.
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang
berat dan harus dipertanggung jawabkan.Membantu persalinan adalah salah satu tugas
berat bidan.Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya.
Selain itu bidan juga harus bisa mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat.Karena inilah bidan memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik
dari pemerintah maupun masyarakat.
Penghargaan bagi bidan bisa diberikan dalam bentuk imbalan jasa atau pengakuan
sebagai profesi bidan dan pemberian hak dan kewenangan kepada bidan dalam
menjalankan tugasnya sebagai bidan.Misalnya bidan yang tidak pernah bermasalah
dengan hukum dan selalu berjalan seiring dengan kode etik bidan dan standar profesi
bidan yang ada.
BAB 11
PRINSIP PERKEMBANGAN KARIR BIDAN

1. PENDIDIKAN LANJUT
Pendidikan lanjutan
Pendidikan Berkelanjutan adalah Suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / pelayanan
dan standar yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal.
Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap
pelayanan kebidanan, perubahan – perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun
dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global ini
diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat
pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesionalisme.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan,
berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang
mengabdi ditengah – tengah masyarakat. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk
mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal, maupun
pendidikan non formal. Namun IBI dan pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk
memulai penyelenggaraan program pendidikan tersebut. Pendidikan formal yang telah
dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI adalah
program D III dan D IV kebidanan. Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dana
bagi bidan di sektor pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping
itu IBI mengupayakan adanya badan – badan swasta dalam dan luar negeri khusus untuk
program jangka pendek. Selain itu IBI tetap mendorong anggotanya untuk meningkatkan
pendidikan melalui kerjasama dengan universitas di dalam negeri Skema pola
pengembangan pendidikan kebidanan.

2. JOB FUNGSIONAL
Job fungsional (jabatan fungsional) merupakan Kedudukan yang menunjukkan
tugas,kewajiban hak serta wewenang pegawai negri sipil yang dalam melaksanakan
tugasnya diperlukan keahlian tertentu serta kenaikan pangkatnya menggunakan angka kredit.
Jenis jabatan fungsional dibidang kesehatan: Dokter,Dokter gigi,Perawat, Bidan, Apoteker,
Asisten apoteker,Pengawas farmasi makanan dan minuman,Pranata laboratorium,
Entomolog, S3 Kebidanan,S2 Kebidanan, S1 Kebidanan ,SLTA ,Bidan bukan D III
Kebidanan, D IV, Bidan pendidik, Epidemiolog, Sanitarian, Penyuluhan kesehatan
masyarakat, Perawat gigi, Administrator kesehatan, Nutrisionis.
Karier Fungsional
Pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan jabatan
fungsional sebagai bidan serta melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal maupun
secara non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan kemampuan profesional bidan
dalam melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan nantinya dapat sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, peneliti, bidan koordinator dan bidan penyelia.

3. PRINSIP PENGEMBANGAN KARIER BIDAN DIKAITKAN DENGAN PERAN


FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN
Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap
pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam
masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global ini
diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang berkualitas baik tingkat
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesionalisme.
IBI sebagai satu-satunya wadah bagi bidan telah mencoba berbuat untuk
mempersiapkan perangkat lunak melalui kegiatan dalam lingkup profesi yang berkaitan
dengan tugas bidan melayani masyarakat di berbagai tingkat kehidupan. Oleh karena IBI
bertanggung jawab untuk mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme bidan melalui
kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak terutama dengan pemerintah. Karena
keberadaan IBI ditengah-tengah anak bangsa merupakan pengabdian profesi dan juga
kehidupan bidan itu sendiri. Oleh karena itu, IBI senantiasa turut berperan aktif dalam
berbagai upaya yang diprogramkan pemerintah baik pada tingkat pusat maupun tingkat
daerah sampai ke tingkat ranting. Hal tersebut diupayakan untuk meningkatkan kualitas
hidup anak bangsa dan sekaligus kualitas bidan sebagai pelayan masyarakat khususnya ibu
dan anak. Untuk itu seyogyanya pendidikan bidan dirancang secara berkesinambungan,
berjenjang, dan berkelanjutan.
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,
hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau pelayanan
dan standart yang telah ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal
Visi Pendidikan Berkelanjutan adalah pada tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan
pelayanan yang sesuai standart praktik bidan internasional dan dasar pendidikan minimal
Diploma III kebidanan.
Misi pendidikan berkelanjutan, mencakup:
1. Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk ”sistem”.
2. Membentuk unit pendidikan bidan di tingkat pusat, provinsi, daerah, kabupaten, dan
cabang.
3. Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan.
4. Mengadakan jaringan dan bekerjasama dengan pihak terkait.
Tujuan pendidikan berkelanjutan kebidanan yaitu:
1. Pemenuhan standard
Organisasi profesi bidan telah menentukan standart kemampuan bidan yang harus
dikuasai melalui pendidikan berkelanjutan. Bidan yang telah lulus program pendidikan
kebidanan tersebut wajib melakukan registrasi pada organisasi profesi bidan untuk
mendapatkan izin memberi pelayanan kebidanan kapada pasien.
2. Meningkatkan produktivitas kerja
Bidan akan dipacu untuk terus meningkatkan jenjang pendidikan mereka sehingga
pengetahuan dan keterampilan (technical skill) bidan akan lebih berkualitas. Hal ini
akan meningkatkan produktivitas kerja bidan dalam memberi pelayanan pada klien.
3. Efisiensi
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan melahirkan bidan yang kompeten
dibidangnya sehingga meningkatkan efisiensi kerja bidan dalam memeberi pelayanan
yang terbaik bagi klien.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan
Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan memicu daya saing di kalangan profesi
kebidanan agar terus meningkatkan kulitasnya dalam memberi pelayanan kepada klien.
Pelayanan kebidanan yang berkualitas akan menarik konsumen.
5. Meningkatkan moral
Melalui pendidikan bidan yang berkelanjutan tidak hanya pengetahuan dan
keterampilan bidan dalam memberi pelayanan yang menjadi perhatian, tetapi moralitas
dan etika seorang bidan juga ditingkatkan untuk menjamin kualitas bidan yang
profesional.
6. Meningkatkan karier
Peluang peningkatan karier akan semakin besar seiring peningkatan kualitas
pelayanan, performa dan prestasi kerja. Semua ini ditunjang oleh pendidikan bidan yang
berkualitas.
7. Meningkatkan kemampuan konseptual
Kemampuan intelektual dan konseptual bidan dalam menangani kasus pasien
akan terasah sehingga bidan dapat memberi asuhan kebidanan dengan tepat.
8. Meningkatkan keterampilan kepemimpinan (leadership skill)
Bidan akan memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik sebagai seorang
manajer, bidan dibekali keterampilan untuk dapat berhubungan dengan orang lain
(human relation) dan bekerjasama dengan sejawat serta multidisiplin lainnya guna
memberi pelayanan yang berkualitas bagi klien.
9. Imbalan (Kompensasi)
Asuhan bidan yang berkualitas akan menarik konsumen dan meningkatkan penghargaan
atas pelayanan yang diberikan
10. Meningkatkan kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan
kebidanan
Pendidikan Formal
Pendidikan Formal dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan
dukungan IBI adalah Program D III dan D IV Kebidanan. Pemerintah juga menyediakan dana
bagi bidan (disektor pemerintah) untuk tugas belajar ke luar negeri. IBI juga mengupayakan
adanya badan-badan swasta dalam dan luar negeri untuk program jangka pendek dan
kerjasama dengan Universitas di dalam negeri.
Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan, magang, seminar
atau lokakarya dan program non formal lainnya yang merupakan kerjasama antara IBI dan
lembaga Internasional yang dilaksanakan di berbagai propinsi. IBI juga telah
mengembangkan suatu program mentorship dimana bidan senior membimbing bidan junior
dalam konteks profesionalisme kebidanan.
Skema pola pengembangan pendidikan kebidanan
Spesialis II
Spesialis I
Diploma IV
Diploma III
S.3
S.2
S.1 Kebidanan
SMU
Bidan Pra Diploma III

Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dikembangkan atau dirumuskan


sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada
peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan
berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.
Pendidikan berkelanjutan bidan sebagai sistem memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Komprehensif
Sistem pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup seluruh anggota profesi bidan
2. Berdasarkan analisis kebutuhan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang berhubungan
dengan tugas (job related) dan relevan dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
3. Berkelanjutan
Sistem pendidikan berkelanjutan menyelenggarakan pendidikan yang berkesinambungan
dan berkembang
4. Terkoordinasi secara internal
Sistem pendidikan berkelanjutan bekerjasama dengan institusi pendidikan dalam
memanfaaatkan berbagai sumber daya dan mengelola berbagai program pendidikan
berkelanjutan.
5. Berkaitan dengan sistem lainnya
Sistem pendidikan berkelanjutan memiliki tiga (3) aspek subsistem yang merupakan
bagian dari sistem-sistem yang lain di luar sistem pendidikan yang berkelanjutan. Ketiga
aspek tersebut adalah :
6. Perencanaan tenaga kesehatan (health manpower planning)
Produksi tenaga kesehatan (health manpower production)
7. Manajemen tenaga kesehatan (health manpower management)
Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan jenjang
jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri pada suatu organisasi dalam
jalur karir yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi.
BAB 12
PROSES PERUBAHAN

1. PENGERTIAN
a. Pengertian perubahan
1. Proses yang kompleks dan terjadinya dalam waktu yang relatif lama.
2. Suatu proses dan kolaborasi yang meliputi suatu agen perubahan dan klien.
3. Proses perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya persalihan atau perpindahan
dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis, artinya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada mother insthink.

2. MACAM-MACAM PERUBAHAN
· Macam - macam perubahan
a. Perubahan technologi
Dalam tahun terakhir ini perkembangan ilmu dan tehnologi mempengaruhi hampir semua
aspek kehidupan. Dalam bidang kebidanan tidak luput dari perubahan. Hal ini tampak
nyata dari adanya evidence based sehingga seluruh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan harus mengacu pada evidence base. Perubahan juga terjadi dalam kebidanan
seperti women center care yaitu pelayanan yang berpusat pada wanita,Safe mother hod
dlll.
b. Perubahan demografi
Perubahan demografi mempengaruhi populasi secara total. Bidan sebagai profesi
berespon terhadap perubahan ini dengan menetapkan standar praktik bidan yang menjadi
pedoman bagi bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
c. Gerakan konsumen
Gerakan konsumen menyatakan kesadaran tinggi akan nilai dan biaya produksi
serta pelayanan. Dengan kata lain konsumen ingin uang yang dikeluarkan
bermakna.Karena konsumen sekarang lebih paham tentang sehat dan sakit serta lebih
vokal dalam memperlihatkan tuntutannya dalam pelayanan yang berkualitas tinggi.
d. Promosi kesehatan
Berkaitan dengan gerakan konsumen adalah penekanan pada masyakat dalam
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
1) Gerakan wanita
Gerakan wanita telah membawa banyak perubahan dalam masyarakat,karena wanita
mengejar persamaan ekonomi, politik, pekerjaan dan pendidikan secara terus
meenerus.Gerakan wanita mendorong tenaga kesehatan untuk mendapatkan otonomi
dan tanggung jawab yang lebih besar dalam memberikan asuhan dilingkungan
kerjanya.
2) Gerakan hak azasi manusia
Hak azasi manusia mengubah cara masyarakat memandang semua anggotanya
termasuk kaum minoritas.Bidan merespon perubahan ini dengan menghargai seluruh
klien sebagai individu yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kebidanan
yang sesuai dengan standar praktik kebidanan.dan memastikan bahwa kualitas
pelayanan yang diberikan tidak mengabaikan hak hak klien

3. CIRI-CIRI PERUBAHAN

Dibedakan menjadi beberapamacam :


a. Perubahan spontan
1) Perubahan sebagai respon terhadap kejadian alamiah yang terkontrol
2) Perubahan yang terjadi tidak direncanakan
3) Perubahan yang direncanakan bertujuan untuk mencapai tingkat yang lebih baik.
4) Perkembangan yaitu perubahan yang terjadi pada individu, kelompok dan organisasi
dan pertumbuhan perkembangan
5) Perubahan yang terjadi tidak dapat diramalkan sebelumnya.
b. Perubahan keterlibatan
1) Melalui penyediaan informasi yang cukup
2) Adanya sikap positif terhadap inovasi
3) Timbulnya komitmen diri untuk berubah
4) Munculnya sikap lebih menghargai waktu
c. Perubahan dan sikap pengelolaan
1) Perubahan berencana
a) Menyesuaikan kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
b) Adanya titik mula yang jelas dan dipersiapkan sesuai dengan tujuan yang dicapai
c) Adanya persiapan yang matang
2) Perubahan acak/kacau
a) Tidak ada titik awal perubahan
b) Tidak ada usaha mempersiapkan kegiatan sesuai dengan tujuan
3) Partisipatif
a) Melalui penyediaan informasi yang cukup
b) Adanya sikap positif terhadap sesuatu
c) Diikutkan dalam proses perubahan tersebut
4) Paksaan
a) Melalui perubahan total diorganisasi
b) Memerlukan kekuatan personal
c) Perubahan yang total dengan menggunakan kekuatan
Ciri-ciri perubahan dapat juga berupa:
a. Perubahan masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu
saja, melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
b. Harus dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk
menyelesaikan perubahan dalam masyarakat dengan bukti yang kuat serta
masuk akal
Penyebab proses perubahan:
Faktor pendukung/pendorong
a) Perubahan dipandang sebagai suatu hal yang positif oleh seseorang yang
akan berubah
b) Perubahan sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang diyakini
c) Perubahan yang dijalani adalah suatu yang sederhana dan konkret/ nyata
d) Perubahan dilakukan pada hal-hal yang kecil terlebih dahulu
e) Melibatkan tokoh/orang lain yang berpengaruh
f) Komunikasi terbuka antara target berubah dan innovator

1) Faktor penghambat
a) Tidak adanya kemauan untuk berubah
b) Perubahan yang dilakukan adalah perubahan yang sangat sulit dilakukan
c) Tidak ada orang/lingkungan yang mendukung target berubah untuk melakukan
perubahan
2) Cara mempengaruhi kekuatan
a) Meningkatkan faktor pendukung
b) Menggunakan model atau modifikasi
c) Memberikan dukungan dan dorongan terus menerus selama berlangsungnya
proses berubah
d) Menggunakan keberhasilan perubahan orang lain sebagai contoh
e) mengurangi / menekan faktor penghambat
f) mempertahankan forum diskusi baik langsung maupun tidak langsung kepada
target berubah
g) menyediakan informasi yang diperlukan pada saat yang tepat sesuai dengan
kemampuan target berubah
h) menggunakan metode pemecahan masalah secara khusus
Metode ilmiah
1) Penelitian berulang kali
2) Penjelasan yang teliti
3) Perumusan teori berdasarkan pembuktian
4) Perubahan yang baik dapat dijalani manusia secara bertahap
5) Memerlukan waktu sesuai dengan kemampuan manusia
BAB 13
PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN

Sesuai dengan kewenangan dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi Bidan, kode
etik merupakan pedoman dan tata cara dalam pelaksanaan pelayanan profesional. Bidan
berupaya memberikan pemeliharaan kesehatan yang komprehensif terhadap remaja putri, wanita
pra nikah, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu menyusui, balita dan bayi pada khususnya, sehingga
mereka tumbuh berkembang menjadi manusia yang sehat.Dalam memberikan pelayanan
kebidanan mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan kepada pasien, begitupun
pasien mempunyai hak dan kewajiban.

Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan.Selama ini pelayanan


kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan lingkungan dimana bidan
bekerja.Kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang amat penting dalam pelayanan
kebidanan. Parameter kemajuan sosial ekonomi dalam pelayanan kebidanan antara lain :
perbaikan status gizi ibu dan bayi, cakupan pertolongan persalinan oleh bidan, menurunnya
angka kematian ibu melahirkan, menurunnya angka kematian neonatal, cakupan penanganan
resiko tinggi, meningkatkan cakupan pemeriksaan antenatal.

A. PENGERTIAN JASA PEMASARAN


Adalah kegiatan manusia yang bertujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia
melalui proses pertukaran. (Plilip Koher)
B. KODE ETIK KEBIDANAN
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
Kode etik suatu profesi adlah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan di dalam
hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berupa petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang
bagaimana mereka menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan
apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja
dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-haridalam masyarakat.
Kode etik Bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) tahun 1991. Sebagai
pedoman dalam berperilaku.
Secara umum kode etik berisi 7 Bab, dan dapat dibedakan atas tujuh bagian, yaitu :
1) Kewajiban Bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
2) Kewajiban Bidan terhadap tugasnya (3 butir)
3) Kewajiban Bidan terhadap sejawab dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
4) Kewajiban Bidan terhadap profesinya (3 butir)
5) Kewajiban Bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
6) Kewajiban Bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
7) Penutup (1 butir)
1. Tujuan Kode Etik
a. Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. Hal ini yang dijaga adalah image dari pihak
luar atau masyarakat mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi.
b. Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota. Yang dimaksud kesejahteraan
adalah kesejahteraan materiil dan spiritual atau mental.
c. Meningkatkan pengabdian para anggota profesiKode etik juga berisi tujuan pengabdian
profesi tertentu, sehingga para anggota dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdian profesinya.
d. Meningkatkan mutu profesi. Kode etik memuat tentang norma-norma serta anjuran agar
profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Selain itu mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi.
2. Dimensi Kode Etik
a. Anggota profesi dan klien/ pasien
b. Anggota profesi dan sistem kesehatan
c. Anggota profesi dan profesi kesehatan lain
d. Sesama anggota profesi
3. Prinsip Kode Etik
a. Menghargai otonomi
b. Melakukan tindakan yang benar
c. Mencegah tindakan yang dapat merugikan
d. Memberlakukan manusia secara adil
e. Menjelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan
Metode pemberian pelayanan Kebidanan.Pelayanan kebidanandiberikan secatra holistik,
yaitu : memperhatikan aspek bio, psiko, sosio dan kultural sesuai dengan kebututuhan
pasien. Pelayanan tersebut diberikan dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan pelayanan.
Pasien memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Semangat untuk melayani
b. Simpati
c. Empati
d. Tulus ikhlas
e. Memberikan kepuasan
Selain itu, bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal seperti di bawah
ini :
a. Aman
b. Nyaman
c. Privacy
d. Alami
e. Tepat

Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan. Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah


pelayanan kebidana yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan yang
sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaranya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Dimensi kepuasaan pasien dapat dibedakan atas dua macam :

a) Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi
kebidanan, mengenai :
1) Hubungan bidan dengan pasien
2) Kenyamanan pelayanan
3) Kebebasan melakukan pilihan
4) Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge dan technical skill)
b) Efektifitas pelayanan
Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan.Suatu
pelayanan dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan palayanan kebidanan
dapat memuaskan pasien.
Ukuran pelayanan kebidanan yang bermutu adalah :
1) Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
2) Kewajaran pelayanan kebidanan (appropriate)
3) Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
4) Penerimaan jasa pelayanan kebidanan (acceptable)
5) Ketercapaian pelayanan kebidanan (accesible)
6) Keterjangkauan pelayanan kebidanan (affordable)
7) Efesiensi pelayanan kebidanan (effecent)
8) Mutu pelayanan kebidanan (quality)
Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan kode etik dan standar
pelayanan kebidanan, serta kepuasaan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan. Dari dua dimensi mutu pelayanan kebidanan
tersebut, tujuan akhirnya adalah kepuasaan pasien yang dilayani oleh Bidan

D. HAK DAN KEWAJIBAN BIDAN


1. Hak Bidan
a. Bidan berhak mendapat perlidungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat
jenjang pelayanan kesehatan
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/ kilen dalam keluarga yang bertentangan
dengan perundang-undangan, dan kode etik profesi
d. Bidan berhak akan privasi/ kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga ataupun profesi lain
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan
f. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai
g. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai
2. Kewajiban Bidan
a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum
antara Bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekarja
b. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuaidengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien
c. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada Dokter yang mempunyai
kemapuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
d. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah
sesuai dengan keyakinannya
e. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau
keluarga
f. Bidan wajib merahasiakan sesuatu yang diketahui tentang seorang pasien
g. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang kan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timbul
h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed Consent) atas tindakan yang
akan dilakukan
i. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan
j. Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal dan informal
k. Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihakyang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
E. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
1. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang harus dimiliki manusia sebagai pasien/ klien.
a) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang belaku
di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
b) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
c) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi Bidan tanpa
diskriminasi
d) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya
e) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi yang akan dilahirkan
f) Pasien berhak mendapat pendampingan suami dan keluarga selama proses persalinan
berlangsung
g) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit
h) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar
i) Pasien berhak meminta konsultasi dari dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter
yang merawat
j) Pasien berhak meminta privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-
data medisnya
k) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
1) Penyakit yang diderita
2) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan
3) Alternatif terapi lain
4) Prognosanya
5) Perkiraan biaya pengobatan
l) Pasien berhak meyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
m) Pasien berhak menolak tindakan yang kan dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan dan perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperolah informasi
yang jelas tentang penyakitnya
n) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
o) Pasien berhak menjlankan ibadah sesuai dengan agama/ kepercayaan yang dianutnya
selama hal ini tidak menggangu pasien lainnya
p) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di rumah
sakit
q) Pasien berhak menerima dan menolak bimbingan moril maupun spiritual
r) Pasien berhak mendapat perlindungan hukum atas terjadinyas kasus mal praktek
2. Kewajiban Pasien
a) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan
b) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya
c) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atau jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi palayanan kesehatan, dokter, bidan, dan perawat
d) Pasien dan atau penanggulangannya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/ perjanjian yang telah dibuatnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Bryan, R. 1995. Theory for Midwifery Practice Edisi I. Macmillan. Houndmillo.

2. Varney, H. 1997. Varney`s Midwifery. Jones and Butlet Publishers. Sudbury, Massachussetts,

USA.

3. Pyne, RH. 1992. Profesional Dsiplin in Nursing. Midwifery and Helath Visiting Edisi 2. Ballack

Well Scientifik.London. Buku Anjuran (BA)

4. Sweet, Br. 2000. mayes`Midwifery : a Text Book for Midwives Twelfth edition. Bailere. Tindall,

London.

5. Pusdiknakes. 1996. Konsep Kebidanan Depkes RI.

6. Pusdiknakes. 1995. Manajemen Kebidanan Depkes RI.

7. Mustika, Sofyan dkk. 2003. 51 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. PP IBI. Jakarta.

8. 50 tahun IBI, 2003, Bidan Menyongsong Masa Depan, IBI, Jakarta.

9. Depkes, RI, 2002, Etika dan Kode Etik Kebidanan, Jakarta.

10. PIT POGI, 2004, Forum Bidan Peningkatan Profesionalisme Bidan, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai