Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode seismik refraksi adalah salah satu metode pasif dalam geofisika yang
memanfaatkan gelombang untuk mengetahui struktur maupun jenis batuan yang
terdapat pada bawah permukaan bumi. Gelombang seismik menjalar berdasarkan
pada hukum – hukum yang berlaku seperti Hukum Hyugens, Azas Fermat, dan
Hukum Snellius dengan berprinsipkan kepada asumsi – asumsi seismik. Metode
seismik refraksi biasanya digunakan untuk kegiatan eksplorasi bawah pemukaan
yang dangkal seperti geoteknik, survei lapisan lapuk dekat permukaan, penentuan
batas kedalaman lapisan lapuk, mendeteksi lapisan miring yang rawan longsor,
mendeteksi sesar-sesar minor. (Nurdiyano, dkk. 2011)
Data variasi nilai cepat rambat batuan hasil pengukuran di lapangan kemudian
diolah sehingga bisa didapatkan kecepatan rambat pada lapisan dibawah
permukaan yang akan digunakan untuk menginterpretasikan keadaan di bawah
permukaan seperti ketebalan lapisan dan litologi batuan lapisan. Dari hasil
interpretasi tersebut kemudian dibuat profil bawah permukaan yang
menggambarkan struktur lapisan pada daerah penelitian sesuai dengan titik
observasi tiap – tiap lintasan. Profil bawah permukaan tiap lintasan selanjutnya
akan dikorelasikan dengan menggunakan Software Mapinfo untuk menghasilkan
gambaran profil bawah permukaan yang diproyeksikan kedalam tiga sumbu
sehingga menggambarkan profil bawah permukaan dengan lebih jelas terutama
untuk kedalaman suatu lapisan pada tiap – tiap lintasan serta mengkaji hubungan
– hubungan yang ada pada profil bawah pemukaan tiap lintasan pada Daerah
Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta.
Dengan menentukan hubungan atau korelasi gambar profil bawah permukaan
lintasan satu dengan lintasan lainnya pada Daerah Wukirsari, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta difokuskan untuk studi kasus adanya potensi
tanah rawan longsor dikarenakan lapisan pada daerah penelitian dikategorikan
kedalam lapisan miring sehingga dalam penelitian ini ditunjukkan untuk
mengidentifikasi area rawan tanah longsor. Tanah longsor merupakan salah satu

1
jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, yang
bergerak keluar atau menuruni lereng akibat terganggunya kestabilan tanah
maupun batuan penyusun lereng tersebut. Proses yang memicu terjadinya tanah
longsor adalah peresapan air ke dalam tanah akan menambah bobot tanah akibat
curah hujan yang tinggi serta tingkat kelerangan yang sangat tinggi. Jika air
tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir,
maka tanah menjadi sangat licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng tersebut (Imanda, 2013).

1.2 Maksud Dan Tujuan


Diadakannya acara penelitian kali ini memiliki maksud untuk
merealisasikan ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan baik dalam proses
pengolahan data dalam metode seismik refraksi menggunakan software Mapinfo
untuk mengetahui parameter – parameter yang digunakan sesuai dengan data
akuisisi lapangan yang didapatkan sehingga dapat menggambarkan hubungan
antara profil bawah permukaan satu lintasan dengan lintasan lainnya.
Adapun tujuan diadakannya praktikum kali ini adalah menentukan
hubungan antara profil bawah permukaan semua lintasan agar dapat
menginterpretasikan lapisan bawah permukaan bumi secara akurat dan efisien
dalam tahap interpretasi seismik refraksi menggunakan software Mapinfo
sehingga dapat menggambarkan batas – batas ketebalan lapisan dan arah
kemenerusan kemiringan lapisan serta mengidentifikasi daerah rawan longsor
yang ada pada Daerah Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I
Yogyakarta.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Seismik Refraksi


Seismik refraksi merupakan salah satu metode seismik aktif yang bekerja
berdasarkan gelombang seismik yang direfraksikan mengikuti lapisan-lapisan
bumi di bawah permukaan.
Metode ini hanya memanfaatkan gelombang langsung dan gelombang P
refraksi yang menjalar pada bidang batas lapisan batuan. Metode seismik refraksi
melakukan pengukuran waktu tempuh gelombang P (pada setiap titik sepanjang
bidang batas lapisan) yang dihasilkan dari sumber energi implusif. (Wrego
Seno,2019)
Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan
sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi
umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan
batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik pada masing-
masing geofon memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari
horison-horison geologi ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu
penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan
pertama dari bantalan batuan cadas.
Seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan
dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini,
gelombang yang terjadi setelah usikan pertama (first break) diabaikan, sehingga
sebenarnya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset)
dan waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat gelombang dalam medium.
Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam
material dan dikenal sebagai parameter elastisitas. (Wrego Seno,2019)

2.2 Korelasi

3
Korelasi adalah metode untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan dua
peubah atau lebih yang digambarkan oleh besarnya koefisien korelasi. Koefisien
korelasi adalah koefisien yang menggambarkan tingkat keeratan hubungan antar
dua peubah atau lebih. Besaran dari koefisien korelasi tidak menggambarkan
hubungan sebab akibat antara dua peubah atau lebih, tetapi semata-mata
menggambarkan keterkaitan linier antar peubah. Korelasi bermanfaat untuk
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel)
dengan skalaskala tertentu. Kuat lemah hubungan diukur menggunakan jarak
(range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian
hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi
diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi
disebut tidak searah. Nilai dari koefisien korelasi berkisar antara -1 sampai dengan
1. -1 berarti terdapat hubungan negatif (berkebalikan) yang sempurna, 0 berarti
tidak terdapat hubungan sama sekali, 1 berarti terdapat hubungan positif yang
sempurna. Dalam statistik, koefisien korelasi itu berhubungan dengan persamaan
regresi karena persamaan regresi menunjukkan bentuk persamaan hubungan
antara 2 variabel atau lebih. Sedang koefisien korelasi menunjukkan erat tidaknya
hubungan antar variabel tersebut (Telussa, 2013).

2.3 3D Software Discover Mapinfo


Mapinfo adalah perangkat lunak yang dirancang oleh pembuatnya untuk
menangani pemetaan secara digital (Desktop Mapping Software) dan
memberikan tampilan untuk dapat melakukan analisa geografis. Dalam proses
instalasinya, secara otomatis akan dibuatkan satu ikon dalam lingkungan
Windows yang jika dipilih akan mengaktipkan Mapinfo. MapInfo merupakan
produk dari perusahaan software MapInfo Corporation. MapInfo adalah
software pengolah data spasial yang banyak digunakan dalam analisis
Sistem Informasi Geografis. Software ini memiliki kemampuan seperti
software-software pengolah spasial lainnya seperti Arc Info atau Arc View.
Map Info merupakan software pengolah data spasial yang terpadu dengan data
tabel. Melalui software MapInfo operator dapat membuat, menampilkan, serta
mengadakan perubahan terhadap data spasial atau peta. MapInfo memiliki

4
kemampuan yang fleksibel dalam penampilan dan perubahan data. (Luliana.
2014)
Dalam perkembangannya saat ini berbagai data dari MapInfo banyak
digunakan dalam pembangunan GIS yang berbasiskan pada web atau GIS
berjaringan. Memiliki daya dukung yang tinggi terhadap pembentukan
sistem informasi spasial berbasis internet. Di Indonesia MapInfo menjadi
salah satu software standar pengelolaan data spasial, seperti di Kantor Pajak
Bumi Bangunan (PBB) dan beberapa perusahaan swasta yang besar.MapInfo
sangat membantu untuk analisis spasial, didukung dengan kemampuan
pembentukan grafik yang akurat. Secara nyata, Mapinfo bekerja mengelola tabel
yang berisi data tekstual dan data spasial yang saling terkait satu dengan
lainnya, contohnya adalah table World. Jika tabel World ditampilkan oleh
Mapinfo pada layar monitor, maka dapat terlihat sekaligus tampilan grafik
spasialnya dan juga tampilan tabular data tekstualnya. Hal ini
dimungkinkan,karena secara fisik tabel world terdiri dari file unsur tabel, yaitu :
a) World.tab : adalah unsur tabel yang berisi pointer-pointer
penghubung kepada unsure tabel lainnya (map, dat) dan sekaligus
menampung spesifikasi tabel;
b) World.map: adalah unsur tabel yang berisi objek-objek grafis
berikut spesifikasi geografinya.;
c) World.id: adalah unsur tabel yang merupakan index dari file
objek grafik (Map);
d) World.dat : adalah unsur tabel yang berisi data tekstual;
e) World.ind : adalah unsur tabel yang merupakan index file dari file data
tekstual (Dat)
Mapinfo juga dilengkapi dengan fasilitas untuk pencetakan peta dan
dapat pula mengimpor serta mengekpor peta digital untuk keperluan
pemindahan data dari dan ke sistem komputer lainnya, misalnya Arcinfo.
(Luliana. 2014)

5
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 3.1. Diagram Alir Pengolahan Data

6
3.2. Pembahasan Diagram Alir
Dalam pengolahan data memerlukan langkah-langkah yang benar agar output
yang dihasilkan akurat dan sesuai. Berikut langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mengkorelasikan gambar profil bawah permukaan menggunakan software
MapInfo:
1. Mempersiapkan gambar profil bawah permukaan semua lintasan yang
telah dibuat dengan CorelDraw sebelumnya kemudian menyimpan gambar
tersebut dalam satu folder penyimpanan.
2. Menjalankan software Mapinfo dengan mengetik “Encom Discover 2013 –
Mapinfo Pro” pada kolom pencarian kemudian klik ikon software Mapinfo
tersebut.
3. Membuka tampilan 3D Window dengan cara memilih Discover pada menu
toolbar dilanjutkan dengan mengklik Discover 3D Menu.
4. Memilih menu Display Located Image pada menu Toolbar Discover 3D
untuk memilih gambar profil bawah permukaan yang diproyeksikan
kedalam tiga sumbu.
5. Melakukan digitize titik – titik koordinat pada gambar profil bawah
permukaan dilanjutkan dengan memasukkan koordinat X, Y, dan Z yang
didapatkan pada saat akuisisi data.
6. Mencari hubungan atau korelasi gambar profil bawah permukaan tiap
lintasan dengan mencari persamaan dan perbedaan antar gambar profil
bawah permukaan yang dapat terlihat dari arah kemenerusan kemiringan
lapisan dan kesesuaian bentuk gambar profil bawah permukaan antara satu
lintasan dengan lintasan lainnya.
7. Melakukan langkah yang sama pada gambar profil bawah permukaan
lintasan selanjutnya dengan koordinat yang sesuai pada saat akuisisi data.
8. Menyimpan data hasil korelasi antar gambar profil bawah permukaan
semua lintasan dalam format file ‘egs’
9. Melakukan pembahasan dari masing – masing profil bawah permukaan
tiap lintasan serta mencari korelasi yang ada pada gambar tersebut
kemudian dapat ditarik kesimpulan.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Langkah – Langkah Pengolahan


Pada bab ini akan dijelaskan langkah – langkah dalam interpretasi data
profil bawah permukaan menggunakan software Mapinfo untuk membatu
mempermudah proses interpretasi beserta dengan gambaran untuk memperjelas
langkah – langkah interpretasi data dalam metode seismik refraksi.
Hal pertama yang dilakukan adalah membuka software Mapinfo dengan
mengetik “Encom Discover 2013 – Mapinfo Pro” pada kolom pencarian. Setelah
sebelumnya membuat suatu folder berisikan database hasil processing data
berupa profil bawah permukaan tiap – tiap lintasan. Pada penelitian kali ini jumlah
lintasan pada saat observasi adalah berjumlah 7 lintasan. Berikut ini merupakan
tampilan awal pada saat membuka software Mapinfo.

Gambar 4.1 Tampilan awal database

Kemudian memlih menu Discover pada deretan menu Toolbar dilanjutkan


dengan memilih Discover 3D Menu sehingga akan muncul pilihan fungsi menu
Discover 3D pada bagian kanan menu Discover kemudian mengklik menu
Discover 3D tersebut dilanjutkan dengan memilih Open 3D Window untuk
membuka tampilan 3D pada software Mapinfo.

8
Gambar 4.2 Tampilan menu Discover 3D

Berikut ini adalah tampilan Discover 3D pada Software Mapinfo. Terlihat


adanya gambaran sumbu X yang ditandai dengan warna merah, sumbu Y yang di
gambarkan dengan warna hijau, dan sumbu Z yang ditunjukkan dengan warna
biru. Pada bagian kiri terdapat kolom Workspace untuk memperlihatkan gambar
yang akan diproyeksikan dengan sumbu X,Y dan Z nya dan pada bagian kanan
terdapat kolom yang berisikan data – data yang akan diinterpretasikan menjadi
gambar 3D.

Gambar 4.3. Tampilan Discover 3D

Selanjutnya adalah memilih menu Display Located Image pada menu


Toolbar Discover 3D, menu ini berada pada urutan 23 dari bagian kiri tampilan.

9
Setelah itu akan muncul kotak dialog Image Properties untuk memasukan gambar
yang akan dilakukan proses pembuatan 3D kemudian dilanjutkan dengan
mengklik ikon dengan gambar segitiga berwarna biru bertuliskan ‘Create an EGB
file Using the Image Registration Wizard’

Gambar 4.4 Menu Display Located Image

Gambar 4.5 Tampilan Image Properties

Kemudian akan muncul tampilan kotak dialog Georeferenced Image File


Creation Wizard lalu mengklik ikon open new folder setelah itu memilih
gambaran profil bawah permukaan yang akan ditampilkan dalam bentuk 3D. Jika
sudah memilih gambar kemudian mengklik Next.

10
Gambar 4.6 Tampilan Georeferenced Image File Creation Wizard

Selanjutnya akan muncul tampilan kotak dialog ‘Georeferenced Image


File Creation Wizard – Step 2 Assign Corner Coordinates (Section or Map)’.
Kotak dialog ini berfungsi untuk memasukan koordinat gambar. Setelah itu
memilih ikon yang berada pada bagian pojok bawah kanan yang bertuliskan ‘pick
registration coordinates interactively’. Ikon ini berfungsi untuk memilih koordinat
secara spesifik dengan memilih koordinat tertentu dalam gambar.

Gambar 4.7 Tampilan Georeferenced Image File Creation Wizard – Step


2 Assign Corner Coordinates (Section or Map)

11
Langkah selanjutnya adalah memilih atau mendigitize titik – titik tertentu
pada gambar profil bawah permukaan pada kotak dialog Image Registration yang
terdiri dari 6 kolom yaitu Label, X Pixel, Y Pixel, X Coordinate, Y Coordinate, dan
Z coordinate. Pada gambar dibawah ini merupakan gambaran profil bawah
permukaan lintasan 1 menggunakan metode Intercept Time Method dengan
koodinat pertama (435810, 9125631, 133), koordinat kedua (435831.30 ,
9125616.09 , 133) dan koordinat akhir (435831.30 , 9125616.09 , 124)
Perlu diketahui bahwa terdapat cara tertentu untuk menentukan titik
koordinat gambar profil bawah permukaan, koordinat pertama diletakkan pada
bagian atas sebelah kiri gambar sedangkan koordinat kedua berada pada ujung
atas sebelah kanan gambar, koordinat ketiga berada pada bagian bawah koordinat
kedua yang berarti nilai koordinat X, dan Y memiliki nilai yang sama dengan
koordinat kedua dengan nilai koordinat Z didapatkan dengan nilai koordinat Z
kedua dikurang dengan nilai kedalaman yang tertera pada gambar profil bawah
permukaan lintasan tersebut, setelah memasukan koordinat lalu klik Ok.

Gambar 4.8 Tampilan Image Registration

Kemudian akan muncul kotak dialog Georeferenced Image File Creation


Wizard – Step 3 Save EGB File. Tampilan ini berfungsi untuk menyimpan output
data yang telah digitize dan menentukan folder penyimpanan dari output tersebut,
setelah sudah dilakukan pengaturan penyimpanan kemudian klik Finish. Lalu
akan muncul tampilan Image Properties dilanjutkan dengan mengklik Apply lalu
Ok.

12
Gambar 4.9 Tampilan Menu Penyimpanan Output

Setelah itu akan muncul gambaran profil bawah permukaan lintasan 1


yang diproyeksikan kedalam tiga sumbu seperti gambar dibawah berikut. Profil
bawah permukaan tersebut dibuat dengan Intercept Time Method dengan daerah
penelitian berada di Daerah Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I
Yogyakarta. Pada gambar tersebut terlihat adanya 2 lapisan yang berbeda,
menurut Jakosky tahun 1940 lapisan pertama berwarna coklat termasuk kedalam
lapisan soil dan lapisan kedua merupakan lapisan batu breksi yang ditandai
dengan lapisan berwarna merah dengan lithologi berupa bentuk segitiga.

Gambar 4.10 Tampilan 3D Map Lintasan Satu

Melakukan hal yang sama dari mulai memilih menu Display Located
Image pada menu Toolbar Discover 3D sampai dengan muncul kotak dialog
Georeferenced Image File Creation Wizard – Step 3 Save EGB File. Berikut ini
adalah tampilan 3D Map gambar profil bawah permukaan lintasan satu dan
lintasan 2. Dengan koordinat lintasan dua sebagai berikut, koordinat pertama

13
(435796 , 9125615, 136) koordinat kedua (435819.01 , 9125605.23 , 136) dan
koordinat ketiga (435819.01 , 9125605.23 , 127). Terlihat adanya antara gambar
profil bawah permukaan lintasan satu dan dua memiliki hubungan yang selaras
satu sama lain yang ditandai dengan persamaan arah kemiringan lapisan dan letak
antar lapisan yang cenderung sama.
Pada gambaran profil bawah permukaan lintasan tiga menggunakan
koordinat – koordinat berikut, koordinat pertama (435795 , 9125609 , 137)
koordinat kedua (435819.27 , 9125597.16 , 137) dan koordinat akhir (435819.27 ,
9125597.16 , 128). Terihat adanya hubungan yang berkesinambungan antara
gambaran profil bawah permukaan lintasan tiga dan kedua lintasan lainnya.
Lintasan ketiga berada pada bagian selatan dengan urutan gambar dari arah utara
ialah lintasan 1, lintasan 2, dan lintasan 3.
Pada lintasan empat, gambar profil bawah permukaaan menggunakan 4
koordinat dikarenakan pada lintasan 4 memiliki arah lintasan yang berbeda dan
cenderung memotong lintasan satu sampai lintasan 2. Berikut ini merupakan
koordinat yang digunakan pada lintasan 4, koordinat pertama (435814 , 9125603 ,
137) koordinat kedua (435829.11 , 9125617.59 , 132) koordinat ketiga (435829.11
, 9125617.59 , 124) , dan koordinat keempat (435814 , 9125603 , 129). Terlihat
bahwa gambar profil bawah permukaan lintasan empat cenderung menembus atau
memotong lintasan satu dan dua, sedangkan pada lintasan ketiga tidak memotong
dikarenakan pada lintasan tiga dan empat terdapat jarak antar lintasan pada saat
akuisisi data. Terlihat juga hubungan yang berbanding lurus antara arah
kemiringan lintasan empat dan ketiga lintasan lainnya meskipun arah lintasan
empat cenderung berbeda.
Selanjutnya melakukan langkah yang sama pada gambar profil bawah
permukaan lintasan lima dengan menggunakan koordinat pertama (435806 ,
9125622 , 135) koordinat kedua (435827.30 , 9125607.09, 135) dan koordinat
akhir (435827.30 , 9125607.09 , 126). Terlihat bahwa gambar profil bawah
permukaan lintasan lima berada pada di antara lintasan satu dan lintasan dua serta
dipotong oleh lintasan empat. Kemudian dapat diartikan bahwa lintasan kelima
juga memiliki korelasi yang sesuai antar lintasan lain dicirikan dengan arah
kemiringan lapisan yang sama.

14
Pada gambar profil bawah permukaan lintasan enam memiliki koordinat
sebagai berikut, koordinat pertama (435802 , 9125626 , 134) koordinat kedua
(435825.38 , 9125612.50, 134) dan koordinat akhir (435825.38 , 9125612.50 ,
127). Pada gambar lintasan enam berada di antara lintasan satu dan lintasan lima
dengan dipotong pada bagian tengah gambar dengan gambar profil bawah
permukaan lintasan empat. Pada gambar profil bawah permukaan lintasan enam
juga menunjukkan korelasi yang sesuai dengan lintasan sebelumnya dengan arah
kemiringan lapisan yang sama antar lintasan.
Pada gambar profil bawah permukaan lintasan terakhir yakni lintasan
tujuh menggunakan koordinat sebagai berikut, koordinat pertama (435802 ,
9125618 , 136) koordinat kedua (435826 , 9125603.58 , 136) dan koordinat akhir
(435826 , 9125603.58 , 126). Terlihat bahwa gambar profil bawah permukaan
lintasan tujuh berada diantara lintasan lima dan lintasan dua serta dipotong secara
vertikal oleh gambar profil bawah permukan lintasan empat dan juga memilik
bentuk dan arah yang relatif sama dengan lintasan sebelumnya hal ini dapat
diartikan bahwa gambar profil bawah permukaan lintasan tujuh memiliki
hubungan yang selaras dengan gambar profil bawah permukaaan lintasan lainnya.

2 7 5
3
6

Gambar 4.11 Tampilan 3D Map Tujuh Lintasan

15
4.2. Korelasi Profil Bawah Permukaan

3 7
2 5
6

Gambar 4.12 Gambar Korelasi Profil Bawah Permukaan

Gambar diatas menggambarkan gambar profil bawah permukaan semua


lintasan dengan menggunakan Intercept Time Method yang diproyeksikan
kedalam tiga sumbu. Gambar tersebut dibuat dengan menggukan software
interpretasi bernama Software Mapinfo. Tujuan dari pembuatan gambar diatas
adalah menentukan hubungan atau korelasi yang terdapat pada gambar profil
bawah permukaan semua lintasan pada Daerah Wukirsari, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta.
Terlihat pada gambar bahwa profil bawah permukaan dibatasi oleh 3
sumbu, yaitu sumbu X yang berwarna merah, sumbu Y yang ditandai dengan
warna hijau, dan sumbu Z yang ditunjukkan dengan warna biru. Pada gambar
dapat diketahui urutan lintasan yang mengarah pada arah utara sampai arah
selatan yang diawali dengan lintasan satu, dilanjutkan dengan lintasan enam,
lima , tujuh , dua, dan tiga yang cenderung memiliki panjang lintasan yang
membentang dari barat ke timur. Sedangkan untuk lintasan empat memiliki

16
panjang lintasan yang mengarah dari utara menuju selatan sehingga memotong
secara vertikal antar lintasan – lintasan lainnya.
Dari gambar diatas ditunjukkan bahwa profil bawah permukaan yang
didapat pada semua lintasan mempunyai dua lapisan yang berbeda, menurut
Jakosky tahun 1940 lapisan pertama berwarna coklat termasuk kedalam
lapisan soil dikarenakan memiliki nilai kecepatan dalam rentang 171.878 m/s
sampai 947.187 m/s dan lapisan kedua merupakan lapisan batu breksi yang
ditandai dengan lapisan berwarna merah dengan lithologi berupa bentuk
segitiga disebabkan karena nilai kecepatan yang didapat pada lapisan tersebut
berkisar antara 301.515 m/s sampai 1008.997 m/s. Pada gambar profil
tersebut juga didapatkan kedalaman lapisan tertinggi yaitu lintasan tiga dengan
nilai kedalaman sebesar 12 m dan kedalaman terendah dimiliki oleh lintasan
tiga bernilai 4,5 meter dibawah permukaan tanah .
Kemudian dari gambar profil bawah permukaan semua lintasan yang telah
dikorelasikan menggunakan Software Mapinfo dapat diketahui jika terdapat
hubungan atau korelasi yang selaras antar gambar profil bawah permukaan
lintasan satu dengan lintasan yang lainnya yang ditandai ditunjukkan dengan
adanya persamaan kemenerusan kemiringan arah lapisan antara lapisan soil
dan lapisan batu breksi yang sama yaitu mengarah pada arah timur. Selain itu
juga terdapat hubungan yang berkesinambungan antara gambar profil bawah
permukaan dengan desain survei yang dibuat pada saat akuisisi data.
Hubungan yang selaras ini didapatkan karena data yang didapatkan saat
akuisisi memiliki keakuratan yang tinggi sehingga dapat merepresentasikan
ketebalan serta lithologi yang ada pada daerah penelitian.
Pada gambar juga terlihat adanya sudut kemiringan yang dibentuk antara
lapisan soil dengan lapisan batuan breksi. Sudut kemiringan yang besar dapat
mengindentifikasikan adanya potensi rawan longsor pada daerah penelitian
tersebut. Sudut kemiringan terbesar berada pada lintasan empat dengan nilai
sudut sebesar 12,312o dan berada pada koordinat (435814 , 9125603 , 137)
sampai dengan koordinat (435829.11 , 9125617.59 , 132).

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada langkah – langkah dalam pengolahan dan penampilan
gambar profil bawah permukaan yang diproyeksikan kedalam tiga sumbu
menggunakan Software Mapinfo yang telah dilakukan. Dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
 Pada software Mapinfo pada penelitian kali ini berfungsi untuk
menampilkan gambaran profil bawah permukaan yang diproyeksikan
kedalam tiga sumbu serta dapat mengetahui hubungan yang ada pada
gambar profil bawah permukan pada tiap – tiap lintasan.
 Terdapat tujuh profil bawah permukaan dengan lintasan yang berbeda
dengan urutan lintasan yang diawali oleh lintasan 1, 6 , 5 , 7 , 2 , 3 dan
pada bagian tegah lintasan dipotong secara tegak lurus oleh lintasan
empat. yang diolah dengan Intercept Time Method dan berada pada
Daerah Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I
Yogyakarta.
 Pada hasil tampilan 3D Map gambar profil bawah permukaan semua
lintasan didapatkan hubungan yang selaras antara satu lintasan dengan
lintasan lainnya yang ditandai dengan arah kemiringan antara lapisan soil
dengan lapisan batu breksi yang sama yaitu mengarah pada arah timur
lintasan dan adanya kesesuaian antara letak gambar profil bawah
permukaan dengan desain survei pada saat akuisisi data.
 Pada lintasan empat memiliki sudut kemiringan antar lapisan sebesar
12,312o dan berada pada koordinat (435814 , 9125603 , 137) sampai
dengan koordinat (435829.11 , 9125617.59 , 132) hal ini
mengindikasikan lintasan empat termasuk kedalam area rawan longsor
pada Daerah Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, D.I
Yogyakarta.

18
5.2 Saran
Dalam menentukan jarak atau spasi antar lintasan pada saat akuisisi data
diusahakan memiliki nilai yang sama sehingga pada saat mengkorelasikan
hasil interpretasi berupa gambar profil bawah permukaan tidak ada lintasan
yang memiliki jarak yang terlalu besar ataupun terlalu kecil seperti contoh
pada lintasan lima memiliki jarak yang terlalu berdekatan dengan lintasan
enam sedangkan lintasan tiga cenderung memiliki jarak yang jauh dengan
lintasan lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta
Imanda, A.., (2013), “Penanganan Permukiman di Kawasan Rawan Bencana
Gerakan Tanah Studi Kasus: Permukiman Sekitar Ngarai Sianok”, Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, 141-156.
Jakosky, J.J. 1940. Exploration Geophysics. Los Angeles California: Trija
Publishing Company
Luliana. 2014. Grafik Software Mapinfo. Palembang : Laboratorium Geologi
Tata Lingkungan Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya.
Nurdiyanto,dkk. 2011. Penentuan Tingkat Kekerasan Batuan Menggunakan
Metode Seismik Refraksi. Jurnal Meteorologi dan Geofisika
Santoso. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung: ITB
Seno, Wrego. 2019. Buku Panduan Praktikum Seismik Refraksi. Yogyakarta:
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Telussa, A. M., dkk. (2013). Penerapan Analisis Korelasi untuk Menentukan
Hubungan Pelaksanaan Fungsi Manajemen Kepegwaian dengan
Efektivitas Kerja Pegawai. Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan:Jurnal
Barekeng, 7 (1), hlm. 15-18.

20

Anda mungkin juga menyukai