LP Hemoroid
LP Hemoroid
A. Definisi
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan
diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Smeltzer,
2001).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales
yang tidak merupakan keadaan patologik ( Sjamsuhidayat & Jong, 2004 ).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam,
yaitu trombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis (Mansjoer, 2000).
Untuk itu dapat disimpulkan hemoroid adalah pelebaran vena
varicosa satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales yang berdilatasi
dalam anus dan rectum.
B. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi
dari hemoroid adalah :
a. Faktor Predisposisi :
1. Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
2. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di
pleksus hemoroidalis.
3. Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat
4. Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat
5. Psikis
b. Faktor Presipitasi :
1. Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
2. Fisiologis
3. Radang
4. Konstipasi menahun
5. Kehamilan
6. Usia tua
7. Diare kronik
8. Pembesaran prostat
9. Fibroid uteri
10. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal
C. Klasifikasi
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna.
a. Hemoroid Interna
Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis superior diatas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa (Sjamsuhidajat dan Jong,
2005). Sedangkan menurut Sudoyo (2006), hemoroid interna dibagi
berdasarkan gambaran klinis yaitu derajat 1-4 :
1. Derajat 1: Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke
luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
2. Derajat 2: Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3: Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung
untuk mengalami trombosis dan infark.
Lebih jelas gambar 1 mengenai hemoroid interna derajat 1-4.
Gambar 1. Derajat Hemoroid Interna
Sumber : Sjamsuhidajat dan Jong (2005)
b. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi
hemoroid eksterna dapat diklasifikasikan menjadi 2 :
1. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruaan pada pinggir
anus dan sebenarnya adalah hematom.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah :
a. Sering rasa sakit dan nyeri
b. Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-
ujung saraf pada kulit merupakan reseptor sakit
2. Kronik
Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah (Mansjoer, 2000).
D. Patofisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006), serta Sudoyo (2006),
patofisiologi hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan venous rektum dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul
karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor-faktor risiko/ pencetus dan gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis.
Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air
besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai
jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik,diare kronik atau diare
akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroid uteri, dan tumor rectum. Penyakit hati kronis yang disertai
hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu,
sistem portal tidak memiliki katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui
vena mesenterika superior, vena mesentrika inferior, dan vena
hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah
ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena
iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis
antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan
portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke
dalam vena dan mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006).
Kurang berinteraksi
Kehamilan
Pembesaran prostat
Dx
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Konstipasi Setelah 1. Berikan dan 1. Mencegah
dilakukan anjurkan dehidrasi secara
berhubungan
tindakan minum oral.
dengan keperawatan kurang lebih 2. Meningkatkan
selama 2 x 24 2 liter/hari. usaha evakuasi
pembesaran
jam diharapkan 2. Berikan feses.
vena konstipasi posisi semi 3. Makanan tinggi
teratasi. fowler pada serat dapar
hemoroidalis.
KH: tempat tidur. melancarkan
BAB 3. Anjurkan proses defekasi.
a. Pola
mengkonsum 4. Bunyi usus
normal (1-
si makana secara umum
2x/minggu)
tinggi serat. meningkat pada
b. Konsistensi
feses lunak 4. Auskultasi diare dan
bunyi usus. menurun pada
c. Warna feses
5. Hindari konstipasi.
kuning.
makanan 5. Menurnnkan
d. Klien tidak
yang distres gastrik
takut untuk
membentuk dan distensi
BAB.
gas. abdomen.
e. Tidak ada
nyeri pada 6. Kurangi / 6. Makanan ini
batasi diketahui
saat BAB.
makana sebagai
seperti penyebab
produk susu. konstipasi.
7. Berikan 7. Membantu
laktasif melancarkan
sesuai proses defekasi.
program
dokter.
2. Nyeri Setelah 1. Berikan 1. Minimalkan
berhubungan dilakukan Posisi yang stimulasi/menin
tindakan nyaman. gkatkan
dengan adanya
keperawatan 2. Berikan relaksasi
hemoroid pada selama 3 x 24 bantalan 2. Meminimalkan
daerah anal. jam diharapkan dibawah tekanan di
nyeri teratasi. bokong saat bawah
KH: duduk. bokong/mening
a. Wajah pasien 3. Observasi katkan
tampak tanda-tanda relaksasi.
meringis. vital. 3. Untuk
b. kala nyeri 4. Ajarkan menentukan
berkurang 0- teknik untuk intervensi
3 atau hilang. menguranyi selanjutnya.
c. Klien dapat rasa nyeri 4. Pengalihan
istirahat seperti perhatian
tidur. membaca, melalui
d.TTV Normal menarik kegiatan-
TD: 100/80 nafas kegiatan.
mmHg panjang, 5. Meningkatkan
menonton relaksasi.
TV, dll. 6. Menurunkan
5. Berikan ketidaknyaman
kompres an fisik.
dingin pada 7. Mengurangi
daerah anus nyeri dan
3-4 jam menurunkan
dilanjutkan rangsang saraf
dengan simpatis dan
redam duduk untuk
hangat 3-4 mengangkat
x/hari. hemoroid.
6. Berikan
lingkungan
yang tenang.
7. Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
analgesik,
pelunak feses
dan
dilakukan
hemoroidect
omi.
3. Perdarahan Setelah 1. Observasi 1. Untuk
berhubungan dilakukan TTV. menentukan
tindakan 2. Monitor tindakan
dengan
keperawatan banyaknya selanjutnya.
pecahnya vena selama 3 x 24 perdarahan 2. Untuk
hemoroidalis jam diharapkan klien. menentukan
kekurangan 3. Kaji ulang tingkat
yang ditandai
nutrisi tingkat kehilangan
dengan terpenuhi. toleransi cairan.
perdarahan KH: aktifiitas 3. Untuk
a. Konjungtiva klien. mengetahui
waktu BAB.
klien merah 4. Memandiri tingkat
muda. kan klien kelemahan
b. Hb Normal dalam klien.
(12-14 g/dl). melakukan 4. Mengurangi
c. Tidak ada aktifitas ketergantungan
perdarahan sehari-hari. aktifitas klien
v.hemoroid dengan bantuan
Kolaborasi:
d. Dapat perawat.
melakukan 1. Konsultasika
aktivitas n nutrisi Kolaborasi:
mandiri. untuk klien 1. Untuk
e. Klien tidak dengan ahli menentukan
cepat lelah gizi. kebutuhan
setelah 2. Berikan nutrisi yang
beraktivitas vitamin K tepat pada
f. Aktifitas dan B12 klien.
klien sudah sesuai 2. Untuk
tidak dibantu indikasi. membantu
oleh perawat. 3.Konsultasi proses
pembekuan
dengan ahli gizi.
darah dan
4.Berikan cairan Untuk
IV. meningkatkan
produksi sel
darah merah.
3. Untuk
menentukan
diet yang tepat
bagi klien
4. Untuk
menggantikan
banyaknya
darah yang
hilang selama
perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
6,Volume I. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Potter, P. A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4,
Volume2. Jakarta: EGC
Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah
Monica Ester. Jakarta: EGC
Askanda, Sumitro. 1989, Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Aksara