Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REVIEW

WUCIUS WONG.BEBERAPA ASAS MERANCANG TRIMATRA .1986.

BAMBANG IRAWAN DAN TAMARA PRISCILLA.DASAR-DASAR


DESAIN.JAKARTA.2013

NAMA :KRISCENDY KESHIA MANALU

NIM :2182151004

KELAS :B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018/2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab
telah memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu
menyelesaikan tugas “CRITICAL BOOK REVIEW”. Tugas ini di buat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah Saya yaitu “NIRMANA TRIMATRA”.
Tugas critical book report ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua khusunya dalam hal mengenai nirmana dwimatra.Saya menyadari
bahwa tugas critical book report ini masih jauh dari kesempurnaan,Apabila dalam tugas ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, Saya mohon maaf karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas,karena keterbatasan ilmu dan pemahaman
saya yang belum seberapa.Karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas
critical book report ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Saya khususnya,Atas
perhatiannya Saya mengucapkan terimakasih.
RINGKASAN ISI BUKU

BAB 1 PENDAHULUAN

Dunia Dwimatra

Dunia dwimatra Yaitu panjang dan lebar membentuk bidang papar, dan tidak
memiliki kedalaman. Dunia Dwimatra pada dasarnya ciptaan manusia menggambar melukis
mencetak mencelup atau bahkan menulis. Namun terkadang karya Trimatra terlihat
Dwimatra. Dunia Trimatra pada kenyataannya kita hidup dalam dunia Trimatra. Merancang
Dwimatra iyalah mencipta dunia Dwimatra dengan jalan mengatur berbagai macam unsur
dengan sadar

Dunia Trimatra

Merancang Trimatra seperti merancang Dwimatra merancang Trimatra juga bertujuan


mencapai keserasian rupa atau membangkitkan rupa tertentu yang mengasyikkan tapi dalam
dunia trimatra merancang Trimatra lebih Rumpin dari merancang Dwimatra. Tiga arah
Utama dalam Trimatra:

a. Arah tegak ke atas dan bawah


b. Arah melintang ke kiri dan kanan
c. Dan arah bujur ke depan dan belakang

Unsur rancang Trimatra:

 Unsur konsep. Garis bidang dan Gempal


 Unsur rupa Rahut ukuran warna dan barik
 Unsur pertalian kedudukan arah ruang dan gaya berat

Unsur ragang

Unsur Ragang memiliki nilai Racana semua unsur digunakan untuk menunjukkan
komponen geometri sebuah rancangan trimatra

Bentuk dan Racana

Bentuk iyalah istilah yang gampang dikacaukan dengan raut. Rencana adalah
keseluruhan organisasi dalam ruang yakni sebuah kerangka yang menopang keseluruhan
susunan warna raut dan barik
BAB 2 BIDANG BERSAF
Bidang bersaf

Jadi untuk membangun bentuk gempal, kita bayangkan Deretan irisannya Atau cara
bentuk itu teroris tipis tipis sehingga diperoleh bidang bersaf

Mengiris kubus

Untuk menggambarkan bentuk gempa lebih jauh kita mengiris kubus tipis tipis
menjadi sederet bidang yang sama tebalnya. Dalam menyusun bidang bersaf unsur pertalian
harus diperhitungkan dua unsur pertalian yang tidak boleh diabaikan adalah kedudukan dan
arah. Ragam kedudukan

kedudukan bertalian pertama Tama dengan jarak bidang bila arah tak beragam semua
bidang akan berderet sejajar sama sendirinya yang satu di belakang yang lain pada jarak yang
sama

Tehnik Meragang

Untuk Meragang karton sebaiknya digunakan Perekat yang kuat dan cepat kering
kemantapan dan keteguhan terbaik didapat bila bidang bersaf berdiri tegak pada papan alas
datar

BAB 3 RACANA DINDING


Kubus tonggak dan dinding

Tonggak ini dapat diulang ke kiri dan kanan setiap kubus dalam racana dinding
merupakan petak ruang. Setiap racana Dwimatra yang tertib Dapat dibentuk menjadi rencana
dinding dengan cara menambah ketebalannya dan sub bagian rencananya dapat dijadikan
petak ruang

Petak ruang dan gatra : Petak ruang yang paling sederhana yaitu petak Itu bolong dan
dapat kita letakkan gatra di dalamnya gatra ini dapat berupa Bidang papar saja yang
diperulangkan atau dibuat beragam. Gatra sebagai bidang piuh: Bila diinginkan timbulnya
kesan trimatra yang lebih besar Sifat papar gatra dapat diubah . Dua atau tiga bidang papar
dapat digunakan untuk Meragang sebuah gatra. Racana dinding yang tidak tetap papar:
Bila petak diletakkan Yang satu di atas yang lain muka rajana dinding yang papar dapat
dibuat agar terima track dengan memperagakan gan kedudukan petak.
BAB 4 PRISMA DAN TABUNG

Prisma dasar dan ragamnyaPrisma adalah bentuk yang kedua ujungnya berupa sosok
persegi yang mirip sebangun dan sejajar dan semua Sisi nya persegi panjang atau jajaran
genjang. Prisma berongga adalah prisma yang tidak terbuat dari bahan pejal melainkan di
ragang Dari karton dan ragam perubahan nya dapat lebih rumpil. Pengolahan kedua Sisi
ujung kedua ujung Prisma berongga dapat diolah dengan satu cara atau lebih. Pengolahan
sending, biasanya pengolahan Sanding berpengaruh juga pada Sisi penyimpangan dari
Kesejajaran sisi tidak hanya mengubah ke persedian Sisi saja tapi terkadang membuat sisi itu
menjadi Bengkung atau persegi. Pengolahan Sanding lainnya dapat merupakan pengurangan
atau penambahan Raut sanding

Persambungan Prisma dengan berbagai cara dua Prisma atau lebih dapat di
bersambung kan menjadi sebuah rancang Persambungan mudah dilakukan dengan
menyaTuhkan sisi Prisma baik sejajar ataupun tidak rekatan ini sangat kuat asalkan
perekatnya kuat

Prisma dan slinder

Jumlah bidang papan yang dapat digunakan untuk sisi sebuah Prisma paling kurang
adalah tiga Yang menghasilkan bersama dengan sutuh dan telapaknya berbentuk Segitiga.
Dengan menambah jumlah Sisi pada Rahut segi banyak sampai tak berhingga terbentuk lah
lingkaran begitu pula dengan penambahan Sisi prisma sampai tak Berhingga akan terbentuk
Silinder tubuh Silinder dibatasi oleh sebuah bidang yang Jujuh Tanpa pangkal dan ujung
sedangkan sutu dan Telapak y tanpa pangkal dan ujung sedangkan sutu dan Telapaknya
berupa lingkaran

Ragam slinder

Dapat dikatakan terdiri atas dua ujung berupa lingkaran yang sejajar dan sama
ukurannya dan tubuh yang tegak lurus pada kedua ujung itu. Ujung dapat diolah dengan cara
yang sama seperti pada Prisma

BAB 5 PERULANGAN

Perulangan gatra perulangan gatra telah dikemukakan dengan singkat pada bab satu
dalam arti yang sempit perulangan gatra berarti bahwa semua unsur rupa gatra raut ukuran
warna dan Barik Harus sama. Kesatuan rupa diperkuat lagi oleh perulangan raut dan ukuran
gatra. Racana perulangan dapat di definisikan sebagai rencana dengan gatra atau Kerawang
yang berisi gatra tersusun dalam Susunan dan pola yang beraturan sehingga semuanya
bertalian sesamanya dengan cara yang sama

Tataan dalam setiap lapisan ada banyak cara untuk menyusun gatra di dalam tiap
lapisan dan secara berselang-seling lapisan dapat disusun berbeda beda. Kedudukan barisan
tersebut dapat digeser diantara peta gatra dapat menjadi celah. Merangkai gatra petak yang
biasanya berapa meter sederhana biasanya dapat dirangkai dengan jalan menyaTuhkan
sisinya namun gatra jika digunakan tanpa petak ruang. Bersentuhan Sisi tentu saja membuat
sambungan yang paling kuat baik bersentuhan seluruh sisi nya maupun sebagian. Prisma
bujursangkar sebagai gatra atau petak. Racana menjadi lebih rumpil Jika gatra atau petak
ruang Yang mewadahi nya bukan kubus gatra dalam racana perulangan Kebanyakan gatra
jauh lebih rumpil Daripada kubus biasa Prisma bujursangkar atau bahkan raut

BAB 6 RACANA BAHUTIRA

zadat Plato

Bahu Tira adalah laut yang mempesonakan dan dapat digunakan sebagai racana dasar
Pada ranjang trimatra. Diantaranya ada lima Zadat Geometri beraturan yang pokok dan
paling penting terdiri atas CaturTira, sadtira, dwidasatira, dan wimsatitira . Astatira
Merupakan bahan dari Kubus artinya kita dapat membuat AstaTira jika tiap mercu kubus
diganti dengan sisi AstaTira dan tiap Sisi Kubus diganti dengan mercu astatira

Zadat Archimedes

Perbedaan zadat Plato dan Archimedes Iyalah setiap Zada Plato terdiri atas satu jenis
bahutira. Sedangkan zadat Archimedes lebih dari satu bahutira

Pengolahan sisi

Bila bahutira itu bergeronggang pengolahan yang paling sederhana pada Sisinya adalah
membuat raut Negatif pada beberapa atau semua Sisi nya untuk menayangkan Geronggang
yang semula tersembunyi

Pengolahan Sanding :Raut dapat ditambahkan atau dikurangkan pada sepanjang Sanding
bahutira. Pengolahan mercu :Biasanya pengolahan mercu Mempengaruhi semua Sisi yang
membentuk mercu tersebut. Raut tambahan dapat dibubuhkan pada mercu bahutira.
Penggabungan raut bahutira Untuk membuat racana yang lebih rumpil Dua raut bahutira Atau
lebih dengan rancang yang sama Atau berbeda dapat digabung dengan cara bersentuhan sisi
Sanding atau mercu
BAB 7 BIDANG SEGITIGA

Trikona

Dapat diperpanjang sehingga berbentuk Segitiga sama kaki yang lanpai . Segitiga tak
beraturan, yang berbeda beda Raut Dan ukuran nya dapat digunakan untuk membangun sisi
empat atau sisi delapan

Sistem Astan

Jika bujur Sangkar dapat mengisi ruang Dwimatra dengan tumpat Kubus pun dapat
mengisi sebuah ruang Trimatra Dengan tumpat. Jadi bila astatira dan caturtira Digunakan
bersama keduanya dapat mengisi ruang dengan tumpat

BAB 8 RANGKA LANJAR

Sampai saat ini kita bekerja dengan bentuk Trimatra yang di Ragang dari bidang
papar yang sama tebalnya untuk Maragang bentuk geometri yang utuh sisi paparnya dan
Sendingnya lurus kita menggunting bidang itu menurut Rahut sisi tersebut lalu merekat
semuanya dengan penguat dari dalam

Meragang dengan garis

Semua bentuk geometri dengan Sandi menurus dapat dijadikan rangka lanjar Untuk
meragam nya dia pinggirnya diganti dengan batang lurus sebagai Sempadan tiap Sisi
sehingga terbentuk bucu Pada persambungannya. Sambungan untuk dapat Maragang batas
kaya lebih dulu kita harus mengetahui cara menyambung nya untuk membuat bingkai bujur
Sangkar papar empat batang Kayama sama panjangnya dekat sesamanya dengan sambung
perstek

Komponen rangka lanjar untuk membuat kubus kita menggunakan bingkai bujur
Sangkar untuk Telapak dan sutuh. Dan empat batang kayu untuk rusuk yang panjangnya
sama dengan ukuran dalam bingkai bujursangkar. Menumpuk satuan berulang dong kak yang
diperoleh dengan cara ini dapat di baringkan juga pada kedudukan berdiri ternyata kurang
mantap atau agar nampak Indah. Bangun yang lebih rumpil Dapat diperoleh dengan
menggunakan tonggak berulang. Berantasan terjadi bila bagian sebuah rangka lanjar Berada
di dalam rongga yang terdapat dalam rangka lanjar lain Tiap satuan terbuat dari dua bingkai
bujursangkar dan empat batang rusuk yang sejajar dan sama panjang semua satuan direkat
sama sendirinya dengan arah berputar

BAB 9 LAPISAN LANJAR


Keberagaman dan berbagai kemungkinannya untuk menambah jumlah lapisan lapisan
Kita dapat menumpangkan batang yang satu tepat di atas yang lain tapi dapat juga
menyusunnya dengan kedudukan atau arah yang Roncet

BAB 10 GARIS HUBUNG


Bahan dan ragang

Rangka lanjar Terus terbuat dari bahan yang tegar seperti kayu agar dapat berdiri
kokoh dan mampu menopang garis hubung Dengan kuat Ragang bidang papar untuk garis
hubung. Selain rangka lanjar Kita dapat juga menggunakan Raut bidang papar sebagai ragang
bagi pemasangan garis hubung. Garis hubung dalam Kubus bening

Garis hubung yang juga dan sejajar menghasilkan Raut Silinder Garis hubung yang
miring dan tidak sejajar menghasilkan hiperboloid Dengan permukaan yang Lengkung dan
jujuh. Hasil yang lebih rumpil Dan menarik dapat diperoleh dengan mengubah rancang
menurut suatu cara atau lebih

DASAR-DASAR DESAIN
UNSUR RUPA

A.Garis
Unsur garis terdiri dari beberapa bagian yaitu :

 Garis adalah unsurrupa yang paling utaman apabila kita ingin menggambar ataupun
mendisain. Garis terdiri dari tiga macam, yaitu organis dimana garis tersebut
mengadopsi bentuk-bentuk garis yang terdapat di dalam. Garis ini memiliki bentuk
yang lebih bebas.
 Garis jadain-geometris adalah garis yang terbentuk melalui sesuatu proses dan alat.
Aapabila kedua ujungnya ditautkan,akan tercipta raut yang secara geometris
membentuk sebuah bidang.
 Garis sebagai batas adalah garis yang terbentuk apabila ada dua bidang atau
permukaan berbeda kedudukannya.
Ada emapat bentuk garis yaitu:
 Garis sebagai outlien yaitu siluet atau garis pinggir ganbar bayangan dari sebuah
benda atau bayangan.
 Garis sebagai kontur yaitu garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama pada suatu area lengkap.
 Garis sebagai kaligrafi yaitu keindahan garis yang berbasis pada huruf arab.
 Garis ekspresif yaitu garis yang seolah-olah dicoretkan secara spontan yang
mempunyai kesan gerak dan arah yang dinamis.
Garis juga ada beberapa karakter yaitu : lurus, lengkung, dan Zigzag.

Beberapa simbol ekspresi pada garis yaitu :

 Garis tegak membengkok, memberi sugesti sedih,lesu, dan duka.


 Olakan-olakan keatas (upward swirls),yaitu hasrat yang berkobar-kobar.
 Horizontal berirama,yaitu malas dan tenang.
 Pancaran ke atas,yaitu idealisme
 Perspektif yang melenyap,yaitu kerinduan
 Perspektif yang membalik, yaitukebebasan mutlak.
 Air terjun, yaitu penurunan berirama.

B.Arah
Arah berperan untuk memberikan kesan gerak dalam irama dan bertujuan agar
gerakan maupun irama yang terjadi tetap membentuk suatu kesatuan dan tidak keluar
dari bidang gambar.

Ada dua peranan arah yaitu :

 Arah komplementer yaitu arah yang berlawanan dan bertujuan untuk penerapan dalam
desain atau lukisan agar kesan gerak yang ditimbulkan oleh arah tidak keluar bidang
gambar.
 Arah gelang-gelang yaituarah yang yang bergerak seolah-olah memutar mengelilingi
suatu pusat dan bertujuan untuk tidak keluar dari bidang gambar.

1. Bidang yaitu garis berbeda arah dan saling berpotongan.


2. Ukran yaitu perbedaan jarak antar garis dan antar bidang membentuk sebuah ukuran.
3. Khoma yaitu deret intensitas dari warna.
4. Warna yaitu garis atau bidang dapat memiliki bermacam-macam warna.
5. Nada yaiyu garis atau bidang yang memiliki nada.\

Perinsip Penataan Rupa


 Ulang
 Mirip
 Kontras
 Keutuhan
 Gerak
 Irama
 Ragam
 Proporsi
 Aksentuasi
 Dominan
 Keseimbangan

C.Bidang
Beberapa garis yang berbeda arah dan saling berpotongan akan membentuk bidang
atau pola (pattern)

Bidang bersifat dua dimensi atau bermatra dua.

Berikut adalah bagian-bagian bidang;

1) Panjang dan lebar


2) Raut (shape)
3) Permukaan
4) Orientasi(pedoman), dan

Kedudukan (posisi)

D.Ukuran
Perbedaan antara garis dan bidang akan membentuk ukuran.

E.Tekstur
Setiap material mempunyai tekstur sendiri, tekstur adalah susunan bahan pada sebuah
bidang.Tekstur mempunyai dua pengukur atau nilai,yaitu;

 Kuantitatif (licin,halus,dan kasar)


 Kualitatif (pengalaman pisikis terhadaf tekstur)

Tekstur juga dibedakan menjadi dua jenis,yaitu;

 Tekstur raba
 Tekstur lihat
 Tekstur semerta
 Tekstur mekanis

Tujuan membuat tekstur tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan artistic saja,seperti juga
fungsional , seperti mempertegas atau mendukung suasana.

F.Khroma
Adalah deret intensistas dari warna.dalam hal ini khroma merupakan pikmen
warna.

G.Nada
Garis atau bidang mempunyai nada.

H.Warna
Garis atau bidang dapat memiliki macam-macam warna ,misalnya merah,biru,kuning,dan
sebagianya.

PRINSIP PENATAAN RUPA

A.Ulang
Semua unsur seni rupa memungkinkan pengulangan.Tolak ukur adalah selisih antara dua
bentuk yang letaknya di dalam ruang.

B. Mirip
Pada prinsipnya semua unsur seni rupa yang panduan satu sama lainya saling mirip dan
dengan interval sedang akan menimbilkan laras.

C. Kontras
Kontras atau perbedaan yang drastic merupakan sebuah dinamika dari semua eksitensi.

D. Keutuhan
Keutuhan dan kesatuan merupakan tujuan akhir yang harus dicapai dalam penciptaan
suatu komposisi dan desain,agar hasil karya tersebut dapat dikatakan baik dan menarik untuk
dilihat.

E. Gerak
Didalam perancangan ,gerak adalah suatu susunan unsur-unsur rupa yang teratur pada suatu
komposisi dan penyuaian arah yang menuju pada suatu tujuan.

F. Irama
Dalam seni rupa irama adalah gerak teratur,berikut iyalah empat jenis irama,yaitu;

1. Repetition(perulangan)
2. Alternation(silih berganti)
3. Progression(progresil)
4. Regression(regresi)

G. Ragam
Ragam merupakan fariasi dari sebuah garis,bidang,dan lain-lain.
H. Proporsi
Adalah perbandingan dari sesuatu ukuran yang dinyatakan dengan bilangan dan
symbol.yang seiring oleh zaman proporsi itu penting,suatu komposisi fisual dinyatakan
baik apabila memiliki proporsi yang pas.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

BAB 1

PENDAHULUAN

Dapat ditrik kesimpulan,dari hasil kritik dengan judul buku “Beberapa Asas
Merancnag Dwimarta” yang dibuat oleh penerjemah Drs.Adjat Sakri, M.Sc,dan
penyuting DR. Sudjoko dan penerbit Wong,Wucius dapat disimpulkan bahwa buku
ini sudah baik,mudah dipahami mahasiswa dan kelebihan lebih banyak dibandingkan
kelemahannya. Hal ini dapat dilihat dari bahasa yang di gunakan sudah bahasa baku
dan sistematika penulisan sudah memenuhi syarat sesuai dengan format penulian yang
telah di tentukan. Disamping itu juga terdapat kelemahan atau kekurangan dalam
buku ini yakni dalam penggunaan ejaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Masih
terdapat beberapa kata yang tidak sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia dan terdapat
juga pemberian spasi yang kurang efektif.
BAB II

BENTUK
Dapat ditrik kesimpulan,dari hasil kritik dengan judul buku “Beberapa Asas
Merancnag Dwimarta” yang dibuat oleh penerjemah Drs.Adjat Sakri, M.Sc, dan
penyuting DR.Sudjoko dan penerbit Wong,Wucius dapat disimpulkan bahwa masih
terdapat berbagai kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan yang terdapat dalam
penulisan yaitu dengan penggunaan bahasa, pemakaian huruf dan penulisan huruf ,
dan kekurangan dalam menggunakan tanda baca dan peletakan tanda baca. Dan
kelebihan buku Beberapa Asas Merancnag Dwimarta ini juga memiliki kelebihan
seperti penulisannya sudah sesuai dengan standart sistematika.

BAB III

PERULANGAN
Dapat ditrik kesimpulan,Setelah menganalisis isi buku dan mengkritik mulai
dari penggunaan ejaan, sistematika penulisan, serta isi materi pada bab 3, dengan
judul buku “Beberapa Asas Merancnag Dwimarta” oleh penerjemah Drs.Adjat Sakri,
M.Sc,dan penyuting DR.Sudjoko dan penerbit Wong,Wucius ini lebih dominan
memiliki kelebihan baik itu dari segi bahasa sistematika serta kesesuaian materi
dengan judul. Akan tetapi buku ini juga memiliki kekurangan dari segi ejaan karena
didalam ejaan pada buku ini terdapat banyak sekali penggunaan yang salah, baik itu
penggunaan tanda baca, penulisan huruf serta pemakaian kata yang masih belum
sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia. Akan tetapi keseluruhan isi buku sudah baik
dan sesuai dengan sistematika.

BAB IV

RACANA
Dapat ditrik kesimpulan,etelah menganalisis isi buku dapat disimpulkan
bahwa dalam penulisan buku terutama bab 4 mulai dari ejaan, bahasa, sistematika
penulisan, isi materi adalah kelebihan lebih menonjol di bandingkan kelemahannya.
Karena di dalam bab 4 ini, hanya terdapat beberapa ejaan yang kurang baik dan
sistematika penulisannya sudah lebih baik

BAB V

KEMIRIPAN
Dapat ditrik kesimpulan,dari hasil analisa dan kritik isi buku maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat berbagai kelemahan dan kelebihan. Salah satu kelemahan
yang terdapat dalam penulisan yaitu bahasa yang digunakan masih sedikit tidak baku
dan terdapat beberapa pengulangan kata yang dapat menciptakan kebingungan para
pembaca, kemudian dalam pemakaian huruf dan penulisan huruf juga masih memiiki
kekurangan dimana masih banyak penulisan kata yang kurang hurufnya, lalu dalam
menulis sebuah judul keseluruhannya menggunakan huruf kapital seharusnya diawal
kalimat menggunakan huruf kapital. Terdapat juga beberapa kata serapan yang tidak
sesuai dengan ejaannya dan yang terakhir masih terdapat beberapa kekurangan dalam
menggunakan tanda baca dan peletakan tanda baca. Namun buku dengan judul
“Beberapa Asas Merancnag Dwimarta” ini juga memiliki kelebihan yaitu sistematika
penulisannya yang sudah sesuai dengan standart penulisan.

BAB VI

RONCETAN
Dapat ditrik kesimpulan,etelah menganalisis isi buku dan mengkritik mulai
dari penggunaan ejaan, sistematika penulisan, isi materi, serta bahasa pada bab 6,
dengan judul buku “Beberapa Asas Merancnag Dwimarta” oleh penerjemah Drs.Adjat
Sakri, M.Sc, dan penyuting DR.Sudjoko dan penerbit Wong,Wucius ini lebih
dominan memiliki kelebihan baik itu dari segi bahasa sistematika serta kesesuaian
materi dengan judul. Akan tetapi buku ini juga memiliki kekurangan dari segi ejaan
karena didalam ejaan pada buku ini terdapat banyak sekali penggunaan yang salah,
baik itu penggunaan tanda baca, penulisan huruf serta pemakaian kata yang masih
belum sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia. Akan tetapi keseluruhan isi buku sudah
baik dan sesuai dengan sistematika.

IMPLIKASI

A.Teori/Konsep

 Pada buku 1 yang berjudul “Beberapa Asas Merancang Dwimarta”


menggunakan konsep/teori seperti Pendahuluan, Bentuk, Perulangan, Racana,
Kemiripan, dan juga roncetan. Konsep ini sangat bagus jika di terapkan di
indonesia agar kota indonesia menjadi negara yang lebih maju dan
berkembang dan tidak kalah modern nya dengan negara-negara maju lain-nya.
 Sedangkan pada buku 2 yang berjudul “Dasar-Dasar Desain” menggunakan
teori/konsep seperti Prakarta, Kata Pengantar, Unsur Rupa, Perinsip Penataan
Rupa, Teori Warna, Sistem Perancangan, Ruang, Bentuk, Morfologi Bentuk,
Keseimbangan Benda Tiga Dimensi, Dialog Bentuk, Memplastiskan
(melunakkan) Bentuk, dan Daftar Pustaka. Konsep ini sangat bagus jika di
terapkan pada pembangunan indonesia karna tanpa ada-nya konsep-konsep
tersebut maka tidaklah akan terjadi sebuah pembangunan.Maka dari itu
seorang arsitek perlu memahami lebih dalam tentang Dasar-Dasar Desain.
B.Program Pembangunan Di Indonesia

Untuk memajuakan negara indonesia kita butuh menerapkan konsep


dan teori tersebut.untuk menerapkan nirmana dwimatra dan dasar-dasar desain
dalam pembangunan indonesia ke tahap berikutnya,yang saya ketahui negara
indonesia ini sudah menjadi negara yang maju dengan bangunan-bangunan-
nya.

C.Analisis Mahasiswa
Dari kedua buku yang saya baca yang berjudul Beberapa Asas
Merancang Dwimarta dan Dasar-Dasar Desain kita harus menerapkan
konsep/teori Dasar-Dasar Desain karena buku tersebut lebih mengajarkan
tentang dasar-dasar desain dan itu sangat cocok jika diretapkan untuk pelajar
ataupun mahasiswa khususnya buat arsitek dalam program pembangunan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Buku yang berjudul “Beberapa Asas Merancnag Dwimatra” oleh penerjemah


Drs.Adjat Sakri, M.Sc, dan penyuting DR.Sudjoko dan penerbit Wong,Wucius. Buku ini
terdiri dari 6 bab, diantaranya Pendahulaun, Bentuk, Perulangan, Racana, Kemiripan, dan
Roncetan. Setiap bab yang berada dalam buku ini saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya dan tersusun secara sistematis.

Didalam buku ini juga memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Secara
sistematis buku ini sudah sangat baik dan relevan dengan judul pembahasan hanya saja
terdapat beberapa kekurangan seperti bahasa dan ejaan yang belum sesuai dengan penulisan
bahasa indonesia yang baik dan benar.
B. Saran

Buku ini sangat baik dibaca untuk seorang guru, calon guru ataupun tenaga
pendidikan karena dalam setiap bab sudah terkait dengan pendidikan masa kini

Buku ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku pegangan mahasiswa
yang menjalani mata kuliah Nirmana dwimatra, karena kedua buku ini memiliki bahasa yang
dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar Nirman Dwimatra dan penyusunan materi
yang sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa menggunakan
beberpara referensi buku lain sebagai pegangan dalam Nirmana.

DAFTAR PUSTAKA
Irawan, Bambang dan Tamara, Priscilla. 2013. Dasar-Dasar Desain. Jakarta: Griya Kreasi.
Wong, Wucius. 1986. Beberapa Asas Merancang Dwimarta. Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai