novel Aurora di Langit Alengka karya Agus Andoko. Setelah melakukan teknik
analisis dokumen, data yang diperoleh ada tiga kajian stilistika yaitu: (a) bahasa
penutur dari pemahaman bahasa yang dipakai sehari-hari, (b) pilihan kata (diksi)
digunakan untuk pemilihan kata-kata, frasa, dan gaya bahasa dalam karya sastra,
dan (c) frasaologi merupakan cara pengungkapan kata secara yang khas.
penggunaan bahasa oleh penutur dari pemahaman bahasa yang dipakai sehari-
hari, penyimpangan dari bahasa standar, atau penyimpangan makna kata untuk
memperoleh beberapa arti khusus atau efek khusus. Bahasa kias dibagi dalam
Kajian gaya bahasa kiasan tidak difokuskan pada penggunaan jenis gaya
bahasa tertentu tetapi lebih difokuskan pada banyak gaya bahasa kiasan yang
a. Simile
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile memerlukan
dan sebagainya. Penggunaan gaya bahasa simile pada novel Aurora di Langit
Alengka karya Agus Andoko dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
menpunyai kesamaan atau selakanya sama dengan hal ini, di laur yang
menyamakan perasaan manusia dengan alam yang ikut berbahagia dan gembira,
karena pada saat itu suasana alam jauh berbeda dari hari selumnya. Selanjutnya
data (hal 154) kata seperti yang digunakan penulis untuk menyamakan burung
dengan pesawat terbang, karena di negeri Alengka sayap burung hamper sebesar
pesawat terbang, dan data (hal 208) penulis menyamakan air laksana Kristal yang
mengalir dari sela-sela abut, pengungkapan itu didasri oleh warna iar yang begitu
bening dan jernih, data (hal 190) di mata jemari tangan Nyai Drembo disamakan
dengan buah mentimun yang kerap ibunya beli di pasar, dan pada data (hal 250)
penulis menggunakan kata bagai dan kata bak untuk menyamakan kecantikan
yang alami. Gaya bahasa perbandingan yang digunakan oleh penulis di atas
apa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang digambarkan oleh penulis dalam
novelnya.
b. Personifikasi
Alengka karya Agus Andoko dapat dilihat pada kutipan teks berikut.
dikana kirinya. Begitu cepat laju kuda yang mereka naiki sehingga
menggambarkan benda mati seolah-olah memiliki sifat manusia, pada data (hal
71) di mana Agus Andoko menyamakan benda mati seolah-olah hidup seperti
sesuai dengan irama. Selanjutnya pada (hal 179) data tersebut menjelakan di mana
pohon dan tumbuhan berlari menjauh sekan-akan pohon dan tumbuhan memiliki
kaki seperti manusia yang bisa berlari dan berpindahan tempat. Penggunaan gaya
bahasa personifikasi itu tidak lepas dari fungsi personifikasi itu sendiri yaitu
c. Hiperbola
penggunaan gaya bahasa hiperbola pada novel Aurora di Langit Alengka karya
“Terima kasih Nyai, sahut Bara mengambil sedikit nasi merah dengan
centong kayu sebesar sekop semen ke atas selembar daun pisang yang
sudah disiapkannya”.(hal 109)
“Dari jauh, para penabuh dan pesiden tampak seperti boneka-boneka emas
yang berkilauan”. (hal 153)
diungkapkan atau yang dikisahkan. Hal itu mampu menhidupkan cerita, artinya
mampu mengajak pembacanya merasakan apa yang dialami oleh tokoh cerita
Istilah diksi digunakan untuk pemilihan kata-kata, frasa, dan gaya bahasa
dalam karya sastra. Persoalan yang ada dalam gaya bahasa berkaiatan dengan
perbendaharaan kata sebuah bahasa terdiri dari dua aspek, yaitu aspek bentuk dan
isi. Aspek bentuk atau ekspresi adalah segi yang terdapat diserap dengan penca
indra, yaitu dengan mendengar atau melihat. Aspek isi adalah segi yang
aspek bentuk. Pilihan kata merupakan unsure stilistika yang berhubungan dengan
Pilihan kata digunakan untuk menamai tokoh diambil dari kosakata bahasa
Jawa. Kata-karta yang digunakan adalah Laras, Bara, Radit, Mambang, Sedah,
Sinta, Narasoma, Wibisana, Rama, Eyang Gondo, Hanoman, Rahwana dan lain-
lain, ada beberapa nama yang menyiratkan bahwa pemilik kebanyakan dipakai
oleh orang pendesaan seperti: Sedah, Sinta, Narasoma, Wibisana, Rama, Eyang
Jawa. Pemilihan kata seperti Laras, Radit, Mambang, dam Bara dipakai untuk
untuk menampilkan latar, yaitu latar desa dan latar kota, ini artinya ada relasi
antara tokoh dengan latar. Pemilihan kata tidak hanya berkaitan dengan penamaan
tokoh dalam sebuah cerita namun juga menyangkut dengan prinsip strukturalisme
hal ini diksi), penokohan, dan latar dalam novel Aurora di Langit Alengka. Pilihan
kata dari kosakata bahasa daerah yang digunakan untuk penamaan tokoh dapat
Langit Alengka diantaranya dapat dilihat pada kata, frasa ataupun klausa bahasa
Jawa yang digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia. Keunikan pemilihan dan
pemakaiaan leksikon bahasa Jawa dalam novel Aurora di Langit Alengka sebagai
berikut.
“di depan mereka terlihat sebuah desa, dan sebentar kemudian mereka
memauki gerbang batu berbentuk bentar dikanan jalan masuk”. (hal 76)
“ia mengenakan kain yang melilit ketubuhnya sabuk wolo”. (hal 83)
“Hei, anak-anak lelaki tidak boleh kedapur, keluar sana! Ora ilok”. (hal
95)
“oleh Sedah, sego golong tadi dibentuk menjadi kerucut di tengah sebuah
nyirut”. (hal 98)
Pemilihan dan pemakaian kata bentar, sabuk, ora ilok, dan nyirut pada
misalnya pada data (1) bentar merupakan leksikon dalam bahasa Jawa yang
kemudian pada data (2) sabuk wolo merupakan leksikon bahasa Jawa dalam cara
berapakaian. Sabuk wolo adalah cara berpakaian jarit, model kemban, namun
bias juga digunakan oleh anak-anak, data (3) kata ora ilok yang berarti tidak
pantas bagi laki-laki untuk menginjakan kakinya di dapur dan data (4) Nyirut
merupakan leksikon dalam bidang penyajian makanan yang biasa digunakan oleh
oaring Jawa dalam acara-acara tertentu. Nyirut adalah alat rumah tangga
berbentuk bundar, dibuat dari ayaman bambu gunanya untuk menapi beras.
leksikon bahasa Jawa tersebut mencerminkan suasana yang sedang dialami oleh
para tokoh dalam novel dan penggambaran situasi menjadi lebih jelas.
“ Ulan yang datang pada kalian, diberikatilah kalian, hidup penuh cinta
sampai kaken ninem” . (hal 161)
Penggunaan kata bahasa Jawa pada data di atas, digunakan secara spotan oleh
penulia dalam mendeskripsikan cerita, pada data (1-3) kata ngincak-icak, san
gawe, dan kaken nimem merupakan kata asli bahasa Jawa yang sering digunakan
oleh penulis dalam novelnya. Kata ngicak-icak dalam bahasa Indonesia yang
artinya menginjak-injak, kata san gawe dalam bahasa Indonesia yang artinya
waktu siang untuk beristirahat, dan kata kaken ninem dalam bahasa Indoensia
Pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa pada data-data di atas jika
diganti dengan leksikon bahasa Indonesia, maka deskripsi cerita menjadi biasa
dan tidak memiliki daya pikat bagi pembaca. Agus Andoko berasal dari kota
Pemanfaatan leksikon bahasa Jawa, kata sapaan dalam bahasa Jawa juga sering
digunakan dalam sebuah karya sastra. Novel Aurora di Langit Alengka karya
untuk saling merujuk pada situasi percakapan yangb berbeda-beda menurut sifat
ditentukan oleh berbagai factor yang erat berkaiatan dengan penutur, lawan
bicara, dan situasi penuturnya. Faktor-faktor itu adalah situasi (resmi dan tidak
resmi), etnik (suku Jawa dan bukan Jawa), kekerabatan (berkerabat dan tidak
berkerabatan), keintiman (intim dan tidak intim), status (lebih tinggi dan rendah),
umur (lebih tua, sebaya, dan lebih muda), jenis kelami (laki-laki dan perempuan),
status perkawinan (kawin dan tidak kawin), dan asal (kota dan desa), berikut
adalah penggunakan kata sapaan dalam bahasa Jawa yang terdapat dalam novel
“Nyai Drembo?”
“Ya, kami memanggilnya Nyai Drembo. Ia tinggal di desa yang baru saja
kita lewati tadi”. (hal 80)
“Maaf Kisanat, adakah tempat penginapan di sini?’’ Tanya Bara. (hal 67)
Kata sapaan Eyang dan Nyai Drembo digunakan oleh eknis suku jawa
dalam memanggil orang yang lebih tua dari orang tua meraka, sedangkan kata
sapaan Kisanat digunakan untuk memulai percakapan dengan orang yang belum
Biyung, Diajeng, dan Kanda. Seperti yang terdapat pada kalimat berikut.
Kata sapaan tersebut dipaki untuk kekerabatan antara ibu dan anak untuk
memanggil istri digunakan kata sapaan diajeng dan kata sapaan kanda digunakan
memanggil suami atau saudara laki-laki yang lebih tua. Perkembangan dunia
sastra yang lebih modern, di mana teori-teori sastra telah berkembang dan
diaplikasikan dalam sastra yang menggunakan imajinasi dan kata yang sangat
menarik hingga menimbulkan kesan elegan pada setiap karya sastra, namun Agus
khususnya kata sapan dalam bahasa Jawa, ia juga memperkenalkan kata sapaan
tersebut kepada msayarkat luas, dalam hal ini pembaca karyanya. Pemnfaatan kata
sapaan yang digunakan ole penulis menambah kekhasan dan kekhususan kosakata
yang digunakan Agus Andoko dan menjadi cirri khas gaya bahasa penulis.
4.13 Frasaologi
Kata frasaologi terbentuk dari kata frasa yaitu gabungan dua kata atau
lebih yang bersifat tidak [redikatif. Frasaologi bukan saja membahasa tentang
frasa dalam suatu karya sastra, namun frasaologi juga dapat dikaitkan dengan
Aurora di Langit Alengka ditemukan ungkapan khas yang berasal dari bahasa
Jawa.
Novel Aurora di Langit Alengka berlatar kebudayaan Jawa sehingga
banyak ditemukan ungkupan khas dari bahasa Jawa. Ungkapan khas yang
dilanturkan ayah mereka ketika mereka masih kecil dulu. Sebuah tembang
pengantar tidur.
Makna ungkapan dalam kutipan di atas adalah bentuk nasehat agar manusia
harus menjaga hati dan berjiwa sabar, kerena dewa akan membegaikan bongkahan
emas kepada masyarakat yang memiliki saifat baik. Pilihan ungkapan di atas
sesuai dengan situasi yang sedang dialami oleh para tokoh di negeri Alengka di
“ Hari ini kiata mengadakan upacara syukuran sebagai ungkapan rasa terima
kasih kepada Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menganungerahkan calon
memanjatkan doa kepada Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan yang Maha
Arti ungkapan Sang Hyang Widhi Wasa adalah Tuhan yang Maha Kuasa
yang memengang kekuasaan penuh atas isi dunia ini, dalam ajaran agama Hindu
dan Budha setiap perayaan besar harus mengandakan acara syukuran atas nikmat
yang telah diberikan oleh sangat maha kuasa, tidak hanya ajaran agama Hindu dan
Budha saja, bahkan dalam agama Islam juga mengajarkan kita tentang arti kata
Agus Andoko, maka sebagai akhir dari tulisan ini penulis manarik simpulan,
5.1 Simpulan
Alengaka di latar belakangi oleh factor social penulis yang diungkapakan melalui
tanpak pada pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa, pemilihan kata
sapaan dan frasaologi yang diungkapkan secara khas. Novel Aurora di Langit
pemakaian kosakata yang spesifik dan lain dari yang lain. Hal itu menghasilkan
style tersendiri yang menjadi cirri khusus Agus Andoko dalam menuangkan
jelas dan lebih menarik. Analisis yang dilakukan oleh peneliti, tidak menghitung
seberapa banyaknya bahasa kiasan yang digunakan oleh penulis namun peneliti
hanya menghitung bahasa kiasan yang dominan yang digunakan penulis dalam
5.2 Saran
sekolah- sekolah khususnya tentang sastra. Selain daripada itu, dengan adanya
Anak Sejuta Bintang karya Akmal Nasery Basral, sehingga sangat pantas jika
novel ini dapat dijadikan sumber belajar atau sebagai buku pendukung dalam
diberikan dari hasil penelitian ini adalah bagi pembaca penelitian ini dapat
digunakan karakter yang dapat dipetik dari setiap kisahnya. sebagai salah satu
pendidikan karakter yang terdapat dalam novel. Bagi peneliti lain yang meneliti
tentang sastra, khususnya yang meneliti tentang pendidikan karakter baik itu dari
novel yang sama maupun yang berbeda, semoga dapat menjadi bahan acuan atau