Anda di halaman 1dari 46

RUMAH SAKIT MATA RAMATA

Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar


Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com

Nomor : 001/PT-CRB/XI/2018
Perihal : Permohonan Pengesahan
Peraturan Perusahaan

Kepada
Yth. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Trasmigrasi Kota Denpasar
Di
Denpasar

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dengan ini
kami sampaikan permohonan pengesahan Peraturan Perusahaan yaitu :

1. Nama Perusahaan : PT. Cahaya Ramata Bali


2. Alamat Perusahaan : Jalan Gatot Subroto Barat 429,
Denpasar
3. Nomor Telepon : (0361) 9069009
4. Jenis/Bidang Usaha : Rumah Sakit Mata
5. Status perusahaan : Perseroan Terbatas
6. Surat Keputusan Izin Usaha : Nomor : 10
Tanggal : 19 April 2016
7. Nama Serikat Pekerja : -
8. No. Kepesertaan BPJS
Ketenagakerjaan : -
9. Jumlah Pekerja Pusat : Laki-laki : 0 orang
Wanita : 0 orang

10. Konsep Peraturan Perusahaan : Baru


11. Tanggal Berlakunya PP : 1 November 2018
12. Upah Pekerja Bulanan : Minimum : Rp. 2. 600.000
Maximum : Rp. 10.000.000
13. Sistem Hubungan Kerja : PKWT : 73 orang
PKWTT : - orang

Demikian permohonan ini kami sampaikan untuk mendapat pengesahan sebagaimana


mestinya, dan atas perkenan Bapak kami sampaikan ucapan terima kasih.

Lampiran :
1. Konsep Peraturan Perusahaan yang akan disahkan.
2. Surat usul perbaikan/percobaan yang akan diadakan dengan memberi penjelasan-
penjelasannya bagi Peraturan Perusahaan yang akan diperbaharui.
3. Surat persetujuan dari Pimpinan Serikat Pekerja yang menyatakan belum siap/mampu
meningkatkan menjadi Perjanjian Kerja Bersama (jika sudah ada Serikat Pekerja).

Denpasar, 1 November 2018

Direktur Utama

PT. Cahaya Ramata Bali

( dr. I Wayan Eka Sutyawan,Sp.M )

Tembusan Kepada Yth :


1. Bapak Walikota Denpasar
2. Ketua PD FPSI Provinsi Bali di Denpasar,
3. Ketua PC FPSI Kota Denpasar,
4. Ketua PUK FPSI Perusahaan di tempat.
5. A r s i p.
Dr. Eka Sutyawan SpM

Catatan : Setiap berkas Peraturan Perusahaan diparaf disetiap lembarnya oleh manajemen.
RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sebagai berikut:
1. Perusahaan telah menyampaikan naskah Rancangan Peraturan Perusahaan PT. Cahaya
Ramata Bali dengan surat tanggal 1 November 2018 nomor 001/PT-CRB/XI/2018 kepada
Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau wakil pekerja/buruh dari setiap unit kerja di
perusahaan.
2. Untuk itu, kami telah memberikan saran dan pertimbangan terhadap naskah Rancangan
Peraturan Perusahaan tanggal 1 November 2018 sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
3. Pengusaha dalam rangka menyusun naskah Peraturan Perusahaan, telah memperhatikan
saran dan pertimbangan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau wakil pekerja/buruh.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.

Denpasar, 1 November 2018

Pihak-Pihak yang menyatakan,

NO NAMA UNIT/DIVISI/
SERIKAT TANDA
PEKERJA/SE TANGAN
Pengusaha, RIKAT
PT. Cahaya Ramata Bali BURUH*)

Meterai Rp. 6.000,-

dr. Eka Sutyawan,Sp.M


dr. I Komang Manager
1 1..........
Prasetia, S.Ked Yanmed

Ni Luh Kadek Ika


Manager
2 Murdiani,S.Farm. 2..........
Jangmed
Apt

Manager
Ni Nyoman Sri
3 Adm.Umum 3..........
Ayu Purwati,SE
dan Keuangan

Yogi Pustaka, Manager


4 4……..
A.Md.Kep Keperawatan

Putu Ka.Sie
5 5…......
Rusmiyanti,SH Personalia

Ni Nyoman Ayu Ka.Sie


6 6 ........
Sri Purwati,SE Keuangan

I Made Gita Ka.Sie Rumah


7 7 …….
Paryatna,ST Tangga

Keterangan *):
- apabila di perusahaan belum terbentuk serikat pekerja/serikat buruh, maka yang
memberikan saran dan pertimbangan adalah wakil pekerja/buruh dari unit/divisi.
- apabila di perusahaan telah terbentuk serikat pekerja/serikat buruh, maka yang memberikan
saran dan pertimbangan adalah serikat pekerja/serikat buruh.
RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : dr.I Wayan Eka Sutyawan,Sp.M

Alamat : Jalan A.Yani Utara,Link.Batur, Peguyangan Kaja,Denpasar Utara

Jabatan : Direktur Utama PT. Cahaya Ramata Bali

Dengan ini menyatakan bahwa sampai saat ini di perusahaan kami PT. Cahaya Ramata Bali
tidak ada Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

Denpasar, 1 November 2018

Meterai Rp. 6.000,-

dr. Eka Sutyawan SpM

Direktur Utama PT. Cahaya Ramata Bali


PERATURAN PERUSAHAAN

PERIODE : 2019

PUSAT LAYANAN MATA UNGGUL DAN TERPADU

PT. Cahaya Ramata Bali

ALAMAT : JL Gatot Subroto Barat 429 Denpasar

TELEPON : (0361) 9069009


RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan, pembahasan,
dan menyepakati Peraturan Perusahaan ini, tanpa menemui hambatan yang berarti.

Kita menyadari bersama bahwasanya Peraturan Perusahaan adalah merupakan sarana


mutlak yang sangat penting dalam mewujudkan hubungan kerja yang berlandaskan pada
Hubungan Industrial yang bertujuan membina, memelihara dan menjamin stabilitas hubungan
kerja dalam arti yang seluas-luasnya.

Dengan adanya Peraturan Perusahaan, dimaksudkan untuk dapat memperjelas tentang


hak dan kewajiban Pekerja dan Pengusaha guna menciptakan ketenangan kerja dan ketenangan
berusaha. Selain daripada itu Peraturan Perusahaan bertujuan untuk menciptakan hubungan
kerja yang harmonis dan serasi, guna meningkatkan kualitas dan produktivitas serta
keuntungan secara maksimal dengan memperhatikan kesejahteraan pekerja, dan harus pula
mencerminkan tujuan bersama dari kedua belah pihak yang dilandasi oleh kepentingan
bersama yang timbul sebagai konsekuensi pengidentifikasian pengusaha maupun pekerja
sesuai dengan program Pemerintah, yaitu memperbaiki perekonomian dan meningkatkan taraf
kehidupan bangsa. Adapun secara rinci maksud dari Peraturan Perusahaan ini adalah:

1. Memperjelas hak dan kewajiban Pengusaha dan Pekerja.


2. Mengatur dan menetapkan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja bagi pekerja.
3. Mengatur penyelesaian yang seadil-adilnya bila terjadi perbedaan pendapat.
4. Memperbaiki, memelihara dan mengembangkan kerja sama yang baik serta harmonis antara
Pengusaha dan Pekerja.
5. Mendorong berkembangnya sikap mental dalam Hubungan Industrial yaitu atas dasar
pengertian dan prinsip tanggung jawab bersama, baik oleh pengusaha maupun oleh pekerja,
yang ditandai itikad baik, saling menghargai dan sadar akan tugas serta kewajibannya
masing-masing untuk berusaha semaksimal mungkin mensukseskan tujuan bersama.

Terlaksananya dan terpeliharanya kerja sama yang baik dibuktikan dengan pemberian
kesempatan dan bimbingan untuk maju bagi setiap pekerja, berdasarkan profesionalisme tanpa
memandang suku, agama, ras maupun golongan dan mewujudkan terlaksananya pengupahan
yang adil sesuai dengan prestasi kerja.

Dengan kerendahan hati, perkenankan kami mengampaikan apresiasi dan penghargaan


yang setinggi-tingginya, serta ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang telah berkenan berpartisipasi dan memberikan masukan serta pendapat selama
penyusunan peraturan perusahaan ini.Semoga peraturan perusahaan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Denpasar, 1 November 2018

Direktur Utama

PT. Cahaya Ramata Bali

dr. I Wayan Eka Sutyawan,Sp.M

Dr. Eka Sutyawan SpM


RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com

KERANGKA MATERI

PERATURAN PERUSAHAAN (PP)

DASAR HUKUM

1. PASAL 108 S/D PASAL 115 UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003


TENTANG KETENAGAKERJAAN.

2. PERATURAN MENAKERTRANS RI NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TANGGAL


17 NOVEMBER 2011 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN
PENGESAHAN PERATURAN PERUSAHAAN SERTA PEMBUATAN DAN
PENDAFTARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA.

KERANGKA MATERI DRAFT PERATURAN PERUSAHAAN (PP)

BAB I KETENTUAN UMUM.................................................................................... 1


PASAL 1 : DASAR
HUKUM 1 ..................................................................................................
PASAL 2 : ISTILAH DAN PENGERTIAN .............................................. 2
BAB II HUBUNGAN KERJA DAN PENGGOLONGAN PEKERJA ...................... 4
PASAL 3 : PERJANJIAN KERJA DAN ADMINISTRASI
KEPEGAWAIAN .................................................................... 4
PASAL 4 : KEPANGKATAN DAN PENGGOLONGAN PEKERJA ..... 5
PASAL 5 : PROSES DAN SYARAT PENERIMAAN PEKERJA .......... 5
PASAL 6 : KELUARGA PEKERJA DAN HUBUNGAN KELUARGA
DALAM PERUSAHAAN ...................................................... 6
PASAL 7 : MASA PERCOBAAN ............................................................ 6
PASAL 8 : NOMOR INDUK PEKERJA (NIK) ....................................... 7
PASAL 9 : PEMAGANGAN ..................................................................... 7
PASAL 10 : PENGUPAHAN ...................................................................... 8
PASAL 11 : INSENTIF ............................................................................... 9
PASAL 12 : KERJA LEMBUR ................................................................... 10
PASAL 13 : WAKTU DAN CARA PEMBAYARAN UPAH ................... 10
PASAL 14 : PAJAK-PAJAK ....................................................................... 11
BAB III PENUGASAN DAN MUTASI PEKERJA .................................................... 11
PASAL 15 : MUTASI PEKERJA ................................................................ 11
PASAL 16 : PERJALANAN DINAS PEKERJA ........................................ 12
PASAL 17 : MUTASI ANTAR PERUSAHAAN ....................................... 12
BAB IV PENGEMBANGAN PEKERJA ..................................................................... 13
PASAL 18 : PROMOSI ............................................................................... 13
PASAL 19 : PELATIHAN PEKERJA ........................................................ 14
BAB V DISIPLIN DAN TINDAKAN DISIPLIN ....................................................... 15
PASAL 20 : PEMBINAAN DISIPLIN ........................................................ 15
PASAL 21 : WAKTU KERJA ..................................................................... 15
PASAL 22 : IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN ............................... 16
PASAL 23 : PELANGGARAN DAN SANKSI .......................................... 16
BAB VI PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN KERJA ......................................... 19
PASAL 24 : JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ................................. 19
PASAL 25 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ................... 20
PASAL 26 : UPAH SELAMA SAKIT ........................................................ 20
BAB VII CUTI .............. ................................................................................................. 21
PASAL 27 : CUTI TAHUNAN ................................................................... 21
PASAL 28 : CUTI SAKIT ........................................................................... 22
PASAL 29 : ISTIRAHAT MELAHIRKAN ................................................ 22
PASAL 30 : ISTIRAHAT PANJANG ......................................................... 22
PASAL 31 : CUTI MENUNAIKAN IBADAH ........................................... 23
PASAL 32 : CUTI TIDAK DIBAYAR ....................................................... 24
BAB VIII FASILITAS KESEJAHTERAAN .................................................................. 24
PASAL 33 : FASILITAS IBADAH ............................................................ 24
PASAL 34 : FASILITAS LAYANAN SNACK DAN MAKAN SIANG ... 24
PASAL 35 : FASILITAS BELAJAR MANDIRI ........................................ 24
PASAL 36 : FASILITAS SERAGAM ........................................................ 25
PASAL 37 : FASILITAS TEMPAT PARKIR ............................................ 25
PASAL 38 : HARI LIBUR RESMI ............................................................. 26
PASAL 39 : SERIKAT PEKERJA .............................................................. 26
PASAL 40 : KOPERASI PEKERJA ........................................................... 26
PASAL 41 : BANTUAN KEDUKAAN ...................................................... 27
PASAL 42 : SANTUNAN UNTUK PEKERJA YANG DITAHAN .......... 27
BAB IX PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DAN PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (PPHI) ................................ 28
PASAL 43 : TATA TERTIB PERUSAHAAN ............................................ 29
PASAL 44 : PERHITUNGAN MASA KERJA............................................ 29
PASAL 45 : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)......................... 29
PASAL 46 : UANG PESANGON ................................................................ 31
PASAL 47 : UANG PENGHARGAAN MASA KERJA ............................. 32
PASAL 48 : UANG PENGGANTIAN HAK ............................................... 32
PASAL 49 : UANG PISAH ......................................................................... 33
PASAL 50 : SURAT KETERANGAN PENGALAMAN KERJA ............. 33
BAB X LAIN-LAIN ... ................................................................................................. 34
PASAL 51 : PENYELESAIAN KELUH KESAH PEKERJA ..................... 34
PASAL 52 : PENUTUP ................................................................................ 34
RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com

PERATURAN PERUSAHAAN
PT. CAHAYA RAMATA BALI

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang


Peraturan Perusahaan adalah :

a. Pasal 108 ayat (1), “Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-


kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai
berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk”

b. Pasal 109 ayat (1), “Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab
dari pengusaha yang bersangkutan”

c. Pasal 110 ayat (1), “Peraturan Perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan”

d. Pasal 110 ayat (2), “Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat
pekerja/serikat buruh maka wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pengurus serikat pekerja/serikat buruh”

e. Pasal 110 ayat (3), “Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan belum terbentuk
serikat pekerja/serikat buruh, wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan para
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan”.

f. Pasal 111 ayat (1), “Peraturan Perusahaan sekurang-kurangnya memuat : a.hak dan
kewajiban pengusaha, b.hak dan kewajiban pekerja/buruh, c.syarat kerja, d.tata tertib
perusahaan, dan e.jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan”.
g. Pasal 111 ayat (2),”Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.Yang dimaksud
dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan apabila ternyata bertentangan, maka yang berlaku adalah ketentuan
peraturan perundang-undangan.

h. Pasal 111 ayat (3), “Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan
wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya”.Barang siapa yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ini dikenakan sanksi pidana denda
paling sedikit Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah), tindak pidana tersebut adalah tindak pidana pelanggaran.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor


PER.16/MEN/XI/2011 tanggal 17 Nopember 2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama, yang mengatur tentang Peraturan Perusahaan adalah :
a. Pasal 2 ayat (1), “ Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan”

b. Pasal 4 ayat (1), “ Peraturan Perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 2 dibuat dan
disusun oleh pengusaha dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan”

Pasal 2
Istilah dan Pengertian

Istilah dan pengertian yang dimaksud dalam Peraturan Perusahaan ini :

1. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dan terikat secara formal di dalam suatu
hubungan kerja dengan Perusahaan dan oleh karenanya menerima upah sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perusahaan ini.

2. Perusahaan adalah PT. Cahaya Ramata Bali, yang didirikan berdasarkan AKTA NOTARIS
NO 10 TANGGAL 11 APRIL 2016 (AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS “ PT.
CAHAYA RAMATA BALI” dan KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK
ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA Nomor: AHU-0019837 AH.01.01.TH.2016
TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS MENTERI
KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA)
2 Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3 Pimpinan Perusahaan/Pengusaha adalah seseorang yang karena jabatannya mempunyai


tugas memimpin perusahaan atau bagian dari perusahaan dan mempunyai wewenang
mewakili perusahaan baik ke dalam maupun ke luar.

4 Perjanjian Kerja adalah suatu kesepakatan kerja antara pengusaha dan pekerja secara
tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun waktu tidak tertentu yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak, yang pelaksanaannya berpedoman pada
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

5 Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan atau balas jasa dari pengusaha kepada
pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan
perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu kesepakatan kerja antara
pengusaha dan pekerja.

6 Bantuan adalah kebijakan dari perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk uang atau
fasilitas yang dibayarkan atau diberikan kepada pekerja tergantung kepada kemampuan
perusahaan.

7 Kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang
bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik selama maupun di luar hubungan kerja, yang
secara langsung dan tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja.

8 Waktu Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan baik pada waktu siang hari
maupun malam hari, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja yang belum
ditentukan kapan akan berakhirnya, status pekerja dalam kesepakatan ini adalah pekerja
tetap.

10 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah kesepakatan atau perjanjian kerja
antara pengusaha dengan pekerja, untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu (perjanjian kerja kontrak) dengan berpedoman
kepada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

11 Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pengusaha maupun
pekerja.
12 Lingkungan Perusahaan adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada dibawah
penguasaan perusahaan dan dipergunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan.

13 Jaminan Sosial adalah suatu perlindungan bagi pekerja dalam bentuk biaya perawatan,
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang, dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
pekerja berupa kecelakaan kerja, menderita sakit, hari tua dan meninggal dunia.

14 Pelatihan Kerja atau Training adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan serta mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktivitas, disiplin,
dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang,
pangkat, golongan dan kualifikasi atau pekerjaan, yang pelaksanaannya berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

15 Penghargaan Masa Kerja (PMK) adalah pemberian penghargaan berupa uang kepada
pekerja yang dikaitkan dengan lamanya masa kerja atas pengabdiannya sebagai akibat
berakhirnya hubungan kerja yang antara lain karena mencapai purna bhakti atau purna
karya, alasan kesehatan, kelebihan tenaga kerja dan alasan lainnya sesuai UU No. 13
Tahun 2003.

16 Pesangon adalah pembayaran berupa uang dari perusahaan kepada pekerja sebagai
akibat adanya pemutusan hubungan kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

17 Peraturan Ketenagakerjaan adalah setiap undang-undang, peraturan-peraturan dan


ketentuan-ketentuan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi resmi Pemerintah Republik
Indonesia yang mengatur ketenagakerjaan.
BAB II
HUBUNGAN KERJA DAN PENGGOLONGAN PEKERJA

Pasal 3
Perjanjian Kerja dan Administrasi Kepegawaian

(1) Status Hubungan Kerja di Perusahaan adalah :


a. Pekerja Kantor Pusat, adalah pekerja yang surat keputusan kepegawaiannya
dikeluarkan oleh kantor pusat atau kesepakatan kerjanya terhadap kantor pusat yang
ditandatangani oleh pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.
b. Pekerja kantor cabang atau pekerja unit tertentu adalah pekerja lokal, dimana
kesepakatan kerjanya terhadap suatu aktivitas kantor cabang tertentu atau lokasi
tertentu yang ditandatangani kepala cabang atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Perjanjian kerja yang berlaku di perusahaan adalah :
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau PKWT adalah ikatan kerja berdasarkan jangka
waktu yang ditentukan perusahaan berdasarkan periode tertentu atau selesainya
pekerjaan, yang pelaksanaannya berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu atau PKWTT adalah ikatan kerja yang tidak
dibatasi jangka waktu, yang pelaksanaannya berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 4
Kepangkatan dan Penggolongan Pekerja

(1) Kepangkatan dan golongan seorang pekerja perusahaan ditentukan dengan


mempertimbangkan dasar pendidikan, kompetensi dan masa kerja pekerja.

(2) Pemberian pangkat dan golongan kepada pekerja ditetapkan dengan Surat Keputusan
pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 5
Proses dan Syarat Penerimaan Pekerja

(1) Pengertian penerimaan pekerja :


a. Penerimaan pekerja didasarkan atas adanya kebutuhan organisasi dan sudah
direncanakan, serta telah dianggarkan didalam perencanaan anggaran penerimaan
pekerja.
b. Untuk dapat diterima menjadi pekerja, harus memenuhi persyaratan dan lulus dari
beberapa seleksi yang diselenggarakan oleh perusahaan.

(2) Persyaratan umum penerimaan calon pekerja adalah :


a. Warga Negara Republik Indonesia.
b. Berusia minimal 18 maksimal 45 tahun saat penerimaan, kecuali ditetapkan khusus
oleh perusahaan.
c. Berbadan dan berjiwa sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter.
d. Memenuhi persyaratan kemampuan atau kompetensi yang ditentukan oleh perusahaan.
e. Lulus seluruh tahapan seleksi yang ditetapkan oleh perusahaan.
f. Bersedia dan sanggup mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan.
g. Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak atau perusahaan lain, kecuali mendapat
persetujuan oleh pihak perusahaan.

Pasal 6
Keluarga Pekerja dan Hubungan Keluarga dalam Perusahaan

(1) Keluarga yang menjadi tanggungan pekerja adalah:


a. Suami atau Istri Sah menurut hukum dan tercatat di perusahaan, dan fasilitas diberikan
hanya kepada satu suami/ istri yang didaftarkan. Perubahan atas pendaftaran hanya
dimungkinkan dalam hal terjadi putusnya perkawinan, sesuai dengan bukti yang sah
menurut hukum.
b. Anak Kandung adalah anak yang dilahirkan dari istri yang sah dan terdaftar di
perusahaan, dengan ketentuan berusia maksimum sampai dengan 21 (dua puluh satu)
tahun, belum menikah dan belum bekerja.
c. Anak yang menjadi tanggungan perusahaan maksimum 3 (tiga) orang anak yang sah,
dan termasuk di dalamnya anak tiri dan anak angkat apabila ada.

(2) Hubungan keluarga dalam perusahaan


Pada dasarnya perusahaan selalu ingin menjaga suasana kerja yang profesional dan
terbebas dari adanya benturan kepentingan (conflict of interest), sehingga dianggap perlu
untuk menegaskan etika hubungan keluarga dalam perusahaan sebagai berikut:

a. Proses penerimaan pekerja tidak mengutamakan dan/atau tidak didasarkan kepada


adanya hubungan keluarga.
b. Tidak dibenarkan adanya hubungan keluarga di dalam satu Divisi, Bagian, atau
Departemen yang sama dalam Perusahaan.

Pasal 7
Masa Percobaan

(1) Masa percobaan adalah masa tenggang waktu para pihak dapat mempertimbangkan
berbagai aspek dalam kontinuitas melakukan hubungan kerja.

(2) Masa percobaan adalah selama 3 (tiga) bulan, baik pengusaha maupun pekerja berhak
memutuskan hubungan kerja setiap saat dengan pemberitahuan secara tertulis sebelum
diakhirinya masa percobaan.

(3) Setelah berhasil melewati masa percobaan dengan baik, maka pekerja tersebut dapat
diangkat menjadi pekerja tetap.

(4) Masa percobaan hanya berlaku bagi pekerja yang perjanjian kerjanya adalah perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) tidak berlaku masa percobaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 8
Nomor Induk Pekerja (NIK)

(1) Nomor Induk Pekerja (NIK) adalah nomor registrasi kepegawaian untuk tiap-tiap pekerja.

(2) NIK diberikan kepada pekerja yang surat keputusan kepegawaiannya dikeluarkan oleh
pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk dan/atau kesepakatan kerjanya
ditandatangani oleh pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.

(3) NIK menunjukan status kepegawaian.

(4) NIK akan berubah sesuai dengan perubahan status kesepakatan kerja pekerja yang
bersangkutan.

(5) NIK diganti setiap dilakukan perubahan perjanjian kerja.

Pasal 9
Pemagangan
(1) Latar belakang dan tujuan pemagangan adalah :
a. Kewajiban moral perusahaan bagi lingkungan pendidikan untuk ikut berperan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Sesuai dengan program kerja dan anggaran perusahaan tahun berjalan.

(2) Ketentuan umum pemagangan yaitu:


a. Peserta magang atau training adalah pelajar atau seseorang yang diberi kesempatan
oleh perusahaan untuk melakukan praktek kerja dengan jangka waktu tertentu dengan
mengindahkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
b. Sebelum memulai kerja magang peserta magang wajib menyepakati kesepakatan kerja
magang yang mengatur tata tertib pelaksanaan kerja magang di perusahaan.
c. Peserta magang diberikan uang makan dan uang saku sebagai pengganti biaya
transport.
d. Pemberian uang saku dan/atau uang makan ditetapkan dengan keputusan pimpinan
perusahaan.
e. Peserta magang wajib melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan penuh tanggung
jawab.
f. Diakhir pelaksanaan pemagangan, peserta magang wajib menyerahkan laporan
kegiatan atau hasil kerja selama magang.
g. Pelaksanaan magang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 10
Pengupahan

(1) Upah tidak dibayar bila pekerja tidak melakukan pekerjaan, ketentuan ini merupakan azas
yang pada dasarnya berlaku pada semua golongan pekerja kecuali bila pekerja yang
bersangkutan tidak dapat bekerja bukan karena kesalahan pekerja atau karena hal-hal yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(2) Kenaikan upah tidak dilaksanakan secara otomatis, melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan atas beban kerja, prestasi kerja, konduite pekerja, kenaikan inflasi,
meningkatnya kemampuan keuangan perusahaan, dan ketentuan upah minimum yang
ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Perusahaan menetapkan standar upah minimum dan maksimum pada tiap tingkat
kepangkatan dan golongan, dengan surat keputusan pimpinan perusahaan atau pejabat
yang ditunjuk.

(4) Komponen upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari :


a) Upah/Gaji Pokok
b) Tunjangan Tetap, antara lain :
- Transport
- Akomodasi
- Jabatan
c) Tunjangan Tidak Tetap, antara lain :
- Lembur
- Tugas Keluar Daerah

Pasal 11
Insentif

(1) Yang dimaksud dengan insentif adalah balas jasa berupa uang atau bentuk lain diluar
upah, sehubungan dengan status penugasan/kepegawaian/pangkat/golongan pekerja
dalam perusahaan.

(2) Bentuk-bentuk insentif yang dapat diberikan perusahaan yaitu:


a. Insentif kedisiplinan kehadiran :
1) Insentif kedisiplinan kehadiran diberikan kepada pekerja berdasarkan tingkat
kedisiplinan pekerja untuk hadir bekerja di perusahaan, baik menyangkut ketepatan
waktu kehadiran maupun hitungan hari kerja kehadiran.
2) Perhitungan kehadiran berdasarkan jatuh tempo (cut of date) dari tanggal 1 sampai
dengan tanggal 30
3) Insentif kedisiplinan kehadiran dibayarkan bersamaan dengan pembayaran upah
setiap akhir bulan berikutnya.
4) Penentuan besaran insentif ditentukan dengan surat keputusan pimpinan perusahaan
atau pejabat yang ditunjuk.

b. Insentif penugasan :
1) Insentif penugasan adalah insentif yang diberikan kepada pekerja selama ditugaskan
untuk mengerjakan tugas tertentu diluar tugas pokoknya.
2) Insentif penugasan diperhitungkan dan dibayarkan bersamaan dengan pembayaran
upah bulan berikutnya.
3) Penentuan besaran insentif ditentukan dengan surat keputusan pimpinan perusahaan
atau pejabat yang ditunjuk.

c. Tunjangan Hari Raya (THR) :


1) Perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja dalam rangka
merayakan hari besar keagamaan yang dianut oleh pekerja bersangkutan.
2) Hari Raya keagamaan yang dimaksud angka 1) di atas adalah Hari Raya Nyepi.
Besarnya THR ditetapkan sebagai berikut:
a) Masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih namun kurang dari 1 (satu) tahun diberikan
secara proforsional.
b) Masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih diberikan sebesar 1 (satu) bulan upah pokok
ditambah tunjangan tetap.
c) Pemberian THR dilakukan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sebelum hari
raya.
d) THR dimasukkan dalam anggaran biaya perusahaan setiap tahun.
4) Pemberian THR dan besarannya dapat berubah sesuai dengan keadaan dan
kemampuan perusahaan.

Pasal 12
Kerja Lembur

(1) Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang melebihi waktu kerja
biasa pada hari-hari kerja, atau karena melakukan pekerjaan diluar jam kerja normal atas
perintah pengusaha dan atas persetujuan dari pekerja yang yang dilakukan untuk
kepentingan perusahaan.

(2) Kerja lembur dilakukan dalam hal-hal mendesak sebagai berikut:


a. Dalam menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan penyelesaian segera untuk
kepentingan perusahaan.
b. Dalam penyelesaian pekerjaan-pekerjaan yang dapat mengakibatkan kerugian besar
bagi perusahaan, Negara dan ataupun masyarakat jika tidak dilaksanakan.
c. Bilamana seorang pekerja secara bergilir harus melanjutkan pekerjaannya, karena
penggantinya berhalangan.
d. Dalam keadaan darurat seperti misalnya, kebakaran, kebanjiran, peledakan dan lain
sebagainya.

(3) Pelaksanaan kerja lembur akan dibayarkan upah kerja lembur dengan perhitungan
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan.

(4) Kerja lembur tidak diberikan kepada pekerja yang sedang melaksanakan tugas perjalanan
dinas yang menginap dan pembiayaannya sudah diatur dalam peraturan perjalanan dinas.
Pasal 13
Waktu dan Cara Pembayaran Upah

(1) Pembayaran upah, tunjangan, insentif dan penghasilan lainnya dilakukan setiap Minggu
Pertama Bulan berikutnya.

(2) Pembayaran upah pekerja dilakukan secara tunai atau melalui rekening di bank yang
ditetapkan perusahaan, dengan demikian setiap pekerja harus memiliki nomor rekening di
bank tersebut atas nama sendiri yang pengurusan awalnya dilakukan oleh pekerja
bersangkutan atau secara kolektif oleh perusahaan.

(3) Jika oleh karena sesuatu hal, pembayaran upah dapat dibayarkan kepada pihak ketiga atau
ke nomor rekening lain atas nama pihak ketiga, harus disertai surat kuasa dari pekerja
bersangkutan.

(4) Pekerja wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada perusahaan jika hendak melakukan
penutupan atau penggantian nomor rekening.

Pasal 14
Pajak-pajak

(1) Pembayaran upah, tunjangan, insentif dan pendapatan lainnya yang diterima oleh pekerja
adalah nilai bersih atau netto, setelah dikurangi pajak-pajak.
(2) Pekerja wajib memiliki NPWP pribadi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(3) Pemotongan, pemungutan dan penyetoran pajak dilakukan oleh bendahara perusahaan.

BAB III
PENUGASAN DAN MUTASI PEKERJA

Pasal 15
Mutasi Pekerja

(1) Guna kepentingan dan kemajuan perusahaan, maka dalam rangka penyegaran dan
mendayagunakan pekerja sehingga mencapai tujuan operasional perusahaan, pengusaha
berwenang untuk melakukan mutasi pekerja.
(2) Mutasi pekerja meliputi perpindahan antar jabatan, perpindahan antar perusahaan dalam
satu group perusahaan, atau perpindahan antar bidang tugas dalam jenjang tingkat yang
sederajat/setara, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pekerja siap dan bersedia menerima mutasi, dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan tentang tugas-tugas yang berbeda dan praktek berbagai macam keahlian
(skill) dan keterampilan manajerial.
2. Jika mutasi pekerja membutuhkan biaya perjalanan, maka diberikan Surat Perintah
Jalan (SPJ) yang diatur tersendiri dalam ketentuan Perjalanan Dinas.
3. Bagi pekerja yang mendapatkan mutasi, maka kepadanya diberikan Surat keputusan
mutasi yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.
4. Setelah dikeluarkannya Surat keputusan mutasi, perusahaan memberikan seluruh hak-
hak pekerja yang telah menjadi konsekuensi karena timbulnya Surat keputusan mutasi.

(3) Kewajiban pekerja yang mendapatkan mutasi adalah:


a. Melaksanakan pekerjaan yang diberikan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Menjalankan semua aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
c. Pekerja wajib membawa dokumen-dokumen pindah tugas untuk diserahkan kepada
pimpinan di unit kerja yang baru.

Pasal 16
Perjalanan Dinas Pekerja

(1) Perjalanan dinas adalah tugas perjalanan dinas yang menginap yang dilakukan oleh
pekerja atas dasar surat perintah tugas dari pengusaha.

(2) Perjalanan dinas terdiri dari:


a. Project Trip adalah perjalanan dinas yang tidak sepenuhnya berkaitan dengan tugas
pokok pekerja bersangkutan, namun terkait dengan pengembangan usaha perusahaan.
b. Business Trip adalah perjalanan dinas berkaitan langsung dengan tugas pokok pekerja
bersangkutan dalam pengembangan bisnis perusahaan.

(3) Ketentuan perjalanan dinas dan sarana perjalanan dinas seperti akomodasi, transportasi,
biaya pengganti makan dan lain-lain diatur tersendiri dalam Prosedur Perjalanan Dinas
yang ditetapkan dengan Surat keputusan pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 17
Mutasi Antar Perusahaan
(1) Pengusaha berwenang untuk mengalihtugaskan pekerja dari dan ke perusahaan lain yang
masih tergabung dalam kelompok group perusahaan pada jabatan-jabatan tertentu, demi
pemanfaatan pekerja serta tercapainya tujuan operasional perusahaan secara efisien dan
menyeluruh yang didasarkan atas kesepakatan dengan pekerja bersangkutan dengan tidak
mengurangi hak-hak pekerja yang bersangkutan.

(2) Pengalihtugasan atau mutasi mencakup perubahan posisi, status kepegawaian,


kompensasi dan manfaat serta tugas dan tanggung jawab, ditetapkan dengan Surat
keputusan mutasi yang ditandatangani oleh pengusaha.

(3) Proses mutasi merupakan hasil persetujuan antara perusahaan yang melepas dengan
perusahaan yang menerima dan kesepakatan dengan pekerja bersangkutan.

(4) Setelah adanya keputusan untuk mutasi, maka dilakukan proses administrasi dengan
dikeluarkan Surat keputusan penugasan pekerja yang bersangkutan pada group
perusahaan yang ditunjuk.

(5) Dengan pengalihan tugas dari perusahaan ke perusahaan yang ditunjuk tidak akan
memutuskan status hubungan kerja yang bersangkutan dan lamanya masa kerja dengan
perusahaan sesuai perjanjian kerja dan atau surat keputusan perusahaan lainnya akan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan berlanjut dengan masa kerja dengan
perusahaan yang ditunjuk.

BAB IV
PENGEMBANGAN PEKERJA

Pasal 18
Promosi

(1) Promosi adalah perpindahan pekerja pada jenjang karier jabatan yang lebih tinggi
daripada sebelumnya, yang dilaksanakan oleh pengusaha dengan mempertimbangkan
kebutuhan organisasi demi kemajuan bisnis perusahaan.

(2) Inisiatif promosi diajukan oleh atasan daripada masing-masing pekerja berupa pengajuan
nominasi promosi atau usulan kepada pengusaha yang disesuaikan dengan kinerja pekerja,
ketersediaan jabatan dan kemampuan perusahaan.

(3) Evaluasi promosi dilaksanakan mengacu kepada kompetensi dan kinerja pekerja.
Pasal 19
Pelatihan Pekerja

(1) Pekerja berkewajiban meningkatkan produktivitas kerjanya sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka menunjang peningkatan produktivitas
perusahaan.

(2) Perusahaan memberikan kesempatan kepada setiap pekerja untuk meningkatkan


kemampuan kompetensinya melalui program pelatihan atau training.

(3) Program pelatihan pekerja disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.

(4) Perusahaan melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pekerja sesudah pekerja mengikuti
pelatihan, dan bagi pekerja yang 2 (dua) kali berturut-turut mendapatkan hasil evaluasi
yang tidak memenuhi syarat, maka akan menjadi pertimbangan dalam evaluasi karier
pekerja yang bersangkutan.

(5) Penyelenggaraan serta pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam rangka pencapaian strategi
sumber daya manusia yaitu, pengembangan sumber daya manusia, perbaikan
produktivitas sumber daya manusia, penerapan teknologi baru dan terjaminnya
ketersediaan pasokan sumber daya manusia yang kompeten dan berprestasi.

(6) Setiap jenjang pimpinan perusahaan wajib mentransfer pengetahuan dan keterampilannya
kepada bawahannya dalam bentuk pemberian bimbingan dan pelatihan kepada
bawahannya.
(7) Devisi pelatihan menyusun program pelatihan tahunan yang terdiri dari Training Need,
Training Plan dan Training Evaluation untuk individu, Departemen ataupun Divisi, dan
dianggarkan dalam anggaran perusahaan.

(8) Penyelenggaraan, pelaksanaan serta sanksi kepada pekerja pada kegiatan pelatihan
dilakukan berdasarkan Peraturan Perusahaan.

(9) Perusahaan mengatur untuk mengadakan ikatan dinas dengan pekerja bagi pelatihan yang
dianggap cukup tinggi biayanya yang ditetapkan dan diatur tersendiri dalam
kebijaksanaan perusahaan.
BAB V
DISIPLIN DAN TINDAKAN DISIPLIN

Pasal 20
Pembinaan Disiplin

(1) Perusahaan berusaha untuk mempertahankan disiplin yang baik dan mengembangkan
perasaan saling menghormati serta penuh pengertian terhadap hak-hak dan tanggung
jawab antara perusahaan dan pekerja. Oleh karenanya, perusahaan perlu memberikan
petunjuk, bimbingan dan instruksi sehingga pengambilan tindakan demi tegaknya disiplin
dapat dibatasi seminimal mungkin.

(2) Tujuan perusahaan dalam mengambil tindakan disiplin adalah bersifat membina,
memperbaiki, dan mendidik, dengan demikian, terhadap pekerja yang melanggar
peraturan diberikan kesempatan untuk memperbaiki sikapnya, namun, apabila
pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja cukup berat, perusahaan akan menggunakan
haknya untuk memutuskan hubungan kerja dengan pekerja yang melanggar peraturan,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 21
Waktu Kerja

(1) Waktu kerja ditetapkan atas kebutuhan perusahaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(2) Waktu kerja meliputi 7 (tujuh) jam per hari atau 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau 8 (delapan) jam per hari dan 40 (empat
puluh) jam dalam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja.

(4) Untuk jenis pekerjaan tertentu dan atau giliran kerja beregu (shift) ditetapkan waktu kerja
secara tersendiri dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

(5) Pekerja tercatat kehadirannya melalui posting time atau pencatatan kehadiran dengan time
clock pada setiap masuk kerja dan pulang dari tempat kerja.
Pasal 22
Izin Meninggalkan Pekerjaan

(1) Perusahaan memberikan izin kepada pekerja yang meninggalkan pekerjaannya, dengan
tetap mendapat upah dalam ketentuan sebagai berikut:
a. Pekerja menikah,diberikan izin selama 3 (tiga) hari;
b. Menikahkan anaknya, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
c. Mengkhitankan anaknya, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
d. Membaptiskan anaknya, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
e. Istri melahirkan/keguguran kandungan, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
f. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia, diberikan izin
selama 2 (dua) hari;
g. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, diberikan izin selama1 (satu)
hari, dan
h. Izin kepentingan lain diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

(2) Pekerja perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.

Pasal 23
Pelanggaran dan Sanksi

(1) Jenis-jenis Pelanggaran yang berlaku di perusahaan ditentukan sebagai berikut :


a. Pelanggaran Ringan, dengan klasifikasi tindak perbuatan yaitu ;
1) datang terlambat tanpa alasan yang wajar;
2) seringkali datang terlambat, pulang lebih awal dan seringkali meninggalkan
tugasnya untuk keperluan pribadi;
3) tidak hadir dalam 1 (satu) hari kerja tanpa memberi laporan atau keterangan
tertulis;
4) tidak mengenakan seragam/tanda pengenal resmi selama berada di lingkungan
perusahaan tanpa alasan yang wajar;
5) mengisikan kartu hadir orang lain atau kartu hadirnya diisikan oleh orang lain
dengan sepengetahuannya;
6) meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal tanpa izin dari atasannya;
7) tidak mematuhi pengarahan atasannya tanpa alasan yang wajar;
8) dalam melaksanakan tugas tidak menggunakan alat-alat dan pakaian atau
perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja;
9) melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya tanpa izin dari atasannya;
10) mempergunakan barang-barang/properti milik perusahaan untuk tujuan
kepentingan pribadi tanpa izin yang berwenang;
11) menjual atau memperdagangkan barang-barang berupa apapun atau mengedarkan
daftar sokongan, menempelkan atau mengedarkan poster yang tidak ada
hubungannya dengan pekerjaan tanpa izin pengusaha;
12) meminjamkan uang kepada pekerja lain dengan cara membungakan atau rentenir.

b. Pelanggaran Sedang, dengan klasifikasi tindak perbuatan yaitu ;


1) tidak hadir sampai dengan 4 (empat) hari kerja secara berturut-turut maupun acak
tanpa memberi laporan atau keterangan tertulis;
2) berturut-turut sampai 3 (tiga) kali pekerja menolak untuk mentaati perintah atau
penugasan yang layak dari pengusaha;
3) dengan sengaja mengakibatkan dirinya dalam keadaan sedemikian rupa sehingga
tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
4) membawa/menggunakan barang-barang/alat-alat milik perusahaan atau milik
pihak ketiga yang dipercayakan kepada perusahaan keluar dari lingkungan
perusahaan tanpa izin dari yang berwenang;
5) bekerja paruh waktu dengan perusahaan lain yang memiliki potensi benturan
kepentingan dengan perusahaan;
6) mengarahkan perusahaan agar menerima pemasok yang dimiliki atau dikelola oleh
keluarga atau sahabat dekat;
7) menerima hadiah atau segala bentuk keuntungan dari pemasok, pelanggan atau
kompetitor, baik langsung pada dirinya ataupun melalui istri/suami atau
keluarganya;
8) memberi referensi dalam mempekerjakan atau dalam promosi jabatan kepada
istri/suami, keluarga atau sahabat dekat;
9) pengulangan kembali Pelanggaran Ringan, meskipun berbeda tindak perbuatan.

c. Pelanggaran Berat, dengan klasifikasi tindak perbuatan yaitu ;


1) melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;
2) memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan;
3) berjudi, mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan kerja;
4) melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan kerja;
5) menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja;
6) membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
7) dengan ceroboh menghilangkan atau sengaja merusak atau membiarkan dalam
keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan;
8) dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;
9) membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara;
10) membawa senjata api/tajam dalam lingkungan perusahaan, kecuali pekerja yang
tugas dan fungsinya berhubungan dengan senjata api/tajam;
11) pengulangan kembali Pelanggaran Sedang sampai 2 (dua) kali, meskipun berbeda
tindak perbuatan.

(2) Surat Peringatan


Pengusahaakan memberikan surat peringatan tertulis kepada pekerja yang melakukan
pelanggaran Peraturan Perusahaan, yaitu :

a. Surat Peringatan I (Pertama), diterbitkan apabila Pekerja melakukan klasifikasi


Pelanggaran Ringan dan berlaku selama 6 (enam) bulan.
b. Surat Peringatan II (Kedua), diterbitkan apabila Pekerja melakukan klasifikasi
Pelanggaran Sedang dan berlaku selama 6 (enam) bulan.
c. Surat Peringatan III (Ketiga), diterbitkan apabila Pekerja melakukan klasifikasi
Pelanggaran Berat dan berlaku selama 6 (enam) bulan.
d. Apabila dalam masa berlakunya Surat Peringatan ke III (Ketiga) pekerja masih
melakukan pelanggaran lagi, maka pengusaha dapat melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja atau PHK.

(3) Sanksi
a. Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja dimaksudkan sebagai
tindakan korektif dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku pekerja.

b. Sanksi didasarkan pada :


1) macam pelanggaran.
2) frekuensi (seringnya/pengulangan) pelanggaran.
3) besar/kecilnya pelanggaran.
4) tata tertib peraturan perusahaan.
5) unsur kesengajaan.
c. Dengan mempertimbangkan besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja,
selain memberikan peringatan-peringatan, Perusahaan memberikan sanksi berupa:
1) Penundaan penyesuaian upah dalam kurun waktu tertentu.
2) Penurunan atau pembebasan dari jabatan.
3) Pencabutan fasilitas yang sudah diterima.
4) Pemutusan Hubungan Kerja.
d. Bentuk sanksi yang akan diberikan kepada pekerja yang bersangkutan ditetapkan oleh
pengusaha dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

(4) Mangkir
a. Apabila pekerja tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah yang dapat diterima oleh
perusahaan, maka pekerja tersebut dianggap mangkir.
b. Apabila pekerja mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang
sah dan telah diberikan surat panggilan 2 (dua) kali secara tertulis maka pekerja tersebut
dikualifikasikan mengundurkan diri dan dapat diproses PHK, sesuai Undang-undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Perusahaan akan memberitahukan secara tertulis tentang pekerja mangkir
dikualifikasikan mengundurkan diri.

(5) Pemberhentian Sementara atau Skorsing


a. Pemberhentian sementara atau skorsing diberlakukan apabila:
1) Pekerja melakukan pelanggaran dan telah mendapat Surat Peringatan III (Ketiga).
2) Pekerja ditahan oleh pihak yang berwajib atas perbuatan pidana langsung atau tidak
langsung berhubungan dengan perusahaan.
b. Selama Pemberhentian Sementara, kepada pekerja tersebut diberikan upah dan hak-
hak lainnya yang biasa diterima pekerja.
c. Pemberhentian sementara atau skorsing berlaku paling lama 1 (satu) bulan, sedangkan
bagi pekerja yang diberhentikan sementaradalam rangka proses PHK, maka skorsing
akan dilaksanakan sampai adanya penetapan PHK dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial. Selama schorsing upah dibayar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 24
Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(1) Perusahaan wajib mendaftarkan seluruh pekerja dalam kepesertaan program Jaminan
Kesehatan pada BPJS Kesehatan dan program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pada BPJS
Ketenagakerjaan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan apada ayat (1) di atas meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
b. Jaminan Hari Tua
c. Jaminan Kematian
d. Jaminan Pensiun

(3) Iuran Program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan dan Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja setiap bulan,
ditanggung oleh perusahaan, dengan besaran iuran sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 25
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(1) Perusahaan wajib menyediakan tempat dan sarana kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap pekerja diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan, keselamatan
kerja dan kesehatan di tempat kerja maupun di lingkungan kerjanya.

(3) Setiap pekerja diwajibkan memelihara barang milik perusahaan yang dikuasakan
kepadanya.

(4) Setiap pekerja yang mendapat perlengkapan pelindung kerja dari perusahaan, diwajibkan
untuk menggunakannya dalam jam-jam kerja dan merawatnya.

Pasal 26
Upah Selama Sakit

(1) Apabila pekerja sakit tidak berturut-turut dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan
dokter, maka upahnya akan dibayar penuh.

(2) Upah selama sakit diberikan perusahaan kepada pekerja yang menderita sakit yang cukup
lama dan terus-menerus.

(3) Apabila pekerja sakit dalam jangka waktu lama secara berturut-turut dan dapat dibuktikan
dengan surat keterangan dokter, maka upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah.
b. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah.
c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah, dan
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

(4) Apabila setelah lewat 12 (dua belas) bulan ternyata pekerja yang bersangkutan belum
bekerja kembali, maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan hormat,
dengan memberikan hak-haknya berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.

(5) Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi pekerja yang sakit terus
menerus, yaitu penyakit menahun atau berkepanjangan yang setelah sakit terus-menerus
atau terputus-putus maupun bekerja kembali, tetapi dalam tenggang waktu kurang dari 4
(empat) minggu sakit kembali.

BAB VII
CUTI

Pasal 27
Cuti Tahunan

(1) Cuti tahunan adalah timbulnya hak istirahat pekerja setelah pekerja bekerja selama 12
(dua belas) bulan secara terus-menerus, dan mulai berlaku pada hari pertama pada tahun
berikutnya.

(2) Hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja dengan mendapat upah penuh dari
perusahaan.

(3) Perusahaan berhak mengatur cuti tahunan dengan memperhatikan kepentingan pekerja,
dapat diambil secara bertahap, tetapi harus ada 1 (satu) bagian paling sedikit 6 (enam) hari
kerja dengan tidak terputus.

(4) Cuti tahunan tidak dapat digabung atau diakumulasikan ke tahun berikutnya.

(5) Apabila cuti tahunan tidak diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah jatuh
tempo tanpa alasan apapun, maka hak cuti pekerja tersebut gugur dengan sendirinya.

(6) Permohonan cuti tahunan harus diajukan paling lambat dua minggu sebelumnya setelah
mendapat persetujuan atasan.
(7) Hak atas hari cuti tahunan tidak dapat dikompensasikan dengan uang kecuali dalam hal
tertentu.

Pasal 28
Cuti Sakit

Pekerja yang tidak masuk kerja karena alasan sakit, mendapatkan cuti sakit dan harus
menyerahkan surat keterangan dokter, bila tidak pekerja tersebut dianggap telah melanggar
Peraturan Perusahaan.

Pasal 29
Istirahat Melahirkan

(1) Pekerja perempuan yang akan bersalin/melahirkan berhak memperoleh istirahat hamil
selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah
bersalin/melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan, dengan
mendapatkan upah penuh.

(2) Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat
1,5 (satu setengah) bulan setelah terjadinya keguguran tersebut dengan mendapatkan upah
penuh dengan menunjukkan surat keterangan resmi dari dokter kandungan/bidan.

(3) Pekerja yang akan menggunakan hak istirahat melahirkan harus memberitahukan 2 (dua)
minggu sebelumnya dengan menunjukkan surat keterangan resmi dari dokter
kandungan/bidan yang merawatnya.

Pasal 30
Istirahat Panjang

(1) Istirahat Panjang dapat diberikan kepada pekerja berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pekerja tetap berhak mendapatkan istirahat panjang dengan memperoleh upah.
(3) Istirahat panjang diberikan kepada pekerja apabila pekerja telah bekerja selama 6 (enam)
tahun secara terus menerus di perusahaan, dan berlaku kelipatannya.

(4) Istirahat panjang diberikan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada
tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan dengan ketentuan pekerja tidak
berhak lagi atas cuti tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan.

(5) Apabila istirahat panjang tidak diambil dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
timbulnya istirahat panjang tanpa pemberitahuan, maka istirahat panjang tersebut akan
hangus.

(6) Selama menjalani istirahat panjang maka secara otomatis cuti tahunan yang bersangkutan
pada tahun tersebut hilang.

(7) Perusahaan berhak mengatur jadwal istirahat panjang, disesuaikan dengan kebutuhan
Perusahaan dan pengunduran maksimal 1 (satu) tahun setelah jatuh tempo.

(8) Pengajuan istirahat panjang paling lambat 2 (dua) minggu sebelumnya disampaikan
kepada bagian personalia

(9) Istirahat panjang bagi pekerja tidak dapat dikompensasikan meskipun hal tersebut tidak
diambil terkecuali dalam hal terjadi PHK.

Pasal 31
Cuti Menunaikan Ibadah

(1) Bagi pekerja yang beragama Islam dan bermaksud menunaikan Ibadah Haji, diberikan
waktu paling lama sesuai dengan pelaksanaan Ibadah Haji yang dilaksanakan oleh
Departemen Agama RI, dengan mendapat upah penuh.

(2) Izin meninggalkan pekerjaan untuk menunaikan Ibadah Haji hanya diberikan 1 (satu) kali
selama pekerja bekerja pada Perusahaan.

(3) Untuk mengambil cuti ini pekerja yang bersangkutan harus mengajukan kepada
Perusahaan terlebih dahulu paling sedikit 2 (dua) bulan sebelumnya untuk mendapatkan
persetujuan dan kebijaksanaan dari Pimpinan Perusahaan.
Pasal 32
Cuti Tidak Dibayar

Pekerja dapat meninggalkan pekerjaan tanpa upah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Keperluan pendidikan paling lama 1 tahun setelah mempunyai masa kerja 3 tahun terus
menerus.
2. Cuti tidak dibayar untuk keperluan diluar angka 1 di atas dimungkinkan jika sudah
mendapatkan persetujuan dari Manajemen dengan disertai bukti-bukti yang cukup.
3. Cuti tidak dibayar hanya diberikan 1 (satu) kali selama pekerja bekerja di Perusahaan.

BAB VIII

FASILITAS KESEJAHTERAAN

Pasal 33
Fasilitas Ibadah

(1) Fasilitas untuk beribadah meliputi tempat dan waktu untuk melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama atau kepercayaan masing-masing pekerja.

(2) Pekerja diberikan kesempatan untuk melakukan ibadah pada waktu jam kerja dengan
mempergunakan waktu secukupnya, sesuai dengan tata cara agama yang dianutnya.

Pasal 34
Fasilitas Layanan Snack dan Makan Siang

Untuk menjaga produktivitas dan disiplin kerja pekerja sesuai dengan aturan jam kerja yang
berlaku di perusahaan, maka perusahaan memberikan kebijaksanaan dengan menyiapkan snack
dan makan siang bagi pekerja sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Pasal 35
Fasilitas Belajar Mandiri

(1) Fasilitas Internet dan e-mail yang tersedia di perusahaan dapat dimanfaatkan untuk hal-
hal yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan, tidak dibenarkan mempergunakan
internet dan e-mail untuk hal-hal yang bersifat pribadi dan atau mengganggu efektivitas
dan efisiensi kerja.

(2) Penyimpangan atas penyalahgunaan fasilitas selain keperluan tugas merupakan tindakan
pelanggaran.

Pasal 36
Fasilitas Seragam

(1) Perusahaan memberikan fasilitas seragam kepada pekerja dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Pekerja yang berstatus pekerja tetap dan yang dianggarkan dalam anggaran perusahaan
diberikan 2 (dua) stel seragam.
b. Pekerja yang berstatus “Service Contract” dengan masa kontrak 1 (satu) tahun atau
lebih yang dianggarkan dalam anggaran perusahaan diberikan 1 (satu) stel seragam.
c. Pekerja yang masih dalam masa percobaan belum diberikan seragam.
d. Pekerja yang berstatus “Service Contract” dengan masa perjanjian dibawah 1 (satu)
tahun tidak diberikan seragam.
e. Peserta Magang/Trainee tidak diberikan seragam.

(2) Jadwal pemakaian seragam ditetapkan oleh pengusaha dengan ketentuan tersendiri.

(3) Bagi pekerja yang sudah memperoleh fasilitas seragam, penyimpangan terhadap
ketentuan pemakaian seragam tanpa alasan yang dapat diterima oleh perusahaan dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin.

(4) Pengadaan seragam dan ketentuan lain-lain untuk memperjelas, atau memperbarui
ketentuan ini akan diatur melalui Surat Keputusan tersendiri.

Pasal 37
Fasilitas Tempat Parkir

Fasilitas parkir kendaraan pekerja disediakan di lokasi tempat parkir dan hanya dipergunakan
pada jam kerja.
Pasal 38
Hari Libur Resmi

(1) Perusahaan mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai hari-hari libur resmi yang


ditetapkan dengan oleh Pemerintah baik pada hari libur nasional maupun hari libur lainnya
yang di tentukan Keputusan Pemerintah Daerah setempat.

(2) Dalam hal pekerja menjalankan tugas pada hari libur resmi karena kebutuhan operasional
perusahaan yang mendesak, maka upah bagi pekerja tersebut akan dihitung sebagai upah
kerja lembur berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 39
Serikat Pekerja

(1) Serikat pekerja merupakan wadah pekerja sebagai salah satu sarana hubungan industrial
di dalam perusahaan yang bertujuan membantu para pekerja dalam penyampaian pendapat
dan sebagai mitra penting perusahaan dalam meningkatkan proses produksi.

(2) Perusahaan sesuai dengan kemampuan yang ada akan turut mendorong dan membantu ke
arah tumbuh dan berkembangnya serikat pekerja di Perusahaan.

(3) Pembentukan serikat pekerja, mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berlaku.

Pasal 40
Koperasi Pekerja

(1) Koperasi pekerja merupakan wadah dalam rangka pelengkap sarana hubungan industrial
didalam Perusahaan yang bertujuan adalah membantu meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya yang merupakan pekerja perusahaan.

(2) Perusahaan sesuai dengan kemampuan yang ada akan turut mendorong dan membantu
kearah tumbuh dan berkembangnya koperasi pekerja di perusahaan.

(3) Pekerja yang telah lulus masa percobaan diwajibkan untuk menjadi anggota koperasi,
dengan membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela yang akan
dipotong melalui upah, yang besarnya simpanan ditentukan melalui rapat anggota
koperasi.

Pasal 41
Bantuan Kedukaan

(1) Perusahaan menerapkan kebijakan pemberian santunan kematian untuk biaya penguburan
bagi pekerja dan keluarganya yang mencakup isteri/suami dan anak yang masih dalam
tanggungan, yang meninggal dunia, dengan ketentuan yang diatur tersendiri.

(2) Meninggalnya pekerja mengakibatkan hubungan kerja terputus dengan sendirinya.

Pasal 42
Santunan untuk Pekerja yang Ditahan

(1) Apabila seorang pekerja ditahan pihak berwajib, maka pekerja tersebut wajib
memberitahukan melalui keluarga atau yang diutus, kepada atasannya untuk diteruskan
kepada pengusaha.

(2) Terhadap pekerja yang ditahan oleh pihak berwajib bukan karena pengaduan pihak
Perusahaan atau atas aduan pengusaha, perusahaan tidak wajib mendapat upah pekerja
tetapi untuk keluarga pekerja diberikan bantuan sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang tanggungan sebesar 25% dari upah;
b. 2 (dua) orang tanggungan sebesar 35% dari upah;
c. 3 (tiga) orang tanggungan sebesar 45% dari upah;
d. 4 (empat) orang tanggungan atau lebih sebesar 50% dari upah .

(3) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama pekerja ditahan oleh pihak yang
berwajib.

(4) Bantuan tersebut dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku.


BAB IX

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DAN PENYELESAIAN

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (PPHI)

Pasal 43
Tata Tertib Perusahaan

(1) Pekerja dalam jam kerja diwajibkan untuk mengenakan pakaian sopan, rapi dan sesuai
dengan lingkungan kerja.

(2) Pekerja diwajibkan mengenakan pakaian seragam untuk bekerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

(3) Pekerja diwajibkan memakai tanda pengenal pekerja selama berada dalam lingkungan
perusahaan.

(4) Pekerja yang menolak dimutasi dan ditugaskan pada salah satu tempat/bagian di dalam
ataupun di luar perusahaan dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh perusahaan maka
pekerja tersebut dapat dikategorikan pelanggaran tata tertib peraturan perusahaan dan
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan.
(5) Setiap pimpinan unit/departemen/bagian atau sejenisnya wajib untuk mengadakan
penilaian kinerja (Performance in Progress) terhadap pekerja yang menjadi tanggung
jawabnya.

(6) Setiap pekerja wajib hadir dan mulai bekerja pada waktu yang telah ditetapkan
perusahaan.

(7) Selama jam kerja,pekerja tidak diperkenankan :


a. meninggalkan pekerjaan dan menerima tamu pribadi tanpa seizin atasannya.
b. terlambat masuk kerja atau meninggalkan tempat kerja sebelum jam kerja berakhir
tanpa izin atasan langsung dianggap sebagai pelanggaran tata tertib.

(8) Mangkir adalah tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah atau karena suatu alasan yang
tidak dapat diterima oleh Perusahaan.

(9) Pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit atau karena alasan lain yang dapat diterima
perusahaan, wajib memberitahukan kepada atasannya selambat-lambatnya pada hari
kerja berikutnya apabila ketidakhadiran karena Sakit selama 2 (dua) hari kerja atau lebih,
pekerja diwajibkan membawa Surat Keterangan Dokter pada kesempatan pertama
setelah masuk kerja kembali, dan atau hal-hal lain yang dipandang perlu.

(10) Pekerja yang meninggalkan pekerjaan tanpa izin dari perusahaan atau tidak dengan
surat-surat yang dapat diterima oleh perusahaan dianggap mangkir.

(11) Jika didapati ada unsur kesengajaan penyalahgunaan kepentingan, maka dapat
dikatagorikan sebagai pelanggaran tata tertib perusahaan.

(12) Pekerja harus bersedia menandatangani surat pernyataan pada saat ditugaskan training
oleh perusahaan bagi kategori pelatihan yang telah ditetapkan.

(13) Pekerja harus mentaati dan mematuhi kode etik Bisnis sesuai Kode Etik Bisnis yang
tertuang dalam Kebijaksanaan System dan Prosedur Perusahaan.

Pasal 44
Perhitungan Masa Kerja

(1) Bagi pekerja yang berstatus pekerja tetap, masa kerja dihitung sejak tanggal pekerja
tersebut diangkat sebagai pekerja tetap.

(2) Bagi pekerja yang berstatus tidak tetap, masa kerja dihitung sejak tanggal
ditandatanganinya surat kesepakatan kerja dan berakhir sesuai berakhirnya kesepakatan
kerja tersebut.

(3) Masa kerja untuk memperhitungkan cuti besar dan penghargaan atas masa kerja adalah
masa kerja aktif dengan status pekerja tetap secara terus-menerus.

Pasal 45
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

(1) Pengusaha dan pekerja berusaha dengan segala upaya mengusahakan agar tidak terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK), dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan
kerja akan dirundingkan oleh pengusaha dan pekerja yang bersangkutan dengan
mengindahkan peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku.
(2) PHK dapat terjadi karena sudah tidak bisa dilanjutkannya lagi ikatan dalam hubungan
kerja antara pengusaha dengan pekerja oleh karena sebab-sebab tertentu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Sebab-sebab tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya PHK dimaksud pada ayat (2)
di atas antara lain :
a. Pekerja masih dalam masa percobaan kerja;
b. Pekerja mengajukan pengunduran diri;
c. Berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu;
d. Pekerja mencapai usia pensiun;
e. Pekerja meninggal dunia;
f. Pelanggaran terhadap peraturan di perusahaan;
g. Pekerja melakukan tindak pidana;
h. Perusahaan mengalami perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan perusahaan;
i. Perusahaan tutup;
j. Perusahaan pailit;
k. Perusahaan melakukan efisiensi;
l. Terjadinya keadaan memaksa (force majeur).

(4) Dalam hal terjadi PHK, pengusaha akan membayar uang pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.

(5) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak terdiri atas upah/gaji pokok dan
segala bentuk tunjangan yang bersifat tetap.

(6) Pekerja yang telah menerima PHK dari perusahaan, selanjutnya wajib untuk
mengembalikan kepada pengusaha atas segala properti atau alat kerja milik perusahaan
yang dipercayakan kepada pekerja sebelumnya dalam keadaan baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya.

(7) Pekerja yang telah menerima PHK namun masih memiliki kewajiban utang piutang
dalam perusahaan, maka pekerja harus menyelesaikan kewajiban tersebut sebelum
meninggalkan perusahaan.

(8) Apabila pekerja dimaksud ayat (7) di atas belum juga bersedia memenuhi kewajiban
utang piutang dalam perusahaan sampai batas waktu yang ditentukan, maka pengusaha
berhak untuk memperhitungkan beban kewajiban pekerja terhadap uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan atau uang penggantian hak yang akan diterima pekerja
tersebut.
(9) Apabila beban kewajiban pekerja belum cukup ditutupi dari pembayaran uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja, dan atau uang penggantian hak yang akan diterima
pekerja dimaksud ayat (7) di atas, maka pekerja tetap harus melunasi sisa beban utang
piutang sebelum pekerja meninggalkan perusahaan.

(10) Pelaksanaan ketentuan PHK di perusahaan tetap berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 46
Uang Pesangon

(1) Ketentuan uang pesangon dan hak-hak pekerja yang di PHK diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan ketenaga-kerjaan yang berlaku dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan.

(2) Perhitungan uang pesangon dimaksud ayat (1) di atas adalah sebagai berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan
upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan
upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan
upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan
upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan
upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan
upah;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan)
bulan upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

Pasal 47
Uang Penghargaan Masa Kerja
(1) Ketentuan uang penghargaan masa kerja dan hak-hak pekerja yang di PHK diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan.

(2) Perhitungan uang penghargaan masa kerja dimaksud ayat (1) di atas adalah sebagai
berikut:
a. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan
upah.
b. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga)
bulan upah.
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4
(empat) bulan upah.
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahun lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima)
bulan upah.
e. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun,
6 (enam) bulan upah.
f. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu)
tahun, 7 (tujuh) bulan upah.
g. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat)
tahun, 8 (delapan) bulan upah.
h. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah.

Pasal 48
Uang Penggantian Hak

Uang penggantian hak sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat (4) di atas meliputi :

a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;


b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat dimana pekerja
diterima bekerja;
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan.

Pasal 49
Uang Pisah
(1) PHK karena mengundurkan diri secara sukarela dan pelanggaran kesalahan berat hanya
mendapat uang pisah apabila pekerja bersangkutan dalam tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan perusahaan secara langsung.

(2) Uang pisah dimaksud ayat (1) di atas diatur sebagai berikut:
- Masa kerja 5 tahun tetapi kurang dari 8 tahun : 1 kali bulan upah

- Masa kerja 8 tahun tetapi kurang dari 11 tahun : 2 kali bulan upah

- Masa Kerja 11 tahun tetapi kurang dari 14 tahun : 3 kali bulan upah

- Masa Kerja 14 tahun tetapi kurang dari 17 tahun : 4 kali bulan upah

- Masa Kerja 17 tahun tetapi kurang dari 20 tahun : 5 kali bulan upah

- Masa Kerja 20 tahun tetapi kurang dari 23 tahun : 6 kali bulan upah

- Masa Kerja 23 tahun tetapi kurang dari 26 tahun : 7 kali bulan upah

- Masa Kerja lebih dari atau sama dengan 26 tahun : 10 kali bulan upah

Pasal 50
Surat Keterangan Pengalaman Kerja

Pengusaha akan menerbitkan surat keterangan pengalaman kerja kepada pekerja yang
hubungan kerjanya telah berakhir dengan perusahaan sepanjang pekerja telah mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perusahaan

BAB X
LAIN – LAIN
Pasal 51
Penyelesaian Keluh Kesah Pekerja

(1) Keluh kesah pekerja atas hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan ketentuan
ketenagakerjaan lainnya yang berlangsung di perusahaan, hendaknya tetap diupayakan
untuk diselesaikan secara musyawarah dengan atasan langsung.

(2) Apabila keluh kesah belum dapat diselesaikan sesuai maksud ayat (1) di atas, maka upaya
akan diteruskan kepada penyelesaian bipartit dengan para pihak terkait untuk mencari
solusi permasalahan.

(3) Apabila para pihak tetap tidak mampu menemukan solusi dimaksud ayat (2) di atas, maka
salah satu pihak dapat menyampaikan persoalan kepada instansi/lembaga yang berwenang
untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.

Pasal 52
Penutup

(1) Hal-hal yang belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur kemudian
dengan mendapat pengesahan dari instansi yang membidangi ketenagakerjaan.

(2) Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak disahkan oleh instansi yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.

(3) Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak disahkan.

(4) Dalam hal diperlukan, perusahaan dapat mengeluarkan Peraturan Pelaksana dari
Peraturan Perusahaan sepanjang ketentuan tidak bertentangan dengan Peraturan
Perusahaan ini dan peraturan perundangan yang berlaku.

(5) Persyaratan kerja lainnya yang perlu dan belum tercantum dalam Peraturan Perusahaan
ini tunduk kepada peraturan perundangan yang berlaku.

(6) Apabila dalam Peraturan Perusahaan ini terdapat isi pasal-pasal yang syarat-syarat
kerjanya kurang atau bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka
isi pasal-pasal tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(7) Peraturan Perusahaan ini diperbanyak dan dibagikan kepada masing-masing pekerja
untuk diketahui dan dilaksanakan.

Demikian Peraturan Perusahaan dibuat sebagai pedoman bersama di perusahaan demi


terpeliharanya hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan.

Disahkan di : Denpasar Dikeluarkan di : Denpasar

Pada tanggal : ......................... Pada tanggal :

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan dr. Eka Sutyawan,Sp.M


Transmigrasi Kota Denpasar
Pengusaha

……………………………………..

NIP: …………………………….. ……………………………….

Wakil Pekerja

Anda mungkin juga menyukai