Nomor : 001/PT-CRB/XI/2018
Perihal : Permohonan Pengesahan
Peraturan Perusahaan
Kepada
Yth. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Trasmigrasi Kota Denpasar
Di
Denpasar
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dengan ini
kami sampaikan permohonan pengesahan Peraturan Perusahaan yaitu :
Lampiran :
1. Konsep Peraturan Perusahaan yang akan disahkan.
2. Surat usul perbaikan/percobaan yang akan diadakan dengan memberi penjelasan-
penjelasannya bagi Peraturan Perusahaan yang akan diperbaharui.
3. Surat persetujuan dari Pimpinan Serikat Pekerja yang menyatakan belum siap/mampu
meningkatkan menjadi Perjanjian Kerja Bersama (jika sudah ada Serikat Pekerja).
Direktur Utama
Catatan : Setiap berkas Peraturan Perusahaan diparaf disetiap lembarnya oleh manajemen.
RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sebagai berikut:
1. Perusahaan telah menyampaikan naskah Rancangan Peraturan Perusahaan PT. Cahaya
Ramata Bali dengan surat tanggal 1 November 2018 nomor 001/PT-CRB/XI/2018 kepada
Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau wakil pekerja/buruh dari setiap unit kerja di
perusahaan.
2. Untuk itu, kami telah memberikan saran dan pertimbangan terhadap naskah Rancangan
Peraturan Perusahaan tanggal 1 November 2018 sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
3. Pengusaha dalam rangka menyusun naskah Peraturan Perusahaan, telah memperhatikan
saran dan pertimbangan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan/atau wakil pekerja/buruh.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.
NO NAMA UNIT/DIVISI/
SERIKAT TANDA
PEKERJA/SE TANGAN
Pengusaha, RIKAT
PT. Cahaya Ramata Bali BURUH*)
Manager
Ni Nyoman Sri
3 Adm.Umum 3..........
Ayu Purwati,SE
dan Keuangan
Putu Ka.Sie
5 5…......
Rusmiyanti,SH Personalia
Keterangan *):
- apabila di perusahaan belum terbentuk serikat pekerja/serikat buruh, maka yang
memberikan saran dan pertimbangan adalah wakil pekerja/buruh dari unit/divisi.
- apabila di perusahaan telah terbentuk serikat pekerja/serikat buruh, maka yang memberikan
saran dan pertimbangan adalah serikat pekerja/serikat buruh.
RUMAH SAKIT MATA RAMATA
Jl. Gatot Subroto Barat No. 429 Denpasar
Telp : (0361) 9069009
e-mail :info@rsmramata.com
website : www.rsmramata.com
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa sampai saat ini di perusahaan kami PT. Cahaya Ramata Bali
tidak ada Serikat Pekerja/Serikat Buruh.
PERIODE : 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan, pembahasan,
dan menyepakati Peraturan Perusahaan ini, tanpa menemui hambatan yang berarti.
Terlaksananya dan terpeliharanya kerja sama yang baik dibuktikan dengan pemberian
kesempatan dan bimbingan untuk maju bagi setiap pekerja, berdasarkan profesionalisme tanpa
memandang suku, agama, ras maupun golongan dan mewujudkan terlaksananya pengupahan
yang adil sesuai dengan prestasi kerja.
Direktur Utama
KERANGKA MATERI
DASAR HUKUM
PERATURAN PERUSAHAAN
PT. CAHAYA RAMATA BALI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dasar Hukum
b. Pasal 109 ayat (1), “Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab
dari pengusaha yang bersangkutan”
c. Pasal 110 ayat (1), “Peraturan Perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan”
d. Pasal 110 ayat (2), “Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat
pekerja/serikat buruh maka wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pengurus serikat pekerja/serikat buruh”
e. Pasal 110 ayat (3), “Dalam hal di perusahaan yang bersangkutan belum terbentuk
serikat pekerja/serikat buruh, wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan para
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan”.
f. Pasal 111 ayat (1), “Peraturan Perusahaan sekurang-kurangnya memuat : a.hak dan
kewajiban pengusaha, b.hak dan kewajiban pekerja/buruh, c.syarat kerja, d.tata tertib
perusahaan, dan e.jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan”.
g. Pasal 111 ayat (2),”Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.Yang dimaksud
dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan apabila ternyata bertentangan, maka yang berlaku adalah ketentuan
peraturan perundang-undangan.
h. Pasal 111 ayat (3), “Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan
wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya”.Barang siapa yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ini dikenakan sanksi pidana denda
paling sedikit Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah), tindak pidana tersebut adalah tindak pidana pelanggaran.
b. Pasal 4 ayat (1), “ Peraturan Perusahaan sebagaimana dimaksud Pasal 2 dibuat dan
disusun oleh pengusaha dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil
pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan”
Pasal 2
Istilah dan Pengertian
1. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dan terikat secara formal di dalam suatu
hubungan kerja dengan Perusahaan dan oleh karenanya menerima upah sebagaimana
diatur dalam Peraturan Perusahaan ini.
2. Perusahaan adalah PT. Cahaya Ramata Bali, yang didirikan berdasarkan AKTA NOTARIS
NO 10 TANGGAL 11 APRIL 2016 (AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS “ PT.
CAHAYA RAMATA BALI” dan KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK
ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA Nomor: AHU-0019837 AH.01.01.TH.2016
TENTANG PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS MENTERI
KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA)
2 Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4 Perjanjian Kerja adalah suatu kesepakatan kerja antara pengusaha dan pekerja secara
tertulis, baik untuk waktu tertentu maupun waktu tidak tertentu yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak, yang pelaksanaannya berpedoman pada
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
5 Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan atau balas jasa dari pengusaha kepada
pekerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan
perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu kesepakatan kerja antara
pengusaha dan pekerja.
6 Bantuan adalah kebijakan dari perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk uang atau
fasilitas yang dibayarkan atau diberikan kepada pekerja tergantung kepada kemampuan
perusahaan.
7 Kesejahteraan pekerja adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang
bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik selama maupun di luar hubungan kerja, yang
secara langsung dan tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja.
8 Waktu Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan baik pada waktu siang hari
maupun malam hari, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9 Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) adalah perjanjian kerja yang belum
ditentukan kapan akan berakhirnya, status pekerja dalam kesepakatan ini adalah pekerja
tetap.
10 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) adalah kesepakatan atau perjanjian kerja
antara pengusaha dengan pekerja, untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu
tertentu atau untuk pekerjaan tertentu (perjanjian kerja kontrak) dengan berpedoman
kepada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
11 Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pengusaha maupun
pekerja.
12 Lingkungan Perusahaan adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada dibawah
penguasaan perusahaan dan dipergunakan untuk menunjang kegiatan perusahaan.
13 Jaminan Sosial adalah suatu perlindungan bagi pekerja dalam bentuk biaya perawatan,
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang, dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
pekerja berupa kecelakaan kerja, menderita sakit, hari tua dan meninggal dunia.
14 Pelatihan Kerja atau Training adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan serta mengembangkan keterampilan atau keahlian, produktivitas, disiplin,
dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang,
pangkat, golongan dan kualifikasi atau pekerjaan, yang pelaksanaannya berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15 Penghargaan Masa Kerja (PMK) adalah pemberian penghargaan berupa uang kepada
pekerja yang dikaitkan dengan lamanya masa kerja atas pengabdiannya sebagai akibat
berakhirnya hubungan kerja yang antara lain karena mencapai purna bhakti atau purna
karya, alasan kesehatan, kelebihan tenaga kerja dan alasan lainnya sesuai UU No. 13
Tahun 2003.
16 Pesangon adalah pembayaran berupa uang dari perusahaan kepada pekerja sebagai
akibat adanya pemutusan hubungan kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 3
Perjanjian Kerja dan Administrasi Kepegawaian
Pasal 4
Kepangkatan dan Penggolongan Pekerja
(2) Pemberian pangkat dan golongan kepada pekerja ditetapkan dengan Surat Keputusan
pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 5
Proses dan Syarat Penerimaan Pekerja
Pasal 6
Keluarga Pekerja dan Hubungan Keluarga dalam Perusahaan
Pasal 7
Masa Percobaan
(1) Masa percobaan adalah masa tenggang waktu para pihak dapat mempertimbangkan
berbagai aspek dalam kontinuitas melakukan hubungan kerja.
(2) Masa percobaan adalah selama 3 (tiga) bulan, baik pengusaha maupun pekerja berhak
memutuskan hubungan kerja setiap saat dengan pemberitahuan secara tertulis sebelum
diakhirinya masa percobaan.
(3) Setelah berhasil melewati masa percobaan dengan baik, maka pekerja tersebut dapat
diangkat menjadi pekerja tetap.
(4) Masa percobaan hanya berlaku bagi pekerja yang perjanjian kerjanya adalah perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), sedangkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) tidak berlaku masa percobaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 8
Nomor Induk Pekerja (NIK)
(1) Nomor Induk Pekerja (NIK) adalah nomor registrasi kepegawaian untuk tiap-tiap pekerja.
(2) NIK diberikan kepada pekerja yang surat keputusan kepegawaiannya dikeluarkan oleh
pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk dan/atau kesepakatan kerjanya
ditandatangani oleh pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.
(4) NIK akan berubah sesuai dengan perubahan status kesepakatan kerja pekerja yang
bersangkutan.
Pasal 9
Pemagangan
(1) Latar belakang dan tujuan pemagangan adalah :
a. Kewajiban moral perusahaan bagi lingkungan pendidikan untuk ikut berperan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. Sesuai dengan program kerja dan anggaran perusahaan tahun berjalan.
Pasal 10
Pengupahan
(1) Upah tidak dibayar bila pekerja tidak melakukan pekerjaan, ketentuan ini merupakan azas
yang pada dasarnya berlaku pada semua golongan pekerja kecuali bila pekerja yang
bersangkutan tidak dapat bekerja bukan karena kesalahan pekerja atau karena hal-hal yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
(2) Kenaikan upah tidak dilaksanakan secara otomatis, melainkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan atas beban kerja, prestasi kerja, konduite pekerja, kenaikan inflasi,
meningkatnya kemampuan keuangan perusahaan, dan ketentuan upah minimum yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Perusahaan menetapkan standar upah minimum dan maksimum pada tiap tingkat
kepangkatan dan golongan, dengan surat keputusan pimpinan perusahaan atau pejabat
yang ditunjuk.
Pasal 11
Insentif
(1) Yang dimaksud dengan insentif adalah balas jasa berupa uang atau bentuk lain diluar
upah, sehubungan dengan status penugasan/kepegawaian/pangkat/golongan pekerja
dalam perusahaan.
b. Insentif penugasan :
1) Insentif penugasan adalah insentif yang diberikan kepada pekerja selama ditugaskan
untuk mengerjakan tugas tertentu diluar tugas pokoknya.
2) Insentif penugasan diperhitungkan dan dibayarkan bersamaan dengan pembayaran
upah bulan berikutnya.
3) Penentuan besaran insentif ditentukan dengan surat keputusan pimpinan perusahaan
atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 12
Kerja Lembur
(1) Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja yang melebihi waktu kerja
biasa pada hari-hari kerja, atau karena melakukan pekerjaan diluar jam kerja normal atas
perintah pengusaha dan atas persetujuan dari pekerja yang yang dilakukan untuk
kepentingan perusahaan.
(3) Pelaksanaan kerja lembur akan dibayarkan upah kerja lembur dengan perhitungan
mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan.
(4) Kerja lembur tidak diberikan kepada pekerja yang sedang melaksanakan tugas perjalanan
dinas yang menginap dan pembiayaannya sudah diatur dalam peraturan perjalanan dinas.
Pasal 13
Waktu dan Cara Pembayaran Upah
(1) Pembayaran upah, tunjangan, insentif dan penghasilan lainnya dilakukan setiap Minggu
Pertama Bulan berikutnya.
(2) Pembayaran upah pekerja dilakukan secara tunai atau melalui rekening di bank yang
ditetapkan perusahaan, dengan demikian setiap pekerja harus memiliki nomor rekening di
bank tersebut atas nama sendiri yang pengurusan awalnya dilakukan oleh pekerja
bersangkutan atau secara kolektif oleh perusahaan.
(3) Jika oleh karena sesuatu hal, pembayaran upah dapat dibayarkan kepada pihak ketiga atau
ke nomor rekening lain atas nama pihak ketiga, harus disertai surat kuasa dari pekerja
bersangkutan.
(4) Pekerja wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada perusahaan jika hendak melakukan
penutupan atau penggantian nomor rekening.
Pasal 14
Pajak-pajak
(1) Pembayaran upah, tunjangan, insentif dan pendapatan lainnya yang diterima oleh pekerja
adalah nilai bersih atau netto, setelah dikurangi pajak-pajak.
(2) Pekerja wajib memiliki NPWP pribadi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Pemotongan, pemungutan dan penyetoran pajak dilakukan oleh bendahara perusahaan.
BAB III
PENUGASAN DAN MUTASI PEKERJA
Pasal 15
Mutasi Pekerja
(1) Guna kepentingan dan kemajuan perusahaan, maka dalam rangka penyegaran dan
mendayagunakan pekerja sehingga mencapai tujuan operasional perusahaan, pengusaha
berwenang untuk melakukan mutasi pekerja.
(2) Mutasi pekerja meliputi perpindahan antar jabatan, perpindahan antar perusahaan dalam
satu group perusahaan, atau perpindahan antar bidang tugas dalam jenjang tingkat yang
sederajat/setara, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pekerja siap dan bersedia menerima mutasi, dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan tentang tugas-tugas yang berbeda dan praktek berbagai macam keahlian
(skill) dan keterampilan manajerial.
2. Jika mutasi pekerja membutuhkan biaya perjalanan, maka diberikan Surat Perintah
Jalan (SPJ) yang diatur tersendiri dalam ketentuan Perjalanan Dinas.
3. Bagi pekerja yang mendapatkan mutasi, maka kepadanya diberikan Surat keputusan
mutasi yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.
4. Setelah dikeluarkannya Surat keputusan mutasi, perusahaan memberikan seluruh hak-
hak pekerja yang telah menjadi konsekuensi karena timbulnya Surat keputusan mutasi.
Pasal 16
Perjalanan Dinas Pekerja
(1) Perjalanan dinas adalah tugas perjalanan dinas yang menginap yang dilakukan oleh
pekerja atas dasar surat perintah tugas dari pengusaha.
(3) Ketentuan perjalanan dinas dan sarana perjalanan dinas seperti akomodasi, transportasi,
biaya pengganti makan dan lain-lain diatur tersendiri dalam Prosedur Perjalanan Dinas
yang ditetapkan dengan Surat keputusan pimpinan perusahaan atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17
Mutasi Antar Perusahaan
(1) Pengusaha berwenang untuk mengalihtugaskan pekerja dari dan ke perusahaan lain yang
masih tergabung dalam kelompok group perusahaan pada jabatan-jabatan tertentu, demi
pemanfaatan pekerja serta tercapainya tujuan operasional perusahaan secara efisien dan
menyeluruh yang didasarkan atas kesepakatan dengan pekerja bersangkutan dengan tidak
mengurangi hak-hak pekerja yang bersangkutan.
(3) Proses mutasi merupakan hasil persetujuan antara perusahaan yang melepas dengan
perusahaan yang menerima dan kesepakatan dengan pekerja bersangkutan.
(4) Setelah adanya keputusan untuk mutasi, maka dilakukan proses administrasi dengan
dikeluarkan Surat keputusan penugasan pekerja yang bersangkutan pada group
perusahaan yang ditunjuk.
(5) Dengan pengalihan tugas dari perusahaan ke perusahaan yang ditunjuk tidak akan
memutuskan status hubungan kerja yang bersangkutan dan lamanya masa kerja dengan
perusahaan sesuai perjanjian kerja dan atau surat keputusan perusahaan lainnya akan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan berlanjut dengan masa kerja dengan
perusahaan yang ditunjuk.
BAB IV
PENGEMBANGAN PEKERJA
Pasal 18
Promosi
(1) Promosi adalah perpindahan pekerja pada jenjang karier jabatan yang lebih tinggi
daripada sebelumnya, yang dilaksanakan oleh pengusaha dengan mempertimbangkan
kebutuhan organisasi demi kemajuan bisnis perusahaan.
(2) Inisiatif promosi diajukan oleh atasan daripada masing-masing pekerja berupa pengajuan
nominasi promosi atau usulan kepada pengusaha yang disesuaikan dengan kinerja pekerja,
ketersediaan jabatan dan kemampuan perusahaan.
(3) Evaluasi promosi dilaksanakan mengacu kepada kompetensi dan kinerja pekerja.
Pasal 19
Pelatihan Pekerja
(1) Pekerja berkewajiban meningkatkan produktivitas kerjanya sesuai dengan peran dan
tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka menunjang peningkatan produktivitas
perusahaan.
(3) Program pelatihan pekerja disusun dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
(4) Perusahaan melakukan evaluasi dan penilaian terhadap pekerja sesudah pekerja mengikuti
pelatihan, dan bagi pekerja yang 2 (dua) kali berturut-turut mendapatkan hasil evaluasi
yang tidak memenuhi syarat, maka akan menjadi pertimbangan dalam evaluasi karier
pekerja yang bersangkutan.
(5) Penyelenggaraan serta pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam rangka pencapaian strategi
sumber daya manusia yaitu, pengembangan sumber daya manusia, perbaikan
produktivitas sumber daya manusia, penerapan teknologi baru dan terjaminnya
ketersediaan pasokan sumber daya manusia yang kompeten dan berprestasi.
(6) Setiap jenjang pimpinan perusahaan wajib mentransfer pengetahuan dan keterampilannya
kepada bawahannya dalam bentuk pemberian bimbingan dan pelatihan kepada
bawahannya.
(7) Devisi pelatihan menyusun program pelatihan tahunan yang terdiri dari Training Need,
Training Plan dan Training Evaluation untuk individu, Departemen ataupun Divisi, dan
dianggarkan dalam anggaran perusahaan.
(8) Penyelenggaraan, pelaksanaan serta sanksi kepada pekerja pada kegiatan pelatihan
dilakukan berdasarkan Peraturan Perusahaan.
(9) Perusahaan mengatur untuk mengadakan ikatan dinas dengan pekerja bagi pelatihan yang
dianggap cukup tinggi biayanya yang ditetapkan dan diatur tersendiri dalam
kebijaksanaan perusahaan.
BAB V
DISIPLIN DAN TINDAKAN DISIPLIN
Pasal 20
Pembinaan Disiplin
(1) Perusahaan berusaha untuk mempertahankan disiplin yang baik dan mengembangkan
perasaan saling menghormati serta penuh pengertian terhadap hak-hak dan tanggung
jawab antara perusahaan dan pekerja. Oleh karenanya, perusahaan perlu memberikan
petunjuk, bimbingan dan instruksi sehingga pengambilan tindakan demi tegaknya disiplin
dapat dibatasi seminimal mungkin.
(2) Tujuan perusahaan dalam mengambil tindakan disiplin adalah bersifat membina,
memperbaiki, dan mendidik, dengan demikian, terhadap pekerja yang melanggar
peraturan diberikan kesempatan untuk memperbaiki sikapnya, namun, apabila
pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja cukup berat, perusahaan akan menggunakan
haknya untuk memutuskan hubungan kerja dengan pekerja yang melanggar peraturan,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 21
Waktu Kerja
(1) Waktu kerja ditetapkan atas kebutuhan perusahaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Waktu kerja meliputi 7 (tujuh) jam per hari atau 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau 8 (delapan) jam per hari dan 40 (empat
puluh) jam dalam seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja.
(4) Untuk jenis pekerjaan tertentu dan atau giliran kerja beregu (shift) ditetapkan waktu kerja
secara tersendiri dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(5) Pekerja tercatat kehadirannya melalui posting time atau pencatatan kehadiran dengan time
clock pada setiap masuk kerja dan pulang dari tempat kerja.
Pasal 22
Izin Meninggalkan Pekerjaan
(1) Perusahaan memberikan izin kepada pekerja yang meninggalkan pekerjaannya, dengan
tetap mendapat upah dalam ketentuan sebagai berikut:
a. Pekerja menikah,diberikan izin selama 3 (tiga) hari;
b. Menikahkan anaknya, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
c. Mengkhitankan anaknya, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
d. Membaptiskan anaknya, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
e. Istri melahirkan/keguguran kandungan, diberikan izin selama 2 (dua) hari;
f. Suami/istri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia, diberikan izin
selama 2 (dua) hari;
g. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, diberikan izin selama1 (satu)
hari, dan
h. Izin kepentingan lain diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Pekerja perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.
Pasal 23
Pelanggaran dan Sanksi
(3) Sanksi
a. Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja dimaksudkan sebagai
tindakan korektif dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku pekerja.
(4) Mangkir
a. Apabila pekerja tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah yang dapat diterima oleh
perusahaan, maka pekerja tersebut dianggap mangkir.
b. Apabila pekerja mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang
sah dan telah diberikan surat panggilan 2 (dua) kali secara tertulis maka pekerja tersebut
dikualifikasikan mengundurkan diri dan dapat diproses PHK, sesuai Undang-undang
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Perusahaan akan memberitahukan secara tertulis tentang pekerja mangkir
dikualifikasikan mengundurkan diri.
BAB VI
Pasal 24
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(1) Perusahaan wajib mendaftarkan seluruh pekerja dalam kepesertaan program Jaminan
Kesehatan pada BPJS Kesehatan dan program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pada BPJS
Ketenagakerjaan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan apada ayat (1) di atas meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja
b. Jaminan Hari Tua
c. Jaminan Kematian
d. Jaminan Pensiun
(3) Iuran Program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan dan Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja setiap bulan,
ditanggung oleh perusahaan, dengan besaran iuran sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 25
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(1) Perusahaan wajib menyediakan tempat dan sarana kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Setiap pekerja diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan, keselamatan
kerja dan kesehatan di tempat kerja maupun di lingkungan kerjanya.
(3) Setiap pekerja diwajibkan memelihara barang milik perusahaan yang dikuasakan
kepadanya.
(4) Setiap pekerja yang mendapat perlengkapan pelindung kerja dari perusahaan, diwajibkan
untuk menggunakannya dalam jam-jam kerja dan merawatnya.
Pasal 26
Upah Selama Sakit
(1) Apabila pekerja sakit tidak berturut-turut dan dapat dibuktikan dengan surat keterangan
dokter, maka upahnya akan dibayar penuh.
(2) Upah selama sakit diberikan perusahaan kepada pekerja yang menderita sakit yang cukup
lama dan terus-menerus.
(3) Apabila pekerja sakit dalam jangka waktu lama secara berturut-turut dan dapat dibuktikan
dengan surat keterangan dokter, maka upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari upah.
b. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah.
c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari upah, dan
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah sebelum
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.
(4) Apabila setelah lewat 12 (dua belas) bulan ternyata pekerja yang bersangkutan belum
bekerja kembali, maka Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan hormat,
dengan memberikan hak-haknya berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
(5) Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi pekerja yang sakit terus
menerus, yaitu penyakit menahun atau berkepanjangan yang setelah sakit terus-menerus
atau terputus-putus maupun bekerja kembali, tetapi dalam tenggang waktu kurang dari 4
(empat) minggu sakit kembali.
BAB VII
CUTI
Pasal 27
Cuti Tahunan
(1) Cuti tahunan adalah timbulnya hak istirahat pekerja setelah pekerja bekerja selama 12
(dua belas) bulan secara terus-menerus, dan mulai berlaku pada hari pertama pada tahun
berikutnya.
(2) Hak atas cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja dengan mendapat upah penuh dari
perusahaan.
(3) Perusahaan berhak mengatur cuti tahunan dengan memperhatikan kepentingan pekerja,
dapat diambil secara bertahap, tetapi harus ada 1 (satu) bagian paling sedikit 6 (enam) hari
kerja dengan tidak terputus.
(4) Cuti tahunan tidak dapat digabung atau diakumulasikan ke tahun berikutnya.
(5) Apabila cuti tahunan tidak diambil dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah jatuh
tempo tanpa alasan apapun, maka hak cuti pekerja tersebut gugur dengan sendirinya.
(6) Permohonan cuti tahunan harus diajukan paling lambat dua minggu sebelumnya setelah
mendapat persetujuan atasan.
(7) Hak atas hari cuti tahunan tidak dapat dikompensasikan dengan uang kecuali dalam hal
tertentu.
Pasal 28
Cuti Sakit
Pekerja yang tidak masuk kerja karena alasan sakit, mendapatkan cuti sakit dan harus
menyerahkan surat keterangan dokter, bila tidak pekerja tersebut dianggap telah melanggar
Peraturan Perusahaan.
Pasal 29
Istirahat Melahirkan
(1) Pekerja perempuan yang akan bersalin/melahirkan berhak memperoleh istirahat hamil
selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah
bersalin/melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan, dengan
mendapatkan upah penuh.
(2) Pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat
1,5 (satu setengah) bulan setelah terjadinya keguguran tersebut dengan mendapatkan upah
penuh dengan menunjukkan surat keterangan resmi dari dokter kandungan/bidan.
(3) Pekerja yang akan menggunakan hak istirahat melahirkan harus memberitahukan 2 (dua)
minggu sebelumnya dengan menunjukkan surat keterangan resmi dari dokter
kandungan/bidan yang merawatnya.
Pasal 30
Istirahat Panjang
(1) Istirahat Panjang dapat diberikan kepada pekerja berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pekerja tetap berhak mendapatkan istirahat panjang dengan memperoleh upah.
(3) Istirahat panjang diberikan kepada pekerja apabila pekerja telah bekerja selama 6 (enam)
tahun secara terus menerus di perusahaan, dan berlaku kelipatannya.
(4) Istirahat panjang diberikan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada
tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan dengan ketentuan pekerja tidak
berhak lagi atas cuti tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan.
(5) Apabila istirahat panjang tidak diambil dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah
timbulnya istirahat panjang tanpa pemberitahuan, maka istirahat panjang tersebut akan
hangus.
(6) Selama menjalani istirahat panjang maka secara otomatis cuti tahunan yang bersangkutan
pada tahun tersebut hilang.
(7) Perusahaan berhak mengatur jadwal istirahat panjang, disesuaikan dengan kebutuhan
Perusahaan dan pengunduran maksimal 1 (satu) tahun setelah jatuh tempo.
(8) Pengajuan istirahat panjang paling lambat 2 (dua) minggu sebelumnya disampaikan
kepada bagian personalia
(9) Istirahat panjang bagi pekerja tidak dapat dikompensasikan meskipun hal tersebut tidak
diambil terkecuali dalam hal terjadi PHK.
Pasal 31
Cuti Menunaikan Ibadah
(1) Bagi pekerja yang beragama Islam dan bermaksud menunaikan Ibadah Haji, diberikan
waktu paling lama sesuai dengan pelaksanaan Ibadah Haji yang dilaksanakan oleh
Departemen Agama RI, dengan mendapat upah penuh.
(2) Izin meninggalkan pekerjaan untuk menunaikan Ibadah Haji hanya diberikan 1 (satu) kali
selama pekerja bekerja pada Perusahaan.
(3) Untuk mengambil cuti ini pekerja yang bersangkutan harus mengajukan kepada
Perusahaan terlebih dahulu paling sedikit 2 (dua) bulan sebelumnya untuk mendapatkan
persetujuan dan kebijaksanaan dari Pimpinan Perusahaan.
Pasal 32
Cuti Tidak Dibayar
Pekerja dapat meninggalkan pekerjaan tanpa upah dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Keperluan pendidikan paling lama 1 tahun setelah mempunyai masa kerja 3 tahun terus
menerus.
2. Cuti tidak dibayar untuk keperluan diluar angka 1 di atas dimungkinkan jika sudah
mendapatkan persetujuan dari Manajemen dengan disertai bukti-bukti yang cukup.
3. Cuti tidak dibayar hanya diberikan 1 (satu) kali selama pekerja bekerja di Perusahaan.
BAB VIII
FASILITAS KESEJAHTERAAN
Pasal 33
Fasilitas Ibadah
(1) Fasilitas untuk beribadah meliputi tempat dan waktu untuk melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama atau kepercayaan masing-masing pekerja.
(2) Pekerja diberikan kesempatan untuk melakukan ibadah pada waktu jam kerja dengan
mempergunakan waktu secukupnya, sesuai dengan tata cara agama yang dianutnya.
Pasal 34
Fasilitas Layanan Snack dan Makan Siang
Untuk menjaga produktivitas dan disiplin kerja pekerja sesuai dengan aturan jam kerja yang
berlaku di perusahaan, maka perusahaan memberikan kebijaksanaan dengan menyiapkan snack
dan makan siang bagi pekerja sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Pasal 35
Fasilitas Belajar Mandiri
(1) Fasilitas Internet dan e-mail yang tersedia di perusahaan dapat dimanfaatkan untuk hal-
hal yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan, tidak dibenarkan mempergunakan
internet dan e-mail untuk hal-hal yang bersifat pribadi dan atau mengganggu efektivitas
dan efisiensi kerja.
(2) Penyimpangan atas penyalahgunaan fasilitas selain keperluan tugas merupakan tindakan
pelanggaran.
Pasal 36
Fasilitas Seragam
(1) Perusahaan memberikan fasilitas seragam kepada pekerja dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Pekerja yang berstatus pekerja tetap dan yang dianggarkan dalam anggaran perusahaan
diberikan 2 (dua) stel seragam.
b. Pekerja yang berstatus “Service Contract” dengan masa kontrak 1 (satu) tahun atau
lebih yang dianggarkan dalam anggaran perusahaan diberikan 1 (satu) stel seragam.
c. Pekerja yang masih dalam masa percobaan belum diberikan seragam.
d. Pekerja yang berstatus “Service Contract” dengan masa perjanjian dibawah 1 (satu)
tahun tidak diberikan seragam.
e. Peserta Magang/Trainee tidak diberikan seragam.
(2) Jadwal pemakaian seragam ditetapkan oleh pengusaha dengan ketentuan tersendiri.
(3) Bagi pekerja yang sudah memperoleh fasilitas seragam, penyimpangan terhadap
ketentuan pemakaian seragam tanpa alasan yang dapat diterima oleh perusahaan dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran disiplin.
(4) Pengadaan seragam dan ketentuan lain-lain untuk memperjelas, atau memperbarui
ketentuan ini akan diatur melalui Surat Keputusan tersendiri.
Pasal 37
Fasilitas Tempat Parkir
Fasilitas parkir kendaraan pekerja disediakan di lokasi tempat parkir dan hanya dipergunakan
pada jam kerja.
Pasal 38
Hari Libur Resmi
(2) Dalam hal pekerja menjalankan tugas pada hari libur resmi karena kebutuhan operasional
perusahaan yang mendesak, maka upah bagi pekerja tersebut akan dihitung sebagai upah
kerja lembur berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 39
Serikat Pekerja
(1) Serikat pekerja merupakan wadah pekerja sebagai salah satu sarana hubungan industrial
di dalam perusahaan yang bertujuan membantu para pekerja dalam penyampaian pendapat
dan sebagai mitra penting perusahaan dalam meningkatkan proses produksi.
(2) Perusahaan sesuai dengan kemampuan yang ada akan turut mendorong dan membantu ke
arah tumbuh dan berkembangnya serikat pekerja di Perusahaan.
Pasal 40
Koperasi Pekerja
(1) Koperasi pekerja merupakan wadah dalam rangka pelengkap sarana hubungan industrial
didalam Perusahaan yang bertujuan adalah membantu meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya yang merupakan pekerja perusahaan.
(2) Perusahaan sesuai dengan kemampuan yang ada akan turut mendorong dan membantu
kearah tumbuh dan berkembangnya koperasi pekerja di perusahaan.
(3) Pekerja yang telah lulus masa percobaan diwajibkan untuk menjadi anggota koperasi,
dengan membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela yang akan
dipotong melalui upah, yang besarnya simpanan ditentukan melalui rapat anggota
koperasi.
Pasal 41
Bantuan Kedukaan
(1) Perusahaan menerapkan kebijakan pemberian santunan kematian untuk biaya penguburan
bagi pekerja dan keluarganya yang mencakup isteri/suami dan anak yang masih dalam
tanggungan, yang meninggal dunia, dengan ketentuan yang diatur tersendiri.
Pasal 42
Santunan untuk Pekerja yang Ditahan
(1) Apabila seorang pekerja ditahan pihak berwajib, maka pekerja tersebut wajib
memberitahukan melalui keluarga atau yang diutus, kepada atasannya untuk diteruskan
kepada pengusaha.
(2) Terhadap pekerja yang ditahan oleh pihak berwajib bukan karena pengaduan pihak
Perusahaan atau atas aduan pengusaha, perusahaan tidak wajib mendapat upah pekerja
tetapi untuk keluarga pekerja diberikan bantuan sebagai berikut:
a. 1 (satu) orang tanggungan sebesar 25% dari upah;
b. 2 (dua) orang tanggungan sebesar 35% dari upah;
c. 3 (tiga) orang tanggungan sebesar 45% dari upah;
d. 4 (empat) orang tanggungan atau lebih sebesar 50% dari upah .
(3) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas diberikan untuk paling lama 6
(enam) bulan takwim terhitung sejak hari pertama pekerja ditahan oleh pihak yang
berwajib.
Pasal 43
Tata Tertib Perusahaan
(1) Pekerja dalam jam kerja diwajibkan untuk mengenakan pakaian sopan, rapi dan sesuai
dengan lingkungan kerja.
(2) Pekerja diwajibkan mengenakan pakaian seragam untuk bekerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
(3) Pekerja diwajibkan memakai tanda pengenal pekerja selama berada dalam lingkungan
perusahaan.
(4) Pekerja yang menolak dimutasi dan ditugaskan pada salah satu tempat/bagian di dalam
ataupun di luar perusahaan dengan alasan yang tidak bisa diterima oleh perusahaan maka
pekerja tersebut dapat dikategorikan pelanggaran tata tertib peraturan perusahaan dan
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan.
(5) Setiap pimpinan unit/departemen/bagian atau sejenisnya wajib untuk mengadakan
penilaian kinerja (Performance in Progress) terhadap pekerja yang menjadi tanggung
jawabnya.
(6) Setiap pekerja wajib hadir dan mulai bekerja pada waktu yang telah ditetapkan
perusahaan.
(8) Mangkir adalah tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah atau karena suatu alasan yang
tidak dapat diterima oleh Perusahaan.
(9) Pekerja yang tidak masuk kerja karena sakit atau karena alasan lain yang dapat diterima
perusahaan, wajib memberitahukan kepada atasannya selambat-lambatnya pada hari
kerja berikutnya apabila ketidakhadiran karena Sakit selama 2 (dua) hari kerja atau lebih,
pekerja diwajibkan membawa Surat Keterangan Dokter pada kesempatan pertama
setelah masuk kerja kembali, dan atau hal-hal lain yang dipandang perlu.
(10) Pekerja yang meninggalkan pekerjaan tanpa izin dari perusahaan atau tidak dengan
surat-surat yang dapat diterima oleh perusahaan dianggap mangkir.
(11) Jika didapati ada unsur kesengajaan penyalahgunaan kepentingan, maka dapat
dikatagorikan sebagai pelanggaran tata tertib perusahaan.
(12) Pekerja harus bersedia menandatangani surat pernyataan pada saat ditugaskan training
oleh perusahaan bagi kategori pelatihan yang telah ditetapkan.
(13) Pekerja harus mentaati dan mematuhi kode etik Bisnis sesuai Kode Etik Bisnis yang
tertuang dalam Kebijaksanaan System dan Prosedur Perusahaan.
Pasal 44
Perhitungan Masa Kerja
(1) Bagi pekerja yang berstatus pekerja tetap, masa kerja dihitung sejak tanggal pekerja
tersebut diangkat sebagai pekerja tetap.
(2) Bagi pekerja yang berstatus tidak tetap, masa kerja dihitung sejak tanggal
ditandatanganinya surat kesepakatan kerja dan berakhir sesuai berakhirnya kesepakatan
kerja tersebut.
(3) Masa kerja untuk memperhitungkan cuti besar dan penghargaan atas masa kerja adalah
masa kerja aktif dengan status pekerja tetap secara terus-menerus.
Pasal 45
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
(1) Pengusaha dan pekerja berusaha dengan segala upaya mengusahakan agar tidak terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK), dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan
kerja akan dirundingkan oleh pengusaha dan pekerja yang bersangkutan dengan
mengindahkan peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku.
(2) PHK dapat terjadi karena sudah tidak bisa dilanjutkannya lagi ikatan dalam hubungan
kerja antara pengusaha dengan pekerja oleh karena sebab-sebab tertentu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Sebab-sebab tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya PHK dimaksud pada ayat (2)
di atas antara lain :
a. Pekerja masih dalam masa percobaan kerja;
b. Pekerja mengajukan pengunduran diri;
c. Berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu;
d. Pekerja mencapai usia pensiun;
e. Pekerja meninggal dunia;
f. Pelanggaran terhadap peraturan di perusahaan;
g. Pekerja melakukan tindak pidana;
h. Perusahaan mengalami perubahan status, penggabungan, peleburan, atau perubahan
kepemilikan perusahaan;
i. Perusahaan tutup;
j. Perusahaan pailit;
k. Perusahaan melakukan efisiensi;
l. Terjadinya keadaan memaksa (force majeur).
(4) Dalam hal terjadi PHK, pengusaha akan membayar uang pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
(5) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak terdiri atas upah/gaji pokok dan
segala bentuk tunjangan yang bersifat tetap.
(6) Pekerja yang telah menerima PHK dari perusahaan, selanjutnya wajib untuk
mengembalikan kepada pengusaha atas segala properti atau alat kerja milik perusahaan
yang dipercayakan kepada pekerja sebelumnya dalam keadaan baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya.
(7) Pekerja yang telah menerima PHK namun masih memiliki kewajiban utang piutang
dalam perusahaan, maka pekerja harus menyelesaikan kewajiban tersebut sebelum
meninggalkan perusahaan.
(8) Apabila pekerja dimaksud ayat (7) di atas belum juga bersedia memenuhi kewajiban
utang piutang dalam perusahaan sampai batas waktu yang ditentukan, maka pengusaha
berhak untuk memperhitungkan beban kewajiban pekerja terhadap uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan atau uang penggantian hak yang akan diterima pekerja
tersebut.
(9) Apabila beban kewajiban pekerja belum cukup ditutupi dari pembayaran uang pesangon,
uang penghargaan masa kerja, dan atau uang penggantian hak yang akan diterima
pekerja dimaksud ayat (7) di atas, maka pekerja tetap harus melunasi sisa beban utang
piutang sebelum pekerja meninggalkan perusahaan.
(10) Pelaksanaan ketentuan PHK di perusahaan tetap berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 46
Uang Pesangon
(1) Ketentuan uang pesangon dan hak-hak pekerja yang di PHK diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan ketenaga-kerjaan yang berlaku dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan.
(2) Perhitungan uang pesangon dimaksud ayat (1) di atas adalah sebagai berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan
upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan
upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan
upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan
upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan
upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan
upah;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan)
bulan upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
Pasal 47
Uang Penghargaan Masa Kerja
(1) Ketentuan uang penghargaan masa kerja dan hak-hak pekerja yang di PHK diberikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan ketenagakerjaan yang berlaku dengan
memperhatikan kemampuan perusahaan.
(2) Perhitungan uang penghargaan masa kerja dimaksud ayat (1) di atas adalah sebagai
berikut:
a. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan
upah.
b. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga)
bulan upah.
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4
(empat) bulan upah.
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahun lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima)
bulan upah.
e. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun,
6 (enam) bulan upah.
f. Masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu)
tahun, 7 (tujuh) bulan upah.
g. Masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat)
tahun, 8 (delapan) bulan upah.
h. Masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah.
Pasal 48
Uang Penggantian Hak
Uang penggantian hak sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat (4) di atas meliputi :
Pasal 49
Uang Pisah
(1) PHK karena mengundurkan diri secara sukarela dan pelanggaran kesalahan berat hanya
mendapat uang pisah apabila pekerja bersangkutan dalam tugas dan fungsinya tidak
mewakili kepentingan perusahaan secara langsung.
(2) Uang pisah dimaksud ayat (1) di atas diatur sebagai berikut:
- Masa kerja 5 tahun tetapi kurang dari 8 tahun : 1 kali bulan upah
- Masa kerja 8 tahun tetapi kurang dari 11 tahun : 2 kali bulan upah
- Masa Kerja 11 tahun tetapi kurang dari 14 tahun : 3 kali bulan upah
- Masa Kerja 14 tahun tetapi kurang dari 17 tahun : 4 kali bulan upah
- Masa Kerja 17 tahun tetapi kurang dari 20 tahun : 5 kali bulan upah
- Masa Kerja 20 tahun tetapi kurang dari 23 tahun : 6 kali bulan upah
- Masa Kerja 23 tahun tetapi kurang dari 26 tahun : 7 kali bulan upah
- Masa Kerja lebih dari atau sama dengan 26 tahun : 10 kali bulan upah
Pasal 50
Surat Keterangan Pengalaman Kerja
Pengusaha akan menerbitkan surat keterangan pengalaman kerja kepada pekerja yang
hubungan kerjanya telah berakhir dengan perusahaan sepanjang pekerja telah mengikuti
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perusahaan
BAB X
LAIN – LAIN
Pasal 51
Penyelesaian Keluh Kesah Pekerja
(1) Keluh kesah pekerja atas hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan ketentuan
ketenagakerjaan lainnya yang berlangsung di perusahaan, hendaknya tetap diupayakan
untuk diselesaikan secara musyawarah dengan atasan langsung.
(2) Apabila keluh kesah belum dapat diselesaikan sesuai maksud ayat (1) di atas, maka upaya
akan diteruskan kepada penyelesaian bipartit dengan para pihak terkait untuk mencari
solusi permasalahan.
(3) Apabila para pihak tetap tidak mampu menemukan solusi dimaksud ayat (2) di atas, maka
salah satu pihak dapat menyampaikan persoalan kepada instansi/lembaga yang berwenang
untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.
Pasal 52
Penutup
(1) Hal-hal yang belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur kemudian
dengan mendapat pengesahan dari instansi yang membidangi ketenagakerjaan.
(2) Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak disahkan oleh instansi yang
bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.
(3) Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun sejak disahkan.
(4) Dalam hal diperlukan, perusahaan dapat mengeluarkan Peraturan Pelaksana dari
Peraturan Perusahaan sepanjang ketentuan tidak bertentangan dengan Peraturan
Perusahaan ini dan peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Persyaratan kerja lainnya yang perlu dan belum tercantum dalam Peraturan Perusahaan
ini tunduk kepada peraturan perundangan yang berlaku.
(6) Apabila dalam Peraturan Perusahaan ini terdapat isi pasal-pasal yang syarat-syarat
kerjanya kurang atau bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka
isi pasal-pasal tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(7) Peraturan Perusahaan ini diperbanyak dan dibagikan kepada masing-masing pekerja
untuk diketahui dan dilaksanakan.
……………………………………..
Wakil Pekerja