Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

SLAKE DURABILITY TEST


ASTM D 4644
4.1. Dasar Teori

Uji Slake Durability adalah suatu pengujuan yang bertujuan untuk


melihat pengaruh pelapukan terhadap batuan. Namun, mekanisme yang
terlibat di dalam uji slake durability belum benar-benar dipahami.
Mekanisme pergerakan batuan di dalam apparatus telah dimengertu,
namun efek dari pelapukan masih belum diketahui. Franklin dan Chandra
mengindikasikan bahwa mekanis yang terdapat di dalam uji durabilitas
adalah akibat adanya pertukaran ion dan tekanan kapiler. Dengan durasi
tes yang hanya berlangsung selama 10 menit, proses pembasahan mungkin
hanya terjadi dibeberapa bagian batuan, terutama di permukaan, tapi
dengan kecepatan rotasi dan ketinggian air maka hampir seluruh bagian
batuan menjadi basah.

Saat Batuan menjadi lebih jenuh, porositas batuan meningkan,


dimana menyebabkan tekanan kapiler meningkat pada sampel dan
menimbulkan retakan. Karena meningkatnya kadar air di dalam pori,
terbentuklah retakan pada batuan yang mengakibatkan batuan mengalami
pelapukan. Namun di dalam uji slake durability, batuan tidak hanya
mendapat perlakuan basah dan kering, namun juga mekanisme yang
diakibatkan rotasi drum juga ikut terlibat. Pengaruh rotasi drum masih
belum diketahui. Jadi tujuan utama dari uji slake durability hanyalah untuk
menentukan indeks durabilitas slake tanpa mengetahui mekanisme apa saja
yang bekerja pada batuan.
Perhitungan indeks durabilitas slake (siklus kedua), dapat dinyatakan
:
Dimana :

Id(2) = Indeks durabilitas slake (siklus kedua) (%)

B = Massa drum + massa specimen kering sebelum siklus pertama (g)

WF = Massa drum + massa specimen kering setelah siklus kedua (g)

C = Massa drum (gram)

Dari hasil perhitunga Indeks durabiitas slake, maka indeks


kekuatan specimen batuan dapat ditentukan bedasarkan tabel berikut:
Tabel 4.1. Klasifikasi indeks durabilitas slake (Goodman,1980)
Indeks durabiltas Indeks durabilitas
Golongan
slake siklus 1 (%) slake siklus 2 (%)
Durabilitas sangat tinggi > 99 > 98
Durabilitas tinggi 98 – 99 95 – 98
Durabilitas menengah
95 – 98 85 – 95
tinggi
Durabilitas menengah 85 – 95 60 – 85
Durabilitas rendah 60 – 85 30 – 60
Durabilitas sangat rendah < 60 < 30

4.2. Alat Dan Bahan

Alat

 Slake durability apparatus


 Neraca ohaus
 Stopwatch
 Oven
Bahan
 Sampel batuan
4.3. Prosedur Kerja

1. Sampel batuan diletakan di dalam batuan yang terdiri dari dua set
drum dengan panjang 100 mm dan diameter 140 mm
2. Dua drum akan berotasi di air yang ketinggiannya sekitar 20 mm
dibawah sumbu drum.
3. Rotasi dijalankan oleh mesin yang dapat memutar drum dengan
kecepatan 20 rpm selama 10 menit
4. Sepuluh butir batuan, masing-masing dengan massa 40-60 g, diletakan
di dalam drum.
5. Setelah dilakukan slaking selama 10 menit, sampel batuan kemudian
dikeringkan di dalam oven denga temperature 105OC dengan durasi 2
-6 jam.
6. Terakhir ukur massa sampel yang telah dikeringkan untuk
memperoleh indeks durabilitas batuan pada siklus pertama. Tes
dilakukan di dalam dua siklus, dimana massa sampel setelah melalui
perlakuan basah-kering dapat ditentukan.

4.5. Hasil Perhitungan

 Batuan pertama siklus pertama


Diketahui : - Berat Sampel : 265 gram
- Berat Drum : 152 gram

Wd+si – Wd
Ids =
Wd+s – Wd

416 – 152
Ids =
417 – 152

Ids = 0,9962 = 99,62 %


 Batuan kedua siklus kedua
Diketahui : - Berat Sampel : 231 gram
- Berat Drum : 152 gram

Ids(2) = [(WF – C)/(B – C)] x 100


Ids(2) = [(380 – 152)/(383 – 152)] x 100
Ids(2) = 98,70 %

4.6. Pembahasan

Data yang didapat dari hasil pengujian slake durability didapat


hasil perhitungan dari siklus pertama Ids = 99,62 %, bernilai durabilitas
very high durability dan siklus kedua Ids(2) = 98,70 %, bernilai durabilitas
very high durability. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa
batuan yang diuji memiliki tingkat pelapukan yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai