Anda di halaman 1dari 17

Mekanika Batuan

Sifat Fisik dan Sifat Mekanika Batuan

Disusun Oleh:

Fajar. K. Rohmala

2014-69-004

Program Studi S1 Teknik Geologi

Jurusan Teknik Geologi

Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan

Universitas Papua

Manokwari

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan dari makalah ini adalah :
Jelaskan sifat fisik dan sifat mekanika batuan?
Mengetahui sifat-sifat fisik dan sifat mekanika batuan?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan

Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika


batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void ratio.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan
nisbah poisson.
Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun lapangan (in-
situ). Penentuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap sampel yang
diambil di lapangan. Satu sampel dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat
batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian
tanpa merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat
mekanik batuan yang merupakan pengujian merusak(destructive test) sehingga
sampel batuan hancur.

2.2 Sifat Fisik Batuan


Menentukan sifat fisik batuan di laboratorium terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu :
a. Pembuatan sampel
1) Di laboratorium
Pembuatan sampel di laboratorium dilakukan dari blok batuan yang diambil
dari lapangan dan telah dihancurkan. Kemudian dicampurkan dengan semen dan
dicetak dalam bentuk silinder. Sampel yang dihasilkan mempunyai diameter pada
umumnya antara 50-60 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran
sampel dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran yang telah di tentukan
tergantung dari maksud uji.
2) Di lapangan
Hasil pemboran inti ke dalam massa batuan yang akan berupa sampel inti
batuan dapat digunakan untuk uji di laboratorium dengan syarat tinggi sampel
dua kali diameternya. Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter
dan tingginya, kemudian dihitung luas permukaan dan volumenya.

Setelah penghitungan tinggi, diameter, luas dan volumenya, kemudian mulai


pada tahap pengujian seperti :
b. Penimbangan berat sampel
1) Berat asli (natural) : Wn
2) Berat kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur kurang lebih 100o C) : Wo
3) Berat jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww
4) Berat jenuh + berat air + berat bejana : Wb
5) Berat jenuh di dalam air : Ws = (Wa Wb)
6) Volume sampel tanpa pori-pori : Wo Ws
7) Volume sampel total : Ww - Ws
c. Sifat fisik batuan
Wn
1) Bobot isi asli = WwWs

..(2.1.)
W0
2) Bobot isi kering = WwWs

..(2.2.)
Ww
3) Bobot isi jenuh = WwWs .........

(2.3.)
Wo
4) Berat jenis semu = WwWs / bobot isi air ..

(2.4.)
Wo
5) Berat jenis asli................................= WoWs / bobot isi air

.(2.5.)
WnWo
x
6) Kadar air asli = Wo 100 % .........

...(2.6.)
WwWo
x 100
7) Saturated water content = Wo ............

(2.7.)
WnWo
x 100
8) Derajat kejenuahan = WwWo

(2.8.)
WwWo
x 100
9) Porositas (n) = WwWs

(2.9.)
n
10) Voidratio (e) = 1n ......

(2.10.)
(Kramadibrata, dkk, 2000)
Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah
dilakukan pengujian tanpa melakukan pengrusakan. Setelah batuan selesai dipreparasi
kemudian setiap sample yang diperoleh diukur diameter dan tingginya kemudian
dihitung luas permukaan dan volumenya. Adapun sifat fisik pada batuan meliputi :

1. Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan.
Bobot isi berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume batuan.
b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
batuan.
c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan volume
batuan.
2. Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air.
Spesific gravity dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan
dengan bobot isi air.
b. True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan dengan
bobot isi air.
3. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan
dengan berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi :

a. Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam batuan
dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
b. Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam batuan
dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
4. Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori atau rongga
batuan terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam %.

5. Angka Pori
Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan
dengan volume batuan.

6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air
jenuh yang dinyatakan dalam %.

(Ahlizar, 2014)

2.3 Sifat Mekanik Batuan


Batuan memiliki sifat mekanik yang dilakukan dengan merusak, dimana
dalam menentukan sifat mekanik batuan di laboratorium dilakukan beberapa
pengujian, seperti :

a. Uji Kuat Tekan Uniaksial


1) Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan
sampel batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran
tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak
searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh
dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit sampel, sehingga bentuk
pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan
berbentuk kerucut cone.

Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi


nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d <
2,5. Semakin besar maka kuat tekannya bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh
persamaaan dibawah ini.

a) Menurut ASTM : C (l = d) = C ............................(2.11.)


0,222
l/d
0,788 +
...(2.12.)

b) Menurut Proto Diakonov : C (l = 2d) = C...(2.13.)

8 C
2
7
l/d
(2.14.)
Dengan C kuat tekan batuan.
l
d
Makin besar , maka kuat tekannya akan bertambah kecil.

*Sumber : Eucalypto. 2014

Gambar 2.1. Perubahan Sampel


Persamaan umum kuat tekan (tegangan)
F

A

...(2.15.)

Keterangan :

D = Diameter (m)

l = Panjang (m)


= Tegangan (N/m2)

F = Besarnya gaya yang bekerja pada percontohan batuan pada saat


terjadi keruntuhan (failure) sehingga pada grafik merupakan
keadaan yang paling puncak (N).

A = Luas penampang percontohan batuan yang diuji (m2)


2) Batas Elastis
Plastisitas adalah karakteristik batuan yang membuat regangan
(deformasi) permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur (failure).
Perilaku batuan dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika tidak terjadi
deformasi permanen jika suatu tegangan dibuat nol.
Pada tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva berbentuk landai dan
tidak linier yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh batuan
dipergunakan untuk menutup rekahan awal (pre exiting cracks) yang
terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva menjadi linier sampai batas
tegangan tertentu, yang kita kenal dengan batas elastis lalu terbentuk
rekahan baru dengan batas elastis perambatan stabil sehingga kurva tetap
linier. Sesudah batas elastis dilewati maka perambatan rekahan menjadi
tidak stabil, kurva tidak linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan
akan hancur. Titik hancur ini menyatakan kekuatan batuan.
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur
pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu
titik tertentu, Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis
singgung pada daerah linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai
puncak (peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu
tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis C.

c
l
a
E

l d

a
l a

li ai
*Sumber : Rasidah, 2010

Gambar 2.2. Kurva Tegangan-Regangan

Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur


pada saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu
titik tertentu, titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis
singgung pada daerah linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai
puncak (peak). Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu
tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis C.

3) Modulus Young
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan
antara selisih tegangan aksial () dengan selisih tegangan aksial (o),
yangdiambil pada perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial
dihitung pada rata-rata kemiringan kurva dalam kondisi linier, atau bagian
linier yang terbesar di kurva sehingga didapat nilai Modulus Young rata-rata
dalam hubungan sebagai berikut :
*Sumber : Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014: hal 12

Gambar 2.3. Kurva Pengambilan Nilai dan a

4) Possions Ratio
Harga poissons ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan
antara regangan lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar
i. Harga tegangan sebesar i yang diukur pada titik singgungantara grafik
tegangan volumetrik dengan garis sejajar sumbu tegangan aksial pada saat
regangan grafik volumetrik mulai berubah arah.

Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan


aksial didapat nilai i. Melalui titik i buat garis tegak lurus ke sumbu
tegangan aksial, sehingga memotong kurva regangan aksial dan
lateral.Kemudian masing-masing titik potong tersebut diproyeksikan tegak
lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga didapatkan nilai ai dan
li.

Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya


poissons ratio dalam hubungan sebagai berikut :

li
v
ai i
, pada tegangan .(2.16.)
*Sumber : Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014: hal 13

Gambar 2.4. Pengambilan Nilai ai dan li

b. Uji Kuat Tarik Tak Langsung


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength)
dari percontoh batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan
adalah mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan.
Kuat tarik :

P
t
= RH

*Sumber : Eucalypto, 2014

Gambar 2.5. Pengujian Kuat Tarik (Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014)
c. Uji Point Load
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara
tak langsung di lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak
beraturan.

P 1,1+ 0,05

Axial test
*Sumber : Kramadibrata, dkk, 2000 : hal 37

Gambar 2.6. Bentuk Sampel Batu Untuk Point Load Test

d. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam
mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial.
Percontoh yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada
pengujian kuat tekan.

*Sumber : Eucalypto. 2014


Gambar 2.7. Kondisi Tekanan Pada Pengujian Triaksial

Dari hasil uji triaksial dapat ditentukan :


1) Strength envelope (kurva intrinsik), yaitu kurva yang menunjukan kekuatan
batuan terhadap tahanan batuan yang berada di atasnya dimana terdapat
kohesi dan sudut geser dalam sebagai parameter keruntuhan batuan.
mpang tegak Pembebanan
punch shear sampel

2) Kuat geser (shear strength), yaitu gaya tahanan internal yang bekerja per
satuan luas masa batuan untuk menahan keruntuhan atau kegagalan sepanjang
bidang runtuh dalam masa batuan tersebut.
3) Sudut geser dalam (), yaitu sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan.
Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material
dikenai tegangan atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya.
4) Kohesi (C), yaitu gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika
kekuatan gesernya makin besar.
e. Uji Punch Shear
Uji ini untuk mengetahui kuat geser dari sampel batuan secara langsung.
Sampel berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan alat uji punch
dengan tebal t dan diameter d.
Sesudah sampel dimasukkan ke dalam alat uji punch shear kemudian
1
ditekan dengan mesin tekan sampai sampel pecah (P).
Dari percobaan terhadap sampel yang dilakukan maka didapatlah
persamaannya, yaitu :
P
2
Kuat geser (shear strength) .d.t kg/cm
t ..

(2.17.)
*Sumber : Kramadibrata, dkk, 2000 : hal 40

Gambar 2.8. Uji Punch Shear

f. Uji Sudut Geser Langsung


Uji ini untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal
tertentu. Dari hasil uji dapat ditentukan:
1) Garis coulomb`s shear strength
2) Kuat geser (shear strength)
3) Sudut geser dalam ()
4) Kohesi (C)
(Kramadibrata, dkk, 2000)
g. Uji Terhadap Gelombang Ultrasonik
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik dilakukan untuk
menentukan cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh
batuan. Pada uji ini, waktu tempuh gelombang primer yang merambat melalui
contoh batuan diukur dengan menggunakan Portable Unit Non-destructive
Digital Indicated Tester (PUNDIT).
L
Vp
= t p ..

(2.18.)
Vp = Waktu tempuh gelombang ultrasonic primer (detik)
L = Panjang contoh batuan yang diuji (m)
tp = Cepat rambat primer atau tekan (m/detik)

Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan


dipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitu ukuran butir dan bobot isi, porositas dan
kandungan air, temperatur kehadiran bidang lemah.
*Sumber : http://www.aea.gov.lk

Gambar 2.9. Pengujian Cepat Rambat dengan PUNDIT


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah ini yaitu tentang Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan, dapat
disimpulkan bahwa sifat-sifat ini merupakan hal yang utama dalam penentuan suatu
sifat batuan, karena pada konsepnya, penentuan sifat-sifat ini dapat diketahui dengan
cara pengujian di laboratorium dengan bantuan alat-alat sesuai dengan kebutuhan dan
sifat fisik yang akan diketahui dari sebuah sampel batuan yang diambil dari lapangan
secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai