Anda di halaman 1dari 8

JURNAL TEKNIK POMITS

Studi Perilaku Gedung Bertingkat Tinggi Dengan


Sistem Struktur Frame Tube
Angga Ramanda Putra, I Gusti Putu Raka, Bambang Piscesa.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: ramanda.anggaputra@gmail.com, raka@ce.its.acid, piscesa@ce.its.ac.id

Abstrak - Semakin tinggi tingkat sebuah gedung, semakin saat ini banyak sistem-sistem yang dirancang untuk gedung
kompleks juga hal-hal yang harus diperhatikan dalam desain, bertingkat tinggi, seperti rigid frame, truss/braced frame,
khususnya pada sistem penahan beban lateral. Salah satu sistem infilled frame, shear wall structures, coupled shear wall
penahan lateral gedung bertingkat tinggi adalah frame tube structures, wall frame, core structures, outrigger, tubular
yang merupakan sistem struktur paling ekonomis diantara structures. Sistem struktur yang digunakan untuk gedung
kelompok sistem tube lainnya,seperti braced tube, bundled tube, bertingkat tinggi lebih kompleks daripada sistem struktur
tube in tube. Sistem tube sendiri adalah sebuah sistem struktur untuk gedung bertingkat rendah, sistem struktur bertingkat
dengan jarak– jarak kolom pada perimeter yang relatif rapat
rendah dan jika memiliki denah yang beraturan masih dapat
dan dihubungkan oleh balok tinggi sebagai elemen struktur
penahan lateral sehingga dapat bersifat sebagai vertical hollow dilakukan perhitungan dengan static ekivalen, namun untuk
cantilever. Dalam hal ini perlu dilakukan studi sistem struktur bentuk gedung yang tidak beraturan dan memiliki tingkat
mana yang lebih kaku dalam menahan beban lateral serta yang lebih tinggi harus disertai analisis dinamis baik linear
sistem struktur yang efisien apabila digunakan dalam desain maupun non linier.
gedung-gedung bertingkat tinggi.Tulisan ini akan membahas Dengan berkembangnya bidang ilmu infrastruktur,
secara lengkap perilaku gedung bertingkat tinggi dengan sistem pengaplikasian sistem struktur frame tube dan dapat menjadi
struktur frame tube yang kemudian akan dibandingkan dengan alternatif desain yang sesuai untuk mengatasi masalah
perilaku sistem struktur yang umum digunakan gedung
bangunan gedung bertingkat tinggi. Sistem struktur frame
bertingkat tinggi di Indonesia yaitu sistem ganda dengan
dinding geser yang menggunakan objek gedung Grand
tube adalah salah satu sistem penahan beban lateral
Dharmahusada Lagoon yang memiliki jumlah lantai sebanyak
42 lantai sebagai objek studi sehingga didapatkan kesimpulan 1.2 Rumusan Masalah
sistem struktur mana yang lebih kaku dan efisien untuk gedung Masalah utama yang akan dibahas adalah bagaimana
bertingkat tinggi. melakukan studi perilaku bangunan bertingkat tinggi dengan
menggunakan sistem struktur frame tube.Terdapat beberapa
Kata Kunci— Gedung Bertingkat Tinggi, Beban Lateral, detail permasalahan yang akan dibahas, yakni sebagai
Perilaku Sistem Sruktur, Frame Tube, Sistem Ganda dengan berikut:
Dinding Geser. 1. Bagaimana cara melakukan permodelan struktur
gedung bertingkat tinggi dengan sistem struktur frame
I. PENDAHULUAN tube dan sistem ganda dengan dinding geser
menggunakan program bantu ETABS ?
1.1 Latar Belakang 2. Bagaimana merencanakan dimensi awal atau

P ESATNYA pertumbuhan jumlah penduduk dan


terbatasnya jumlah lahan untuk dijadikan tempat tinggal
menjadi pemicu utama dalam perkembangan
preliminary design sistem struktur frame tube yang
meliputi pelat, balok induk, balok anak, balok tinggi di
seluruh perimeter bangunan, dan kolom ?
infrastruktur di suatu perkotaan. Tingginya harga lahan untuk 3. Bagaimana merencanakan pembebanan statis dan
tempat tinggal di perkotaan, keinginan yang tinggi pada pembebanan dinamis yang meliputi beban angin dan
masyarakat untuk tetap tinggal di daerah perkotaan, serta beban gempa yang akan digunakan untuk studi pada
usaha untuk mempertahankan luas lahan yang digunakan sistem struktur frame tube maupun sistem ganda dengan
untuk dinding geser ?
agrikultural, mendesak pemukiman di wilayah perkotaan 4. Bagaimana parameter perilaku struktur frame tube dan
harus membangun sistem ganda yang meliputi displacement,base shear,
gedung-gedung bertingkat tinggi untuk mengatasai masalah drift berdasarkan pada peraturan atau standarisasi yang
tempat tinggal masyarakat perkotaan. Pada saat ini, berlaku?
perkembangan serta pertumbuhan teknologi dan ilmu 5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat beban
pengetahuan di bidang teknik sipil khususnya di teknik angin di tiga jenis eksposure yang berbeda ?
gedung bertingkat tinggi tumbuh dengan pesat sehingga dapat 6. Bagaimana perbandingan dampak yang ditimbulkan
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah ketersediaan tempat terhdap masing-masing sistem struktur terhadap beban
tinggal di daerah perkotaan dengan membangun gedung- angin dan gempa ?
gedung bertingkat tinggi. Gedung bertingkat tinggi 7. Bagaimana pengaruh H balok tinggi pada sistem frame
menggunakan material yang biasa digunakan yaitu beton, tube?
baja, komposit 8. Bagaimana perbandingan volume beton dan volume
Semakin bertambah tinggi suatu gedung, maka tulangan untuk menentukan efisiensi dari kedua sistem
semakin rentan pula terhadap stabilitas terhadap beban lateral struktur ?
seperti angin dan gempa. Oleh karena itu, gedung bertingkat 9. Bagaimana pengaruh jarak antar kolom terhadap shear
tinggi perlu menggunakan sistem yang memadai agar lag pada sistem frame tube ?
stabilitas lateral gedung bertingkat tinggi tetap terjaga. Pada
1.3 Tujuan Buildings and Urban Habitats (CTBUH) menetapkan
Tujuan utama yang akan dicapai dalam studi perilaku ketinggian 200m, 300m dan 600m sebagai ambang batas
bangunan bertingkat tinggi dengan menggunakan sistem untuk status "tinggi", "super tinggi" dan "tinggi
struktur frame tube.Terdapat beberapa detail tujuan yang sekali"(CTBUH,2010). Dari sudut pandang teknik struktural,
akan dibahas, yakni sebagai berikut: ketika bangunan bertingkat tinggi menjadi lebih tinggi dan
1. Melakukan permodelan struktur gedung bertingkat lebih ramping, desain mereka menjadi semakin (dan
tinggi dengan sistem struktur frame tube dan sistem fundamental) dipengaruhi oleh faktor perilaku spesifik,
ganda dengan dinding geser menggunakan program sebaliknya berbeda jauh dan kurang signifikan untuk
bantu ETABS bangunan yang lebih pendek.
2. Merencanakan dimensi awal atau preliminary design
sistem struktur frame tube yang meliputi pelat, balok 2.5 Sistem Struktur Tube
induk, balok anak, balok tinggi di seluruh perimeter Sistem struktur ini memiliki prinsip kerja seperti
bangunan, dan kolom vertical kantilever hollow. Sistem ini dapat dibangun dengan
3. Merencanakan pembebanan statis dan pembebanan bahan material baja, beton, atau komposit. Sistem struktur ini
dinamis yang meliputi beban angin dan beban gempa tersusun atas kolom-kolom eksterior pada perimeter
yang akan digunakan untuk studi pada sistem struktur bangunan yang memiliki jarak yang relatif rapat. Kolom-
frame tube maupun sistem ganda dengan dinding geser kolom ini dihubungkan oleh balok tinggi (Rahul & Kumara,
4. Mengetahui parameter perilaku struktur frame tube dan 2017). Kolom-kolom yang dihubungkan balok tinggi ini
sistem ganda yang meliputi displacement,base shear, membentuk sebuah rigid frame yang sangat kaku dan seolah-
drift berdasarkan pada peraturan atau standarisasi yang olah membentuk sebuah dinding struktur yang kuat di
berlaku sepanjang eksterior gedung. Sistem struktur tubular ini
5. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat beban memiliki 4 jenis,yaitu Frame tube, Tube in tube, Braced
angin di tiga jenis eksposure yang berbeda Tube, Bundled Tube. Frame Tube adalah salah satu dari 4
6. Mengetahui perbandingan dampak yang ditimbulkan jenis sistem struktur tubular yang paling sering digunakan
terhdap masing-masing sistem struktur terhadap beban sebagai sistem penahan beban lateral pada sebuah gedung
angin dan gempa karena lebih ekonomis dibandingkan dengan jenis sistem tube
7. Mengetahui pengaruh H balok tinggi pada sistem frame lainnya (Naik & Chandra, 2017)
tube
8. Mengetahui perbandingan volume beton dan volume 2.5.1 Frame Tube
tulangan untuk menentukan efisiensi dari kedua sistem Frame tube adalah salah satu jenis sistem struktur tubular
struktur yang perimeter eksteriornya tersusun atas kolom-kolom
9. Mengetahui pengaruh jarak antar kolom terhadap shear dengan jarak antarkolom yang relatif dekat dan diikat atau
lag pada sistem frame tube dihubungkan dengan balok . Sistem ini bekerja sangat efektif
dengan memiliki prinsip kerja sebagai vertical hollow
1.4 Batasan Masalah cantilever. Frame tube dapat diartikan sebagai sistem tiga
Batasan masalah dalam penulisan tugas akhir ini, dimensi yang dibangun di keseluruhan perimeter eksterior
yakni sebagai berikut: gedung untuk menahan beban lateral.
1. Tidak membahas detail penulangan keseluruhan Salah satu cara agar membuat sistem ini bekerja layaknya
elemen-elemen struktur dinding struktur yang mengelilingi bangunan gedung sebagai
2. Tidak melakukan analisis pushover sistem penahan beban lateral adalah dengan meletakkan
3. Tidak merencanakan detailing struktur bangunan bawah kolom-kolom pada bagian perimeter eksterior gedung
berdekatan satu sama lain dan diikat atau dihubungkan oleh
1.5 Manfaat balok tinggi. Di dalam pelaksanaannya jarak antar kolom
Manfaat yang diharapkan dari studi perilaku gedung pada sistem frame tube ini adalah 2-4 m, sedangkan untuk
bertingkat tinggi dengan sistem struktur frame tube : tinggi dari balok tinggi (Lavanya & Sridhar,2017).
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk
perencanaan gedung tinggi menggunakan sistem
struktur frame tube.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas beberapa jurnal
dan textbook yang akan menjadi dasar teori dan penunjang
dalam studi perbandingan perilaku bangunan bertingkat
tinggi dengan sistem frame tube dan perencanaan ulang
gedung apartemen Grand Dharmahusada Lagoon dengan
sistem struktur frame tube . Pada studi ini diperlukan tinjauan
khusus terhadap sistem struktur frame tube dan untuk
mengetahui sistem struktur mana yang lebih kaku digunakan
untuk bangunan bertingkat tinggi..

2.2 Gedung Bertingkat Tinggi


Sebuah bangunan dapat dikategorikan sebagai "tinggi"
berdasarkan ketinggian absolutnya, tinggi relatifnya terhadap
sekitarnya, atau kelangsingannya. The Council on Tall
III. METODOLOGI

Gambar 4.1 Denah Frame Tube

4.2 Pembebanan
 Beban Mati Tambahan (Super Dead Load)
Pembebanan Beban mati tambahan pada pelat lantai terdiri dari :
 Adukan finishing : 0,21 kN/m3
 Tegel : 0,24 kN/m2
 Plafond : 0,11 kN/m2
 Penggantung : 0,07 kN/m2
 Plumbing + ducting : 0,30 kN/m2
Beban mati tambahan pada balok terdiri dari :
 Dinding ½ bata : 250 kg/m2

2. Beban Hidup
Lantai atap : 1 kN/m2
Lantai apartemen : 2,5 kN/m2
3. Beban Gempa
Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap gempa
berdasarkan SNI 1726:2012

4.3 Periode dan Modal Partisipasi Massa


Berdasarkan hasil analisa menggunakan software
ETABS, maka diperoleh periode alami struktur dan Modal
Participating Mass Ratio untuk sistem frame tube dan dual
sistem yang diperlihatkan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2

Tabel 4.1 Periode & Modal Partisipasi Massa Frame Tube


Periode
Mode UX UY RZ Arah
s
1 3.298 0.7196 0.0003 0 X
2 3.137 0.0003 0.7214 0 Y
3 2.063 0 0 0.7523 Torsi
4 1.148 0.1261 2.87E-05 0 X
5 1.095 0 0.1257 0 Y

IV. ANALISA & PEMBAHASAN Tabel 4.2 Periode & Modal Partisipasi Massa Dual Sistem
4.1 Deskripsi Frame Tube Periode
Mode UX UY RZ Arah
Pada model pertama, akan dimodelkan gedung dengan s
sistem struktur frame tube dengan jumlah 42 lantai dengan 1 5.172 0.6987 0 0 X
tinggi antarlantai sebesar 3,2 meter dan akan dilakukan
2 4.266 0 0.6189 0.0353 Y
preliminary design untuk permodelan menggunakan SNI
2847:2013. 3 3.571 0 0.029 0.6886 Torsi
Secara umum, pada Gambar 4.1 bangunan ini dirancang 4 1.554 0.1354 0 0 X
dengan material beton bertulang dan memiliki ketinggian 5 1.195 0 0.035 0.0853 Torsi
total sebesar 134,4 meter. Permodelan struktur akan
dilakukan dengan software ETABS
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 4.1 dan Tabel menunjukkan simpangan masing-masing sistem struktur
4.2 diatas, periode pada mode 1 di kedua sistem struktur untuk arah X dan arah Y
menunjukkan bahwa sistem frame tube memiliki periode
yang lebih kecil daripada dual sistem , yaitu 3,298 detik
sedangkan dual sistem, 5,172 detik. Dengan demikian sistem
frame tube memiliki struktur yang lebih kaku daripada dual
sistem

4.4 Base Shear


Base Shear adalah sebuah cara untuk mengestimasi
besarnya beban horizontal secara statik yang terjadi pada
gedung apabila terkena beban lateral seperti beban angin dan
gempa.
Berikut adalah besarnya base shear yang dialami oleh
kedua sistem struktur frame tube dan dual sistem pada gempa
Surabaya dan gempa Aceh yang ditunjukan pada Tabel
4.3 sampai Tabel 4.5 Gambar 4.2 Displacement Arah X

Tabel 4.3 Perbandingan Base Shear Gempa Surabaya


Base Shear Frame Tube Dual Sistem
(kN) (kN)
EQ X 13174.1 11806.3
Statik
EQ Y 13174.1 11806.3
RS X 11438.42 9962.8
Dinamis
RS Y 11426.88 10107.8

Tabel 4.4 Perbandingan Base Shear Gempa Aceh

Base Shear Frame Tube Dual Sistem


(kN) (kN)
EQ X 22749.1 19143 Gambar 4.3 Displacement Arah Y
Statik
EQ Y 22749.1 19143
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada semua
RS X 196081.1 17013.7 arah,yaitu sumbu X dan Sumbu Y frame tube memiliki
Dinamis
RS Y 19464.38 16779.3 simpangan yang lebih kecil daripada simpangan yang
dimiliki dual sistem. Simpangan rata-rata baik arah X
Tabel 4.5 Perbandingan Base Shear Gempa Surabaya & maupun arah Y yang dihasilkan pada sistem frame tube 59%
Aceh lebih kecil daripada simpangan pada dual sistem. Dapat
disimpulkan karena memiliki nilai simpangan yang lebih
Base Shear Surabaya Aceh
kecil daripada dual sistem sistem frame tube memiliki
(kN) (kN)
struktur yang lebih kaku daripada dual sistem
EQ X 13174.1 22749.1
Statik
EQ Y 13174.1 22749.1 4.6 Drift
RS X 11438.42 196081.1 Berdasarkan SNI Pasal 7.12.1.1 simpangan antar
Dinamis lantai desain tidak boleh melebihi simpangan antar lantai ijin.
RS Y 11426.88 19464.38 Fungsi bangunan pada studi ini adalah apartemen yang
berada di kategori desain seismic D. Berikut detail drift dari
Besarnya base shear dapat menjadi sebuah indikasi bahwa sistem frame tube dan dual sistem Gambar 4.4 sampai
gedung tersebut : Gambar 4.7 berdasarkan gempa daerah Surabaya dan Aceh
1. Memiliki massa struktur yang besar ,
2. Memiliki kekakuan yang besar,
3. Semakin dekatnya lokasi gedung dengan daerah yang
rawan gempa.

4.5 Simpangan
Simpangan atau Displacement menjadi salah satu
parameter untuk mengukur tingkat kekakuan suatu sistem
struktur, semakin kecil simpangan yang dihasilkan, semakin
meningkat juga tingkat kekakuan suatu sistem struktur
tersebut. Simpangan sendiri adalah besarnya jarak
perpindahan suatu struktur dari keadaan diam dan
berdeformasi secara lateral akibat beban gempa atau angin.
Berikut pada Gambar 4.2 sampai Gambar 4.3 yang
Gambar 4.4 Drift Frame Tube Respons Spektrum Gambar 4.7 Drift Dual Sistem Respons Spektrum Aceh
Surabaya
Berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk beban
gempa daerah Surabaya, frame tube masih sangat memenuhi
syarat ijin drift karena memiliki rentang drift desain dan drift
ijin yang jauh memenuhi syarat,. Untuk dual sistem dengan
beban gempa daerah Surabaya, dual sistem memiliki nilai
drift yang sangat kritis mendekati drift ijin. Untuk beban
gempa daerah Aceh, drift desain frame tube masih memenuhi
syarat drift ijin sedangkan untuk dual sistem, baik untuk
beban gempa arah sudah melampaui syarat drift ijin.

4.7 Pengaruh Beban Angin Terhadap Bangunan


Bertingkat Tinggi
Angin merupakan salah satu beban lateral yang
harus ditinjau apabila merencanakan bangunan bertingkat
tinggi yang kurang lebih terhadap gedung yang memiliki
jumlah lantai diatas 30. ASCE 7-10 telah menetapkan
Gambar 4.5 Drift Dual Sistem Respons Spektrum standard untuk merencanakan beban angin terhadap struktur
Surabaya gedung, yaitu dengan membaginya kedalam tiga jenis
Eksposure, yaitu Eksposure B yaitu daerah perkotaan besar
dan daerah urban, Eksposure C yaitu daerah yang minim
gedung-gedung, kota-kota kecil, Eksposure D yaitu daerah
pantai, daerah dekat dengan lautan atau samudera dimana
rawan terjadi angin topan. Berikut adalah pengaruh angin
yang ditinjau pada simpangan yang dialami gedung yang
ditunjukkan Gambar 4.8 dan Gambar 4.9

Gambar 4.6 Drift Frame Tube Respons Spektrum Aceh

Gambar 4.8 Displacement sistem Frame Tube Akibat


Angin
Gambar 4.9 Displacement Dual Sistem Akibat Angin
Gambar 4.11 Displacement Arah Y Pengaruh H Balok
Tinggi
Berdasarkan hasil yang didapat, dapat ditarik
kesimpulan bahwa dampak yang ditimbulkan terhadap
4.9 Perbandingan Volume Beton dan Tulangan
gedung dalam hal ini displacement masing-masing sistem
Frame tube dan dual sistem memiliki perbedaan dari
struktur, baik frame tube dan dual sistem terbesar dialami
segi penggunaan elemen struktur yang diterapkan pada
pada daerah eksposur D, dilanjutkan dengan eksposur C, dan
bangunan sebagai sebuah sistem penahan beban lateral.
kemudian yang terkecil eksposur B. Dampak dari tiga jenis
Frame tube menggunakan elemen balok tinggi dan kolom-
eksposure terhadap displacement gedung, rata-rata kenaikan
kolom yang relatif rapat sehingga dapat menahan beban
nilai displacement dari eksposure B ke C dan ke D adalah
lateral, sedangkan dual sistem menggunakan elemen dinding
sebesar 11,4%. Lokasi gedung yang berada di dekat pantai,
geser yang memikul minimum 75% beban geser nominal dan
lautan, dan samudera lebih rentan terkena dampak beban
sistem rangka (kolom & balok) minimum memikul 25%
angin karena angin bergerak tanpa hambatan sehingga
beban geser nominal gempa.
dampak beban angin langsung diterima oleh bangunan yang
Dari penggunaan elemen struktur frame tube dan
berada di lokasi tersebut.
dual sistem memiliki perbedaan, sehingga perlu dilakukan
perbandingan volume beton dan volume tulangan. Dalam
4.8 Pengaruh H Balok Tinggi Terhadap Perilaku
studi ini, dilakukan hanya meninjau volume beton dan
Struktur Frame Tube
kebutuhan tulangan pada lantai 1 dimana elemen-elemen
Balok tinggi yang digunakan sistem frame tube
struktur di lantai 1 merupakan yang terbesar dari keseluruhan
adalah elemen utama dalam menahan gaya lateral bersama
lantai yang ditunjukkan pada Tabel 4.6 sampai Tabel 4.9.
dengan kolom-kolom dengan jarak relatif rapat dimana syarat
Tabel 4.6 Volume Beton Frame Tube
dimensi dari balok tinggi berdasarkan SNI 2847:2013 pasal
10.7 mensyaratkan bahwa balok tinggi memiliki rasio Elemen Volume (m3)
bentang dengan tinggi balok kurang dari sama dengan 4. Oleh Balok 157,14
sebab itu, akan dicoba 4 variabel tinggi balok , yaitu 1 m, 1,1 Kolom 292,24
m, 1,2 m, 1,3 m yang akan dilihat dampak yang diakibatkan
perubahan tinggi balok tinggi terhadap displacement Total 449,38
sebagaimana yang dapat dilihat pada gambar

Tabel 4.7 Volume Tulangan Frame Tube


As
Elemen
(mm2)
B1 96469.95
B2 44670.79
B3 75757.84
BA 6343.94
BK 20692.49
BL 11400.52
DB 400787.3
Kolom 2766266
Gambar 4.10 Displacement Arah X Pengaruh H Balok
Tinggi
Total 3422389

Tabel 4.8 Volume Beton Dual Sistem


Elemen Volume (m3)
Balok 127.6580333
Kolom 106.464
Shear Wall 89.5
Total 323,63

Tabel 4.9 Kebutuhan Tulangan Dual Sistem


As
Elemen
(mm2)
B1A 53023.55
B1B 149824.5
B1E 24109.18
B1F 179672.2
BA 87373.05
BK 10788.77
BK2 13427.77 Gambar 4.13 Model 2
BL 18019.02
LB 97186
SW1 15000
SW2 6000
Kolom 1214613
Total 1869037

Berdasarkan hasil perhitungan perbandingan


volume beton dan kebutuhan tulangan untuk respons
spectrum Surabaya pada lantai 1 masing- masing denah
sistem struktur menghasilkan bahwa sistem struktur frame
tube membutuhkan volume beton dan tulangan yang lebih
besar daripada dual sistem. Untuk volume beton frame tube
membutuhkan 1,38 kali lebih besar, sedangkan untuk Gambar 4.14 Grafik Shear Lag di bagian Web Model 1
tulangan, frame tube membutuhkan 1,83 kali lebih besar
daripada dual sistem.

4.10 Pengaruh Shear Lag Pada Gedung Bertingkat Tinggi


Dengan Sistem Struktur Frame Tube
Shear Lag menjadi masalah yang akan dihadapi
apabila menggunakan sistem struktur frame tube. Shear Lag
merupakan fenomena tidak meratanya distribusi beban lateral
pada kolom lantai dasar yang terjadi pada bagian web dan
flange. Dalam studi ini akan dilakukan permodelan struktur
dengan 2 macam model sesuai pada Gambar 4.12 dan
Gambar 4.13

Gambar 4.15 Grafik Shear Lag di bagian Flange Model 1

Gambar 4.12 Model 1

Gambar 4.16 Grafik Shear Lag di bagian Web Model 2


7. Untuk variable H=1000, H=1100, H=1200, H=1300
memiliki nilai displacement yang berturut-turut semakin
menurun seiring bertambahnya nilai H. Rata-rata
penurunan displacement setiap bertambah 100 cm adalah
18%
8. Perbandingan volume beton dan volume tulangan
Tabel 5.2 Perbandingan Volume Beton dan Tulangan
Sistem Struktur Volume Beton Tulangan
(m3) (mm2)
Frame Tube 449,38 3422388,85
Dual Sistem 323,63 1869037,01

Untuk volume beton frame tube membutuhkan 1,38 kali lebih


Gambar 4.17 Grafik Shear Lag di bagian Flange Model 2 besar, sedangkan untuk tulangan, frame tube membutuhkan
1,83 kali lebih besar daripada dual sistem
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Gambar 9. Pengaruh jarak antar kolom terhadap shear lag
4.14 sampai Gambar 4.17diatas, dapat ditarik kesimpulan menghasilkan kesimpulan bahwa dengan jarak antar
bahwa dengan luas denah bangunan yang sama, namun kolom sebesar 3m memiliki efek shear lag yang lebih
dengan formasi jarak dan jumlah kolom yang berbeda pada kecil sebesar 32% daripada gedung dengan jarak antar
sistem struktur frame tube memiliki hasil yang berbeda, yaitu kolom 6 m
semakin rapat jarak antar kolom, maka semakin kecil juga
pengaruh dari adanya shear lag. Pengaruh jarak antar kolom 5.2 Saran
terhadap shear lag menghasilkan kesimpulan bahwa dengan Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisa dalam
jarak antar kolom sebesar 3m memiliki efek shear lag yang Tugas Akhir ini diataranya:
lebih kecil sebesar 32% daripada gedung dengan jarak antar 1. Detail kebutuhan volume beton dan tulangan sebaiknya
kolom 6 m dilakukan dianalisa dan dibandingkan dengan cara
mendesain bangunan secara keseluruhan
V KESIMPULAN 2. Studi ini perlu juga ada penelitian lebih lanjut dalam
5.1 Kesimpulan menganalisa dan dibuktikan secara numerik, karena dari
Berdasarkan keseluruhan hasil analisa yang telah semua riset-riset yang ada hanya dilakukan dengan
dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir Studi Perilaku software
Gedung Bertingkat Tinggi dengan Sistem Struktur Frame
Tube ini dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya DAFTAR PUSTAKA
sebagai berikut:
1. Permodelan struktur gedung bertingkat tinggi dengan [1] Badan Standarisasi Nasional. 2012. Tata Cara
objek gedung Grand Dharmahusada Lagoon dengan Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung
eksisting dual sistem, lalu dibandingkan dengan sistem (SNI 1726:2012). Jakarta: BSNI.
frame tube dilakukan dengan software ETABS [2] Badan Standarisasi Nasional. 2013. Tata Cara
2. Preliminary Design untuk sistem frame tube meliputi Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI
pelat, balok, balok tinggi, dan kolom menggunakan SNI 2847:2013). Jakarta: BSNI.
2847:2013 [3] Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Peraturan
3. Pembebanan gempa dilakukan berdasarkan SNI Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983.
1726:2012 sedangkan untuk pembebanan angin Jakarta: PU.
dilakukan berdasarkan ASCE 7-10 [4] Badan Standarisasi Nasional. 2013. Beban Minimum
4. Parameter perilaku struktur : base shear, displacement, untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI
drift, dan periode 1727:2013). Jakarta: BSNI
Tabel 5.1 Perbandingan Parameter Perilaku Struktur [5] El-Sayed,AK,El-Salakawy,EF,Bemokrane.2006.”Shear
Frame Tube Dual Sistem Capacity of High Strength Concrete Beams Reinforced with
Periode 3,298 s 5,172 s FRP Bars.”ACI Journal, 103(03),383-389.
Base Shear 13174 kN 11806,3 kN [6] Kong, F. K.,Robins,P.J., and Cole,D.F.1970.”Web
Tidak Reinforcement Effect on Deep Beams.”ACI Journal,
Memenuhi
Drift memenuhi Proceedings 67(12), 1010-1017.
Syarat
Syarat [7] Lavanya,B,Sridhar,R.2017.”Dynamic Analysis Of Tube-
In-Tube Tall Buildings.” International Research Journal of
5. Dampak dari tiga jenis eksposure terhadap displacement Engineering and Technology, 04(04), 2395-0056 .
gedung, rata-rata kenaikan nilai displacement dari [8] Londhe,R.S.2010.”Shear Strength Analysis and
eksposure B ke C dan ke D adalah naik sebesar 11,4% Prediction of Reinforced Concrete Transfer Beams in High
6. Perbandingan pengaruh beban angin dengan beban Rise Building.”Structural Engineering Mechanics, 37(1),39-
gempa, menghasilkan hasil bahwa beban angin dengan 59.
kecepatan 120 mph pada eksposure D lebih dominan [9] Mau, S. T., & Hsu, C. T. 1989.”Formula for the Shear
daripada beban gempa dengan memiliki rata-rata Strength of Deep Beams.” ACI Structural Journal, 86(8),
displacement 9% lebih besar daripada beban gempa 516–523.
respons spectrum Surabaya, namun untuk eksposure C [10] Naik,B,Chandra,S..2017.” Comparative Analysis
dan B , rata-rata beban angina lebih kecil daripada beban between Tube in Tube Structure and Conventional Moment
gempa Resisting Frame.” International Research Journal of
Engineering and Technology, 04(10), 2395-0056.

Anda mungkin juga menyukai