MK
Skor Nilai:
FOTO Maha-siswa
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada saya dalam menyelesaikan tugas individu critical book review, sehingga
laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak
Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Konsep Dasar
Matematika yang telah membimbing kami. Dalam makalah ini saya membahas dan
menjelaskan mengenai critical book review dengan judul buku Matematika Sekolah Dasar
dan Menengah Jilid 2 karangan John A. Van de Walle yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada para pembaca mengenai pengenalan konsep matematika pada anak
usia sekolah dasar. Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam hasil laporan ini
masih terdapat kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu saya sangat
membutuhkan kritik dan saran. Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya pada mata kuliah Konsep Dasar Matematika di Pendidikan Dasar pada Jurusan
Pendidikan Dasar Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. .. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan............................................................................................ ......... 22
B. Rekomendasi.................................................................................................. . 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan pada persoalan atau suatu
masalah yang bisa saja membuat resah. Masalah terjadi karena suatu kenyataan tidak sesuai
dengan harapan. Maka akan menimbulkan keresahan dan kekhawatiran akan hal tersebut.
Permasalahan terkadang memerlukan suatu solusi atau penyelesaian. Diperlukan cara-cara
yang sesuai agar permasalahan tersebut dapat terselesaikan.
Sama halnya dengan dunia pendidikan yang di dalamnya terdapat permasalahan-
permasalahan yang membutuhkan solusi dan tindakan. Seperti permasalahan siswa dalam
menangkap dan memahami konsep dasar matematika yang di dalamnya mencakup beragam
macam materi. Untuk itu, kita sebagai guru harus dapat menanamkan suatu konsep dengan baik
dalam mata pelajaran matematika guna membantu mereka memahaminya. Namun, sebelum itu
guru juga harus memiliki teknik maupun cara bagaimana menanamkan konsep kepasda siswa
dengan mudah dan tentu saja tidak membosankan.
Dalam makalah ini, akan diuraikan ringkasan isi buku “Matematika Sekolah Dasar dan
Menengah Jilid 2” oleh John A. Van de Walle serta keunggulan dan kelemahan dari buku
tersebut. Critical book ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan.
Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau
hasil karya lainnya secara ringkas.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang dikritik.
Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
1
Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama
atau penulis lainnya.
Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan,
isi, dan substansi buku.
2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
3
siswa memiliki pemahaman yang sangat lemah terhadap konsep pecahan (Wearne & Kouba,
2000). Tujuan-tujuan pengajaran pecahan di berbagai negara bagian sangat bervariasi. Bab ini
mengeksplorasi pengembangan konsep pecahan yang dapat membantu siswa pada setiap level
untuk mengkonstruksi dasar yang kuat, menyiapkan mereka untuk keterampilan yang nantinya
dibangun dari ide-ide ini. Ide-ide penting pada bab ini antara lain adalah:
Bagian-bagian pecahan merupakan bagian-bagian yang setara atau porsi berukuran-
sama dari keseluruhan (satu) atau unit. Sebuah unit dapat berupa sebuah benda atau
sebuah kumpulan dari benda-benda. Secara lebih abstrak, unit dihitung sebagai 1. Pada
garis bilangan, jarak antara 0 dan 1 merupakan unit.
Bagian-bagian pecahan mempunyai nama khusus yang menyatakan berapa banyak
bagian dari ukuran yang diperlukan untuk membuat satu. Contohnya, diperlukan tiga
bagian pecahan sepertiga untuk membuat satu.
Semakin banyak bagian pecahan yang diperlukan utnuk membuat satu, semakin kecil
bagian pecahan tersebut. Contohnya, seperdelapan lebih kecil dari seperlima.
Penyebut dari pecahan menandakan menjadi berapa banyak keseluruhan (satu) telah
dibagi untuk mendapatkan jenis bagian yang dibahas. Jadi, penyebut merupakan
pembagi. Secara praktis, penyebut memberi nama jenis bagian pecahan yang sedang
dibahas. Pembilang dari sebuah pecahan menyatakan berapa banyak bagian pecahan
(dari jenis yang ditunjukkan penyebut) yang sedang dibahas. Oleh karena itu,
pembilang merupakan pengali—ia menyatakan kelipatan dari bagian pecahan tertentu.
Dua pecahan yang ekuivalenn merupakan dua cara untuk menggambarkan besaran yang
sama dengan menggunakan bagian-bagian pecahan berukuran-beda. Contohnya, dalam
6
pecahan 8, jika seperdelapan diambil dua-dua maka setiap pasang dari seperdelapan
4
sangat penting. Partisi atau konsep pembagian adil dari pembagian akan mengarah pada
prosedur pembagian yang sangat berbeda dari pengukuran atau konsep pengurangan berulang.
Penaksiran perhitungan pecahan terkait erat dengan konsep operasi dan pecahan. Algoritma
perhitungan tidak dibutuhkan untuk membuat taksiran. Penaksiran garus menjadi bagian
integral dari pengembangan perhitungan untuk mempertahankan perhatian siswa pada
pengertian operasi dan ukuran hasil yang diharapkan.
Berikut pedoman-pedoman yang harus dicamkan dalam mengembangan strategi
perhitungan untuk pecahan, yaitu: (1) mulai dengan tugas kontekstual sederhana, (2)
hubungkan pengertian perhitungan pecahan dengan perhitungan bilangan asli, (3) biarkan
penaksiran dan metode informal memainkan peranan yang besar pada pengembangan strategi,
dan (4) eksplorasi setiap operasi dengan menggunakan model.
5
Bab 19. Penalaran Proporsional
Penalaran proporsional (proportional reasoning) telah dirujuk sebagai pencapaian utama
dari kurikulum sekolah dasar dan fondasi dari aljabar dan sesudahnya (Lesh, Post, & Behr,
1987). Penalaran proporsional mewakili kemampuan untuk mulai memahami hubungan
perkalian di mana sebagian besar konsep aritmetika biasanya berdasarkan penjumlahan.
Rasio merupakan perbandingan perkalian dari dua kuantitas atau ukuran. Tahap
perkembangan penting adalah kemampuan siswa untuk mulai memikirkan rasio sebagai
kesatuan tersendiri, berbeda dari dua ukuran yang membentuknya. Rasio dan proporsi lebih
melibatkan perbandingan perkalian daripada perbandingan penjumlahan. Rasio setara berasal
dari perkalian atau pembagian, bukan dari penjumlahan atau pengurangan. Pemikiran
proporsional dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan yang melibatkan pembandingan dan
penentuan ekuivalensi dari rasio dan penyelesaian proporsi dalam konteks dan situasi berbasis-
soal yang bervariasi tanpa mengacu pada aturan atau rumus.
Penyelesaian proporsi melibatkan penerapan rasio yang diketahui pada situasi yang
proporsional (ukuran-ukuran relevan ada dalam rasio yang sama) dan menemukan salah satu
dari ukuran tersebut ketika yang lainnya telah ada. Berbagai notasi dari proporsi bisa
digunakan antara lain:
3 4
3 : 9 = 4 atau =
9 12
Notasi ini dapat dibaca “3 berbanding 9 sama seperti 4 berbanding 12” atau “3 dan 9 memiliki
rasio yang sama dengan 4 dan 12”.
6
tentang satuan-satuan, mencegah kesalahan dalam pengukuran, dan menolong dalam
penggunaan pengukuran yang seksama. Instrumen pengukuran adalah alat yang menggantikan
kebutuhan satuan pengukuran aktual. Penting untuk mengerti bagaimana instrumen
pengukuran bekerja sehingga hal tersebut dapat digunakan dengan benar dan seksama. Rumus-
rumus luas dan volume menghasilkan metode untuk mengukur sifat-sifat tersebut dengan
hanya menggunakan ukuran panjang. Luas, keliling, dan volume berkaitan satu sama lain,
walaupun tidak tepat atau dengan rumus. Contohnya ketika bentuk daerah atau objek tiga-
dimensi berubah tapi luas dan volumenya tetap, ada efek yang terprediksi pada keliling dan
luas permukaan.
Untuk mengukur sesuatu, kita harus melakukan tiga langkah:
1. Tentukan sifat yang akan diukur
2. Pilih satuan yang mempunya sifat itu
3. Bandingkan satuan, dengan mengisi, menutupi, mencocokkan, atau metode lain, dengan
sifat obyek yang sedang diukur.
Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam merencanakan untuk pengajaran pengukuran
adalah membuat perbandingan, menggunakan model satuan, dan membuat dan menggunakan
instrumen pengukuran.
7
Bentuk dan Sifat mencakup pembelajaran sifat-sifat dari bentuk-bentuk baik dua
maupun tiga dimensi, juga pembelajaran tentang hubungan yang terbangun dari sifat-
sifat tersebut.
Transformasi mencakup pembelajaran translasi, refleksi, rotasi (pergeseran,
pembalikan, dan perputaran), pembelajaran simetri, dan konsep kesebangunan.
Lokasi mengacu terutama kepada geometri koordinat atau cara lain dalam menentukan
bagaimana benda-benda terletak dalam bidang ataupun ruang.
Visualisasi mencakup pengenalan bentuk-bentuk di lingkungan sekitar, pengembangan
hubungan antara benda-benda dua dimensi dengan tiga dimensi, serta kemampuan
untuk menggambar dan mengenal bentuk dari berbagai sudut pandang.
Analisis data melibatkan baik bilangan dan grafik untuk mendeskripsikan dunia kita.
Tentunya, ada hubungan ke bidang numerik pada kurikulum. Namun, hubungan ke aljabar
mungkin merupakan satu dari hubungan matematika yang paling penting, yaitu: pengertian
bilangan, pecahan, rasio dan persen, pengukuran, dan aljabar.
Analisis data lebih dari sekedar membuat grafik dan menghitung statistik. Analisis data
meliputi menanyakan dan menjawab pertanyaan tentang dunia kita. Tujuan utama dalam
Standar analisis data dan peluang dari Principles dan Standards menyatakan bahwa siswa harus
“memformulasikan pertanyaan yang dapat ditujukan ke data dan mengumpulkan, mengatur dan
menyajikan data yang relevann untuk menjawab pertanyaan tersebut”. (NCTM, 2000, hal. 48).
Ide-ide penting dalam bab ini adalah: (1) pengelompokkan merupakan langkah awal dalam
pengorganisasian data, (2) data yang dikumpulkan dan diatur untuk menjawab pertanyaan
tentang populasi dari mana data berasal, (3) tipe-tipe grafik dan pengaturan data berbeda
memberikan informasi berbeda pula tentang data dan karenanya populasi darimana data
diambil. Pemilihan penyajian grafis dapat mempengaruhi seberapa baik data dipahami, (4)
ukuran yang mendeskripsikan data dengan bilangan disebut statistik. Data dapat diatur ke
dalam beraneka bentuk grafik untuk memvisualisaiskan penyampaian informasi. Penggunaan
grafik atau statistik tertentu dapat mempengaruhi apa yang data katakan tentang populasi, dan
(5) baik grafik maupun statistik dapat memberikan pemahaman tentang bentuk data, termasuk
seberapa tersebar atau terpusat data tersebut. Memiliki pemahaman tentang bentuk data berarti
memiliki gambaran besar tentang data yang lebih baik dari sekedar kumpulan bilangan.
8
Bab 23. Mengeksplorasi Konsep-konsep Peluang
Peluang memiliki hubungan dengan materi-materi matematika lainnya seperti pecahan dan
persen, rasio dan proporsi, dan analisis data. Peluang tidak mempunyai memori. Untuk
percobaan-percobaan berulang dari eksperimen sederhana, hasil-hasil dari percobaan
sebelumnya tidak berdampak pada percobaan berikutnya. Peluang munculnya enak gambar
berturut-turut tidak berefek mendapatkan gambar pada lemparan berikutnya dari sebuah koin.
Peluangnya tetap 50-50. Peluang kejadian masa depan akan terjadi dapat dicirikan sepanjang
garis dari yang ridak mungkin sampai yang pasti terjadi. Peluang dari sebuah kejadian
merupakan sebuah bilangan antara 0 dan 1 yang merupakan ukuran dan kemungkinan di mana
kejadian akan terjadi. Peluang 0 mengindikasikan kemustahilan dan 1 mengindikasikan
1
kepastian. Peluang 2 mengindikasikan peluang sama besar munculnya kejadian.
Frekuensi relatif dari hasil kejadian (probabilitas eksperimen) dapat digunakan sebagai
taksiran dari peluang eksak sebuah kejadian. Semakin besar jumlah percobaan, semakin baik
taksiran. Hasil-hasil untuk jumlah percobaan yang kecil dapat sangat berbeda dengan yang
dialami dalam jangka panjang. Untuk beberapa kejadian, peluang yang eksak dapat ditentukan
dengan analisis dari kejadian itu sendiri. Peluang yang ditentukan dalam cara ini disebut
“probabilitas teoretis”.
Simulasi merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dunia-
nyata atau membuat keputusan dalam situasi kompleks di mana unsur peluang terlibat. Untuk
melihat apa yang mungkin terjadi pada kejadian sebenarnya, model harus dirancang dengan
peluang yang sama dengan situasi sebenarnya.
9
4. Banyak bilangan yang bukan merupakan bilangan rasional dan dapat dinyatakan
hannya secara simbolik atau aproksimasi dengan bilangan rasional yang dekat. Sebagai
contoh adalah √2 = 1,41421... dan π = 3,14159...
Ide-ide di dalam bab ini menyatakan perluasan dari cara-cara kita menyajikan bilangan.
Penyajian-penyajian ini memperluas atau meningkatkan ide-ide awal tentang bilangan asli,
pecahan, dan desimal.
Perpangkatan bilang asli hanyalah notasi singkat untuk perkalian berulang sebuah bilangan
dengan dirinya sendiri, misalnya 34 = 3 x 3 x 3 x 3. Hanya ini pengetahuan konseptual yang
diperlukan. Kesepakatan penulisan simbol harus dipelajari. Ini adalah aturan-aturan tanpa dasar
konseptual. Yang pertama adalah pangkat diterapkan pada dasar yang dekat. Sebagai contoh,
dalam ekspresi 2 + 53, pangkat 3 hanya diterapakan pada 5, sehingga ekspresi tersebut sama
dengan 2 + (5 x 5 x 5). Namun, pada ekspresi (2 + 5)3, angka 3 adalah pangkat dari 2 + 5, dan
ekspresi tersebut sama dengan (2 + 5) x (2 + 5) x (2 + 5) atau 7 x 7 x 7.
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku
1. Berpikir Aljabar
Aljabar merupakan suatu cabang tersendiri berkembang di hampir semua standar negara
bagian untuk tingkat TK sampai 12 dan merupakan salah satu dari lima standar isi pada
Principles and Standards NCTM. Berpikir aljabar atau logika aljabar salah satunya adalah
melakukan generalisasi dari pengalaman dengan bilangan dan perhitungan, memformalisasikan
ide-ide ini dengan penggunaan sistem simbol yang berguna, dan mengeksplorasi konsep-
konsep dari pola dan fungsi. Ide-ide pokok dalam bab ini antara lain:
Struktur di sistem bilangan kita dan metode yang kita gunakan untuk berhitung bisa
digeneralisasi. Generalisasi ini akan menjadi ide yang sangat berguna untuk mengerjakan
matematika.
Simbol, terutama yang mencakup persamaan dan variabel, digunakan untuk menyatakan
generalisasi dari aritmetika dan struktur sistem bilangan. Contohnya, generalisasi a + b =
b + a menyatakan bahwa 27 + 83 = 83 + 27 tanpa harus melakukan penjumlahan di
kedua sisi.
Variabel adalah simbol yang menggantikan bilangan atau jangakauan bilangan. Variabel
digunakan untuk menyatakan kuantitas yang bervariasi atau berubah, sebagai nilai-nilai
tertentu yang belum diketahui, dan sebagai pengganti dalam pernyataan atau rumus
umum.
Pola, peristiwa yang terjadi secara teratur dalam semua area matematika, bisa dikenali,
diperluas dan digeneralisasi.
Fungsi adalah hubungan atau aturan yang secara unuk mengasosiasikan anggota-anggota
antar himpunan.
Hubungan fungsional bisa dinyatakan dalam konteks dunia-nyata, grafik, persamaan
simbolis, tabel dan kata-kata. Setiap representasi memberikan pandangan yang berbeda
tentang hubungan yang sama. Representasi yang berbeda digunakan untuk maksud yang
berbeda-beda untuk membuat fungsi yang berguna.
2. Konsep-konsep Pecahan
Menurut buku yang direview, tujuann pertama dalam pengembangan pecahan harus
membantu anak-anak mengkonstruksi ide tentang bagian-bagian pecahan dari keseluruhan
11
(satu)—bagian-bagian yang terjadi jika satu unit telah dibagi menjadi bagian-bagian dengan
ukuran yang sama atau bagian-bagian yang adil.
Dalam buku Musser dkk (2008: 268) menyatakan bahwa pecahan adalah nomor yang
𝑎
bisa diwakili oleh sepasang keseluruhan yang terurut angka (atau a / b), di mana b 0. Dalam
𝑏
Dalam buku yang direview, menampilkan beberapa model-model untuk pecahan, yaitu:
model-model daerah atau luas, model-model panjang atau pengukuran, dan model-model
himpunan.
12
c) Model-model himpunan
Sedangkan dalam buku Musser dkk (2008: 240) menyatakan bahwa istilah pecahan
digunakan dalam dua cara yang berbeda dalam matematika dasar. Mulanya, pecahan digunakan
sebagai angka untuk menunjukkan jumlah bagian keseluruhan yang harus dipertimbangkan.
Penggunaan pecahan sebagai angka dengan cara ini biasa disebut model "partto-whole".
Kedua, ketika mempertimbangkan pecahan sebagai angka yang mewakili hubungan part-to-
whole, banyak angka dapat digunakan untuk hubungan tersebut.
Bilangan atas menurut buku yang direview merupakan bilangan pembilang yang
menyatakan banyaknya bagian yang kita miliki. Bilangan ini menyatakan berapa banyak kita
telah membilang. Bilangan ini menyatakan berapa banyak bagian yang telah kita diskusikan.
Bilangan ini membilang banyaknya bagian. Sedangkan bilangan bawah adalah bilangan yang
menyatakan apa yang sedang dibilang. Bilangan ini menyatakan bagian pecahan apa yang
sedang dibilang. Jika bilangan tersebut adalah 4, maka berarti kita sedang membilang
seperempatan; jika bilangan ini 6, maka kita sedang membilang seperenaman, dan seterusnya.
Sama halnya dengan buku yang direview, menurut buku Musser dkk (2008: 240)
𝑎
Secara ringkas, jika a dan b adalah bilangan bulat, di mana b ≠ 0, maka fraksi atau a / b,
𝑏
13
3. Perhitungan dengan Pecahan
Dalam buku yang direview, mengatakan bahwa sebaiknya guru menggunakan berbagai
model, yaitu dengan menggunakan model cuisenaire rods atau batangan pecahan.
Menurut Musser dkk (2008: 255) penambahan pecahan merupakan perpanjangan dari
penambahan jumlah keseluruhan dan dapat dimotivasi dengan menggunakan model. Untuk
mengetahui jumlah dan, perhatikan model pengukuran berikut: model wilayah dan model
garis-angka.
Menurut buku yang direview, bilangan desimal hanyalah cara lain untuk menuliskan
pecahan. Sedangkan menurut Musser dkk (2008: 287) desimal digunakan untuk mewakili
pecahan dalam notasi nilai tempat biasa yang biasa.
Selanjutnya, dalam buku yang direview dikatakan untuk membantu siswa melihat
hubungan antara pecahan dan desimal, kita dapat melakukan tiga hal. Pertama, kita dapat
menggunakan konsep dan model pecahan biasa untuk mengeksplorasi bilangan rasional yang
mudah disajikan dalam desimal: sepersepuluhan, seperseratusan, dan seperseribuan. Kedua,
kita dapat membantu mereka melihat bagaimana sistem basis-sepuluh dapat diperluas meliputi
14
bilangan yang kurang dari 1 dan juga bilangan besar. Ketiga, kita dapat membantu siswa
menggunakan model untuk membuat terjemahan yang berguna antara pecahan dan desimal.
Menurut buku yang direview, peranan titik desimal yaitu mengindikasikan posisi mana
yang merupakan satuan. Sedangkan menurut Musser dkk (2008: 288) titik desimal ditempatkan
di antara kolom dan kolom kesepuluh untuk menunjukkan di mana seluruh bagian jumlah
berakhir dan di mana bagian desimal (atau pecahan) dimulai.
Istilah persen menurut buku yang direview hanyalah nama lain dari seperseratus. Jika
siswa dapat menyatakan pecahan biasa dan desimal sederhana sebagai seperseratusan. Sama
halnya dengan buku yang direview, Musser dkk (2008: 321) kata persen memiliki asal latin
yang berarti "seratus." Musser dkk menyatakan hanya ada empat kasus konversi yang perlu
dipertimbangkan:
Kasus 1: Persen ke Pecahan
63
Gunakan definisi persen. Misalnya, 63% = 100 dengan arti persen.
5. Penalaran Proporsional
Menurut buku yang direview rasio merupakan perbandingan perkalian dari dua
kuantitas atau ukuran. Rasio dan proporsi lebih melibatkan perbandingan perkalian daripada
perbandingan penjumlahan. Rasio setara berasal dari perkalian atau pembagian, bukan dari
penjumlahan atau pengurangan. Sedangkan menurut Musser dkk (2008: 310) rasio adalah
pasangan angka terurut, a : b tertulis, dengan b ≠ 0. Tidak seperti pecahan, ada contoh rasio di
mana b bisa nol. Misalnya, rasio pria terhadap wanita pada tim bisbol liga utama dapat
15
dilaporkan sebagai 9: 0. Namun, karena aplikasi seperti itu jarang terjadi, definisi rasio a : b
tidak termasuk kasus di mana b ≠ 0.
Definisi proporsi dalam buku yang direview merupakan pernyataan kesetaraan antara
dua rasio. Jika 4 kapal membawa 36 penumpang, dan 20 kapal akan membawa 180
penumpang. Di sini rasio dari 4 terhadap 36 bisa digunakan untuk setiap situasi meskipun
ukurannya berbeda di setiap situasi. Musser dkk (2008: 312) menyatakan bahwa konsep
proporsi berguna dalam memecahkan masalah yang melibatkan rasio. Proporsi adalah
pernyataan bahwa dua rasio yang diberikan sama.
Menurut Lamon (dalam buku yang direview) hal-hal berikut merupakan beberapa
karakteristik dari pemikir proporsional:
Pemikir proporsional harus memiliki pemahaman tentang kovariasi. Yakni, mereka
memahami hubungan di mana dua kuantitas bervariasi bersama dan dapat melihat
bagaimana variasi dari satu kuantitas sesuai dengan variasi kuantitas yang lain.
Pemikir proporsional mengenali hubungan proporsional yang berbeda dari hubungan
non-proporsional dalam konteks dunia nyata
Pemikir proporsional mengembangkan banyak strategi untuk menyelesaikan proporsi
atau membandingkan rasio, sebagian besar berdasarkan strategi informal bukan
algoritma yang sudah jadi
Pemikir proporsional memahami rasio sebagai entitas tersendiri yang menyatakan suatu
hubungan yang berbeda dari kuantitas-kuantitas yang mereka bandingkan.
16
Sedangkan, dalam Musser dkk (2008: 667) proses pengukuran dapat didefinisikan:
1. Pilih objek dan atribut objek yang akan diukur, seperti panjang, luas, volume, berat, atau
suhu.
2. Pilih unit yang sesuai untuk mengukur atribut.
3. Tentukan jumlah unit yang dibutuhkan untuk mengukur atribut. (Ini mungkin
memerlukan alat ukur.) Misalnya, untuk mengukur panjang sebuah objek, kita bisa
melihat berapa kali tangan kita akan membentang objek.
Dalam buku yang direview menampilkan beberapa langkah dalam rencana untuk
pengajaran pengukuran, sebagai berikut:
Langkah Pertama
Tujuan: siswa akan memahami sifat yang akan diukur
Tipe kegiatan: Buat perbandingan berdasarkan sifat. Contohnya lebih panjang/lebih
pendek, lebih berat/lebih ringan. Gunakan perbandingan langsung kapan pun
memungkinkan
Langkah Kedua
Tujuan: Siswa akan mengerti cara mengisi, menutup, mencocokkan atau membuat
perbandingan lain dari sifat dengan mengukur satuan-satuan yang menghasilkan bilangan
yang disebut ukuran
Tipe kegiatan: gunaka model fisik dari satuan pengukuran untuk mengisi, menutup,
mencocokkan atau membuat perbandingan yang diinginkan dari sifat dan satuannya
Langkah Ketiga
Tujuan: siswa akan menggunakan alat pengukur umum dengan pemahaman dan
fleksibilitas
Tipe kegiatan: buat instrumen pengukur dan gunakan dalam perbandingan dengan model
satuan aktual untuk melihat bagaimana alat pengukur melakukan fungsi yang sama
seperti satuan individual.
Pada akhir 1950-an di Belanda, dua guru matematika, Pierre van Hiele dan Dieke van
Hiele-Geldof, suami dan istri, mengajukan teori perkembangan geometri berdasarkan
pengajaran dan penelitian mereka sendiri. Mereka mengamati bahwa dalam mempelajari
geometri, siswa tampaknya maju melalui serangkaian lima tingkat penalaran, mulai dari
17
pemikiran holistik sampai pemikiran analitis sampai deduksi matematis abstrak yang ketat.
Dalam buku yang direview dan Musser dkk (2008: 583) menyatakan Van Hieles
menggambarkan lima tingkat penalaran dengan cara berikut.
Level 0 (Visualisasi)
Seorang anak yang beralasan di level 0 mengetahui pasti bentuk secara holistik tanpa
memperhatikan bagian-bagian komponennya.
Tingkat 1 (Analisis)
Pada tingkat ini, anak berfokus secara analitis pada bagian-bagian gambar, seperti sisi
dan sudutnya.
Level 2 (Hubungan)
Ada dua jenis pemikiran umum pada tingkat ini. Pertama, seorang anak memahami
hubungan abstrak antar tokoh. Kedua, pada tingkat 2 seorang anak dapat menggunakan
deduksi untuk membenarkan pengamatan yang dilakukan pada tingkat 1.
Level 3 (Pengurangan)
Penalaran pada level ini meliputi studi geometri sebagai sebuah sistem matematika
formal seorang anak yang beralasan di tingkat 3 memahami gagasan postulat dan teorema
matematika dan dapat menulis bukti teoritis teorema.
Level 4 (Axiomatics)
Studi geometri pada level 4 sangat abstrak dan tidak harus melibatkan model beton atau
gambar. Pada tingkat ini, postulat atau aksioma itu sendiri menjadi objek pengawasan ketat
dan ketat.
Tujuan utama dalam Standar analisis data dan peluang dari Principles dan Standards
menyatakan bahwa siswa harus “memformulasikan pertanyaan yang dapat ditujukan ke data
18
dan mengumpulkan, mengatur dan menyajikan data yang relevan untuk menjawab pertanyaan
tersebut” (NCTM dalam buku yang direview)
Beberapa cara untuk mengelompokkan data menurut buku yang direview adalah
sebagai berikut:
Menurut buku yang direview, peluang tidak mempunyai memori. Untuk percobaan-
percobaan berulang dari eksperimen sederhana, hasil-hasil dari percobaan sebelumnya tidak
berdampak pada percobaan berikutnya. Peluang menurut Musser (2008: 515) adalah
19
matematika kebetulan. Probabilitas memberitahu kita frekuensi relatif yang kita harapkan
terjadi. Dengan demikian dapat dilaporkan sebagai fraksi, desimal, persen, atau rasio. Semakin
besar probabilitasnya, semakin besar kemungkinan kejadian tersebut terjadi. Sebaliknya,
semakin kecil probabilitasnya, semakin kecil kemungkinan kejadian tersebut terjadi.
Peluang dari sebuah kejadian menurut buku yang direview merupakan sebuah bilangan
antara 0 dan 1 yang merupakan ukuran dari kemungkinan di mana kejadian akan terjadi.
1
Peluang 0 mengindikasikan kemustahilan dan 1 mengindikasikan kepastian. Peluang 2
mengindikasikan peluang sama besar munculnya kejadian. Sedangkan menurut Musser (2008:
517) peluang suatu kejadian, E, adalah pecahan (desimal, persen, atau rasio) yang
menunjukkan frekuensi relatif dimana kejadian E harus terjadi di ruang sampel yang diberikan
S. Dua kejadian sama-sama mungkin terjadi jika terjadi dengan frekuensi relatif sama (yaitu ,
sama-sama sering).
Dilihat dari aspek tampilan (face value) dari buku yang direview adalah sampul (cover)
depan buku ini sangat menarik dengan pewarnaan yang dirancang dengan menggunakan
warna-warna yang lembut, dan pola berbentuk bola yang tersusun dengan rapi. Judul pada
20
cover ini juga sangat jelas karena menggunakan huruf kapital, sehingga memudahkan
seseorang untuk mencari buku ini.
Dilihat dari aspek tata letak dari buku yang direview, buku ini memiliki tata letak
penulisan yang baik, sesuai dan tidak membingungkan pembaca. Tata letak bahasan dalam
buku ini juga sudah teratur. Selanjutnya, dilihat dari aspek tata tulis dan penggunaan font, buku
ini menggunakan font yang sudah cukup sesuai. Tipe font yang digunakan juga bagus, tidak
terlalu berseni agar bahasa lebih mudah dicerna. Tata tulis pada buku ini sangat baik. Pada
buku yang direview ini menampilkan kotak-kotak yang berisi informasi penting yang membuat
pembaca menjadi mudah untuk mendapatkannya. Selain itu, tata letak tulisannya juga sangat
konsisten dari bab per bab. Hal ini tentu baik bagi pembaca untuk menambah wawasannya.
Dilihat dari isi buku, buku yang direview ini memiliki isi yang sangat baik, sangat
lengkap yang berisikan teknik-teknik bagaimana menanamkan konsep matematika pada siswa
sekolah dasar dan menengah. Buku ini juga membuat hubungan antara materi yang sedang
bahas dengan materi-materi yang lainnya. Hal ini memudahkan pembaca untuk
menghubungkan materi-materi matematika, agar dapat mengingat kembali materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Menurut saya, penjelasan buku ini cocok bagi guru khususnya bidang
matematika untuk sekolah dasar dan menengah dalam menambah wawasan dan referensi dan
pengembangan pengajaran matematika. Namun, pembahasan dan isi buku ini terlalu banyak
memberikan contoh namun kurangnya penjelasan atas definisi-definisi materi matematika di
dalamnya. Pada buku ini, mendefinisikan sesuatu dengan cara memberikan contoh langsung
ataupun ilustrasi dalam pembelajaran di kelas.
Dan jika dilihat dari tata bahasa yang digunakan dalam buku yang direview, buku ini
menggunakan tata bahasa yang cukup baik, mengingat buku ini merupakan buku terjemahan.
Namun, masih terdapat beberapa kata yang sedikit sulit dipahami.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan menurut saya pembahasan pada buku ini sangat terstruktur sehingga
dapat membuat pola pikir pembaca menjadi terarah dan mudah untuk mengikuti langkah-
langkah ataupun ilmu yang akan disampaikan. Pokok pembahasan dari bab lima belas (15)
sampai dengan bab dua puluh empat (24) merupakan suatu kesatuan sebagai materi matematika
yang saling berhubungan dan dengan urutan yang sudah sesuai. Pembahasan pada buku ini
sangat baik bagi guru maupun mahasiswa/i bidang matematika, karena dijelaskan dari konsep-
konsep dasar yang harus ditanamkan pada siswa melalui model ataupun teknik dan cara
tertentu.
Namun jika dibandingkan dengan buku Musser dkk (2008), keduanya memiliki
kelebihan dan kelemahan masing-masing. Namun keduanya juga sangat baik dari sisi
pembahasan atau isinya. Sehingga, jika seseorang membaca kedua buku ini, maka menemukan
penjelasan yang lebih mendalam lagi.
Menurut penulis, secara keseluruhan buku yang direview ini sudah cukup baik dari
tampilan, tata bahasa/ penulisan serta isinya karena banyak memberikan ilustrasi untuk
pengaplikasian dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar dan menengah bagi
guru., calon guru, maupun mahasiswa/i.
B. Rekomendasi
Setelah membahas kelebihan dan kekurangan dari buku yang direview, saya
merekomendasikan agar buku ini menambahkan banyak penjelasan definisi-definisi setiap
materi matematika yang dicantumkan pada buku.
22
DAFTAR PUSTAKA
Musser, Gary L., William F. Burger & Blake E. Peterson. 2008. Mathematics for Elementary
Teachers: A Contemporary Approach Eight Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Van de Walle, John A. 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga
23