Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berbagai jenis organisasi meningkatkan perhatian terhadap pencapaian dan
upaya menunjukkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja (K3) melalui pengendalian
risiko K3 yang konsisten dengan kebijakan dan sasaran K3-nya. Hal ini dilakukan dengan
pengetatan peraturan perundang-undangan, pengembangan kebijakan ekonomi dan tindakan
lain yang menumbuh kembangan praktek K3 yang baik, dan meningkatnya perhatian tentang
isu K3 oleh pihak yang berkepentingan. Banyak organisasi telah melakukan “kaji ulang” atau
“audit” K3 untuk menilai kinerja K3-nya, Namun dalam pelaksanaan “kaji ulang” atau
“audit” secara mandiri ini belum tentu memadai untuk menjamin bahwa kinerja organisasi
akan secara berkelanjutan memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan. Agar efektif, kaji ulang dan audit tersebut harus dilaksanakan dalam suatu sistem
manajemen yang terstruktur dan terintegrasi dalam organisasi.
Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) atau ergonomi di tempat kerja. Oleh karena itu, jika
suatu sistem tidak menerapkan K3 atau ergonomi atau menerapkannya tapi masih minimal
atau menerapkannya tapi kurang tepat/dengan cara yang salah/buruk maka dapat
mengakibatkan kecelakan-kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja
menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha atau sistem. Kerugian yang
diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini
merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya
yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Namun apakah hanya itu kerugiannya?
Tidak. Memang sudah mulai banyak orang yang mulai menyadari dan memahami bahwa
akibat kecelakaan kerja itu cukup merugikan seperti adanya korban jiwa, korban luka, biaya
pengobatan, dan terjadinya kerusakan properti. Namun pemahaman ini belum cukup
mengingat ternyata kerugian yang ditimbulkan akibat adanya kecelakaan kerja lebih dari itu.
Lalu apa saja kerugian-kerugian lain yang timbul.

1
1.2 Tujuan dan Manfaat
1. Sebagai bahan referensi untuk membantu dan menunjang di masa mendatang sebagai
seorang teknik industri dengan harapan sebagai seorang sarjana teknik industri yang
dalam mengatisipasi kecelakan di tempat kerja
2. Bisa mengetahui gejala – gejala akan timbulnya suatu kecelakan
3. Mencari solusi guna menyelesaikan masalah yang berhubungan kesehatan dan
keselamatan kerja
4. Agar dapat mengetahui jarak – jarak yang efektif hubungan kerja. yaitu manusia
dengan mesin
5. Kombinasi tempat kerja dengan lingkungan kerja
6. Meningkatkan kinerja (performance) di tempat kerja
7. Agar dapat mengetahui posisi sesuai dengan bentuk dan ukuran peralatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Safety adalah aman atau selamat. Safety menurut kamus besar tata bahasa Indonesia
yang telah diterjemah dalam bahasa Indonesia adalah mutu suatu keadaan aman atau
kebebasan dari bahaya dan kecelakaan. Keselamatan kerja atau safety adalah suatu usaha
untuk menciptakan keadaan lingkungan kerja yang aman bebas dari
kecelakaan. Kecelakaan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan atau tidak
disengaja serta tiba-tiba dan menimbulkan kerugian, baik harta maupun jiwa
manusia. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang
melakukan pekerjaan disuatu tempat kerja. Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan,
keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan
budayanya tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada
khususnya. Berikut kesehatan dan keselamatan menurut beberapa ahli:

1. Teori Heinrich (Teori Domino)


Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian.
Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu :
lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan,
dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 )
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau
situasi yang tidak aman. Kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut
perlu diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang
tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang
terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.
3
2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
1. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat suatu pekerjaan.
3. Mencegah/ mengurangi kematian.
4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.
5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-alat
kerja, mesin-mesin, instalasi dan lain sebagainya.
6. Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin
kehidupan produktifnya.
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat dan sumbersumber produksi lainnya.
8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja.
9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi industri serta
pembangunan

2.3 Kerugian kecelakaan kerja


Kerugian kecelakaan kerja diilustrasikan sebagaimana gunung es di permukaan laut
dimana es yang terlihat di permukaan laut lebih kecil dari pada ukuran es sesungguhnya
secara keseluruhan. Begitu pula kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang
“tampak/terlihat” lebih kecil daripada kerugian keseluruhan. Dalam hal ini kerugian yang
“tampak” ialah terkait dengan biaya langsung untuk penanganan/perawatan/pengobatan
korban kecelakaan kerja tanpa memperhatikan kerugian-kerugian lainnya yang bisa jadi
berlipat-lipat jumlahnya daripada biaya langsung untuk korban kecelakaan kerja. Kerugian
kecelakaan kerja yang sesungguhnya ialah jumlah kerugian untuk korban kecelakaan kerja
ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang diakibatkan
oleh kecelakaan kerja tersebut.

2.4 Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut perundang – undangan Timor – Leste menjelaskan bahwa yang sekarang ini di
terapkan guna meminimisasikan resiko di lokasi proyek atau lokasi pabrik:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurang bahaya peledakan

4
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
gelora.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
10. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban.
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja dan alat kerja.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang-orang, binatang, tanaman atau
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.5 Pengenalan Bahaya pada Area Kerja


Bila ditinjau dari awal perkembangan usaha keselamatan kerja diperusahaan/industri,
manusia menganggap bahwa kecelakaan terjadi karena musibah, namun sebenarnya setiap
kecelakaan disebabkan oleh salah satu faktor sebagai berikut, baik secara sendiri sendiri atau
bersama-sama, yaitu tindakan tidak aman dari manusia itu sendiri (unsafe act), seperti:
1. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
2. Tidak menggunakan pelindung diri yang disediakan.
3. Sengaja melanggar peraturan keselamatan yang diwajibkan.
4. Berkelakar/bergurau dalam bekerja dan sebagainya.

2.6 Keadaan tidak aman dari lingkungan kerja (UNSAFE CONDITION)

5
1. Mesin-mesin yang rusak tidak diberi pengamanan, kontruksi kurang aman, bising dan
alat-alat kerja yang kurang baik dan rusak.
2. Lingkungan kerja yang tidak aman bagi manusia (becek atau licin, ventilasi atau
pertukaran udara , bising atau suara-suara keras, suhu tempat kerja, tata ruang kerja/
kebersihan dan lain-lain).
2.7 Bagaimana mengatasi lingkungan-lingkungan yang tidak aman?
1. Dihilangkan, sumber-sumber bahaya atau keadaan tidak aman tersebut agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya alat-alat yang rusak diganti atau diperbaiki.
2. Dieleminir/diisolir, sumber bahaya masih tetap ada, tetapi diisolasi agar tidak lagi
menimbulkan bahaya, misalnya bagian-bagian yang berputar pada mesin diberi
tutup/pelindung atau menyediakan alat-alat keselamatan kerja.
3. Dikendalikan, sumber bahaya tidak aman dikendalikan secara teknis, misalnya
memasang safety valve pada bejana-bejana tekanan tinggi, memasang alat-alat control
dsb.

2.8 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat pelindung diri
1. Pakaian kerja
Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betul–betul cocok sehingga merasa senang dalam
pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat pinggang, gesper dan kancing yang menonjol
yang dapat menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
2. Sepatu kerja
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya memakai sandal atau alas
kaki yang mudah tergelincir dan karenanya jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya
lebih memungkinkan pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan
memakai sepatu boot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin serta berkulit
keras.
3. Sarung tangan
Pada waktu mengangkat benda – benda berat atau memindahkan pipa buang yang
panas dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung tangan, walaupun tidak ada suatu
peraturan khusus yang mengatur cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan
biasa. Terutama pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar
mesin dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya tersangkutnya sarung
tangan pada bagian yang berputar. Karena itu dalam hal seperti ini sarung tangan
jangan dipakai.

6
4. Alat-alat pelindung anggota badan
Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus terlindung diwaktu
melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung bagian adalah sbb:
a. Alat pelindung mata
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan juga dari debu.
b. Alat pelindung kepala
Topi atau helm adalah alat pelindung kepala bila bekerja pada bagian yang
berputar, misalnya bor atau waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga
rambut terlilit oleh putaran bor atau rambut terkena percikan api.
c. Alat pelindung telinga
Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang sangat bising juga
penahan bising dari letupan-letupan.
1) Alat pelindung hidung
Adalah alat pelindung hidung dari kemungkinan terhisapnya gas-gas
beracun.
2) Alat pelindung tangan
Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan disesuaikan dengan
kebutuhannya, antara lain:
a) Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan
supaya tidak meleset.
b) Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungin
tangan terhadap bahaya panas.
c) Sarung tangan kulit, digunakan untuk melindungi tangan dari
benda-benda tajam pada saat mengangkat suatu barang.
d) Sarung tangan karet, digunakan pada waktu pekerjaan
pelapisan logam, seperti vernikel, vercrhoom dsb. Hal ini untuk
mencegah tangan dari bahaya pembakaran asam atau
kepedasan cairan.
5. Alat pelindung kaki
Untuk menghindarkan tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia. Terdapat dua
jenis sepatu yaitu pengaman yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa hanya
dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan untuk menginjak
permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak terpeleset dan jatuh.

7
Kasus Kuli Bangunan di Bandung Tewas Tertimbun Reruntuhan Bangunan

Seorang kuli bangunan tewas tertimbun tembok reruntuhan bangunan. Korban,


Sutisna (42), tertimbun reruntuhan bangunan toko material milik Asep Engkus saat sedang
mengerjakan proyek jalan desa di kawasan Cisarua, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seperti
ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Sabtu (12/8/2017), korban yang masih sempat bernafas
saat keluar dari reruntuhan akhirnya menghembuskan nafas terakhir saat dalam perjalanan ke
rumah sakit. Diduga, korban tewas karena luka parah di kepala dan gangguan pernafasan
karena terlalu lama tertimbun reruntuhan.

Isak tangis keluarga, kerabat, dan istri korban, tak terbendung saat mengetahui
suaminya sudah terbujur kaku. Jasad korban langsung disemayamkan di rumah duka setelah
sempat dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, keluarga langsung memakamkan almarhum
Sutisna di pemakaman umum di dekat rumah korban. Keluarga pun menolak dilakukan
autopsi terhadap jasad korban. Sementara hasil penyelidikan polisi, kecelakaan
kerja penyebab runtuhnya bangunan milik Asep Engkus diduga karena bangunan yang sudah
lapuk dimakan usia.

BAB III

PENUTUP

8
3.1 Kesimpulan

Pada hakikatnya kecelakaan merupakan proses interaksi dari faktor-faktor penyebab


yang menimbulkan peluang terjadinya hal tersebut. Kecelakaan bukan merupakan sebuah
kejadian tunggal yang spontanitas terjadi, tetapi ia telah didahului oleh insiden-insiden kecil
sehingga pada tahap akhirnya akan menyebabkan accident atau kecelakaan tersebut.
Kecelakaan bukan kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Kecelakaan dapat
dicegah dengan menerapkan prinsip sistem K3 dan pendekatan pencegahan kecelakaan.
Suatu pembahasan yang menjelaskan tentang kerja manusia – mesin (interaksi) Dengan
terciptanya suatu sistem industri manfactur yang dapat meminimisasikan suatu masalah
keselamatan di tempat kerja.

3.2 Saran

Pada kesempatan ini penulis hanya berpesan bahwa pada prinsipnya kecelakaan dapat kita
cegah. Angka kecelakaan yang semakin memuncak dapat kita landai dengan melakukan
tindakan preventif dan berpedoman pada prinsip kehati-hatian. Mematuhi segala peraturan
UUD dan kebijakan sistem K3 bukan merupakan hal yang berat jika menyangkut dengan
nyawa. Tumbuhkan kesadaran dalam diri kita akan pentingnya K3. Maka kecelakaan dapat
kita hindari dan angka mortalitas dapat dieliminir seminimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan
Kerja. Sukabumi: Yudhistira

9
Rivai,H. Veithzal., dan Ella Jauvabi Sagala, 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
perusahaan, Edisi Kedua, (Jakarta: Rajawali Pers)

10

Anda mungkin juga menyukai