Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MATERIAL

FOURIER TRANSFORM INFRARED (FTIR) SPECTROSCOPY

Disusun oleh:

Nama : Muchamad Anjar Fadillah


NIM : 165090301111038
Kelompok :6
Nama Asisten : Tyas Nurul Zafirah
Tanggal Praktikum: 30 November 2018

LABORATORIUM MATERIAL
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penentuan karakter struktural dari suatu bahan baik dalam bentuk pejal ataupun
partikel, kristalin ataupun amorf, merupakan suatu kegiatan inti dalam ilmu material.
Pendekatan umum yang diambil adalah meneliti material dengan berkas radiasi atau
partikel berenergi tinggi. Radiasi bersifat elektromagnetik dan dapat bersifat
monokromatik ataupun polikromatik. Dengan memanfaatkan hipotesa de Broglie
mengenai dualitas frekuensi radiasi dan momentum partikel, maka gagasan tentang
panjang gelombang dapat diterapkan dalam eksitasi elektron.
Apabila sinar infrared dilewatkan melalui suatu sampel senyawa organik, maka
terdapat sejumlah frekuensi yang diserap dan sebagiannya diteruskan atau ditransmisikan.
Serapan cahaya oleh suatu molekul, bergantung pada struktur elektronik molekul tersebut.
Akibat dari penyerapan energi tersebut adalah perubahan energi rotasi dan vibrasi molekul.
Prinsip dari vibrasi molekul tersebut yang digunakan untuk mengetahui komposisi dari
suatu molekul karena frekuensi vibrasi molekul yang berbeda-beda untuk setiap jenis
ikatan di dalamnya. Alat yang menggunakan prinsip ini dinamakan Infra Red
Spectroscopy. Dalam spektroskopi IR digunakan monokromator untuk memfilter infra
merah.
Pengembangan Infra Red Spectroscopy dinamakan dengan Fourier Transform Infra
Red (FTIR). FTIR sudah menggunakan interferometer michelson sebagai pengganti
monokromator dan transformasi fourier untuk analisa spektrum data infra merah. Metode
ini merupakan metode yang baik untuk menentukan komposisi suatu material.

1.2 Tujuan
Setelah dilakukannya percobaan tentang FTIR diharapkan prinsip kerja FTIR dapat
diketahui serta puncak-puncak absorpsi dari material gelas/polistirena/ZnPc dapat
ditentukan oleh praktikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian bahan dengan memanfaatkan prinsip kerja dari spektroskopi FTIR bertujuan
untuk melihat gugus fungsional sampel baik yang melewati perlakuan terlebih dahulu ataupun
yang tidak melewati perlakuan. Salah satu perlakuan yang dilakukan pada sampel sebelum sampe
diuji yaitu pemfabrikasian sampel bahan dengan metode spray-coating. Kemudian terdapat
bilangan gelombang yang muncul pada pengujian mengacu pada referensi hasil penelitian
(Agusu, 2017).
FTIR merupakan singkatan dari Fourier Transform Infrared yang mana merupakan salah
satu tipe yang spesifik dari spektroskopi infra merah. Analisis dengan spectra infra merah dapat
memberikan informasi tentang molekul apa yang tersedia pada suatu sampel dan keadaan
konsentrasinya. Terdapat tiga tipe infra merah yan digunakan yaitu infra merah dekat, infra
merah tengah, dan infra merah jauh. FTIR menganut pada suatu persamaan seperti di bawah ini

A=log(I0/I)
Dimana A merupakan nilai absorbansi, I0 merupakan intensitas awal, dan merupakan intensitas
setelah melewati sampel. Absorbansi selalu berhubungan dengan konsentrasi suatu molekul pada
suatu sampel melalui persamaan yang disebut dengan Hukum Beer. Persamaan ini adalah seperti
berikut

A=εlc
Dimana A merupakan nilai absorbansi, ε merupakan absorpsivitas, l merupakan panjang jalur,
dan c merupakan konsentrasi.
Puncak spektrum absorbansi adalah sebanding dengan besarnya konsentrasi yang mana
Hukum Beer dapat digunakan untuk mengetahuikonsentrasi dari molekul pada sampel. Sumbu y
pada spektrum infra merah dapat didefinisikan sebagai persentase transmitansi (%T) yang mana
mengukur persentase dari sinar yang diteruskan oleh sampel. %T didefinisikan dengan
persamaan berikut.

%T = 100 x (I/I0)
Berikut akan ditampilkan contoh bentuk dari grafik yang dihasilkan oleh FTIR dengan sampel
polistirena sebagai contoh
Gambar 2.1. Spektrum inframerah polistirena dengan sumbu y persentase transmitansi (%T)
Selain dengan transmitansi, sumbu y pada grafik juga dapat berupa nilai absorbansi
seperti gambar berikut.

Gambar 2.2 Spektrum inframerah mineral oil dengan sumbu y absorbansi (Smith, 2011)
Berikut terdapat tabel absorpsi inframerah yang nantinya akan dicocokkan dengan yang
sudah didapatkan dari FTIR.
(Chegg.com)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan pada percobaan tentang FTIR
ini diantaranya adalah speerangkat alat percobaan yaitu FTIR Spectroscopy dan sampel
uji yaitu gelas/polistirena/ZnPc.

3.2 Tata Laksana Percobaan


Percobaan tentang Fourier Transform Infrared (FTIR) Spectroscopy ini dilakukan
di laboratorium kimia dengan didampingi oleh operator laboran. Prinsip kerja dari alat ini
sudah dapat dipahami oleh praktikan pada saat proses pengambilan data. Kemudian data
yang didapatkan dari operator dapat dibawa. Kemudian data tersebut diolah dengan cara
dikonversi terlebih dahulu yang dijadikan suatu grafik atau yang lainnya yang kemudian
data tersebut dapat diolah dan dianalisa oleh praktikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan

Grafik 3.1 Uji FTIR Polistirena dengan Perlakuan Plasma

Grafik 3.2 Uji FTIR Polistirena Tanpa Perlakuan

4.2 Analisa Hasil


Hasil dari pengujian sampel polistirena dengan perlakuan yang berbeda dengan
menggunakan FTIR didapatkan dua buah grafik (Grafik 3.1 dan 3.2) dengan sumbu-x
nya yaitu bilangan gelombang dan sumbu-y nya yaitu nilai absorbansinya. Grafik ini
didapatkan dengan menggunakan software OMNIC yang digunakan untuk mengubah
data dari FTIR yang berupa angka menjadi grafik agar dapat dianalisa lebih lanjut. Pada
grafik 3.1, yaitu uji polistirena dengan perlakuan plasma menghasilkan banyak tipe nilai
daerah frekuensi atau bilangan gelombang. Nilai ini kemudian dicocokkan dengan
database yang ada agar dapat diketahui jenis gugus fungsi apa yang ada di sampel itu
melalui nilai-nilai itu. Pada grafik 3.1 terdapat nilai bilangan gelombang diantaranya yaitu
3648,75 dan 3629,01. Pada database nilai tersebut tergolong dalam rentang 3590-3650
yang mana gugus fungsinya adalah O-H dengan spesifikasi biasanya terdapat pada
alcohol cair dan fenol. Untuk nilai bilangan gelombang 3853,41 didapatkan gugus fungsi
O-H juga dengan kondisi vibrasi stretching. Kemudian terdapat pula ikatan C-N rangkap
tigas atau C-C rangkap tiga pada angka absorbansi 2238,34. Karena ngka ini masuk
didalam rentang nilai dari C-N rangkap tiga atau C-C rangkap tiga. Pada grafik 3.2 yang
merupakan sampel dengan bahan polistirena tanpa melalu proses perlakuan plasma
didapatkan beberapa nilai absorbansi diantaranya adalah 2238,38 yang mana bila
dicocokkan dengan database yang ada maka gugus fungsinya adalah dapat berupa C-N
rangkap tiga atau C-C rangkap tiga. Kemudian contoh lainnya yaitu terdapat nilai
absorbansi 1789,91 pada grafik yang merupakan gugus fungsi dengan jenis ikatan ganda
C-O.
Antara grafik 3.1 dan 3.2 terdapat perbedaan hasil nilai absorbansi yang
didapatkan. Hal ini terjadi karena sudah adanya perbedaan pemberian perlakuan pada
bahan sampel dalam hal ini adalah polistirena dengan perlakuan plasma. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian perlakuan plasma juga berpengaruh terhadap perubahan
ikatan atau gugus fungsi dari suatu bahan dari segi tinjauan secara kimianya.
Prinsip kerja FTIR adalah adanya interaksi energi dengan suatu materi dimana
interaksi tersebut berupa pancaran sinar yang berasal dari sumber infrared yang
terhamburkan karena pemantulan dari sampel yang tidak kuat untuk mengeksitasi
elektron pada molekul senyawanya. Setelah itu sampel dengan energi tertentu akan
bertranslasi dan kemudian berotasi dan kemudian partikel atau molekul tersebut tersebut
bergetar yang menyebabkan terjadi vibrasi molekul. Vibrasi pada tiap atom dengan
kekuatan ikatan yang menghubungkannya itu berbeda-beda yang mengakibatkan
frekuensi pada tiap molekul akan jadi berbeda-beda pula. Terdapat beberapa jenis vibrasi
molekul, diantaranyaa adalah:
a. Vibrasi Ulur (Stretching vibration) adalah vibrasi yang dapat mengakibatkan
perubahan pada panjang ikatan suatu molekul, dengan cara memanjang atau
memendek (Tarik ulur) dalam satu bidang datar. Pada vibrasi ulur ini dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Vibrasi ulur simetris
Yaitu vibrasi ikatan antar atom bergerak bersamaan dalam suatu bidang datar yang
diilustrasikan dengan gambar berikut,

Gambar 3.1 Vibrasi Ulur Simetris


2. Vibrasi ulur asimetris
Yaitu vibrasi saat ikatan antar atom bergerak tidak bersamaan dalam satu bidang datar yang
diilustrasikan dengan gambar berikut

Gambar 3.2 Vibrasi Ulur Asimetris


b. Vibrasi bengkok (bending vibrations) adalah vibrasi yang dapat mengakibatkan
adanya perubahan sudut sehingga ikatan menjadi bengkok. Vibrasi bengkok ini dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Goyangan (rocking)
Yaitu vibrasi yang terjadi jika ikatan antar atom mengayun searah dalam satu bidang
datar yang diilustrasikan dengan gambar berikut

Gambar 3.3 Vibrasi Bengkok Goyangan


2. Guntingan (scissoring) adalah vibrasi yang terjadi jika ikatan antar atom mengayun
berlawanan arah dalam satu bidang datar yang diilustrasikan dengan gambar berikut
Gambar 3.4 Vibrasi Bengkok Guntingan
3. Kibasan (wagging)
Yaitu vibrasi yang terjadi jika ikatan antar atom mengayun searah tidak dalam satu
bidang datar yang diilustrasikan dengan gambar berikut

Gambar 3.5 Vibrasi Bengkok Kibasan


4. Pelintiran (twisting)
Yaitu vibrasi yang terjadi jika ikatan antar atom mengayun berlawanan arah tidak
dalam satu bidang datar yang diilustrasikan dengan gambar berikut

Gambar 3.6 Vibrasi Bengkok Pelintiran


Selain ikatan kimia, penggunaan FTIR ini juga dapat mendeteksi molekul organik
karena bergantung pada energi. Data gugus yang dihasilkan kemudian disambungkan
dengan karakter bahan yang lainnya untuk mengetahui perubahan secara fisika dan
kimianya. Pengamatan FTIR dilakukan pada bilangan gelombang di atas 1200 karena
sebelum nilai tersebut, daerah masih dianggap sebagai daerah finger print yaitu daerah
yang susah untuk dianalisa karena susah untuk dibedakan misalkan membedakan
antara C-C dan C-H bila pada daerah dibawah 1200 perbedaan antara keduanya tidak
terlalu terlihat (nyaru). Pembacaan maksimal FTIR yaitu pada daerah 4000 karena itu
merupakan range dari inframerah yang digunakan karena menggunakan inframerah
tengah atau sedang dengan rentang 4000-400. Infra merah hanya mampu memvibrasi
molekul saja (pada alat ini khususnya) tidak sampai pada tahap mengeksitasi partikel.
Pada grafik yang tersedia diatas menggunakan fungsi absorbansi untuk sumbu-y.
Selain menggunakan fungsi absorbansi, dapat pula menggunakan fungsi persentase
transmitansi (%T). Perbedaan pada keduanya yaitu bila menggunakan fungsi
absorbansi pada sumbu-y maka yang dianalisa adalah puncak-puncaknya. Namun
sebaliknya, bila menggunakan fungsi %T pada sumbu-y maka yang dianalisa adalah
titik terendah dari lembah-lembahnya dan dengan databse yang berbeda pula untuk
mencocokkannya. Database yang digunakan untuk mencocokkan nilai absorbansi
dengan gugus fungsi didapatkan dari hasil eksperimen seseorang.
Sampel yang dapat diuji dengan menggunakan FTIR dapat berupa sampel padat
atau cair. Syarat dari sampel padat yang akan diuji harus tidak terlalu tebal karena
dapat mengganggu fungsi sampel dalam hal menyerap atau meneruskan sinar.
Kemudian sampel juga tidak boleh terlalu mengkilap karena akan besar
kemungkinannya sinar inframerah akan terpantul. Pada sampel cair tidak terlalu
banyak syaratnya seperti kekentalan dari sampel tidak terlalu berpengaruh. Perlu
diperhatikan bahwa tempat sampel untuk sampel cair dan padat pasti berbeda.
Grafik yang dihasilkan dengan menggunakan software OMNIC terdapat garis
horizontal yang memiliki fungsi sebagai daerah mana saja yang dianggap sebagai
peak. Kemudian bila akan membandingkan dua data (dua grafik) secara bersamaan
aka perlu diperhatikan skalanya. Keduanya harus berada pada skala yang sama. Agar
skalanya sama maka perlu diatur pada bagian view kemudian klik common scale.
Kemudian terdapat tiga penggolongan intensitas dari skala maksimum yaitu 1/3 dari
total yang digolongkan kedalam intensitas weak. Kemudian untuk 2/3 digolongkan
ke dalam intensitas medium dan 3/3 digolongkan ke dalam intensitas strong.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada percobaan tentang spektroskopi FTIR Dari hasil percobaan dengan
menggunakan FTIR dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja dari FTIR adalah ketika
terdapat suatu interaksi energi dengan suatu materi. Ketika ada penyerapan energi dapat
mengakibatkan terjadinya vibrasi pada tingkat energi dalam molekul-molekul berupa
perubahan jumlah energi yang ada di dalam molekul yang sebelumnya secara teori
pastinya sudah terjadi perubahan energi translasi dan rotas dari molekul yang kemudian
bila energi ditambah lagi, molekul tersebut akan bervibrasi yang kemudian fenomena ini
dijabarkan dalam bentuk grafik yang mengandung peak yang dapat kita analisa lebih
lanjut.

5.2 Saran
Pada percobaan tentang spektroskopi FTIR ini diharapkan memperhatikan proses
penganalisaan puncak yang dicocokkan dengan database agar didapatkan informasi
gugus fungsi yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Agusu, La dan Yuliana. 2017. Fabrikasi Komposit Graphene/TiO2/PAni Sebagai Bahan


Elektroda Baterai Lithium-Ion (Li-ion). Jurnal Aplikasi Fisika, Vol. 13(1).

Chegg Study, (Online), (https://www.chegg.com/homework-help/questions-and-answers/please


fill-table-threeproducts-refer-ir-absorption-frequency-table-attached-q19412976),
diakses 5 Desember 2018.

Smith, Brian C. 2011. Fundamentals of Fourier Transform Infrared Spektroskop. London:


CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai