Anda di halaman 1dari 79

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-


pusat pelayanan kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan
oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota. Rencana Struktur Ruang Wilayah
Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam
wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan
untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota,
meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan,
sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan
lainnya.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi :

a. Sebagai arahan pembentukan sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota


yang memberikan layanan bagi wilayah kota;
b. Sebagai arahan perletakan jaringan prasarana kota sesuai dengan fungsi
jaringannya yang menunjang keterkaitan antara pusat-pusat pelayanan kota;
dan
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun.

Rencana Struktur Wilayah Kota Medan digambarkan dalam bentuk :

1. Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk yang merupakan perkiraan


jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan yang selanjutnya diuraikan
dalam rencana pendistribusian untuk setiap kawasan/kecamatan sesuai
dengan daya dukungnya.

2. Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan yang merupakan pengembangan


sistem penyebaran pusat-pusat pelayanan kota yang disusun secara hirarkis
dan terstruktur sesuai dengan arahan dan rencana fungsi masing-masing
pusat. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial

Hal. IV - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional,


yang meliputi :

a. Pusat pelayanan kota, melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional;


b. Subpusat pelayanan kota, melayani sub-wilayah kota;
c. Pusat lingkungan, melayani skala lingkungan kota

3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi merupakan pengembangan sistem


jaringan yang menggambarkan pola pergerakkan dan penyebaran prasarana
dan sarana penunjangnya, mencakup sistem transportasi darat, sistem
jaringan kereta api, sistem jaringan angkutan sungai dan penyeberangan,
sistem jaringan transportasi laut dan sistem jaringan transportasi udara.

4. Rencana Sistem Jaringan Utilitas adalah pengembangan sistem jaringan


pelayanan yang memungkinkan kota dapat terlayani secara optimal dengan
memperhatikan arahan pengembangan dan distribusi penduduk, sistem
pusat-pusat pelayanan serta arah pengembangan kota dalam jangka
panjang.

4.1 ARAHAN PENGEMBANGAN DAN DISTRIBUSI PENDUDUK

Penyebaran penduduk Kota Medan saat ini tidak merata, terkonsentrasi


di kawasan pusat kota seperti di Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan
Perjuangan, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Area dan
Kecamatan Medan Tembung. Sejalan dengan kecenderungan perkembangan
fisik kota, saat ini perkembangan permukiman mulai mengarah ke Selatan.
Perkembangan permukiman ke arah Selatan perlu dibatasi mengingat kawasan
ini merupakan daerah konservasi. Untuk itu pada masa yang akan datang
perkembangan permukiman diharapkan akan mengarah ke Utara, seperti
Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan.
Beberapa pertimbangan dalam penetapan arahan distribusi penduduk
adalah :

a) Pertumbuhan penduduk dilihat dari beberapa periode diperoleh


kecenderungan pertumbuhan yang meningkat. Pada periode 1980 sampai
tahun 1990 pertumbuhan penduduk rata-rata meningkat sebesar 1,5% per-
tahun, dan pada tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 pertumbuhan
penduduk meningkat sebesar 1,8% per tahun, dan periode 2000 sampai
dengan tahun 2007 pertumbuhan penduduk mencapai 2% per tahun.

Hal. IV - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

b) Ketersediaan lahan untuk pengembangan pada setiap kecamatan.


Diperkirakan pertumbuhan penduduk masing-masing kecamatan akan
bervariasi, pada kecamatan di kawasan pusat kota, diperkirakan
penduduknya tidak akan bertambah, karena kepadatan kawasan ini sudah
cukup tinggi dan tidak tersedia lahan untuk pengembangan dan bahkan
kecenderungan kawasan perumahan beralih fungsi untuk penggunaan
perdagangan dan jasa.

c) Keberadaan pusat–pusat pertumbuhan yang ada seperti pusat sekunder


yang akan dikembangkan merupakan salah satu faktor penarik
perkembangan perumahan ke kawasan tersebut. Kawasan kecamatan
Medan Marelan dan Medan Amplas merupakan kecamatan yang paling
tinggi tingkat perkembangan penduduknya. Di kawasan ini banyak tumbuh
kompleks perumahan baru.

d) Rencana pengembangan pusat-pusat pegembangan baru untuk kegiatan


perekonomian dan perdagangan akan menarik perkembangan kawasan
perumahan kekawasan tersebut, seperti pusat primer utara.

e) Kebijaksanaan pemerintah yang telah ada, dalam menetapkan arah


pengembangan kota.

Berdasarkan pertimbangan diatas dan kondisi masing-masing


kecamatan, maka arahan pengembangan dan strategi distribusi penduduk Kota
Medan adalah sebagai berikut :

a) Pengembangan penduduk diarahkan sesuai rencana struktur ruang dan pola


ruang.

b) Pengendalian pertambahan penduduk di kawasan pusat kota, berupa


pembatasan pembangunan perumahan baru pada kawasan tertentu atau
meningkatkan pajak untuk lahan dan bangunan.
c) Mengarahkan perkembangan penduduk ke luar kawasan pusat kota, yaitu
pada kawasan-kawasan yang relatif masih sangat rendah tingkat kepadatan
dan penggunaan lahannya masih banyak berupa lahan kosong, diawali
dengan menyiapkan prasarana/sarana dasar (jalan, jaringan utilitas serta
fasilitas sosial dan fasilitas umum).
Secara umum arahan distribusi penduduk pada masing-masing
kecamatan di Kota Medan, dapat diuraikan sebagai berikut :

Hal. IV - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

1. Kecamatan Medan Tuntungan


Merupakan kecamatan yang berada di luar Pusat Kota. Kepadatan penduduk
di kecamatan ini masih tergolong rendah dan lahan pengembangan masih
tersedia cukup luas. Namun mengingat kecamatan ini berada pada kawasan
Selatan yang fungsinya sebagai kawasan konservasi maka pertumbuhan
penduduknya juga diharapkan tidak terlalu besar. Perkiraan jumlah penduduk
pada tahun 2030 berjumlah 81.256 jiwa dengan kepadatan sekitar 39
Jiwa/Ha.
2. Kecamatan Medan Johor
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah cukup
berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan
pertumbuhan penduduk di kecamatan ini relatif akan cukup besar. Di kawasan
ini masih cukup tersedia lahan pengembangan, namun perlu dibatasi
perkembangannya mengingat kecamatan ini berada pada kawasan Selatan
yang fungsinya sebagai kawasan konservasi. Perkiraan jumlah penduduk
pada tahun 2030 berjumlah 169.592 jiwa dengan kepadatan sekitar 116
Jiwa/Ha.
3. Kecamatan Medan Amplas
Merupakan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk terbesar
kedua setelah Medan Marelan dengan potensi lahan pengembangan yang
masih luas. Perkembangan pada kawasan ini sangat pesat, dimana banyak
terdapat industri yang berkembang. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun
2030 berjumlah 266.374 jiwa dengan kepadatan sekitar 238 Jiwa/Ha.
4. Kecamatan Medan Denai
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah cukup
berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan jumlah
penduduk pada tahun 2030 berjumlah 189.233 jiwa dengan kepadatan sekitar
209 Jiwa/Ha.
5. Kecamatan Medan Area
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah cukup
berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan jumlah
penduduk pada tahun 2030 berjumlah 99.141 jiwa dengan kepadatan sekitar
180 Jiwa/Ha.

Hal. IV - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

6. Kecamatan Medan Kota


Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 77.032 jiwa
dengan kepadatan sekitar 146 Jiwa/Ha
7. Kecamatan Medan Maimun
Merupakan kawasan di pusat kota, sebagian kawasan ini merupakan
kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan
pengembangan sangat terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun
2030 berjumlah 99.087 jiwa dengan kepadatan sekitar 333 Jiwa/Ha.
8. Kecamatan Medan Polonia
Merupakan kawasan di pusat kota, kawasan ini merupakan kawasan bandara
polonia dan permukiman. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Namun dengan adanya rencana pemindahan bandara polonia ke
Kuala Namo, maka kawasan polonia akan dikembangkan menjadi kawasan
CBD. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 81.298 jiwa
dengan kepadatan sekitar 90 Jiwa/Ha.
9. Kecamatan Medan Baru
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 43.553 jiwa
dengan kepadatan sekitar 75 Jiwa/Ha
10. Kecamatan Medan Selayang
Merupakan kecamatan yang berada di luar Pusat Kota. Lahan
pengembangan masih tersedia cukup luas. Perkiraan jumlah penduduk
pada tahun 2030 berjumlah 110.868 jiwa dengan kepadatan sekitar 87
Jiwa/Ha.
11. Kecamatan Medan Sunggal
Merupakan kecamatan yang berada di luar Pusat Kota dan memiliki luas
kecamatan yang paling kecil, sehingga lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 127.717
jiwa dengan kepadatan sekitar 83 Jiwa/Ha.

Hal. IV - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

12. Kecamatan Medan Helvetia


Merupakan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk cukup
besar. Potensi lahan pengembangan sangat terbatas. Perkembangan pada
kawasan ini sangat pesat, dimana banyak terdapat kawasan perumahan.
Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 208.592 jiwa
dengan kepadatan sekitar 159 Jiwa/Ha.
13. Kecamatan Medan Petisah

Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah


kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan masih
luas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 58.131 jiwa
dengan kepadatan sekitar 85 Jiwa/Ha.
14. Kecamatan Medan Barat
Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 55.497 jiwa
dengan kepadatan sekitar 104 Jiwa/Ha.

15. Kecamatan Medan Timur


Merupakan kecamatan di kawasan pusat kota, sebagian wilayahnya adalah
kawasan perdagangan dan jasa. Ketersediaan lahan pengembangan sangat
terbatas. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 108.581
jiwa dengan kepadatan sekitar 140 Jiwa/Ha.
16. Kecamatan Medan Perjuangan
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah
cukup berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Perkiraan
jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah 128.498 jiwa dengan
kepadatan sekitar 314 Jiwa/Ha.
17. Kecamatan Medan Tembung
Merupakan kecamatan yang relatif dekat dengan pusat kota dan sudah
cukup berkembang dimana terdapat banyak kompleks perumahan. Lahan
pengembangan sangat terbatas karena luas wilayah sangat kecil.
Kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk
yang cukup tinggi. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah
159.097 jiwa dengan kepadatan sekitar 199 Jiwa/Ha.

Hal. IV - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

18. Kecamatan Medan Deli


Merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk paling
besar, dengan potensi lahan pengembangan yang masih luas.
Perkembangan pada kawasan ini sangat pesat, dimana banyak
pembangunan kompleks perumahan baru. Pesatnya perkembangan ke
kawasan ini disebabkan adanya kawasan industri dalam skala yang cukup
besar. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan penduduk diperkirakan
2% per tahun. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030 berjumlah
228.361 jiwa dengan kepadatan sekitar 110 Jiwa/Ha.
19. Kecamatan Medan Labuhan
Merupakan kecamatan yang mempunyai luas terbesar dengan potensi lahan
pengembangan yang masih luas. Perkembangan pada kawasan ini sangat
pesat, dimana banyak pembangunan kompleks perumahan baru. Pesatnya
perkembangan ke kawasan ini disebabkan adanya kawasan industri dalam
skala yang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan
penduduk diperkirakan 2% per tahun. Perkiraan jumlah penduduk pada
tahun 2030 berjumlah 186.433 jiwa dengan kepadatan sekitar 51 Jiwa/Ha.
20. Kecamatan Medan Marelan
Merupakan kecamatan yang mempunyai pertumbuhan penduduk terbesar
dengan potensi lahan pengembangan yang masih luas. Perkembangan
pada kawasan ini sangat pesat, dimana banyak pembangunan kompleks
perumahan baru. Berdasarkan hal tersebut laju pertumbuhan penduduk
diperkirakan 2% per tahun. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2030
berjumlah 407.907 jiwa dengan kepadatan sekitar 171 Jiwa/Ha.
21. Kecamatan Medan Belawan

Merupakan kecamatan dengan ketersediaan lahan sangat terbatas.


Kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang di kawasan ini adalah
pelabuhan, industri, pergudangan dan perikanan. Perkiraan jumlah
penduduk pada tahun 2030 berjumlah 106.680 jiwa dengan kepadatan
sekitar 41 Jiwa/Ha.

Untuk lebih jelasnya, arahan pengembangan dan distribusi penduduk


Kota Medan sampai akhir tahun 2030 yang dirinci perkecamatan, dapat dilihat
pada Tabel IV.1 dan Tabel IV.2 serta Gambar 4.1.

Hal. IV - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

TABEL IV.1
ARAHAN DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

TABEL IV.2
ARAHAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

Hal. IV - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

4.2 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN KOTA


4.2.1 Konsep Pusat-Pusat Pelayanan Kota

Setidaknya terdapat 3 (tiga) teori utama tentang gambaran pola


perkembangan kota yang selama ini dijadikan bahan analisis dalam
mengidentifikasi kecenderungan pola perkembangan suatu kota maupun dalam
menentukan pola pengembangan kota dimasa mendatang, yaitu :

a) Teori Lingkaran Konsentrik (concentric zone theory) yang dikembangkan


oleh Ernest Burgess (1923). Teori ini mengidentifikasi 5 zona penggunaan
lahan, yaitu :
• Kawasan pusat kegiatan usaha/niaga (central business district-CBD)
yang merupakan pusat kegiatan;
• Zona transisi yang mencampurkan penggunaan perdagangan dan jasa
dan industri;
• Zona perumahan penduduk berpendapatan rendah;
• Zona perumahan penduduk berpendapatan sedang; dan
• Zona perumahan penduduk commuter.

b) Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939)
menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik
saja, tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang
serupa.

c) Teori Banyak Pusat (multiple nuclei theory) dikembangkan oleh Chauncy


Harris dan Edward Ullman (1945), yang mengemukakan bahwa pola-pola
penggunaan tanah dipandang sebagai serangkaian pusat, yang masing-
masing mempunyai fungsi yag berbeda. Setiap pusat berkembang dari
interdependensi ruang dari fungi-fungsi tertentu. Lihat Gambar 4.2.

3
10
2 3
4
I Central Business 3 2 1
District (CBD)
III

Loop 3 1 5 3
II Zone in transition 3
III Zone of workmens 2 4 5
homes 3
IV Residential zone
3 7
4
`

V Commuters zone 1. Central Business District (CBD)


2. Wholesale light manufacturing
The Concentric Zone Theory 3. Low-class residential 6
4. Medium-class residential
of Metropolitan Grow th
5. High-class residential
10
Sector Theory
of Urban Grow th 9 8

1. Central Business District (CBD)


2. Wholesale light manufacturing
3. Low-class residential
4. Medium-class residential
5. High-class residential
6. Heavy manufacturing
GAMBAR 4.2
Gambar. 6.4. 7.
8.
Outlying business district
Residential sub-urban
TEORI-TEORI POLA PERKEMBANGAN / 9.
10.
Industrial sub-urban
Commuters zone
PENGGUNAAN TANAH PERKOTAAN
Multiple Nuclei Theory
of Urban Grow th

Hal. IV - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Mengacu kepada 3 (tiga) teori di atas, dan dikaitkan dengan


perkembangan pola penggunaan lahan Kota Medan yang digambarkan dalam
bentuk stadia perkembangan Kota Medan, terlihat bahwa pola perkembangan
atau penggunaan lahan perkotaan Kota Medan lebih mendekati Teori Lingkaran
Konsentrik (concentric zone theory) karena sejak periode tahun 1970-an terjadi
perkembangan yang hanya memusat di pusat kota saja, kemudian berkembang
secara merata ke luar pusat kota. Lihat Gambar. 4.3.

Gambar 4.3
Stadia Perkembangan Kota Medan

Sumber : RUTRK Kota Medan 2005

Hal. IV - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Aplikasi dari teori atau konsep tersebut dituangkan dalam bentuk


identifikasi cluster-cluster (kelompok perkembangan yang saling terkait). Cluster-
cluster yang diidentifikasikan dan diprioritaskan pengembangannya adalah :
a). Cluster Pusat Kota dengan fungsi utama sebagai : pusat perdagangan dan
jasa;
b). Cluster Kawasan Utara dengan fungsi utamanya sebagai: kawasan industri,
pelabuhan, pariwisata dan perikanan; dan

c). Cluster Kawasan Selatan dengan fungsi utamanya sebagai : Ruang Terbuka
Hijau.

Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana
sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Pelayanan Kota dan Subpusat
Pelayanan Kota. Subpusat Pelayanan Kota harus terintegrasi dengan Pusat
Pelayanan Kota. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan
beberapa pertimbangan antara lain :

1. Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota


(KSK) dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang
memiliki pelayanan regional dan internasional, antara lain :

 Dengan memperhatikan peran penting Pelabuhan Belawan dalam


pergerakan arus barang dari dan ke wilayah Sumatera Utara yang
melayani sekitar 84,5 % arus masuk dan 77 % arus keluar Sumatera
Utara;

 Pelabuhan Belawan merupakan outlet-inlet point utama yang memegang


peranan penting dalam sistem perhubungan laut antara Sumatera Utara
dengan wilayah lainnya; dan

 Dalam rangka mengembangkan perdagangan dalam skala regional,


nasional, dan internasional ditempuh dengan meningkatkan kemampuan
Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan Hub Internasional.

2. Berdasarkan arahan kebijakan Kawasan Perkotaan Mebidangro, kawasan


utara diarahkan sebagai pengembangan :

 Pelabuhan penumpang (TOD= transit oriented development), pelabuhan


laut peti kemas internasional, kawasan industri, pergudangan dan
ekspedisi, Export Processing Zone (EPZ) dan pusat permukiman; dan

Hal. IV - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan


industri high technology, pusat permukiman industri, perlindungan
kawasan dan bangunan bersejarah, water front city, dan theme park.

3. Untuk mewujudkan fungsi dan peranan kawasan Utara sebagai kawasan


yang memiliki pelayanan regional dan internasional, maka perlu adanya
suatu pusat pelayanan di utara yang juga memiliki skala pelayanan regional
(primer), yang disebut dengan istilah Pusat Pelayanan Kota;

4. Sedangkan pusat kota tetap dipertahankan fungsinya sebagai pusat


pelayanan perdagangan dan jasa skala regional.

5. Kawasan ex Polonia seluas 590 ha merupakan kawasan bernilai jual tinggi


karena lokasinya yang berada dipusat kota. Mengingat tingginya harga lahan
dan lokasinya yang strategis, daerah ini sesuai untuk dikembangkan sebagai
pusat kegiatan komersial atau untuk perumahan kelas menengah atau
menengah atas dengan kepadatan tinggi. Disamping bernilai jual tinggi,
kawasan ini juga merupakan paru-paru kota Medan mengingat makin
padatnya pembangunan di dalam Kota Medan sendiri dan kurangnya fasilitas
taman dan rekreasi dalam kota.

Pada lokasi ini akan dibangun dan dikembangkan sebagai pusat keuangan
bertaraf nasional dan regional. Untuk mencapai hal ini pusat keuangan ini
dirancang dengan kombinasi pengembangan sarana perkantoran,
perbelanjaan, konvensi, rekreasi dan hiburan sehingga menjadi pusat baru
yang hidup dan menarik (CBD). Pada kawasan ini dapat juga dikembangkan
kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kota untuk
mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat Kota dan sekaligus
mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu
kawasan.

6. Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan
regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah
pelayanannya lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan
Pusat Pelayanan Kota;

7. Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua Pusat pelayanan
kota, 1 (satu) Pusat pelayanan kota di utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan
kota di Pusat Kota.

Hal. IV - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

8. Untuk menghubungkan wilayah Utara (Pusat pelayanan kota di Utara) dan


wilayah Pusat Kota (Pusat pelayanan kota di Kota) akan dikembangkan
transportasi Multimoda dengan tulang punggung transportasi massal Kereta
Api.

4.2.2 Pusat Pelayanan Kota

Sistem pusat pelayanan Kota Medan direncanakan terdiri atas 2 (dua)


Pusat pelayanan kota, yaitu satu Pusat pelayanan kota di Utara dan 1 (satu)
Pusat pelayanan kota di Pusat Kota dan didukung oleh 8 (delapan) Subpusat
pelayanan kota. Adanya dua pusat ini dimaksudkan untuk lebih mendorong
perkembangan kota ke arah utara agar perkembangan kota antara bagian
selatan dan utara dapat lebih merata. Pengembangan Pusat Pelayanan Kota
juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap Inti Pusat Kota Medan.

Kriteria lokasi dari masing-masing pusat dan subpusat pelayanan kota


ditetapkan sebagai berikut:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang ditandai dengan adanya kegiatan jasa dan
perdagangan;
2. Memiliki aksesibilitas yang cukup tinggi, seperti berada pada jalur jalan arteri
dan kolektor; jalan lingkar, jalan tol, dan stasiun kereta api;
3. Kawasan yang memiliki nilai-nilai historis, seperti: kota/permukiman lama,
bekas wilayah kesultanan Deli, perkebunan tembakau Belanda, situs
bersejarah pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura, permukiman
pribumi di zaman Belanda dan lain sebagainya;
4. Penggunaan lahan eksisting yang mendukung fungsi kegiatan;

5. Potensi pengembangan kawasan dan memiliki ketersediaan lahan


pengembangan; dan

6. Komitmen Pemerintah derah, berupa kebijakan yang ada terhadap kawasan.

Berdasarkan kriteria diatas maka lokasi-lokasi subpusat pelayanan akan


ditetapkan pada bagian selanjutnya, sedangkan lokasi Pusat Pelayanan Kota
Medan dapat diarahkan sebagai berikut :
1. Pusat Pelayanan Kota di Pusat Kota Medan yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan

Hal. IV - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

provinsi dan kota, dan pusat pelayanan ekonomi, meliputi 7 (tujuh


Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara lain:
 Kecamatan Medan Polonia;
 Kecamatan Medan Maimun;
 Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat dan Petisah Hulu);
 Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan Sekip);
 Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas);
 Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang
Buntu); dan
 Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan
Kelurahan Mesjid).
2. Pusat Pelayanan Kota di Bagian Utara, terletak di antara Kecamatan Medan
Labuhan dan Medan Marelan, tepatnya disekitar Mesjid Raya Labuhan,
Kelurahan Pekan Labuhan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
perdagangan dan jasa regional, pusat pelayanan transportasi; pusat kegiatan
sosial – budaya, dan pusat kegiatan industri serta pusat pertahanan
keamanan.

4.2.3 Subpusat Pelayanan Kota

Pengembangan Subpusat Pelayanan Kota berfungsi sebagai penyangga


dua Pusat Pelayanan Kota dan meratakan pelayanan pada skala subpusat
pelayanan kota. Penyebaran Subpusat Pelayanan Kota juga dimaksudkan untuk
mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar subpusat
wilayah kota. Lokasi Subpusat Pelayanan Kota Medan dapat diarahkan sebagai
berikut:

a. subpusat pelayanan kota Medan Belawan yang berfungsi sebagai


pusat pelayanan transportasi laut, pusat kegiatan bongkar muat dan
impor – ekspor, pusat pelayanan pertahanan keamanan, pusat kegiatan
industri dan pusat kegiatan perikanan, ditetapkan di Kecamatan Medan
Belawan, tepatnya di stasiun kereta api Pelabuhan Belawan Lama;
b. subpusat pelayanan kota Medan Labuhan yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan jasa dan perdagangan, pusat pelayanan transportasi,
dan pusat pelayanan kesehatan, ditetapkan di Kecamatan Medan
Labuhan, tepatnya di persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos

Hal. IV - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Sudarso, diantara Kelurahan Pekan Labuhan dengan Kelurahan


Martubung;
c. subpusat pelayanan kota Medan Marelan yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan perdagangan dan jasa kebutuhan pokok (pasar induk)
dan pusat kegiatan rekreasi serta wisata, ditetapkan di Kecamatan
Medan Marelan, tepatnya dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan
Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun);
d. subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pelayanan olahraga,
ditetapkan di Kecamatan Medan Tembung tepatnya di sekitar aksara,
meliputi Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Tembung;
e. subpusat pelayanan kota Medan Area yang berfungsi sebagai pusat
pelayanan ekonomi dan pusat pelayanan transportasi, ditetapkan di
Kecamatan Medan Amplas tepatnya di sekitar persimpangan terminal
Amplas, Kelurahan Timbang Deli, meliputi Kecamatan Medan Area,
Medan Kota (kecuali Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan
Mesjid);
f. subpusat pelayanan kota Medan Helvetia yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan ekonomi, pusat pelayanan transportasi wilayah bagian
Barat, dan pusat kegiatan sosial-budaya, ditetapkan di Kecamatan
Medan Helvetia tepatnya di Jalan Asrama, antara rel Kereta Api dan
Jalan Gaperta, meliputi Kecamatan Medan Petisah (kecuali Kelurahan
Petisah Tengah dan Sekip) serta pusat pelayanan pertahanan
keamanan;
g. subpusat pelayanan kota Medan Selayang yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pendidikan, ditetapkan di
Kecamatan Medan Selayang tepatnya di sekitar simpang Pemda,
meliputi Kecamatan Medan Tuntungan, Kecamatan Medan Baru
(kecuali Kelurahan Darat dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan
Selayang dan Kecamatan Medan Johor; dan
h. subpusat pelayanan kota Medan Timur yang berfungsi sebagai pusat
kegiatan perdagangan/bisnis, pusat pelayanan transportasi (TOD), dan
pusat kegiatan sosial-budaya, ditetapkan di Kecamatan Medan Timur
tepatnya disekitar jembatan layang Pulo Brayan, meliputi Kecamatan
Medan Deli, Kecamatan Medan Timur (kecuali Kelurahan Persiapan

Hal. IV - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Perintis dan Gang Buntu), Kecamatan Medan Barat (kecuali Kelurahan


Kesawan dan Silalas) serta pusat pelayanan pertahanan keamanan.

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur ruang Kota Medan dapat dilihat pada
Tabel IV.3 dan Gambar 4.4 berikut :

TABEL IV.3
RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030

PUSAT
NO FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
PELAYANAN
Pusat Pelayanan  Pusat kegiatan  Kota Medan, Kec. Medan
Kota di Pusat perdagangan/bisnis; Polonia, Kec. Medan
A Kota Baru, Medan Petisah,
 Pusat kegiatan jasa dan
Kec. Medan Timur,
kegiatan pemerintahan provinsi
kec.Medan Barat, Kec.
dan kota;
Medan Kota;
 Pusat pelayanan ekonomi  Provinsi Sumatera Utara
 Internasional
Pusat Pelayanan  Pusat Kegiatan Jasa dan  Kota Medan Bagian
Kota dibagian Perdagangan regional Utara;
Utara  Pusat pelayanan transportasi;  Provinsi Sumatera Utara
B
 Pusat kegiatan sosial-budaya  Regional
 Pusat kegiatan industri
Subpusat  pusat pelayanan transportasi  Kec. Medan Belawan
pelayanan kota laut,
Medan Belawan  pusat kegiatan bongkar muat
1 dan impor – ekspor,
 pusat kegiatan industri, dan
 pusat kegiatan perikanan
Subpusat  Pusat Kegiatan Jasa dan  Kec. Medan Labuhan
pelayanan kota Perdagangan
2  Pusat pelayanan transportasi
Medan Labuhan
 Pusat pelayanan kesehatan
3
Subpusat  Pusat kegiatan perdagangan  Kec, Medan Marelan;
pelayanan kota kebutuhan pokok (pasar induk);  Kabupaten Deli Serdang
Medan Marelan  Pusat kegiatan rekreasi dan
wisata
Subpusat  Pusat kegiatan  Kec. Medan Perjuangan
4
pelayanan kota perdagangan/bisnis dan Kec. Medan
Medan Perjuangan  Pusat pelayanan olahraga Tembung
Subpusat  Pusat pelayanan ekonomi  Kec. Medan Area, Kec.
pelayanan kota  Pusat pelayanan transportasi Medan Kota, Kec. Medan
5
Medan Area Denai, Kec, Medan
Amplas

Hal. IV - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

PUSAT
NO FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
PELAYANAN
6 Subpusat  Pusat pelayanan ekonomi  Kec. Medan Helvetia,
pelayanan kota  Pusat pelayanan transportasi Kec. Medan Petisah,
Medan Helvetia wilayah bagian Barat Kec. Medan Sunggal
 Pusat kegiatan sosial-budaya
Subpusat  Pusat kegiatan  Kec. Medan Tuntungan,
8 pelayanan kota perdagangan/bisnis kec. Medan Baru, Kec.
Medan Selayang  Pusat Pendidikan Medan Selayang, kec.
Medan Johor
Subpusat  Pusat kegiatan  Kec. Medan Deli, Kec.
pelayanan kota perdagangan/bisnis Medan Timur, Kec.
9 Medan Timur  Pusat pelayanan transportasi Medan Barat
(TOD);
 Pusat kegiatan sosial-budaya
Sumber : Rencana

Hal. IV - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

4.2.4 Rencana Pusat Lingkungan


Rencana pusat pelayanan yang lebih rendah skala pelayanan dari Pusat
Pelayanan Kota dan Subpusat Pelayanan Kota di Kota Medan menjadi Pusat
Pelayanan Lingkungan, yaitu pusat pelayanan yang melayani kebutuhan
pelayanan tiap unit lingkungan atau kelurahan.
Pusat Pelayanan Lingkungan memiliki ketentuan :
a. Tersebar di tiap Kelurahan;
b. Lokasi pusat diprioritaskan di dekat Kantor Kelurahan atau Pusat aktivitas
tingkat kelurahan baik fungsi perdagangan, fasilitas umum, transportasi,
rekreasi maupun campuran dari dua atau beberapa fungsi tersebut;
c. Satu Kelurahan boleh memiliki lebih dari satu pusat pelayanan lingkungan
sepanjang memiliki dasar perhitungan ilmiah dan pertimbangan kemudahan
pencapaian tiap unit lingkungan atau blok peruntukan;
d. Pada kelurahan yang memiliki pusat pelayanan primer, sekunder dan tersier
maka lokasi pusat pelayanan lingkungan dapat menyatu ataupun terpisah
dengan pusat pelayanan yang lebih tinggi; dan
e. Pusat pelayanan lingkungan harus terhubung dan memiliki akses langsung
dengan jalan dengan hirarki minimal Kolektor Sekunder.

Atas kriteria tersebut maka lokasi pelayanan tersier maupun pusat


pelayanan lingkungan akan ditentukan lebih lanjut berdasarkan analisis dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota. Demikian pula mengenai
distribusi penduduk dan sebaran fasilitas pelayanan tiap unit permukiman atau
lingkungan akan diperinci dengan alokasi ruang dalam rencana detail tata ruang
mengingat kesesuaian dengan tingkat kedalaman peta dan kedalaman data.

4.3 RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA UTAMA


4.3.1 Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Pengembangan sistem jaringan transportasi bertujuan untuk


meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi
terhadap pusat-pusat kegiatan produksi atau pusat-pusat pelayanan dan
pemasaran, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Kota Medan yang
dilakukan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan prasarana dan
sarana transportasi darat, laut, dan udara. Sistem jaringan transportasi Kota
Medan yang direncanakan mencakup Sistem Jaringan Transportasi Darat,

Hal. IV - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan Transportasi Laut.


Ketiga sistem jaringan tersebut akan sangat menentukan struktur dan pola ruang
Kota Medan sampai dengan tahun 2030, karena faktor yang paling menentukan
dalam pembentukan struktur kota adalah jaringan transportasi, khususnya
jaringan transportasi berupa jaringan jalan raya dan jaringan jalan kereta api.
Sedangkan sistem jaringan transportasi udara dan laut lebih terkait kepada
sistem perpindahan antar moda transportasi.

Tujuan pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Medan, adalah untuk :


a. Meningkatkan aksessibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa dari
dan ke pusat primer, pusat sekunder dan pusat-pusat lingkungan.
b. Memperkuat interaksi antar pusat-pusat perkembangan/pelayanan di
wilayah Kota Medan dan ke wilayah-wilayah sekitarnya (Mebidangro)
agar dapat tercipta sinergi perkembangan wilayah.
c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan
pemerataan pembangunan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan pergerakan orang dan barang dan jasa serta
memfungsikannya sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi.

Agar tujuan pengembangan di atas dapat tercapai, maka perlu adanya


pengembangan sistem jaringan transportasi secara terpadu dan terintegrasi
antara sistem transportasi lokal dan transportasi regional. Terminologi terminal
terpadu perlu dikembangkan secara lebih luas, yaitu terpadu dengan beberapa
penggunaan lainnya, seperti pasar dan sebagainya. Rencana pengembangan
sistem jaringan transportasi di wilayah Kota Medan, meliputi :

4.3.2 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat


1) Rencana Sistem Jaringan Jalan

Pengembangan sistem jaringan jalan di wilayah Kota Medan didasari oleh


kebijaksanaan RTRW Nasional, RTR Pulau Sumatera, RTRW Provinsi Sumatera
Utara, RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro, sistem jaringan jalan eksisting,
pola pemanfaatan ruang dan sebaran pusat-pusat pelayanan kegiatan kota.
Pengembangan sistem jaringan jalan Kota Medan ini akan lebih difokuskan pada
sistem primer dan sekunder, baik untuk fungsi Jalan Arteri, Kolektor, maupun
Lokal. Jaringan jalan yang direncanakan pengembangannya adalah :

Hal. IV - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

a). Jalan Arteri Primer


Fungsi Jalan Arteri Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah jalan-
jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya
(ibukota provinsi), atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu
kawasan andalan dengan kawasan andalan lainnya dalam satu provinsi,
atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara Pusat Primer dan Pusat
Primer lainnya dalam wilayah Kota Medan. Ruas jalan yang akan ditetapkan
sebagai jalan Arteri Primer antara lain seperti pada Tabel IV.14 berikut :
Tabel IV.4
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER KOTA MEDAN
Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar
No GSB Keterangan
Jalan Jalan
A Jalan Arteri Primer
1 Jln. Sisingamangaraja 40 11,5 Jln. Tritura – Batas Kota
2 Jln. Tritura 40 11,5 Jln. Sisingamangaraja – Jln. Brigj. Zein
Hamid
3 Jln. A. H Nasution 40 8,5 Jln. Brigjen Zein Hamid – Jln. Karya Jaya
4 Jln. A. H Nasution 40 11,5 Jln. Karya Jaya – Sungai Babura
5 Jln. A. H Nasution 40 4,5 Sungai Babura – Jln. Jamin Ginting
6 Jln. Ngumban Surbakti 40 11,5 Jln. Jamin Ginting – Batas Fly over
7 Jln. Ngumban Surbakti 33 15 Batas Fly over – Jln. Setiabudi
8 Jln. Gagak Hitam/Industri 33 10 Jln. Setiabudi – Jln. Gatot Subroto
9 Jln. Asrama 33 10 Jln. Gatot Subroto – Jln. Flamboyan
10 Jln. Helvetia 33 15 Jln. Flamboyan – Batas Kab. Deli Serdang
11 Jln. Pertahanan/Jln. Cemara 33 2 Jembatan Sungai Deli – Jln. Komodor Laut
Yos Sudarso
12 Jln. Kol. Bejo/Jln. Cemara 33 15 Jln. Komodor Laut Yos Sudarso – Jln.
Williem Iskandar
13 Jln. Jend. Gatot Subroto 33 15 Batas Kota – Jln. Asrama
14 Jln. Komodor Laut Yos Sudarso 26 12,5 Jln. Kol. Bejo - Jln. Sumatera
15 Jln. Pelabuhan I 48 15 Jln. Komodor Laut Yos Sudarso - Tol titik
0,0
16 Jln. Pelabuhan II 48 15 Jln. Tol titik 0,0 – Pelabuhan Peti Kemas
17 Jln. Letjen. Jamin Ginting 33 15 Jln. A. H Nasution – Batas Kota
18 Jln. Letda Sujono 26 12 Intersection tol – Batas kota
19 Jln. Layang/tol CBD Polonia-Tol 40 5 Ujung exrunway – Tol Belmera
Belmera (rencana)
20 Jalan Susur Pantai Trans Sumatera 48 15 Batas Kota Sisi Barat – Batas Kota Sisi
(rencana) Timur
21 Jln. Tol titik 0,0 – Pelabuhan Peti 48 15 Tol Belmera – Jalan Pelabuhan II
Kemas (rencana)
22 Jln. Tol Medan – Belawan 80 10 Jln. Tol titik 0,0 – Batas kota
23 Jalan Tol Medan – Binjai 70 15 Pintu Tol Tanjung Mulia – Batas kota
24 Jalan exrunway 100 15 Jalan Adi Sucipto – Jalan Jamin Ginting
25 Jalan Ters. Exrunway/Jalan Jamin 40 5,5 Jalan Pasar V – Jalan A. H Nasution
Ginting
Sumber : Rencana

Hal. IV - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

b). Jalan Arteri Sekunder

Fungsi Jalan Arteri Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah


jalan-jalan yang dapat berfungsi sebagai jalur pengalih arus lalu lintas
angkutan utama yang menuju ke dan dari Kota Medan untuk mengurangi
beban jalan Arteri Primer dan kepadatan lalu-lintas di dalam kota. Selain itu
berfungsi juga melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder.
Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan arteri primer dan jalan
kolektor sekunder sebagai bagian dari kerangka jalan utama wilayah kota.
Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, seperti pada
Tabel IV.5 berikut :
Tabel IV.5
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN ARTERI SEKUNDER
KOTA MEDAN
Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar
No GSB Keterangan
Jalan Jalan
B Jalan Arteri Sekunder
1 Jln. Sicanang 26 10 Jln. Komodor Yos Sudarso – Jalan Lingkar
Marelan Sisi Barat (rencana)
2 Jalan Lingkar Marelan Sisi Barat 26 15 Jln. Sicanang – Jln. Rahmad Budin
(rencana)
3 Jln. Marelan Raya 26 10 Jln. Rahmad Budin – Batas Kota
4 Jln. Komodor Laut Yos Sudarso 26 12,5 Jln. Kol Bejo – Jln. Bambu II
5 Jln. Adam Malik 26 15 Jln. KL Yos Sudarso – Jln. Tengku Amir Hamzah
6 Jln. T. Amir Hamzah 26 12,5 Jln. Adam Malik – Jln. Gaperta
7 Jln. Kapten Muslim 26 10 Jln. Gaperta- Jln. Gatot Subroto
8 Jln. Sunggal 26 15 Jln. Gatot Subroto – Jln. Setia Budi
9 Jln. Setia Budi 26 9,5 Jln. Sunggal – Jln Dr. Mansyur
10 Jln. Dr. Mansyur 26 12 Jln. Setiabudi – Jln. Jamin Ginting
11 Jln. Terusan Dr. Mansyur 26 12 Jln. Jamin Ginting – Pusat Kota (CBD Polonia)
12 Jln. Armada 40 4 Jln. Brigjen Katamso – Jln. Sisingamangaraja
13 Jln. H. M Joni 40 5 Jln. Sisingamangaraja – Jln. Bakti
14 Jln. Bakti 26 6 Jln. H. M Joni - Jln. Halat/Megawati
15 Jln. A. R Hakim 26 9,5 Jln. Halat/Megawati – Jln. H. M Yamin
16 Jln. Willem Iskandar 26 10 Jln. H. M Yamin – Jln. Cemara
17 Jln. Perdamaian/Pelita III/Bambu II 18 5 Jln. Willem Iskandar – Jln. Gaharu
18 Jln. Putri Hijau 26 12,5 Jln. Adam Malik – Jln. H. M Yamin
19 Jln. Balai Kota 26 12,5 Jln. H. M Yamin – Jln. Pulau Pinang
20 Jln. A. Yani 20 6 Jln. Pulau Pinang – Jln. Palang Merah
21 Jln. Pemuda 26 6 Jln. Palang Merah – Jln. Suprapto
22 Jln. Brigjen Katamso 22 6 Jln. Suprapto – Jln. Alfalah
23 Jln. Brigjen Zein Hamid 22 10 Jln. Alfalah – Jln. A. H Nasution
24 Jln. Gaharu 20 9 Jln. Bambu II – Jln. H. M Yamin
25 Jln. Jawa 20 6 Jln. H. M Yamin – Jln. Veteran
26 Jln. Irian Barat 18 1,25 Jln. Veteran – Jln. M. T Haryono
27 Jln. Cirebon 22 1,25 Jln. M. T Haryono – Jln. Pandu

Hal. IV - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar


No GSB Keterangan
Jalan Jalan
28 Jln. Sisingamangaraja 30 10 Jln. Pandu – Jln. Tritura/A. H. Nasution
29 Jln. Jend. Gatot Subroto 33 15 Jln. Asrama – Jln. Adam Malik
30 Jln. Guru Patimpus 26 12,5 Jln. Adam Malik – Jln.Putri Hijau
31 Jln. Perintis Kemerdekaan 26 12,5 Jln. Putri Hijau – Jln. H. M Yamin
32 Jln. H. M Yamin 26 4 Jln. Perintis Kemerdekaan – Jln. A. R Hakim
33 Jln. Letda Sujono 26 12 Jln. A. R Hakim – intersection Tol Bandar
Selamat
34. Jln. Pinang Baris 26 12 Jln. Gatot Subroto – Jln. Flamboyan Raya
35 Jln. Layang Letda Sujono – H. M 26
Yamin – Gatot Subroto
Sumber : Rencana

c). Jalan Kolektor Primer


Fungsi Jalan Kolektor Primer terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-
ruas jalan yang melayani pergerakan dari Pusat Primer ke Pusat Sekunder
maupun. Jalan ini terkoneksi ke sistem pelayanan jalan kolektor primer dan
arteri sekunder. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor
Primer seperti pada tabel IV.6 berikut :
Tabel IV.6
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN KOTA MEDAN

Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar


No GSB Keterangan
Jalan Jalan
C Jalan Kolektor Primer
1 Jln. Rahmad Budin 26 15 Jalan Marelan – Batas Kota
2 Jln. Marelan Raya/Pahlawan 26 10 Jalan Rahmad Budin – Jln. Komodor Laut Yos
Sudarso
3 Jln. Baru Sicanang 20 12 Batas Kota Sungai Percut – Batas Kota Sungai
Belawan
4 Jln. Lingkar Labuhan 26 15 Jln. Lingkar Marelan – Simp. Seruway – hingga ke
Batang Kuis (Batas Kota)
5 Jln. Brigjen Zein Hamid 26 8 Titi Kuning – Deli Tua
6 Jln. Bajak II 20 12 Jalan A. H Nasution – Batas Kota
7 Jln. Flamboyan Raya 26 15 Jln.Ngumban Surbakti – Batas Kota
8 Jln. Sejajar Medan Binjai 33 15 Jln. Pinang Baris – Batas Kota
9 Jln. Lingkar Luar Timur 26 15 Jalan Trans Sumatera – Batas Kota
10 Jln. Datuk Kabu 20 12 Jalan Panglima Denai – Batas Kota
Sumber : Rencana

d). Jalan Kolektor Sekunder


Fungsi Jalan Kolektor Sekunder terhadap transportasi Kota Medan adalah
ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari pusat sekunder dengan

Hal. IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan
Kolektor Sekunder seperti pada Tabel IV.7 berikut :
Tabel IV.7
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN KOTA MEDAN
Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar
No GSB Keterangan
Jalan Jalan
D Jalan Kolektor Sekunder
1. Jln. Pancing (Kec. M. Labuhan) 20 12 Jln. Rawe – Jln. K.L.Yos Sudarso
2. Jln. Krakatau Ujung 26 15 Jln. Alumunium Raya - Jln. Kolonel
Bejo/Cemara
3 Jln. Krakatau 26 6 Jln. Kolonel Bejo/Cemara – Jln. Karantina
4 Jln. Sutomo Ujung 26 2 Jln. Karantina – Jln. Perintis Kemerdekaan
5 Jln. Halat/Gg. Kolam 25 6 Jln. Sisingamangaraja – Jln. Panglima Denai
6 Jln. Baru (Simp. Dr. Mansyur – CBD 26 15 Jln. Lingkar Dalam
Polonia – HM Joni)
7 Jln. Juanda 26 15 Jln. S. M Raja – Jln. Mongonsidi
8 Jln. Mongonsidi 26 15 Jln. Juanda – Jln. Pattimura
9 Jln. Jamin Ginting 24 12,5 Jln. Pasar V/Sembada – Jln. Abdul Hakim
10 Jln. Jamin Ginting 26 6 Jln. Abdul Hakim- Jln. Mongonsidi
11 Jln. Pattimura 20 15 Jln. Jamin Ginting – Jln. Sudirman
12 Jln. S. Parman 20 6 Jln. Sudirman – Jln. Gatot Subroto
13 Jln. Sudirman 26 15 Jln. Pattimura – Jln. Imam Bonjol
14 Jln. Suprapto 26 15 Jln. Imam Bonjol – Jln. Pemuda
15 Jln. Pandu 26 15 Jln. Pemuda – Jln. Sutomo
16 Jln. Sutomo 20 1,25 Jln. Rahmadsyah – Jln. Merbabu
17 Jln. Sutomo 20 1,25 Jln. Merbabu – Jln. P. Kemerdekaan
18 Jln. Rahmadsyah 14 4 Jln. S. M Raja – Jln. Sutomo
19 Jln. Sutrisno 20 1,25 Jln. Sutomo – Jln. A. R Hakim
20 Jln. Denai 20 1,25 Jln. A. R Hakim – Jln. Panglima Denai
21 Jln. Panglima Denai 16 10 Jln. Datuk Kabu – Jln. S. M Raja
22 Jln. Gatot Subroto 26 8 Jln. Glugur – Jembatan Sungai Babura
23 Jln. Glugur 20 6 Jln. S. Parman – Jln. Gatot Subroto
24 Jln. Kapt. Maulana Lubis 25 10 Jembatan Sungai Babura – Jembatan Sungai
Deli
25 Jln. Raden Saleh 20 9 Jembatan Sungai Deli – Jln. Balai Kota
26 Jln. Imam Bonjol 20 15 Jln. Kapt. Maulana Lubis – Jln. Palang Merah
27 Jln. Imam Bonjol 20 15 Jln. Palang Merah – Jln. Adi Sucipto
28 Jln. SMA 2 14 8 CBD Polonia – Jln. A. H Nasution
29 Jln. Palang Merah 20 10 Jln. Pemuda – Jln. Imam Bonjol
30 Jln. Zainul Arifin 20 15 Jln. Imam Bonjol – Jln. Diponegoro
31 Jln. Zainul Arifin 20 1,25 Jln. Diponegoro – Jembatan Sungai Babura
32 Jln. Gajah Mada 18 10 Jembatan Sungai Babura – Jln. Darussalam
33 Jln. Sei Batang Hari 18 10 Jln. Darussalam – Jln. Sunggal
34 Jln. Iskandar Muda 20 10 Jln. Gatot Subroto – Jln. Jamin Ginting
35 Gg. Warga (rencana terusan Jln. 20 10 Jln. Gatot Subroto – Jln. Pabrik Tenun
Iskandar Muda)
36 Jln. Pabrik Tenun 20 10 Jln. Sekip – Jln. Ayahanda
37 Jln. Sampul 20 10 Jln. Ayahanda – Sei Sikambing

Hal. IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar


No GSB Keterangan
Jalan Jalan
38 Terusan Jln. Sampul (rencana) 6 4 Sei Sikambing – Jln. Kapt. Muslim
39 Jln. Sekip 20 5 Jln. Gatot Subroto – Jln. Gereja/Danau
Singkarak
40 Jln. Gereja/Danau Singkarak 16 10 Jln. Karya – Jln. Kapt. Muslim
41 Jln. Karya 20 12 Jln. Gereja – Batas kota
42 Jln. Ayahanda 16 10 Jln. Gatot Subroto - Jln. Gereja/Danau
Singkarak
43 Jln. Darussalam 16 10 Jln. Gatot Subroto – Jln. Sei Brutu
44 Jln. Sei Brutu 16 10 Jln. Darussalam – Jln. Setiabudi
45 Jln. H. M Yamin 20 10 Jln. Putri Hijau – Jln. Perintis Kemerdekaan
46 Jln. M. H. Thamrin 20 1,25 Jln. Sutrisno – Jln. Perintis Kemerdekaan
47 Jln. M. T Haryono 20 1,25 Jln. Pemuda – Jln. Sumatera
48 Jln. Wahidin 20 1,25 Jln. M. H Thamrin – Jln. A. R Hakim
49 Jln. Pukat VIII 15 8 Jln. A.R Hakim – Jln. Mandala by pass
50 Jln. Setiabudi 20 12 Jln. Dr. Mansyur – Jln. Jamin Ginting
51 Jln. Gaperta 16 10 Jln. Kapt. Muslim – Jln. Kelambir V
52 Jln. Kasuari 16 6 Jln. Sunggal – Jln. Industri
53 Jln. Amal 16 10 Jln. Industri – Jln. Pinang Baris
54 Jln. Sunggal 16 10 Jln. Setiabudi – Jln. Pinang Baris
55 Jln. Tri Dharma 30 15 Jln. Dr. Mansyur – Jln. Harmonika
56 Jln. Organ 26 15 Jln. Harmonika – Jln. Bunga Cempaka
57 Jln. Pasar Baru 20 12 Jln. Jamin Ginting – Jln. Organ
58 Jln. Bunga Cempaka 14 8 Jln. Organ – Jln. Setiabudi
59 Jln. Melintang/Jln. Bunga Kenanga 16 10 Jln. Bunga Cempaka – Jln. Ngumban
Surbakti
60 Jln. Harmonika/Pasar II 16 6 Jln. Jamin Ginting – Jln. Setiabudi
61 Jln. Karya Wisata 20 10 Jln. A.H. Nasution – Batas Kota
62 Jln. Karya Bakti 16 10 Jln. Karya Jaya – Jln. Karya Wisata
63 Jln. Karya Budi 14 4 Jln. A. H Nasution – Jln. Karya Kasih
64 Jln. Karya Kasih 14 8 Jln. Karya Jaya – Jln. Karya Wisata
65 Jln. Karya Sejati 12 4 Jln. Eka Warni – Jln. Karya Kasih
66 Jln. Danau Singkarak 12 8 Jln. D. Jampang – Jln. Kapt. Muslim
67 Jln. Karya 14 10 Jln. Amir Hamzah – Batas kota
68 Jln. Harmonika/Pasar II 12 8 Jln. Organ – Jln. Jamin Ginting
69 Jln. Bunga Rampe 3 20 12 Jln. Pintu Air – Jln. Jamin Ginting
70 Jln. Stasiun (Kedai Durian) 20 12 Jln. Karya Jaya – Jalan Bajak II
71 Jln. Sumber Utama 2 20 12 Jln. Bajak II – Batas Kota
72 Jln. Sakura Raya 26 12 Jln. Flamboyan Raya – Jln. Jamin Ginting
73 Jln. Eka Surya 26 12 Jln. Karya Jasa – Jln. Pintu Air
74 Jln. M. Nawi Harahap 20 12 Jln. S. M Raja – Jln. Panglima Denai
75 Jln. Bahagia by pass 26 6 Jln. A.R Hakim – Jln. Nawi Harahap
76 Jln. Ex-lingkar Luar Timur (rencana) 16 10 Jln. Panglima Denai – Batas kota
77 Jln. Mandala By. Pass 20 6 Jln. Denai – Jln. Leta Sujono
78 Jln. Slamet Ketaren 20 6 Jln. Letda Sujono – Batas Kota
79 Jln. Bilal 20 8 Jln. Kom. Yos Sudarso – Jln. Sei Kera
80 Jln. Bilal 20 12 Jln. Sei Kera – Jln. Willem Iskandar
81 Jln. Pasar III 16 10 Jln. Krakatau – Jln. Willem Iskandar

Hal. IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar


No GSB Keterangan
Jalan Jalan
82 Jln. Rakyat 14 8 Jln. Bilal – Jln. Gurilla
83 Jln. Purwo 12,5 2,5 Jln. Gurilla – Jln. Perintis Kemerdekaan
84 Jln. Haidir 12 8 Jln. Kom. Yos Sudarso – Kampung Nelayan
85 Jln. Jermal 12 8 Jln. Panglima Denai – Batas Kota
86 Jln. Platina Raya 12 8 Jln. Marelan Raya – Jln. K. L Yos Sudarso
87 Jln. AMD 12 8 Jln. Platina Raya – Jln. Titi Pahlawan
88 Jln. Abdulsani Muntahalib 16 10 Jln. Marelan IX – Jln. Rahmad Budin
89 Jln. Pasar I Marelan 16 10 Jln. Marelan Raya – Batas Kota
90 Jln. RPH 20 12 Jln. K.L.Yos Sudarso – Batas kota
91 Jln. Mabar 16 10 Jln. K.L.Yos Sudarso - KIM
92 Jln. Kayu Putih 16 10 Jln. K.L.Yos Sudarso – Batas kota
93 Terusan Jln. Abdulsani Muntahalib 16 10 Jln. Rahmad Budin – Jln. Titi Pahlawan
(rencana)
94 Jln. M. Basir 12 8 Jln. Marelan Raya – Jln. K. L Yos Sudarso
Sumber : Rencana

e). Jalan Lingkungan


Fungsi Jalan lingkungan terhadap transportasi Kota Medan adalah ruas-ruas
jalan yang melayani pergerakan dari pusat tersier dengan pusat tersier
lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Lingkungan seperti
pada Tabel IV.8 berikut :
Tabel IV.8
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN LOKAL PRIMER KOTA MEDAN

Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar


No GSB Keterangan
Jalan Jalan
E Jalan Lokal Primer
1 Jln. Kelambir 5 16 10 Jln. Gatot Subroto – Batas Kota
2 Jln. Pintu Air/Bunga Rante V/ 26 15 Jln.Jamin Ginting – Batas Kota
Bunga Rampai
3 Jln. Karya Jaya 26 10 Jln. A. H Nasution – Batas Kota
4 Jln. Rawe 26 15 Intersection tol Mabar – Jln. Lingkar Timur
(rencana)
5 Jln. Rawe VII 20 10 Jln. Rawe – Batas kota
6 Jln. Mangaan III/Platina I 20 8 Jln. K. L Yos Sudarso – Jln. Bouksit V
7 Jln. KIM 40 12 Jln. Bouksit V – Batas kota
8 Jln. Menteng Raya 22 12 Jln. Panglima Denai – Batas kota
Sumber : Rencana

Untuk lebih jelasnya mengenai rencana dan fungsi jaringan jalan di Kota Medan
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut:

Hal. IV - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

mT 
 
 
 
 mT
mU

mU
PETA 4.5
SELAT MALAKA



RENCANA JARINGAN JALAN




KOTA MEDAN TAHUN 2028
KABUPATEN U

DELISERDANG
1 0 1 2 3 Kil om e te rs

#
Y

Kec.Medan Belawan Skala 1:50000




KETERANGAN:







Ibukota
Y
# Ibukota Kecamatan
Kec.Medan Labuhan \
& Ibukota Kota/Kabupaten
#
Y [% Ibukota Provinsi

Batas Kota
Batas Kecamatan
Rel K.A
Jalan TOL
Kec.Medan Marelan #
Y
Sungai dan Badan Air



Jalan Lingkar Paling Luar







Kec. Jalan Lingkar Luar
Hamparan Perak Jalan Lingkar Tengah
Jalan Lingkar Utara
Jalan Penghubung
Rencana Jalan Trans Sumatra
Rencana Jalan Tol
Kec. Jalan Lokal
Labuhan Deli
Under Pass
Jembatan Layang

KABUPATEN




#
Y






DELISERDANG Kec. Medan Deli

KABUPATEN
DELISERDANG

Kec. Medan Timur

#
Y









#
Y
#
Y

Kec.Medan Barat
Kec.
Kec. Medan Helvetia
#
Y
#
Y
Percut Sei Tuan
Kec. Medan Perjuangan
Ke Binjai
Kec. Medan Tembung
Kec.Medan Petisah
#
Y
Walikota Medan Ketua DPRD Kota Medan

[% #
Y
Kec.Medan Sunggal
#
Y
Kec.Medan Area

Kec.Medan Maimun








#
Y
#
Y #
Y H. Syamsul Arifin, SE H. Denny Ilham Panggabean, SH
Kec.Medan Baru #
Y
#
Y
Kec.Medan Kota
Kec.Medan Denai
\
& PROPINSI SUMATERA UTARA
Kec.Medan Polonia
KOTA MEDAN

Kec.Medan Selayang
#
Y

Kec.Medan Amplas

#
Y

Ke Tj Morawa
#
Y




Kec.Medan Johor




Kec.Medan Tuntungan Kec.


Tj. Morawa

Kec. Sumber :
- Foto Udara Kota Medan - Zona : 47 N
Patumbak - Bappeda Kota Medan - Sistem Koordinat : UTM
- Hasil Rencana
- Sistem Proyeksi : UTM
- Datum : WGS 894
KABUPATEN
Kec. Kec. DELISERDANG





Kutalimbaru

Namurambe

mU

Ke Berastagi
mU

mT 
 
 
 
 mT

PEMERINTAH KOTA MEDAN


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN BADAN PERENCANAANPEMBANGUNAN DAERAH

Hal. IV - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

2) Sistem Prasarana dan Sarana Angkutan Umum

Kemacetan lalulintas adalah permasalahan transportasi yang tidak akan


pernah lepas dari setiap daerah perkotaan seperti dikota medan. Solusi yang
sangat tepat untuk mngurangi kemacetan yang semakin rumit maka
diperlukan Rencana pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal
(SAUM). Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang
dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara
cepat, nyaman, aman, terjadwal dan berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor
utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya. Dalam hal ini angkot
diarahkan sebagai angkutan pengumpan (feeder) untuk moda angkutan
dengan hirarki yang lebih tinggi diteruskan kepada jalur primer (trunk route)
yang dilayani oleh Kereta Api

Sebagai sarana transportasi masa depan, SAUM haruslah memiliki


keunggulan-keunggulan antara lain :
1.Kemampuan daya angkut besar
2.Kecepatan yang tinggi
3.Keamanan terjamin
4.Kenyamanan yang memadai
5.Biaya perjalanan terjangkau
6.Aksesibilitas tinggi
7.Ramah lingkungan

Untuk memenuhi persyaratan itu, maka SAUM harus merupakan sistem


transportasi baru yang tidak terikat dengan jaringan jalan raya yang telah
ada, dan alternatif terbaik adalah sarana kereta api yang khusus melayani
kebutuhan masyarakat di kawasan perkotaan. Adapun penempatan jaringan
rel dari kereta api ini dapat dipilih dari tiga alternatif mulai dari yang termurah
hingga termahal, yaitu di permukaan tanah (trem), diatas tanah (kereta
layang/sky train), maupun bawah tanah (kereta bawah tanah/subway).

Pengembangan sistem angkutan umum massal direncanakan untuk


menghubungkan sistem pusat primer – Pusat primer, primer dan sekunder,
serta sekunter antar sekunder. Serta dikawasan CBD Polonia. Adapun
pengembangan terminal angkutan umum massal di Kota Medan meliputi:

Hal. IV - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

a. Terminal Amplas, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Harjosari Kecamatan


Medan Amplas;
b. Terminal Pinang Baris, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Sunggal Kecamatan
Medan Sunggal;
c. Terminal Belawan, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Belawan II Kecamatan
Medan Belawan;
d. Terminal Agribisnis, Tipe A, ditetapkan di Kelurahan Ladang Bambu
Kecamatan Medan Tuntungan;
e. Teminal Terpadu, Tipe B, ditetapkan di CBD Polonia; dan
a. Terminal Sambu, Tipe C, ditetapkan di Kelurahan Gang Buntu Kecamatan
Medan Timur.

Adapun jalur angkutan masal yang akan dikembangkan :


a. jalur Feeder (mini bus): Titi Kuning– Aksara – Brayan – Mabar – Titi Papan –
Labuhan – Belawan;
b. jalur Bus Rapid Transit : Pinang Baris – Guru Patimpus (koridor 1), Brigjend
Katamso – Kol. Yos Sudarso (koridor 2), Amplas – Titi Kuning – Gaperta –
Brayan – Titi Papan – Mandala (koridor 3);

4.3.3 Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian


sistem jaringan perkeretaapian adalah sistem jaringan untuk memperlancar
perpindahan orang dan/atau barang secara massal, menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong dan penggerak
pembangunan kawasan.

a. Terminal dan Stasiun Kereta Api

Rencana pengembangan sistem terminal ialah dengan membangun terminal


terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api dan
terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal
Belawan dan Terminal Pinang Baris. Untuk mendukung pengembangan
kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan dibangun sebuah
terminal yang terintegrasi dengan Stasiun Kereta api.

Api, yaitu terminal Labuhan. Tujuannya adalah untuk mendukung pergerakan


orang dan barang dari Medan dan wilayah sekitarnya. Untuk terminal
penumpang akan dikembangkan terminal barang dan peti kemas yang
diarahkan di Belawan dan Kecamatan Labuhan. Selain itu juga akan

Hal. IV - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

direncanakan adanya Terminal Sayur yang diarahkan pengembangannya


pada Bagian Selatan Kota, yaitu di Kecamatan Medan Tuntungan (Kelurahan
Ladang Bambu).

Pengembangan terminal terpadu, selain terintegrasi dengan Stasiun Kereta


Api juga terpadu dengan guna lahan lainnya (multi use), seperti:
 Terpadunya dengan trayek angkutan, seperti: AKAP dan AKDP;
 Terpadunya dengan moda transportasi, seperti: bus, minibus, angkot,
mobil pribadi dan pejalan kaki; dan
 Terpadunya dengan tata guna lahan, seperti: fasilitas umum dan sosial,
pasar, perdagangan dan jasa, permukiman maupun perkantoran.

Penambahan stasiun kereta api baru sedapat mungkin dilakukan dengan


menghidupkan kembali stasiun-stasiun kereta api yang sudah ada. Beberapa
Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan pada tahun perencanaan
antara lain :
a. stasiun Kereta Api Besar, Jalan Kereta Api Medan di Kecamatan Medan
Barat;
b. stasiun Kereta Api Medan Pasar, Jalan M.H Thamrin di Kecamatan
Medan Area;
c. stasiun Kereta Api Pulo Brayan di Kecamatan Medan Timur;
d. stasiun Kereta Api Belawan di Kecamatan Medan Belawan;
e. stasiun Kereta Api City Check in, Jalan Kereta Api Medan di Kecamatan
Medan Timur;
f. stasiun Kereta Api Polonia di Kecamatan Medan Polonia;
g. stasiun Kereta Api Labuhan di Kecamatan Medan Labuhan; dan
h. stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.

b. Angkutan Kereta Api

Fungsi Jalan/Rel Kereta Api terhadap sistem jaringan transportasi Kota


Medan diarahkan sebagai salah satu alternatif angkutan moda transportasi darat,
baik untuk mengangkut orang maupun barang inter dan intra regional, yaitu
dengan mendorong percepatan realisasi dari pengoperasian jaringan jalan/rel
kereta api dengan terkoneksi dalam sistem jaringan kereta api Sumatera
(Sumatera Railway) yang mulai digagas beberapa waktu lalu dalam pertemuan
Gubernur se-Sumatera di Jambi.

Hal. IV - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan
dimasa mendatang adalah ;

a. jalur kereta api Jalur Medan – Binjai – Tanjung Pura – hingga Banda Aceh;

b. jalur kereta api Medan – Tebing Tinggi – Rantau Prapat – hingga Pekan
Baru;

c. Jalur kereta api Medan – Belawan;

d. Jalur kereta api Medan – Deli Tua;

e. Jalur kereta api Medan – Pancur Batu;

f. jalur kereta api Medan – Kuala Namo;

g. Jalur kereta api Medan – Gabion; dan

h. jalur kereta api layang : Gaperta – Pusat Kota (CBD Polonia) – Titi Kuning –
Simpang Pos dan Brayan – Pusat Kota – Mandala.

4.3.4 Rencana Sistem Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan


Penyeberangan
Sistem jaringan angkutan sungai dan danau serta angkutan
penyeberangan erdiri atas alur pelayaran dan pelabuhan/dermaga Rencana
pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dapat
dikembangkan di Kota Medan adalah pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan
Labuhan (Kelurahan Nelayan Indah). Pengembangan pelabuhan sungai di
Kecamatan Medan Labuhan dilaksanakan dengan tujuan untuk mendukung
kegiatan pergerakan orang dan barang di Kawasan Utara. Terutama mendukung
kegiatan perindustrian (Kawasan Industri) di Kecamatan Medan Labuhan dan
sekitarnya.
Beberapa ketentuan dalam rencana pengembangan sistem ini antara lain:
(1) Alur pelayaran meliputi: alur Sungai Deli di Kecamatan Medan Labuhan dan
sekitarnya (di kawasan Utara Kota Medan);
(2) Dermaga sungai di Dermaga Kelurahan Nelayan Indah – Kecamatan Medan
Labuhan;
(3) Dermaga danau dan penyeberangan di Kecamatan Medan Marelan;
(4) Dermaga untuk industri dan kepentingan strategis lainnya meliputi Dermaga
Lamhotma di KEK;

Hal. IV - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

(5) Angkutan penyeberangan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan di Belawan Lama – Batang Sere dan Belawan Lama – Karang
Gading; dan
(6) Angkutan sungai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di
Belawan – Batang Sere, Belawan – Sungai Dua, Belawan – Paluh Subur,
Belawan – Paluh Makna, Belawan – Paluh Manan, Belawan – Karang
Gading.

4.3.5 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Laut

Rencana pengembangan transportasi laut dilakukan dengan


meningkatkan pelayanan di pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama,
sehingga dapat menampung pergerakan orang dan barang. Untuk aksesibilitas
transportasi laut tesebut perlu didukung oleh moda transportasi lainnya, yaitu
kereta api, jalan tol dan jalan raya. Untuk mengintegrasikan seluruh moda
tranport tersebut perlu dibangun terminal terpadu di Belawan, sehingga dapat
menjadi satu kesatuan sistem transportasi Kota Medan dan Mebidangro.
Integrasi antara terminal penumpang, pelabuhan laut dengan stasiun kereta api
Belawan.

Pelabuhan Belawan ini akan menjadi Pelabuhan Hub Internasional dan


dalam jangka panjang dapat menjadi pelabuhan terbesar di wilayah Pulau
Sumatera. Pelabuhan Belawan akan memiliki skala pelayanan untuk pelayaran
regional, nasional dan internasional. Untuk pelayanan lingkup regional,
Pelabuhan Belawan dapat melayani pelayaran kapal dari pelabuhan-pelabuhan
yang terdapat di pesisir Timur Pulau Sumatera. Untuk lingkup nasional,
Pelabuhan Belawan dapat secara optimal melayani kapal penumpang dan kapal
barang (cargo) dari berbagai pelabuhan nasional lainnya. Dan untuk pelayanan
internasional, diharapkan Pelabuhan Belawan dapat melayani kapal pesiar dan
kapal barang dari luar negeri, khususnya dari/ke negara-negara Asia.

Beberapa kegiatan dan pelayanan yang akan dikembangkan di Kawasan


Pelabuhan Hubungan Internasional Belawan, antara lain:
 Zona penumpang;
 Zona industri dan pergudangan;
 Zona peti kemas;
 Zona proses ekspor – import;

Hal. IV - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Zona perkantoran, dan


 Zona perikanan samudera.

Alur pelayaran di laut sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
a. alur pelayaran Belawan – Tanjung Balai – Batam – Tanjung Priok;
b. alur pelayaran Belawan – Tanjung Balai; dan
c. alur pelayaran Belawan – Luar Negeri (Malaysia & Singapore).

4.3.6 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Udara


Transportasi udara di Kota Medan saat ini masih menggunakan Bandara
Polonia. Pada masa yang akan datang bandara tersebut direncanakan akan
dipindahkan ke Kuala Namo (Kabupaten Deliserdang). Dengan demikian maka
dalam lingkup Kota Medan tidak memiliki sistem transportasi udara, yang akan
dikembangkan di Kota Medan adalah terminal city check-in. Rencana
pembangunan transportasi udara di Kuala Namu ini diharapkan dapat
menampung pergerakan orang yang sudah sangat padat. Untuk mendukung
terhadap rencana pengembangan bandara Kuala Namu tersebut perlu di dukung
oleh sistem transportasi yang lain, yaitu: integrasi terminal penumpang udara
dengan stasiun kereta api.
Ruang udara untuk penerbangan akan ditetapkan lebih lanjut oleh
instansi pengelola sesuai dengan kebutuhan.

4.4 RENCANA SISTEM JARINGAN LAINNYA


Rencana Sistem Jaringan Prasarana lainnya terdiri atas sistem jaringan
energi/kelistrikan, telekomunikasi, sumber daya air, dan infrastruktur perkotaan
yang mengintegrasikannya.
4.4.1 Rencana Sistem Jaringan Energi
Sistem jaringan energi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi masa
datang dalam jumlah yang memadai dan dalam upaya menyediakan akses
berbagai macam jenis energi bagi segala lapisan masyarakat.
Sistem jaringan energi meliputi jaringan tenaga listrik dan jaringan pipa
minyak dan gas bumi. Jaringan tenaga listrik terdiri dari pembangkit tenaga listrik
dan jaringan transmisi.
Pemerataan pelayanan terhadap kebutuhan listrik tersebut perlu
diusahakan semaksimal mungkin mengingat salah satu indikator berkembangnya

Hal. IV - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

suatu kota atau wilayah adalah terpenuhinya kebutuhan akan penerangan/listrik.


Jenis pembangkit yang disediakan untuk tiap kawasan tidak harus sama,
melainkan disesuaikan dengan karakteristik wilayah, kemungkinan pencapaian
hasil yang maksimal dengan biaya yang terjangkau. Hal tersebut dapat
dilakukan, mengingat telah terdapat berbagai penelitian mengenai berbagai
macam sumber energi yang dapat digunakan untuk mengantisipasi kesulitan
penyediaan listrik oleh PT. PLN.
Rencana pengembangan sistem jaringan energi dan kelistrikan di Kota
Medan sampai dengan tahun 2030 dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pembangkit Tenaga Listrik
Bangunan pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit, yaitu
Bangunan Pembangkit Listrik PLTG dan PLTU Sicanang di Belawan.
Mengingat kebutuhan listrik pada masa yang akan datang terus meningkat,
maka perlu dilakukan dengan peningkatan kapasitas beberapa pembangkit di
Sistem Sumbagut diantaranya dengan mengembangkan PLTG Paya Pasir,
PLTG Glugur dan PLTD Titi Kuning.
b. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET)
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) yang memiliki tegangan 275
KV, saat ini belum ada di Kota Medan. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi
(GITET) yang terdapat di wilayah Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit,
yaitu; GITET Kuala Tanjung dan GITET Tebingtinggi. Dalam rencana jangka
panjang, pihak PT. PLN telah berencana untuk menambah Gardu Induk
Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) di Sistem Sumbagut.
c. Gardu Induk
Gardu induk memiliki tegangan 150 KV. Jumlah gardu induk yang ada saat ini
di Kota Medan terdapat sekitar 10 unit, yaitu; GI Belawan, GI Labuhan, GI
Paya Pasir, GI KIM, GI Mabar, GI Glugur, GI Paya Geli, GI Titi Kuning, GI Sei
Rotan dan GI Namo Rambe. Untuk melayani kebutuhan listrik pada masa
yang akan datang maka peningkatan terhadap kapasitas masing-masing
gardu induk terus ditingkatkan, dengan penambahan beberapa Gardu Induk,
antara Lain:
 Gardu Induk Lamhotma;
 Gardu Induk Kuala Namo, dan
 Gardu Induk Jalan Listrik dengan menggunakan kabel bawah tanah
(Under Ground Cable) sepanjang 8,5 Km yang dari Gardu Induk Titi
Kuning.

Hal. IV - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

d. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)


Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang memiliki tegangan 275
KV saat ini belum ada melintas di Kota Medan. Untuk masa yang akan
datang, pihak PT. PLN telah berencana untuk menambah Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Sistem Sumbagut , yaitu mulai dari PLTU
Sumut di Pangkalan Susu ke Binjai – Galang – Simanko (Porsea) – PLTP
Sarulla – Sipirok – Padangsidimpuan hingga Payakumbuh.
e. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang memiliki tegangan 150 KV yang
ada saat di Kota Medan, adalah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang
menghubungkan Gardu Induk dengan Gardu Induk Lainnya seperti dari Gardu
Induk Belawan - Labuah, Gardu Induk Belawan – Sei Rotan – Tanjung
Morawa, Gardu Induk Belawan – Paya Pasir – KIM (kawasan industri medan),
Gardu Induk Belawan – Paya Pasir – Paya Geli – Glugur, GI Belawan – Paya
Pasir – Paya Geli – Namo Rambe – Titi Kuning - Sei Rotan. Gardu Induk Titi
Kuning – Gardu Induk Jalan Listrik, Gardu Induk Belawan - Labuhan –
Lamhotma, yaitu:
 SUTT Belawan – Labuhan
 SUTT Belawan – Sei Rotan – Tanjung Morawa
 SUTT Belawan – Paya Pasir – KIM
 SUTT Belawan – Paya Pasir – Paya Geli - Glugur
 SUTT Belawan – Paya Pasir – Paya Geli – Namo Rambe – Titi Kuning –
Sei Rotan
Untuk melayani kebutuhan listrik pada masa yang akan datang maka
peningkatan terhadap kavasitas masing-masing gardu induk terus
ditingkatkan, dengan penambahan beberapa jaringan SUTT, antara Lain:
 SUTT GI Titi Kuning - Gardu Induk Jalan Listrik dengan menggunakan
kabel bawah tanah (Under Ground Cable) sepanjang 8,5 Km;
 SUTT Belawan – Labuhan - Lamhotma
 SUTT Belawan – Kuala Namo;

d. Kebutuhan Energi Listrik


Kebutuhan energi listrik sampai tahun 2030 untuk keperluan domestik (rumah
tangga) di Kota Medan diproyeksikan sebesar 610.557,31 Kwh, yang akan
melayani 598.586 KK yang terdiri dari 3 kategori, yaitu: rumah kecil, sedang

Hal. IV - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

dan besar. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan dan rencana jaringan
listrik di Kota Medan dapat dilihat pada tabel Tabel IV.9 dan Gambar 4.11.

Tabel IV.9
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Kebutuhan Listrik Tahun 2030
Jumlah
Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan Total
No Kecamatan Penduduk
KK Kecil Listrik Sedang Listrik Besar Listrik Kebutuhan
(jiwa)
(unit) (KWH) (unit) (KWH) (unit) (KWH) (KWH)

1 Medan Tuntungan 81.256 16.251 9.751 9.945,73 4.875 4.972,87 1.625 1.657,62 16.576,22
2 Medan Johor 169.592 33.918 20.351 20.758,06 10.176 10.379,03 3.392 3.459,68 34.596,77
3 Medan Amplas 266.374 53.275 31.965 32.604,18 15.982 16.302,09 5.327 5.434,03 54.340,30
4 Medan Denai 189.233 37.847 22.708 23.162,12 11.354 11.581,06 3.785 3.860,35 38.603,53
5 Medan Area 99.141 19.828 11.897 12.134,86 5.948 6.067,43 1.983 2.022,48 20.224,76
6 Medan Kota 77.032 15.406 9.244 9.428,72 4.622 4.714,36 1.541 1.571,45 15.714,53
7 Medan Maimun 99.087 19.817 11.890 12.128,25 5.945 6.064,12 1.982 2.021,37 20.213,75
8 Medan Polonia 81.298 16.260 9.756 9.950,88 4.878 4.975,44 1.626 1.658,48 16.584,79
9 Medan Baru 43.553 8.711 5.226 5.330,89 2.613 2.665,44 871 888,48 8.884,81
10 Medan Selayang 110.868 22.174 13.304 13.570,24 6.652 6.785,12 2.217 2.261,71 22.617,07
11 Medan Sunggal 127.717 25.543 15.326 15.632,56 7.663 7.816,28 2.554 2.605,43 26.054,27
12 Medan Helvetia 208.592 41.718 25.031 25.531,66 12.516 12.765,83 4.172 4.255,28 42.552,77
13 Medan Petisah 58.131 11.626 6.976 7.115,23 3.488 3.557,62 1.163 1.185,87 11.858,72
14 Medan Barat 55.497 11.099 6.660 6.792,83 3.330 3.396,42 1.110 1.132,14 11.321,39
15 Medan Timur 108.581 21.716 13.030 13.290,31 6.515 6.645,16 2.172 2.215,05 22.150,52
16 Medan Perjuangan 128.498 25.700 15.420 15.728,16 7.710 7.864,08 2.570 2.621,36 26.213,59
17 Medan Tembung 159.097 31.819 19.092 19.473,47 9.546 9.736,74 3.182 3.245,58 32.455,79
18 Medan Deli 228.361 45.672 27.403 27.951,39 13.702 13.975,69 4.567 4.658,56 46.585,64
19 Medan Labuhan 186.433 37.287 22.372 22.819,40 11.186 11.409,70 3.729 3.803,23 38.032,33
20 Medan Marelan 407.907 81.581 48.949 49.927,82 24.474 24.963,91 8.158 8.321,30 83.213,03
21 Medan Belawan 106.680 21.336 12.802 13.057,63 6.401 6.528,82 2.134 2.176,27 21.762,72
Jumlah 2.992.928 598.586 359.151 366.334,39 179.576 183.167,19 59.859 61.055,73 610.557,31
Sumber : Rencana

Hal. IV - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Kebutuhan akan Gas di Kota Medan saat ini telah dilayani oleh Perusahaan
Nasional Gas (PN Gas). Namun pelayanan gas di Kota Medan saat ini masih
sangat terbatas. Keterbatasan gas tersebut disebabkan oleh sedikitnya pasokan
gas dari Pertamina serta keterbatasan sumber bahan baku. Dengan demikian
maka PN Gas saat ini masih belum mempunyai rencana untuk menambah Pabrik
Gas maupun Jaringan Gasnya di Kota Medan. Namun mengingat akan kebijakan
pemerintah yang akan mengalihkan bahan bakar minyak dari minyak tanah ke
gas, maka pada masa mendatang pihak PN Gas sudah merasa perlu untuk
menambah jumlah Pabrik Gas yang ada serta memperluas jaringan gasnya
untuk melayani seluruh penduduk di Kota Medan.
Jaringan pipa minyak dan gas bumi direncanakan akan dapat berupa
sistem yang menghubungkan:
a. Sicanang – Gebang;
b. Wampu – Belawan;
c. Wampu – Paya Pasir;
d. Paya Pasir – Belawan;
e. Pantai Pakam Timur – Hamparan Perak;
f. Polonia – Medan – Tanjung Morawa;
g. Sicanang – Medan;
h. Belawan – Kwala Tanjung; dan
i. Pembangunan terminal terapung di 16 km ke arah lepas pantai Belawan;

Adapun penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi
diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi Rencana Sistem
Jaringan Energi Wilayah Kota Medan dijelaskan lebih rinci dalam peta rencana
struktur ruang Kota Medan.

4.4.2 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi bertujuan untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi.

Sistem Jaringan telekomunikasi di Kota Medan semakin pesat


berkembang, terutama jasa telekomunikasi dan telepon selular. Untuk beberapa
daerah masih membutuhkan jasa telekomunikasi jaringan Telkom, karena
permasalahan sinyal yang lemah di pemukiman sekitar kebun sawit dan hutan.
Untuk memelihara estetika ruang udara Kota Medan, maka sebaran BTS perlu

Hal. IV - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

dibatasi. Untuk masa yang akan datang pola penyebaran BTS perlu
diintegrasikan, antar sesama provider dengan membuat “Tower Bersama”,
misalnya dengan pembuatan “Menara Medan”.
Berdasarkan jumlah penduduk terkini dan standar teknis bahwa 1 unit rumah
dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada Tahun 2030 dibutuhkan jumlah
sambungan telepon rumah (dari Telkom) sebesar 134.682 SST untuk
melayani 598.586 unit rumah yang dibagi kedalam beberapa tipe perumahan,
mulai tipe rumah berukuran kecil, sedang, hingga tipe rumah berukuran besar
di seluruh Kota Medan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
proyeksi kebutuhan telekomunikasi Kota Medan pada Tabel IV. 10 dan
Gambar 4.12.
Tabel IV.10
RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI KOTA MEDAN TAHUN 2030

Kebutuhan Telepon Tahun 2030


Jumlah Kebu- Kebu- Kebu- Total
Jumlah Rumah Rumah Rumah
No Kecamatan Penduduk tuhan tuhan tuhan Kebu
KK Kecil Sedang Besar
(jiwa) Telepon Telepon Telepon tuhan
(unit) (unit) (unit)
(SST) (SST) (SST) (SST)
1 Medan Tuntungan 81.256 16.251 9.751 1.463 4.875 1.463 1.625 731 3.657
2 Medan Johor 169.592 33.918 20.351 3.053 10.176 3.053 3.392 1.526 7.632
3 Medan Amplas 266.374 53.275 31.965 4.795 15.982 4.795 5.327 2.397 11.987
4 Medan Denai 189.233 37.847 22.708 3.406 11.354 3.406 3.785 1.703 8.515
5 Medan Area 99.141 19.828 11.897 1.785 5.948 1.785 1.983 892 4.461
6 Medan Kota 77.032 15.406 9.244 1.387 4.622 1.387 1.541 693 3.466
7 Medan Maimun 99.087 19.817 11.890 1.784 5.945 1.784 1.982 892 4.459
8 Medan Polonia 81.298 16.260 9.756 1.463 4.878 1.463 1.626 732 3.658
9 Medan Baru 43.553 8.711 5.226 784 2.613 784 871 392 1.960
10 Medan Selayang 110.868 22.174 13.304 1.996 6.652 1.996 2.217 998 4.989
11 Medan Sunggal 127.717 25.543 15.326 2.299 7.663 2.299 2.554 1.149 5.747
12 Medan Helvetia 208.592 41.718 25.031 3.755 12.516 3.755 4.172 1.877 9.387
13 Medan Petisah 58.131 11.626 6.976 1.046 3.488 1.046 1.163 523 2.616
14 Medan Barat 55.497 11.099 6.660 999 3.330 999 1.110 499 2.497
15 Medan Timur 108.581 21.716 13.030 1.954 6.515 1.954 2.172 977 4.886
16 Medan Perjuangan 128.498 25.700 15.420 2.313 7.710 2.313 2.570 1.156 5.782
17 Medan Tembung 159.097 31.819 19.092 2.864 9.546 2.864 3.182 1.432 7.159
18 Medan Deli 228.361 45.672 27.403 4.110 13.702 4.110 4.567 2.055 10.276
19 Medan Labuhan 186.433 37.287 22.372 3.356 11.186 3.356 3.729 1.678 8.389
20 Medan Marelan 407.907 81.581 48.949 7.342 24.474 7.342 8.158 3.671 18.356
21 Medan Belawan 106.680 21.336 12.802 1.920 6.401 1.920 2.134 960 4.801
Jumlah 2.992.928 598.586 359.151 53.873 179.576 53.873 59.859 26.936 134.682

Sumber : Rencana

Rencana pengembangan Sistem jaringan telekomunikasi untuk memenuhi


kebutuhan diatas dilakukan melalui pengembangan :
a. jaringan tetap meliputi jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh,
sambungan internasional dan tertutup, dikembangkan secara terpisah

Hal. IV - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

untuk setiap kawasan pengembangan dengan lokasi sentral telekomunikasi


di CBD Polonia; dan
b. jaringan bergerak meliputi jaringan bergerak terestrial dan seluler.
Jaringan bergerak teresterial meliputi radio trangking dan radio panggil
untuk umum akan ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi
sedangkan jaringan bergerak seluler meliputi infrastruktur telepon nirkabel
berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara bersama telekomunikasi
ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi dengan
memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan
sekitarnya.

Hal. IV - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

4.4.3 Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Sistem penyediaan air minum adalah sistem yang dikembangkan untuk
menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk
dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.
Sistem jaringan sumber daya air adalah sistem yang dikembangkan
bertujuan untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk
mendapatkan air agar dapat berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

Berdasarkan jumlah penduduk terkini, maka dapat diproyeksikan


kebutuhan air bersih untuk masing-masing kecamatan di Kota Medan, kebutuhan
penambahan unit Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan Kran Umum (KU).
Dari Tabel IV.11 dapat dilihat bahwa proyeksi kebutuhan total air bersih rata-rata
untuk Kota Medan pada Tahun 2030 dengan rencana tingkat pelayanan 90%
dibutuhkan air bersih sebesar 6.235,27 liter/detik. Bila dilihat dari meningkatnya
jumlah kebutuhan akan air bersih pada tahun 2030, maka perlu adanya langkah-
langkah dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih. Langkah-langkah ini
bertujuan agar dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih pada tahun 2030
dapat terpenuhi dengan secara maksimal.

a. Daerah Pelayanan

Daerah pelayanan PDAM Tirtanadi sudah mencakup seluruh Kota Medan


dan sekitarnya. Ada daerah yang sebagian besar penduduk sudah mendapat
pelayanan air minum dan ada daerah yang sebagian kecil penduduknya yang
mendapat pelayanan air minum (lihat Gambar 4.13). Pada saat ini daerah
pelayanan di Kota Medan dan sekitarnya dilayani melalui 14 cabang PDAM
Tirtanadi yaitu sebagai berikut : Cabang Utama, Cabang Deli Tua, Cabang
Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal, Cabang Medan Labuhan,
Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara, Cabang Padang Bulan,
Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan dan Cabang Sibolangit.
Cabang tersebut akan terus bertambah sesuai dengan pertambahan jaringan
dan pelanggan.

b. Jaringan Pipa Transmisi dan Distribusi

Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan Kota


Medan dan sekitarnya dilakukan dengan pemompaan, baik langsung dari IPA
maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena
daerah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya merupakan daerah yang datar

Hal. IV - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah
pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/IPA Sibolangit (dengan
elevasi + 400 m) dilakukan secara gravitasi langsung ke pelanggan.

Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar 2.668 km,
dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
 Pipa Transmisi/distribusi utama meliputi jaringan perpipaan diameter 200
– 1.000 mm, sepanjang ± 250 km;

 Pipa distribusi sekunder/tersier (retikulasi/minor distribution) meliputi


perpipaan dengan diameter < 200 mm sepanjang 2.186,5 km.
Panyadapan ke sambungan pelanggan dilakukan dari jaringan pipa
sekunder/tersier ini.

Jaringan Pipa Transmisi di daerah operasional Kota Medan dan sekitarnya


adalah untuk mengalihkan air dari reservoir produksi IPA ke reservoir
distribusi/reservoir booster. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya
penyadapan dari pipa transmisi ke jaringan pipa distribusi, sehingga air
mengalir langsung ke konsumen dan pengaliran air ke reservoir distribusi
menjadi berkurang.
Tabel IV.11
RENCANA KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

Hal. IV - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas wilayah sungai, sistem jaringan air
baku untuk air bersih, dan sistem pengendalian banjir. Beberapa ketentuan
mengenai pengembangan sumber daya air pada tahun perencanaan terdiri dari :
(1) Pelayanan air minun perpipaan dengan sumber dari sumur dangkal, sumur
pompa tangan, bak penampung air hujan, terminal air, mobil tangki air,
instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata air;
(2) Wilayah sungai ditetapkan di Belawan – Ular – Padang yang meliputi
beberapa daerah aliran sungai yaitu Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai
Deli, Sungai Belumai, Sungai Padang, Sungai Martebing, Sungai Kenang,
Sungai Serdang, Sungai Percut, Sungai Bedagai dan Sungai Belutu serta
cekungan air tanah Medan;
(3) Sistem jaringan air baku untuk air bersih meliputi sistem air permukaan, mata
air dan/atau sistem air tanah yang dimanfaatkan dengan tetap
memperhatikan keperluan konservasi lingkungan dan pencegahan kerusakan
lingkungan;
(4) Sistem pengendalian banjir pembangunan sistem polder dan kanal;
(5) Sistem polder ditetapkan di kawasan perumahan skala besar dan Kawasan
Industri Medan;
(6) Sistem kanal terdiri dari;
a. kanal flood way yang mangalihkan aliran Sungai Deli ke Sungai Denai di
Kecamatan Medan Johor dan Medan Amplas;
b. kanal untuk mengalirkan aliran pembuangan dari Sei Sikambing ke
Sungai Belawan di Kecamatan Medan Sunggal;
(7) Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Wilayah Kota Medan dijelaskan
lebih rinci dalam peta rencana struktur ruang Kota Medan.

4.4.3 Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan


A. Sistem Penyediaan Air Minum
Sistem penyediaan air minum meliputi jaringan perpipaan yang ditetapkan
diseluruh kecamatan di Kota Medan dengan ketentuan sebagai berikut :.
(1) Sistem penyediaan air minum adalah penyediaan kebutuhan air bersih atau
air minum yang dilayani oleh PDAM Tirtanadi dengan sistem pengaliran pada
jaringan transmisi/distribusi di daerah pelayanan Kota Medan dan dengan
sistem pemompaan (booster pump) untuk Kecamatan Medan Belawan.

Hal. IV - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

(2) Daerah pelayanan air minum /air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilayani melalui 14 cabang PDAM Tirtanadi meliputi : Cabang Utama,
Cabang Deli Tua, Cabang Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal,
Cabang Medan Labuhan, Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara,
Cabang Padang Bulan, Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan
dan Cabang Sibolangit.

B. Sistem Pengelolaan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah adalah sistem yang dikembangkan untuk


pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi air limbah dari
kegiatan permukiman, perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan
memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan penanganan air limbah secara


keseluruhan yang ada di Kota medan sangat dibutuhkan kesiapan dana untuk
penanganannya. Karena melihat kondisi perkembangan Kota Medan yang
semakin pesat, hal ini harus diiringi dalam hal penanganan dan penyediaan
prasarana air limbah yang cukup serius, terutama bagi perumahan dan industri.
Dimana kedua kawasan ini sangat berpotensial dalam menghasilkan
pencemaran air tanah dan badan-badan air sekitarnya antara lain industri
makanan, kimia, logam, industri kayu dan industri CPO.

Pada Tabel IV.12 proyeksi timbulan air limbah yang diperuntukkan untuk
melihat peningkatan kebutuhan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Kota
Medan, terlihat secara total jumlah timbulan air limbah pada Tahun 2030 yang
direncanakan diolah di IPAL adalah sebesar 430.981,63 m³/hari, dimana
diharapkan tingkat pelayanan air limbah secara sistem off site (terpusat) ini
mencapai 40% penduduk total. Dan bila sistem pengelolaan air limbah dengan
sistem perpipaan berjalan optimal maka beban pencemaran air tanah akibat
rembesan tinja ataupun beban pencemaran air permukaan akibat buangan bekas
mandi dan cuci serta kakus akan semakin berkurang, sehingga kualitas sumber
air permukaan dapat dilestarikan dan beban pengolahan IPA PDAM yang
mengambil sumber air dari sungai akan lebih berkurang.

Dan selain itu perlu juga dilestarikan pembangunan tangki septik komunal
yaitu 1 unit digunakan untuk 7 - 10 KK. Sehingga kekhawatiran terjadinya
pencemaran air tanah akibatnya tiap rumah memiliki 1 septic tank, yang

Hal. IV - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

terkadang cuma berupa cubluk (tidak di-lining, sehingga mencemari air tanah
dibawahnya), dapat diminimasi. Dari tabel proyeksi timbulan tinja sampai tahun
2030 adalah 245,99 m³/hari dan kebutuhan sarana Septic Tank Komunalnya
sebanyak 598.586 unit. Sedangkan untuk sarana sanitasi masyarakat kurang
mampu disediakan MCK Umum pada tahun 2030 sebanyak 29.929 unit. Untuk
lebih jelasnya mengenai perkiraan volume air limbah dan rencana jaringan air
limbah di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.12 dan Gambar 4.14.
Sistem pengelolaan air limbah terdiri atas sistem pengelolaan air limbah
domestik dan industri, dimana ketentuan untuk masing-masing sistem tersebut
antara lain :.
(1) Sistem pengelolaan air limbah terpusat ditetapkan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Cemara.
(2) Lokasi sistem air limbah domestik terpusat ditetapkan di Instalasi Pengolahan
Air Limbah Cemara.
(3) Sistem air limbah domestik setempat dilakukan secara individual melalui
pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat serta dilengkapi
dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang disediakan oleh
Pemerintah Kota.
(4) Sistem pengelolaan air limbah industri meliputi sistem air limbah terpusat dan
atau setempat, dilakukan secara individual oleh industri itu sendiri.

Hal. IV - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Tabel IV.12
PERKIRAAN JUMLAH VOLUME AIR LIMBAH DI KOTA MEDAN TAHUN 2030

Sumber : Rencana

Hal. IV - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Hal. IV - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

C. Sistem Pengolahan Persampahan


Sistem pengolahan persampahan adalah sistem yang dikembangkan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Sampah merupakan produksi masyarakat yang selalu ada setiap hari dari
berbagai kegiatan. Oleh karena itu pengorganisasian sampah perlu dirancang
secara hirarki dan terkoordinir dengan instansi terkait lainnya. Berdasarkan
kondisi tinggi muka air tanah Kota Medan yang rendah yaitu rata-rata 1 - 3 m di
bawah permukaan tanah, maka penanganan sampah dengan cara penimbunan
dinilai kurang baik, terutama mengingat dampaknya terhadap kerusakan air
tanah dan air permukaan yang berada di sekitarnya.
Kemudian seiring dengan berkembangnya jaringan jalan dan
aksesibilitas antar wilayah, sistem penimbunan tersebut perlu diubah menjadi
sistem terpusat, menggunakan pengangkutan dengan truk sampah (dump truck)
ataupun menggunakan arm roll truck (dengan container) dan compactor truck
menuju tempat pembuangan akhir di TPA. Kebutuhan terhadap lahan untuk
pembangunan TPA saat ini masih dapat disediakan mengingat cukup
tersedianya lahan kosong yang dapat dikembangkan di daerah TPA Terjun. Dan
hal ini harus diiringi dengan pemanfaatan teknologi dalam penanganan sampah
yang harus ditingkatkan dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfill.

Untuk mengantisipasi permasalahan persampahan di Kota Medan saat ini


dan yang akan datang, maka dihitunglah perkiraan timbulan sampah per hari.
Berdasarkan jumlah penduduk Tahun 2007 maka diproyeksikan pada Tahun
2030 total jumlah penduduk Kota Medan adalah 2.992.928 jiwa. Berdasarkan
standar estimasi timbulan sampah dari Dinas Kebersihan, maka diperkirakan
pada Tahun 2030 total timbulan sampah Kota Medan adalah 8188,65 m3/hari.
Untuk sarana pengangkut sampah yang dibutuhkan yaitu becak sampah
dibutuhkan sebanyak 1.820 unit, Arm roll truk (6 m3) sebanyak 227 unit, arm roll
truk (10 m3) sebanyak 136 unit, Tipper truk sebanyak 682 unit dan compactor
truk sebanyak 256 unit. Lihat Tabel IV.13 dan Gambar 4.15.

Manajemen persampahan dikaitkan dengan pengelolaan kebersihan Kota


Medan, maka kegiatan operasional kebersihan kota meliputi tahapan sebagai
berikut :
1. Pewadahan

Hal. IV - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Pada tahap pewadahan setiap rumah/bangunan harus memiliki pewadahan


sampahnya masing-masing. Pada tahap ini kepala lingkungan bertanggung
jawab membantu, menghimbau dan mensosialisasikan penggunaan
pewadahan sampah dan membuang sampah pada tempatnya.
2. Pemilahan
Pada tahap pemilihan, pada setiap warga masyarakat diwajibkan agar
melakukan pemilihan sampahnya masing-masing. Dalam hal ini lurah
bertanggungjawab memotivasi masyarakat untuk melakukan pemilihan
sampahnya masing-masing untuk mengurangi volume sampah yang dibuang
ke TPA karena sebagian besar sampah masih bisa dimanfaatkan secara
ekonomis dengan melibatkan unsur-unsur yang ada di kelurahan.
3. Pengumpulan
a. Pola langsung : proses pengumpulan sampah langsung (house to
house collection) dengan truk sampah dan kemudian
dibuang ke TPA.
b. Pola Tidak Langsung : proses pengumpulan sampah dengan
menggunakan becak/gerobak sampah dan
kemudian dipindahkan/ditempatkan ke tempat
penampungan sementara (TPS).

Pada tahap ini lurah bertanggungjawab membantu melakukan sosialisasi


jadwal waktu pembuangan/ pengumpulan sampah dari sumbernya dan
memelihara kebersihan lingkungan TPS.

4. Pengangkutan

a. Pola Langsung : Proses pengangkutan sampah dengan


menggunakan truk sampah secara langsung dari
sumber sampah dan kemudian diangkat
langsung ke TPA.

b. Pola Tidak Langsung : Proses pengangkutan sampah dengan cara


mengangkut sampah yang telah
terkumpul/bertumpuk di TPS dan kemudian
diangkut ke TPA.
Pada tahap ini camat aktif melakukan koordinasi dengan Dinas Kebersihan
tentang jadwal waktu pengangkutan sampah ke TPA.

Hal. IV - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

5. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah
tahap akhir dengan mengumpulkan sampah di suatu tempat agar tidak
menimbulkan kualitas lingkungan sekitarnya. Tempat pembuangan akhir
(TPA) adalah tempat pembuangan sampah di suatu lokasi yang telah
ditentukan oleh pemerintah (Pasal 1 Perda Kota Medan No. 8/2002).
Adapun metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan
di lokasi TPA adalah metode dumping yaitu sampah yang masuk ke TPA
tanpa melalui proses tertentu langsung di buang/dipaparkan di lokasi TPA.
Sebelum dilakukan pembuangan dan pemaparan sampah terlebih dahulu
lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuangan dan
pemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah yang masuk ke TPA
dipaparkan/ditimbun di suatu zona tertentu, apabila zona tersebut telah
penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona
yang baru demikian seterusnya.
Sebagai dampak dari penerapan metode open dumping yang dilakukan saat
ini adalah :
a. Dampak negatif, dikhawatirkan terjadi pencemaran lingkungan (tanah,
air, udara)
b. Dampak positif, membuka lapangan kerja bagi pemulung di TPA, dan
saat ini diperkirakan di TPA Namo Bintang para pemulung berjumlah ±
250 orang dan di TPA Terjun berjumlah ±200 orang.
Akantetapi, pada perencanaan pengelolaan persampahan di Kota Medan
pada masa yang akan datang tidak menggunakan Metode Open Dumping
melainkan dengan menggunakan Metode Sanitary Landfill.
Khusus untuk sampah medis (clinical waste) dikelola sendiri oleh masing-
masing rumah sakit dan klinik, yang pemusnahannya mempergunakan
incenarator dan Dinas Kebersihan tidak menangani sampah medis,
melainkan hanya menangani sampah domestik (solid waste) selanjutnya
kepada masing-masing Rumah Sakit telah disosialisasikan agar cermat
memilah sampah domestik dengan sampah medis, antara lain dengan
membedakan pewadahanya sehingga petugas Dinas Kebersihan tidak perlu
keliru dalam melakukan pengangkutan sampah.

Hal. IV - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

3. Pengelolaan Sampah
Pengolahan sampah di TPA Namo Bintang dan Terjun adalah pengolahan
kompos skala kecil yang bahan bakunya diperoleh dari sampah yang telah
bertumpuk lama di TPA dan saat tumpukan sampah telah mencapai
ketinggian 5 M.
Solusi permasalahan persampahan Kota Medan adalah :
1). Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan

a. Perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kebersihan


b. Pembelian suku cadang kendaraan operasional.
c. Pengadaan sarana operasional kebersihan
d. Pembangunan TPA baru sesuai dengan tuntutan Kota Metropolitan
dengan metode ramah lingkungan.

Hal. IV - 56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Tabel IV.13
PERKIRAAN JUMLAH TIMBULAN SAMPAH DAN KEBUTUHAN SARANA PERSAMPAHAN
DI KOTA MEDAN TAHUN 2030

TIMBULAN SAMPAH DAN JUMLAH SARANA SAMPAH TAHUN 2030

Jumlah Kriteria Desain


Jumlah
Penduduk
No. Kecamatan Penduduk
Commuters Sampah Sampah Total Total Arm Arm
(Jiwa) Becak Tipper
(Jiwa) Penduduk Penduduk Sampah Sampah TPS Roll Roll Compactor
Sampah Truk
Menetap Commuters Kota Terlayani (Unit) Truk Truk Truk (unit)
(unit) (unit)
(m³/hari) (m³/hari) (m³/hari) (m³/hari) (6 m³) (10 m³)

1 Medan Tuntungan 81.256,00 22.751,68 195,01 27,30 222,32 200,08 49 37 6 4 19 7


2 Medan Johor 169.592,00 47.485,76 407,02 56,98 464,00 417,60 103 77 13 8 39 15
3 Medan Amplas 266.374,00 74.584,72 639,30 89,50 728,80 655,92 162 121 20 12 61 23
4 Medan Denai 189.233,00 52.985,24 454,16 63,58 517,74 465,97 115 86 14 9 43 16
5 Medan Area 99.141,00 27.759,48 237,94 33,31 271,25 244,12 60 45 8 5 23 8
6 Medan Kota 77.032,00 21.568,96 184,88 25,88 210,76 189,68 47 35 6 4 18 7
7 Medan Maimun 99.087,00 27.744,36 237,81 33,29 271,10 243,99 60 45 8 5 23 8
8 Medan Polonia 81.298,00 22.763,44 195,12 27,32 222,43 200,19 49 37 6 4 19 7
9 Medan Baru 43.553,00 12.194,84 104,53 14,63 119,16 107,24 26 20 3 2 10 4
10 Medan Selayang 110.868,00 31.043,04 266,08 37,25 303,33 273,00 67 51 8 5 25 9
11 Medan Sunggal 127.717,00 35.760,76 306,52 42,91 349,43 314,49 78 58 10 6 29 11
12 Medan Helvetia 208.592,00 58.405,76 500,62 70,09 570,71 513,64 127 95 16 10 48 18
13 Medan Petisah 58.131,00 16.276,68 139,51 19,53 159,05 143,14 35 27 4 3 13 5
14 Medan Barat 55.497,00 15.539,16 133,19 18,65 151,84 136,66 34 25 4 3 13 5
15 Medan Timur 108.581,00 30.402,68 260,59 36,48 297,08 267,37 66 50 8 5 25 9
16 Medan Perjuangan 128.498,00 35.979,44 308,40 43,18 351,57 316,41 78 59 10 6 29 11
17 Medan Tembung 159.097,00 44.547,16 381,83 53,46 435,29 391,76 97 73 12 7 36 14
18 Medan Deli 228.361,00 63.941,08 548,07 76,73 624,80 562,32 139 104 17 10 52 20
19 Medan Labuhan 186.433,00 52.201,24 447,44 62,64 510,08 459,07 113 85 14 9 43 16
20 Medan Marelan 407.907,00 114.213,96 978,98 137,06 1.116,03 1.004,43 248 186 31 19 93 35
21 Medan Belawan 106.680,00 29.870,40 256,03 35,84 291,88 262,69 65 49 8 5 24 9
Jumlah 2.992.928,00 838.019,84 7.183,03 1.005,62 8.188,65 7.369,79 1.820 1.365 227 136 682 256

Sumber : Rencana

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 57


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 58


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

2). Peningkatan Pelaksanaan Operasional Pelayanan Kebersihan


a. Penyediaan SDM untuk pelaksanaan operasional kebersihan
sebanyak 1.800 orang Tenaga Harian Lepas (THL).
b. Terlaksananya pengawasan dan monitoring kebersihan kota.
c. Tersedianya BBM dan alat kebersihan
d. Menampung dan menindaklanjuti keluhan masyarakat tentang
pelayanan kebersihan.

e. Mendukung pelaksanaan gotong royong yang dilaksanakan oleh


kelurahan dan kecamatan.
3). Peningkatan Kerjasama dengan mitra swasta untuk pengadaan sarana
dan prasarana kebersihan.
a. Penyewaan angkutan sampahdan penyewaan alat berat untuk TPA.
b. Penyewaan instalasi pembuangan limbah tinja (IPAL).
c. Penyewaan bus pengangkut Bestari dan Melati dari Tanjung Morawa.
4). Peningkatan mekanisme pengelolaan kebersihan/persampahan.
a. Penugasan camat sebagai koordinator pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA.
b. Penugasan lurah sebagai koordinator pelaksana penyapuan dan
pengumpulan sampah dari sumbernya ke TPS.
c. Penugasan kepala lingkungan sebagai koordinator pelaksanaan
kebersihan di tingkat lingkungan dan menghimbau masyarakat agar
menempatkan sampah dalam wadah sampah masing-masing.
5). Peningkatan kesadaran dan komitmen masyarakat berbudaya bersih
a. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kebersihan lingkungan
kepada masyarakat dan sekolah percontohan mulai dari tingkat pra
sekolah sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Umum.
b. Melaksanakan sosialisasi kebersihan sungai kepada masyarakat yang
berdomisili di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Medan.
c. Pembuatan papan himbauan kebersihan, leaflet/brosur, stiker, dan
spanduk kebersihan.
d. Melakukan pendekatan pada masyarakat agar tergugah berpartisipasi
memberikan bentuan berupa sarana persampahan.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 59


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

6). Peningkatan penerimaan retribusi pelayanan kebersihan


a. Melaksanakan sosialisasi Perda No. 8 Tahun 2002 tentang retribusi
pelayanan kebersihan kepada masyarakat.
b. Melaksanakan intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan retribusi
pelayanan kebersihan.
c. Melaksanakan penyempurnaan mekanisme penerimaan retribusi
pelayanan kebersihan.

d. Penagihan retribusi persampahan dilakukan langsung kepada


masing-masing wajib retribusi sampah.
7). Pembangunan TPA baru dengan penerapan sistem pemrosesan akhir
sampah dengan sistem sanitary landfill sesuai dengan maksud Undang-
Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. TPA eksisting
yang terletak di Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan marelan akan
ditetapkan menjadi RTH berupa taman kota setelah tidak dioperasionalkan
menjadi TPA.
8). Direncanakan akan dikembangkan TPA regional di wilayah Tadukan Raya di
Kecamatan STM Hilir Kabupaten dan wilayah sekitrarnya di Kabupaten Deli
Serdang.

Sistem pengolahan persampahan terdiri dari ketentuan sebagai berikut :


a. Tempat Penampungan Sementara ditetapkan pada setiap unit
lingkungan perumahan dan pusat-pusat kegiatan;
b. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu berupa tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah, ditetapkan di setiap unit RW atau kawasan seluas 500-
1.000 m²; dan
c. Tempat Pemprosesan Akhir ditetapkan di TPA Terjun dan TPA
Namo Bintang dengan menggunakan metode sanitary landfill.

D. Rencana Sistem Drainase


Sistem drainase kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d
bertujuan untuk mengurangi banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman,
industri, perdagangan, perkantoran, persawahan, dan jalan.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 60


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

Faktor penyebab terjadinya masalah drainase dan banjir di Kota Medan


dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat kemiringan lahan yang relatif datar, hal ini akan berakibat pada akan
semakin lambannya pengaliran air baik pada saluran-saluran drainase
maupun aliran sungainya. Sehingga akan terjadi genangan terutama di
daerah Middle Stream.

2. Terjadinya penyumbatan aliran sungai dan drainase, akibat dari pembuangan


sampah yang tidak benar (yang menjadikan saluran drainase dan sungai
sebagai tempat pembuangan sampah) sehingga terjadi penumpukkan pada
aliran di bagian Down Stream.

3. Pengawasan dan pengendalian pada fungsi sungai dan saluran air yang
kurang baik, terutama dari proses penyempitan baik secara alamiah maupun
yang dilakukan oleh penduduk melalui pembangunan fisik disekitar bantaran
atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS).

4. Terjadi pergeseran penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, baik


yang terjadi secara alamiah sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan
penduduk maupun sebagai akibat dari pengaruh kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang terjadi.

5. Daerah-daerah cekungan atau resapan air yang telah beralih fungsi menjadi
lahan terbangun yang berdampak pada volume air limpasan (run off) yang
terjadi pada musim penghujan menjadi lebih tinggi, yang mengakibatkan
sebagian kawasan tertentu manjadi daerah genangan.

6. Sistem drainase antara satu kawasan kegiatan tertentu dengan kawasan


lainnya yang kurang terintegrasi, sehingga terjadi perbedaan dimensi saluran
yang tidak sesuai dengan volume air yang harus dialirkan.

7. Semakin kuatnya kecenderungan perubahan penggunaan lahan dari


pertanian ke lahan non pertanian (terutama untuk kegiatan perumahan dan
industri), sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk baik alami
maupun akibat dari migrasi masuk.
Agar terjamin bekerjanya sistem drainase secara baik, maka harus selalu
diusahakan untuk memanfaatkan keadaan topografi wilayah setempat. Selain hal
tersebut di atas, perlu juga diperhatikan keseimbangan alam dengan penyediaan
ruang terbuka hijau yang luasnya cukup menjamin terjadinya peresapan air yang

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 61


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

baik, sehingga debit air hujan yang ada di saluran lebih kecil sehingga dimensi
saluran yang dibutuhkan tidak besar. Jaringan drainase yang akan direncanakan
di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan jalan dan pola aliran air yang ada
dengan memperhatikan kemiringan lahan kawasan. Hirarki sistem drainase yang
direkomendasikan di Kota Medan antara lain terdiri dari:

1. Saluran primer:
 Sungai Badera.
 Sungai Belawan.
 Sungai Deli.
 Sungai Babura.
 Sungai Percut.

2. Saluran drainase sekunder:


 Anak-anak sungai yang ada di Kota Medan
o Sei Selayang.
o Sei Putih.
o Sei Siput.
o Sei Berkala.
o Parit Emas.
o Parit Martondi.
o Sungai Buncong.
o Sungai Pelangkah.
o Sei Percut Denai.
 Saluran sekunder eksisting (buatan) yang ada di pinggir jalan utama.

3. Saluran drainase tersier:


 Saluran drainase perumahan.
 Saluran drainase permukiman.

Pengembangan sistem yang diusulkan adalah :

1. Melakukan normalisasi saluran drainase dan aliran sungai yang berfungsi


sebagai saluran pembuangan air limbah dan air hujan pada setiap Sistem
Sungai (DAS) yaitu:
o Sistem Sungai Badera – Sungai Belawan.
o Sistem Sungai Deli – Babura.
o Sistem Sungai Kera.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 62


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

o Sistem Sungai Percut dan Sei Tuan.

2. Pengembangan fisik untuk saluran drainase pada umumnya terdiri dari


pembesaran saluran drainase dan gorong-gorong, pembersihan sampah dan
pengerukan sedimen. Pembuatan waduk/kolam penampungan (detention
pond) di daerah hulu (up stream) dan di daerah middle stream (tengah)
daerah aliran sungai selain juga bisa dimanfaatkan sebagai penampung air
hujan, juga dapat digunakan sebagai air baku IPA terdekat.

3. Pembuatan drainase/riol tertutup untuk seluruh kota.


4. Sosialisasi pembuatan sumur resapan skala rumah dan lingkungan (RT atau
RW).
5. Pembangunan sistem polder untuk mengatasi meluapnya sungai pada saat
pasang surut air laut, terutama di daerah Medan Utara antara lain di
Kampung Mabar, Kawasan Industri Medan (KIM) dan Labuhan Deli.
6. Pengendalian pada kawasan konservasi dan lindung agar dapat tetap
berfungsi sebagai kawasan yang telah direkomendasikan dalam rencana tata
ruang.
7. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya, yaitu
pengendalian ruang pada kawasan-kawasan yang sesuai dengan
rekomendasi tata ruangnya.
8. Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi
dampak negatif terhadap lingkungan.
9. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna
dan berhasil guna serta berkelanjutan.
10. Penggunaan lahan yang proporsional sesuai dengan peruntukkan guna
menjamin terselenggaranya setiap kegiatan pembangunan.

Adapun rencana pengembangan sistem drainase untuk pengendalian


banjir dan genangan di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.14 dan Gambar
4.16 berikut:
TABEL IV.14
KEBUTUHAN PENANGANAN MASALAH SISTEM DRAINASE KOTA MEDAN

No TIPE MASALAH PENANGANAN


1 Luapan saluran pembuang - Normalisasi saluran
- Penataan drainase pemukiman
2 Penyempitan saluran pembuang Normalisasi saluran

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 63


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

No TIPE MASALAH PENANGANAN


3 Penyumbatan saluran Pengerukan saluran
4 Kerusakan saluran dan prasarana Rehabilitasi saluran, gorong-gorong dan street inlet
5 Belum adanya prasarana drainase Pembangunan drainase perumahan/pemukiman
Sumber : Rencana

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 64


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 65


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

4.4.4. Rencana Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki


Di Kota Medan saat ini belum ada jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan
nyaman. Seluruh moda transportasi, mulai dari sepeda, becak, angkot dan truk
masih bercampur dalam satu jalur, sehingga riskan keamanan dan kenyamanan.
Belum adanya pemisahan jalur sirkulasi pada kondisi eksisting menunjukkan
kurang pekanya dalam memprioritaskan manusia dalam ruang kota, sementara
konsep kota ekologis menekankan pentingnya menempatkan manusia sebagai
pihak yang harus dinyamankan dalam setiap kegiatannya. Berdasarkan
pemikiran tersebut maka pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan
pada jalan-jalan utama kota yang masih belum banyak terisi bangunan, sehingga
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai jalur khusus pejalan kaki, seperti jalan
lingkar luar dan jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur cepat, jalur lambat
dan jalur khusus pejalan kaki. Jalur khusus pejalan kaki tersebut sekaligus dapat
berfungsi sebagai jalur hijau jalan.

Pedestrian adalah jalur sirkulasi khusus bagi pejalan kaki, terpisah jelas dari jalur
kendaraan, dapat ditempatkan sepanjang jalur kendaraan atau pada kawasan
lainnya, menghubungkan dua atau lebih kawasan, tempat atau bangunan.
Keberhasilan sebuah kota atau areal kota yang berkembang bergantung pada
bagaimana sistem penghubungnya bekerja. Ukuran keberhasilannya tidak
terletak pada tampilan fisiknya, tetapi lebih kepada kontribusinya pada kualitas
dan pembentukan karakter ruang kota. Ruang kota sebagai tempat untuk
berinteraksi dipengaruhi oleh sistem pergerakan. Sistem pergerakan di dalam
ruang kota dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) tersedianya beberapa pilihan rute bagi pelaku perjalanan untuk
mencapai tujuannya.
(2) perkembangan kota didukung oleh semua jenis pergerakan baik
kendaraan umum, kendaraan pribadi, pemakai sepeda dan pejalan kaki
(3) jalur-jalur dan fasilitas-fasilitas perkotaan terhubung dengan baik

a) Komponen sistem pergerakan adalah:


 Aksesibilitas
Areal perkembangan lahan baru harus terhubung dengan baik ke jalan
eksisting. Semakin banyak penghubung langsung ke jalur eksisting
maka semakin baik pula integrasi antara areal lama dan baru.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 66


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Sistem Transportasi
Sistem transportasi mempengaruhi nilai lahan dan berinteraksi dengan
perubahan guna lahan. Ketersediaan pelayanan transportasi
menunjukkan potensi untuk menghubungkan Jaringan Jalan
Disamping sebagai pemberi akses ke bangunan, jalan merupakan
elemen ruang publik yang sangat penting. Kenyamanan dan
kemudahan pergerakan di dalam ruang kota dapat diciptakan dengan
membuat rute-rute dengan jarak tempuh pendek langsung mencapai
tujuan dan jalur-jalur penghubung antar fasilitas perkotaan yang
penting.
Semakin banyak penghubung antar jalan-jalan arteri maka semakin
besar potensi bagi guna lahan campuran, penghubung ini tidak harus
berbentuk jalan untuk kendaraan namun bisa berupa jalur khusus
pejalan kaki.
 Pedestrian
Pedestrian atau pejalan kaki adalah bagian dari elemen fisik dalam
perancangan kota. Jalur pedestrian atau pejalan kaki sebaiknya
diintegrasikan dengan konsep sirkulasi kota secara keseluruhan. Setiap
jalur pejalan kaki sebaiknya mempunyai arah tujuan yang jelas dan
menyediakan rute-rute yang dapat dipilih sesuai kebutuhan
penggunanya dan menyediakan jalan pintas bila keadaan
memungkinkan.
Tata guna lahan dengan sirkulasi dan akses jalur pejalan kaki
diarahkan ke pusat-pusat kegiatan antara lain tempat-tempat
perbelanjaan, perkantoran, sekolah-sekolah, taman, dan kawasan
lainnya akan dapat memudahkan pencapaian tujuan, pola guna lahan
berbentuk grid dan blok-blok pendek pada kawasan pusat kota
dimaksudkan untuk memperpendek jarak tempuh perjalanan.

Lingkungan pejalan kaki yang aman dan nyaman dapat diciptakan


dengan cara menurunkan kecepatan kendaraan, menata sistem
perparkiran, meningkatkan dan mengembangkan fasilitas pedestrian
melalui penambahan kuantitas dan kualitas perabot jalan, tata
informasi, tata hijau, elemen-elemen lansekap.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 67


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Sepeda.
Kegiatan bersepeda dapat lebih dipopulerkan di kalangan masyarakat
dengan cara memberikan kemudahan akses jalur khusus sepeda dan
tempat penyimpanan sepeda yang aman di tempat tujuan.
Bila zona trotoar cukup lebar, pejalan kaki dan pengguna sepeda dapat
berada pada jalur yang sama, dibuat pemisah berupa kerb atau marka
yang jelas untuk membantu penyandang tuna netra.
Dalam kecepatan lalu lintas rendah (di bawah 30 km/jam) sepeda dapat
menggunakan jalur yang sama dengan jalur kendaraan bermotor.

b) Tujuan Perencanaan Pedestrian


a. Mewujudkan kota yang manusiawi, yaitu kota yang berorientasi
kepada kenyamanan aktivitas manusia di dalam ruang kota
b. Mempermudah akses dan linkage antar fungsi dalam satu
kawasan/kota dengan berjalan kaki, sehingga
mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan
bermotor. Berkurangnya intensitas penggunaan
kendaraan bermotor akan mengurangi konsumsi
energi, sehingga mengurangi emisi dan polusi,
menciptakan ruang kawasan/kota yang lebih
bersih dan sehat
c. Menciptakan ruang sosial di mana warga kota
Gamba 4.7. Penempatan pusat
dapat berinteraksi transportasi publik dan fasilitas
pejalan kaki pada titik pusat kegiatan
d. Memperbesar kesempatan mengalami dan .
menikmati ruang kota bagi warga dengan berjalan kaki
c) Prinsip Perencanaan Pedestrian
 Pedestrian terutama ditempatkan di pusat-pusat kegiatan, terintegrasi
dengan pusat transportasi publik
 Setiap bangunan langsung dapat diakses oleh pejalan kaki, dengan
mendekatkan bangunan ke pedestrian di sekitarnya. Parkir tidak
ditempatkan sebagai buffer antara bangunan dan jalan, tetapi
ditempatkan di dalam gedung parkir atau di belakang blok bangunan

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 68


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Pedestrian sekaligus menjadi ruang


sosial dan ruang kontrol dalam
lingkungannya. Untuk itu maka di
sepanjang jalur pedestrian ditempatkan
street furniture dengan tema-tema
tertentu untuk memberikan ciri khas
suatu kawasan dan memberikan
suasana yang menyenangkan bagi
pejalan kaki.
 Jalur pejalan kaki terpisah secara jelas
dengan jalur kendaraan bermotor. Di
antara jalur pedestrian dan jalur
kendaraan bermotor ditempatkan buffer
berupa area hijau. Pepohonan di area
hijau sekaligus berfungsi sebagai
peneduh bagi pejalan kaki.
 Jarak tempuh pejalan kaki dari titik
transit kendaraan bermotor
(terminal/halte/lot parkir) maksimal 300
meter.
 Agar efisien jalur pedestrian didasarkan
pada kebutuhan akan jalan tersingkat
menuju blok bangunan, formasi lurus
lebih direkomendasikan.
 Sebagai orientasi bagi pejalan kaki, di
beberapa titik atau ujung vista suatu jalur 4.8 Gambar Pembagian jalur
pejalan kaki dan jalur sepeda.
pejalan kaki ditempatkan plaza,
sclupture, bangunan, fountain, signage dan elemen street furniture
lainnya.
 Untuk kenyamanan pejalan kaki pedestrian direncanakan secara
kontinyu, dengan pola perkerasan yang menarik, cukup lebar
(minimal 1.5 m), dengan landscaping yang memberikan suasana
yang menyenangkan.
 Lebar jalur pedestrian minimal 1.5 meter pada jalur jalan lingkungan
dan minimal 2 meter pada kawasan pusat kegiatan.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 69


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Pada setiap jarak 50 meter dalam jalur pedestrian ditempatkan area


duduk terbuka dengan peneduh yang cukup.
 Tinggi pedestrian dari muka jalan tidak lebih dari 15 cm untuk
menjamin keamanan saat berjalan kaki.
 Beda ketinggian pada pertemuan antara pedestrian dan jalur
kendaraan diselesaikan dengan ramp.
 Semua bangunan sepanjang pedestrian menghadapkan wajah utama
bangunan dan pintu masuk utama ke arah pedestrian untuk
meningkatkan kontrol ruang pedestrian.

d) Pedestrian Bagi Penyandang Cacat


a) Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian adalah jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang cacat, yang dirancang berdasarkan
kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tak terhalang.
Persyaratan jalur pedestrian adalah sebagai berikut:
1. Permukaan
Permukaan jalan harus, stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur
halus tetap tidak licin. Hindari sambungan atau gundukan pada
permukaan, kalaupun terpaksa ada tingginya harus tidak lebih
dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet maka ujungnya
harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
2. Kemiringan
Kemiringan maksimum 7° dan pada setiap jarak 9 m disarankan
terdapat pemberhentian untuk istirahat.
3. Area istirahat
Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan
penyandang cacat.
4. Pencahayaan
Berkisar antara 50 – 150 lux tergantung pada intensitas
pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
5. Perawatan
Dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan.

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 70


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

6. Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.
7. Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus
bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda
pelengkap jalan yang menghalang.
8. Tepi pengaman
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna
netra yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

RENCANA PEDESTRIAN KOTA MEDAN


1. Konsep Dasar
a. Pedestrian dijadikan sebagai jalur sirkulasi utama dalam kawasan-
kawasan pusat kegiatan di kota Medan untuk menjadikan ruang
kota manusiawi dan hemat energi
b. Perencanaan pedestrian dibuat secara terintegrasi dengan titik
transit transportasi publik (halte, stasiun kereta api, terminal), area
pedagang informal dan linkage ruang terbuka
c. Pedestrian direncanakan di sepanjang jalur sirkulasi kendaraan
pada semua kelas jalan dengan desain merujuk kepada standar-
standar yang berlaku dengan mempertimbangkan faktor
keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki
d. Untuk kawasan yang sudah pada, pelebaran jalur pedestrian
dapat dilakukan dengan menutup jalur drainase dan menjadikan
penutupnya sebagai jalur pedestrian
e. Pedestrian harus bersih dari elemen lain yang mengganggu
kenyamanan dan kontinuitas pejalan kaki, seperti bak tanaman,
papan reklame,

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 71


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

2. Perencanaan Pedestrian di Kawasan Pusat Kegiatan


a. Pedestrian yang sesuai dengan standar keamanan, kenyamanan
dan upaya untuk menciptakan ruang kota yang manusiawi dan
hemat energi direncanakan pada beberapa titik pusat kegiatan.

Titik pusat kegiatan direncanakan sebagai rencana terintegrasi


Transportasi dan tata guna lahan yang disebut sebagai
Pengembangan Berorientasi Transit (Transit Oriented
Development -TOD). Dalam prinsip TOD, pusat kegiatan diatur di
sekeliling titik transit transpotasi massal, seperti bus, kereta api
baik dalam bentuk di bawah tanah, di permukaan atau jalur yang
diangkat (light rail).

Untuk kondisi kota Medan, yang potensial dikembangkan adalah


jalur kereta api, dengan pertimbangan :
 Jalur telah tersedia
 Tidak membutuhkan pelebaran jalan
 Investasi lebih terjangkau

Dalam kawasan pusat kegiatan dengan prinsip TOD, guna lahan


yang terdekat dengan titik transit jalur transportasi masal
difungsikan sebagai kawasan komersil dan fasilitas umum/sosial
dengan bangunan berkepadatan tinggi. Semakin keluar dari titik
transit, kepadatan bangunan semakin rendah, dengan fungsi
hunian/permukiman.

Dalam kawasan TOD Pedestrian dijadikan sebagai moda


transportasi utama. Untuk itu kawasan TOD direncanakan dalam
radius yang tidak lebih dari 600 meter dari titik pusat transit, atau
lebih kurang sepuluh menit berjalan kaki. Pedestrian dalam
kawasan TOD direncanakan dalam kualitas tinggi untuk
mewujudkan kondisi terbaik bagi kenyamanan manusia berjalan
kaki, dengan kriteria sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 72


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Aman;
- Terpisah secara jelas dari jalur kendaraan bermotor dengan
meninggikan level pedestrian beberapa sentimeter di atas
jalur kendaraan bermotor dan menempatkan buffer berupa
jalur hijau di antara jalur kendaraan bermotor dann jalur
pedestrian
- Tinggi dari muka tanah tidak membahayakan jika pejalan kaki
tergelincir
- Bangunan sepanjang pedestrian harus menghadapkan wajah
dan membuat bukaan ke arah pedestrian. Kondisi ini
menjadikan pedestrian lebih terkontrol, sehingga
meningkatkan keamanan
- Di beberapa titik sepanjang pedestrian ditempatkan pusat
kegiatan, seperti toko atau spot untuk pedagang kaki lima.
Keberadaan fungsi-fungsi ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kontrol ke arah pedestrian
 Nyaman;
- Kontiniu dan tidak terputus-putus
- Menghubungkan dengan baik (sebagai linkage) unit fungsi
atau titik pusat kegiatan
- Teduh dari panas matahari; sepanjang jalur pedestrian harus
ditanami pohon peneduh
 Atraktif
- Sepanjang jalur pedestrian ditempatkan perabot jalan (street
furniture) yang berkualitas tinggi, informatif, dan tematis,
sehingga membentuk karakter kawasan dan membantu
orientasi pejalan kaki

b. Pedestrianisasi di kawasan pusat kegiatan terintegrasi dengan


tujuan peningkatan kualitas pariwisata kota, konservasi bangunan
bersejarah dan peningkatan kualitas desain ruang kota.
Kawasan pusat kegiatan yang diharapkan menjadi kawasan
pedestrian-oriented adalah sebagai berikut
(1) TOD Belawan; berpusat di stasiun kereta api Belawan

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 73


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

(2) TOD Labuhan; berpusat di stasiun kereta api Labuhan,


mencakup juga kawasan kota Cina Labuhan dan Mesjid
Labuhan
(3) TOD Mabar; berpusat di stasiun kereta api Mabar
(4) TOD Brayan; mencakup kawasan Brayan Kota, Brayan
Bengkel dan komplek PT KAI
(5) TOD Sunggal; berpusat di stasiun Kereta Api Sunggal
(6) Kawasan Aksara; mencakup kawasan perdagangan dan jasa
Aksara Plaza, koridor komersil M. Yamin dan Jl. Aksara
(7) TOD Kawasan Pusat Kota Medan
(8) Kawasan Maimun dan Sisingamangaraja; mencakup koridor
wisata Sisingamangaraja dan Maimun
(9) Kawasan Garden City Polonia; mencakup kawasan jalan
Sudirman, Imam Bonjol, Diponegero
(10) CBD Polonia; mencakup kawasan bekas bandara Polonia dan
kawasan sekitarnya
(11) TOD Amplas; berpusat di Terminal Amplas
(12) TOD Tuntungan ; berpusat di stasiun Kereta Api Tuntungan
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4. 17

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 74


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 75


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

4.4.5. Jalur Evakuasi


Ruang Evakuasi atau jalur penyelamatan (escape road) Jalur evakuasi
bertujuan untuk menyediakan ruang yang dapat dipergunakan sebagai tempat
keselamatan dan ruang untuk berlindung jika terjadi bencana. Strategi yang
dapat dilakukan adalah :

 Mengembangkan jalan eksisting dan menambah jalan baru yang tegak


lurus dengan garis pantai sebagai jalur penyelamatan;

 Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan


baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan
dan sistem kota secara umum;

 Meningkatkan kualitas jalan yang ada menjadi jalan evakuasi dengan


cara : pelebaran jalan, perbaikan alignment jalan eksisting, peningkatan
kualitas badan jalan penambahan jalan-jalan baru untuk meningkatkan
aksesibilitas, efektivitas dan efisiensi kota;

 Mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting tersebut dengan


rencana jalur penyelamatan yang merupakan urban sistem lama
sehingga menjadi suatu sistem kota yang terpadu dan dapat memitigasi
bencana alam;

 Pembangunan jalur penyelamatan harus disertai dengan: penyadaran


publik (pendidikan dan pelatihan, sosialisasi, demo evakuasi dan
sebagainya);

 Penanaman pohon-pohon besar sebagai peneduh jalan dan taman


secara teratur memberikan keteduhan kota dan jiwa warga kota. Jenis
pohon yang ditanam adalah jenis tanaman lokal seperti : pohon
simalambuwo, mahoni. Pohon-pohon besar tersebut akan dirancang
sebagai pohon penyelamatan (escape trees) di sepanjang rute-rute
penyelamatan, taman penyelamatan, atau bangunan penyelamatan
lainnya.

Jalur evakuasi bencana di Kota Medan diperuntukkan khususnya untuk


bencana banjir, gelombang pasang, gempa bumi dan kebakaran meliputi :
 Jalur evakuasi bencana meliputi escape way dan melting point;

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 76


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

 Escape way ditetapkan di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Tol, Jalan-jalan
disekitar Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng, jalan disekitar Stadion
Teladan, jalan di sekitar Lapangan Sejati , jalan di sekitar UNIMED, dan
jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya; dan
 Melting point ditetapkan di Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng,
stadion Teladan, Lapangan Sejati, Lapangan Krakatau, dan ruang
terbuka hijau lainnya.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar. 4.18

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 77


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 78


RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV

LAPORAN AKHIR Hal. IV - 79

Anda mungkin juga menyukai