BAB IV-ok PDF
BAB IV-ok PDF
Hal. IV - 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
TABEL IV.1
ARAHAN DISTRIBUSI PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
TABEL IV.2
ARAHAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
Hal. IV - 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
b) Teori Sektor (sector theory) yang dikembangkan oleh Homer Hoyt (1939)
menyatakan bahwa kota-kota tumbuh tidak dalam zona-zona konsentrik
saja, tetapi dalam sektor-sektor dengan jenis-jenis perkembangan yang
serupa.
3
10
2 3
4
I Central Business 3 2 1
District (CBD)
III
Loop 3 1 5 3
II Zone in transition 3
III Zone of workmens 2 4 5
homes 3
IV Residential zone
3 7
4
`
Hal. IV - 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Gambar 4.3
Stadia Perkembangan Kota Medan
Hal. IV - 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
c). Cluster Kawasan Selatan dengan fungsi utamanya sebagai : Ruang Terbuka
Hijau.
Dalam konteks rencana struktur ruang Kota Medan perlu disusun rencana
sistem pusat-pusat pelayanan yang terdiri Pusat Pelayanan Kota dan Subpusat
Pelayanan Kota. Subpusat Pelayanan Kota harus terintegrasi dengan Pusat
Pelayanan Kota. Pengembangan struktur ruang Kota Medan dilakukan dengan
beberapa pertimbangan antara lain :
Hal. IV - 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Pada lokasi ini akan dibangun dan dikembangkan sebagai pusat keuangan
bertaraf nasional dan regional. Untuk mencapai hal ini pusat keuangan ini
dirancang dengan kombinasi pengembangan sarana perkantoran,
perbelanjaan, konvensi, rekreasi dan hiburan sehingga menjadi pusat baru
yang hidup dan menarik (CBD). Pada kawasan ini dapat juga dikembangkan
kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kota untuk
mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat Kota dan sekaligus
mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu
kawasan.
6. Pada wilayah pusat kota dan CBD Polonia yang juga memiliki pelayanan
regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan regional yang wilayah
pelayanannya lebih besar dari Pusat Primer Utara, yang disebut dengan
Pusat Pelayanan Kota;
7. Dengan demikian maka di Kota Medan akan memilikin dua Pusat pelayanan
kota, 1 (satu) Pusat pelayanan kota di utara dan 1 (satu) Pusat pelayanan
kota di Pusat Kota.
Hal. IV - 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur ruang Kota Medan dapat dilihat pada
Tabel IV.3 dan Gambar 4.4 berikut :
TABEL IV.3
RENCANA STRUKTUR PUSAT PELAYANAN KOTA MEDAN TAHUN 2030
PUSAT
NO FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
PELAYANAN
Pusat Pelayanan Pusat kegiatan Kota Medan, Kec. Medan
Kota di Pusat perdagangan/bisnis; Polonia, Kec. Medan
A Kota Baru, Medan Petisah,
Pusat kegiatan jasa dan
Kec. Medan Timur,
kegiatan pemerintahan provinsi
kec.Medan Barat, Kec.
dan kota;
Medan Kota;
Pusat pelayanan ekonomi Provinsi Sumatera Utara
Internasional
Pusat Pelayanan Pusat Kegiatan Jasa dan Kota Medan Bagian
Kota dibagian Perdagangan regional Utara;
Utara Pusat pelayanan transportasi; Provinsi Sumatera Utara
B
Pusat kegiatan sosial-budaya Regional
Pusat kegiatan industri
Subpusat pusat pelayanan transportasi Kec. Medan Belawan
pelayanan kota laut,
Medan Belawan pusat kegiatan bongkar muat
1 dan impor – ekspor,
pusat kegiatan industri, dan
pusat kegiatan perikanan
Subpusat Pusat Kegiatan Jasa dan Kec. Medan Labuhan
pelayanan kota Perdagangan
2 Pusat pelayanan transportasi
Medan Labuhan
Pusat pelayanan kesehatan
3
Subpusat Pusat kegiatan perdagangan Kec, Medan Marelan;
pelayanan kota kebutuhan pokok (pasar induk); Kabupaten Deli Serdang
Medan Marelan Pusat kegiatan rekreasi dan
wisata
Subpusat Pusat kegiatan Kec. Medan Perjuangan
4
pelayanan kota perdagangan/bisnis dan Kec. Medan
Medan Perjuangan Pusat pelayanan olahraga Tembung
Subpusat Pusat pelayanan ekonomi Kec. Medan Area, Kec.
pelayanan kota Pusat pelayanan transportasi Medan Kota, Kec. Medan
5
Medan Area Denai, Kec, Medan
Amplas
Hal. IV - 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
PUSAT
NO FUNGSI WILAYAH PELAYANAN
PELAYANAN
6 Subpusat Pusat pelayanan ekonomi Kec. Medan Helvetia,
pelayanan kota Pusat pelayanan transportasi Kec. Medan Petisah,
Medan Helvetia wilayah bagian Barat Kec. Medan Sunggal
Pusat kegiatan sosial-budaya
Subpusat Pusat kegiatan Kec. Medan Tuntungan,
8 pelayanan kota perdagangan/bisnis kec. Medan Baru, Kec.
Medan Selayang Pusat Pendidikan Medan Selayang, kec.
Medan Johor
Subpusat Pusat kegiatan Kec. Medan Deli, Kec.
pelayanan kota perdagangan/bisnis Medan Timur, Kec.
9 Medan Timur Pusat pelayanan transportasi Medan Barat
(TOD);
Pusat kegiatan sosial-budaya
Sumber : Rencana
Hal. IV - 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan
Kolektor Sekunder seperti pada Tabel IV.7 berikut :
Tabel IV.7
RENCANA DAN FUNGSI JARINGAN JALAN KOTA MEDAN
Rencana dan Fungsi Jaringan Lebar
No GSB Keterangan
Jalan Jalan
D Jalan Kolektor Sekunder
1. Jln. Pancing (Kec. M. Labuhan) 20 12 Jln. Rawe – Jln. K.L.Yos Sudarso
2. Jln. Krakatau Ujung 26 15 Jln. Alumunium Raya - Jln. Kolonel
Bejo/Cemara
3 Jln. Krakatau 26 6 Jln. Kolonel Bejo/Cemara – Jln. Karantina
4 Jln. Sutomo Ujung 26 2 Jln. Karantina – Jln. Perintis Kemerdekaan
5 Jln. Halat/Gg. Kolam 25 6 Jln. Sisingamangaraja – Jln. Panglima Denai
6 Jln. Baru (Simp. Dr. Mansyur – CBD 26 15 Jln. Lingkar Dalam
Polonia – HM Joni)
7 Jln. Juanda 26 15 Jln. S. M Raja – Jln. Mongonsidi
8 Jln. Mongonsidi 26 15 Jln. Juanda – Jln. Pattimura
9 Jln. Jamin Ginting 24 12,5 Jln. Pasar V/Sembada – Jln. Abdul Hakim
10 Jln. Jamin Ginting 26 6 Jln. Abdul Hakim- Jln. Mongonsidi
11 Jln. Pattimura 20 15 Jln. Jamin Ginting – Jln. Sudirman
12 Jln. S. Parman 20 6 Jln. Sudirman – Jln. Gatot Subroto
13 Jln. Sudirman 26 15 Jln. Pattimura – Jln. Imam Bonjol
14 Jln. Suprapto 26 15 Jln. Imam Bonjol – Jln. Pemuda
15 Jln. Pandu 26 15 Jln. Pemuda – Jln. Sutomo
16 Jln. Sutomo 20 1,25 Jln. Rahmadsyah – Jln. Merbabu
17 Jln. Sutomo 20 1,25 Jln. Merbabu – Jln. P. Kemerdekaan
18 Jln. Rahmadsyah 14 4 Jln. S. M Raja – Jln. Sutomo
19 Jln. Sutrisno 20 1,25 Jln. Sutomo – Jln. A. R Hakim
20 Jln. Denai 20 1,25 Jln. A. R Hakim – Jln. Panglima Denai
21 Jln. Panglima Denai 16 10 Jln. Datuk Kabu – Jln. S. M Raja
22 Jln. Gatot Subroto 26 8 Jln. Glugur – Jembatan Sungai Babura
23 Jln. Glugur 20 6 Jln. S. Parman – Jln. Gatot Subroto
24 Jln. Kapt. Maulana Lubis 25 10 Jembatan Sungai Babura – Jembatan Sungai
Deli
25 Jln. Raden Saleh 20 9 Jembatan Sungai Deli – Jln. Balai Kota
26 Jln. Imam Bonjol 20 15 Jln. Kapt. Maulana Lubis – Jln. Palang Merah
27 Jln. Imam Bonjol 20 15 Jln. Palang Merah – Jln. Adi Sucipto
28 Jln. SMA 2 14 8 CBD Polonia – Jln. A. H Nasution
29 Jln. Palang Merah 20 10 Jln. Pemuda – Jln. Imam Bonjol
30 Jln. Zainul Arifin 20 15 Jln. Imam Bonjol – Jln. Diponegoro
31 Jln. Zainul Arifin 20 1,25 Jln. Diponegoro – Jembatan Sungai Babura
32 Jln. Gajah Mada 18 10 Jembatan Sungai Babura – Jln. Darussalam
33 Jln. Sei Batang Hari 18 10 Jln. Darussalam – Jln. Sunggal
34 Jln. Iskandar Muda 20 10 Jln. Gatot Subroto – Jln. Jamin Ginting
35 Gg. Warga (rencana terusan Jln. 20 10 Jln. Gatot Subroto – Jln. Pabrik Tenun
Iskandar Muda)
36 Jln. Pabrik Tenun 20 10 Jln. Sekip – Jln. Ayahanda
37 Jln. Sampul 20 10 Jln. Ayahanda – Sei Sikambing
Hal. IV - 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Untuk lebih jelasnya mengenai rencana dan fungsi jaringan jalan di Kota Medan
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut:
Hal. IV - 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
mT
mT
mU
mU
PETA 4.5
SELAT MALAKA
RENCANA JARINGAN JALAN
KOTA MEDAN TAHUN 2028
KABUPATEN U
DELISERDANG
1 0 1 2 3 Kil om e te rs
#
Y
KETERANGAN:
Ibukota
Y
# Ibukota Kecamatan
Kec.Medan Labuhan \
& Ibukota Kota/Kabupaten
#
Y [% Ibukota Provinsi
Batas Kota
Batas Kecamatan
Rel K.A
Jalan TOL
Kec.Medan Marelan #
Y
Sungai dan Badan Air
Kec. Jalan Lingkar Luar
Hamparan Perak Jalan Lingkar Tengah
Jalan Lingkar Utara
Jalan Penghubung
Rencana Jalan Trans Sumatra
Rencana Jalan Tol
Kec. Jalan Lokal
Labuhan Deli
Under Pass
Jembatan Layang
KABUPATEN
#
Y
DELISERDANG Kec. Medan Deli
KABUPATEN
DELISERDANG
#
Y
#
Y
#
Y
Kec.Medan Barat
Kec.
Kec. Medan Helvetia
#
Y
#
Y
Percut Sei Tuan
Kec. Medan Perjuangan
Ke Binjai
Kec. Medan Tembung
Kec.Medan Petisah
#
Y
Walikota Medan Ketua DPRD Kota Medan
[% #
Y
Kec.Medan Sunggal
#
Y
Kec.Medan Area
Kec.Medan Maimun
#
Y
#
Y #
Y H. Syamsul Arifin, SE H. Denny Ilham Panggabean, SH
Kec.Medan Baru #
Y
#
Y
Kec.Medan Kota
Kec.Medan Denai
\
& PROPINSI SUMATERA UTARA
Kec.Medan Polonia
KOTA MEDAN
Kec.Medan Selayang
#
Y
Kec.Medan Amplas
#
Y
Ke Tj Morawa
#
Y
Kec.Medan Johor
Kec. Sumber :
- Foto Udara Kota Medan - Zona : 47 N
Patumbak - Bappeda Kota Medan - Sistem Koordinat : UTM
- Hasil Rencana
- Sistem Proyeksi : UTM
- Datum : WGS 894
KABUPATEN
Kec. Kec. DELISERDANG
Kutalimbaru
Namurambe
mU
Ke Berastagi
mU
mT
mT
Hal. IV - 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan
dimasa mendatang adalah ;
a. jalur kereta api Jalur Medan – Binjai – Tanjung Pura – hingga Banda Aceh;
b. jalur kereta api Medan – Tebing Tinggi – Rantau Prapat – hingga Pekan
Baru;
h. jalur kereta api layang : Gaperta – Pusat Kota (CBD Polonia) – Titi Kuning –
Simpang Pos dan Brayan – Pusat Kota – Mandala.
Hal. IV - 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
dan besar. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan dan rencana jaringan
listrik di Kota Medan dapat dilihat pada tabel Tabel IV.9 dan Gambar 4.11.
Tabel IV.9
RENCANA KEBUTUHAN LISTRIK DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Kebutuhan Listrik Tahun 2030
Jumlah
Jumlah Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan Rumah Kebutuhan Total
No Kecamatan Penduduk
KK Kecil Listrik Sedang Listrik Besar Listrik Kebutuhan
(jiwa)
(unit) (KWH) (unit) (KWH) (unit) (KWH) (KWH)
1 Medan Tuntungan 81.256 16.251 9.751 9.945,73 4.875 4.972,87 1.625 1.657,62 16.576,22
2 Medan Johor 169.592 33.918 20.351 20.758,06 10.176 10.379,03 3.392 3.459,68 34.596,77
3 Medan Amplas 266.374 53.275 31.965 32.604,18 15.982 16.302,09 5.327 5.434,03 54.340,30
4 Medan Denai 189.233 37.847 22.708 23.162,12 11.354 11.581,06 3.785 3.860,35 38.603,53
5 Medan Area 99.141 19.828 11.897 12.134,86 5.948 6.067,43 1.983 2.022,48 20.224,76
6 Medan Kota 77.032 15.406 9.244 9.428,72 4.622 4.714,36 1.541 1.571,45 15.714,53
7 Medan Maimun 99.087 19.817 11.890 12.128,25 5.945 6.064,12 1.982 2.021,37 20.213,75
8 Medan Polonia 81.298 16.260 9.756 9.950,88 4.878 4.975,44 1.626 1.658,48 16.584,79
9 Medan Baru 43.553 8.711 5.226 5.330,89 2.613 2.665,44 871 888,48 8.884,81
10 Medan Selayang 110.868 22.174 13.304 13.570,24 6.652 6.785,12 2.217 2.261,71 22.617,07
11 Medan Sunggal 127.717 25.543 15.326 15.632,56 7.663 7.816,28 2.554 2.605,43 26.054,27
12 Medan Helvetia 208.592 41.718 25.031 25.531,66 12.516 12.765,83 4.172 4.255,28 42.552,77
13 Medan Petisah 58.131 11.626 6.976 7.115,23 3.488 3.557,62 1.163 1.185,87 11.858,72
14 Medan Barat 55.497 11.099 6.660 6.792,83 3.330 3.396,42 1.110 1.132,14 11.321,39
15 Medan Timur 108.581 21.716 13.030 13.290,31 6.515 6.645,16 2.172 2.215,05 22.150,52
16 Medan Perjuangan 128.498 25.700 15.420 15.728,16 7.710 7.864,08 2.570 2.621,36 26.213,59
17 Medan Tembung 159.097 31.819 19.092 19.473,47 9.546 9.736,74 3.182 3.245,58 32.455,79
18 Medan Deli 228.361 45.672 27.403 27.951,39 13.702 13.975,69 4.567 4.658,56 46.585,64
19 Medan Labuhan 186.433 37.287 22.372 22.819,40 11.186 11.409,70 3.729 3.803,23 38.032,33
20 Medan Marelan 407.907 81.581 48.949 49.927,82 24.474 24.963,91 8.158 8.321,30 83.213,03
21 Medan Belawan 106.680 21.336 12.802 13.057,63 6.401 6.528,82 2.134 2.176,27 21.762,72
Jumlah 2.992.928 598.586 359.151 366.334,39 179.576 183.167,19 59.859 61.055,73 610.557,31
Sumber : Rencana
Hal. IV - 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Kebutuhan akan Gas di Kota Medan saat ini telah dilayani oleh Perusahaan
Nasional Gas (PN Gas). Namun pelayanan gas di Kota Medan saat ini masih
sangat terbatas. Keterbatasan gas tersebut disebabkan oleh sedikitnya pasokan
gas dari Pertamina serta keterbatasan sumber bahan baku. Dengan demikian
maka PN Gas saat ini masih belum mempunyai rencana untuk menambah Pabrik
Gas maupun Jaringan Gasnya di Kota Medan. Namun mengingat akan kebijakan
pemerintah yang akan mengalihkan bahan bakar minyak dari minyak tanah ke
gas, maka pada masa mendatang pihak PN Gas sudah merasa perlu untuk
menambah jumlah Pabrik Gas yang ada serta memperluas jaringan gasnya
untuk melayani seluruh penduduk di Kota Medan.
Jaringan pipa minyak dan gas bumi direncanakan akan dapat berupa
sistem yang menghubungkan:
a. Sicanang – Gebang;
b. Wampu – Belawan;
c. Wampu – Paya Pasir;
d. Paya Pasir – Belawan;
e. Pantai Pakam Timur – Hamparan Perak;
f. Polonia – Medan – Tanjung Morawa;
g. Sicanang – Medan;
h. Belawan – Kwala Tanjung; dan
i. Pembangunan terminal terapung di 16 km ke arah lepas pantai Belawan;
Adapun penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi
diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi Rencana Sistem
Jaringan Energi Wilayah Kota Medan dijelaskan lebih rinci dalam peta rencana
struktur ruang Kota Medan.
Hal. IV - 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
dibatasi. Untuk masa yang akan datang pola penyebaran BTS perlu
diintegrasikan, antar sesama provider dengan membuat “Tower Bersama”,
misalnya dengan pembuatan “Menara Medan”.
Berdasarkan jumlah penduduk terkini dan standar teknis bahwa 1 unit rumah
dihuni oleh 5 jiwa, maka diperkirakan pada Tahun 2030 dibutuhkan jumlah
sambungan telepon rumah (dari Telkom) sebesar 134.682 SST untuk
melayani 598.586 unit rumah yang dibagi kedalam beberapa tipe perumahan,
mulai tipe rumah berukuran kecil, sedang, hingga tipe rumah berukuran besar
di seluruh Kota Medan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel
proyeksi kebutuhan telekomunikasi Kota Medan pada Tabel IV. 10 dan
Gambar 4.12.
Tabel IV.10
RENCANA KEBUTUHAN TELEPON DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
Hal. IV - 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
a. Daerah Pelayanan
Hal. IV - 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah
pelayanan tersebut, kecuali pengaliran air mata air/IPA Sibolangit (dengan
elevasi + 400 m) dilakukan secara gravitasi langsung ke pelanggan.
Panjang total jaringan pipa transmisi dan distribusi adalah sekitar 2.668 km,
dan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
Pipa Transmisi/distribusi utama meliputi jaringan perpipaan diameter 200
– 1.000 mm, sepanjang ± 250 km;
Sumber : Rencana
Hal. IV - 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas wilayah sungai, sistem jaringan air
baku untuk air bersih, dan sistem pengendalian banjir. Beberapa ketentuan
mengenai pengembangan sumber daya air pada tahun perencanaan terdiri dari :
(1) Pelayanan air minun perpipaan dengan sumber dari sumur dangkal, sumur
pompa tangan, bak penampung air hujan, terminal air, mobil tangki air,
instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata air;
(2) Wilayah sungai ditetapkan di Belawan – Ular – Padang yang meliputi
beberapa daerah aliran sungai yaitu Sungai Belawan, Sungai Ular, Sungai
Deli, Sungai Belumai, Sungai Padang, Sungai Martebing, Sungai Kenang,
Sungai Serdang, Sungai Percut, Sungai Bedagai dan Sungai Belutu serta
cekungan air tanah Medan;
(3) Sistem jaringan air baku untuk air bersih meliputi sistem air permukaan, mata
air dan/atau sistem air tanah yang dimanfaatkan dengan tetap
memperhatikan keperluan konservasi lingkungan dan pencegahan kerusakan
lingkungan;
(4) Sistem pengendalian banjir pembangunan sistem polder dan kanal;
(5) Sistem polder ditetapkan di kawasan perumahan skala besar dan Kawasan
Industri Medan;
(6) Sistem kanal terdiri dari;
a. kanal flood way yang mangalihkan aliran Sungai Deli ke Sungai Denai di
Kecamatan Medan Johor dan Medan Amplas;
b. kanal untuk mengalirkan aliran pembuangan dari Sei Sikambing ke
Sungai Belawan di Kecamatan Medan Sunggal;
(7) Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Wilayah Kota Medan dijelaskan
lebih rinci dalam peta rencana struktur ruang Kota Medan.
Hal. IV - 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
(2) Daerah pelayanan air minum /air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dilayani melalui 14 cabang PDAM Tirtanadi meliputi : Cabang Utama,
Cabang Deli Tua, Cabang Tuasan, Cabang Amplas, Cabang Sunggal,
Cabang Medan Labuhan, Cabang Yamin, Cabang Denai, Cabang Cemara,
Cabang Padang Bulan, Cabang Sei Agul, Cabang Diski, Cabang Belawan
dan Cabang Sibolangit.
Pada Tabel IV.12 proyeksi timbulan air limbah yang diperuntukkan untuk
melihat peningkatan kebutuhan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Kota
Medan, terlihat secara total jumlah timbulan air limbah pada Tahun 2030 yang
direncanakan diolah di IPAL adalah sebesar 430.981,63 m³/hari, dimana
diharapkan tingkat pelayanan air limbah secara sistem off site (terpusat) ini
mencapai 40% penduduk total. Dan bila sistem pengelolaan air limbah dengan
sistem perpipaan berjalan optimal maka beban pencemaran air tanah akibat
rembesan tinja ataupun beban pencemaran air permukaan akibat buangan bekas
mandi dan cuci serta kakus akan semakin berkurang, sehingga kualitas sumber
air permukaan dapat dilestarikan dan beban pengolahan IPA PDAM yang
mengambil sumber air dari sungai akan lebih berkurang.
Dan selain itu perlu juga dilestarikan pembangunan tangki septik komunal
yaitu 1 unit digunakan untuk 7 - 10 KK. Sehingga kekhawatiran terjadinya
pencemaran air tanah akibatnya tiap rumah memiliki 1 septic tank, yang
Hal. IV - 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
terkadang cuma berupa cubluk (tidak di-lining, sehingga mencemari air tanah
dibawahnya), dapat diminimasi. Dari tabel proyeksi timbulan tinja sampai tahun
2030 adalah 245,99 m³/hari dan kebutuhan sarana Septic Tank Komunalnya
sebanyak 598.586 unit. Sedangkan untuk sarana sanitasi masyarakat kurang
mampu disediakan MCK Umum pada tahun 2030 sebanyak 29.929 unit. Untuk
lebih jelasnya mengenai perkiraan volume air limbah dan rencana jaringan air
limbah di Kota Medan dapat dilihat pada Tabel IV.12 dan Gambar 4.14.
Sistem pengelolaan air limbah terdiri atas sistem pengelolaan air limbah
domestik dan industri, dimana ketentuan untuk masing-masing sistem tersebut
antara lain :.
(1) Sistem pengelolaan air limbah terpusat ditetapkan pada Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) Cemara.
(2) Lokasi sistem air limbah domestik terpusat ditetapkan di Instalasi Pengolahan
Air Limbah Cemara.
(3) Sistem air limbah domestik setempat dilakukan secara individual melalui
pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dan dikembangkan pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat serta dilengkapi
dengan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang disediakan oleh
Pemerintah Kota.
(4) Sistem pengelolaan air limbah industri meliputi sistem air limbah terpusat dan
atau setempat, dilakukan secara individual oleh industri itu sendiri.
Hal. IV - 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Tabel IV.12
PERKIRAAN JUMLAH VOLUME AIR LIMBAH DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
Hal. IV - 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Hal. IV - 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Sampah merupakan produksi masyarakat yang selalu ada setiap hari dari
berbagai kegiatan. Oleh karena itu pengorganisasian sampah perlu dirancang
secara hirarki dan terkoordinir dengan instansi terkait lainnya. Berdasarkan
kondisi tinggi muka air tanah Kota Medan yang rendah yaitu rata-rata 1 - 3 m di
bawah permukaan tanah, maka penanganan sampah dengan cara penimbunan
dinilai kurang baik, terutama mengingat dampaknya terhadap kerusakan air
tanah dan air permukaan yang berada di sekitarnya.
Kemudian seiring dengan berkembangnya jaringan jalan dan
aksesibilitas antar wilayah, sistem penimbunan tersebut perlu diubah menjadi
sistem terpusat, menggunakan pengangkutan dengan truk sampah (dump truck)
ataupun menggunakan arm roll truck (dengan container) dan compactor truck
menuju tempat pembuangan akhir di TPA. Kebutuhan terhadap lahan untuk
pembangunan TPA saat ini masih dapat disediakan mengingat cukup
tersedianya lahan kosong yang dapat dikembangkan di daerah TPA Terjun. Dan
hal ini harus diiringi dengan pemanfaatan teknologi dalam penanganan sampah
yang harus ditingkatkan dari Open Dumping menjadi Sanitary Landfill.
Hal. IV - 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
4. Pengangkutan
Hal. IV - 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
5. Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan kegiatan operasional pembuangan sampah
tahap akhir dengan mengumpulkan sampah di suatu tempat agar tidak
menimbulkan kualitas lingkungan sekitarnya. Tempat pembuangan akhir
(TPA) adalah tempat pembuangan sampah di suatu lokasi yang telah
ditentukan oleh pemerintah (Pasal 1 Perda Kota Medan No. 8/2002).
Adapun metode pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan
di lokasi TPA adalah metode dumping yaitu sampah yang masuk ke TPA
tanpa melalui proses tertentu langsung di buang/dipaparkan di lokasi TPA.
Sebelum dilakukan pembuangan dan pemaparan sampah terlebih dahulu
lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuangan dan
pemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah yang masuk ke TPA
dipaparkan/ditimbun di suatu zona tertentu, apabila zona tersebut telah
penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona
yang baru demikian seterusnya.
Sebagai dampak dari penerapan metode open dumping yang dilakukan saat
ini adalah :
a. Dampak negatif, dikhawatirkan terjadi pencemaran lingkungan (tanah,
air, udara)
b. Dampak positif, membuka lapangan kerja bagi pemulung di TPA, dan
saat ini diperkirakan di TPA Namo Bintang para pemulung berjumlah ±
250 orang dan di TPA Terjun berjumlah ±200 orang.
Akantetapi, pada perencanaan pengelolaan persampahan di Kota Medan
pada masa yang akan datang tidak menggunakan Metode Open Dumping
melainkan dengan menggunakan Metode Sanitary Landfill.
Khusus untuk sampah medis (clinical waste) dikelola sendiri oleh masing-
masing rumah sakit dan klinik, yang pemusnahannya mempergunakan
incenarator dan Dinas Kebersihan tidak menangani sampah medis,
melainkan hanya menangani sampah domestik (solid waste) selanjutnya
kepada masing-masing Rumah Sakit telah disosialisasikan agar cermat
memilah sampah domestik dengan sampah medis, antara lain dengan
membedakan pewadahanya sehingga petugas Dinas Kebersihan tidak perlu
keliru dalam melakukan pengangkutan sampah.
Hal. IV - 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
3. Pengelolaan Sampah
Pengolahan sampah di TPA Namo Bintang dan Terjun adalah pengolahan
kompos skala kecil yang bahan bakunya diperoleh dari sampah yang telah
bertumpuk lama di TPA dan saat tumpukan sampah telah mencapai
ketinggian 5 M.
Solusi permasalahan persampahan Kota Medan adalah :
1). Peningkatan sarana dan prasarana kebersihan
Hal. IV - 56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA MEDAN TAHUN 2010-2030 BAB - IV
Tabel IV.13
PERKIRAAN JUMLAH TIMBULAN SAMPAH DAN KEBUTUHAN SARANA PERSAMPAHAN
DI KOTA MEDAN TAHUN 2030
Sumber : Rencana
1. Tingkat kemiringan lahan yang relatif datar, hal ini akan berakibat pada akan
semakin lambannya pengaliran air baik pada saluran-saluran drainase
maupun aliran sungainya. Sehingga akan terjadi genangan terutama di
daerah Middle Stream.
3. Pengawasan dan pengendalian pada fungsi sungai dan saluran air yang
kurang baik, terutama dari proses penyempitan baik secara alamiah maupun
yang dilakukan oleh penduduk melalui pembangunan fisik disekitar bantaran
atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS).
5. Daerah-daerah cekungan atau resapan air yang telah beralih fungsi menjadi
lahan terbangun yang berdampak pada volume air limpasan (run off) yang
terjadi pada musim penghujan menjadi lebih tinggi, yang mengakibatkan
sebagian kawasan tertentu manjadi daerah genangan.
baik, sehingga debit air hujan yang ada di saluran lebih kecil sehingga dimensi
saluran yang dibutuhkan tidak besar. Jaringan drainase yang akan direncanakan
di wilayah ini akan mengikuti pola jaringan jalan dan pola aliran air yang ada
dengan memperhatikan kemiringan lahan kawasan. Hirarki sistem drainase yang
direkomendasikan di Kota Medan antara lain terdiri dari:
1. Saluran primer:
Sungai Badera.
Sungai Belawan.
Sungai Deli.
Sungai Babura.
Sungai Percut.
Pedestrian adalah jalur sirkulasi khusus bagi pejalan kaki, terpisah jelas dari jalur
kendaraan, dapat ditempatkan sepanjang jalur kendaraan atau pada kawasan
lainnya, menghubungkan dua atau lebih kawasan, tempat atau bangunan.
Keberhasilan sebuah kota atau areal kota yang berkembang bergantung pada
bagaimana sistem penghubungnya bekerja. Ukuran keberhasilannya tidak
terletak pada tampilan fisiknya, tetapi lebih kepada kontribusinya pada kualitas
dan pembentukan karakter ruang kota. Ruang kota sebagai tempat untuk
berinteraksi dipengaruhi oleh sistem pergerakan. Sistem pergerakan di dalam
ruang kota dikatakan berhasil apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) tersedianya beberapa pilihan rute bagi pelaku perjalanan untuk
mencapai tujuannya.
(2) perkembangan kota didukung oleh semua jenis pergerakan baik
kendaraan umum, kendaraan pribadi, pemakai sepeda dan pejalan kaki
(3) jalur-jalur dan fasilitas-fasilitas perkotaan terhubung dengan baik
Sistem Transportasi
Sistem transportasi mempengaruhi nilai lahan dan berinteraksi dengan
perubahan guna lahan. Ketersediaan pelayanan transportasi
menunjukkan potensi untuk menghubungkan Jaringan Jalan
Disamping sebagai pemberi akses ke bangunan, jalan merupakan
elemen ruang publik yang sangat penting. Kenyamanan dan
kemudahan pergerakan di dalam ruang kota dapat diciptakan dengan
membuat rute-rute dengan jarak tempuh pendek langsung mencapai
tujuan dan jalur-jalur penghubung antar fasilitas perkotaan yang
penting.
Semakin banyak penghubung antar jalan-jalan arteri maka semakin
besar potensi bagi guna lahan campuran, penghubung ini tidak harus
berbentuk jalan untuk kendaraan namun bisa berupa jalur khusus
pejalan kaki.
Pedestrian
Pedestrian atau pejalan kaki adalah bagian dari elemen fisik dalam
perancangan kota. Jalur pedestrian atau pejalan kaki sebaiknya
diintegrasikan dengan konsep sirkulasi kota secara keseluruhan. Setiap
jalur pejalan kaki sebaiknya mempunyai arah tujuan yang jelas dan
menyediakan rute-rute yang dapat dipilih sesuai kebutuhan
penggunanya dan menyediakan jalan pintas bila keadaan
memungkinkan.
Tata guna lahan dengan sirkulasi dan akses jalur pejalan kaki
diarahkan ke pusat-pusat kegiatan antara lain tempat-tempat
perbelanjaan, perkantoran, sekolah-sekolah, taman, dan kawasan
lainnya akan dapat memudahkan pencapaian tujuan, pola guna lahan
berbentuk grid dan blok-blok pendek pada kawasan pusat kota
dimaksudkan untuk memperpendek jarak tempuh perjalanan.
Sepeda.
Kegiatan bersepeda dapat lebih dipopulerkan di kalangan masyarakat
dengan cara memberikan kemudahan akses jalur khusus sepeda dan
tempat penyimpanan sepeda yang aman di tempat tujuan.
Bila zona trotoar cukup lebar, pejalan kaki dan pengguna sepeda dapat
berada pada jalur yang sama, dibuat pemisah berupa kerb atau marka
yang jelas untuk membantu penyandang tuna netra.
Dalam kecepatan lalu lintas rendah (di bawah 30 km/jam) sepeda dapat
menggunakan jalur yang sama dengan jalur kendaraan bermotor.
6. Drainase
Dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman
maksimal 1,5 cm, mudah dibersihkan dan perletakan lubang
dijauhkan dari tepi ramp.
7. Ukuran
Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus
bebas dari pohon, tiang rambu-rambu dan benda-benda
pelengkap jalan yang menghalang.
8. Tepi pengaman
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna
netra yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
Aman;
- Terpisah secara jelas dari jalur kendaraan bermotor dengan
meninggikan level pedestrian beberapa sentimeter di atas
jalur kendaraan bermotor dan menempatkan buffer berupa
jalur hijau di antara jalur kendaraan bermotor dann jalur
pedestrian
- Tinggi dari muka tanah tidak membahayakan jika pejalan kaki
tergelincir
- Bangunan sepanjang pedestrian harus menghadapkan wajah
dan membuat bukaan ke arah pedestrian. Kondisi ini
menjadikan pedestrian lebih terkontrol, sehingga
meningkatkan keamanan
- Di beberapa titik sepanjang pedestrian ditempatkan pusat
kegiatan, seperti toko atau spot untuk pedagang kaki lima.
Keberadaan fungsi-fungsi ini juga dimaksudkan untuk
meningkatkan kontrol ke arah pedestrian
Nyaman;
- Kontiniu dan tidak terputus-putus
- Menghubungkan dengan baik (sebagai linkage) unit fungsi
atau titik pusat kegiatan
- Teduh dari panas matahari; sepanjang jalur pedestrian harus
ditanami pohon peneduh
Atraktif
- Sepanjang jalur pedestrian ditempatkan perabot jalan (street
furniture) yang berkualitas tinggi, informatif, dan tematis,
sehingga membentuk karakter kawasan dan membantu
orientasi pejalan kaki
Escape way ditetapkan di Jalan Yos Sudarso dan Jalan Tol, Jalan-jalan
disekitar Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng, jalan disekitar Stadion
Teladan, jalan di sekitar Lapangan Sejati , jalan di sekitar UNIMED, dan
jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya; dan
Melting point ditetapkan di Lapangan Merdeka, Lapangan Benteng,
stadion Teladan, Lapangan Sejati, Lapangan Krakatau, dan ruang
terbuka hijau lainnya.