Anda di halaman 1dari 4

Resin komposit adalah bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi

anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya
ditingkatkan.

Resin komposit merupakan bahan restorasi adhesif yang dapat berikatan dengan
jaringan keras gigi melalui dua sistem bonding (ikatan), yaitu ikatan email dan ikatan dentin.
Kekuatan ikatan resin komposit terhadap email dengan system etsa asam seperti yang
diperkenalkan oleh Buonocore sejak tahun 1955 sudah terbukti dapat bertahan untuk jangka
waktu yang lama. Etsa asam pada email akan membentuk mikroporositas pada permukaan
email yang dapat diisi dengan bondingagent, sehingga terbentuk ikatan mikromekanis antara
resin komposit dengan email (resin tag).

Resin komposit tidak dianjurkan untuk diaplikasikan pada dinding kavitas yang hanya
terdapat sedikit, atau sama sekali tidak ada email. Pada penggunaan bahan restorasi resin
komposit, daerah operasi harus sama sekali terbebas dari kontaminasi cairan seperti saliva
atau darah.

Mekanisme Perlekatan Resin Komposit pada Struktur Gigi

Jika sebuah molekul berpisah setelah penyerapan kedalam permukaan dan komponen-
komponen konstituen mengikat dengan ikatan ion atau kovalen. Ikatan adhesive yang kuat
sebagai hasilnya. Bentuk adhesive ini disebut penyerapan kimia, dan dapat merupakan ikatan
kovalen atau ion. Selain secara kimia perlekatan pada resin komposit juga terjadi secara
mekanis atau retensi, perlekatan yang kuat antara satu zat dengan zat lainnya bukan gaya
tarik menarik oleh molekul. Contoh ikatan semacam ini seperti penerapan yang melibatkan
penggunaan skrup, baut atau undercut.

Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua
teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.

2.4.1. Teknik etsa asam Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur
gigi yang akan ditambal diolesi etsa asam. Asam tersebut akan menyebabkan hydroxiapatit
larut dan hal tersebut berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma
dan menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi tersebut
menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email, tempat kemana resin akan mengalir bila
ditempatkan kedalam kavitas. Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasilkan
perbaikan ikatan antara permukaan email-resin dengan meningkatkan energi permukaan
email. Kekuatan ikatan terhadap email teretsa sebesar 15-25 MPa. Salah satu alasannya
adalah bahwa asam meninggalkan permukaan email yang bersih, yang memungkinkan resin
membasahi permukaan dengan lebih baik. Proses pengasaman pada permukaan email akan
meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak teratur atau kasar. Jadi bahan etsa
membentuk lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin terkunci secara
mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin “tag” kemudian menghasilkan
suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif sebagai suatu hasil etsa pada
gigi anterior adalah 7-25 µm. Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Konsentrasi 35
%-50% adalah tepat, konsentrasi lebih dari 50 % menyebabkan pembentukan monokalsium
fosfat monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut. Asam ini
dipasok dalam bentuk cair dan gel dan umumnya dalam bentuk gel agar lebih mudah
dikendalikan. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya dengan email
minimal selama 15-20 detik. Begitu dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik dan
dikeringkan dengan baik. Bila email sudah kering, harus terlihat permukaan berwarna putih
seperti bersalju menunjukan bahwa etsa berhasil. Permukaan ini harus terjaga tetap bersih
dan kering sampai resin diletakan untuk membuat ikatan yang baik. Karena email yang dietsa
meningkatkan energi permukaan email. Teknik etsa asam menghasilkan penggunaan resin
yang sederhana.

2.4.2. Bahan bonding Adhesive dentin harus bersifat hidrofilik untuk menggeser
cairan dentin dan juga membasahi permukaan, memungkinkan berpenetrasinya menembus
pori di dalam dentin dan akhirnya bereaksi dengan komponen organik atau anorganik. Karena
matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus mengandung hidrofilik maupun
hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab,
sedangkan bagian hidrofobik harus berikatan dengan restorasi resin. A. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia. Email terdiri
atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari jutaan kristal
hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Dimana tersusun secara rapat
sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan dengan matriks organik.
Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang dengan diameter sekitar 5 µm. Krital
hidroksiapatit bentuknya heksagonal yang tipis, karena strukrur seperti itu tidak
memungkinkan mendapatkan susunan yang sempurna. Celah diantara kristal dapat terisi air
dan material organik. Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA
yang encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi (pasi). Bahan bonding email
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email yang teretsa. Umumnya,
kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin yang dilarutkan dengan monomer lain untuk
menurunkan kekentalan dan meningkatkan kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak
mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan
membentuk resin tag yang optimum pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding
tersebut telah digantikan dengan sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin.
Peralihan ini terjadi karena manfaat dari bonding simultan pada enamel dan dentin
dibandingkan karena kekuatan bonding. Sistem ini juga menggunakan etsa asam untuk
membuka tubuli dentin dan dipopulerkan pertama kalinya oleh Fusayama pada tahun 1979
dengan istilah total-etch. Pada saat itu, Fusayama berkeyakinan bahwa ikatan dentin dengan
resin komposit terjadi secara kimiawi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Misu (1981),
terbukti bahwa ikatan dentin dengan resin komposit lebih merupakan ikatan mikromekanis.
Ikatan dentin merupakan retensi tambahan bagi bahan restorasi adhesif, karena kekuatannya
di bawah ikatan email, yang merupakan retensi utama. Sampai saat ini, kekuatan retensi resin
komposit dengan jaringan keras gigi masih mengandalkan kedua system tersebut. B. Bahan
bonding dentin Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir
diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan
matriks dentin. Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organik dan 5 % materi air.
Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian dentino enamel
junction dan 2-3 mm diujung yang berhubungan dengan pulpa. Jumlah tubuli dentin sekitar
15-20 ribu /mm didekat dentino enamel junction dan sekitar 45-65 ribu dekat permukaan
pulpa. Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi terbentuknya microleakage atau
kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin dipermukaan enamel. Microleakage
adalah celah mikro diantara permukaan bahan restorative dan dinding kavitas (email atau
dentin). Penyebab terjadinya microleakage yaitu perbedaan struktur enamel dan dentin,
perbedaan tipe resin komposit, bonding yang inadekuat, dan pengaruh penyinaran.
Microleakage dapat menyebabkan munculnya karies skunder, iritasi pulpa dan lepasnya
bahan tambalan. Pengaplikasian bahan adhesive yang sempurna, intesitas cahaya yang soft
start sewaktu penyinaran, dan penambalan dengan menggunakan teknik incremental dapat
mencegah terbentuknya microleakage pada restorasi resin komposit. Lamanya waktu
penyinaran tidak berpengaruh terhadap pencegahan terbentuknya microleakage. Kehilangan
jaringan email dapat terjadi akibat karies, trauma, atau intervensi operatif yang menyebabkan
tubuli dentin terbuka. Aplikasi etsa asam akan menyebabkan diameter tubuli dentin
membesar, resistensi cairan didalam tubuli dentin menjadi kecil. Hal ini berakibat cairan
dentin dapat bergerak lebih mudah di dalam tubuli dentin, baik ke arah pulpa maupun keluar
ke permukaan dentin. Permukaan dentin yang lembab tidak dapat dihindarkan. Keadaan ini
dapat memberikan keuntungan maupun kerugian bagi ikatan dentin. Cairan dentin yang
membasahi permukaan dentin dapat memudahkan bonding-agent berpenetrasi ke dalam
tubuli dan serat-serat kolagen. Namun di lain pihak, kelembaban dentin justru dapat
melemahkan resin komposit di atasnya karena resin komposit adalah suatu bahan yang
bersifat anhidrous. Sifat fisiologis dentin dan sifat fisis resin komposit menyebabkan ikatan
dentin ini sulit untuk bertahan untuk jangka waktu yang panjang. Peneliti lain membuktikan
bahwa ikatan dentin dapat bertahan bila pada dindingnya masih terdapat email. Diameter,
orientasi dan jumlah tubuli dentin per satuan luas permukaan bervariasi, tergantung dari
lokasi dentin. Makin mendekati pulpa, diameter tubuli dentin makin membesar, sedangkan
jumlah tubuli dentin per satuan luas permukaanpun semakin banyak. Orientasi tubuli dentin
pada daerah oklusal adalah vertical terhadap dasar kavitas, sedangkan pada daerah gingival
orientasi tubuli dentin adalah horisontal. Variasi dentin ini menyebabkan di setiap lokasi
berbeda dentin mempunyai karakter permeabilitas yang berbeda juga. Perbedaan
permeabilitas dentin ini tentunya juga akan mempengaruhi kekuatan ikatan resin komposit
dengan dentin. Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau sementum.
Pengetsaan asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa. Dentin bonding
terdiri dari : • Dentin Conditioner Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi
smear layer yang terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk
dentin conditioner antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam
nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan menghasilkan reaksi asam basa
dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengakibatkan larutnya hidroksiapatit yang menyebabkan
terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya permukaan demineralisasi dan biasanya
memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang digunakan semakin kuat pula reaksi
yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin conditioner mengandung glutaralhyde. Glutaralhyde
dikenal sebagai bahan untuk penyambung kolagen. Proses penyambungan ini untuk
menghasilkan substrat dentin yang lebih kuat dengan meningkatkan kekuatan dan stabilitas
dari struktur kolagen. • Primer Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding
agen yaitu menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan
dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai perantara, dan terdiri
dari monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer
bifungsional adalah bahan pengikat yang memungkinkan penggabungan antara dua material
yang berbeda. Secara umum bahan pengikat pada dentin primer diformulakan
Methacrylategroup-Spacer group-Reactive group. M adalah gugus metakrilat yang memiliki
kemampuan untuk berikatan dengan komposit resin dan meningkatkan kekuatan kovalen, S
adalah pembuat celah yang biasanya meningkatkan fleksibilitas bahan pengikat. Dan R
adalah reactive group yang merupakan gugus polar atau gugus terakhir (membentuk
perlekatan dengan jaringan gigi). Ikatan polar ini terbentuk akibat distribusi elektron yang
asimetris. Reactive group dalam bahan pengikat ini dapat berkombinasi dengan molekul polar
lain di dalam dentin, seperti gugus hidroksi dalam apatit dan gugus amino dalam kolagen.
Ikatan yang terjadi banyak berupa ikatan fisik tetapi bisa juga dalam beberapa kasus terjadi
ikatan kimiawi. Hidroksi ethyl metacrylate (HEMA) adalah bahan pengikat yang paling
banyak digunakan. HEMA memiliki kemampuan untuk berpenetrasi kedalam permukaan
dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian berikatan dengan kolagen melalui
gugus hidroksil dan amino yang terdapat pada kolagen. Aksi dari bahan pengikat dari larutan
primer adalah untuk membuat hubungan ataupun ikatan molekular antara poli (HEMA) dan
kolagen. • Sealer (Bahan pengisi) Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan
dari Bis-GMA dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan
dentin.

Anda mungkin juga menyukai