Anda di halaman 1dari 146

EVALUASI PELAKSANAAN

PROGRAM PENGEMBANGAN
PERUMAHAN
(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah
Kota Bau- Bau)

Ol
eh:

JHON SUMIHARJO
HUTABARAT

0309030
23

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH BAU-BAU

20
08
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dalam suka cita penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:”Evaluasi Pelaksanaan Program
Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wilayah Kota Bau- Bau)
Skripsi ini merupakan suatu penilaian yang penulis lakukan pelaksanaan
program penterhadap gembangan perumahan di Tapanuli Utara sejak lam Rencana
Pembangunadituangkan da 009. Penulis
merasakan p n Jangka Menengah Kota Bau- Bau periode 2004-2 erlunya lakukan oleh
pemerintah melakukan
d penilaian terhadap program-program yang di aerah ngembangan
perumahan. Tapanuli Utara, dan salah satunya adalah program pe
Penul yak terdapat
kekurangan is menyadari sepenuhnya bahwa dalam tulisan ini banengharapkan
saran dan dalam penulisan, isi dan penyampainnya. Untuk itu penulis m
enulis ingin
mengucapkakritik yang bersifat membangun. Pada kesempatan ini p
1. Ban terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: sial dan Ilmu
Polpak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu
2. Ba So itik, Universitas Sumatera Utara; rtemen Ilmu
Adpak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku Ketua
3. IbuDepa ministrasi Negara;
4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP., selaku Dosen Pembimbing penulisan
skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan yang sangat
berharga dalam penyusunan skripsi ini;
5. Bapak/Ibu dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara, pegawai tata
usaha beserta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU;
6. Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara; Bapak Arnol Poltak
Sitorus, selaku Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas
Kimbangwil
Taput; Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala BAPPEDA Tapanuli Utara; dan
Bapak Ihsar, selaku Developer (pengembang) perumahan di Kota Bau-
Bau);
7. Buat K’ Sondang Pane, yang telah banyak memberi bantuan yang sangat
berarti buat penulis;
8. Bapak/ Ibu guru SD No. 174566, Hutabarat Partali Julu, Tarutung;
Bapak/Ibu guru SMP Swasta St. Maria Tarutung; Bapak/Ibu guru SMU N 1
Tarutung;
9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis: Ayahanda H. Hutabarat
dannda
Ibu R. Simorangkir, yang telah membina, n, mendidik
membesarka
seh dan dapat
ingga penulis dapat duduk di bangku perkuliahan
me
nyelesaikannya;
10. Bu t, S.Si; adik-
at abang-abangku, Sanggam Hutabarat, S.Pd, Sandro Hutabara
adi a kasih buat
kku: Indra Hutabarat, Patar Hutabarat, Poppy Hutabarat,
do
terim
11. Re in, Anggara,
a dan motivasinya guna penyelesaian studiku;
Sa
kan-rekan mahasiswa AN’ 03: Ezra, Edoe, Edward, Rikardo,
12. Sa Rahmawana,
Re or, Elvin, Tarida, Melly, d....l....l...
Ma Alex, Roni,
udara/saudariku di GMKI Komisariat FISIP-USU: Berkatdo,
San , B’ Hotler
rtin, Sarjani, Novita, Fernando, Melki, Heri, Frans, Rudi,
’Zi a yang tidak
drakh, Susi, Yhonatan, Sertha, Sastri, Marisa, Yehezkiel
dap M...........
dane’, B’ Marganda, K’ Debora, K’ Santi, dan yang lainny
13. Bu ardi, Robin,
at kusebutkan satu per satu: UT OMNES UNUM SINT, SYALO
Am Handra, Saut,
at rekan-rekan alumni SMUNTA ’03: Angga, Jack Alles, H
Marganti, DNA ( Dohot Na Asing );
14. Buat adek angkatku Indah, Sandra, ”ditunggu kedatangannya di
alam perkuliahan”; Anggraeni ”Titin’, jangan contoh aku yang lama tamat ini
ya;
15. Adagio, Angra, Annihilator, Apocalyptica, Ark Storm, Arthemis,
Athena, Avantasia, Benedictum, Casiopea, Concerto Moon, Dark Moor,
Death, Dragonforce, Dragonhammer, Dreamaker, Dream Theater, Edguy,
Epica, Evergrey, Freedom Call, Full Strike, Galloglass, Gamma Ray, Gordian
Knot, Haggard, Hammerfall, Heavenly, Helloween, Hour Glass, Human
Fortrees,
Imperia, Insania, Iron Maiden, Judas Priest, Kamelot, Kenziner,
Labyrinth, Lost Horizon, Loudness, Majestic, Martir, Master Plan, Metallium,
Morifade, Nightwish, Opeth, Pagan’s Mind, Persuader, Powergod, Pyramaze,
Rhapsody, Shaman, Silent Eedge, Sinergy, Sonata Aarctica, Storm,
Stratovarius, Stryper, Sun Caged, Syhmpony X, Thunderstone, Thy
Majesty, Tristania, Vision Divine, Vision Of Atlantis, Watch Tower, Within
Temptation, Zero Hour ( The METAL WARRIORS) ” Wellcome to the Metal
Zone”
16. Last but not least………….., seseorang yang jauh disana S. R. R. K. M,
yang
aluselmengawasi, memotivasi, mendokan aku: “ sehat kau ya!!!!!!!”
disitu,

Penul diterima dari


is tidak dapat membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah
berbagai pih mereka dan
ak. Semoga Tuhan lah yang membalas segala kebaikan
memberikan canya.
berkatNya, dan skripsi ini juga dapat bermanfaat kepada
pemba
April 2009
enulis
Medan,
P

S. Hutabarat
: 030903023
Jhon
NIM
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………........i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………........ iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................
iv BAB I: PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………….…….. 8
C. T ujuan Penelitian…………………………………………………
….….. 8
D. M anfaat Penelitian…………………………………………….…
…….... 9
E. Kerangka Teori…………………………………………………..…….... 9
E. 1. Evaluasi……………………………………………………..……... 9
E. 1. 1. Pengertian Evaluasi…………………………………..…….. .9
E. 1. 2. Jenis-jenis Evaluasi………………………………….…….... 15
E. 1. 3. Proses Evaluasi…………………………………….……….. 20
E. 1. 4. Pendekatan Dalam Evaluasi…………………………..……. 22
E. 2. Pengembangan Perumahan………………………………….... 24
E. 2. 1. Pengertian Perumahan……………………………….…….. 24
E. 2. 2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan……………….…….. 25
E. 2. 3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman……... 27
E. 2. 4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
Permukiman........................................................................................ 32
E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan…….... 36
F. Definisi Konsep…...…………………………………………………...... 37
G. Definisi Operasional……………………………………………………. 38
H. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 39
BAB II: METODE PENELITIAN……………………………………………….... 40
A. Bentuk Penelitian……………………………………………………..... 40
B. Lokasi Penelitian……………………………………………………..... 40
C. Populasi dan Sampel………………………………………………..…. 40
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………..…… 41
E. Teknik Analisa Data……………………………………………..…….. 42
BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELTIAN…………………………………… 43
A. Profil Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli
Utara……………………………………………………..….. 43
A. 1.1. Struktur Organisasi……………………………………………. 43
A. 1. 2. Tugas Pokok dan Fungsi………………………………………45
A. 1. 4. Perencanaan Stratejik………………………………………… 46
A. 1. 4. A. Tujuan………………………………………………… 48
….... 50
A. 1. 4. B. Kebijakan…………………………………………
A. 1. 4. C. Program Kerja……………………………………
…… 51
B. Sekilas Tentang Kota Bau- Bau……………………… …... 52
B. 1. 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah…………………………… 52
B. 1. 2. Sejarah Kota Bau- Bau……………………… …... 60
B. 1. 3. Visi dan Misi Kota Bau- Bau............................ ..... 65
B. 1. 4. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah.......................... 66
BAB IV: PENYAJIAN DATA………………………………………………...… 69
A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan................................. 69
B. Program Pengembangan Perumahan...................................................... 78
C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan........... 83
BAB V: AN ALISA DATA…………………………………………………….... 86
A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan………………..….. 86
B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan.….…. 91
BAB VI: KESIMPULAN dan SARAN……………………………………… …. 96
A. Kesimpulan………………………………………………………….. 96
B. Saran………………………………………………………………….. 97
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 99
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselon, Fungsional, dan Staf
Tahun 2008........................................................................... ............. 72

Tabel 2 : Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah


Kota Bau- Bau Berdasarkan Jenjang Pendidikan............ 73

Tabel 3 : Jumlah Dana Untuk Program Pengembangan Perumahan................... 74


EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN
(Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau-
Bau)

Nama : Jhon Sumiharjo Hutabarat


NIM : 030903023
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan
Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan
Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau)
Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP

ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ” Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan
Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara”.
Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia.Dalam situasi
apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal dirinya dan
keluarganya, bagi mengembangkan hubungan sosial dan lingkungan
permukiman membangun baik sebagai
pribadi, kelunya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang
Peru manusia, arga dan masyarakat. ngembangan
sumber daya mahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah tertib, juga
memberikan pe manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial i perumahan
sebagai pen yang sar. Dengan
berpijak padkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor umahan dan
permukiman,industr yedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal ktif berperan
serta dalamyang be upaya untuk
menghimpun a peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap per
Pelak masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, panuli Utara
dimulai pad a mpai dengan
sekarang. Hasetiap program pembangunan, serta mampu rbatasan dari
masyarakat t meningkatkan modal dan program pembangunan a pemerintah
memasukkan selanjutnya.
program pengembangan perumahan ini ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Bau- Bau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program
pengembangan perumahan di Kota Bau- Bau, untuk mengetahui kendala- kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini dan juga untuk mengetahui sudah sejauh
mana keberhasilan program pengembangan perumahan ini.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan informan kunci
yaitu Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau, Kepala
Bagian Perumahan dan Permukiman, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota
Bau- Bau, dan Developer (Pengembang) Perumahan di Kota Bau- Bau. Dan peneliti juga
melakukan wawancara dengan masyarakat yang tinggal
di perumahan yang ada di Kota Bau- Bau. Kemudian data yang diperoleh dari penelitian
tersebut dianalisa dengan metode analisa deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan perumahan yang dibangun di
Kota Bau- Bau terdapat di tiga lokasi yang berbeda yaitu di Desa Hutabarat,
Kecamatan Tarutung; Desa Silangkitang, Kecamatan Sipoholon; Desa Sitabo-tabo,
Kecamatan Siborong-borong. Dari ke tiga kawasan perumahan tersebut belum ada yang
selesai tahap pembangunannya disebabkan karena pembangunan yang bertahap
yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau.
Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak
± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit,
luas tanah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m².
Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan
rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya
ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh
masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayarandicicil 2 kali
dalam setahudapat n. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di cukup tinggi
karena luas tlokasi ini anah per unit cukup luas yaitu 200 m².
Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung
berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas
per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha.
Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk
pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah
dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi
masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong
semuanya su dah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi mahan yang
cukup jauh d peru i yang sangat
terbatas, se an terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasan harga per
unitnya 35 hingga
ju mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. Sedangksekitar 2 juta
rupiah per tata rupiah dan pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil
Lokahun. yang sudah
mulai tahap si Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-boronga terletak di
Desa Sitabopembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 H an dibangun
sebanyak ± 2 -tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang ak
15 unit
Kondisi dengan tipe
perumahan 27/150
di Kota dan
Bau- tipejuga
Bau 36/150.
cukup memprihatinkan
karena belum memiliki prasarana dan sarana yang memadai seperti jalan, air
bersih, sebagian rumah yang layak huni dan sanitasi yang baik, tahapan pembangunan
drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih kurang baik jika dibandingkan dengan
kebutuhan terhadap kelengkapan perumahan dan permukiman yang ada. Disamping itu,
rumah yang sudah dibangun di kawasan perumahan tersebut masih ada yang
belum ditempati sehingga banyak yang rusak yang nantinya akan membutuhkan dana
yang cukup besar untuk melakukan perbaikan, dan lahan yang sebelumnya digunakan
untuk perumahan masih ada yang kosong sehingga dijadikan sebagai lahan pertanian,
seperti yang terjadi di Perumahan Barat Indah Permai.
Dari hasil temuan dilapangan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan
program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara belum
terlaksana
dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara.
Kata Kunci: Evaluasi, Program Pengembangan Perumahan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari hal-hal yang

berhubungan dengan tempat dimana dia tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi

manusia kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need),

disamping kebutuhan akan sandang dan pangan.

Tempat tinggal memang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tanpa tempat

tinggal yangcukup, manusia tidak akan dapat hidup dengan layak. Manusia tidak cukup

dengan terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, meskipun kenyataan nya terdapat

peringkat pemenuhan akan kebutuhan itu dari kebutuhan yang minimum hingga

kebutuhan yang tidak terbatas.

Teori Maslow menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan

jasmaninya,yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat

tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi

lagi. Tempattinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau ke luarga dalam

melangsungkan kehidupannya.

Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan

sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib,

juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri

perumahan sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar.

Dengan berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan

permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif


berperan
serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya

untuk menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya.

Dalam hal pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan perumahan

dan permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama, sementara pemerintah

mempunyai kewajiban sebagai pihak yang berkewajiban yang bertugas mengarahkan,

membimbing, dan menciptakan suasana kondusif. Demi tercapainya tujuan

pembangunanpun
nasional
daerah,mau
kegiatan masyarakat dan pemerintah harus saling mendukung

dan melengkapi sehingga terjadi satu kesatuan langkah.

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam

g pasti
situasi apapun oran berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal dirinya dan

keluarganya, bagi mengembangkan hubungan sosial dan lingkungan

permukiman membangun baik sebagai

pribadi, kelunya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia,lingkungan,

mereka pun arga dan masyarakat. Tanpa campur-tangan pihak lain dari nnya sendiri

secara mandi luar akan mengusahakan penyelenggaraan rumah dan sumber daya

perumahan d permukima ri dan berdaulat. Terjadi dikotomi antara utuhan akan

lokasi tempa aksesibilitas terhadap an permukiman yang semakin terbatas s umum dan

pusat layanan publik. Diperkuat


dan mahal, realitas
dengan keb
tekanan sosial, ekonomi dan

kependudukan, maka situasi inilah yang mendorong terjadinya konsentrasi perumahan

dan permukiman yang padat, miskin dan kumuh. Penguasaan dan penggunaan lahan

oleh warga masih banyak yang lemah dari sisi hukum dan administrasi; seperti: bantaran

sungai, pinggiran rel, tanah makam, tanah in-absentia atau menganggur maupun lahan

dalam status penguasaan atau pemilikan pihak lain.


Dalam paradigma lama dan kepentingan konvensional pembangunan perkotaan,

lingkungan demikian sering berhadapan dengan masalah penggusuran. Hal tersebut

menjadi salah satu bentuk konflik sosial pembangunan dan pengingkaran hak dasar atas

perumahan dan permukiman di daerah perkotaan.

Kebutuhan akan perumahan dan permukiman sebagai hak asasi dan hak dasar

setiap manusia diakui secara universal, menjadi landasan hukum internasional dan

dituangka n dalam DUHAM (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) Pasal 25 ayat (1),

yang berbunyi “ Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang

layak atas kesehatan dan kehidupan serta keluarganya, termasuk makanan, pakaian,

perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang dibutuh kan, dan hak

untuk diperl kukan sama”

Kesepakatan universal telah mengelompokkan rumah sebagai bagian dari hak

dasar bersama dengan layanan kesehatan dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya,

termasuk kebutuhan dasar pangan, sandang, perumahan, layanan kesehatan dan

pemenuhan kebutuhan sosial lainnya terutama ketika mengalami pemutusan hubungan

kerja, sakit, cacat, menjanda, masa tua dan atau kondisi ketidakberdayaan di luar kendali

dirinya. Deklarasi hak dasar ini telah diratifikasi oleh 108 negara termasuk Indonesia, dan

membawa konsekwensi kepada negara negara tersebut untuk mengambil langkah-

langkah yang diperlukan dalam rangka merealisasikan hak tersebut. Deklarasi ini

selanjutnya diperkuat oleh Deklarasi PBB tentang pembangunan dan kemajuan sosial

tahun 1969, deklarasi permukiman Vancouver tahun 1976 dan deklarasi PBB di Istanbul

tahun 1996.

Indonesia telah menetapkan dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Dasar RI


tahun 1945, bahwa setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan bathin,

bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh

karenanya, rumah sebagai wadah tempat tinggal perseorangan ataupun dalam entitas

sosial baik dalam bentuk keluarga atau lainnya merupakan hak setiap orang.

Secara fungsional rumah dijadikan sebagai wadah untuk berlindung dari tantangan

alam dan ancaman binatang, sekaligus wadah interaksi sosial keluarga dan pada kasus

tertentu mewadahi aktivitas


ghuninya. Hak ekonomi pensecara nasional didefinisikan sebagai hak bagi
perumahan

setiap orang untuk mendapatkan akses menghuni rumah yang layak dalam suatu

komunitas yang aman dan bermartabat secara berkelanjutan. Lebih jauh kelayakan

didefinisikansebagai kelengkapan rumah dengan jaminan keamanan dan huk um, jaminan

perolehan prasarana, sarana dan utilitas dasar, akses pada pembiayaan, dan atau hal lain

untuk memenuhi martabatnya sebagai manusia. Menghuni rumah yang layak berarti

pengakuan status legal kependudukan yang membuka identitas sosial, akses pada

program peningkatan kesejahteraan serta peluang usaha yang membutuhkan kredibilitas

hunian.

Apabila dilihat secara makro, dalam pembangunan khususnya pembangunan

perumahan dan permukiman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua sistem, yaitu

perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus diupayakan guna menghindari terjadinya over

load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang

dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah perkotaan maupun

wilayah di belakangnya (hinterland), yang biasanya adalah wilayah pedesaan.

Oleh karena itu perencanaan pembangunan sebuah perumahan

memegang peranan yang sangat penting dalam mengendalikan laju pembangunan


agar berdampak
positif dan berkesinambungan. Perencanaan itu harus dimulai dari perencanaan rumah-

rumah hingga perencanaan lingkungan permukiman, ruang perkotaan, dan skema

wilayahnya.

Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal beserta sarana

dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sudah selayaknya apabila untuk

pembangunan perumahan dan permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan

perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk

memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

Peraturan perundang-undangan itu antara lain tertuang dalam Undang- ng Nomor 4

tahun 1992 Unda an Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992.

Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran

kelembagaandalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Un


dang-Undang

Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang itu

menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana , sedangkan

permukiman lingkungan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar indung, baik

yang berupa kawasan perkotaan maupun


kawasankawasan
hutan l pedesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari program

pembangunan nasional sebetulnya sudah dicanangkan semenjak pemerintahan orde baru

dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap I, dengan target terpenuhinya kebutuhan


akan
sarana dan prasarana dasar serta meningkatnya mutu lingkungan perumahan dan

permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan. Adapun realisasi dari

pembangunan perumahan dan permukiman dalam PJP I itu dilaksanakan melalui

berbagai program antara lain program perumahan rakyat, program penyediaan air

bersih, dan program penyehatan lingkungan permukiman dan juga dilaksanakan

program penunjang yang berupa pengembangan sistem pembiayaan, pengembangan

teknologi perumahan dan permukiman


yang memberi dukungan operasional dalam rangka pembangunan fisik

perumahan dan permukiman, serta pemantapan dan peningkatan kelembagaan maupun

penyiapan peraturan perundang-undangannya.

Program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan m Rencana

Pembanguna
dala n Jangka Menengah Nasional (RPJM NAS.) dijadikan daerah baik

tingkat satuacuan maupun tingkat dua dalam menyusun Rencana unan Jangka

Menengah Pembang Daerah. Hal inilah yang mendasari pemerintah panuli Utara

menetapkanKabupaten Ta , yang pada

dasarnya dil program ini menjadi salah satu program pembangunannya


endah untuk

memiliki ruatarbelakangi pada keterbatasan masyarakat berpenghasilan ir diharapkan

masyarakat mah tinggal sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya program in
ni, program

Pengembangan
akanPerumahan
memiliki termasuk kategori sendiri.
rumah tinggal Multy Years
PadaProgram, artinya
Kabupaten i program ini

selalu termasuk ke dalam program kerja tahunan Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau.

Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bau- Bau berkaitan

dengan program pengembangan perumahan tersebut, yaitu: pertama,

mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan


terjangkau
dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua,

meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka

pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif

secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat,

harmonis, dan berkelanjutan.

Di Kota Bau- Bau terdapat tiga kawasan perumahan yaitu, di Desa Hutabarat P

Silangkitangartali
(Kecamatan
Julu dan Parbaju Julu (Kecamatan Tarutung), orong). Dari
Desa
ketiga kawa angunannya.
Sipoholon), dan di Desa Sitabo-tabo (Kecamatan Siborong-b
Perumahan d 990-an, akan
san perumahan tersebut, belum ada yang selesai tahap pemb
tetapi belu Sedangkan
i Desa Silangkitang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1
perumahan gunan yang
m semua rumah yang sudah dibangun tersebut ditempati.
dimulai sekit o-tabo masih
yang terdapat di Desa Hutabarat masih dalam tahap pemban
dalam tahap anuari 2008.
ar tahun 2002, dan perumahan yang terdapat di Desa Sitab
Permasalaha han tersebut
perencanaan dan pembangunannya akan dimulai pada bulan J
terletak pad t terkadang
n yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan
dihentikan uperuma han di Desa

a sering
Hutabarat yang pendanaan sehinggasehingga
kali terhenti pembangunan perumahan
pemerintah terkesan tersebu
tidak serius dalam

ntuk sementara
pelaksanaan program waktuperumahan
pengembangan seperti pada
ini. pembangunan peruma

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM

PENGEMBANGAN PERUMAHAN” ( Studi Pada Kantor Dinas Pemukiman dan

Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau).


B. Perumusan Masalah

Dalam mengadakan pembahasan terhadap permasalahan tertentu maka selalu

terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian juga

halnya dengan pelaksanaan program pengembangan perumahan. Berdasarkan latar

belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah

sebagai berikut :

“Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan di kabupaten

Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka ngah Daerah
Mene
tahun 2004-
009”.
C. Tujuan P
enelitian
Yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah:
a. U ngembangan
ntuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pe
p
erumahan di Kota Bau- Bau
b. U pelaksanaan
ntuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam
pr
ogram pengembangan perumahan
c. U ngembangan
ntuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program
p
pe erumahan di Kota Bau- Bau

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

kemampuan berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi

dalam lingkup
pemerintahan daerah melalui penerapan teori-teori yang diperolah

selama perkuliahan.

b. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Departemen Ilmu

Administrasi Negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi

dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang

tertarik terhadap masalah evaluasi program pembangunan.

E. Kerangka Teori

E.1. Evaluasi

Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu

program y ang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan,

memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya ag ar jauh lebih

baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat

kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan

demi keberhasilan program.

E.1.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara

objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya imana hasil

evaluasi tersebut
d dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan

dilakukan di depan.

Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi adalah suatu aktifitas yang dirancang

untuk menimbang manfaat program dan semua proses pemerintahan. Ia bervariasi

dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk rekomendasi.

Spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta criteria yang harus


dievaluasi.
Pengukuran mengacu pada pengumpulan informasi yang relevan dengan tujuan dan

analisis adalah penerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna membuat

kesimpulan, sedangkan rekomendasi adalah suatu penentuan mengenai apa yang akan

dilakukan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah

pencapain hasil kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana

pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak

(impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan

yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indicator kinerja

pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi;(i) indikator masukan, (ii)

indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil (dalam Penjelasan PP No.39 tahun 2006, pasal

12).

Selain definisi di atas, ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk

mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi (Robert O. Brinkerhoff, alam Farida

Yusuf Tayib d napis, 2000, 3), yaitu:

1. Apa arti evaluasi ?

Banyak definisi evaluasi dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh

ahlinya, antara lain definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi adalah proses

yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pembangunan perumahan dapat dicapai

(Tyler,

1950:63). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh

Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus,


pencetus
Diseperancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang

ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih.

Kelompok Konsorsium Evaluasi Standford menolak definisi evaluasi yang

menghakimi (judgemental definition of evaluation) karena menurut mereka

bukanlah tugas evaluator menentukan apakah suatu program berguna atau tidak.

Evaluator tidak dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain. Maka definisi yang

tidak menghakimi (non judgem


ental definition of evaluation) tampaknya lebih dapat diterima.

2. Untuk apa evaluasi ?

Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara formatif dan

evaluasi suevaluasi matif sebagai fungsi evaluasi yang utama . Stufflebeam

membedakanKemudian saham, dan

Retroactive evaluasi atas Proactive Evaluation untuk melayani pemegangt mempunyai

dua fungsi, Evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapangembangan

kegiatan yanyaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengsi sumatif,

evaluasi dipg sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Funjutan. Jadi

evaluasi henakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau laatu program,

perbaikan prdaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan su


ukungan dari

mereka yangogram,
terlibat.pertanggungjawaban, seleksi, menambah motivasi dan d

3. Apakah objek evaluasi ?

Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Program-

program pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah dapat dijadikan objek

evaluasi terhadap kinerja pemerintah. Penting sekali menentukan dan mengetahui apa

yang akan dievaluasi. Hal ini akan menolong menentukan apa informasi
yang
dikumpulkan dan bagaimana menganalisanya. Hal ini akan membantu

pemfokusan evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas akan menghindari salah tafsir dan

kesalahpahaman

4. Aspek dan dimensi objek apa yang akan dievaluasi ?

Setelah memilih objek evaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari

objek tersebut yang akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus pada kebanyakan atas

hasil yang dicapai. Akan tetapi pada saat ini usaha evaluasi ditujukan untuk

memperluas dan memper


banyak variabel evaluasi dalm bermacam-macam model luasi (Stake,
eva
1967: Stuffle
beam, 1959,1974; Alkin, 1969; Provus, 1971)
5. Kriter
ia apa yang dipakai untuk menilai suatu objek ?
Memi upakan tugas
lih kriteria yang akan dipakai untuk menilai objek evaluasi
yang paling s uan maka ini
mer ulit dalam evaluasi. Apabila yang dievaluasi hanya
merrupakan eria evaluasi.
pencapai tuj pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian
Pencapaian t kriteria yang
daripada krit ujuan-tujuan yang penting memang
penting. Krit ng potensial,
merupakan salah satu eria yang lainnya yaitu identifikasi
nilai-nilai so natif lainnya.
kebutuhan dari klien ya sial, mutu dan efisiensi
Tampaknya ipakai untuk
dibandingkan dengan objek-objek alter ada persetujuan di
menilai suat tertentu dan
antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang d u objek tertentu
fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria
hendaknya ditentukan dalam konteks objek
penilaian suatu objek adalah:

a. Kebutuhan ideal dan nilai-nilai

b. Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan

kesempatan c. Ketepatan efektivitas training


d. Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya
6. Siapa yang harus dilayani oleh evaluasi ?

Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk

klien atau audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan audiensi

khusus. Namun ada tiga hal yang diusulkan penulis sehubungan dengan tulisan ini,

yaitu:

a. Evaluasi dapat mempunyai lebih dari satu audiensi

b. Masing-masing audiensi mempunyai kebutuhan yang berbeda

c. Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu

memulai rencana evaluasi

7. Apa langkah-langkah dan prosedur yang dilakukan dalam evaluasi

Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang

dianut. Namun evaluasi harus memasukka n ketentuan dan tindakan sejalan engan fungsi

evaluasi, yaitd u:

a. Memfokuskan evaluasi

b. Mendesain evaluasi

c. Mengumpulkan informasi

d. Menganalisa informasi

e. Melaporkan hasil evaluasi

f. Mengelola evaluasi

g. Mengevaluasi evaluasi

8. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi ?

Kiranya pendekatan electic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan

sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971)
memperkenalkan beberapa variasi metode evaluasi, disamping disain eksperimen

dan kuasa eksperimen yang tradisional (Campbell & Stanley,1981; Patton, 1980),

dengan metode Naturalistic (Gubu & Lincoln, 1981; Patton,1980), Jury trial

(Wolf,1975) dengan analisa sistem, dan yang lainnya merupakan metode yang

sudah lazim dipakai dalm evaluasi program.

9. Siapa yang akan melakukan evaluasi ?

Untuk menjadi kelompok professional evaluator dituntutnyai ciri-ciri


mempu
tertentu yang aluator yang
mempunyai latihan yang memadai. Untuk menjadi seorang
kompeten d antara lain:
ev an dapat diandalkan ia harus mempunyai berbagai
mengetahui gerti tentang
ciri, dan mengerti teknik pengukuran dan metode penelitian,
kondisi sosia elation, jujur
men
dan bertang gitu banyak
l, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human
kemampuan,
r gungjawab. Karena sulit mencari orang yang mempuyai
10. A
be maka sering dilakukan oleh satu kelompok.
Akhir tan evaluasi.
pa standar untuk menilai evaluasi
Standar yan ? on Standart

Educational -akhir ini telah dicoba pengembangan standar untukam, yaitu:

kegia (bermanfaat
a. Utility g paling dan
komprehensif
praktis) dan dikembangkan oleh
b. Accuracy (secara teknik tepat)
c. Feasibility (realistik yang
teliti)
d. Prosperity (dilakukan dengan tegar dan etik)

E.1.2. Jenis-jenis Evaluasi

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi atas tiga jenis yaitu :


1. Evaluasi pada tahap perencanan

Kata “ evaluasi” sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka

mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan

kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang

patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh

dalam pemilihan pr tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan


ioritas eda menurut
berb
hakekat dari
permasalahannya sendiri.
2. Ev
aluasi pada tahap pelaksanaan
Pada nalisa untuk
tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan melakukan a
menentukan a. Terdapat
tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencan
perbedaan a engendalian.
ntara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring/ p
Monitoring ahwa proyek
menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan b
tersebut dire elihat apakah
ncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Monitoring m
pelaksanaan t sudah tepat
proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebu
untuk menca masih tetap
pai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek
dapat menc pencapaian
apai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.,apakah
hasil proyek tersebut akan memecahkan masalah pembangunan yang ingin dipecahkan.

Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan

proyek tersebut, baik membantu atau menghambat.

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan

Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap

pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat
kemajuan
pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana

yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai.

Dari ketiga jenis evaluasi di atas, penelitian ini merupakan evaluasi pada tahap

pelaksanaan program pengembangan perumahan yang telah ditunagkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau, dimana penelitian ini nantinya aka

n menilai sejauh mana pelaksanaan program pengembangan perumahan di

Kabupaten Tapanuli Utara.

Di samping itu, penelitian ini merupakan evaluasi implementasi kebijakan yang

telah dituangkan ke dalam program-program pembangunan. Maksudnya bahwa penelitian

ini nantinyaberusaha untuk mengetahui apakah kebijakan pembanguna n yang telah

ditetapkan apakah telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi

dilakukan untuk memperoleh umpan balik agar dapat dikenali secara dini

penyimpangan pelaksanaan dari rencana pembangunan, dan ke mudian dapat


peyimpangan

dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat sasaran dan tepat waktu. Evaluasi

dilakukan dengan merujuk pada lintasan sebab akibat, melalui penetapan indikator

kinerja.

Di dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk

mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda,

namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi

yang berhubungan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan

bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program.


Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi beberapa model

(dalam Subarsono, 2005, 189) yaitu :

1.Goal Oriented Evaluation Model

Merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek

pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditentukan jauh

sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-

menerus mencek sejauh


tersebut sudahmana tujuan di dalam proses pelaksanaan program.
terlaksana

2. Goal Free Evaluation Model

Model ini dapat dikatakan berbeda dengan Goal Oriented Evaluation Model

karena dalam melakukan evaluasi, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang

menjadi tujuan program akan tetapi bagaimana kerjanya program dengan jalan

mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal

kan) maupun hal-hal yang negatif (yang sebetulnya tidak diharapkan).


yang diharap

Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan

evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan

khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan, tetapi eva luator lupa

memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan mendukung

penampillan akhirtersebut
yang diharapkan oleh tujuan umum, maka akibatnya

jumlah penampilan khusus itu tidak banyak manfaatnya.

3. Formatif-Sumatif Evaluation Model

Model ini menunjuk pada adanya tahapan dan lingkup objek yang

dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi

formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif ).
Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang

dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan mengetahui

hambatan-hambatan, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan

yang mendukung kelancaran pencapain tujuan.

Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk mengatur ketercapaian program.

Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program dimaksudkan sebagai sarana

untuk

mengetahui osisi/kedudukan individu di dalam kelompoknya.

Menurut Finance (1994:4 dalam Hanif Nurcholis;2007,276) ada empat tipe

evaluasi yait :

1. Evaluasi kecocokan, yaitu menilai apakah kebijakan yang ditetapkan memang cocok

untuk dipertahankan, perlukah diganti dengan kebijakan lain, dan apakah kebijakan

ini cocokdilakuka n oleh pemerintah daerah dan bukan oleh swasta

2. Evaluasi efektifitas, yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang dilaksanakan

tersebut telah menghasilkan hasil dan dampak sesuai dengan tujuan yangdiharapkan

3. Evaluasi efisiensi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan tolok ukur ekonomis yaitu

seberapa jauh tingkat manfaat dibandingkan dengan biaya dan sumber daya yang

dikeluarkan. Dengan kata lain apakah input yang digunakan sebanding dengan output

yang diharapkan, dan apakah cukup efisien penggunaan keuangan publik dalam

mencapai dampak kebijakan.

4. Evaluasi meta, yaitu melakukan penilaian terhadap proses evaluasi itu sendiri.

Apakah evaluasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang sudah professional

? Apakah evaluasi yang dilakukan tersebut sensitif terhadap kondisi sosial, kultural
dan
lingkungan ? Apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan yang

mempengaruhi pilihan-pilihan manajerial.

Sedangkan dalam P.P. No.39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilaksanakan sebelum

ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan

skala pr i oritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara tujuan yang
mencapai
telah dir
muskan sebelumnya.
2. Evaluasi n pada saat
pada tahap pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakuka
pelaksan pelaksanaan
aan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan
rencana d .
ibandingka n dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
3. Evaluasi dilaksanakan
pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang
setelah ihat apakah
pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk
pencapai si masalah
mel an (keluaran/hasil/dampak)
pembang ilai efisiensi
program mampu mengata unan yang
(keluaran pak terhadap
ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk men dan hasil
sasaran), am.
dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dam ataupun
E.1.3. Proses Evaluasi
manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu progr
Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika

internal berjalannya suatu program. Mereka menfokuskan pada jenis-jenis pertanyaan

sebagai berikut : Faktor apa yang hadir bersamaan yang membuat seperti apa program

itu

? Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan program itu ? Bagaimana klien dibawa ke
dalam program dan bagaimana mereka bergerak melalui program sekaligus

mereka sebagai peserta ? Interaksi seperti apa yang trejadi pada staf dan klien ?

Proses evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya

suatu program. Setiap deskripsi biasa jadi berdasarkan pada observasi atau wawancara

dengan staf, klien, dan petugas administrasi program. Banyak proses evaluasi

terpusat pada bagaimana program itu dirasakan oleh peserta dan oleh staf. Berupaya

membangkitkan penggambara
n secara tepat dan rinci jalannya suatu program terutama membiarkan diri

menggunakan metode kualitatif.

“Proses” sebagai fokus dalam evaluasi berimplikasi pada mana dalam

melihat bagabagai imana hasil atau keluaran itu dihasilkan daripada ihat hasilnya

semata; itulahanya mel uahkan hasil.

Proses evaluh , suatu analisis proses dengan mana suatu program memb an induktif.

Evaluator prasi itu berkembang, deskriptif, berkesinambungan, luwes, ditas dari hari

ke hari suatoses mengedepankan pemahaman dan mendokumentasikan realai apa yang

sesungguhnyu program selama pengkajian. Evaluator mencoba mengura dan nuansa

penting yanga terjadi pada suatu program dalam suatu pencarian pola utam ya kepekaan

baik kualit memberi karakter program. Proses evaluasi mensyaratkan adanam selama

perkembangannya; artinya menjadi


atif maupun sangat yang
kuantitatif akrab dengan
berubahhal rinci
dalamsuatu program. Proses
progr

evaluasi memandang tidak hanya aktifitas formal dan hasil yang diharapkan, tetapi juga

menyelidiki pola-pola tidak formal dan akibat yang tidak diharapkan dalam konteks

yang penuh dari implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses

evaluasi biasanya memasukkan persepsi orang yang dekat dengan program mengenai

bagaimana
semuanya berjalan. Variasi perspektif bisa dilihat dari orang, dalam hubungannya

yang tidak sama dengan program – dari dalam dan dari luar sumber.

Proses evaluasi mengijinkan pengambil keputusan dan pengguna informasi

memahami dinamika berjalannya suatu program. Setiap pemahaman

memungkinkan orang memutuskan tentang luasan program yang berjalan seperti

seharusnya dijalankan. Proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyatakan

cakupan yang disitu program


angkan, sepertidapat dikemb
halnya menyoroti kekuatan program yang s dipelihara.
haru
Proses evalu tidak terlibat
asi juga berguna dalam memungkinkam masyarakat untuk
secara dekat ar, pegawai
dalam program– sebagai contoh pemberi dana dari
pemerintah, berjalan. Ini
lu
memungkin rdas tentang
dan agensi dari luar– untuk memahami bagaimana program
tanggungjaw valuasi pada
kan orang luar untuk membuat keputusan yang lebih ce
umumnya be ibawah suatu
ab mereka sendiri mengenai suatu program. Akhirnya, proses e
kondisi dim ntohan atau
rguna untuk menyebarluaskan gagasan dan meniru program d
dipertimban
ana program itu telah dilakukan sebagai proyek perco
E.1.4. Pende
gkan sebagai model yang berguna untuk ditiru di tempat lain.
Peng ng evaluasi.
katan Dalam Evaluasi
Kualifikasi ini penting karena tidak ada satu definisi pun yang paling tepat untuk

menyatakan evaluasi jika tidak ada prosedur yang paling tepat untuk melakukan

evaluasi. Ada beberapa konsep tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, yang

dinamakan pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai

beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan

kata lain tujuan dan prosedur evaluasi.


Michael Schriven mengemukakan beberapa pendekatan dalam evaluasi (dalam

Farida Yusuf Tayibnapis, 2000, 64) , yaitu:

a. Pendekatan experimental

Yang dimaksud dengan pendekatan experimental yaitu evaluasi yang

berorientasi pada penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi.

Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam

penelitianvaluator
akademik. Tujuan
yaitu untuke memperoleh kesimpulan yang bersifatmum tentang
u
dampak a faktor dan
suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-
mengisol ode saintifik
banyakny asi pengaruh program. Evaluator berusaha
sebanyak
menggunakan met mungkin.
b. Pend
ekatan yang berfokus kepada keputusan
Pendekat uk pengelola
an ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik unt
program formasi akan
dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, in
amat ber at keputusan.
guna apabila dapat membantu para pengelola program membu
Oleh seb utuhan untuk
ab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan keb
keputusa
n program.
c. Pend
ekatan yang responsif
Dalam pendekatan ini, evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari berbagai

sudut pandang semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan

dengan evaluasi. Evaluator tidak percaya ada satu jawaban untuk suatu

evaluasi program yang dapat ditemukan dengan tes, kuesioner, atau analisa

statistik. Tapi setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara

unik, dan evaluator mencoba menolong menjawab pertanyaan yang berhubungan


dengan melukiskan atau
menguraikan pertanyaan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluator

adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandang yang

berbeda.

d. Pendekatan Evaluasi bebas dari


tujuan

Evaluasi program secara tradisional artinya mengukur pencapaian suatu

tujuan,berdasarkan perangkat yang dibuat sebelumnya secara hati-hati dari

tujuan yang dap


at diukur. Evaluasi bebas dari tujuan artinya mengumpulkan data

secara langsung
tentang pengaruh dan efektifitas program tanpa dibatasi oleh focus

sempit yang
yatakan
din sebagai tujuan. Pada umumnya, evaluasi bebaas dari

tujuan mesyarat
kan evaluator menduga penilaian tentang apakah program itu

mencoba nmelakuka
sesuatu dan malah menfokuskan pada temuan apa yang seben arnya

terjadi dalam
ogramprdan sebagai akibat dari program. Evaluator selanjutnya d apat

menjadi terbuka a muncul dari fenomena suatu program.


pakah data

E.2.Pengembangan Perumahan

E.2.1.Pengertian Perumahan

Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan

permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang ngsi sebagai

lingkungan tempat
berfu tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan

prasarana.

Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari

kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial

diantara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan

pelayanan yang
merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya

mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi

warganya.

Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah

rumah oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit

rumah yang sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak

tertentu, dapat terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan rumah.

Bentuknya pun tidak terbata


s hanya pada bangunan satu lantai saja, yang berdereta horizontal,
secar
melainkan da h susun.
pat juga merupakan bangunan bertingkat yaitu merupakan
E.2.2. Aspek ruma

Untu -aspek Perencanaan Perumahan at menjawab

tuntutan pemk membuat sebuah perencanaan perumahan yang betul-betul dap


ngkan secara

matang aspe bangunan perumahan dan permukiman maka perlu dipertimba perencanaan

sepanjang pek-aspek perencanaannya. Dengan memperhatikan aspek-aspekn perumahan

akan dapat mbangunannya, diharapkan baik arah maupun lajusuai dengan

tuntutan kebpembanguna mencapai suatu kondisi dimana jumlah dan perencanaan

pembanguna kualitasnya se utuhan masyarakat. Adapun aspek-aspek

1.Lin yang mendasari

Hal nutama
perumahan
yang tersebut
harus antara lain
dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan

adalah manajemen lingku ngan yang baik dan terarah. Karena lingkungan perumahan

merupakan aspek yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak dapat diabaikan.

Hal tersebut dapat terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan

berdampak terhadap penghuni perumahan.


Pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan lingkungan

perumahan mutlak diperlukan karena pada hakekatnya proses terbentuknya lingkungan

perumahan merupakan akumulasi dari unit-unit rumah sebagai pembentuk perumahan

tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan perumahan diperlukan juga perencanaan

terhadap lingkungan perumahan tersebut, terkait secara mikro (perencanaan secara detail

terhadap unit-unit rumah) serta makro (perencanaan dan pencermatan terhadap

lingkungan dimana perumahan tersebut berada).

2. Daya Beli (Affortability)

Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan

pembangunan yang telah dicanangkan sesusi dengan programnya. Didalam perencanaan

perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukur an bangunan, uhan ruang,

konstruksi b kebut angunan, ataupun bahan bangunan yang digunakan n jangkauan

pelayananny denga mpuan daya

beli) masyara. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan rata-rata

Fakto(kema akat pada wilayah yang satu dengan yang lain tidak

a. Pesama. ah (di bawah

standar) ; r-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antar lain :

ndapatanpendidikan
b. Tingkat per kapita sebagian
sebagian masyarakat,
besar masyarakat yangdimasih
terutama rend
daerah pedesaan

yang masih relatif rendah ;

c. Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga

memicu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi ;


d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga

mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan mengembangkan

modal ;

e. Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan yang

berdampak dengan melambungnya harga rumah.

3. Kelembagaan

Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di perkotaan

maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak yang

berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan asana yang

kondusif ba su laku utama

pembanguna gi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pegunan yang

dijalankan. n memegang peran penting dalam setip program pemban perumahan,

maka peran Apabila dikaji lebih jauh tentang unsur pelaku menentukan

terciptanya pembangunan swasta dalam hal ini pengembang an sejahtera

dengan tercu (kontraktor) sangatlah

E.2.3. Prograrah dan laju pembangunan menuju masyarakat yang adil d

Progrkupinya segala kebutuhan, termasuk kebutuhan perumahan. ukiman oleh

pemerintah, amterdiri dari program


Pembangunan pokok
Perumahan dan program
dan Permukiman pendukung (Dinas

Kimbangwil Taput, Buku Panduan Penyusunan Program Pengembangan Perumahan,

2004), yaitu:

1. Program Pokok

Program pokok merupakan yang dijalankan dalam rangka mewujudkan berbagai

sasaran dan melaksanakan berbagai kebijakan dalam GBHN 1993 yang meliputi
program
penyediaan dan perbaikan perumahan dan permukiman, program penyehatan

lingkungan, penyediaan dan pengelolaan air bersih, penataan kota dan penataan ruangan.

1.1. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman

Pada prinsipnya program pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan

untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta

meningkatkan kemandirian, kesetiakawanan sosial masyarakat. Program ini dibagi

menjadi dua kegiatan


ngunan yaitu pembadan permukiman di perkotaan, dan pembangunan
perumahan

perumahan an permukiman di pedesaan.

Program pembangunan perumahan dan permukiman di aan meliput i

beberapa yaitperkot u :

a. Perintisan kawasan permukiman skala dalam bentuk penyediaan awasan siap

bangun (kasik ba), lingkungan siap bangun (lisiba) di wilayah kota yang ah terbangun

atau di wilaysud ah pengembangan yang berupa pengembangan kota baru;

b. Perintisan pola kerja sama pemerintah dengan dunia u saha dalam

pengembangan perumahan dalam skala besar;

c. Penyiapan dan pengadaan rumah susun sewa di perkotaan;

d. Penyiapan pengadaan rumah yang meliput i rumah inti, rumah se


derhana, dan

rumah sangat sederhana;

e. Pengembangan dan pemantapan pola pembinaan khusus bagi masyarakat

berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan dana pemerintah dan dana masyarakat

melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan

rumah, kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit

pembangunan rumah, dan kredit rumah sewa


Program pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan, meliputi

beberapa kegiatan yaitu :

a. Pembangunan rumah percontohan dengan pengadaan rumah desa melalui

pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem perguliran;

b. Pengembangan penyuluhan dan pergerakan pasrtisipasi masyarakat dalam

kegiatan swadaya;

c. Penyediaan sarana dan prasarana pedesaan.

1.2. Program perbaikan perumahan dan permukiman

Program perbaikan perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan

Tribina (binamanusia, bina lingkungan, dan bina usaha), yang juga dilaksanakan oleh

berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan

pengelolaan dan pemaliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun.

Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :

a. Perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat

terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, melalui perbaikan lingkungan dan

penyediaan prasarana dasar;

b. Pemugaran perumahan dan permukiman di pedesaan. Kegiatan ini dilakukan

dengan pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan secara terpadu yang

mencakup perumahan, permukiman, jalan desa, dan listrik.

1.3. Program penyehatan lingkungan permukiman

Program ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, yaitu:


a.Pengelolaan air limbah, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya;

b. Pengelolaan persampahan, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk

mengendalikan, mengumpulkan, dan membuanng atau memusnahkan limbah padat

guna menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman;

c. Penanganan drainase, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan

lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan air , serta banjir
sungai
yang diakibat
kan oleh hujan.
1.4. Progr
am penyediaan dan pengelolaan sarana air
Progr
bersih am ini terbagi dalam dua kegiatan, yaitu :
a. Pe
nyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan
Kegia melalui upaya
tan ini meliputi peningkatan pengelolaan air bersih perpipaan
penurunan k bersih untuk
ebocoran pada PDAM, peningkatan dan perluasan prasarana
memenuhi k omi kota dan
air ebutuhan dasar penduduk serta menunjang perkembangan
kawasan pe peningkatan
ekon rtumbuhan melalui sistem perpipaan dan non
pemanfaatan san jaringan
perpipaan,
distribusi, sa gelolaan dan
kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perlua
pengusahaan PDAM;
mbungan rumah, hidran umum, serta peningkatan efisiensi
b. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di pedesaan

Kegiatan ini direalisasikan dengan cara pengembangan dan penerapan teknologi

tepat guna untuk penyediaan air bersih, peningkatan swadaya masyarakat dalam

penyediaan dan pengelolaan air bersih, peningkatan penyuluhan tentang

pentingnya
penggunaan air bersih bagi kesehatan masyarakat, pengoperasian sarana dan prasarana

air bersih di pedesaan.

1.5. Program Penataan Kota

Program penataan kota dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) dalam

rangka pelaksanaan pembangunan prasarana kota terpadu yang mengacu pada rencana

tata ruang dan rencana pengembangan wilayah;

b. Rintisan pengadaan sistem data dan informasi penataan kota yang membantu

informasi dalam rangka pengadaan perumahan dan permukiman.

Pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk kan efisiensi

penyedian, pmeningkat elayanan prasarana dan sarana perkotaan yang pemantapan

fungsi kawasmendorong an-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan kota dengan

tidak mengesproduktivitas ampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan,

1.6. Progdan budaya. ram Penataan Bangunan

Program penataan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata

bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang

perkotaan yang tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya bangunan

dan lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi serta sejarah yang luhur. Program

penataan bangunan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:

a. Pengendalian ketertiban dan keselamatan bangunan melalui penyusunan

peraturan daerah;
b. Perintisan penyusunan pedoman teknis dan prosedur pembangunan serta

standar bangunan dan lingkungan;

c. Pemasyarakatan dan penyuluhan produk hukum ataupun produk teknis yang

telah dibuat.

2. Program Pendukung

Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman mutlak

diperlukan karena program inilah yang akan mendukung pelaksanaan pembangunan dan

permukiman.

Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman antara lain

berupa Program Penelitian dan Pengenbangan Perumahandan Permukiman erta


s Program

Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air.

1. Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman

Program penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman tujuan untuk

meningkatka ber an, terutama

yang sedangn kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan g besar bagi

pembangunaterap berkembang pesat dan diperhitungkan memiliki gi tepat guna

serta pendaypengaruh yan n. Disamping itu juga diharapkan akan h pusat-pusat

penelitian dan
dikembangkan
pengembangan
teknolo
permukiman,
agunaantermasuk
sepenuhnya
perguruan
bahan tinggi.
baku total

2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air

Program Penyelamatan hutan, tanah, air bertujuan untuk melestarikan fungsi

dan kemampuan sumber daya hayati dan non hayati serta lingkungan hidup. Penyediaan

dan pengelolaan air bersih dalam pembangunan perumahan dan permukiman

merupakan
suatu hal yang utama sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kegiatan

pengembangan sistem tata guna serta alokasi air bagi pembangunan.

E.2.4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman

Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang

dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan

dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu:

1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan

melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui trategi:

a. Penyusus nan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan

perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan .

b. Pemantappermukiman an kelembagaan perumahan dan permukiman esponsif.

c. Pengawasyang handal dan r an konstruksi dan keselamatan bangunan n.

2. Mewujugedung dan lingkunga dkan pemenuhan kebutuhan uh lapisan

masyara perumahan bagi selur kat, melalui strategi:

a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan(primer dan

sekunder), meliputi (a) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan

perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit,

dan pengkajian ulang peraturan terkait; (b) Pelembagaan pasar sekunder melalui

SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga

pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan.

b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat,

meliputi (a) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok

masyarakat (P2BPK); (b) Pengembangan dan pendayagunaan potensi


keswadayaan
masyarakat; (c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta

(d) Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.

c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk

subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan

permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut.

d. Pemberdayaanusaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi (a)

Pemberdayaan masyarak
at untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif; (b)

Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha

bagi keluarga miskin, serta (c) Pelatihan teknologi tepat guna, ngembangan

kewirauspe ahaan, serta keterampilan lainnya.

e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan

kerusuhan sosial, meliputi (a) Penanganan tanggap darurat; (b) nstruksi dan

rehabilitaReko kiman; serta

(c) Pemusi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permupakan upaya

yang harkiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat meru


matan korban

dampak us dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyela anjut seperti

pemulangbencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih l

f. Pengelolaan
an, pemberdayaan,
bangunan gedung
dan pengalihan
dan (relokasi).
rumah negara, melalui pembinaan

teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.

3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna

mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat,

melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman

kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi (a) Penataan dan rehabilitasi kawasan

permukiman kumuh; (b) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; serta (c)

Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa).

b. Pengembanganpenyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi (a)

Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun

(Lisiba); dan (b)


Pengembangan lingku ngan siap bangun yang berdiri sendiri, yang

berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pemba ngunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan

melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksu dkan untuk

mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu

dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasib a dan

Lisiba serta
annya
kaitdengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipe rtimbangkan

pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.

c. Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi (a) Pelembagaan RP4D, yang

merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian

pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan

pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; (b) Pelestarian bangunan bersejarah

dan lingkungan permukiman tradisional; (c) Revitalisasi

lingkungan permukiman strategis; serta (d) Pengembangan penataan dan

pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman untuk

mencegah perubahan fungsi lahan, menghindari upaya penggusuran,

mengembangkan polahunian berimbang, menganalisis dampak


lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingku ngan (RKL), Rencana Pemantauan

Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.

E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat

fundamentalrlunya
menuntut pe perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah
sistem

kepada per wujudan transparansi, demokratisasi, desentralisasi, dan partisipasi

masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber

dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta

berkelanjutan.

Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah

mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembanguna
n Nasional (SPPN), yang didalamnya diatur sistem perencanaan

pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1)nan rencana;

(2) penetapapenyusu n rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; (4) pelaksanaan

rencana. Perevaluasi encanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasiaan rencana

merupakan pelaksan
bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak

dapat dipisahkan satu sama lain.

Program-program pembangunan khususnya program pengembangan perumahan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada saat ini memerlukan suatu pengevaluasian

untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana pelaksanaannya karena hal ini

berkaitan
dengan aspek transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah terhadap pihak-

pihak yang berkepentingan.

Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dilakukan

untuk menilai pencapaian pelaksanaan program tersebut, efektifitas, efisiensi, manfaat,

dampak, dan keberlanjutan dari program tersebut. Pengevaluasian ini juga

menggunakan indikator-indikator yang digunakan dalam penyusunan

program dalam Rencana


ni yang dituangkan pengembangan perumahan
Pembangunan i Mene
Jangka

ra. Dan apakahngah


program
Daerah
ini Tapanuli
telah sesuai
Uta dengan apa yang m

tetapkan enjadi
oleh pemerintah
tujuan yangdaerah
telah di
yaitu terpenuhinya kebutuhan

aman, serasi
akan rumah
denganyang
lingku
sehat,
ngan, terjangkau masyarakat te

rutama yang berpenghasil


an menengah dan rendah dan juga meningkatkan kualitas ahan

melalui penguatan k perum alitas

sosial kemaasyara
omunitas lembaga yang ada dalam rangka peningkatan ku

F. Definisi katan.

Menu
Konsep nelitian yang

paling pentinrut Masri Singarimbun (1989;17), konsep merupakan unsur pe arkan secara

abstrak suatug dan merupakan definisi yang akan dipakai untuk menggamb

Berdasarkan
fenomena
uraian
sosial.
di atas, konsep penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Evaluasi, merupakan proses penilaian untuk menentukan sampai sejauh mana

tujuan suatu program dapat tercapai.

2. Pelaksanaan Program, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu

pejabat atau kelompok baik pemerintah atau swasta untuk melaksanakan aktifitas yang

telah dirancang untuk mencapai sasaran kebijaksanaan secara keseluruhan.


3. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan, merupakan

penilaian yang dilakukan terhadap pelaksanaan program

pengembangan perumahan sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Kota Bau- Bau. G. Definisi Opoerasional

Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan diukur dengan

indikator :

1. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

a. Kemampuan organisasi melaksanakan program, meliputi :

- Kemampuan sumber daya manusia

- Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber dana

- Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber daya

b. Memasmanusia yarakatkan program, meliputi :

- Adanya koordinasi antar instansi yang

- Dukungterkait an dari masyarakat

2. Program Pengembangan Perumahan

Tersedianya komponen penyelenggara program, yaitu :

- Pelaksana program

- Penilaian Masyarakat

- Sarana dan prasarana yang digunakan

- Peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan perumahan

3. Keberhasilan pelaksanaan,dengan indikator


:

- Target dan realisasi pelaksanaan program pengembangan perumahan


H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi

Konsep, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan

Sampel, Teknik Pengumpilan Data, dan Teknik Analisa .


Data
BAB III
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
ini, sehingga
Bab ini merupakan gambaran umum tentang penelitian
ntang kantor
didalamnya akan dijelaskan mengenai: Gambaran umum te
en Tapanuli
Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupat
ya.
Utara, sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan tata kerjan
BAB IV
: PENYAJIAN DATA
penelitian
Bab ini berisikan tentang data-data yang diperoleh dari hasil
BAB V
: ANALISA DATA
leh sehingga
Bab ini berisikan interpretasi dari data-data yang dipero
menjawab permasalahan yang dirumuskan

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan


saran
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990;64),

metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-

pada saat penelitian ata masalah yang bersifat actualada ,


fenomena yang

kan menggambar
kemudian fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi interpretasi

rasional yangdengan akurat. Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan skan keadaan

dari objek menjela penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana an mencoba

menganalisa adanya, d untuk memberi kebenarannya berdasarkan data

B. Lokasi Peyang diperoleh. nelitian

Penelitian ini dilakuka n pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2004:90). Maka yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di Kantor Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau yang berjumlah 50 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2004:91), sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Arikunto


(2004:109)
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penentuan sampel

yang digunakan yaitu Proposive Sampling. Menurut Arikunto Proposive Sampling

diambil berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan kutipan di dalam penelitian ini

adalah responden yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang permasalahan

penelitian. Dimana cara pengambilan sampel bukan atas strata, pedoman atau wilayah,

tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan memakai informan kunci.

Adapun yangrman
menjadi infodisini adalah Kepala Dinas Permukiman danngembangan
kunci
Pe
Wilayah Ka . Dan untuk
bupaten Tapanuli Utara, Kabid Perumahan dan Permukiman
menambah p akat dengan
erbendaharaan data, penulis mengambil sampel dari masyar
menggunaka berdasarkan
n teknik sampling insedental, yaitu teknik penentuan
kebetulan, y i yang dapat
sampel
digunakan se
akni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan penelit
D. Teknik P
bagai sampel.
Untu data yang
engumpulan Data
diperlukan,
k memperoleh data atau informasi, keterangan-
1. Pengu
keterangan enulis menggunakan metode sebagai berikut:
Yaitu apatkan data
mpulan Data Primer
yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan

dengan cara:

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung

kepada responden tentang permasalahn yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung ke

lokasi penelitian.
2. Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan

bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.

E. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

data kualitatif,
tu yai
analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan mpuan nalar
kema
peneliti dala analisa data
m menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik
dilakukan de iperoleh dari
ngan penyajian data yang terdapat melalui keterangan yang
responden, s yang telah
d elanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan
dirumuskan.
penelitian
BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. PROFIL DINAS PERMUKIMAN dan PENGEMBANGAN WILAYAH

KOTA BAU- BAU

1. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No.03 tahun 2004

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Tapanuli

Utara, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten TapanuliUtara adalah

instansi yangberada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Tapanuli Utara.

Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupatenpanuli Utara


Ta
dipimpin ole bantu oleh 4
h seorang Kepala Dinas (Eselon IIb). Kepala Dinas ini di
(Empat) oran
g pejabat struktural, yaitu:
Bagian Tata
Usaha, yang membawahi 2 sub bagian, yaitu :
1. Sub
Bagian Umum Kepegawaian;
2. Sub
Bagian Keuangan
Bagian prog
ram, Yang membawahi 2 Seksi, yaitu :
1. Seks
i Perencanaan Teknis Konstruksi dan
2. Seksi Pendataan, Evaluasi dan Pelaporan
Bagian Perumahan Permukiman, yang membawahi 2 Seksi yaitu:
1. Seksi Sarana Pemugaran dan Permukiman
2. Seksi Perumahan dan Permukiman
Bagian Penertiban dan Registrasi, yang membawahi 2 Seksi yaitu:
1. Seksi Pengawasan, Perijinan dan Penertiban Bangunan
2. Seksi Inventarisasi dan Registrasi
2. Sumber Daya Manusia
Jumlah SDM per 31 Desember 2006 untuk memdukung pelaksanaan tugas pokok

dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli adalah

sebanyak 50 orang yang terdiri dari:

Klasifikasi Struktural

1) Pejabat Eselon II 1 orang

2) Pejabat Eselon III 4 orang

3) Pejabat Eselon IV 8 orang

4) Staff PNS 27 orang

5) PTT 5 orang

6) Tenaga Honorer 5 orang

Jumlah 50 orang

Klasifikasi Pendidikan

1) S1 22 orang

2) D III 6 orang

3) SMA Sederajat 20 orang

4) SMP Sederajat 2 orang

Jumlah 50 orang

Klasifikasi Golongan

1) Golongan IV 3 orang

2) Golongan III 31 orang

3) Golongan II 6 orang
4) PTT 5 orang

5) Tenaga Honorer 5 orang

Jumlah 50 orang

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 22 Tahun 2004 tentang

tugas dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli

Utara mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan

pemerintahan daerah di bidang Permukiman dan Pengembangan Wilayah dengan fungsi

sebagai berikut:

1. Melaksanakan pembinaan terhadap bidang kewenangan Dinas Permukiman dan


Pengembangan Wilayah dan peningkatan sarana dan prasarana permukiman;

2. Merumuskan kebijakan pedoman teknis pembinaan penyuluhan rumahan dan


permpe ukiman;

3. Merumuskan kebijakan pedoman teknis perencanaan, kontruksi bangunan


perumahan dan permukiman baik milik Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat;

4. Merumuskan kebijakan tata ruang wilayah dan perencanaan


pemamempersiapkan nfaatan ruang;

5. Merumuskan kebijakan teknis pengendalian bidang pembangunan perumahan


permukiman;

6. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan penerimaan daerah di


bidang permukiman dan pengembangan wilayah yang bersumber dari
Pemerintah Pusat, Propinsi, Daerah, dan Pihak Lain;
7. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam pembangunan perumahan
dan permukiman;

8. Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

9. Pelaksanaan penanggulangan bencana alam;

10. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan dinas, kepegawaian,


keuangan, peralatan/perlengkapan dan organisasi serta ketatalaksanaan dinas.

4. Perencanaan Strategik

Perencanaan stratejik merupakan rencana pembangunan jangka panjang dan

rencana pembangunan jangka menengah Dinas Permukiman dan Pengembang Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utarayang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan dan seluruh

komponen organisasi. Perencanaan stratejik bersifat adaptif terhadap perubahan-

perubahan yang berasal dari internal maupun dari lingkungan eksternal organisasi

VISI dan MISI

Visi merupakan cara pandang jauh ke depan, yang merefleksikan cita-cita, yakni

hendak menjadi apa Dinas Permukiman dan Pengembangan Kabupaten

Tapanuli UtaWilayah ra di masa depan, dan sekaligus menentukan arah institusi ini.

Karena Dinasperjalanan
Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau merupakan

bagian internal dari pemerintahan Kota Bau- Bau, secara logis visinya merupakan

turunan dari/dan mendukung visi Kota Bau- Bau.

Penetapan Visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara sangat penting sebagai sumber acuan pelaksanaan tugas yang diemban
oleh seluruh jajaran pimpinan dan staff dinas. Visi tersebut digali dari keyakinan

dasar dan nilai-nilai yang dianut seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan

factor lingkungan sekitarnya.

Adapun visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau

adalah: PERUMAHAN/PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT,

AMAN, DAN TERATUR

Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Perumahan / Permukiman Yang Sehat, Aman, dan Teratur, artinya

a) Terciptanya Perumahan/Permukiman yang murah serta huni;

b) layak Perumahan/Permukiman yang didukung oleh raturan yang

peraturan-pe
c) berlaku serta kebijakan daerah;

2. Dinas Ramah lingkungan. dalah Dinas

Perm Permukiman dan Pengembangan Wilayah yang dimaksud .


a ukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau
Untu n Wilayah

Kabupaten kTapanuli
mewujudkan
Utara visi Dinasperlu
tersebut, Permukiman danmisi yang menggambarkan
dirumuskan

amanah apa yang harus dituntaskan oleh organisasi/dinas agar tujuan organisasi dapat

terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan.

Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan dapat mengenal Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah
Kota Bau- Bau dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan

diperoleh di masa akan datang.

Adapun misi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten

Tapanuli Utara yaitu:

1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu


mewujudkan pelayanan prima;

2) Mewujudkan lingkungan perumahan/permukiman sehat, aman, dan teratur;

3) Membessrdayakan dalam masyarakat pembangunan dan pengembangan wilayah


melalui penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pengawasan pembangunan.

A. Tujuan

Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dai misi dan merupakan sesuatu

(apa) yangakan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu 1 ( satu) sampai

dengan 5 (lima) tahun (kapan harus dicapai).

Karakteristik tujuan adalah sebagai berikut :

a. Idealistik : mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan kuat untuk


k menjadi
baidan berhasil;

b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana


yang ditetapkan oleh suatu organisasi;

b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana


yang ditetapkan oleh suatu organisasi;

c. Abstrak belum dapat dilihat secara kuantitas karena pencapaian tujuan


dapat berlangsung secara berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas permukiman dan Pengembangan Wilayah
Kota Bau- Bau menetapkan tujuan sebagai berikut:
MISI PERTAMA “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar

mampu mewujudkan pelayanan prima”

Dengan tujuan :

1) Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian Aparatur;

2) Menigkatkan Kesejahteraan Aparatur.

MISI KEDUA “Meningkatkan sarana dan prasarana perumahan n”


/permukima
Dengan tujua

1) Meni n :

2) Meningkatkan sarana dan praasarana Permukiman dan Perumahan;

3) Meningkatkan sarana dan prasarana Gedung Pemerintah;

MISI KETI ngkatkan sarana dan prasarana pasar. ngembangan


binaan, dan
GA “Memberdayakan Masyarakat dalam Pembangunan dan Pe
Wilayah melalui penyelenggaraan perturan, pem
Dengan tujua pengawasan pembangunan”

1) Menin : ngembangan

wilayah melalui penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pembangunan.


ngkatkan partisipasi masyrakat dalam pembangunan dan

B. Kebijakan

Strategi pencapaian tujuan menentukan keberhasilan organisasi. Strategi tersebut

dirumuskan dalam kebijakan yang menggambarkan bagaimana Program, dan kegiatan

organisasi dapat dicapai.


Berdasarkan pengertian di atas, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kota Bau- Bau menetapkan kebijakan sebagai berikut :

1. Kebijakan Teknis :

- Memberikan Pedoman Teknis Perencanaan Sarana dan Prasarana dan


Ketentuan Perizin.

2. Kebijakan Personalia :

- Meningkatkan Kesejahteraan dan Kualitas SDM yang didukung dengan


Sarana dan Prasarana yang memadai

3. Kebijakan Pelayanan :

- Memberikan pelayanan yang cepat dan murah serta terbaik bagi


yang setiap pemohon IMB.

4. Kebijakan Publik :

- Memberdayakan masyarakat untuk mampu merencanakan,


melaksanakan dan memelihara pembangunan.

Keijakan tersebut diatas akan diimplementasikan dalam bentuk surat-surat

keputusan dan akan dijadikan :

- Pedoman Pelaksanaan Kegiatan.

- Mengatur mekanisme kegiatan lanjutan.

- Mengarahkan setiap pejabat dan pelaksana bahwa merreka


memperoleh dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan
keputusan.

C. Program Kerja
Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang

dilaksanakan oleh Bidang-Bidang dan Badan pada Dinas guna mencapai tujuan

dan sasaran. Hal-hal yang menjadi landasan penetapan program kerja Dinas Pemukiman

dan Pengembangan Wilayah Utara Kota Bau- Bau adalah :

- Memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)


Pemerintah Kota Bau- Bau.

- Memperhatikan kepentingan masing-masing Bidang dan Bagian yang


terdapat pada Dinas Pemukiman dan Pengembangan h Kabupaten
Wilaya Tapanuli Utara.

- Mempertimbangkan keadaan masa lampau, kini dan a yang akan


mas datang.

- Memperhatikan skala prioritas yang menunjang visi dan misi.

Program ini bersifat jangka menengah sampai dengan 5 tahun dan dapat

dilanjutkan apabila hasil evaluasi diperlukan untuk kelanjutannya (dapatrsifat jangka

menengah dabe n jangka panjang). Program Perencanaan Strategis Dinas


mukiman dan

Pengembang Per isi dan misi

yang telah dian Wilayah Kota Bau- Bau untuk mewujudkan v tetapkan

adalah sebagai berikut :


1. Pemberdayaan usaha mikro.

2. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi.

3. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Energi, Sumber Daya
Alam.

4. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam.


5. Penataan Ruang.

6. Pengembangan Kecamatan dan Pengembangan Desa Tertinggal.

7. Pengembangan dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Udara.

8. Pengembangan Perumahan.

9. Pemberdayaan Komunitas Perumahan.

10. Lingkungan Sehat.

11. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Daerah Kabupaten uli Utara,

12. PembTapan angunan/ Perbaikan Pekan dan Fasilitas Umum.


gkatan Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Aparatur.
13. Penin
urusan IMB dan Registrasi Rumah di Kota Bau- Bau S
14. Peng .
TENTANG KOTA BAU- BAU
B. SEKILA
baran Umum Kondisi Daerah
B. 1. 1 Gam

Kabupaten Tapanuli Utara secara geografis terletak di bagian tengah Provinsi

Sumatera Utara, terletak pada 1°20’ - 2°41’ Lintang utara dan 9841’ ng utara dan

98°05’ - 99°Linta berada pada

16’– 1500
ketinggian 300 Bujurmeter
timurdipada
atas peta bumi. laut
permukaan Kotadan
Bau- Bau
kemiringan tanah antara 15 - 44

persen. Berdasarkan letak geografis ini maka daerah Kota Bau- Bau merupakan daerah

yang memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu datar, berombak,

bergelombang, dan terjal dengan batas-batas administratif yaitu:

• Sebelah Utara : Kabupaten Toba Samosir


• Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu

• Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan

• Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan

Sedangkan luas Kota Bau- Bau yaitu 3.800,31 Km², yang terdiri dari luas

daratan 3.793,71 Km² (379.371 Ha) dan perairan Danau Toba yang berada di

Kecamtan Muara dengan luas 6,60 Km². Dari luas wilayah 379.371 Ha terdapat luas

wilayah yang dapat digunakan untuk lahan sawah seluas 30.376 Ha dan untuk lahan

kering seluas 348.788 Ha, dimana daratannya dipergunakan untuk permukiman, sarana

dan prasarana sosial, ekonomi dan budaya, pertanian dalam arti luas, erhubungan,

pertambangap n khususnya bahan galian C, dan hutan semak belukar.

Menurut status pemilikan, kurang lebih 288.922,97 Ha atau 76,20% dari luas

wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan tanah adat/marga, sebagian lainnya yakni

sekitar 70,34 atau sekitar 18,62% merupakan tanah Negara, n selebihnya

merupakan tsedangka anah hak milik, hak guna usaha dan hak guna

bangunan.
Kabu n keindahan

alamnya. Halpaten
ini karena ditunjang
Tapanuli Utara oleh banyaknya
terkenal dengan gunung-gunung,
kesuburan tanahbaik
da yang masih

aktif maupun dalam kondisi sudah tidak aktif, sekaligus merupakan daerah tangkapan air

dan menciptakan hulu-hulu sungai bagi sungai besar dan kecil yang tersebar di

wilayah Kota Bau- Bau. Kota Bau- Bau yang letaknya berbatasan pada Sebelah Utara

dengan Kabupaten Toba Samosir, pada Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli

Selatan & Tapanuli Tengah, pada Sebelah Barat dengan Kabupaten Humbang
Hasundutan dan pada Sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhan Batu,

mempunyai posisi yang strategis dan memberikan dampak positif maupun negatif yang

cukup besar terhadap kondisi dan perkembangan Sumatera Utara baik dari aspek

ekonomi, Sumber Daya Manusia maupun kelestarian lingkungan hidup.

Dampak lain yang dirasakan oleh Kabupaten Tapanuli Utara adalah

peluang pasar, baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Meningkatnya investasi yang

masuk sangatbantu
mem meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Kedudukan strategis

tersebut menjadi salah satu peluang di dalam membantu meningkatkan laju pembangunan

Kabupaten T apanuli Utara dalam Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan fisik di

Kabupaten Tapanuli Utara pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah

menghasilkan banyak kemajuan dalam segenap aspek kehidupan dan telah meletakkan

dasar yang cukup untuk pengembangan selanjutnya. Pada kawasan ertanian


p dan

perkebunan di Kota Bau- Bau adalah produktif dalam menghasil kan komoditi

pertanian dan perkebunan sehingga masih cukup potensial untuk tetapahankan.


dipert

Perke embangunan
mbangan pemanfaatan ruang tumbuh dengan pesat selama
Jangka Panj P han ekonomi

daerah juga ang


berimplikasi pada timbulnya
Pertama.Hal tersebut permasalahan ruang, antara laju
selain meningkatkan lain lingkungan,

kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, perubahan fungsi lahan dan peningkatan

kebutuhan akan prasarana serta sarana. Perkembangan transportasi selama

Pembangunan jangka Panjang Pertama telah dapat mendukung perkembangan ekonomi

Kota Bau- Bau.Transportasi jalan raya masih mendominasi pelayanan pergerakan

angkutan barang dan penumpang antar pusat pertumbuhan.


Perkembangan prasarana dan sarana pengairan selama Pembangunan Jangka

Panjang Pertama diindikasikan dengan meningkatnya penyediaan prasarana irigasi, dan

pemenuhan kebutuhan akan air bersih melalui penyediaan air yang belum

seimbang dengan penyediaannya walaupun potensi sumber daya air masih

memungkinkan

PENDIDIKAN

Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) dan merupakan asset utama yang sangat tegis dalam

menggerakkastra n laju pembangunan. Keberhasilan sektor pendidikan atunya dapat

dilihat dari salah s indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah Peningkatan

Angka Parti(APS). sipasi Sekolah haruslah didukung oleh penyediaan an prasarana

pendidikan ysarana d ang memadai baik dari segi kuantitas maupun

kualitasnya.
Ditin n 2006/2007

sebanyak 39gkat Sekolah Dasar (SD) jumlah sekolah pada tahun ajara jumlah guru

sebanyak 2.6
0 unit termasuk 4 unit diantaranya Madrasah Ibtidaiyah, SMP/ MTS
dengan
jumlah sekol mlah tenaga
71 orang dan banyaknya murid 46.238 siswa. Pada tingkat
guru sebanya orang.
ah sebanyak 65 unit dimana dua diantaranya adalah MTS.

Pada tahun ajaran 2006/2007, jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak

25 unit termasuk Madrasyah Aliyah sebanyak 1 unit, jumlah tenaga guru sebanyak 679

orang dan murid sebanyak 12.391 siswa. Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) pada tahun ajaran 2006/2007 ini tercatat jumlah sekolah 18 unit, guru 398 orang,
dan 4.774 siswa. Rasio murid SD/MI terhadap sekolah pada tahun ajaran

2006/2007
sebesar 119 dengan perkataan lain setiap SD/MI di Kota Bau- Bau rata-rata menampung

sekitar 119 murid. Untuk masing-masing tingkat SMP/MTS dan SMU/MA rasionya

adalah sebesar 321 dan 496 sedangkan pada tingkat SMK 265.

Rasio murid terhadap guru SD/MI tercatat sebesar 17 artinya rata-rata setiap guru

mendidik sekitar 17 murid. Untuk tingkat SMP/MTS, SMU/MA dan SMK

masing- masing memiliki rasio sebesar 17 ; 18 dan 12.

EKONOMI

Dilihat dari kontribusinya terjadi penurunan di sektor pertanian peningkatan

di sektor inddan ustri, yaitu pada akhir Pelita I sektor pertanian sebesar % dan sektor

industri 8,8 38,83 urun menjadi

18,78% dan1%, sedangkan tahun ke II Pelita V kontribusi sektor pertanian ktur


t ekonomi

di Kabupatensektor industri meningkat menjadi 21,30%. Hal ini berarti strumi industri.

Tapanuli Utara telah bergeser dari ekonomi pertanian ke ekono


Mesk gkan sektor

industri tetapipun kontribusi sektor pertanian makin menurun dibandinn, yaitu pada

tahun 1971 i kesempatan kerja masih tetap didominasi oleh sektor pertanian sektor lain

38,76% sedadi sektor pertanian sebesar 58,40%, sektor industri 2,84% daebesar 43,84,

sektor industri 14,20% dan sektor lainnya 41,96%.

Pendapatan perkapita Kota Bau- Bau, baik berdasarkan harga berlaku maupun

harga konstan makin meningkat, demikian juga distribusinya relatif merata.

Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita pada akhir Pelita I sebesar Rp

61.200,00 dan pada akhir Pelita V mencapai Rp 1.025.930,00. Dilihat dari segi
pemerataannya
distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat relatif masih merata, tetapi antar

daerah Tingkat II masih belum merata. Kota Bau- Bau masih mempunyai peluang untuk

meningkatkan pendapatan pada masa mendatang, mengingat banyak potensi yang belum

dimanfaatkan secara optimal, antara lain potensi kawasan industri yang telah

dialokasikan seluas 18.000 ha, disamping adanya zona-zona industri.

Selain itu masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal,

diantaranya potensi pariwisata dengan obyek-obyek wisata alam dan kebudayaan khas

Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara yang besar

merupakan potensi bagi pemasaran hasil produksinya. Selain it u semangat

kewiraswastaan masyarakat Kota Bau- Bau dapat dijadikan mod al bagi pem-

bangunan di masa mendatang. Jumlah penduduk miskin secara menunjukkan

penurunan. Jkeseluruhan umlah penduduk miskin di Kota Bau- Bau hasil Susenas

pada tahun menurut run menjadi

5.010.071 or1984 tercatat sebanyak 5.626.569 orang, pada tahun 1987 tu. Bila dilihat

dari penyebaang dan menurun lagi menjadi 4.786.478 orang pada tahun 1990
an, walaupun

proporsinya rannya,
t penduduk miskin di perkotaan menunjukkan peningkat uduk miskin

di perdesaan erhadap total penduduk perkotaan berkurang, sedangkan pend

AGAMA

Sesuai dengan Falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. Di

Kota Bau- Bau kerukunan antar umat beragama terjalin dengan sangat baik. Sarana

ibadah umat beragama di Kota Bau- Bau pada tahun 2006 adalah
sebagai berikut: Gereja Protestan 805 unit, Gereja Katolik 76 unit, Mesjid 60 unit,
dan

Langgar/Surau 16 unit.

KESEHATAN

Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kota Bau- Bau tahun 2006 sebanyak 1

buah yang berlokasi di Kecamatan Tarutung, sedangkan sarana kesehatan lainnya pada

tingkat kecamatan terdapat sebanyak 18 unit puskesmas (5 unit diantaranya Puskesmas

b erstatus rawat inap) dan 59 unit puskesmas pembantu. Polindes sebanyak

156 unit, posyandu ada sekitar 362 unit, apotek sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 14

unit, klinik b ersalin swasta 2 unit dan Balai Pengobatan Swasta sebanyak 4 nit.

Jumla u h dokter di Kota Bau- Bau (tidak termasuk RSU ak 45 ) pada tahun

2006 sebany orang yang terdiri dari dokter umum sebanyak 38 oran k 7 g dan dokter

gigi sebanya orang, sedangkan tenaga medis bidan tersedia 364 ora ng, perawat

sebanyak 105 orang. Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Tapanuli

Utara tahun 2006 sebanyak 32.853 PUS dengan akseptor aktif sebanyak 18.062 atau

sekitar 54,98 %. Pada tahun 2006 terdapat 7.014 akseptor baru atau 98,51 % dari

jumlah Pemesekitar nuhan Permintaan Masyarakat (PPM).

AIR MINUM

Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, sehingga

pemerintah selalu berupaya membangun sarana air minum. Penyediaan air minum bisa

diusahakan sendiri oleh masyarakat atau perusahaan. Menurut data dari PDAM Mual

Natio Tarutung pada tahun 2006, jumlah pelanggan air minum sebanyak 5.539

pelanggan. Volume air minum yang dikonsumsi pelanggan sebanyak 1.549.668 m3 dan

nilai penjualan Rp. 1,619 miliar rupiah. Kategori/Pelanggan air minum


dibedakan
menurut golongan yaitu Golongan Sosial, Non Niaga dan Niaga. Pelanggan yang

terbanyak yaitu Golongan Non Niaga sebanyak 4.733 pelanggan terdiri dari 4.666

golongan rumahtangga dan 67 golongan pemerintah. Sementara Golongan Niaga

sebanyak sebanyak 644 pelanggan dan Golongan Sosial sebanyak 162 pelanggan.

C. SEJARAH KOTA BAU- BAU

I. Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang

Pada masa Hindia Belanda, Kota Bau- Bau termasuk Kab upaten Dairi

dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli ng dipimpin

seorang Resiya den Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga.

Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli rdiri dari 4

Afdeling (Kte abupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Sidempuan,

Afdeling SibPadang olga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen rang Asisten

Residen yan dipimpin seo yaitu Onder

Afdeling Silig ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder g Hoovlakte

Van Toba (Afdeling(Wilayah) ndung (Wilayah Silindung) ibukotanya deling Toba

(Wilayah TTarutung. Onder Afdelin Wilayah Humbang) ibuko tanya ah Samosir)

ibukotanya Siborong-borong. Onder Af oba) ibukotanya Balige. ri sekarang)

ibukotanya Sidikalang. Tiap-tiap


Onder Afdeling Onder Afdeling
Samosir mempuyai satu
(Wilay Pangururan. Distrik (Kewedanaan)
Onder

dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan

membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang

Asisten Demang.

Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli

dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya


diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang

Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di

kantor Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan.

Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang

kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan

dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini

terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut

Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd. Negeri

dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabatyang berdiri

sendiri di negeri/kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari

upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut

Yoarliykse Begroting.

Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan

ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kamp


ung masing-

masing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi.

Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan

di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah erti Asistent

sepmenguasai seluruh tanah batak dan disebut


Resident diganti dengan nama Gunseibu dan

Tanah Batak Sityotyo.Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin

masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.Asisten Demang tetap berada di

posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan

nama Huku Gunyakusyo.Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin


Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala

Negeri dan Kepala kampung.

II. Masa Pemerintahan Indonesia Sampai Dengan Sekarang

Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus

1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di

daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residn Tapanuli,

disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara

sebaga iberikut: Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan

sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti menjadi

Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala

Urung.

Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil

yang dulu disebut Asisten Demang. Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi

perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi

Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan ng dipimpin

oleh Asisten ya Demang.

Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu

Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah

Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap

seperti yang ditinggalkan Jepang.

Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai

menduduki daerah Sumatera Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


strategis dan
untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi
menjadi

4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.Pada

tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil

dan Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan

jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat

hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara

administratip ke Bupati.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada

permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli

Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang

Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias

(dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten

yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupa ten dibentuk

badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota

partai politiksetempat.

Mengingat luasnya wilayah Kota Bau- Bau meliputi Dair ntuk i pada waktu

itu, maka umeningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 19 56 dibentuk

Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara.

Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek

pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas

keamanan adalah dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten

Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kota Bau- Bau dan

Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor


12 tahun 1998 tentang
Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal.

Kemudian pada tahun 2003 Kota Bau- Bau dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten

yaitu Kota Bau- Bau dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-

undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten

Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Setelah Kota Bau- Bau berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

jumlah kecamatan di Kota Bau- Bau menjadi 15 kecamatan.

Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara Kecamatan

Parmonangayaitu n, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon,an Tarutung,

Kecamatan Kecamat Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Kecamatan

SimangumbaPurbatua, n, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, tan Garoga,

Kecamatan Kecama Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, Kecamatan, Kecamatan

Muara. Pagaran

Kabu l di kawasan

Nusantara, t paten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenaPotensi alam

antara lain lu
erutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. membangun

irigasi. Sebaasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan ukup banyak

untuk dimanfaatkan
hagian perairan
potensinya
Danau untuk
Toba yang
irigasi,
dimiliki
pengembangan
dan sungai perikanan
yang maupun

pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau

Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata Rohani Salib

Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya

mengembangkan kepariwisataan Nasional.


Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti Kaolin, Batu gamping,

Belerang, Batu besi, Mika, Batubara, Panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya

manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang

berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.Sesuai dengan potensi yang

dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kota Bau- Bau didominasi oleh sektor

pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul se

ta. Pada eraktor


informasi da
perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisa nyata dalam

meningkatkan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swastang sehingga

pendapatan semakin n pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bida

masyarakat semakin meningkat.


D. 2. Visi d

n Misi Kota Bau- Bau


D. 2. 1.

Visi
Adap h disepakati

menjadi acuaun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang kemakmuran

masyarakat btela n dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu:“

Mewujudkan erbasis pertanian”


Visi embangunan

dengan berbagai
ini telah
hasil yang
dijadikan
telah pegangan
dicapai. Keberhasilan
dan arah dalam
yang menjalankan
dicapai itu mengisyararkan
p

bahwa visi pembangunan masih relevan secara substansial.

D. 2. 2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut disusun misi Kota Bau- Bau sebagai berikut:
1. Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat
yang didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi.

2. Meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan guna penciptaan sumber


daya manusia yang berkualitas dan handal.

3. Menciptakan kondisi yang dinamis bagi terjaminnya kesatuan dan


persatuan yang harmonis.

4. Terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) bagi


terjaminnya pela
yanan masyarakat yang optimal.

3. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

pembangunan daerah
3.1. Strategi
m rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas, maka diteta
Dala n daerah Kota Bau- Bau sebagai berikut pkan strategi

pembanguna
malisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingk
1. Opti gkatan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan ungan

2. Peningkatan sarana dan prasarana

3. Peninmalisasi kemitraan

4. Opti

5. Peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat

6. Peningkatan profesionalisme aparatur.

3.2. Kebijakan pembangunan daerah

Berdasarkan visi, misi dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli

Utara di atas, serta berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD) Provinsi


Sumatera Utara dan RPJM Nasional, maka disusun Agenda Pembangunan Kabupate

Tapanuli Utara sebagai berikut:

1. Agenda Pertama: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, dengan

arah kebijakan:

a) Pembangunan pertanian

b) Pembangunan industri berbasis pertanian

c) Pembangunan investasi

d) Percepatan pembangunan desa

tertinggal e) Pembangunan kepariwisataan

f) Pembangunan koperasi dan usaha kecil mikro dan


menenga h

g) Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan n lingkungan

pengelolaa hidup

2. A genda Kedua: Menciptakan Sumber Daya Manusia yang rkualitas dan

HBe andal, dengan arah kebijakan:

a) Pembinaan kualitas kehidupan beragama

b) Peningkatan pendidikan yang

berkualitas c) Peningkatan kualitas

kesehatan

d) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi

e) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dan


pemuda dan olah raga.
3. Agenda Ketiga: Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintah dan

Pelayanan kepada Masyarakat, dengan arah kebijakan:

a) Pembinaan aparatur pemrintah menjadi aparatur yang bersih dan

berwibawa b) Melaksanakan sistem pemerintahanyang transparan dan

tanggap

c) Peningkatan kesadaran masyarakat akan taat


hokum

d) Peningkatan kemampuan penanggulangan keamanan dan tertiban dan


ke
p
enanggulangan bencana
e) P
ercepatan pembangunan prasarana dan
f) P
sarana embangunan sarana komunikasi
g) P
eningkatan dan pengembangan teknologi informasi
BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam penelitian ini memerlukan data-data yang dapat diperoleh melalui

dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Pada tahap awal peneliti

memperoleh idata
dokumen atau database yang ada pada Dinas Permmelalu

anPengembang
ukiman dan Wilayah Kota Bau- Bau. Selain data langsun dan g dari

Pengembangan Wilayah, data juga dapat diperoleh kemudian


Dinas Permukiman melalui akses

akan diinterpretasikan. Untuk menambah wacana d iperlukan alam skripsi


internet yang

ini maka ddata berupa wawancara kepada orang-orang ya engan ng memiliki

hubungan d permasalahan penelitian. Wawancara yang dilaku kan adalah

wawancara mendalam kepada orang yang tertentu.

A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Program pengembangan perumahan yang merupakan salah satu program

pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten

Tapanuli Utara untuk periode 2004-2009. Tujuan program pengembangan perumahan ini

yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan

terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan

rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas

dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang

produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang

sehat, harmonis, dan berkelanjutan.


Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga lokasi perumahan dimana

pembangunannya masih berlangsung sampai sekarang. Pembangunan yang

dilakukan berupa membangun rumah yang baru atas permintaan dari masyarakat,

perawatan bangunan atau perbaikan rumah yang belum ditempati dan juga

pembangunan sarana dan prasarana pendukung perumahan seperti parit/drainase,

jalan, sekolah, rumah ibadah, sarana olah raga dan juga rumah toko/ruko.

Ketiga lokasi perumahan tersebut adalah:

1. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon

berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237

unit, luas tan


ah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m².

angunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena per mintaan akan
Pemb

rumah olehmasyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangu n, semuanya

ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh

masyarakat erutama
t PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali

dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi cukup tinggi

karena luas tini anah per unit cukup luas yaitu 200 m².

2. Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung

berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas

per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha.

Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk

pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah

dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan

tetapi masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang
kosong
semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang

cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang

sangat terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut.

3. Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah

mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 Ha terletak

di Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan

dibangun

sebanyak ± 15 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150.

Untuk lokasi ini pembangunan yang dilakukan masih pada tahap pembukaan jalan

ke lokasi perumahan, pembukaan lahan yang akan dijadikan lokasi perumahan.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan rumah di Kabupaten

Tapanuli Utara terutama oleh PNS tergolong cukup tinggi. Ini menandakan bahwa

program pengembangan perumahan merupakan salah satu program yang penting di

Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam wawancara dengan bapak Tongam Huta barat,
s selaku

Kepala Dina Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Ta panuli Utara

mengenai seberapa pentingkah program pengembangan perumahan iterapkan di

Kabupaten Td apanuli Utara, beliau mengatakan sebagai berikut

Program pengembangan perumahan ini diterapkan mengingat perumahan dan


permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan
salah satu faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka
perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk
menjaga kelangsungan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat
yang berpenghasilan rendah, masih belum mampu tinggal di rumah yang layak,
sehat, aman, serasi, teratur.

Pernyataan dia atas diperkuat oleh Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala
Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara sebagai berikut


Program ini sangat penting karena kawasan perumahan yang dibangun di
Kota Bau- Bau pada dasarnya ditujukan bagi pegawai negeri sipil
(PNS) baik yang berasal dari Kabupaten ini atau yang merupakan pindahan dari
daerah lain karena kemampuan untuk memiliki rumah sangat terbatas, sehingga
pemerintah melalui Bappeda dan Dinas Kimbangwil Taput menetapkan rencana
ini dalam RPJMD Taput.

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan sumber daya

manusia dan juga dana yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan

kemampuan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah untuk menggunakan

sumber daya tersebut dengan baik.

Jumlah pegawai di Dinas ini per 31 Desember 2007 untuk mendukung

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari

Tabel 1
Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten
Tapanuli Utara
No. Uraian Jumlah

1 Pejabat Eselon II 1 orang

2 Pejabat Eselon III 4 orang

3 Pejabat Eselon IV 8 orang

4. Staff NS
P 27 orang

5 PTT 5 orang

6 Tenaga Honorer 5 orang

Jumlah 50 orang

Sumber : Dinas Kimbangwil Kota Bau- Bau, 2008.

Untuk mendukung segala kinerja pada Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maka diperlukan pelatihan dan pendidikan

yang nantinya akan dimanfaatkan untuk pencapaian visi dan misi Dinas. Menurut

Bapak
Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah mengatakan bahwa:

Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat, oleh
sebab itu diklat yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan
Wialayah dilakukan berdasarkan rencana yang sudah ditentukan oleh Pemda
Tapanuli Utara yang dilakukan sekali setahun. Pada pendidikan dan pelatihan
tersebut Dinas ini selalu berpartisipasi atau ikut serta dalam kegiatan tersebut.
Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut pegawai akan dibantu dalam
memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat.

Berdasarkan data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan layah bahwa


Wi

idikan para pegawai adalah sebagai berikut:

Tabel 2
No. Je Persentase Jenjang Pendidikan (%)
njang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase
1. S.1
22 44
2. D. III
6 12
3. D.II
- -
4. D.I
- -
5. SMA/
jenjang pend Sederajat 20 40
6. SMP/
Sederajat 2 4
7. SD
- -

Jumlah 50 100
Sumber: Dinas Kimbangwil Kota Bau- Bau, 2008.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan S.1 dan SMA/Sederajat

merupakan jumlah yang paling dominan atau persentase yang sangat besar untuk

mengisi jabatan di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau.

Oleh sebab itu untuk jenjang pendidikan yang ada pada Dinas Permukiman

dan
Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau menjadi faktor yang penting untuk mengisi

jabatan yang ada pada dinas tersebut.

Disamping sumber daya manusia, program pengembangan perumahan ini juga

membutuhkan sumber dana yang besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kota Bau- Bau, jumlah dana yang

dibutuhkan dalam program ini mencapai Rp. 51.020.000.00,-, seperti yang ditunjukkan

tabel berikut :

Tabel 3
Jumlah Dana untuk Program Pengembangan Perumahan

No URAIAN JUMLAH (Rp.)


I II III
LOKASI PERUMAHAN PNS PAGAR
BERINGIN PERMAI, KECAMATAN
SIPOHOLON
1. Pemba ngunan Prasarana Penerangan Jalan 1.750.000.000,-
2. Penin gkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana 4.300.000.000,-
Air Bersih (PSAB) di lokasi
3. Pembuperumahan 0,-
4. Pemba atan drainase/parit di lokasi perumahan 4.100.000.000
Total ngunan prasarana dan sarana jalan 7.900.000.00 0,-
LOKAI…………………………………………….. 18.050.000.00
PER SI PERUMAHAN PNS BARAT INDAH
1. PembaMAI, KECAMATAN TARUTUNG 0,-
2. Penin ngunan Prasarana Penerangan Jalan 2.800.000.000,-
Air Begkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana 3.800.000.00
3. Pemb rsih (PSAB) di lokasi 0,-
perumahan
4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan 7.650.000.000,-
Total II……………………………………………. 16.920.000.000,-
LOKASI PERUMAHAN PNS SITABO-TABO,
KECAMATAN SIBORONG-BORONG
1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2.500.000.000,-
2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana 4.500.000.000,-
Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan
3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4.050.000.000,-
4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan 5.000.000.000,-
Total III…………………………………………….. 16.050.000.000,-

Total I+II+III……………………………………….. 51.020.000.000,-


Sumber: Dinas Kimbangwil Kota Bau- Bau, 2008.

Besarnya jumlah dana untuk pembangunan perumahan di Kota Bau- Bau

menjadi salah satu kendala pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli,

seperti yang diungkapkan oleh Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bidang

Perumahan dan Permukiman berikut:

Kendala yang sering dihadapi yaitu masih minimnya dana/anggaran dalam


pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, hal ini diakibatkan karena
disamping anggaran yang memang cukup besar untuk pelaksanaan program ini,
pemerintah dan juga Dinas ini harus memikirkan anggaran untuk program-
program kerja yang lain, juga diakibatkan karena terkadang jumlah biaya yang
kita ajukan kepada pemerintah pusat (Kementerian Perumahan Rakyat) tidak
sesuai dengan yang kita minta, jadi pelaksanaan pembangunan perumahan ini
sering terkendala.

Untuk mengatasi masalah dana yang mengakibatkan pelaksanaan program

pengembangan perumahan sering berhenti, maka pemerintah daerah Tapanuli Utara

melalui Dinas Kimbangwil melaksanakan pembangunan perumahan secara bertahap,

artinya jumlah rumah yang akan dibangun tersebut berdasarkan jumlah peminat pada satu

kawasan perumahan dan tetap memperhatikan kapasitas keuangan yang dimiliki oleh

Dinas Kimbangwil maupun Pemerintah Daerah.

Menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan

Permukiman, untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan

program pengembangan perumahan ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wialayah Kota Bau- Bau melakukan diskusi dengan pihak terkait, seperti yang beliau

paparkan berikut ini,

Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program ini, kita
mengundang seluruh instansi yang terkait dalam pelaksanaan program ini,
seperti Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas-dinas yang lain, PLN,
PDAM,
Developer, Bapertarum, KORPRI, kita memecahkan masalah yang timbul secara
bersama-sama.

Pernyataan ini didukung oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku Pihak Pengembang

kawasan perumahan di Kota Bau- Bau berikut,

Selama ini, untuk mengatasi masalah yang kita hadapi, kita sering mengadakan
rapat dengan Dinas Kimbangwil Taput, pemda Taput karena bagaimanapun juga
mereka tetap sebagai koordinator dalam pelaksanaan pembangunan perumahan
ini. Atau kita juga sering meminta saran dari developer yang sebelumnya pernah
menjadi pelaksana pembangunan perumahan di kabupaten ini

Dalam pelaksanaan program ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah

Kabupaten Tapanuli Utara membutuhkan dukungan dari Dinas lain maupun dari

masyarakat karena keberhasilan dari pelaksanaan program ini juga ditentuk an oleh kerja

sama yang dilakukan oleh Dinas ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tongam

Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah:

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan kerjasama


dan koordinasi dengan dinas atau instansi lain, disamping karena keterbatasan
dinas ini dalam pelaksanaan program ini, kawasan perumahan yang akan
dibangun membutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti listrik, jalan,
maupun air bersih, Dan penyediaan sarana dan prasarana tersebut kita serahkan
kepada dinas atau instansi lain.

Sedangkan menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian

Perumahan dan Permukiman, dinas atau instansi yang terlibat dalam pelaksanaan

program ini yaitu:

1. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus


pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
fasilitasnya;
2. Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan
perumahan yang akan dibangun;
3. Pengurus KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat
perumahan;
4. PLN, yang mengurus aliran listrik di kawasan perumahan, baik untuk
lampu jalan maupun listrik ke tiap-tiap rumah;
5. PDAM Mual Na Tio, yang mengurus ketersediaan air bersih di
kawasan perumahan

Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan

dukungan dari masyrakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai PNS yang nantinya

akan menempati kawasan perumahan tersebut maupun masyarakat yang bersedia

memberikan tanahnya untuk dijadikan sebagai kawasan perumahan. Hal ini dipertegas

oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah kabupaten Tapanuli Utara, yang mengatakan bahwa:

Masyarakat terutama yang tinggal di dekat lokasi peruma han sangat


mendukung, ini dapat dilihat dari kemauan masyarakat untuk memberikan
sebagian dari tanah mereka untuk dijadikan menjadi kawasan peru mahan tanpa
banya k ‘permintaan’, kemungkinan ini berkaitan dengan dibukanya jalan ke
kawa san perumahan, mereka akan semakin mudah membuka lahan pertanian
yang baru di lokasi yang selama ini masih kosong di dekat lokasi perumahan
tersebut. Dan biasanya apabila pemerintah akan membuka kawasan perumahan
yang baru, masyarakat yang berprofesi sebagai PNS sangat antusias
mendengarnya karena dengan demikian mereka memperoleh kesempatan untuk
memiliki rumah sendiri karena pada dasarnya perumahan dibangun di
Kab yang upaten ini masih ditujukan untuk PNS.

Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Bapak Ihsar Lubis, elaku


s pihak

Developer perumahan di Kota Bau- Bau yang mengatakan bahwa melibatkan:

Kita masyarakat mulai dari penyedian lahan mereka unt uk dijadikan


kawasan perumahan, juga kita melibatkan mereka dalam pembangunan unit-unit
rumah, istilahnya kita menggunakan jasa tenaga mereka selama pembangunan
perumahan tersebut.

Berdasarkan pernyataan tersebut, masyarakat sangat mendukung pelaksanaan

program pengembangan perumahan ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti

kemampuan yang terbatas dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah

tingga l sendiri. Program ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang

tinggal di dekat kawasan perumahan karena dengan adanya program ini mereka
semakin mudah untuk
membuka areal pertanian/perkebunan yang baru di lahan yang selama ini masih kosong

(belum digarap). Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang tinggi untuk

menjual tanahnya kepada pemerintah tanpa mengalami banyak kendala.

B. Program Pengembangan
Perumahan

Di dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dibutuhkan

komponen pendukung seperti pelaksana program, sarana dan prasarana pendukung

program dan juga peraturan dan ketentuan yang mendukung programngembangan


pe
perumahan.

Dala pala Bagian


m wawancara dengan bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Ke
Perumahan
d an Permukiman, mengatakan bahwa:

Yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini yaitu:


1. Bapertarum, yang akan menentukan Developer yang menjadi pelaksana
pembangunan perumahan tersebut;
2. Bank pelaksana (sudah harus berstatus Bank Syariah), yang akan
menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan
anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tersebut;
3. Developer (Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan
kawasan perumahan tersebut;
4. Pemerintah Kabupaten, yang akan mengawasi pelaksana pembangunan
perumahan

Sedangkan menurut bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Tapanuli Utara mengatakan


bahwa:

Pelaksanaan program pengembangan perumahan, disamping melibatkan pihak


Bapertarum, Bank Pelaksana, Developer, dan pemerintah daerah, juga
melibatkan Badan Perencana Pembangunan Daerah Tapanuli Utara untuk
memprogramkan kegiatan pendukung pelaksanaan program ini, dan juga ikut
dalam penentuan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini.
Untuk menciptakan kondisi kondusif maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang

dapat digunakan dalam melaksanakan tugas para pegawainya. Fasilitas-fasilitas

yang dapat mendukung kinerja dari Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kota Bau- Bau dalah sebagai berikut (data dari Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah Kota Bau- Bau):

a) Tanah milik Pemda Tapanuli Utara sekitar 950



b) Bangunan Kantor 853

endaraan Dinas
c) K
1. Kendaraan Roda 4 sebanyak 4 unit
c.
2. Kendaraan Roda 2 sebanyak 6 unit
c.
at-alat Kantor
d) Al
1. Komputer 10 unit
d.
2. Mesin Tik 5 unit
d.
3. Mesin cetak gambar 1 unit
d.
4. Meja gambar 4 unit
d.
5. Muebelair kantor
d.
an fasilitas yang ada pada dinas Permukiman dan
Deng gan Wilayah
Pengemban kan membantu para pegawai di Dinas ini dalam
inilah yang a tugasnya dan
melaksanakan kan juga oleh bapak Arnol Poltak Sitorus
hal ini dikata n Perumahan
selaku Kepala Bagia man yaitu:
dan Permuki

Sarana-sarana ataupun fasilitas yang ada di Dinas Permukiman dan


Pengembangan Wilayah sangat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas para
pegawai dan yang paling berpengaruh pada pelaksanaan pendataan dan teknis.
Sarana yabg ada pada dinas masih memadai walaupun fasilitas tersebut sering
kali tidak dipakai.

Dengan adanya sarana yang mempermudah pekerjaan tersebut telah banyak

memberikan kontribusi pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kota Bau-
Bau.
Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan suatu

pedoman pelaksanaan. Disamping Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan

dan Permukiman, program ini juga dilaksanakan berdasarkan Kebijakan dan Strategi

Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).

Dalam wawancara dengan Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala


Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara, mengatakan bahwa:

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman merupakan


arahan dasar yang masih harus dijabarkan secara lebih operasional oleh
berbagai pihak yang berkepentingan di bidang penyelenggaraan perumahan dan
permukiman sehingga pada akhirnya visi yang diharapkan dapat dicapai.

Sedangkan menurut Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Permukiman

dan PengembDinas angan Wilayah Kota Bau- Bau

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman ini dimaksudkan


sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, p emrogaman,
dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam bidang peny elenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman baik di lingkungan Departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat,
maupun dunia usaha.

Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman

tahun 2002, dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan dari i lingkungan

strategis yan kondis epan (2020).

Kebijakan nasional ini dirumuskan


g ada pada saat ini dan dalam 3 (tiga) perkembangan
kecenderungan struktur pokok,keyaitu
d berkaitan

dengan kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas

permukiman. Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan

terutama untuk dapat mencapai secara signifikan substansi strategis dari masing-

masing kebijakan. Pertama, melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan

permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama, melalui strategi


pengembangan peraturan perundang-
undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta

fasilitas pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan

partisipatif. Kedua, mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh laisan

masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, melalui pemenuhan kebutuhan

rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat dan

berpendapatan rendah. Dan ketiga, mewujudkan permukiman yang sehat,

aman, harmonis, da
n berkelanjutan guna mendukung pengembangan jati diri,andirian, dan
kem
produktivitas kiman yang
masyarakat, melalui perwujudan kondisi lingkungan permu
responsif dan
berkelanjutan.
Untu permukiman
k mengoptimalkan operasional pembangunan perumahan dan
maka diper m Rencana
lukan rencana pembangunan yang dirumuskan ke dala
Pembanguna rah (RP4D).
n dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Dae
Dengan ini p n perumahan
emerintah memberikan solusi dalam penyelesaian pembanguna
dan permuki anusia yang
man melalui pelaksanaan RP4D dengan melihat sumber daya m
ada dan kebu
tuhan masyarakat akan rumah.
Adap puti Bidang
un pedoman dalam penyusunan RP4D ini adalah (De
Pengemban at, Strategi
gan Kawasan, Kementerian Negara Perumahan Raky
Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Skala Besar, Batam, 2

Desember

2005)

1. Legalisasinya berdasarkan Keputusan Menteri Negara Perumahan dan

Permukiman Nomor 09/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan RP4D;


2. Pedoman tersebut merupakan acuan kerja bagi pemerintah daerah dalam

penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

Permukiman di Daerah;

Dengan pedoman tersebut, maka pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat

melakukan kerja sama dengan baik agar visi dan misi yang diterapkan dapat dicapai.

Selain itu kedudukan RP4D adalah:

1. Pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan acuan untuk mengatur penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur, encana, dan

terorter ganisasi;

2. Pada tingkat Propinsi merupakan acuan untuk mengatur dan mengk


oordinasikan

pembangunan perumahan dan permukiman khususnya yang men


yangkut dua

atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan;

3. Pada tingkat Pusat merupakan masukan daerah dalaman kebijakan,

sratepenyempurna gi, dan programumahan dan

permnasional di bidang pembangunan per

Dala ukiman. Permukiman

di Daerah (Rm Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan lihat kondisi

sosial masyarakat
P4D) serta
haruskebutuhan
berdasarkan
masyarakat
peraturan-peraturan
akan rumah. Oleh
yangsebab
ada itu
dandalam RP4D

harus memiliki:

1. Penjabaran kebijakan pembanguan perumahan dan permukiman di daerah;


2. Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait;
3. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan;
4. Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya;
5. Rincian jadwal pelaksanaan program, kegiatan dan pelakunya
(Masyarakat, Badan Usaha, Pemerintah);
6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian program dan kegiatan;
7. Mekanisme penyaluran aspirasi para pelaku terkait;
8. Mekanisme pemberdayaan masyarakat;
9. Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman;
10. Daftar kawasan terlarang (negative list) untuk pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman baru.

C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Suatu program dapat dikatakan berhasil dilihat dari target dan realisasi dari

program tersebut. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan ini.

Keberhasilan dari program ini dapat dilihat dari jumlah rumah yang sudah dibangun,

jumlah rumah yang sudah ditempati oleh masyarakat, sarana-prasarana yangsudah ada.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yaitu di Perumahan Pagar Beringin

Permai dan Barat Indah Permai, sarana dan prasarana pendukung pendidikan,

peribadatan, seperti dan transportasi masih sangat minim. Seperti yangn oleh bapak

B. Hutabarat,diungkapka yang tinggal di Perumahan Barat Indah Permai

Sara berikut ini masih untuk


pendi arus ke desa
terdena dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang adang dan SMU
harusdikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD h esa terdekat
seperkat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutu ortasi belum
ada jke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke d

Hal ini dipertegas oleh bapak K. Sipahutar, yang tinggal di Perumahan


Pagar

Beringin Permai

Sarana pendukung untuk perumahan ini masih sangat sedikit, seperti untuk
pendidikan, mulai dari tingkat SMP sampai SMU belum ada bangunannya jadi
kita menyekolahkan anak-anak kita ke kota Tarutung atau ke Sipoholon, parit
maupun jalan ke kawasan perumahan ini sudah banyak yang rusak
Terkhusus di Perumahan Pagar Beringin Permai, pemerintah sudah membangun

ruko, akan tetapi pembangunannya tidak dilanjutkan karena terjadi sengketa tanah

antara pemerintah dengan keluarga pemelik tanah tersebut. Hal ini sangat disesalkan

oleh masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Ibu

O. Boru Napitupulu berikut

Ruko yang berada di depan lokasi perumahan ini sudah lama tidak dilanjutkan
pembangunannya karena ada sengketa antara keluarga pemilik tanah itu dengan
pemerintah. Masyarakat sangat berharap sengketa itu cepat karena ruko
itu saselesai kita harus ke
pasarngat penting, selama ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari ng jaraknya
luma di kota Tarutung atau pasar tradisional di Sipoholon ya
yan jauh.

Keter juga diakui


batasan sarana dan prasarana pendukung perumahan tersebut
oleh bapak ngembangan
Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan
Wilayah beri
Pe kut ini
Untu sarana yang
telahk sementara kita belum bisa mengatakan kalau sarana dan pra
embangunan
peru dibangun sudah sesuai rencana karena pelaksanaan p juga secara
bertamahan tersebut masih berjalan, pembangunan yang kita lakukanpelaksanaan
pembhap dan tetap melihat kapasitas keuangan yang ada dalam
angunan perumahan tersebut.
Seda gan kawasan
ngkan menurut Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak Pengemban
perumahan ngembangan
di Kabupaten Tapanuli Utara, pelaksanaan program pe
perumahan di Tapanuli Utara, beliau mengatakan bahwa,

Pelaksanaannya cukup baik dan walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan


program ini, pihak Developer tidak terlalu terbebani karena kami hanya
pelaksana pembangunan perumahan, dan kendala yang biasanya ada berasal
dari pihak pemerintah atau lahan yang menjadi sengketa antara pemerintah
dengan masyarakat pemilik tanah.
BAB IV

ANALISA DATA

Pada bab ini, peneliti akan menganalisa data-data yang telah disajikan pada bab

sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan nci dan juga

dengan masyku arakat yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan

Progr am pengembangan perumahan yang ditetapkan oleh ntah Daerah

Tapanuli Uta Pemeri ra (PEMDA TAPUT) dalam Rencana Pembangunan enengah baik

untuk tingkatJangka M nasional maupun daerah ditujukan pada pemenuhan i masyarakat

yang memilirumah bag ki tingkat ekonomi lemah ataupun kurang mampumiliki rumah

sendiri. Ter untuk me khusus di Kabupaten Tapanuli Utara, bangun oleh

pemerintah perumahan yang di masih ditujukan untuk pegawai negeri bkan karena

kemampuan sipil. Hal ini diseba para pegawai negeri sipil untuk memilikierbatas.

Ada rumah sendiri sangat t panuli Utara

berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut yang disusun di

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tapanuli Utara periode 2004-

2009, yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat,

aman, dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan

berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan

lembaga komunitas dalam


rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar terciptanya masyarakat yang

produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman

penduduk yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan. (Dokumen Ringkasan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau Tahun 2004-2009)

Sedangkan sasaran utama dari pelaksanaan program ini adalah pemenuhan

kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien,

akuntabel, tidak diskriminatif dan terjangkau oleh seluruh lapisan arakat yang
masy
didukung ole an akuntabel;
h sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien d
dan terbentu kuntabel dan
knya pola subsidi yang tepat sasaran, tidak mendistorsi pasar, a
mempunyai n Ringkasan
kepastian dalam hal ketersediaan setiap tahun. (Dokume
Rencana Pe Tahun 2004-
mbangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara
2009).

Dilih anuli Utara,


at dari tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tap
program pen jelas dimana
gembangan perumahan ini mempunyai tujuan dan sasaran yang
pelaksanaan ukan kepada
program pengembangan perumahan ini pada dasarnya dituj
masyarakat tasan untuk
miskin dan berpendapatan rendah yang memiliki keterba
mempunyai am ini yaitu
rumah tinggal sendiri, dan sasaran dari pelaksanaan progr
pemenuhan kebutuhan akan rumah oleh masyarakat. Pelaksanaan program ini juga

memiliki peraturan yang mendukung pelaksanaannya seperti Undang-undang Nomor 4

tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, S.K. Menteri Kimpraswil

Nomor

217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan


Permukiman

(KSNPP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bau- Bau. Ini
menunjukkan bahwa dari segi perencanaan, program ini telah memenuhi

karakteristik perencanaan yang baik. (Malayu Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;70)

Dalam pelaksanaan program ini, juga telah tersedia sumber-sumber yang akan

dipergunakan dalam pelaksanaan program ini seperti sumber daya manusia yaitu

pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli

Utara, sumber dana dari


erasal yang APBD
b Tapanuli Utara dan dari pemerintahat, dan juga
pus
fasilitas-fasil gan Wilayah
itas yang ada di kantor Dinas Permukiman dan Pengemban
yang sangat an ini. (hasil
membantu dalam pelaksanaan program pengembangan
wawancara
perumah engan Kabid Perumahan dan Permukiman, 26 Juni
Prog ayan banyak
2008).
yaitu masyar diri dan juga
ram pengembangan perumahan ini mempunyai pasar yang
pegawai neg embangunan
lum akat yang mempunyai keterbatasan memiliki rumah
perumahan kenyataan di
tinggal sen eri sipil yang juga memiliki keterbatasan
lapangan ya at non PNS
memiliki rumah. P di Tapanuli Utara masih ditujukan untuk
seperti di Pe yang cukup
PNS, akan tetapi ng menempati rumah-rumah tersebut
jauh, bangun yang masih
kebanyakan masyarak rumahan Barat Indah Permai. Hal ini
kurang memadai sehingga masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal di perumahan
disebabkan karena jarak an yang tidak sesuai dengan
tersebut. (hasil wawancara dengan Bapak Ihsar Lubis, tanggal 28 Juni 2008)

Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kota Bau- Bau masih

dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat tanpa bantuan dari pihak swasta.

Pembangunan yang dilakukan juga mengandalkan dana dari APBD dan APBN. Hal ini

dilakukan agar masyarakat mampu membeli rumah karena harga yang masih relatif
bisa
dijangkau. Jika dibandingkan dengan harga rumah yang dibangun oleh swasta

yang tinggi.

Keadaan perumahan di Kota Bau- Bau masih kurang bagus karena disebabkan

kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kota Bau- Bau maupun pemerintah daerah, baik pengawasan terhadap

pembangunan rumah yang mengakibatkan rumah yang dibangun tidak sesuai h

yang sudah dibangun cep


dengan standar rumah yang layak huni sehingga banyak g dibutuhkan
ruma
oleh masyara p lahan yang
at rusak dan juga tidak laku karena tidak sesuai dengan apa yan
akan dijadik an dijadikan
kat selaku konsumen, dan juga kurangnya pengawasan terhada
sebagai laha menjadi milik
an sebagai lokasi perumahan sehingga lahan tersebut
pemerintah.
sebagi n pertanian oleh masyarakat. Pada hal tanah tersebut
Damp embangunan
sudah
perumahan l sak sehingga

pembanguna ya ditujukan
ak dari kurangnya pengawasan tersebut mengakibatkan p
untuk pemb abila Dinas
ebih terfokus pada perbaikan/rehabilitasi rumah-rumah yang ru
Permukiman pelaksanaan
n sering terhenti. Ini mengakibatkan anggaran yang seharusn
program pengembangan perumahan ini maka proses pelaksanaannya dapat
angunan rumah baru dialokasikan ke perbaikan rumah. Ap
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
dan Pengembangan Wilayah melakukan pengawasan terhadap
direncanakan, dapat menghemat penggunaan biaya

pembangunan rumah, dan tujuan dari pelaksanaan program ini dapat tercapai sesuai

dengan apa yang telah ditentukan.

Pengawasan yang dilakuka n oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah seharusnya bersifat Cocurent. Pengawasan ini dilakukan secara


bersamaan dengan
pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Tipe pengawasan ini merupakan

proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu, atau

syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan

untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan program. (T. Hani Handoko dalam

Nurlela Ketaren;113)

Dilihat dari segi target dari pelaksanaan program ini dimana perumahan yang

dibangun masih ditujukan bagi PNS, akan tetapi kejadian dilapangan yang menempati

perumahan tersebut didominasi oleh masyarakat non PNS seperti di perumahan Barat

Indah Permai. Dari 57 keluarga yang tinggal di perumahan tersebut, sekitar 38 keluarga

merupakan masyarakat dari berbagai profesi seperti petani, purnawirawan TNI/POLRI,

pengusaha, dan pedagang. Sedangkan di Perumahan Pagar Beringin Permai, sebagian

rumah disewakan oleh masyarakat setempat kepada mahasiswa dan yang menempati

perumahan t ersebut juga sebagian merupakan petani, pedagang, supir, saha. Hal ini

menandakan pengu bahwa pengawasan terhadap masyarakat yang i perumahan

tersebut masi menempat embangunan

perumahan y h sangat kurang. Ini berdampak pada tujuan dari pelaksanaan pa perumahan

yang dibanang masih di luar dari yang telah ditentukan sebelumnya, dimanmenunjukkan

kurangnya gun
sosialisasi
masih pelaksanaan
untuk PNS program
yang adaini
di kepada masyarakat
Tapanuli Utara. Halsehingga
ini tidak ada

kejelasan apakah perumahan yang dibangun tersebut ditujukan kepada masyarakat biasa

seperti pedagang, petani, pengusaha, purnawirawan TNI/POLRI, atau PNS.

Apabila dilihat dari segi pengorganisasian, yang menjadi pelaksana program

pengembangan perumahan ini antara lain Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan


dan
fasilitasnya; Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan

perumahan; BAPPERTARUM, yang menentukan Developer yang menjadi

pelaksana pembangunan perumahan; KORPRI, yang mendata PNS yang berminat

untuk mendapat rumah; PLN, yang mengurus pasokan listrik ke tiap-tiap rumah dan

lampu jalan; Bank Pelaksana, yang menyediakan dana untuk pembangunan perumahan

sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan; PDAM, yang

mengurus ketersediaan
sarana air bersih di lokasi perumahan termasuk sambungan ke tiap-tiap

rumah; pemerintah daerah, yang mengawasi pelaksanaan pembangunan; n Developer


da
(Pengembang dari masing-
), yang menjadi pelaksana pembangunan. Pembagian tugas
masing Dina as yang jelas
s/Instansi tersebut sangat jelas. Dengan adanya pembagian tug
tersebut mak ini berjalan
a diharapkan pelaksanaan program pengembangan perumahan
sesuai denga d Perumahan
n apa yang telah direncanakan. (hasil wawancara dengan
dan Permuki
Kabi man, 26 Juni 2008)
Keik aan program
utsertaan Dinas/Instansi yang lain tersebut dalam pelaksan
pengembang g dibutuhkan
an perumahan dikarenakan jumlah sumber daya manusia yan
dalam progra ram ini tidak
m ini cukup banyak dan program pendukung pelaksanaan prog
dapat ditang h Kota Bau-
ani sendiri oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan
Bau. Ini menunjukkan
Wilaya adanya koordinasi antar Dinas/Instansi yang serasi (adanya

perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugas), selaras

(adanya sinkronisasi antara staf dengan pimpinan pada hal-hal yang dikehendaki), dan

seimbang (adanya pembebanan yang proporsional serta sinkronisasi pelaksanaan tugas

di masing-masing bagian dalam unit organisasi). (www. google.com, ”teori-teori

motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10 WIB)
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah Kota Bau- Bau merupakan salah satu aspek internal yang akan mendukung

pelaksanaan program pengembangan perumahan. Disamping strategi yang digunakan

dan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah. Aspek sumber daya manusia ini dilihat dari segi jumlah sumber daya manusia

yang memadai, yang dapat dilihat dari segi kuantitas pegawai yang dimiliki oleh Dinas

Permukiman dan Pengembangan Wilayah, adanya tugask dan fungsi


poko
Dinas Perm Utara dalam
ukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten
menyelengga
Tapanuli rakan tata pemerintahan yang baik.
Pelak eluang dalam
sanaan program pengembangan perumahan ini juga memiliki p
usaha pemen
uhan permintaan akan rumah. Peluang tersebut antara lain:
a) L memerlukan
etak Kota Bau- Bau di jalur lintas sumatera sanagat erencanaan
p embangunan
tata ruang yang baik dan ramah lingkungan. P awasan
k rutama PNS
perumahan ditujukan untuk pemenuhan rumah te enuntut
m bersihan dan
adanya perencanaan tata ruang untuk meningkatkan ke erapian
k
lingkungan.
b) D panuli Utara
ari aspek ekonomi, pembangunan perumahan di Kabupaten
ta
memiliki peluang yang besar dalam kestabilan ekonomi. Dengan adanya

penataan kawasan perumahan yang baik, maka setiap kegiatan ynag

dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat dapat dilakukan

dengan baik. Disamping itu, dengan penataan lingkungan yang baik akan

mengundang investor untuk menanamkam modalnya di Kota Bau- Bau.

B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan


Suatu program dapat dikatakan berhasil apabila target dan realisasi dari program

tersebut sudah tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sebelumnya. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan yang

ditetapkan dalam RPJMD Tapanuli Utara periode 2004-2009, dimana perumahan yang

dibangun masih untuk PNS.

Dari hasil pengamatan di Perumahan Pagar Beringin Permai di Kecamatan

Sipoholon dan Perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masih banyak

kekurangan seperti sarana ibadah, pendidikan, jalan ke perumahan tersebutbanyak yang

rusak, drainase/parit banyak yang sudah rusak sehingga perumahan sebut masih

terkesan kurater ng teratur dan semrawut.

Jumlah rumah yang sudah dibangun di Perumahan Pagar ngin Permai


Beri
sebanyak 2 cukup tinggi.
37 unit. Permintaan akan rumah di lokasi ini masih tergolong
Hal ini dapat tahap ke dua
dilihat dari pembangunan Perumahan Pagar Beringin
di Kecamata mah per unit
Permai
masih dapat 200 m². Ini
n Sipoholon masih berlangsung. Ini didasari karena harga
sesuai denga memusatkan
ru dijangkau, luas lahan untuk tiap rumah yang cukup luas
perhatian p mengarahkan,
yaitu n Teori Kepuasan (Content Theory), dimana dalam
mendukung, dan menghentikan perilakunya. Pada dasarnya teori ini mengemukakan
teori ini ada faktor-faktor dalam diri orang yang
bahwa seseorang akan bertindak atau semangat untuk dapat memenuhi kebutuhannya

(inner needs). (Malayu S.P. Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;96)

Untuk perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masyarakat

kurang termotivasi untuk tinggal disana karena disebabkan letak lokasi yang kurang

strategis yaitu jarak yang cukup jauh dan sarana pengangkutan umum yang ada
sangat terbatas.
Hal ini mengakibatkan jumlah rumah yang ditempati sangat sedikit jika dibandingkan

dengan rumah yang kosong dan juga dibandingkan dengan jumlah rumah yang dibeli

ataupun dihuni.

Sedangkan perumahan PNS Sitabo-tabo di Kecamatan Siborong-borong,

pembangunan yang dilaksanakan adalah masih pada tahap perbaikan lahan yang akan

dijadikan kawasan perumahan, pembukaan jalan ke kawasan perumahan, dan jumlah

rumah yang akan dibangun adalah sebanyak ± 215 unit.

Melihat kenyataan di lapangan, program ini masih belum dapat dikatakan berhasil

karena program ini masih berjalan dan juga sarana dan prasarana pendukung seperti

sarana pendidikan, peribadatan, sarana olah raga pada perumahan ini masih sangat

kurang, seperti yang diungkapkan bapak B. Hutabarat yang tinggal di perumahan Barat

Indah Permai

Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk
pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD h arus ke desa
terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU
haruske kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke d esa terdekat
seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum
ada jadinya kita sering menyewa kendaraan.

Pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang asih berjalan

sampai sekarm ang memang belum optimal karena disebabkan oleh faktor seperti

beberapa
kurang meratanya sumber daya manusia pada Dinas Permukiman dan Pengembangan

Wilayah sehingga kurang melibatkan bawahan dalam membuat kebijakan, kurang

memadainya dana yang tersalurkan sehingga pembangunan dilakukan secara bertahap,

fasilitas penunjang dalam melaksanakan tugas masih dianggap kurang memadai, belum

optimalnya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta dalam

pengadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, kurangnya sosialisasi


tentang
program pengembangan perumahan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan

Pengembangan Wilayah terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya

masyarakat menempati perumahan PNS.

BAB VI

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa data dan juga hasil pengamatan langsung yang eliti lakukan

di lapangan, pen maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Program pengembangan perumahan yang dilaksanakan olehPemerintah

Tapanuli Utara melalui Dinas Permukiman dan Pengemban


gan Wilayah

masih perlu dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutn


ya mengingat

masih terbatasnya kemampuan masyarakat terutama yan


g berprofesi

sebagai PNS untuk memiliki rumah sendiri;

2. Masih lemahnya pengawasan yang dilakukan olehntah Daerah


Pemeri
gan Wilayah
Tapanuli Utara maupun Dinas Permukiman dan Pengemban
at tinggal di
sehingga masyarakat yang tidak berprofesi sebagai PNS dap
perumahan yang disediakan untuk PNS;

3. Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kota Bau- Bau

masih sering mengalami kendala yang pada dasarnya diakibatkan oleh

keterbatasan dana sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam

pelaksanaan program ini;


4. Masih adanya masalah yang menggangu pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini seperti sengketa tanah di perumahan Pagar

Beringin Permai sehingga pembangunan perumahannya terbengkalai;

5. Koordinasi antar instansi/dinas dalam pelaksanaan program

pengembangan perumahan ini sudah berjalan dengan baik, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya instansi/dinas yang terlibat dalam program

ini dan

melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik;

6. Masih kurangnya perhatian terhadap lahan yang akan ikan sebagai

dijad kawasan perumahan sehingga dijadikan areal h masyarakat

pertanian ole padahal lahan tersebut sudah menjadi milik

7. pemerintah; Tingkat kebersihan yang ada di umahan dan

setiap kawasan per embangunan

permukiman belum tertangani dengan baik, tahapan ang


p sehingga

drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih sangat kurpanuli Utara

pertumbuhan perumahan dan permukiman di Kabupaten Ta

B. Saran masih terkesan kurang teratur dan semrawut.

Berda agai berikut:

1. Untuk mengurangi
sarkan kesimpulanbeban
di atas,pemerintah terutama
maka peneliti dalamsaran
memberikan penyediaan
seb dana,

ada baiknya pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaan program

ini/penyediaan perumahan di Tapanuli Utara;

2. Untuk pembangunan perumahan di Tapanuli Utara di masa yang akan

datang perlu memperhatikan lokasi perumahan tersebut seperti jaraknya dengan


ibukota
kabupaten atau kecamatan karena ini akan mempengaruhi jumlah

masyarakat yang akan tinggal di perumahan tersebut;

3. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang program pengembangan

perumahan ini agar tepat sasaran, seperti apakah perumahan yang

dibangun adalah untuk masyarakat biasa, PNS, atau Purnawirawan TNI/POLRI;

4. Masih perlunya pembangunan sarana dan prasarana pendukung

perumahan
ti ruko,seper
tempat ibadah, sarana pendidikan dan juga si yang lebih
transporta
mem
adai;
5. Masi ibangun agar
h perlunya pengawasan terhadap lahan yang selama ini belum
tidak
d dijadikan sebagai areal pertanian oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2004

Bastian, Indra, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah Di


Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2006

Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah (edisi revisi cet.1),
Bumi Aksara, Jakarta, 2001.

Jones, Charles, O, Pengantar Kebijakan Publik, P.T.Radja Grafindo Persada,Jakarta,1994

Ketaren, Dra. Nurlela, Bahan Kuliah Azas-Azas Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, USU, Medan, 2002.

Kuswartojo, Tjuk, Suyurti Amir Salim, Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan
Lingkungan,--, Medan, 1998

Moleong, J, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Rosda, Bandung, 2005

Nawawi, Hadari, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1990

Quinn, Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2006

Sastra, Suparno, Endy Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan,


Andi, Yogyakarta, 2006

Singarimbun, Masri, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,1989

Soenarko, H, Public Policy (Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa


Kebijaksanaan Pemerintah), Airlangga University Press, Surabaya,
2000

Subarsono, A.G, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004


Syahrin, Alvi, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan
dan
Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Rineka Cipta, Jakarta,


2000

Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo, Agus Pramusinto, Evaluasi Kebijakan


Publik, Raja Grafindo, Jakarta, 1994

Williams, Chuck, Manajemen, Salemba Empat, Jakarta,


2001.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Undang-UnPermukiman dang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan

Undang-UnRuang embangunan

Peraturan Pe
dang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Evaluasi
P Nasional
S.K. Menteri tegi Nasional
merintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Sumber-
sum Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Stra
Perumahan dan Permukiman (KSNPP)
www.penata 6 September
2008, pukul
ber lain
www.kemen 2008, pukul
15.10 WIB anruang.net/taru/makalah/sekjen_140604.pdf, diakses tanggal 2
15.00 WIB
www.sumut.bps.go.id/taput/file/publikasi/kcda/2007/060.tarutung.pdf, diakses tanggal
16 Desemberpe2008,
ra.go.pukul
id/deta16.30
il_brtWIB
.asp?id=59, diakses tanggal 26 September

www.google.com, “teori hierarki kebutuhan abraham maslow” diakses tanggal 26 Maret


2009, pukul 21.06 WIB

www.google.com, ”akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-
teori- motivasi,diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.00 WIB

www.google.com, ”teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26


Maret 2009, pukul 21.10
Daftar pertanyaan wawancara penelitian

I. Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah,


Kabupaten Tapanuli Utara:
1. Seberapa pentingkah program pengembangan perumahan ini
diterapkan di Kabupaten ini, mengingat masya rakat pada
umumnya memiliki lahan yang cukup untuk mendirikan rumah
pribadi tanpa terpengaruh dampak kenaikan harga-harga bahan
bangunan?
2. Sejauh manakah peranan masyarakat terhadap pelaksanaan
program ini ? Apakah hanya terbatas pada kebersediaan
memberikan tanahnya untuk dijadikan kawasan perumahan atau
hanya sebatas membeli rumah yang telah disediakan
pemerintah?
3. Apa kendala yang sering dihadapi Dinas ini dalam pelaksanaan
program pengembangan perumahan ini?
4. Menurut Bapak apakah peraturan yang sekarang sudah
mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan
ini secara makro?
5. Apakah sarana dan prasarana yang dibangun sebagai bagian
dari perumahan tersebut sudah sesuai dengan yang
direncanakan sebelumnya?
6. Apa saja usaha yang dilakukan Dinas ini untuk mengatasi
masalah-masalah yang muncul selama pelaksanaan
program ini?
7. Bagaimana sistem tender yang dilakukan oleh Dinas ini dalam
mencari Developer yang akan membantu pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini?

II. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman :


1. Dinas apa saja yang terkait dalam pelaksanaan program ini dan
sejauh peranan Dinas-Dinas tersebut dalam pelaksanaan
program pengembangan perumahan ini?
2. Siapa saja pihak-pihak yang menjadi pelaksana program ini?
3. Apakah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang
dimiliki Dinas ini sudah dapat mendukung pelaksanaan
program ini mengingat begitu banyaknya prog ram yang
menjadi tugas Dinas ini?
4. Apa saja kendala yang dihadapi Dinas ini ketika adanya
sosialisasi program ini terutama sosialisasi kepada masyarakat
yang memiliki profesi sebagai PNS?
5. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas ini sudah
mencukupi dalam pelaksanaan program pengembangan
perumahan ini?
6. Apa saja proyek atau kegiatan pendukung yang ditetapkan
Dinas ini untuk mendukung pelaksanaan program ini?
7. Secara umum apakah pembangunan perumahan di Kabupaten
ini sudah berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
dalam RPJMD Taput periode 2004-2009?

III. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli


Utara:
1. Apakah program pengembangan Perumahan ini akan tetap
dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat
pelaksanaan program ini masih sering mengalami kendala pada
tahap pelaksanaannya?
2. Bagaimana menurut Bapak pelaksanaan program
pengembangan Perumahan ini, apakah sudah sesuai dengan
tujuan dari pelaksanaan program ini yang dituangkan dalam
RPJMD Taput periode 2004-2009?
3. Apakah target dan realisasi dari pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini sudah dapat dicapai?
4. Sejauh mana peranan Bappeda Taput dalam pelaksanaan
program pengembangan Perumahan ini, apakah sebatas
merencanakan atau mengawasi pelaksanaan program ini?
5. Menurut Bapak, secara umum apakah pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini telah berjalan dengan baik
ataukah masih perlu dilakukan peningkatan pelaksanaannya?
6. Apa saja usaha yang dilakukan oleh Bappeda Taput untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program
pengembangan perumahan ini?
7. Apakah ada subsidi yang diberikan pemerintah melalui
Bappeda kepada masyarakat agar dapat memiliki rumah? Kalau
ada, dalam bentuk apa subsidi yang diberikan tersebut?

IV. P engembang (Developer) Perumahan:


1. Apa saja kendala yang Anda hadapi sebagai Developer yang
dipercaya Pemda Taput dalam melaksanakan program
pengembangan Perumahan ini?
2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai pelaksanaan rogram ini
p yang sering mengalami kendala pada tahap annya?
3. pelaksana Apa saja usaha-usaha yang Anda mengatasi
lakukan untuk kendala-kendala tersebut?
4. Sejauh mana peranan Dinas Kimbangwil Taput, Bappeda
Taput, dan Pemda Taput untuk meminimalisir masalah yang
Anda hadapi sebagai Developer pada tahap pelaksanaan
pembangunan perumahan?
5. Sejauh mana Anda melibatkan masyarakat dalam membantu
Anda melaksanakan pembangunan kawasan perumahan ini?
6. Seberapa besar target yang dibebankan kepada Anda sebagai
Developer untuk pembangunan kawasan perumahan ini?
7. Selain dengan Dinas Kimbangwil Taput, Bapedda Taput, Anda
sebagai Developer apakah melakukan kerjasama dengan pihak
lain dalam membangun kawasan perumahan ini? Kalau ada,
pihak mana saja yang terlibat tersebut?

Anda mungkin juga menyukai