Anda di halaman 1dari 3

Namaku Ipan Saupi, teman-temanku biasa memanggilku Ipan, aku adalah seorang mahasiswa di salah

satu universitas di daerahku. Aku sangat suka dengan olahraga, terutama cabang olahraga yang paling
ku suka adalah pencak silat, karena aku ingin menjadi seorang pendekar dan ingin menjadi salah satu
pewaris budaya asli Indonesia tersebut, awal aku suka dengan pencak silat adalah dari film-film yang
sering aku tonton di televisi ketika aku masih kecil. suatu ketika aku pergi latihan pencak silat di sebuah
halaman di depan auditorium di kampusku, seketika itu aku baru hendak berangkat.

Aku : Buq, aku mau berangkat latihan dulu

Ibu : Iya nak, hati-hati

Aku : (Beranjak menuju ibuku untuk mencium tangan ibuku sekaligus pamitan)

Ibu : Hati-hati di jalan ya nak, jangan pulang terlalu larut malam

Aku : iya bu, kalau begitu aku berangkat dulu

Ibu : iya nak

Aku : assalamualaikum bu

Ibu : waalaikumussalam

(aku pun memakai motor ku lalu berangkat)

Sesampai disana aku pun mulai latihan, di tengah-tengah jam latihan pelatihku menginformasikan
kepada kami bahwa tahun depan akan ada kejuaraan nasional yaitu Pomnas (Pekan Olahraga
Mahasiswa Nasional), dan kita di tekankan untuk dipertingkatkan lagi kualitas latihan agar bisa lolos
seleksi untuk mengikuti kejuaraan tersebut.

Sepulang latihan aku langsung mandi dan bergegas untuk berangkat mengaji, di pengajian kali ini kami
di ajarkan pentingnya seorang manusia memiliki sifat toleransi, terlebih lagi kami sebagai warga negara
Indonesia dimana di negara ini memiliki beragam suku, budaya, bahasa, dan agama yang semua
keberagaman itu menyatu dalam sebuah bangsa yaitu bangsa Indonesia, maka dari itu sifat toleransi ini
sangat di butuhkan oleh setiap warga masyarakat Indonesia agar tetap dalam satu persatuan.

Selesai mengaji aku pun pulang dengan teman-temanku, di perjalanan pulang aku mengobrol dengan
teman-temanku mengenai perkembangan ekonomi di Lombok (Sebagian besar teman-teman mengajiku
adalah mahasiswa fakutas ekonomi), singkat perbincangan kami mengkritik kebanyakan pemerintah
yang tidak layak untuk memimpin negeri ini, itu di buktikan dengan banyaknya pemerintah-pemerintah
yang korupsi sehingga menghambat kemajuan negara ini, padahal kualitas rakyatnya terbilang cukup
berprestasi dan bisa bersaing dalam kancah internasional, terlebih lagi kualitas sumber daya alamnya
yang kesuburannya tidak ada tandingannya dengan negara-negara lain dan menurutku jika kekayaan
Indonesia ini dijaga dan ditata oleh pemimpin yang baik serta berkomitmen untuk membangun negara
maka besar kemungkinan negara Indonesia Ini akan menjadi negara yang maju dan makmur.
Sesampai di rumah aku pun menonton tv dan melihat siaran perkembangan olahraga yang ada di luar
negeri, dari siaran tv tersebut aku mengetahui betapa besar perhatian pemerintahnya di dalam
membangun fasilitas olahraga yang ada di negaranya, sebab seorang atlet akan menjadi lebih
berkualitas jika didukung dengan fasilitas yang berkualitas pula, sehingga tidak heran jika pada saat
Olimpiade Olahraga Internasional yang menjadi peraih juara terbanyak adalah negara-negara yang
memang maju bidang olahraganya, sontak aku langsung membayangkan sambil berkata dalam hati
"kapan ya negaraku bisa memiliki fasilitas olahraga yang baik dan berkualitas seperti di negara-negara
maju" dan terbayang pasti Indonesia akan dapat menjadi negara yang memilili atlet-atlet yang mampu
membawa negara Indonesia menjadi juara di ajang olahraga internasional seperti di olimpiade olahraga
internasional. Masih asik-asiknya menonton tv, ibuku memanggilku dari kamarnya (kebetulan kamar
orang tuaku berdekatan dengan ruang keluarga tempatku menonton tv, jadi ibuku biasa memanggilku
dari kamarnya jika ia hendak menyuruhku tidur)

Ibu : Pan (memanggilku dengan nada rendah seperti orang yang mengantuk)

Aku : Iya buq, ada apa ?

Ibu : Ayo cepetan tidur, dah malem ny

Aku : Iya buq, bentar lagi ni

Ibu : Cepetan tidur ya nak, besok pagi-pagi kamu harus ke kampus loh

Aku : Iya buq, lagi bentar kok ni, nanggung acara tvnya lumayan bagus

(tidak lagi terdengar suara dari ibuku, mungkin dia sudah tertidur)

Jam sudah menunjukkan pukul 23:30, aku pun mulai mengantuk lalu bangkit untuk mematikan tv dan
lampu keluarga setelah itu menuju kamarku untuk tidur.

Malampun berlalu, kemudian aku bangun untuk bersiap-siap pergi kuliah. Sesampai di kampus aku
sedikit berbincang-bincang dengan teman kelasku sembari menunggu jam masuk mata kuliah
kewarganegaraan. jam masukpun telah tiba, aku dan teman-temanku bergegas menuju ke kelas dan
sesampai disana kami pun berebutan untuk duduk di kursi yang paling depan (mahasiswa di kelasku
berjumlah sekitar 60 mahasiswa, jadi agak susah untuk duduk di kursi yang paling depan dikarenakan
semua teman-teman kelasku juga ingin duduk di kursi paling depan agar lebih mudah menangkap materi
yang diberikan oleh dosen).

Kegiatan pembelajaran pun dimulai, penjelasan yang paling ku ingat adalah ketika dosenku
menjelaskan tentang bagaimana perilaku seorang mahasiswa sebagai warga negara Indonesia, beliau
berkata “sebagai seorang mahasiswa haruslah mengetahui aturan atau undang-undang yang telah
dibuat oleh pemerintah karena sikap dan prilaku mahasiswa sekarang adalah cerminan bagaimana
keadaan atau kondisi bangsa yang akan datang”, sontak waktu itu aku berkata dalam hati “untuk apa
terlalu patuh kepada aturan sedangkan orang-orang yang menegakkan aturan saja sering melanggar
aturan”, sungguh tidak asing lagi bagiku dan bahkan bagi seluruh masyarakat Indonesia mengenai berita
tindak pidana korupsi yang di lakukan oleh pemerintah atau wakil rakyat yang bahkan hal itu terjadi
setiap tahun, sungguh sangat sia-sia jika masyarakat taat aturan tetapi pemerintahnya malah yang
melanggar aturan tersebut.

Tak ada banyak kegiatan yang ku lakukan hari itu. Waktu malam pun tiba, seperti biasa aku menonton
tv (waktu itu lagi tidak ada tugas yang harus ku selesaikan, jadi aku bisa beristirahat dan dapat
melakukan hal yang ku inginkan). Ada salah satu berita yang mencuri perhatianku, yaitu berita tentang
peserta/atlet Indonesia tertua di ajang Asian Games 2018, namanya adalah Bambang Hartono, beliau
sudah berusia 78 tahun dan beliau adalah seorang miliarder pemilik salah satu pabrik rokok, yang
terbayang dipikiranku adalah di usia beliau yang sudah lanjut usia dan harta kekayaan beliau yang
terbilang sangat banyak (menurutku), lalu untuk apa beliau mengikuti ajang tersebut padahal hadiah
yang ia dapatkan itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan harta kekayaannya.

Aku pun langsung membuka internet browser yang ada di ponselku, ternyata Bambang Hartono adalah
orang terkaya no 1 di Indonesia (aku melihatnya di postingan liputan6.com), aku pun jadi tambah
penasaran mengenai alasan mengapa beliau mengikuti ajang games terbesar di Asia tersebut. Dilansir di
liputan6.com, Bambang mengaku sudah menjadi kewajiban mengharumkan nama bangsa di ajang
olahraga terbesar di Asia ini. “Sumbangsih Djarum ke negara itu ada dua, Bulutangkis dan Bridge. Jadi ini
udah menjadi keharusan saya membela negara saya,” kata Bambang di kantornya, Sabtu (11/8/2018,
dilansir di liputan6.com). Sungguh aku sangat terkejut, dengan usia yang sudah lanjut dan kemewahan
yang ia miliki tidak menjadi penghalangnya untuk tetap berbakti dan mengharumkan nama negara.

Selang beberapa menit setelah aku membaca postingan tentang Bambang Hartono sambil
merenungkan betapa besarnya rasa kebangsaan yang dimilikinya, aku melihat di siaran tv rekaman
bendera Indonesia dinaikkan beserta bendera dari beberapa negara lain dan bendera Indonesia berada
di posisi yang paling tinggi sambil terdengar lagu Indonesia raya (kemenangan Susi Susanti pada
olimpiade di Barcelona). Sungguh aku jadi terharu sekaligus bangga melihat bendera Indonesia
dikibarkan di posisi tertinggi dari negara-negara lain, terlebih lagi terlihat sosok Susi yang terharu dan
meneteskan air matanya karena telah dapat mengharumkan nama negaranya yaitu Indonesia.

Sungguh aku sangat menyesali kebodohanku karena aku belum pernah mengharumkan nama negaraku
sendiri, aku malah mengkritik kekurangan negaraku tanpa pernah berpikir dan berusaha untuk dapat
mengharumkan nama negaraku seperti yang telah dilakukan oleh Bambang Hartono dan Susi Susanti.
Aku merasa seperti hanya menjadi beban negaraku saja.

Dari sejak itu aku mulai terinspirasi untuk terus belajar dan berjuang demi menggapai impian dan cita-
citaku, karena aku adalah seorang pemuda yang akan menjadi generasi penerus bangsa, dan aku akan
tetap berusaha agar bisa menjadi salah satu tokoh yang pernah mengharumkan nama negara di kancah
internasional dan bisa membuat bendera Indonesia berkibar di tiang yang paling tinggi dari bendera-
bendera negara lain demi negara tercinta Indonesiaku.

Anda mungkin juga menyukai