BIOLOGI PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
2014
[Type the document subtitle]
DOSEN PENGAJAR :
NAMA PRAKTIKAN :
NIM :
KELOMPOK :
KELAS :
B. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum praktikum dibuat perorangan
2. Laporan praktikum diserahkan 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum
C. KRITERIA PENILAIAN
1. Kuis 30 %
2. Keaktifan selama dilaboratorium 20 %
3. Laporan praktikum 50 %
PERCOBAAN I
HUBUNGAN BOBOT - PANJANG
I.1. Tujuan
1. Mengetahui hubungan bobot – panjang pada ikan.
2. Menduga pertumbuhan organisme ikan tersebut secara kualitatif.
3. Menggambarkan pola pertumbuhan organisme ikan dan menginterpretasi gambar
tersebut
𝑾 = 𝒂𝑳𝟑
Hukum tersebut di atas berlaku dengan asumsi bahwa bentuk serta bobot ikan akan
tetap selama hidupnya. Tetapi karena ikan senantiasa bertumbuh, sehingga bentuk tubuh,
panjang dan bobotnya selalu berubah, maka menurut Ricker (1975), formulasi umum yang
digunakan adalah :
𝑾 = 𝒂𝑳𝒃
……………………… Rumus (1)
keterangan : W = bobot ikan (g), L = panjang ikan (mm), a dan b = konstanta.
Rumus (1) menurut Ricker (1975) paling sesuai untuk diaplikasikan pada ikan-ikan
individual, yang panjangnya diukur dan bobotnya ditimbang secara berkesinambungan
selama hidupnya. Ramakrishnaih (1972) menyebut konstanta a sebagai initial growth index
dan konstanta b sebagai equilibrium constant.
Berdasarkan bentuknya, rumus (1) tersebut merupakan persamaan kurva geometrik
yang dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga akan diperoleh persamaan
linier (Spiegel, 1978) sebagai berikut :
𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎 𝑾 = 𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎 𝒂 + 𝐛 𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎 𝑳
……………………… Rumus (2)
Pada rumus (2), nilai-nilai W (bobot) dan L (panjang) telah diketahui, sehingga yang
harus dicari adalah nilai-nilai a dan b.
Secara umum, rumus (2) dapat ditulis dalam bentuk persamaan linier Sederhana
dengan bentuk :
𝒀 = 𝒂∗ + 𝒃𝑿
……………………… Rumus (3)
dimana : Y = log10 W, X = log10 L, a* = log10 a, a dan b adalah koefisien regresi.
Setelah melakukan transformasi ke bentuk logaritma berbasis 10 (log10, yang
selanjutnya ditulis dalam bentuk ‘log’) terhadap data aslinya, nilai a dan b dapat diselesaikan
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) sebagai berikut :
Menurut Ricker (1975), jika nilai b sama dengan tiga (b = 3) maka pertumbuhan ikan
menunjukkan pola pertumbuhan yang isometris, berarti pertambahan panjang tubuh dan
bobot tubuh seimbang. Jika nilai b lebih kecil dari tiga (b < 3), menunjukkan pola pertumbuhan
alometrik negatif (alometrik minor), berarti pertambahan panjang tubuh lebih cepat daripada
pertambahan bobot tubuh. Sebaliknya, jika nilai b lebih besar dari tiga (b > 3) menunjukkan
pola pertumbuhan alometrik positif (alometrik major), berarti pertambahan bobot tubuh lebih
cepat daripada pertambahan panjang tubuh.
Untuk teknik perhitungan bobot – panjang secara langsung, nilai koefisien korelasi
dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)
𝒓=
√〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑳 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐 〉〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑾 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)𝟐 〉
……………………… Rumus (6)
1.6000
log W = -.4.364 + 2.708 log L
1.5000 R² = 0.670
Logaritma Bobot Tubuh
1.4000
1.3000
1.2000
1.1000
1.0000
0.9000
1.9800 2.0000 2.0200 2.0400 2.0600 2.0800 2.1000 2.1200 2.1400 2.1600
Logaritma Panjang Total
Gambar 1. Hubungan logaritma bobot tubuh dan logaritma panjang tubuh ikan selar ekor
kuning (Selaroides leptolepis) jantan (dengan menggunakan Ms. Excel)
I.3. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Percobaan Ini
No Alat / Bahan Jumlah Keterangan
1 Mistar / Penggaris (30 cm) 3 buah Pengukur panjang tubuh ikan
2 Jangka Sorong 1 buah Pengukur panjang tubuh ikan
3 Nampan / Baki 3 buah Tempat meletakkan ikan
4 Timbangan Digital / Ohaus 1 buah Pengukur bobot tubuh ikan
5 Kain Lap 1 buah Pengering alat
6 Tissue 2 roll Pengering alat
7 Seperangkat Alat Bedah 2 set Pembedah sampel ikan
8 Jarum Pentul 1 set Penegak ikan
9 Kantong Plastik 3 buah Tempat sampel ikan
10 Kertas label 2 eks Penanda botol sampel
11 Ikan segar 50 ekor Sampel pengamatan
12 Almunium Foil 1 rol Alas sampel
𝒂=
𝐥𝐨𝐠 𝑾 = . . . . . . . . . . . . . . + . . . . . . . . . . . . . 𝐥𝐨𝐠 𝑳
Untuk memperoleh persamaan pertumbuhan 𝑾 = 𝒂𝑳𝒃 , maka nilai a di atas harus di-antilog
(invers-log).
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 (. . . . . . . . . . . . . . . . ) = . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
sehingga
𝑾 =. . . . . . . . . . . 𝑳.....................
Kesimpulan :
Tabel 4. Hasil Pengukuran Panjang dan Bobot Ikan Betina Beserta Perhitungan
Selanjutnya
No L W log L log W (log L x log W) log2 L log2 W
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah
Selanjutnya nilai-nilai yang terdapat pada Tabel 3. di atas dimasukkan ke dalam
rumus-rumus berikut :
𝒂=
𝒃=
𝐥𝐨𝐠 𝑾 = . . . . . . . . . . . . . . + . . . . . . . . . . . . . 𝐥𝐨𝐠 𝑳
Untuk memperoleh persamaan pertumbuhan 𝑾 = 𝒂𝑳𝒃 , maka nilai a di atas harus di-antilog
(invers-log).
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 (. . . . . . . . . . . . . . . . ) = . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
sehingga
𝑾 =. . . . . . . . . . . 𝑳.....................
Kesimpulan :
Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi ikan dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)
𝒓=
√〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑳 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐 〉〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑾 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)𝟐 〉
Dengan menggunakan data yang terdapat pada Tabel 3 untuk ikan jantan dan Tabel 4 untuk
ikan betina. Maka, nilai koefisien korelasi untuk ikan jantan dan ikan betina sebagai berikut :
𝒓=
𝒓=
Kesimpulan :
Gambar Grafik
Gambar grafik hubungan logaritma bobot tubuh dan logaritma panjang tubuh ikan
jantan dan ikan betina tercantum pada gambar di bawah ini.
PERCOBAAN II
BIOLOGI REPRODUKSI
II.1. Tujuan
1. Menghitung nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina
2. Menentukan tingkat kematangan gonad ikan
3. Menentukan ukuran ikan pertama kali matang gonad
4. Menghitung indeks kematangan gonad.
Tabel 5. Perbandingan ikan selar ekor kuning (Selaroides leptolepis) jantan dan betina
pada setiap tingkat kematangan gonad (TKG)
𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏
Tabel 5. Tingkat kematangan gonad ikan belanak (Liza subviridis) dari perairan muara
Sungai Cimanuk, Indramayu (Modifikasi Cassie 1956 dalam Effendie 2006)
Kesimpulan :
Jumlah
Jumlah
Kisaran bobot tubuh ikan jantan pertama kali matang gonad = ………………………………..
Kisaran bobot tubuh ikan betina pertama kali matang gonad = ………………………………..
Tabel 11. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. jantan)
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
panjang kelas tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
𝒏𝒊 − 𝟏
(mm) (mm) kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)
Total (∑)
Tabel 12. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. betina)
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
panjang kelas tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
𝒏𝒊 − 𝟏
(mm) (mm) kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)
Total (∑)
IKAN JANTAN
Panjang ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=
𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =
Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :
𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏
Kesimpulan :
IKAN BETINA
Panjang ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=
𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =
Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :
𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏
Kesimpulan :
Tabel 13. Distribusi frekuensi bobot dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. jantan)
Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
Kelas bobot Tengah
tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
(g) kelas (g) 𝒏𝒊 − 𝟏
kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)
Total (∑)
Tabel 14. Distribusi frekuensi bobot dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. betina)
Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
Kelas bobot Tengah
tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
(g) kelas (g) 𝒏𝒊 − 𝟏
kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)
Total (∑)
IKAN JANTAN
Bobot ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=
𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =
Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :
𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏
Kesimpulan :
IKAN BETINA
Bobot ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=
𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =
Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :
𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏
Kesimpulan :
II.6.3 Indeks Kematangan Gonad
Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel 6 dan Tabel 7, selanjutnya dibuat
kisaran nilai indeks kematangan gonad ikan jantan dan ikan betina pada setiap TKG
sebagaimana terlihat pada Tabel 15.
Kesimpulan :
DAFTAR PUSTAKA
Andy Omar, S. Bin. 2009. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. UNHAS. Makassar.
Johnson, J.E. 1971. Maturity and fecundity of threadfin shad, Dorosoma petenense (Gunther)
in Central Arizona reservois. Trans. Am. Fish. Soc. 100(1): 74 – 85.
King, M. 1995. Fisheries Biology: Assessment and Management. Fishing News Book,
Blackwell Science Book. London.
Le Cren, E.D. 1951. The length-weight relationships and seasonal cycle in weight and
condition in the perch (Perca fluviatilis). J. Anim. Ecol. 20(2): 201-219.
Mauck, P.E. and R.C. Summerfelt. 1970. Length-weight relationships, age composition,
growth and condition factors of carp in Lake Blackwell. Proc. Okla. Acad. Sci.
Ramakrisnaih, M. 1972. Biology of Hilsa ilisha (Hamilton) from the Chika Lake with an account
on its racial status. Indian J. Fish. 19 (1&2): 35-63.
Spiegel, M.R. 1978. Theory and Problems of Statistic. Schaum’s Outline Series. McGraw-Hill
Book Company, New York.
Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes. Fishbyte
4(2): 8 – 10.