Anda di halaman 1dari 30

PANDUAN PRAKTIKUM

BIOLOGI PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
2014
[Type the document subtitle]

DOSEN PENGAJAR :

SUSIANA, S.Pi., M.Si.


DEDY KURNIAWAN, S.Pi., M.Si.

NAMA PRAKTIKAN :
NIM :
KELOMPOK :
KELAS :

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
PETUNJUK
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. TATA TERTIB PRAKTIKUM


1. Setiap mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium selama kegiatan praktikum
dan tidak diperbolehkan terlambat
2. Setiap mahasiswa diwajibkan membuat rencana kerja dalam satu buku tulis dan
mengikuti kuis persiapan praktikum
3. Mahasiswa yang tidak membawa rencana kerja (panduan praktikum) dan tidak
mengikuti kuis tidak diperkenankan mengikuti praktikum

B. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan praktikum praktikum dibuat perorangan
2. Laporan praktikum diserahkan 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum

C. KRITERIA PENILAIAN
1. Kuis 30 %
2. Keaktifan selama dilaboratorium 20 %
3. Laporan praktikum 50 %
PERCOBAAN I
HUBUNGAN BOBOT - PANJANG

I.1. Tujuan
1. Mengetahui hubungan bobot – panjang pada ikan.
2. Menduga pertumbuhan organisme ikan tersebut secara kualitatif.
3. Menggambarkan pola pertumbuhan organisme ikan dan menginterpretasi gambar
tersebut

I.2. Pengantar Teori


Hubungan bobot – panjang beserta distribusi panjang ikan sangat perlu diketahui
untuk mengkonversi secara statistik hasil tangkapan dalam bobot ke jumlah ikan, untuk
menduga besarnya populasi dan untuk menduga laju kematiannya (Bayliff, 1966). Data
hubungan bobot – panjang juga diperlukan dalam manajemen perikanan yaitu untuk
menentukan selektivitas alat agar ikan-ikan non-target (ikan-ikan yang ukurannya tidak
dikehendaki) tidak ikut tertangkap (Vanichkul and Hongskul, 1966). Ahli-ahli dinamika
populasi membutuhkan data hubungan bobot – panjang terutama untuk menghitung yield per
recruit (Y/R) dan biomass per recruit (B/R). Sedangkan Mauck and Summerfelt (1970)
menyatakan bahwa berdasarkan hubungan bobot – panjang ikan, dapat diketahui koefisien
kondisi ikan yang menunjukkan kegemukan relatif ikan tersebut.
Menurut Le Cren (1951), tujuan menganalisis hubungan bobot – panjang antara lain
untuk :
a. Menyatakan hubungan matematis antara panjang dan bobot ikan, sehingga dapat
dikonversi dari panjang ke bobot dan sebaliknya.
b. Mengukur variasi bobot harapan ikan untuk suatu ukuran panjang tertentu, baik secara
individu maupun secara berkelompok, sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan ikan,
kesehatan ikan, dan perkembangan gonad ikan dan sebagainya.

I.2.1. Pengukuran Bobot dan Panjang


Di dalam praktikum “Biologi Perikanan”, pengukuran panjang dan bobot ikan haruslah
mengikuti suatu ketentuan yang telah umum digunakan. Di Indonesia, pengukuran panjang
ikan biasanya dinyatakan dalam satuan “millimeter” (mm) dan pengukuran bobot dinyatakan
dalam satuan “gram” (g).
Dalam pengukuran panjang dalam Biologi Perikanan biasa digunakan ukuran
“Panjang Total” atau panjang mutlak. Panjang total (total length = TL), yaitu pengukuran
panjang ikan mulai dari ujung paling depan bagian kepala sampai ke ujung terakhir bagian
ekor. Pada saat pengukuran panjang ikan, yang perlu diperhatikan ujung terdepan bagian
kepala harus bertepatan dengan angka nol sampai dengan ujung terakhir dari sirip ekor.
Pengukuran bobot ikan perlu diketahui tatacara penimbangan sehingga kesalahan-
kesalahan dapat dihindarkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat penimbangan
antara lain: penggunaan alat timbang yang praktis, ketelitian alat timbang yang dapat
dipercaya dan pengaruh faktor luar terhadap alat timbang (angin dan goncangan) mudah
diatasi.

I.2.2. Perhitungan Bobot – Panjang


Hubungan panjang dan bobot ikan mempunyai suatu nilai yang memungkinkan untuk
mengubah harga panjang ke dalam harga bobot atau sebaliknya. Bobot ikan dalam satu
bagian dari hidupnya dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjangnya, mempunyai nilai
yang bervariasi menurut pangkat tertentu dari panjangnya dan hubungan bobot – panjang ini
hampir mengikuti hukum kubik, dinyatakan dalam rumus :

𝑾 = 𝒂𝑳𝟑

keterangan : W = bobot ikan (g), L = panjang ikan (mm), a = konstanta.

Hukum tersebut di atas berlaku dengan asumsi bahwa bentuk serta bobot ikan akan
tetap selama hidupnya. Tetapi karena ikan senantiasa bertumbuh, sehingga bentuk tubuh,
panjang dan bobotnya selalu berubah, maka menurut Ricker (1975), formulasi umum yang
digunakan adalah :

𝑾 = 𝒂𝑳𝒃
……………………… Rumus (1)
keterangan : W = bobot ikan (g), L = panjang ikan (mm), a dan b = konstanta.

Rumus (1) menurut Ricker (1975) paling sesuai untuk diaplikasikan pada ikan-ikan
individual, yang panjangnya diukur dan bobotnya ditimbang secara berkesinambungan
selama hidupnya. Ramakrishnaih (1972) menyebut konstanta a sebagai initial growth index
dan konstanta b sebagai equilibrium constant.
Berdasarkan bentuknya, rumus (1) tersebut merupakan persamaan kurva geometrik
yang dapat ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma sehingga akan diperoleh persamaan
linier (Spiegel, 1978) sebagai berikut :
𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎 𝑾 = 𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎 𝒂 + 𝐛 𝐥𝐨𝐠 𝟏𝟎 𝑳
……………………… Rumus (2)
Pada rumus (2), nilai-nilai W (bobot) dan L (panjang) telah diketahui, sehingga yang
harus dicari adalah nilai-nilai a dan b.
Secara umum, rumus (2) dapat ditulis dalam bentuk persamaan linier Sederhana
dengan bentuk :

𝒀 = 𝒂∗ + 𝒃𝑿
……………………… Rumus (3)
dimana : Y = log10 W, X = log10 L, a* = log10 a, a dan b adalah koefisien regresi.
Setelah melakukan transformasi ke bentuk logaritma berbasis 10 (log10, yang
selanjutnya ditulis dalam bentuk ‘log’) terhadap data aslinya, nilai a dan b dapat diselesaikan
dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) sebagai berikut :

(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾) (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾)


𝒂=
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐
……………………… Rumus (4)

𝑵 (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳) (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)


𝒃=
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐
……………………… Rumus (5)

Menurut Ricker (1975), jika nilai b sama dengan tiga (b = 3) maka pertumbuhan ikan
menunjukkan pola pertumbuhan yang isometris, berarti pertambahan panjang tubuh dan
bobot tubuh seimbang. Jika nilai b lebih kecil dari tiga (b < 3), menunjukkan pola pertumbuhan
alometrik negatif (alometrik minor), berarti pertambahan panjang tubuh lebih cepat daripada
pertambahan bobot tubuh. Sebaliknya, jika nilai b lebih besar dari tiga (b > 3) menunjukkan
pola pertumbuhan alometrik positif (alometrik major), berarti pertambahan bobot tubuh lebih
cepat daripada pertambahan panjang tubuh.

I.2.3. Koefisien Korelasi


Garis regresi yang terbaik untuk sekumpulan data berbentuk linier mempunyai derajat
hubungan yang dapat dinyatakan dengan koefisien korelasi (disingkat r). Harga r bergerak
antara -1 dan +1 (-1 ≤ r ≤ +1). Tanda negatif (-) menunjukkan ada korelasi tak langsung,
sedangkan tanda positif (+) menunjukkan ada korelasi langsung. Nilai r = -1, berarti terdapat
hubungan linier sempurna tak langsung antara panjang tubuh dan bobot tubuh, sedangkan
untuk nilai r = +1, berarti terdapat hubungan linier sempurna langsung antara panjang tubuh
dan bobot tubuh. Sebaliknya jika nilai r = 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan linier antara
panjang tubuh dan bobot tubuh. Kekuatan hubungan korelasi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Nilai koefisien korelasi (- atau +) Arti
0,00 – 0,19 Korelasi sangat lemah
0,20 – 0,39 Korelasi langsung
0,40 – 0,69 Korelasi sedang
0,70 – 0,89 Korelasi kuat
0,90 – 1,00 Korelasi sangat kuat

Untuk teknik perhitungan bobot – panjang secara langsung, nilai koefisien korelasi
dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)
𝒓=
√〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑳 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐 〉〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑾 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)𝟐 〉
……………………… Rumus (6)

I.2.4. Gambar Grafik


Gambar grafik dari persamaan regresi yang telah diperoleh, dapat dibuat dengan cara
manual maupun menggunakan program Microsoft Excel. Dengan memasukkan data yang
sudah didapat, Sumbu X yaitu logaritma panjang tubuh dan Sumbu Y yatu logaritma bobot
tubuh. Sehingga dapat diperoleh grafik, sebagai berikut :

1.6000
log W = -.4.364 + 2.708 log L
1.5000 R² = 0.670
Logaritma Bobot Tubuh

1.4000

1.3000

1.2000

1.1000

1.0000

0.9000
1.9800 2.0000 2.0200 2.0400 2.0600 2.0800 2.1000 2.1200 2.1400 2.1600
Logaritma Panjang Total

Gambar 1. Hubungan logaritma bobot tubuh dan logaritma panjang tubuh ikan selar ekor
kuning (Selaroides leptolepis) jantan (dengan menggunakan Ms. Excel)
I.3. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Percobaan Ini
No Alat / Bahan Jumlah Keterangan
1 Mistar / Penggaris (30 cm) 3 buah Pengukur panjang tubuh ikan
2 Jangka Sorong 1 buah Pengukur panjang tubuh ikan
3 Nampan / Baki 3 buah Tempat meletakkan ikan
4 Timbangan Digital / Ohaus 1 buah Pengukur bobot tubuh ikan
5 Kain Lap 1 buah Pengering alat
6 Tissue 2 roll Pengering alat
7 Seperangkat Alat Bedah 2 set Pembedah sampel ikan
8 Jarum Pentul 1 set Penegak ikan
9 Kantong Plastik 3 buah Tempat sampel ikan
10 Kertas label 2 eks Penanda botol sampel
11 Ikan segar 50 ekor Sampel pengamatan
12 Almunium Foil 1 rol Alas sampel

I.4. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada percobaan Biologi Perikanan ini adalah :
1. Ikan sampel diletakkan di atas baki/nampan, diberi nomor dengan kertas label.
2. Ikan sampel lalu diukur panjangnya sampai pada ketelitian 1 mm.
3. Ikan sampel ditimbang bobotnya sampai pada ketelitian 0,01 g.
4. Ikan sampel dibedah pada bagian perut ikan untuk menentukan jenis kelamin
berdasarkan morfologi gonad yang ditemukan.
5. Gonad dikeluarkan dari tubuh ikan sampel, lalu dimasukkan ke dalam botol sampel, diberi
label dan disimpan untuk pengamatan selanjutnya.
6. Pada kertas label diberi keterangan nomor ikan, panjang ikan, bobot ikan, jenis kelamin,
bobot gonad dan TKG. (Berdasarkan klasifikasi TKG pada lampiran).

I.5. Lembaran Kerja


Data yang dikumpulkan pada Percobaan Biologi Perikanan meliputi nomor ikan,
panjang tubuh (L), bobot tubuh (W), jenis kelamin/seks, bobot gonad (g) dan tingkat
kematangan gonad (TKG). Hasil pengukuran dan pengamatan tersebut dimasukkan ke dalam
lembaran data pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Panjang Tubuh, Bobot Tubuh, Seks, Bobot Gonad dan
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan ....…………………………………………...
Panjang Tubuh Bobot Tubuh Bobot
No. Ikan Seks TKG
(mm) (g) Gonad (g)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50

I.6. Analisis Data


I.6.1. Hubungan Bobot – Panjang
Teknik perhitungan bobot – panjang ikan dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis eksponensial yang biasa digunakan untuk model pertumbuhan. Teknik perhitungan
dilakukan dengan memasukkan data hasil pengukuran panjang tubuh dan bobot tubuh,
kemudian dilakukan perhitungan untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam Tabel 3. (untuk ikan
jantan) dan Tabel 4. (untuk ikan betina).
Tabel 3. Hasil Pengukuran Panjang dan Bobot Ikan Jantan Beserta Perhitungan
Selanjutnya
No L W log L log W (log L x log W) log2 L log2 W
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah

Selanjutnya nilai-nilai yang terdapat pada Tabel 3. di atas dimasukkan ke dalam


rumus-rumus berikut :

(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾) (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾)


𝒂=
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐

𝒂=

𝑵 (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳) (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)


𝒃=
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐
𝒃=

Nilai-nilai a dan b tersebut di atas dimasukkan ke dalam persamaan :


𝒀 = 𝒂∗ + 𝒃𝑿
𝒀 = ..............+ .............𝑿
Sehingga persamaan eksponensial hubungan bobot – panjang ikan jantan adalah sebagai
berikut :

𝐥𝐨𝐠 𝑾 = . . . . . . . . . . . . . . + . . . . . . . . . . . . . 𝐥𝐨𝐠 𝑳

Untuk memperoleh persamaan pertumbuhan 𝑾 = 𝒂𝑳𝒃 , maka nilai a di atas harus di-antilog
(invers-log).

𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 (. . . . . . . . . . . . . . . . ) = . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
sehingga
𝑾 =. . . . . . . . . . . 𝑳.....................

Kesimpulan :
Tabel 4. Hasil Pengukuran Panjang dan Bobot Ikan Betina Beserta Perhitungan
Selanjutnya
No L W log L log W (log L x log W) log2 L log2 W
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah
Selanjutnya nilai-nilai yang terdapat pada Tabel 3. di atas dimasukkan ke dalam
rumus-rumus berikut :

(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾) (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾)


𝒂=
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐

𝒂=

𝑵 (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳) (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)


𝒃=
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝟐 𝑳) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐

𝒃=

Nilai-nilai a dan b tersebut di atas dimasukkan ke dalam persamaan :


𝒀 = 𝒂∗ + 𝒃𝑿
𝒀 = ..............+ .............𝑿
Sehingga persamaan eksponensial hubungan bobot – panjang ikan betina adalah sebagai
berikut :

𝐥𝐨𝐠 𝑾 = . . . . . . . . . . . . . . + . . . . . . . . . . . . . 𝐥𝐨𝐠 𝑳

Untuk memperoleh persamaan pertumbuhan 𝑾 = 𝒂𝑳𝒃 , maka nilai a di atas harus di-antilog
(invers-log).
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 (. . . . . . . . . . . . . . . . ) = . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
sehingga
𝑾 =. . . . . . . . . . . 𝑳.....................

Kesimpulan :
Koefisien Korelasi
Nilai koefisien korelasi ikan dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑵(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳 𝒙 𝐥𝐨𝐠 𝑾) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)(𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)
𝒓=
√〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑳 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑳)𝟐 〉〈𝑵(𝚺 𝒍𝒐𝒈𝟐 𝑾 ) − (𝚺 𝐥𝐨𝐠 𝑾)𝟐 〉

Dengan menggunakan data yang terdapat pada Tabel 3 untuk ikan jantan dan Tabel 4 untuk
ikan betina. Maka, nilai koefisien korelasi untuk ikan jantan dan ikan betina sebagai berikut :

Koefisien korelasi ikan jantan

𝒓=

Koefisien korelasi ikan betina

𝒓=
Kesimpulan :

Gambar Grafik
Gambar grafik hubungan logaritma bobot tubuh dan logaritma panjang tubuh ikan
jantan dan ikan betina tercantum pada gambar di bawah ini.
PERCOBAAN II
BIOLOGI REPRODUKSI

II.1. Tujuan
1. Menghitung nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina
2. Menentukan tingkat kematangan gonad ikan
3. Menentukan ukuran ikan pertama kali matang gonad
4. Menghitung indeks kematangan gonad.

II.2. Pengantar Teori


II.2.1. Nisbah Kelamin
Seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara
ikan jantan dan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan spermatozoa,
sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan sel telur atau ovari.
Di alam, nisbah kelamin ikan jantan dan ikan betina diperkirakan mendekati 1 : 1,
berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap relatif hampir sama banyaknya dengan jumlah ikan
betina yang tertangkap. Untuk mengetahui apakah nisbah kelamin antara ikan jantan dan
betina pada setiap tingkat kematangan gonad mempunyai jumlah yang sama atau tidak, dapat
dikelompokkan berdasarkan tabel di bawah ini.

Tabel 5. Perbandingan ikan selar ekor kuning (Selaroides leptolepis) jantan dan betina
pada setiap tingkat kematangan gonad (TKG)

TKG Jantan Betina Jumlah Nisbah


I 111 55 166 2,02 : 1
II 97 63 160 1,54 : 1
III 43 75 118 1 : 1,74
IV 19 33 52 1 : 1,74
V 1 3 4 1:3
Jumlah 271 229 500 1,18 : 1

II.2.2. Tingkat Kematangan Gonad


Menurut Lagler et al. (1977), tingkat kematangan gonad (TKG)adalah tahap tertentu
perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan itu memijah. Pengamatan kematangan
gonad dapat dilakukan dengan cu acara, yaitu secara morfologi dan secara histologi.
Tanda-tanda yang dapat digunakan untuk membedakan kelompok jenis kelamin ikan
dalam penentuan TKG baik di laboratorium maupun di lapangan antara lain :
- Untuk ikan betina : bentuk ovari, besar kecil ukuran ovari, pengisian ovari dalam
rongga tubuh, warna ovari, halus kasarnya ovari, ukuran telur dalam ovari secara
umum, kejelasan bentuk warna telur beserta bagian-bagiannya dan diameter telur.
- Untuk ikan jantan : bentuk testis, ukuran testis, pengisian testis dalam rongga tubuh,
warna testis dan keluar tidaknya cairan dari testis.

II.2.3. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad


Ukuran awal kematangan gonad merupakan salah satu parameter yang penting dalam
penentuan ukuran terkecil ikan yang dapat ditangkap atau boleh ditangkap. Awal kematangan
gonad biasanya ditentukan berdasarkan umur dan ukuran ketika 50% individu di dalam suatu
populasi sudah matang gonad (King, 1995).
Ukuran pertama kali matang gonad pada ikan dapat diduga dengan menggunakan
metode Spearman – Karber seperti yang diusulkan oleh Udupa (1986). Untuk menggunakan
metode ini, sampel ikan harus meliputi keseluruhan ukuran, baik yang belum matang maupun
sudah matang. Formula dari metode Spearmen – Karber adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
……………………… Rumus (7)
Panjang atau bobot ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎
Jika 𝛼 = 0,05 maka batas-batas kepercayaan 95% dari m adalah :

𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏

……………………… Rumus (8)


keterangan : m = logaritma panjang ikan pada saat pertama kali matang gonad, xk = logaritma
nilai tengah kelas panjang pada saat semua ikan (100%) matang gonad, X = selisih logaritma
nilai tengah, pi = proporsi ikan matang gonad pada kelas ke-i (pi = ri / ni), ri = jumlah ikan
matang gonad pada kelas ke-i, ni = jumlah ikan pada kelas ke-i (qi = 1 – pi).

II.2.4. Indeks Kematangan Gonad


Indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen yang merupakan
perbandingan antara bobot gonad dan bobot tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100%
(Johnson, 1971). Indeks ini sering juga disebut Index of Maturity (IM) atau Gonado Somatic
Index (GSI) dengan rumus :
𝑩𝒈
𝑰𝑲𝑮 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝑻
……………………… Rumus (9)
Dimana : IKG = Indeks Kematangan Gonad (%), Bg = bobot gonad (g), BT = bobot tubuh (g).

II.3. Prosedur Kerja


Jenis kelamin ikan dilihat secara morfologi dan secara anatomi. Tingkat kematangan
gonad ikan jantan dan ikan betina ditentukan berdasarkan klasifikasi Cassie (Effendi, 2006)
pada tabel di bawah ini. Indeks kematangan gonad ditentukan sebagaimana cara yang
dilakukan oleh Johnson (1971).

Tabel 5. Tingkat kematangan gonad ikan belanak (Liza subviridis) dari perairan muara
Sungai Cimanuk, Indramayu (Modifikasi Cassie 1956 dalam Effendie 2006)

TKG Betina Jantan


I Gonad seperti benang, panjang Gonad seperti benang, lebih pendek
sampai ke rongga perut bagian depan. (terbatas) dan terlihat ujungnya di
Warna jernih. Permukaan gonad licin. rongga perut. Warna jernih.
II Ukuran gonad lebih besar. Pewarnaan Ukuran gonad lebih besar. Pewarnaan
lebih gelap kekuningan. Telur belum putih seperti susu. Bentuk lebih jelas
terlihat jelas dengan mata. daripada tingkat I.
III Gonad berwarna kuning. secara Permukaan gonad bergerigi. Warna
morfologi telur mulai kelihatan butirnya semakin putih, gonad makin besar.
dengan mata. Dalam keadaan diawet gonad mudah
putus.
IV Gonad semakin besar, telur berwarna Seperti pada tingkat III, tampak lebih
kuning, mudah dipisahkan. Butir jelas. Gonad semakin pejal.
minyak tidak tampak. Ovari mengisi
setengah sampai dua pertiga rongga
perut, usus terdesak.
V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur Testis bagian belakang kempis dan di
sisa terdapat di dekat pelepasan. bagian dekat pelepasan masih berisi.
Banyak telur seperti pada tingkat II.

II.4. Lembar Kerja


Data yang dikumpulkan pada Percobaan II meliputi nomor ikan, panjang tubuh (L),
bobot tubuh (W), tingkat kematangan gonad (TKG), bobot gonad (Wg), dan indeks
kematangan gonad (IKG). Hasil pengukuran dan pengamatan tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam lembaran data pada Tabel 6. dan Tabel 7.
Tabel 6. Hasil pengukuran panjang tubuh, bobot tubuh, bobot gonad, tingkat
kematangan gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG) ikan
……………………………………………………….. jantan.
No L W TKG Bobot Gonad IKG (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Tabel 7. Hasil pengukuran panjang tubuh, bobot tubuh, bobot gonad, tingkat
kematangan gonad (TKG) dan indeks kematangan gonad (IKG) ikan
……………………………………………………….. betina.
No L W TKG Bobot Gonad IKG (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
II.6. Analisis Data
II.6.1. Nisbah Kelamin
Dalam Percobaan II, dihitung nisbah kelamin antara ikan jantan dan ikan betina pada
setiap tingkat kematangan gonad. Selanjutnya dimasukkan ke dalam Tabel 8. di bawah ini
untuk melihat perbandingan jumlah ikan jantan dan betina pada setiap TKG dan keseluruhan
(nisbah 1 : 1).

Tabel 8. Perbandingan ikan ………………………………………………….. jantan dan betina


pada setiap tingkat kematangan gonad (TKG)

TKG Jantan Betina Jumlah Nisbah


I
II
III
IV
V
Jumlah

Kesimpulan :

II.6.2. Ukuran Pertama Kali Matang Gonad


Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 6 dan Tabel 7 selanjutnya dibuat 10 – 20
kelas panjang dan kelas bobot. Pada setiap kelas panjang dan kelas bobot yang telah dibuat
tersebut, dicantumkan data setiap ekor ikan berdasarkan jenis kelamin dan TKG. Data
tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam Tabel 9 dan Tabel 10. Kelas ukuran ikan pertama
kali matang gonad dapat dilihat pada kelas ukuran dimana sekitar 50% ikan dalam kelompok
ukuran tersebut telah matang gonad (TKG III ke atas).
Tabel 9. Distribusi tingkat kematangan gonad ikan ……………………………………………
jantan dan betina berdasarkan ukuran panjang
Panjang Jantan Betina
tubuh (mm) I II III IV V ∑ I II III IV V ∑

Jumlah

Kisaran ukuran ikan jantan pertama kali matang gonad = ………………………………..


Kisaran ukuran ikan betina pertama kali matang gonad = ………………………………..

Tabel 10. Distribusi tingkat kematangan gonad ikan …………………………………………


jantan dan betina berdasarkan ukuran panjang
Bobot tubuh Jantan Betina
(g) I II III IV V ∑ I II III IV V ∑

Jumlah

Kisaran bobot tubuh ikan jantan pertama kali matang gonad = ………………………………..
Kisaran bobot tubuh ikan betina pertama kali matang gonad = ………………………………..
Tabel 11. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. jantan)
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
panjang kelas tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
𝒏𝒊 − 𝟏
(mm) (mm) kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)

Total (∑)

Tabel 12. Distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. betina)
Kelas Tengah Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
panjang kelas tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
𝒏𝒊 − 𝟏
(mm) (mm) kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)

Total (∑)
IKAN JANTAN
Panjang ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=

𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =

Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :

𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏

Jadi, batas atas sebesar :


antilog (………….. + ……………) = antilog ………………. = ………………….

sedangkan batas bawah sebesar :


antilog (………….. – ……………) = antilog ………………. = ………………….

Kesimpulan :
IKAN BETINA
Panjang ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=

𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =

Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :

𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏

Jadi, batas atas sebesar :


antilog (………….. + ……………) = antilog ………………. = ………………….

sedangkan batas bawah sebesar :


antilog (………….. – ……………) = antilog ………………. = ………………….

Kesimpulan :
Tabel 13. Distribusi frekuensi bobot dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. jantan)
Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
Kelas bobot Tengah
tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
(g) kelas (g) 𝒏𝒊 − 𝟏
kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)

Total (∑)

Tabel 14. Distribusi frekuensi bobot dan tingkat kematangan gonad serta perhitungan pendugaan rata-rata pertama kali ikan matang
gonad (Ikan …………………………………………………………. betina)
Logaritma Jumlah Jumlah Jumlah Proporsi 𝒑𝒊 𝒙 𝒒𝒊
Kelas bobot Tengah
tengah sampel ikan belum ikan ikan Xi+1 – Xi = X qi = 1 – pi
(g) kelas (g) 𝒏𝒊 − 𝟏
kelas (Xi) ikan (ni) matang matang (ri) matang (pi)

Total (∑)
IKAN JANTAN
Bobot ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=

𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =

Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :

𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏

Jadi, batas atas sebesar :


antilog (………….. + ……………) = antilog ………………. = ………………….

sedangkan batas bawah sebesar :


antilog (………….. – ……………) = antilog ………………. = ………………….

Kesimpulan :
IKAN BETINA
Bobot ikan pada waktu mencapai kematangan gonad yang pertama adalah :
𝑿
𝒎 = 𝒙𝒌 + − {𝑿𝚺𝒑𝒊 }
𝟐
𝒎=

𝑴 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 𝒎 = 𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 … … … … … … =

Kisaran batas atas dan bawah ikan pertama kali matang gonad :

𝒑 𝒊 − 𝒒𝒊
𝒂𝒏𝒕𝒊𝒍𝒐𝒈 [𝒎 ± 𝟏, 𝟗𝟔 √𝑿𝟐 𝚺 ( )]
𝒏𝒊 − 𝟏

Jadi, batas atas sebesar :


antilog (………….. + ……………) = antilog ………………. = ………………….

sedangkan batas bawah sebesar :


antilog (………….. – ……………) = antilog ………………. = ………………….

Kesimpulan :
II.6.3 Indeks Kematangan Gonad
Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel 6 dan Tabel 7, selanjutnya dibuat
kisaran nilai indeks kematangan gonad ikan jantan dan ikan betina pada setiap TKG
sebagaimana terlihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi indeks kematangan gonad (%) ikan ………………………………………


jantan dan betina berdasarkan tingkat kematangan gonad
Jantan Betina
TKG
Kisaran Rataan n Kisaran Rataan N
I
II
III
IV
V
Jumlah

Kesimpulan :
DAFTAR PUSTAKA

Andy Omar, S. Bin. 2009. Modul Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. UNHAS. Makassar.

Bayliff, W.H. 1965. Length-weight relationships of the anchoveta Cetengraulis mysticetus in


the Gulf of Panama. I-ATTC 10(3): 241-259.

Effendie, M.I. 2006. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Johnson, J.E. 1971. Maturity and fecundity of threadfin shad, Dorosoma petenense (Gunther)
in Central Arizona reservois. Trans. Am. Fish. Soc. 100(1): 74 – 85.

King, M. 1995. Fisheries Biology: Assessment and Management. Fishing News Book,
Blackwell Science Book. London.

Le Cren, E.D. 1951. The length-weight relationships and seasonal cycle in weight and
condition in the perch (Perca fluviatilis). J. Anim. Ecol. 20(2): 201-219.

Mauck, P.E. and R.C. Summerfelt. 1970. Length-weight relationships, age composition,
growth and condition factors of carp in Lake Blackwell. Proc. Okla. Acad. Sci.

Ramakrisnaih, M. 1972. Biology of Hilsa ilisha (Hamilton) from the Chika Lake with an account
on its racial status. Indian J. Fish. 19 (1&2): 35-63.

Spiegel, M.R. 1978. Theory and Problems of Statistic. Schaum’s Outline Series. McGraw-Hill
Book Company, New York.

Udupa, K.S. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes. Fishbyte
4(2): 8 – 10.

Vanichkul, P. and V. Hongskul. 1966. Length-weight relationships of chub mackerel


(Rasteliger spp.) in the Gulf of Thailand. Proc. Indo-Pacific Fish. Coun.11:20-33.

Anda mungkin juga menyukai