LP Fam
LP Fam
LAPORAN PENDAHULUAN
FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
A. Pengertian
Fibroadenoma Mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak
berkarakter tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak ditemukan pada wanita yang berusia
muda.
FAM adalah tumor jinak yang paling sering terjadi dikalangan wanita muda. Insiden FAM
bergerak naik terus sejak 30 tahun terakhir. Tumor ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia
menopause (Kumar, 2007). FAM adalah benjolan jinak yang disebabkan oleh pertumbuhan
berlebihan pada salah satu lobulus payudara (Pierce, 2007).
FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda. FAM teraba
sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol dan konsistensi kenyal. Tumor ini tidak melekat
pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk digerakkan. Biasanya FAM tidak disertai rasa
nyeri. Neoplasma jinak ini tidak lagi ditemukan pada masa menopause (Sjamsuhidajat, 2010).
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun.
Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk
oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus
fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari
seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan
menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa
enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan
menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan
pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.
3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden 0,5-2%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma
2
memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada
orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat
menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause
terjadi regresi.
B. Anatomi Fisiologi Payudara
1. Anatomi
Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2 atau ke 3 sampai ke
7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir sternum, akan tetapi tidak jarang sampai ke
m.latissium dorsi (Prawirohardjo, 2008).
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan
menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian
kecil seratus anterior dan oblique eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan
menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak (Nugroho,
2011). Setiap mammae terdiri dari 12-20 kelenjar lobules yang masing-masing mempunyai
saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi
rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat, 2004).
Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a. Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus)
3
b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla atau putting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu
(Nugroho, 2011) Menurut Pamungkas (2011), bentuk puting ada 4, yaitu :
1) Bentuk puting susu normal
2) Bentuk puting susu pendek
3) Bentuk puting susu panjang
4) Bentuk puting susu terbenam
2. Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen diketahui
merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-
lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial. Payudara mengalami tiga macam perubahan
yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain :
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai,
semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.
4
C. Etiologi
Etiologi dari fibroadenoma mammae menurut Price (2005), adalah pengaruh hormonal. Hal
ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada
kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan selam hamil. Fibroadenoma mammae ini
terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Namun ada yang dapat mempengaruhi
timbulnya tumor, antara lain: konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga
yang menderita kanker (Sarjadi, 2007).
D. Penyebab
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan
hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain:
1. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya FAM.
Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun, terutama terjadi pada
wanita dengan usia antara 15-25 tahun. Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen
Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan
bahwa rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang
usia 14-49 tahun.
2. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas
dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all (2011) di Iran
menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95%
2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak
menikah. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM
kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.
3. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada
kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting dalam
perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.
4. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap peningkatan
hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya adalah estrogen
merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center
5
(Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal merupakan faktor
risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui bahwa IMT > 30
kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita
dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita
dengan IMT < 30 kg/m2.
6. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun, riwayat
keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh beberapa peneliti
berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini.18 Dari beberapa penelitian
menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan
mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat
keluarga menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita
dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki riwayat penyakit
keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.
7. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan
meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang
mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76)
artinya orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM
dibandingkan dengan orang yang tidak stress.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2011), fibroadenoma tanda dan gejalanya sebagai berikut :
1. Fibroadenoma dapat multiple
2. Benjolan berdiameter 2-3 cm
3. Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan tidak menyebabkan pengerutan kulit
payudara.
4. Benjolan berlobus-lobus
5. Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata dan memiliki batas jelas.
6
F. Patofisiologi
Fibroadenoma biasa ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas
jelas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Pada gambaran histologist menunjukkan
stroma dengan poliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan struktur yang berbeda (Elizabeth, 2005).
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi selama siklus
menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa kehamilan dan
menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui.
Secara histologi menurut Sarjadi (2007) fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi:
1. Intracanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk dari pemecahan antara
stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel. Rongga mirip duktus atau kelenjar
dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh,
dimana sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur.
2. Pericanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau kista yang dilingkari oleh
jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Sebagian lainnya tertekan oleh poliferasi
ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah
atau struktur irregular mirip bintang.
7
Faktor predisposisi dan resiko tinggi terjadinya FAM (usia, genetik, pola makan, stres, pekerjaan)
Hiperplasi pada Mendesak Mendesak sel syaraf Mendesak pembuluh darah Pembedahan
sel mammae jaringan sekitar
Interupsi sel syaraf Aliran darah terhambat Diskontinuitas
jaringan
Mensuplai nutrisi Menekan jaringan
Pengeluaran transmitter hypoxia
ke jaringan tumor pada mammae
Luka terkontaminasi
Nyeri baktteri patogen
Hipermetabolis Peningkatan
ke jaringan konsistensi mammae Necrosa jaringan
Daya tahan tubuh
menurun
Suplai nutrisi ke Mammae
jaringan lain membengkak Ukuran mammae abnormal Bakteri patogen
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pamungkas (2011) Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan
beberapa cara, yaitu
1. Pemeriksaan fisik (phisycal examination)
Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi
pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobile atau
tidak, kenyal atau keras, dan lain-lain.
2. Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada payudara yang tidak
diketahui gejalanya (asimptomatik).
3. Duktografi
Adalah pencritaan mammografi, yang dapat memperlihatkan saluran air susu
yang ada, dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan atau kotoran dari
puting
4. Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan dilihat
di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel kanker .
Biopsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
a. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan
penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari
alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada
fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium
patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop (Pamungkas, 2011).
Menurut Taufan (2011) di bawah mikroskop tumor tersebut tampak
seperti berikut :
1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat
fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk
lobus-lobus
9
2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau
kolumnar pendek uniform
b. Core needle biopsy ( biopsi jarum inti )
Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang kecil dari area
yang tidak normal pada payudar dengan menggunakan jarum yang
sedikit lebih besar.
c. Biopsy stereotaktis
Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk melihat
gambar. Tekhnik ini dapat menemukan benjolan yang tidak teraba,
namun terlihat saat pemeriksaan mammogram.
d. Biopsy terbuka atau pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari benjolan
kemudian dilihat dengan mikroskop.
5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki resiko.
6. USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi adanya
ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada hasil pemeriksaan
mammografi.
H. Penatalaksanaan: Medis dan Keperawatan
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang
dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan
adalah bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan
beberapa faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi
10
tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka
diperlukan pengangkatan.
Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu
pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan
sehat disekitarnya Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak akan
merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut yang
akan digantikan jaringan normal secara perlahan.
Penatalaksanaan keperawatan:
1. Biodata umum
Nama. umur, tanggal lahir, tempat tinggal
2. Riwayat kesehatan
Riwayat gangguan penyakit yang di derita sebelumnya yang mendasari status
kesehatan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Gangguan penyakit kronis
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita (kanker dll).
5. Keluhan utama
Nyeri pada payudara.
6. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
11
7. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
8. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya
dalah kadar natrium serum (normal: 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal: 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
9. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
12
DIAGNOSA NOC
(00126) (1833) Pengetahuan: manajemen kanker
Defisiensi Banyak mengetahui tanda dan gejala kanker
Pengetahuan Banyak mengetahui penyebab dan faktor-faktor kanker
Pengetahuan langkah-langkah regimen pengobatan
Memperoleh sumber informasi kanker yang terpercaya
16
DIAGNOSA NOC
(00032) (0415) Status pernafasan
Frekuensi Nafas dalam kisaran normal
Ketidakefektifan
Irama Nafas dalam kisaran normal
pola nafas Kepatenan jalan nafas
Saturasi oksigen
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Tidak ada retraksi dinding dada
Tidak ada pernafasan bibir dengan mulut mengerucut
Tidak ada sianosis
Tidak ada dypsnea dengan aktivitas ringan
Tidak ada suara nafas tambahan
Tidak ada batuk
Tidak ada pernafasan cuping hidung
(0403) Status Pernafasan: Ventilasi
Tidak ada dypsnea saat istirahat maupun latihan
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
3. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
4. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam berputar dan batuk
5. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
6. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
adanya dan adanya suara nafas tambahan
7. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
8. Kelola nebuliser ultrasonik, sebagaimana mestinya
9. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
17
DIAGNOSA NOC
(00253) Resiko (0800) Termoregulasi
Hipotermia Merasa merinding saat dingin
Melaporkan kenyamanan suhu
Tidak terjadi penurunan suhu kulit
Hipotermia (tidak mengalami)
NIC
(3900) Pengaturan suhu
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai kebutuhan
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan adanya tanda gejala dari hipotermia
5. Informasikan mengenai indikasi asanya hipotermia dan penanganan emergensi
yang tepat, sesuai kebutuhan
6. Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau ,mengontrol mengigil
(3786) Perawatan hipotermia
1. Monitor suhu pasien menggunakan alat ukur dan rute yang paling tepat
2. Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
3. Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah
4. Dorong pasien yang mengalami hipotermia untuk mengkonsumsi cairan
hangat, tinggi karbohidrat tanpa alkohol dan kafein
5. Berikan pemanas pasif (selimut, penutup kepala dan pakaian hangat)
6. Monitor warna kulit dan suhu
18
DIAGNOSA NOC
(00132) Nyeri akut (1605) Kontrol nyeri
Mengenalai nyeri kapan terjadi
Menggambarkan faktor penyebab
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada
profesional kesehatan
Melaporkan nyeri yang terkontrol
Mengenali apa yangh terkait dengan gejala nyeri
(2102) Tingkat nyeri
Nyeri yang dilaporkan
Tidak ada ekspresi nyeri wajah
Tidak ada ketegangan otot
Tidak ada peningkatan frekuensi nafas
Denyut nadi apikal dalam kiran normal
Tidak ada peningkatan tekanan darah
NIC
(1030) Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset /durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Gunakan strategi komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan terhadap nyeri.
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri
dirasakan
7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
8. Pilih dan implementasikan tindakan beragam (farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi penuruan nyeri sesuai kebutuhan
9. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback, TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan antisipasif, terapi musik, terapi bermain, terapi aktifitas,
akuppressur, aplikasi panas/dinginndan pijatan sebelum dan sesudah jika
memungkinkan)
10. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
11. Dorong pasien untuk menggunakan oabt-obatan penurun nyeri yang adekuat
12. Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi
nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan
preventif terkait dengan manajemen nyeri.
(1100) pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri sebelum mengobati
19
pasien
2. Cek riwayat adanya alergi obat
3. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu
yang diberikan
4. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat memfasilitasi
penurunan nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian obat atau
perubahan internal yang dibutuhkan untuk rekomendasinkhusus berdasarkan
prinsip analgesik
6. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
DIAGNOSA NOC
(00004) (1924) Kontrol Resiko: Proses Infeksi
Resiko Dapat mengidentifikasi faktor resiko infeksi
infeksi Mengetahui perilaku yang berhubungan dengan resiko infeksi
Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
Memonitor perilaku diri yang berhubungan dengan resiko
infeksi
Mempertahankan lingkungan yang bersih
NIC
(6540) Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk pasien lain
2. Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
4. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
5. Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
7. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
8. Berikan antibiotik yang sesuai
9. Anjurkan pasien meminum antibiotik seperti yang diresepkan
DIAGNOSA NOC
(00044) (1101) Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa
Kerusakan Tidak terganggu suhu kulit, sensai, elastisitas, integritas kulit
integritas kulit Tidak ada lesi pada kulit
NIC
(3590) Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkai adanya kemerahan, kehangatan
ekstreme, edema, atau drainase
2. Amati warna, kehangatan bengkak, pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada
ekstremitas
3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko
20
DIAGNOSA NOC
Gangguan Body Gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Image Body image positif
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
Mempertahankan interaksi sosial
NIC
Body image enhancement
21
Daftar Pustaka
http://mydocumentku.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
fibro.html diakses tanggal 23 Mei 2017 pukul 13.00 wita
http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html diakses
tanggal 23 Mei 2017 pukul 13.00 wita
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 189-1.
Nurarif A, dan Kusuma H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & Nanda NIC NOC, Edisi Revisi jilid 1 & 2.
Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.