Anda di halaman 1dari 22

1

LAPORAN PENDAHULUAN
FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

A. Pengertian
Fibroadenoma Mammae atau sering disingkat dengan FAM adalah tumor jinak
berkarakter tidak nyeri dan dapat digerakkan yang banyak ditemukan pada wanita yang berusia
muda.
FAM adalah tumor jinak yang paling sering terjadi dikalangan wanita muda. Insiden FAM
bergerak naik terus sejak 30 tahun terakhir. Tumor ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia
menopause (Kumar, 2007). FAM adalah benjolan jinak yang disebabkan oleh pertumbuhan
berlebihan pada salah satu lobulus payudara (Pierce, 2007).
FAM merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda. FAM teraba
sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol dan konsistensi kenyal. Tumor ini tidak melekat
pada jaringan sekitarnya dan amat mudah untuk digerakkan. Biasanya FAM tidak disertai rasa
nyeri. Neoplasma jinak ini tidak lagi ditemukan pada masa menopause (Sjamsuhidajat, 2010).
Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
1. Common Fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma.33 Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun.
Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk
oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus
fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.
2. Giant Fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan
diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari
seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan
menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa
enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan
menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan
pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.
3. Juvenile Fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,33 dengan insiden 0,5-2%
dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma
2

memiliki lesi yang multiple atau bilateral.18 Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada
orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.
Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain
a. Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat
menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause
terjadi regresi.
B. Anatomi Fisiologi Payudara
1. Anatomi
Payudara adalah organ grandular yang terdapat pada kosta ke 2 atau ke 3 sampai ke
7, dan dari garis aksilla depan sampai pinggir sternum, akan tetapi tidak jarang sampai ke
m.latissium dorsi (Prawirohardjo, 2008).
Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan
menjadi superfisial dan profundus, yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian
kecil seratus anterior dan oblique eksterna. Payudara menjadi besar saat hamil dan
menyusui dan biasanya mengecil setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan stroma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak (Nugroho,
2011). Setiap mammae terdiri dari 12-20 kelenjar lobules yang masing-masing mempunyai
saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak.
Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang memberi
rangka untuk payudara (Sjamsuhidajat, 2004).
Menurut Pamungkas (2011), pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a. Korpus ( badan)
Korpus alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran
kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus)
3

b. Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla atau putting
Bagian yang menonjol yang dimasukan ke mulut bayi untuk aliran air susu
(Nugroho, 2011) Menurut Pamungkas (2011), bentuk puting ada 4, yaitu :
1) Bentuk puting susu normal
2) Bentuk puting susu pendek
3) Bentuk puting susu panjang
4) Bentuk puting susu terbenam
2. Fisiologi
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen diketahui
merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-
lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial. Payudara mengalami tiga macam perubahan
yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain :
a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah
menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid,
payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai,
semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi,
dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.
4

C. Etiologi
Etiologi dari fibroadenoma mammae menurut Price (2005), adalah pengaruh hormonal. Hal
ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada
kehamilan. Lesi membesar pada akhir daur haid dan selam hamil. Fibroadenoma mammae ini
terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Namun ada yang dapat mempengaruhi
timbulnya tumor, antara lain: konsituasi genetika dan juga adanya kecenderungan pada keluarga
yang menderita kanker (Sarjadi, 2007).
D. Penyebab
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan
hasil penelitian ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain:
1. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi terjadinya FAM.
Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda < 30 tahun, terutama terjadi pada
wanita dengan usia antara 15-25 tahun. Berdasarkan data dari penelitian di Depatemen
Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan
bahwa rata-rata umur pasien yang menderita fibroadenoma adalah 23 tahun dengan rentang
usia 14-49 tahun.
2. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia perkawinan, paritas
dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all (2011) di Iran
menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=6.64, CI 95%
2.56-16.31) artinya penderita FAM kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak
menikah. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun
meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.84, CI 95% 1.23-6.53) artinya penderita FAM
kemungkinan 2,84 kali adalah wanita yang menikah pada usia < 21 tahun.
3. Paritas dan Riwayat Menyusui Anak
Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM, terutama meningkat pada
kelompok wanita nullipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting dalam
perlindungan terhadap risiko kejadian FAM.
4. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap peningkatan
hormon estrogen.33 Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya adalah estrogen
merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian FAM. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health Sciences Center
5

(Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita FAM yang menggunakan kontrasepsi dengan
komponen utama estrogen adalah sekitar 60%.

5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal merupakan faktor
risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui bahwa IMT > 30
kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita
dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita
dengan IMT < 30 kg/m2.
6. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun, riwayat
keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh beberapa peneliti
berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini.18 Dari beberapa penelitian
menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan
mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat
keluarga menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita
dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki riwayat penyakit
keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.
7. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan
meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang
mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76)
artinya orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM
dibandingkan dengan orang yang tidak stress.
E. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2011), fibroadenoma tanda dan gejalanya sebagai berikut :
1. Fibroadenoma dapat multiple
2. Benjolan berdiameter 2-3 cm
3. Benjolan tidak menimbulkan reksi radang, mobile dan tidak menyebabkan pengerutan kulit
payudara.
4. Benjolan berlobus-lobus
5. Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata dan memiliki batas jelas.
6

F. Patofisiologi
Fibroadenoma biasa ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas
jelas, mudah digerakkan dari jaringan sekitarnya. Pada gambaran histologist menunjukkan
stroma dengan poliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan struktur yang berbeda (Elizabeth, 2005).
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi selama siklus
menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa kehamilan dan
menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui.
Secara histologi menurut Sarjadi (2007) fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi:
1. Intracanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk dari pemecahan antara
stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel. Rongga mirip duktus atau kelenjar
dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal jelas dan utuh,
dimana sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup teratur.
2. Pericanalicular fibroadenoma
Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau kista yang dilingkari oleh
jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Sebagian lainnya tertekan oleh poliferasi
ekstensif stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah
atau struktur irregular mirip bintang.
7

Pathway Fibroadenoma Mammae (FAM)

Faktor predisposisi dan resiko tinggi terjadinya FAM (usia, genetik, pola makan, stres, pekerjaan)

Gangguan produksi hormon esterogen

Kelemahan genetis sel-sel yang menyertai

Terbentuknya sel-sel neoplastik

Hiperplasi pada Mendesak Mendesak sel syaraf Mendesak pembuluh darah Pembedahan
sel mammae jaringan sekitar
Interupsi sel syaraf Aliran darah terhambat Diskontinuitas
jaringan
Mensuplai nutrisi Menekan jaringan
Pengeluaran transmitter hypoxia
ke jaringan tumor pada mammae
Luka terkontaminasi
Nyeri baktteri patogen
Hipermetabolis Peningkatan
ke jaringan konsistensi mammae Necrosa jaringan
Daya tahan tubuh
menurun
Suplai nutrisi ke Mammae
jaringan lain membengkak Ukuran mammae abnormal Bakteri patogen

Massa tumor mendesak Mammae asimetrik Kurang Infeksi


Berat badan
ke jaringan luar pengetahuan
Gangguan body
Nutirisi kurang dari Perfusi jaringan image Ancietas
kebutuhan tubuh terganggu
Infiltrasi pleuro parietale
Ulkus
Gangguan
Ekspansi paru menurun Gangguan kebutuhan integritas kulit
oksigenasi
8

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pamungkas (2011) Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan
beberapa cara, yaitu
1. Pemeriksaan fisik (phisycal examination)
Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi
pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobile atau
tidak, kenyal atau keras, dan lain-lain.
2. Mammografi
Adalah proses penyinaran dengan sinar x terhadap payudara. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit pada payudara yang tidak
diketahui gejalanya (asimptomatik).
3. Duktografi
Adalah pencritaan mammografi, yang dapat memperlihatkan saluran air susu
yang ada, dalam mendiagnosis penyebab keluarnya cairan atau kotoran dari
puting
4. Biopsi
Merupakan tindakan untuk mengambil contoh jaringan payudara dan dilihat
di bawah lensa mikroskop, guna mengetahui adakah sel kanker .
Biopsi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
a. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan
penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari
alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada
fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium
patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop (Pamungkas, 2011).
Menurut Taufan (2011) di bawah mikroskop tumor tersebut tampak
seperti berikut :
1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat
fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk
lobus-lobus
9

2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau
kolumnar pendek uniform
b. Core needle biopsy ( biopsi jarum inti )
Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang kecil dari area
yang tidak normal pada payudar dengan menggunakan jarum yang
sedikit lebih besar.
c. Biopsy stereotaktis
Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk melihat
gambar. Tekhnik ini dapat menemukan benjolan yang tidak teraba,
namun terlihat saat pemeriksaan mammogram.
d. Biopsy terbuka atau pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari benjolan
kemudian dilihat dengan mikroskop.
5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Pemeriksaan yang direkomendasikan pada wanita yang memiliki resiko.
6. USG payudara
Dikenal dengan beast ultrasound, digunakan untuk mengevaluasi adanya
ketidaknormalan pada payudara yang telah ditemukan pada hasil pemeriksaan
mammografi.
H. Penatalaksanaan: Medis dan Keperawatan
Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsi
Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang
dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan
adalah bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan
beberapa faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi
10

tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka
diperlukan pengangkatan.
Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu
pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan
sehat disekitarnya Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak akan
merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut yang
akan digantikan jaringan normal secara perlahan.
Penatalaksanaan keperawatan:
1. Biodata umum
Nama. umur, tanggal lahir, tempat tinggal
2. Riwayat kesehatan
Riwayat gangguan penyakit yang di derita sebelumnya yang mendasari status
kesehatan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Gangguan penyakit kronis
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pernah menderita (kanker dll).
5. Keluhan utama
Nyeri pada payudara.
6. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
11

7. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
8. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang
normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya
dalah kadar natrium serum (normal: 135 – 145 mmol/l), kadar kalium serum
(normal: 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-
obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan
baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oliguri/anuria,
insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu
perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
9. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
12

Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari


aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
10. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene
secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
I. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Pengkajian/Pengumpulan data
1. Identitas
Perlu dikaji nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, suku atau bangsa, tanggal MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang paling menonjol pada klien FAM adalah benjolan
pada payudara.
3. Riwayat penyakit sekarang
Yang perlu ditanyakan adalah hal-hal apa yang menyebabkan klien masuk
rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan antara lain apakah klien pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya atau pernah punya penyakit yang menular atau menurun
sebelumnya.
13

5. Riwayat penyakit keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang
sama, menular, kronis atau keturunan.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang dideritanya.
Biasanya klien dengan FAM akan mengalami gangguan persepsi diri.
b. Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada klien dengan FAM tidak mengalami gangguan kognitif
tapi pada pola sensori kadang mengalami nyeri tekan.
c. Pola reproduksi seksual
Pertumbuhan FAM akan cepat biasanya pada saat klien dalam masa
kehamilan dan laktasi atau menjelang menopouse akibat rangsangan
estrogen yang meninggi.
d. Pola nutrisi dan metabolism
Pada FAM tidak mengalami penurunan nafsu makan. Meskipun menu
berubah, misalnya makanan dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS.
Disesuaikan dengan penyakit dan diit klien
e. Pola eliminasi
Membagi kebiasaan eliminasi alvi dan uri meliputi jumlah, warna, pola
apakah ada gangguan.
f. Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan pada pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat post operasi.
g. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat dari
operasi sehingga kebutuhan klien perlu dibantu oleh perawat atau
keluarga.
h. Pola hubungan peran
Terjadinya perubahan peran yang dapat menggangu hubungan akibat
interpersonal
14

i. Pola penggulangan stress


Perlu di pertanyakan apakah membuat klien menjadi stress dan biasanya
malah di pendam sendiri atau di rundingkan dengan keluarga.
j. Pola persepsi dan tata laksanan hidup sehat
Pada FAM tidak mengalami perubahan atau gangguan personal hygiene
misal : kebiasaan mandi, gosok gigi, memcuci rambut, ganti pakaian,
BAK dan BAB
k. Pola tata nilai dan keperacayaan
Adanya kecemasan dan stress sehingga pertahanan dan klien meminta
perlindungan dan pendekatan diri kepada tuhan.
J. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul:
1. Cemas (ansietas)
2. Gangguan body image
3. Nyeri akut
4. kerusakan integritas kulit
5. Resiko infeksi
6. Ancietas
15

K. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa NOC
(00146) (1211)Tingkat kecemasan
Anxietas  Dapat beristirahat
 Tidak ada distres
 Tidak ada perasaan gelisah
 Tidak nampak wajah tegang
 Rasa takut yang disampaikam secara lisan (tidak ada)
 Rasa cemas yang disampaikan secara lisan (tidak ada)
 Tidak ada peningkatan tekanan darah
 Tidak terjadi gangguan tidur
NIC
Pengurangan Kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
4. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
5. Identifikasi pada saat perubahan tingkat kecemasan
6. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
8. Atur penggunaan obat-obat untuk mengurangi kecemasan secara tepat
9. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia (musik, meditasi, benafas dengan ritme, relaksasi otot progresif).
2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup.
5. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas
dalam
6. Gunakan suara yang lembut dengan irama lambat untuk setiap kata.
7. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.
8. Dorong klien untuk mengulang praktik teknim relaksasi jika memungkinkkan
9. Dorong pengulangan teknik praktik-praktik tertentu secara berkala
10. Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi dilakukan

DIAGNOSA NOC
(00126) (1833) Pengetahuan: manajemen kanker
Defisiensi Banyak mengetahui tanda dan gejala kanker
Pengetahuan Banyak mengetahui penyebab dan faktor-faktor kanker
Pengetahuan langkah-langkah regimen pengobatan
Memperoleh sumber informasi kanker yang terpercaya
16

Mengetahui tanda dan gejala komplikasi


Keyakinan kesehatan yang mempengaruhi kepatuhan
terhadap pengobatan
NIC
Pengajaran Proses Penyakit
1. Kaji pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofiologi penyakit dan bagaimana hubungan dengan anatomi dan
fisiologi, sesuai kebutuhan
3. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
4. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan
5. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
6. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan
7. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisinya, sesuai kebutuhan
8. Hindari memberikan harapan kosong

DIAGNOSA NOC
(00032) (0415) Status pernafasan
 Frekuensi Nafas dalam kisaran normal
Ketidakefektifan
 Irama Nafas dalam kisaran normal
pola nafas  Kepatenan jalan nafas
 Saturasi oksigen
 Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
 Tidak ada retraksi dinding dada
 Tidak ada pernafasan bibir dengan mulut mengerucut
 Tidak ada sianosis
 Tidak ada dypsnea dengan aktivitas ringan
 Tidak ada suara nafas tambahan
 Tidak ada batuk
 Tidak ada pernafasan cuping hidung
(0403) Status Pernafasan: Ventilasi
 Tidak ada dypsnea saat istirahat maupun latihan
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
3. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir
4. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam berputar dan batuk
5. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
6. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak
adanya dan adanya suara nafas tambahan
7. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
8. Kelola nebuliser ultrasonik, sebagaimana mestinya
9. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
17

10. Posisikan untuk meringankan sesak nafas


11. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
(3350) Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan oto bantuk nafas,
dan retraksi pada otot supraclavikulas dan intercosta
3. Monitor suara nafas tambahan seperti mengorok
4. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul,
pernafasan 1:1 apneustik respirasi biot, dan pola atactic)
5. Monitor saturasi oksigen
6. Auskultasi suara nafas setelah tindakan untuk dicatat
7. Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan kekurangan udara pada
pasien
8. Monitor keluhan sesak nafas, termasuk kegiatan yang meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas tersebut
9. Monitor hasil foto thoraks
10. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (nebulizer)

DIAGNOSA NOC
(00253) Resiko (0800) Termoregulasi
Hipotermia  Merasa merinding saat dingin
 Melaporkan kenyamanan suhu
 Tidak terjadi penurunan suhu kulit
 Hipotermia (tidak mengalami)
NIC
(3900) Pengaturan suhu
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai kebutuhan
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan adanya tanda gejala dari hipotermia
5. Informasikan mengenai indikasi asanya hipotermia dan penanganan emergensi
yang tepat, sesuai kebutuhan
6. Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau ,mengontrol mengigil
(3786) Perawatan hipotermia
1. Monitor suhu pasien menggunakan alat ukur dan rute yang paling tepat
2. Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
3. Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah
4. Dorong pasien yang mengalami hipotermia untuk mengkonsumsi cairan
hangat, tinggi karbohidrat tanpa alkohol dan kafein
5. Berikan pemanas pasif (selimut, penutup kepala dan pakaian hangat)
6. Monitor warna kulit dan suhu
18

DIAGNOSA NOC
(00132) Nyeri akut (1605) Kontrol nyeri
 Mengenalai nyeri kapan terjadi
 Menggambarkan faktor penyebab
 Menggunakan tindakan pencegahan
 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada
profesional kesehatan
 Melaporkan nyeri yang terkontrol
 Mengenali apa yangh terkait dengan gejala nyeri
(2102) Tingkat nyeri
 Nyeri yang dilaporkan
 Tidak ada ekspresi nyeri wajah
 Tidak ada ketegangan otot
 Tidak ada peningkatan frekuensi nafas
 Denyut nadi apikal dalam kiran normal
 Tidak ada peningkatan tekanan darah
NIC
(1030) Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset /durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Gunakan strategi komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan terhadap nyeri.
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat
nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri
dirasakan
7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
8. Pilih dan implementasikan tindakan beragam (farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi penuruan nyeri sesuai kebutuhan
9. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback, TENS, hypnosis,
relaksasi, bimbingan antisipasif, terapi musik, terapi bermain, terapi aktifitas,
akuppressur, aplikasi panas/dinginndan pijatan sebelum dan sesudah jika
memungkinkan)
10. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
11. Dorong pasien untuk menggunakan oabt-obatan penurun nyeri yang adekuat
12. Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi
nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan
preventif terkait dengan manajemen nyeri.
(1100) pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri sebelum mengobati
19

pasien
2. Cek riwayat adanya alergi obat
3. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu
yang diberikan
4. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat memfasilitasi
penurunan nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian obat atau
perubahan internal yang dibutuhkan untuk rekomendasinkhusus berdasarkan
prinsip analgesik
6. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit

DIAGNOSA NOC
(00004) (1924) Kontrol Resiko: Proses Infeksi
Resiko  Dapat mengidentifikasi faktor resiko infeksi
infeksi  Mengetahui perilaku yang berhubungan dengan resiko infeksi
 Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
 Memonitor perilaku diri yang berhubungan dengan resiko
infeksi
 Mempertahankan lingkungan yang bersih
NIC
(6540) Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk pasien lain
2. Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
4. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
5. Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
7. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
8. Berikan antibiotik yang sesuai
9. Anjurkan pasien meminum antibiotik seperti yang diresepkan

DIAGNOSA NOC
(00044) (1101) Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa
Kerusakan Tidak terganggu suhu kulit, sensai, elastisitas, integritas kulit
integritas kulit Tidak ada lesi pada kulit

NIC
(3590) Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkai adanya kemerahan, kehangatan
ekstreme, edema, atau drainase
2. Amati warna, kehangatan bengkak, pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada
ekstremitas
3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko
20

mengalami kerusakan kulit (burden scale)


4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan warna, memar,
merah, dan pecah
6. Monitor kulit adanya ruam dan lecet
7. Monitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan
8. Monitor sumber tekanan dan gesekan
9. Monitor infeksi terutama di daerah edema
10. Periksa pakaian yang terlalu ketat
11. Dukomentasi perubahan membran mukosa
12. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (melapisi
kasur, menjadwalkan reposisi)
(3520) Perawatan Luka Tekan
1. Catat karakteristik luka tekan setiap hari meliputi ukuran (panjang x lebar x
dalam), tingkatan luka (I-IV), lokasi eksudat, garnulasi atau jaringan nekrotik
dan epitelisasi
2. Monitor warnah suhu, oedema, kelembaban, dan kondisi area sekitar luka
3. Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses penyembuhan
4. Berikan pelembab yang hangat di sekitar luka untuk meningkatkan perfusi
darah dan suplai oksigen
5. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan air
6. Lakukan debdridemen jika diperlukan
7. Catat karakteristik cairan luka
8. Pasang balutan yang elastik pada luka jika memungkinkan
9. Berikan salep jika diperlukan
10. Lakukan pembalutan yang tepat
11. Berikan obat-obatn oral
12. Monitor tanda dan gejala infeksi di area luka
13. Ubah posisi setiap 1-2jam sekali untuk mencegah penekanan
14. Gunakan tempat tidur anti dicubitus
15. Yakinkan nutrisi yang adekuat
16. Monitor status nutrisi
17. Fasilitasi pasien dan keluarga dapat berkonsultasi dengan perawat ahli luka,
jika dibutuhkan

DIAGNOSA NOC
Gangguan Body Gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil:
Image  Body image positif
 Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
 Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
 Mempertahankan interaksi sosial

NIC
Body image enhancement
21

1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya


2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil
22

Daftar Pustaka

http://mydocumentku.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
fibro.html diakses tanggal 23 Mei 2017 pukul 13.00 wita
http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html diakses
tanggal 23 Mei 2017 pukul 13.00 wita
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 189-1.
Nurarif A, dan Kusuma H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & Nanda NIC NOC, Edisi Revisi jilid 1 & 2.
Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Anda mungkin juga menyukai