Anda di halaman 1dari 27

PERANAN HUKUM UMKM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

(Tugas Akhir Matakuliah Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi)

Disusun Oleh:
Resmaya Agnesia Mutiara Sirait 110120170004

Dosen:
Dr. H.Amiruddin Ahmad Dajaan Imami, S.H., M.H
Dr. Hj.Rustini Wiriaatmadja, S.H.,M.H
Dr. Maret Priyanta, S.H., M.H

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN tahun 2015-


2019 telah mencanangkan 9 (sembilan) agenda prioritas nasional atau NAWA
CITA yang salah satunya adalah keikutsertaan pembangunan bagi ekonomi
kreatif, Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM) merupakan
tiga bidang yang memiliki peran fundamental untuk mewujudkan agenda prioritas
nasional tersebut.
Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional melalui pengembangan ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan KUMKM.
Pelaku-pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah, termasuk pelaku usaha di
bidang ekonomi kreatif, menempati bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi
rakyat Indonesia. Penduduk muda Indonesia tersebut berpotensi menjadi
wirausaha dan tenaga kerja yang memiliki talenta kreatif dan mampu
menggerakkan dinamika ekonomi, sosial dan budaya baik di perkotaan maupun
perdesaan. Peluang tersebut ditunjang pula dengan masih banyaknya wilayah dan
kawasan yang memiliki potensi sumber daya yang besar namun belum
dikembangkan secara optimal.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama ini ternyata juga memberikan
dampak pelebaran kesenjangan rakyat, sehingga diperlukan kebijakan dan upaya
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta manfaatnya dapat
dinikmati rakyat secara lebih merata, adil dan inklusif sehingga dapat mengurangi
pengangguran dan kemiskinan, serta meningkatkan kesempatan berusaha bagi
rakyat. Langkah strategis yang perlu dilakukan adalah mengintegrasikan dan

1
memperkuat pengembangan kewirausahaan serta KUMKM dalam arus utama
pembangunan.
Program pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
sebagai salah satu instrument untuk menaikkan daya beli masyarakat, pada
akhirnya akan menjadi katup pengaman dari situasi krisis moneter. Pengembangan
UMKM menjadi sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional,
mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga
kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi
kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Dalam pengembangan UMKM,
langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh
Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pihak UMKM sendiri
sebagai pihak internal yang dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-
sama dengan Pemerintah. Karena potensi yang mereka miliki mampu menciptakan
kreatifitas usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.
Timbulnya permasalahan sangat berkaitan erat dengan keberadaan
pendamping atau fasilitator dalam mendampingi UMKM. Minimnya bimbingan
menjadikan UMKM sulit untuk berkembang dengan kata lain, kemajuan UMKM
sangat ditentukan oleh besar kecilnya peran pendamping di lapangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan UMKM dalam
pembangunan ekonomi di Indonesia dan bagaimana pelaksanaan UMKM Batik
Nderbolo Sragen menembus pasar masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Maka
dari itu penulis mengangkat judul makalah mengenai “PERANAN HUKUM
UMKM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI”

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka identifikasi masalah yan dapat
dikemukakan adalah;
1. Bagaimana peranan UMKM dalam Pembangunan ekonomi di Indonesia?

2
2. Bagaimana pelaksanaan UMKM Batik Nderbolo Sragen dalam menembus
pasar masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)?

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PERANAN HUKUM UMKM DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI

A. Tinjauan Umum Peranan Hukum


Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:
“Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
menjalankan suatu peranan”. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil
pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang
atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau
ukuran mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang mempunyai sebab dan akibat.
Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan
dilakukan oleh pemegang peranan tersebut.
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh
seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi.
Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku
tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Peran merupakan tindakan
atau perilaku dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam
status sosial, syarat peran mencakup 3 (tiga) hal, yaitu: 1
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat dimana seseorang itu didalam masyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga

1
Miftah Thoha, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo
Perkasa, Jakarta, 1997, hlm. 98

4
dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.
3. Peran adalah suatu yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Peran
merupakan suatu aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu
peranan tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa peran adalah suatu
sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseoraang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan
hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan lembaga
pemerintahan, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan
tugas dan wewenangnya sebagai lembaga pemerintahan.
Sedangkan pengertian hukum Menurut Hilian Seagle hukum dianggap
sebagai kucing hitam didalam karung ilmu hukum (the dark cat in bag of
jurisprudence), sedangkan pendapat Lawrence M. Friedman bahwa hukum
berada di awang – awang, tidak tampak dan tidak terasa bahkan biasanya
selembut udara dalam sentuhan normal (law is in atmosphere, invisible and
unfeltoften as light as air to the normal touch).2
Sumber hukum pada umumnya adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan aturan hukum serta tempat diketemukannya aturan hukum.
Sumber hukum bisa dilihat dari faktor – faktor yang mempengaruhinya atau
dilihat dari bentuknya. Sumber hukum yaitu sumber hukum materiil dan formil.3
Definisi umum dari hukum adalah perangkat asas dan kaidah – kaidah yang
mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat, baik yang merupakan

2
Ahmad Ali, dkk, Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2012, hlm 28
3
Marbun, S.F, Administrasi Negara Dan Upaya Administrasi Di Indonesia, FH.UII Press,
Yogyakarta, 2011, hlm 21

5
kekerabatan, kampung atau desa, atau suatu Negara yang dengan demikian
masyarakat mengatur kehidupannya menurut nilai – nilai yang sama–sama
mereka anut (Shared Values), karena mempunyai tujuan tertentu. Hukum
merupakan suatu sistem atau tatanan asas – asas dan kaidah – kaidah hukum yang
tidak lepas dari masalah keadilan, maka definisi hukum positif yang lengkap
adalah sistem atau tatanan hukum dan asas–asas berdasarkan keadilan yang
mengatur kehidupan manusia di dalam masyarakat.4

B. Tinjauan Umum Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang
berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan
undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, UMKM didefinisikan sebagai berikut:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

4
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Alumni, Cetakan
Pertama,Bandung, 2002, hlm 4-5

6
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UMKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki
jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja
5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20
sampai dengan 99 orang.5
Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
mendefinisikan UMKM sebagai usaha kecil yang memiliki aset di luar tanah dan
bangunan sama atau lebih kecil dari Rp 200 juta dengan omset tahunan hingga
Rp 1 miliar. Sedangkan pengertian usaha menengah ialah badan usaha resmi
yang memliki aset antara Rp 200 juta sd Rp 10 miliar. 6
Usaha mikro memiliki ciri-ciri antara lain;
a. Jenis barang atau komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti;
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat;
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun;
d. Sumber daya manusia ?(Pengusaha) belum memiliki jiwa woarusaha
yan memadai;
e. Tingkat pendidikan rata-rata relatis sangat rendah;

5
http://rendrarediantoni.wordpress.com/2013/05/14/definisi-usaha-mikro-kecil-
menengahumkm/ diakses tanggal 21 Juni 2018
6
FadhilahRamadhani, Yaenal Arifin, Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
Komunikasi Berbasis E-Commerce sebagai Media Pemasaran Usaha Kecil Menengah Guna
Meningkatkan Daya Saing dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015, dalam Jurnal
Economics Development Analisys Journal. Edaj 2 (2) (2013),hlm.136.

7
f. Umumnya elum akses kepada perbankan, namum sebgaian dari merekz
sudah askes lembaga non keuangan;
g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas termasuk
NPWP.
Usaha mikro juga merupakan suatu segmen pasar yang cukup potensial
untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasinya karena usaha
mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh
non mikro.
Secara umum usaha kecil memiliki karakteristik sebagai berikut:7
a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak
mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat
tinggi.
c. Modal terbatas.
d. Pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat
terbatas.
e. Kemampuan pemasaran dan negoisasi serta diversifikasi pasar sangat
terbatas.
f. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal rendah.
Dengan demikian, usaha kecil merupakan usaha mikro ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.8
Ciri-ciri usaha menengah menurut Inpres No. 10 tahun 1998, adalah;

7
Anoraga, Panji dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, PT.
Rineka Cipta Jakarta, 2002, hlm. 224.
8
Pasal 1 angka (2) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

8
a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang
jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian produksi.
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
c. Telah melakukan aturan atau pengolalaan dan organisasi perburuhan,
telah adanya jaminan social ketenagakerjaan, dan pemeliharaan
kesehatan.
d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan.
e. Telah sering bermitra dan memanfaatkan pendanaan yang ada di bank.
f. Sumber daya manusianya sudah lebih meningkat, banyak yang sudah
meraih kesarjanaannya sebagai manajer dan telah banyak yang memiliki
jiwa wirausaha yang cukup handal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Perkembangan UMKM dan Landasan Hukum


Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri
agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik
atau puncak menuju kesuksesan.Perkembangan usaha di lakukan oleh usaha yang
sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju

9
lagi.Menurut Purdi E. Chandra perkembangan usaha merupakan suatu keadaan
tejadinya peningkatan omset penjualan.9
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada hakekatnya
merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah pada mulanya tidak mengalami kemajuan yang
sangat berarti baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya dikarenakan kurang
mendapat perhatian serius dari pihak yang berwenang. Sejak terjadinya krisis
moneter pada tahun 1997/1998 dimana UMKM ternyata memiliki ketahanan
yang relatif baik ketimbang usaha besar maka perhatian pun langsung di tujukan
terhadap perkembangan umkm baik dari segi kualitas dan kuantitasnya10 dan
mulai menunjukkan peningkatan yang cukup berarti bagi perekonomian negara
di era pasca reformasi. Perkembangan UMKM ini tidak terlepas dari adanya
dukungan dari pihak pemerintah pusat maupun daerah terutama dari ayuran-
aturan yang dikeluarkan.
Adapun yang menjadi landasan hukum UMKM adalah sebagai berikut;11
a. Untuk usaha kecil industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995.
b. PP No. 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan.
c. PP No. 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil
d. Inpres No.10 Tahun 1999 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.
e. Keppres No. 127 Tahum 2001 Tentang Bidang/Jenis Usaha yang
Dicadangkan Untuk Usaha yang Terbuka untuk Usaha Menengah atau
Besar Dengan Syarat kemitraan.
f. Keppres No. 56 Tahun 2002 Tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil
dan Menengah.

9
Purdi E. Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta, 2000, hlm. 121.
10
http://karyatulisilmiah.com/perkembangan-umkm-di-indonesia/ diakses tanggal 21 Juni
2018
11
7 http://infoUMKM.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-
tentang-UMKM/ diakses tanggal 21 Juni 2016

10
g. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 Tentang program Kemitraan
badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina
lingkungan
h. Undang-Undang No.20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
i. Dan PP No. 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang
mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan UMKM dan koperasi, maka
kewajiban pemerintah adalah:
a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi dan
UMKM.
b. Meningkatkan dan memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi
koperasiyang berkualitas, tangguh dan mandiri.
c. Mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara
koperasi dengan badan usaha lainnya.
d. Membudayakan koperasi dalam masyarakat.
Sesuai dalam Pasal 63 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 dalam rangka
pemberian perlindungan koperasi dan UMKM pemerintah mengatur mekanisme
untuk;
a. Menetapkan nidang ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh
koperasi dan UMKM
b. Menetapkan bidang kegiatan ekonomi disuatu wilayah yang telah
berhasil disuahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan
hukum lainnya.
Di samping itu, bagi pelaku UMKM, pemerintah membuat pengaturan
tersendiri dalam kerangka memberikan klasifikasi sebagai koridor hukum yang
jelas dalam upaya pemberdayaan sektor UMKM tersebut yang secara konkrit

11
diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Adapun tujuan dari
pemberdayaan UMKM tersebut adalah;
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan
pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari
kemiskinan.
Sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen,
koperasi diharapkan berperan dalam meningkatkan posisi tawar dan efisiensi
ekonomi rakyat, sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar
melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Sementara itu,
UMKM berperan dalam memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
peningkatan pendapatan serta meningkatkan daya saing dan daya tahan ekonomi
nasional.

C. Teori Hukum Pembangunan Ekonomi


1. Pengertian Pembanguan Ekonomi
Sistem ekonomi di Indonesia adalah Sistem Ekonomi Pancasila yang lahir
dalam jantung bangsa yakni Pancasila dan UUD-45 beserta tafsirannya. Karena
itu, sistem ekonomi Pancasila bersumber langsung dari Pancasila khususnya sila
kelima, yaitu : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan amanat Pasal
27 ayat (2), Pasal 33-34 UUD-45 (Amandemen ke 4). Sila kelima ini menjelaskan
bahwa semua orientasi berbangsa dan bernegara, politik ekonomi, hukum, sosial

12
dan budaya, adalah dijiwai semangat keadilan menyeluruh dan diperuntukkan
bagi seluruh rakyat Indonesia.12
Dengan demikian, keberadaan sistem Ekonomi Pancasila sudah ada dengan
Pancasila sebagai landasan idiilnya dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusionalnya. Dalam pembangunan hukum nasional dibutuhkan kesamaan
pemahaman terhadap tujuan yang ingin dicapai, sehingga pembangunan hukum
yang dilakukan oleh berbagai pihak dapat bersinergi mencapai tujuan yang
disepakati secara nasional. Selanjutnya, pembinaan hukum nasional diarahkan
untuk mencapai tujuan terbentuk dan berfungsinya sistem hukum nasional,13
demikian pula yang terdapat dalam pengaturan hukum ekonomi khususnya yang
berkaitan dengan pengaturan semua kegiatan perekonomian di Indonesia. Dalam
pembangunan ekonomi akan sangat berpengaruh pada perkembangan Hukum
dan Perkembangan bidang ekonomi yang keduanya tidak akan berjalan dengan
maksimal tanpa dilandasi oleh Peraturan Perundangan-undangan yang baik.
Pengaturan hukum berkaitan erat dengan pembangunan pada umumnya dan
khususnya bagi pembangunan ekonomi.14
Di Indonesia konsepsi pembaharuan hukum yaitu hukum sebagai sarana
pembaharuan dalam pembangunan masyarakat (Mohtar Kusumaatmadja, yang
diilhami oleh konsep “law as a tool of social engineering” Roscoe Pound) telah
memberikan peran penting kepada hukum dalam pembangunan, khususnya
pembangunan ekonomi. Konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan dan
pembangunan masyarakat, hukum harus tampil di depan dan memberi arah

12
Dr. Zulfi Diane Zaini, Perspektif Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Di
Indonesia (Sebuah Pendekatan Filsafat), Jurnal Hukum, Vol XXVIII, No. 2, Desember 2012
13
Ady Kusnadi, Penelitian Hukum Sebagai Sarana Pembangunan Hukum Bisnis Dalam
Kerangka Sistem Hukum Nasional, (Pembangunan Hukum Bisnis Dalam Kerangka Sistem
Hukum Nasional), FH-UNPAD, 2008, hlm. 189
14
Djuhaendah Hasan, Fungsi Hukum Dalam Perkembangan Ekonomi Global, Bandung,
2008, hlm. 23

13
dalam pembaharuan dan pembangunan. Pembangunan hukum harus dapat
mengantisipasi pembangunan masyarakat
Pembangunan ekonomi menurut Baldwin diartikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan percapita penduduk suatu masyarakat meningkat
dalam jangka panjang. Dari definisi tersebut terdapat tiga unsur yaitu : (1)
Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus
menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri
untuk investasi baru; (2) usaha meningkatkan pendapatan per-kapita; dan (3)
Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang.15
Prof. Dr.Sumitro Djojohadikusumo menyatakan pembangunan ekonomi
ialah usaha memperbesar pendapatan per kapita dan menaikan produktivitas
perkapita dengan jalan menambahkan peralatan modal dan menambahkan
keahlian. Pembangunan mengandung arti perubahan structural sebab bermaksud
untuk memperluas dasar ekonomi dan memperluas lapangan kehidupan serta
mengandung kehendak merubah cara hidup, cara berpikir, cara menghadapi
persoalan untuk menempuh jalan-jalan baru yang dapat membawa kemajuan atau
mengandung kesadaran untuk mengubah jeadaan dalam menaikan tingkat
kehidupan, maupun dalam arti menepuh cara kehidupan baru. Dalam definisi
tersebut disebutkan bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
dalam pendapatan total dan pendapatan per kapita dnegan proses kenaikan dalam
pendapata total dan perndapatan perkapita dengan menghitung adanya
pertambahan penduduk disertai adanya perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi negara yang bersangkutan. 16
Dari definisi diatas disimpulkan bahwa dalam pertumbuhan ekonomi ukuran
keberhasilannya bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikkan dalam standar
kehidupan dan kesejehteraan umum masyarakat, sedangkan pembangunan

15
ibid
16
http://www.academia.edu/7449042/182004126-PEMBANGUNAN-EKONOMI-pdf
diaskes tanggal 27 Juni 2018

14
ekonomi bersifat kualitatof, bukan hanya pertambhan produksi tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi pada berbagai
sector perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan dan teknik. Dari
pengertian tersebut terkandung empat unsur penting pembangunan ekonomi,
yaitu:17
a. Pembangunan ekonomi mengandung suatu proses perubahan yang terus
menerus.
b. Pembangunan ekonomi mengakibatkan perubahan sosial.
c. Pembangunan ekonomi berupaya meningkatkan GNP per kapita.
d. Pembangunan ekonomi berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

2. Tujuan Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi selalu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Kegiatan pembangunan ekonomi
selalu dipandang sebagai bagian dari usaha pembangunan secara keseluruhan
yang dijalankan suatu masyarakat, tetapi kenyataannya pembangunan ekonomi
hanya meliputi suatu usaha masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
ekonominya dan mempertinggi pendapatan masyarakat, sedangkan keseluruhan
pembangunan itu meliputi juga usaha pembangunan sosial, politik dan budaya.
Adapun yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi menurut Todaro adalah
sebagai berikut: 18
a. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga
diri melalui pembangunan sistem dan kelembagaan sosial dan ekonomi
yang dapat mengembangka rasa harga diri dan rasa hormat terhadap
kemanusian.

17
ibid
18
Todaro, Michael P, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta, 1998, hlm 18

15
b. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa yaitu tingkat pendaptan dan
konsumsi pangan , pelayanan kesehataqn, pendidikan dan sebagainya
melalui proses pembanguan ekonomi.
c. Mengembangkan kebebasan untuk memilih dengan jalan memperluas
rangkaian kesempatan untuk memilih misalnya keanekaragaman jenis
barang konsumsi dan jasa yang tersedia.

16
BAB III

OBJEK PENELITIAN

Terdapat begitu banyak jenis UKM tersebar di wilayah Indonesia, salah


satunya adalah UKM Batik. Batik merpakan produk warisan budaya yang sangat
penting untuk dilestarikan dan dikembangkan. Menjadikan batik sebagai ikon
Indonesia mensyaratkan adanya penguatan batik sebagai warisan budaya
sekaligus penggalian potensi ekonominya sebagai industri. Nilai produksi batik
mencapai produksi batik mencapai Rp3,9 triliun pada tahun 2010, namun nilai
ekspor pada tahun tersebut hanya sebesar 69,24 juta dollar AS.

Sentra industri batik di Indonesia tersebar di beberapa wilayah, diantaranya:


Yogyakarta, Cirebon, Lampung, Riau, Samarinda, Surakarta, Sragen, Lasem dan
daerah lainnya. Sragen merupakan salah satu kabupaten yang menyumbang
komoditas batik terbesar di Solo Raya. Salah satu sentra kerajinan batik Sragen
adalah di wilayah Desa Pilang yang terletak di sebelah utara Kecamatan Masaran.
Nderbolo, salah satu UKM Batik di Desa Pilang yang dimiliki oleh Bapak
Ngadiyono.

Kondisi UKM Batik Nderbolo belum mencapai skala produksi yang


maksimal. Terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Nderbolo, yaitu:

a. Pembukuan belum tertata dengan baik dan teratur. Nderbolo tidak rutin
melakukan pencatatan setiap transaksi (pembelian faktor-faktor
produksi maupun dalam pemasaran produk).
b. Perhitungan biaya produksi berdasarkan perkiraan. Nderbolo belum
mencatat semua aset yang dimilikinya, seperti jumlah aset setiap jenis
produk.

17
c. Desain motif batik yang dimiliki dan diproduksi oleh Nderbolo masih
terbatas dan belum bervariatif. Nderbolo belum mengikuti tren desain
yang diminati oleh pasar, misalnya desain batik motif SBY atau desain
batik sepak bola.
d. Pemasaran Nderbolo masih bersifat konvensional, penjualan
berdasarkan titip jual dan cash. Nderbolo belum memanfaatkan
teknologi komputer sebagai sarana pemasaran produk. Akibatnya area
pemasaran sangat terbatas (lokal), yaitu Solo, Yogya, Temanggung, dan
Semarang.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Peranan UMKM Dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia


Dari perspektif dunia, diakui bahwa UMKM memainkan suatu peran yang
sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi juga di negara-negara maju
(NM). Menurut Aharoni UMKM di negara maju mencapai 99 persen dari jumlah
unit usaha dari semua kategori.
Di NSB seperti Asia, Afrika dan Amerika Latin, UMKM sangat penting
khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi
kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan
pembangunan ekonomi pedesaan.
Didalam literatur diakui secara luas bahwa di NSB, UMKM sangat penting
karena:
1. Jumlah perusahaan sangat banyak, terutama dari kategori usaha mikro
dan usaha kecil dibanding dengan usaha besar. Usaha mikro dan usaha
kecil banyak tersebar diseluruh pelosok pedesaan termasuk wilayah-
wilayah yang relatif terisolasi. Dalam kata lain, kemajuan pembangunan
ekonomi pedesaan sangat ditentukan oleh kemajuan pembangunan
UMKMnya.
2. Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan
UMKM dapat dimaksudkan sebagai suatu elemen penting dari
kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja
dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.
3. Tidak hanya mayoritas dari UMKM, terutama usaha mikro di NSB
berlokasi di pedesaan, kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok usaha
ini umumnya adalah pertanian. Oleh karena itu upaya pemerintah

19
mendukung UMKM sekaligus secara tak langsung mendukung
perkembangan dan pertumbuhan produksi di sektor pertanian.
4. UMKM memakai teknologi- teknologi yang lebih “cocok” ( jika
dibandingkan dengan teknologi-teknologi canggih yang umum dipakai
diperusahaan-perusahaan modern) terhadap proporsi-proporsi dari
faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang ada di negara sedang
berkembang, yakni SDA dan tenaga kerja berpendidikan rendah yang
berlimpah, tetapi modal serta modal SDM atau tenaga kerja
berpendidikan tinggi sangat terbatas.
5. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat, bahkan banyak UMKM bertahan
pada saat ekonomi Indonesia dilanda krisis besar pada tahun 1997/1998.
Oleh sebab itu kelompok usaha ini dianggap sebagai perusahaan-
perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi perkembangan
usaha lebih besar.
6. Walaupun pada umumnya masyarakat perdesaan miskin, tapi banyak
buktinya pengusaha –pengusaha UMKM membiayai sebagian besar
dari operasi-operasi bisnis mereka dengan tabungan pribadi, ditambah
dengan bantuan atau pinjaman dari saudara/ kerabat atau dari pemberi-
pemberi kredit informal, pedagang atau pengumpul.
7. Pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang konsumsi
sederhana dengan harga relatif murah, seperti pakaian jadi dengan
desain sederhana, mebel dari kayu, bambu dan rotan, dll. Barang-barang
ini memenuhi kebutuhan sehari-hari dari masyarakat miskin atau
berpendapatan rendah.

20
B. Pelaksanaan UMKM Batik Nderbolo Sragen dalam menembus pasar
masyarakat ekonomi ASEAN (MEA)

Dalam pelaksanaan UMKM di Indonesia yang sedang membuming saat ini


adalah produsen Batik. Salah satu UMKM Batik yang ada di Indonesia adalah
Batik Nderbolo Sragen. Untuk menembus pasar masyarakat ekonomi ASEAN
(MEA) dalam pelaksanaan UMKM Batik Nderbolo Sragen mengalami beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh UMKM Batik Nderbolo yang dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu;
1. masalah pembukuan (akuntansi),
2. Desain yang kurang variatif dan
3. Pemasaran yang masih tradisional. Faktor utama penyebab
permasalahan ini adalah kualitas SDM yang masih rendah. Solusi untuk
permasalahan ini tidak hanya dari pihak intern UMKM Batik Nderbolo
saja melainkan juga harus ada dukungan dari pihak luar terutama
pemerintah sebagai pemangku kebijakan.
Selama ini pembukuan yang dilakukan Nderbolo belum teratur dan belum
tertata rapi, tidak semua transaksi dibukukan, sehingga dalam menghitung biaya
produksi, aset, laba, dan sebagainya Nderbolo hanya mengandalkan perkiraan
saja. Faktor utama penyebab masalah ini adalah belum ada SDM yang handal
dalam hal pembukuan (akuntansi).
Untuk mengatasi masalah ini dengan mengadakan pelatihan kepada UMKM
Nderbolo terkait dengan pembukuan (akuntasi). Kegiatan pelayanan ini dapat
dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya. Seperti kegiatan
pengabdian pada masyarakat (P2M) yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau
mungkin melalui kebijakan pemerintah daerah.
Selain program pelatihan oleh pemerintah, pihak Nderbolo sendiri harus
memiliki komitmen kaitannya dengan pembukuan ini. Berdasarkan pengalaman,
biasanya program pelatihan hanya dilakukan selama kegiatan itu berlangsung

21
dan setelah program selesai, mereka juga tidak melakukannyan lagi. Maka dari
kesadaran dari pihak UMKM Batik Nderbolo juga harus dibangun sehingga
Nderbolo biasa mempunyai komitmen yang kuat untuk melakukan pembukuan
secara rutin dan rapi.
Desain yang diproduksi oleh UMKM Batik Nderbolo cenderung monoton
dan tidak mengikuti tren batik saat ini. Hal ini berakibat pada pangsa pasar
Nderbolo yang sulit memasuki kalangan remaja. Seharusnya selain desain yang
menunjukkan ciri khas daerah, misalnya desain tumurun, Nderbolo juga
memproduksi tren desain yang up to date, sehingga pangsa pasar Nderbolo bisa
semakin luas.
Faktor utama yang menyebabkan desain yang kurang variatif ini adalah
karena faktor SDM yang tidak mampu untuk mengembangkan desain. Selain itu,
Nderbolo cenderung takut untuk mencoba desain baru, karena takut kalau tidak
laku di pasar. Solusi dalam masalah ini adalah dengan mengadakan pelatihan
pengembangan desain untuk Nderbolo, sehingga SDM Nderbolo mampu
mengembangkan desain produknya. Selain itu, perlu juga diberikan pemahaman
bahwa pengembangan desain ini didasarkan pada selera pasar, sehingga tidak
perlu ada ketakutan kalau desain tersebut tidak laku di pasar. Sebagaimana pada
pelatihan pembukuan, pelatihan pengembangan desain ini bisa dilakukan oleh
pemerintah selaku pemangku kebijakan.
Dalam hal pemasaran, Nderbolo hanya mengandalkan pemasaran
konvensional, yaitu dengan titip jual maupun penjualan cash. Nderbolo belum
mampu menggunakan teknologi komputer dan internet untuk memasarkan
produknya. Padahal kalau melihat kondisi sekarang, dimana sudah banyak
perusahaan yang melakukan kegiatan pemasaran melalui internet, entah itu
sekedar menayangkan iklan, promosi, bahkan melakukan transaksi penjualan.
Dilihat dari kondisi UMKM Batik Nderbolo sendiri sebenarnya tidak sulit untuk
membangun jaringan internet di sana. Sudah ada jaringan telepon di UMKM
Nderbolo, sehingga Nderbolo tidak sulit bagi Nderbolo untuk membangun

22
jaringan internet, melalui wi-fi maupun LAN. Namun, lagi-lagi masalah utama
dalam UMKM Nderbolo adalah belum ada SDM yang kompeten dalam bidang
tersebut. Dalam hal ini peran pemerintah maupun swasta sangat diperlukan untuk
mengadakan sosialisasi tentang pemasaran melalui internet sekaligus pelatihan
penggunaan media internet untuk pemasaran produk (e-marketing). Tidak harus
dengan pembuatan website e-commerce yang memakan biaya besar, pelatihan e-
marketing bisa dilakukan dengan pembuatan blog yang tidak berbayar, ataupun
melalui jejaring sosial, sehingga bisa menekan biaya.

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau lazim kita kenal sebagai UMKM
mempunyai banyak peranan penting dalam perekonomian. Salah satu
peranannya yang paling krusial dalam pertumbuhan ekonomi adalah
menstimulus dinamisasi ekonomi. Karakternya yang fleksibel dan cakap
membuat UMKM dapat direkayasa untuk mengganti lingkungan bisnis
yang lebih baik daripada perusahaan-perusahaan besar. Dalam banyak
kasus, dari sejumlah UMKM yang baru pertama kali memasuki pasar, di
antaranya dapat menjadi besar karena kesuksesannya dalam beroperasi.
2. Dalam pelaksanaan UMKM Batik Nderbolo masih banyak perlu adanya
perhatian pemerintahan untuk menembus MEA menngingat bahwa
Indonesia mulai memunculkan diri pada masyarakat ekonomi ASEAN.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan, sebagai
berikut;
1. Pemerintah lebih lagi memperhatikan UMKM yang sudah ada di
Indonesia dengan begitu pemasukan untuk Negara Indonesia sendiri
dapat terbantu dnegan adanya UMKM. Selain itu juga pemerintah dapat
melakukan kegiatan kreatif seperti pembekalan kepada masyarakat
untuk lebih meneksplor diri dalam melakukan kegiatan UMKM.
2. Perlu adanya pembekalan terhadap SDM yang ada pada UMKM Batik
Nderbolo. Melihat beberapa masalah yang terjadi menganggu UMKM
ini untuk masuk ke pasar MEA.

24
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmad Ali, dkk, Menjelajah Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2012.
Anoraga, Panji dan Djoko Sudantoko, Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha
Kecil, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Djuhaendah Hasan, Fungsi Hukum Dalam Perkembangan Ekonomi Global,
Bandung, 2008.
Marbun, S.F, Administrasi Negara Dan Upaya Administrasi Di Indonesia,
FH.UII Press, Yogyakarta, 2011.
Miftah Thoha, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, PT. Raja
Grafindo Perkasa, Jakarta, 1997.
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan,
Alumni, Cetakan Pertama, Bandung, 2002.
Purdi E. Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, Grafika Indah, Yogyakarta, 2000

B. Jurnal
Ady Kusnadi, Penelitian Hukum Sebagai Sarana Pembangunan Hukum Bisnis
Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional, (Pembangunan Hukum Bisnis
Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional), FH-UNPAD, 2008.
Dr. Zulfi Diane Zaini, Perspektif Hukum Sebagai Landasan Pembangunan
Ekonomi Di Indonesia (Sebuah Pendekatan Filsafat), Jurnal Hukum, Vol
XXVIII, No. 2, Desember 2012.
Fadhilah Ramadhani, Yaenal Arifin, Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi
Informasi Komunikasi Berbasis E-Commerce sebagai Media Pemasaran
Usaha Kecil Menengah Guna Meningkatkan Daya Saing dalam
Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015, dalam Jurnal Economics
Development Analisys Journal. Edaj 2 (2) (2013

25
C. Website

http://rendrarediantoni.wordpress.com/2013/05/14/definisi-usaha-mikro-kecil-
menengahumkm/ diakses tanggal 21 Juni 2018

http://karyatulisilmiah.com/perkembangan-umkm-di-indonesia/ diakses tanggal


21 Juni 2018

http://infoUMKM.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-
tentang-UMKM/ diakses tanggal 21 Juni 2018

http://www.academia.edu/7449042/182004126-PEMBANGUNAN-
EKONOMI-pdf diaskes tanggal 27 Juni 2018

D. Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Pengkoperasian

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan


Menengah

26

Anda mungkin juga menyukai