A. DESKRIPSI PERKULIAHAN
Mata kuliah ini menjelaskan konsep dasar pratekan, analisis, dan merancang struktur beton
pratekan
B. TUJUAN PENGAJARAN
1. Mahasiswa memahami konsep dasar pratekan
2. Mahasiswa memahami konsep dasar analisis pratekan
3. Mahasiswa mampu menganalisis dalam perancangan balok pratekan sederhana
4. Mahasiswa mampu menggambar/merepresentasikan penulangan pratekan
5. Mahasiswa mampu merancang balok pratekan sederhana
C. METODA PEMBELAJARAN
Tatap muka, ceramah,diskusi dan tugas mandiri
D. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN
1. Nawy, E. G. (1996). Prestressed Concrete: A Foundamental Approach. (W. J. Hall,
Ed.) (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall.
2. SNI 2847, B. S. N. I. (2013). Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.
Jakarta: Manggala Wanabakti.
3. ACI Committee 318. (2008). Building Code Requirements for Structural Concrete
(ACI 318-08). Farmington Hills: American Concrete Institute.
4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor :
15/Se/M/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Beton Semen Pracetak-
Pratekan
5. Macgregor, J. G., & Wight, J. K. (2006). Reinforced Concrete Mechanics and Design
(4th ed.). Singapore: Prentice-Hall, Inc.
E. EVALUASI
Dalam penentuan nilai akhir beberapa hal yang dijadikan dasar pembobotan adalah
sebagai berikut:
1. Kehadiran 10% dari seluruh kegiatan tatap muka dan berpartisipasi aktif dalam
perkuliahan.
2. Tugas individu (40%);
3. Ujian Tengah Semester (UTS) 20%;
4. Ujian Akhir Semester (UAS) 30%.
F. TATA TERTIB
a. Mahasiswa wajib mengikuti minimal 75% dari acara perkuliahan
b. Mahasiswa wajib mengerjakan tugas dan wajib asistensi sesuai jadwal yang
ditentukan dosen pengampu.
c. Hasil tugas kecil dikumpulkan pada waktu yang ditentukan.
G. JADWAL PERKULIAHAN
MATERI :
B. Materi Belajar
Prinsip dasar beton pratekan telah diterapkan pada konstruksi berabad‐abad lalu. Tong kayu
tempat menyimpan cairan dengan tali atau pita logam diikatkan mengelilingi papan kayu yang
melengkung. Saat pita logam dikencangkan, pelat akan tertarik yang kemudian menekan kayu‐
kayu ke dalam sehingga mampu menahan tekanan cairan dari dalam. Jadi pita dan kayu sudah
mengalami tegangan sebelum dibebani.
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Konsep pratekan pada blok beton
dan tong kayu
Perkembangan lebih lanjut penerapan prinsip dasar beton pratekan dalam konstruksi, antara
lain: tahun 1886, P.H. Jackson, insinyur San Fransisco‐California, mendapatkan hak paten
untuk pengikatan batang baja pengikat ke batu buatan dan busur beton yang berfungsi sebagai
pelat lantai.
Tahun 1888, C.E.W. Doehring dari Jerman mendapatkan hak paten untuk beton yang diperkuat
dengan logam yang telah ditarik sebelum pelat dibebani. Prinsip yang dipakai, dengan menarik
baja dan menahannya ke beton akan membuat beton tertekan yang kemudian akan
mengimbangi tegangan tarik yang terjadi akibat beban.
Metode yang pertama dibuat hak paten tersebut tidak berhasil dengan sukses karena gaya tarik
pratekan yang rendah di dalam baja yang kemudian hilang akibat susut dan rangkak pada beton.
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Struktur pratekan dengan baja
tulangan biasa
Baja struktural biasa diberi gaya pratekan dengan tegangan kerja 124 MPa. Jika Es = 200 GPa,
maka perpanjangan baja tersebut:
Tahun 1908, C.R. Steiner dari USA mengusulkan untuk menarik kembali batang tulangan
setelah beton mengalami susut dan rangkak dengan maksud mengembalikan gaya pratekan
yang hilang.
Tahun 1925, R.E. Dill dari Nebraska mencoba menggunakan batang baja mutu tinggi yang
dilapisi untuk mencegah rekatan dengan beton. Setelah beton mengeras, batang‐batang baja
ditarik dan diangkurkan ke beton dengan menggunakan baut. Cara ini tidak banyak dipakai,
terutama karena alasan ekonomis.
Tahun 1928, E. Freyssinet dari Perancis mulai menggunakan baja mutu tinggi sebagai kabel
pratekan. Sejak pengenalan ini sehingga kemudian E. Freyssinet dianggap sangat berjasa dalam
perkembangan beton pratekan modern. Buah pemikiran E. Freyssinet: kabel dengan kekuatan
batas 1.725 MPa dan titik leleh lebih dari 1.240 MPa, diberi gaya pratekan sampai 1.000 MPa.
Gambar Error! No text of specified style in document..3 Struktur pratekan dengan baja
tulangan mutu tinggi
Anggapan: akibat rangkak dan susut beton terjadi kehilangan regangan sebesar 0,0008,
sehingga regangan sisa pada kabel adalah sebesar 0,0042 atau setara dengan tegangan sebesar:
Freyssinet juga mencoba metode pratarik dimana baja direkatkan ke beton tanpa pengangkuran
ujung. Namun, pemakaian praktis dari metode ini dikerjakan pertama kali oleh E. Hoyer dari
Jerman.
Sistem E. Hoyer terdiri dari penarikan kabel antara dua buah dinding penahan yang terpisah
beberapa ratus kaki, peletakan pengunci diantara dua unit, kemudian penuangan beton dan
pemotongan kabel setelah beton mengeras. Metode ini memungkinkan beberapa unit dicetak
sekaligus diantara dua dinding penahan.
Pemakaian beton pratekan secara meluas tidak begitu berkembang sampai ditemukan metode
yang dapat diandalkan dan ekonomis untuk penarikan dan pengangkuran ujung. Tahun 1939,
Freyssinet mengembangkan baji berbentuk kerucut sebagai angker ujung dan mendesain
dongkrak yang bekerja ganda, disamping untuk menarik kabel juga untuk menekan kerucut
jantan ke dalam kerucut betina untuk menjangkarkan kabel tersebut.
Tahun 1940, G. Magnel dari Belgia mengembangkan system Magnel, dimana dua buah kabel
ditarik pada saat yang bersamaan dan diangkurkan dengan memakai pasak baja yang sederhana
pada ujung‐ujungnya.
Selama PD II sampai dengan tahun 1945 terjadi kekurangan baja di Eropa, hal ini mendorong
pemakaian beton pratekan lebih meluas, karena kebutuhan baja untuk beton pratekan lebih
sedikit daripada beton bertulang biasa.
MODUL
MATERI :
B. Materi Belajar
Definisi Beton Pratekan menurut Komisi ACI yaitu Beton pratekan adalah beton yang
mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban eksternal sampai batas tertentu. Dalam arti
luas, beton pratekan juga termasuk keadaan (kasus) dimana tegangan‐tegangan yang
diakibatkan oleh regangan‐regangan internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada
konstruksi melengkung (busur). Tetapi secara umum, yang dimaksud beton pratekan adalah
seperti pengertian yang pertama sesuai Komisi ACI, dengan batasan penggunaan tulangan baja
yang ditarik (tendon).
Beton bertulang mengkombinasikan beton dan tulangan baja dengan membiarkan kedua
bahan bekerja bersama‐sama sesuai keinginannya. Sedangkan Beton pratekan
mengkombinasikan beton berkekuatan tinggi dan baja mutu tinggi dengan cara “aktif” yaitu
dengan cara menarik baja dan menahannya ke beton, jadi beton dalam keadaan tertekan.
Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku lebih baik dari kedua bahan. Baja adalah bahan yang
liat dan dibuat bekerja dengan kekuatan tarik tinggi oleh pratekan, sedangkan beton adalah
bahan yang getas dan kemampuan menahan tarikan diperbaiki dengan memberi tekanan tanpa
mengurangi kemampuan menahan tekanan. Sehingga terjadi kombinasi ideal dari dua bahan
yang berkekuatan tinggi.
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Bagan perkembangan bahan-bahan
struktural
Adapun hal-hal yang menjadi pembeda dari beton bertulang dengan beton pratekan secara
umum sebagai berikut:
a. Perbedaan utama adalah pemakaian bahan dengan kekuatan yang lebih tinggi untuk
beton pratekan.
b. Pemberian gaya pratekan dengan penarikan dimaksudkan untuk pemanfaatan seluruh
kekuatan baja mutu tinggi.
c. Dengan pengangkuran ke beton akan menghasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan sehingga retak pada beton dapat direduksi (dihilangkan).
d. Jadi seluruh penampang beton pratekan menjadi efektif, sedangkan pada beton
bertulang hanya sebagian dari penampang yang bermanfaat, yaitu penampang di atas
garis netral.
e. Pemakaian tendon melengkung akan membantu menahan sebagian gaya geser pada
komponen struktur.
f. Gaya pratekan pada beton akan mengurangi tegangan tarik utama dan menambah
kekuatan terhadap gaya geser.
g. Pemakaian beton mutu tinggi pada beton bertulang tidak ekonomis, tetapi sebuah
keharusan untuk beton pratekan. Pada beton bertulang, pemakaian beton mutu tinggi
menghasilkan penampang lebih kecil dengan tulangan lebih banyak sehingga desain
menjadi mahal. Pada beton pratekan, perpaduan dengan baja mutu tinggi menghasilkan
desain yang ekonomis. Beton yang lebih kuat juga diperlukan untuk menahan tegangan
yang besar pada pengangkuran.
Keuntungan dan kerugian beton pratekan jika dibandingkan dengan beton bertulang
dihubungkan dalam hal‐hal berikut:
MATERI :
B. Materi Belajar
Sistem Pratekan untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis (Basic Consept
Method)
Beton ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan memberikan
tekanan terlebih dahulu (pratekan) pada beton tersebut. Beton yang tidak kuat menahan tarik
dan kuat menahan tekan (umumnya dengan baja mutu tinggi yang ditarik sedemikian rupa)
sehingga beton yang getas dapat menahan tarik. Lahir kriteria “tidak ada tegangan tarik” pada
beton. Dengan tidak ada tegangan tarik, berarti tidak akan terjadi retak. sehingga beton bukan
bahan yang getas lagi tetapi berubah menjadi bahan yang elastis.
Dari pandangan tersebut, divisualisasikan beton mengalami dua sistem pembebanan yaitu gaya
internal pratekan dan beban eksternal. Tegangan tarik akibat beban eksternal dilawan oleh
tegangan tekan akibat gaya pratekan. Berarti juga, retak pada beton akibat beban ekternal
dicegah atau diperlambat dengan gaya pratekan yang dihasilkan oleh tendon. Dalam kondisi
tidak terjadi retak, tegangan‐tegangan, reganganregangan dan lendutan‐lendutan yang terjadi
pada beton akibat kedua sistem pembebanan tersebut dapat dipandang secara terpisah atau
bersama‐sama.
Gaya pratekan P yang memenuhi kondisi geometrid dan pembebanan tertentu pada elemen
yang ditetapkan dan ditentukan dari prinsip-prinsip mekanika dan hubungan tegangan –
regangan.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar Error! No text of specified style in document..5 Diagran tegangan pada balok persegi pada
tumpuan sederhana
Pada Gambar Error! No text of specified style in document..5 (a), gaya pratekan konsentrik (P)
terdistribusi dalam tegangan tekan pada penampang balok secara seragam dan mempunyai
besaran:
P
f ( Error! No text of
Ac
specified style in document.-1 )
Dimana Ac = b*h (luas penampang balok, b adalah lebar dan h adalah tinggi). Tanda negative
(-) untuk tekan dan positif untuk tarik (+). Momen tekuk tegambarkan pada sisi tarik dari
komponen struktur.
Jika beban luar bekerja pada balok secara tranversal dan menimbulkan momen (M) di tengan
bentang, maka tegangannya menjadi:
P Mc
ft ( Error! No text of
Ac I g
specified style in document.-2 )
dan
P Mc
fb ( Error! No text of
Ac I g
specified style in document.-3 )
Persamaan 2.3 menunjukan bahwa adanya tegangan tekan pratekan –P/A mengurangi
tegangan lentur tarik Mc/I sebesaryang dikehendaki di dalam desain. Mungkin hingga tarik
ilang sama sekali (bahkan sampai menjadi tekan), atau tarik masih ada sampai yang
diperkenankan dalam peraturan. Tegangan tekan di Persamaan (2.2) di serat atas balok akibat
pemberian pratekan dijumlahkan dengan tegangan akibat pembebanan –Mc/I, seperti pada
Gambar Error! No text of specified style in document..5 (b). Sehingga kapasitas tegangan tekan
balok untuk memikul beban luar akan jauh berkurang dengan pemberian gaya pratekan
konsentrik. Untuk menghindari keterbatasan ini, tendon pratekan diletakkan eksentrik di
bawah garis netral di tengah bentang, agar timbul tegangan tarik di serat atas akibat pratekan.
Pada Gambar Error! No text of specified style in document..5 (d) dan (d) jika tendon diletakkan
pada eksentrisitas e dari pusat berat beton (cgc) maka akan timbul momen Pe, dan tegangan di
tengah bentang menjadi :
P Pec Mc
ft ( Error! No text
Ac Ig Ig
of specified style in document.-4 )
dan
P Pec Mc
fb ( Error! No text
Ac Ig Ig
of specified style in document.-5 )
MODUL
MATERI :
METODE GARIS-TEKANAN-PUSAT (C-LINE METHOD)
A. Pengantar
Pada bab ini mahasiswa diperkenalkan tentang metode Garis-Tekanan-Pusat (C-Line
Method)
B. Materi Belajar
Sistem Pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton – C-Line Method
Konsep ini sama dengan konsep beton bertulang biasa, dimana mempertimbangkan beton
pratekan sebagai kombinasi dari baja dan beton. Baja menahan tarikan dan beton menahan
tekanan, sehingga kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal.
Perbedaannya, beton pratekan menggunakan baja mutu tinggi. Baja mutu tinggi dipakai
dengan jalan menariknya sebelum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Gambar Error! No text of specified style in document..6 (a) dan (b) menunjukkan kondisi
balok beton bertulang dan pratekan tanpa adanya beban luar. Gambar Error! No text of
specified style in document..6 (c) dan (d) adalah balok beton bertulang dan pratekan dengan
beban w1. Gambar Error! No text of specified style in document..6 (e) dan (f) balok beton
bertulang dan pratekan dengan beban merata w.
Jika baja mutu tinggi ditanamkan pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton di
sekitar baja akan mengalami retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan. Dengan
menarik dan menjangkarkan baja ke beton maka dihasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan pada kedua bahan. Dengan tercapainya tegangan dan regangan sesuai dengan yang
diinginkan maka kombinasi baja mutu tinggi dengan beton memungkinkan pemakaian yang
aman dan ekonomis dari kedua bahan (tidak terjadi jika baja ditanam langsung).
Gambar Error! No text of specified style in document..7 Retak pada beton bertulang dan
beton pratekan
Kondisi berbeda, telah digunakan baja berkekuatan sedang sebagai penulangan biasa non‐
pratekan. Baja secara khusus diberi ulir untuk meningkatkan rekatan (bond), dengan maksud
untuk mendistribusikan retak. Cara tersebut dilakukan untuk menghindari pengeluaran biaya
untuk peregangan dan pengangkuran baja mutu tinggi. Namun, cara ini tidak memberikan
hasil yang memuaskan dalam hal pemberian gaya pratekan pada beton dan dalam hal
pengontrolan lendutan.
Dari pengembangan konsep beton bertulang dengan mengikutsertakan baja mutu tinggi, dapat
dilihat beton pratekan tidak dapat membuat keajaiban diluar kemampuan kekuatan bahan itu
sendiri. Bagaimanapun desain dari beton pratekan untuk mendapat desain yang ekonomis,
prinsip “keharusan memikul momen eksternal dengan kopel internal” tetap digunakan. Prinsip
Kedua ini intinya “terjadi kopel di dalam penampang”. Kopel penahan internal disuplai oleh
baja yang menahan tarikan dan beton yang menahan tekanan. Konsep ini telah digunakan
untuk menentukan kekuatan batas balok beton pratekan dan juga dapat juga dipakai dalam
keadaan elastis. Pada akhirnya prinsip ini membantu melenyapkan bayangan akan
“kerumitan” desain beton pratekan.
Gambar Error! No text of specified style in document..8 free-body diagram untuk metode
C-line (garis tekanan pusat)
Diagram pada Gambar Error! No text of specified style in document..8 menjelaskan bahwa
garis-C atau garis tekanan pusat, memiliki jarak yang bervariasi dari garis-T. dimana momen
yang terjadi dinyatakan dengan:
M Ca Ta ( Error! No text of
specified style in document.-6 )
M
e' e ( Error! No text of
T
specified style in document.-8 )
C Ce' ct
ft ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-9 )
C Ce' cb
fb ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-10 )
Tetapi pada tendon, gaya T sama dengan gaya pratekan Pe, jadi
Pe Pe e' ct
ft ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-11 )
Pe Pe e' cb
fb ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-12 )
Pe e' ct
ft 1 2 ( Error! No text of
Ac r
specified style in document.-13 )
Pe e' cb
fb 1 2 ( Error! No text of
Ac r
specified style in document.-14 )
MODUL
MATERI :
B. Materi Belajar
Konsep ini menggunakan pratekan sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya‐gaya
pada sebuah batang dikembangkan oleh T. Y. Lin - Load Balancing Method. Pada desain
struktur beton, pengaruh dari pratekan dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri
sehingga batang yang mengalami lenturan seperti pelat (slab), balok dan gelegar (girder)
tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi. Hal ini
memungkinkan transformasi dari batang lentur menjadi batang yang mengalami tegangan
langsung. Hal ini menyederhanakan persoalan dalam desain dan analisis dari struktur yang
rumit. Penerapan dari konsep Metode Kesetimbangan Beban ini menganggap beton diambil
sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya‐gaya yang bekerja pada beton
sepanjang bentang.
(a) (b)
Gaya T adalah tarikan yang dialami tendon. Dengan mengacu pada persamaan parabola:
Ax2 + Bx + C =y
y=0 C=0
dy
0 B=0
dx
4a
y=a A ( Error! No text of
l2
specified style in document.-15 )
2 y
q T
x 2
Maka didapat :
4a 8Ta
q T 2
x2 2
l l ( Error! No text of
specified style in document.-16 )
Atau
ql 2
T
8a ( Error! No text of
specified style in document.-17 )
ql 2
Ta
8 ( Error! No text of
specified style in document.-18 )
Bila tendon yang digunakan adalah tendon lengkung, maka gaya pratekan disebut P,
kesetimbangan beban yang bekerja menjadi:
8 Pa
wb
l2 ( Error! No text of
specified style in document.-19 )
Hal diatas menjelaskan kedua persamaan beban tranversal yang sama besar dan berlawanan
arah wb saling meniadakan, dan tidak ada tegangan lentur yang ditimbulkan. Ini membuktikan
bahwa metode kesetimbangan beban (load-balancing) masuk akan karena selalu berlaku
bahwa T = C dan C harus meniadakan T agar =0 terpenuhi. Karena tidak ada lentur, maka
balok tetap lurus dan permukaan atas tidak cembung.
P' C
ft
A A ( Error! No text of
specified style in document.-20 )
P' C
fb
A A ( Error! No text of
specified style in document.-21 )
Tegangan ini adalah konstanta akibat dari gaya P’=P cos. Ketika beban yang bekerja
melebihin kesetimbangan beban wb sedemikian hingga menyebabkan beban tak imbang wub
bekerja, maka momen Mub = wub l2/8 terjadi di tengah bentang.
Sehingga tengangan pada tengah bentang akan menjadi:
P' M ub c
ft
Ac Ic ( Error! No text of
specified style in document.-22 )
P' M ub c
fb
Ac Ic ( Error! No text of
specified style in document.-23 )
P' M ub
ft t
Ac S ( Error! No text of
specified style in document.-24 )
P' M ub
fb
Ac Sb ( Error! No text of
specified style in document.-25 )
Gambar Error! No text of specified style in document..12 (a) tegangan pratekan, (b)
tegangan akibat beban (c) beban kesetimbangan dan (d) tegangan akhir superposisi.