Anda di halaman 1dari 33

MODUL PERKULIAHAN

KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2019
PENGANTAR PELAKSANAAN PERKULIAHAN
KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

SEMESTER VI/2 SKS


OLEH :

A. DESKRIPSI PERKULIAHAN
Mata kuliah ini menjelaskan konsep dasar pratekan, analisis, dan merancang struktur beton
pratekan

B. TUJUAN PENGAJARAN
1. Mahasiswa memahami konsep dasar pratekan
2. Mahasiswa memahami konsep dasar analisis pratekan
3. Mahasiswa mampu menganalisis dalam perancangan balok pratekan sederhana
4. Mahasiswa mampu menggambar/merepresentasikan penulangan pratekan
5. Mahasiswa mampu merancang balok pratekan sederhana

C. METODA PEMBELAJARAN
Tatap muka, ceramah,diskusi dan tugas mandiri

D. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN
1. Nawy, E. G. (1996). Prestressed Concrete: A Foundamental Approach. (W. J. Hall,
Ed.) (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall.
2. SNI 2847, B. S. N. I. (2013). Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.
Jakarta: Manggala Wanabakti.
3. ACI Committee 318. (2008). Building Code Requirements for Structural Concrete
(ACI 318-08). Farmington Hills: American Concrete Institute.
4. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor :
15/Se/M/2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Perkerasan Beton Semen Pracetak-
Pratekan
5. Macgregor, J. G., & Wight, J. K. (2006). Reinforced Concrete Mechanics and Design
(4th ed.). Singapore: Prentice-Hall, Inc.
E. EVALUASI
Dalam penentuan nilai akhir beberapa hal yang dijadikan dasar pembobotan adalah
sebagai berikut:
1. Kehadiran 10% dari seluruh kegiatan tatap muka dan berpartisipasi aktif dalam
perkuliahan.
2. Tugas individu (40%);
3. Ujian Tengah Semester (UTS) 20%;
4. Ujian Akhir Semester (UAS) 30%.

F. TATA TERTIB
a. Mahasiswa wajib mengikuti minimal 75% dari acara perkuliahan
b. Mahasiswa wajib mengerjakan tugas dan wajib asistensi sesuai jadwal yang
ditentukan dosen pengampu.
c. Hasil tugas kecil dikumpulkan pada waktu yang ditentukan.

G. JADWAL PERKULIAHAN

Minggu Capaian Materi Pokok/ Metode Pengalaman Alokasi Media/ Sumber


ke Pembelajar Rincian Materi Pembelajar Belajar Waktu
an an
I (1) 1. Pengantar Ceramah 1.1 Dapat 2x50 1. Edward G.
2. Konsep dasar memaha mnt Nawi, Beton
pratekan Diskusi mi Prategang:
konsep Suatu
dasar Pendekatan
pratekan Dasar, ed. III
II (1) 1. Perbandingan Ceramah 1.2 Dapat 2x50 jilid 1 dan 2
beton memaha mnt 2. T. Y. Lin,
bertulang Diskusi mi Desain
dengan beton perbedaa Struktur
Tugas Beton
pratekan Mandiri n konsep
2. Kelebihan dan beton Prategang, ed.
kekurangan bertulang III jilid 1 dan 2
3. SNI 2847-
beton pratekan dengan
2013, pasal 18
3. Jenis-jenis beton
konstruksi pratekan
dengan sistem
pratekan
III (1) 1. Beton mutu Ceramah 1.3 Memaha 2x50
tinggi mi mnt
2. Jenis-jenis Dsikusi material
baja / tendon penyusun
pratekan konstruks
i beton
pratekan

IV, V, (2) 1. Metode Ceramah 2.1 Memaha 4x2x50


VI, VII konsep dasar mi dan mnt
(Basic Diskusi mampu
Concept ) Tugas menganal
2. Metode pusat Mandiri isis balok
tekanan (C- pratekan
Line Method) dengan
3. Metode tiga
kesetimbangan konsep
gaya (Load- dasar
Balancing beton
Method) pratekan
VIII UTS Studi kasus 2x50
perhitungan mnt
balok
prategang
dengan
metode
analisis
pratekan
IX, X, XI (3),(5) 1. Desain Ceramah 3.1 Dapat 3x2x50
pendahuluan menganal mnt
2. Desain akhir Diskusi isis balok
3. Kehilangan pratekan
gaya pratekan sederhana
4. Pemeriksaan dalam
penampang proses
5. Momen plastis perancang
dan momen an
ultimit
6. Penampang
Komposit
XII, XIII (4) 1. Jenis dan Ceramah 4.1 Dapat 2x2x50
ukuran tendon menentuk mnt
pratekan Diskusi
an letak
2. Layout kabel Tugas dan
3. Jenis angkur Mandiri jumlah
dan pelat tulangan
ujung
pratekan
sesuai
4. Desain blok kebutuha
akhir n analisis
5. Tegangan
geser
XIV, XV (5) 4.2 Dapat 2x2x50
menggam mnt
bar balok
pratekan
sederhana
beserta
penampa
ng beton,
detail
penulang
an
pratekan,
dan
penganku
ran
XVI UAS Studi kasus 2x50
pemeriksaa mnt
n desain
balok
pratekan
sederhana
MODUL

MK KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

MATERI :

KONSEP DASAR PRAKTEKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2019
Pengantar
Pada bab ini diperkenalkan tentang konsep dasar praktekan

B. Materi Belajar
Prinsip dasar beton pratekan telah diterapkan pada konstruksi berabad‐abad lalu. Tong kayu
tempat menyimpan cairan dengan tali atau pita logam diikatkan mengelilingi papan kayu yang
melengkung. Saat pita logam dikencangkan, pelat akan tertarik yang kemudian menekan kayu‐
kayu ke dalam sehingga mampu menahan tekanan cairan dari dalam. Jadi pita dan kayu sudah
mengalami tegangan sebelum dibebani.

Gambar Error! No text of specified style in document..1 Konsep pratekan pada blok beton
dan tong kayu

Gambar Error! No text of specified style in document..1 mengilustrasikan, dengan cara


mendasar, aksi pemberian pratekan pada keduajenis sistem struktural dan respons tegangan
yang dihasilkan. pada bagian (a), blok-blok beton bekerja bersama sebagai sebuah balok akibat
pemberian gaya pratekan tekan P yang besar. Meskipun mungkin blok-blok tersebut tergelincir
dan dalam arah vertikal mensimulasikan kegagalan gelincir geser, pada kenyataannya tidak
demikian karena adanya gaya longitudinal P. Dengan cara sama, papan-papan kayu di dalam
bagian (c) kelihatannya dapat terpisah saru sama lain sebagai akibat dari adanya tekanan radial
internal yang bekerja padanya. Akan tetapi. sekali lagi. karena adanya pratekan tekan yang
diberikan oleh pita logam sebagai bentuk dari pemberian pratekan melingkar, papan-papan
tersebut tetap menyatu.

Perkembangan lebih lanjut penerapan prinsip dasar beton pratekan dalam konstruksi, antara
lain: tahun 1886, P.H. Jackson, insinyur San Fransisco‐California, mendapatkan hak paten
untuk pengikatan batang baja pengikat ke batu buatan dan busur beton yang berfungsi sebagai
pelat lantai.

Tahun 1888, C.E.W. Doehring dari Jerman mendapatkan hak paten untuk beton yang diperkuat
dengan logam yang telah ditarik sebelum pelat dibebani. Prinsip yang dipakai, dengan menarik
baja dan menahannya ke beton akan membuat beton tertekan yang kemudian akan
mengimbangi tegangan tarik yang terjadi akibat beban.

Metode yang pertama dibuat hak paten tersebut tidak berhasil dengan sukses karena gaya tarik
pratekan yang rendah di dalam baja yang kemudian hilang akibat susut dan rangkak pada beton.

Gambar Error! No text of specified style in document..2 Struktur pratekan dengan baja
tulangan biasa

Baja struktural biasa diberi gaya pratekan dengan tegangan kerja 124 MPa. Jika Es = 200 GPa,
maka perpanjangan baja tersebut:
Tahun 1908, C.R. Steiner dari USA mengusulkan untuk menarik kembali batang tulangan
setelah beton mengalami susut dan rangkak dengan maksud mengembalikan gaya pratekan
yang hilang.

Tahun 1925, R.E. Dill dari Nebraska mencoba menggunakan batang baja mutu tinggi yang
dilapisi untuk mencegah rekatan dengan beton. Setelah beton mengeras, batang‐batang baja
ditarik dan diangkurkan ke beton dengan menggunakan baut. Cara ini tidak banyak dipakai,
terutama karena alasan ekonomis.

Tahun 1928, E. Freyssinet dari Perancis mulai menggunakan baja mutu tinggi sebagai kabel
pratekan. Sejak pengenalan ini sehingga kemudian E. Freyssinet dianggap sangat berjasa dalam
perkembangan beton pratekan modern. Buah pemikiran E. Freyssinet: kabel dengan kekuatan
batas 1.725 MPa dan titik leleh lebih dari 1.240 MPa, diberi gaya pratekan sampai 1.000 MPa.

Gambar Error! No text of specified style in document..3 Struktur pratekan dengan baja
tulangan mutu tinggi

Regangan yang terjadi:

Anggapan: akibat rangkak dan susut beton terjadi kehilangan regangan sebesar 0,0008,
sehingga regangan sisa pada kabel adalah sebesar 0,0042 atau setara dengan tegangan sebesar:
Freyssinet juga mencoba metode pratarik dimana baja direkatkan ke beton tanpa pengangkuran
ujung. Namun, pemakaian praktis dari metode ini dikerjakan pertama kali oleh E. Hoyer dari
Jerman.

Sistem E. Hoyer terdiri dari penarikan kabel antara dua buah dinding penahan yang terpisah
beberapa ratus kaki, peletakan pengunci diantara dua unit, kemudian penuangan beton dan
pemotongan kabel setelah beton mengeras. Metode ini memungkinkan beberapa unit dicetak
sekaligus diantara dua dinding penahan.

Pemakaian beton pratekan secara meluas tidak begitu berkembang sampai ditemukan metode
yang dapat diandalkan dan ekonomis untuk penarikan dan pengangkuran ujung. Tahun 1939,
Freyssinet mengembangkan baji berbentuk kerucut sebagai angker ujung dan mendesain
dongkrak yang bekerja ganda, disamping untuk menarik kabel juga untuk menekan kerucut
jantan ke dalam kerucut betina untuk menjangkarkan kabel tersebut.

Tahun 1940, G. Magnel dari Belgia mengembangkan system Magnel, dimana dua buah kabel
ditarik pada saat yang bersamaan dan diangkurkan dengan memakai pasak baja yang sederhana
pada ujung‐ujungnya.

Selama PD II sampai dengan tahun 1945 terjadi kekurangan baja di Eropa, hal ini mendorong
pemakaian beton pratekan lebih meluas, karena kebutuhan baja untuk beton pratekan lebih
sedikit daripada beton bertulang biasa.
MODUL

MK KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

MATERI :

PERBANDINGAN BETON BERTULANG DENGAN BETON PRATEKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2019
A. Pengantar
Pada bab ini mahasiswa diperkenalkan tentang perbedaan beton bertulang dan beton
praktekan

B. Materi Belajar
Definisi Beton Pratekan menurut Komisi ACI yaitu Beton pratekan adalah beton yang
mengalami tegangan internal dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban eksternal sampai batas tertentu. Dalam arti
luas, beton pratekan juga termasuk keadaan (kasus) dimana tegangan‐tegangan yang
diakibatkan oleh regangan‐regangan internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada
konstruksi melengkung (busur). Tetapi secara umum, yang dimaksud beton pratekan adalah
seperti pengertian yang pertama sesuai Komisi ACI, dengan batasan penggunaan tulangan baja
yang ditarik (tendon).

Beton bertulang mengkombinasikan beton dan tulangan baja dengan membiarkan kedua
bahan bekerja bersama‐sama sesuai keinginannya. Sedangkan Beton pratekan
mengkombinasikan beton berkekuatan tinggi dan baja mutu tinggi dengan cara “aktif” yaitu
dengan cara menarik baja dan menahannya ke beton, jadi beton dalam keadaan tertekan.
Kombinasi aktif ini menghasilkan perilaku lebih baik dari kedua bahan. Baja adalah bahan yang
liat dan dibuat bekerja dengan kekuatan tarik tinggi oleh pratekan, sedangkan beton adalah
bahan yang getas dan kemampuan menahan tarikan diperbaiki dengan memberi tekanan tanpa
mengurangi kemampuan menahan tekanan. Sehingga terjadi kombinasi ideal dari dua bahan
yang berkekuatan tinggi.
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Bagan perkembangan bahan-bahan
struktural

Adapun hal-hal yang menjadi pembeda dari beton bertulang dengan beton pratekan secara
umum sebagai berikut:

a. Perbedaan utama adalah pemakaian bahan dengan kekuatan yang lebih tinggi untuk
beton pratekan.
b. Pemberian gaya pratekan dengan penarikan dimaksudkan untuk pemanfaatan seluruh
kekuatan baja mutu tinggi.
c. Dengan pengangkuran ke beton akan menghasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan sehingga retak pada beton dapat direduksi (dihilangkan).
d. Jadi seluruh penampang beton pratekan menjadi efektif, sedangkan pada beton
bertulang hanya sebagian dari penampang yang bermanfaat, yaitu penampang di atas
garis netral.
e. Pemakaian tendon melengkung akan membantu menahan sebagian gaya geser pada
komponen struktur.
f. Gaya pratekan pada beton akan mengurangi tegangan tarik utama dan menambah
kekuatan terhadap gaya geser.
g. Pemakaian beton mutu tinggi pada beton bertulang tidak ekonomis, tetapi sebuah
keharusan untuk beton pratekan. Pada beton bertulang, pemakaian beton mutu tinggi
menghasilkan penampang lebih kecil dengan tulangan lebih banyak sehingga desain
menjadi mahal. Pada beton pratekan, perpaduan dengan baja mutu tinggi menghasilkan
desain yang ekonomis. Beton yang lebih kuat juga diperlukan untuk menahan tegangan
yang besar pada pengangkuran.
Keuntungan dan kerugian beton pratekan jika dibandingkan dengan beton bertulang
dihubungkan dalam hal‐hal berikut:

a. Kemampun layanan (serviceability)


- Beton pratekan cocok untuk struktur bentang panjang dan memikul beban berat
- Struktur beton pratekan lebih ramping dan lebih dapat disesuaikan dengan segi
artistic
- Beton pratekan menghasilkan lebih banyak ruang bebas jika dibutuhkan
- Struktur beton pratekan tidak retak akibat beban kerja, dan retak apapun yang terjadi
akibat beban yang berlebihan akan tertutup kembali setelah beban dihilangkan
- Lendutan akibat beban mati dikurangi oleh pengaruh lendutan keatas akibat gaya
pratekan, hal ini menguntungkan untuk struktur seperti kantilever panjang.
- Lendutan akibat beban hidup juga lebih kecil karena keefektifan penampang beton
utuh, dimana momen inersianya dua hingga tiga kali penampang beton retak
- Karena berat lebih ringan, komponen struktur beton pratekan dapat dibuat beton
pracetak
- Untuk keadaan khusus dimana berat (massa) diutamakan (meskipun jarang dalam
praktek), maka kekurangan beton pratekan hanyalah kurang berat. Untuk kondisi ini
beton bertulang berfungsi lebih baik dan lebih murah
b. Keamanan (safety)
- Keamanan struktur beton pratekan sudah langsung dapat diketahui (diuji) begitu
menahan beban kerja. Gaya pratekan yang diberikan selama proses penarikan kabel
sudah sekaligus menguji bahan baja dan beton yang digunakan. Jika bahan sudah
mampu diberikan gaya pratekan berarti struktur beton pratekan tersebut sudah
memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban kerja.
- Beton pratekan mempunyai kemampuan menahan beban lebih tinggi dari beton
bertulang, melentur cukup besar sebelum batas runtuh sehingga memberi tanda yang
cukup sebelum roboh
- Dengan tebal selimut beton yang sama, ketahanan terhadap korosi lebih baik karena
dipakainya beton mutu tinggi dan tidak adanya retak
c. Ekonomi (economic)
- Untuk menahan beban yang sama, beton pratekan membutuhkan bahan‐bahan (baja
dan beton) yang lebih sedikit
- Penghematan dalam pemakaian sengkang karena gaya geser dalam beton pratekan
berkurang, hal ini disebabkan oleh pemakaian tendon yang melengkung dan gaya
pratekan meminimalkan tegangan tarik diagonal
- Berkurangnya berat struktur mengurangi luas penampang, dengan mengecilnya
beban mati akan menghasilkan penghematan bahan
- Pada komponen struktur pracetak, pengurangan berat akan menghemat biaya
penanganan dan pengangkutan
- Walau terdapat penghematan, tetapi pemakaian beton pratekan tidak dianjurkan
untuk semua kondisi (disesuaikan)
- Bahan yang kuat (mutu tinggi) harga satuannya lebih mahal
- Bahan‐bahan khusus seperti angkur, selubung kabel dan bahan grouting harganya
mahal
- Bentuk yang khusus dan rumit memerlukan cetakan dan pengerjaan yang rumit juga
- Desain perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan memerlukan tenaga lebih
berkualifikasi dengan honor lebih tinggi
- Desain pratekan akan lebih ekonomis jika unit yang sama diulang. Dijumpai beban
mati yang berat pada bentang panjang dan bersifat tipikal dan berulang
MODUL

MK KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

MATERI :

METODE KONSEP DASAR (BASIC CONCEPT METHOD)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2019
A. Pengantar
Pada bab ini mahasiswa diperkenalkan tentang metode konsep dasar (basic concept method)
beton praktekan

B. Materi Belajar
Sistem Pratekan untuk mengubah beton menjadi bahan yang elastis (Basic Consept
Method)
Beton ditransformasikan dari bahan yang getas menjadi bahan yang elastis dengan memberikan
tekanan terlebih dahulu (pratekan) pada beton tersebut. Beton yang tidak kuat menahan tarik
dan kuat menahan tekan (umumnya dengan baja mutu tinggi yang ditarik sedemikian rupa)
sehingga beton yang getas dapat menahan tarik. Lahir kriteria “tidak ada tegangan tarik” pada
beton. Dengan tidak ada tegangan tarik, berarti tidak akan terjadi retak. sehingga beton bukan
bahan yang getas lagi tetapi berubah menjadi bahan yang elastis.

Dari pandangan tersebut, divisualisasikan beton mengalami dua sistem pembebanan yaitu gaya
internal pratekan dan beban eksternal. Tegangan tarik akibat beban eksternal dilawan oleh
tegangan tekan akibat gaya pratekan. Berarti juga, retak pada beton akibat beban ekternal
dicegah atau diperlambat dengan gaya pratekan yang dihasilkan oleh tendon. Dalam kondisi
tidak terjadi retak, tegangan‐tegangan, reganganregangan dan lendutan‐lendutan yang terjadi
pada beton akibat kedua sistem pembebanan tersebut dapat dipandang secara terpisah atau
bersama‐sama.

Gaya pratekan P yang memenuhi kondisi geometrid dan pembebanan tertentu pada elemen
yang ditetapkan dan ditentukan dari prinsip-prinsip mekanika dan hubungan tegangan –
regangan.

(a)
(b)

(c)

(d)
Gambar Error! No text of specified style in document..5 Diagran tegangan pada balok persegi pada
tumpuan sederhana

Pada Gambar Error! No text of specified style in document..5 (a), gaya pratekan konsentrik (P)
terdistribusi dalam tegangan tekan pada penampang balok secara seragam dan mempunyai
besaran:
P
f  ( Error! No text of
Ac
specified style in document.-1 )

Dimana Ac = b*h (luas penampang balok, b adalah lebar dan h adalah tinggi). Tanda negative
(-) untuk tekan dan positif untuk tarik (+). Momen tekuk tegambarkan pada sisi tarik dari
komponen struktur.
Jika beban luar bekerja pada balok secara tranversal dan menimbulkan momen (M) di tengan
bentang, maka tegangannya menjadi:
P Mc
ft   ( Error! No text of
Ac I g
specified style in document.-2 )

dan
P Mc
fb    ( Error! No text of
Ac I g
specified style in document.-3 )

Dimana : ft = tegangan di serat atas

fb = tegangan di serat bawah

c = h/2 untuk penampang persegi panjang

Ig = momen inersia bruto penampang (bh3/12 dalam hal ini)

Persamaan 2.3 menunjukan bahwa adanya tegangan tekan pratekan –P/A mengurangi
tegangan lentur tarik Mc/I sebesaryang dikehendaki di dalam desain. Mungkin hingga tarik
ilang sama sekali (bahkan sampai menjadi tekan), atau tarik masih ada sampai yang
diperkenankan dalam peraturan. Tegangan tekan di Persamaan (2.2) di serat atas balok akibat
pemberian pratekan dijumlahkan dengan tegangan akibat pembebanan –Mc/I, seperti pada
Gambar Error! No text of specified style in document..5 (b). Sehingga kapasitas tegangan tekan
balok untuk memikul beban luar akan jauh berkurang dengan pemberian gaya pratekan
konsentrik. Untuk menghindari keterbatasan ini, tendon pratekan diletakkan eksentrik di
bawah garis netral di tengah bentang, agar timbul tegangan tarik di serat atas akibat pratekan.
Pada Gambar Error! No text of specified style in document..5 (d) dan (d) jika tendon diletakkan
pada eksentrisitas e dari pusat berat beton (cgc) maka akan timbul momen Pe, dan tegangan di
tengah bentang menjadi :

P Pec Mc
ft    ( Error! No text
Ac Ig Ig
of specified style in document.-4 )

dan

P Pec Mc
fb     ( Error! No text
Ac Ig Ig
of specified style in document.-5 )
MODUL

MK KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

MATERI :
METODE GARIS-TEKANAN-PUSAT (C-LINE METHOD)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2019

A. Pengantar
Pada bab ini mahasiswa diperkenalkan tentang metode Garis-Tekanan-Pusat (C-Line
Method)

B. Materi Belajar
Sistem Pratekan untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton – C-Line Method
Konsep ini sama dengan konsep beton bertulang biasa, dimana mempertimbangkan beton
pratekan sebagai kombinasi dari baja dan beton. Baja menahan tarikan dan beton menahan
tekanan, sehingga kedua bahan membentuk kopel penahan untuk melawan momen eksternal.
Perbedaannya, beton pratekan menggunakan baja mutu tinggi. Baja mutu tinggi dipakai
dengan jalan menariknya sebelum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya.

(a) (b)
(c) (d)

(e) (f)

Gambar Error! No text of specified style in document..6 Perbandingan free-body diagram


balok beton bertulangan biasa (kiri) dengan balok pratekan (kanan)

Gambar Error! No text of specified style in document..6 (a) dan (b) menunjukkan kondisi
balok beton bertulang dan pratekan tanpa adanya beban luar. Gambar Error! No text of
specified style in document..6 (c) dan (d) adalah balok beton bertulang dan pratekan dengan
beban w1. Gambar Error! No text of specified style in document..6 (e) dan (f) balok beton
bertulang dan pratekan dengan beban merata w.

Jika baja mutu tinggi ditanamkan pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton di
sekitar baja akan mengalami retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan. Dengan
menarik dan menjangkarkan baja ke beton maka dihasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan pada kedua bahan. Dengan tercapainya tegangan dan regangan sesuai dengan yang
diinginkan maka kombinasi baja mutu tinggi dengan beton memungkinkan pemakaian yang
aman dan ekonomis dari kedua bahan (tidak terjadi jika baja ditanam langsung).
Gambar Error! No text of specified style in document..7 Retak pada beton bertulang dan
beton pratekan

Kondisi berbeda, telah digunakan baja berkekuatan sedang sebagai penulangan biasa non‐
pratekan. Baja secara khusus diberi ulir untuk meningkatkan rekatan (bond), dengan maksud
untuk mendistribusikan retak. Cara tersebut dilakukan untuk menghindari pengeluaran biaya
untuk peregangan dan pengangkuran baja mutu tinggi. Namun, cara ini tidak memberikan
hasil yang memuaskan dalam hal pemberian gaya pratekan pada beton dan dalam hal
pengontrolan lendutan.

Dari pengembangan konsep beton bertulang dengan mengikutsertakan baja mutu tinggi, dapat
dilihat beton pratekan tidak dapat membuat keajaiban diluar kemampuan kekuatan bahan itu
sendiri. Bagaimanapun desain dari beton pratekan untuk mendapat desain yang ekonomis,
prinsip “keharusan memikul momen eksternal dengan kopel internal” tetap digunakan. Prinsip
Kedua ini intinya “terjadi kopel di dalam penampang”. Kopel penahan internal disuplai oleh
baja yang menahan tarikan dan beton yang menahan tekanan. Konsep ini telah digunakan
untuk menentukan kekuatan batas balok beton pratekan dan juga dapat juga dipakai dalam
keadaan elastis. Pada akhirnya prinsip ini membantu melenyapkan bayangan akan
“kerumitan” desain beton pratekan.

Gambar Error! No text of specified style in document..8 free-body diagram untuk metode
C-line (garis tekanan pusat)

Diagram pada Gambar Error! No text of specified style in document..8 menjelaskan bahwa
garis-C atau garis tekanan pusat, memiliki jarak yang bervariasi dari garis-T. dimana momen
yang terjadi dinyatakan dengan:

M  Ca  Ta ( Error! No text of
specified style in document.-6 )

Dan eksentrisitas e ditentukan terlebih dahulu, sehingga:


e'  a  e ( Error! No text of
specified style in document.-7 )

Dimana C=T, a = M/T, maka

M
e'  e ( Error! No text of
T
specified style in document.-8 )

Dari gambar diatas, didapatkan

C Ce' ct
ft   ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-9 )

C Ce' cb
fb    ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-10 )

Tetapi pada tendon, gaya T sama dengan gaya pratekan Pe, jadi

Pe Pe e' ct
ft   ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-11 )

Pe Pe e' cb
fb    ( Error! No text of
Ac Ic
specified style in document.-12 )

Dimana Ic = Acr2, maka persamaannya dapat ditulis menjadi

Pe  e' ct 
ft  1  2  ( Error! No text of
Ac  r 
specified style in document.-13 )

Pe  e' cb 
fb   1  2  ( Error! No text of
Ac  r 
specified style in document.-14 )
MODUL

MK KONSTRUKSI BETON PRAKTEKAN

MATERI :

METODE KESETIMBANGAN GAYA (LOAD-BALANCING METHOD)

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR


2019
A. Pengantar
Pada bab ini mahasiswa diperkenalkan Metode kesetimbangan gaya (Load-Balancing Method)

B. Materi Belajar

Metode Kesetimbangan Beban (Load Balancing Method)

Konsep ini menggunakan pratekan sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya‐gaya
pada sebuah batang dikembangkan oleh T. Y. Lin - Load Balancing Method. Pada desain
struktur beton, pengaruh dari pratekan dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri
sehingga batang yang mengalami lenturan seperti pelat (slab), balok dan gelegar (girder)
tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi. Hal ini
memungkinkan transformasi dari batang lentur menjadi batang yang mengalami tegangan
langsung. Hal ini menyederhanakan persoalan dalam desain dan analisis dari struktur yang
rumit. Penerapan dari konsep Metode Kesetimbangan Beban ini menganggap beton diambil
sebagai benda bebas dan menggantikan tendon dengan gaya‐gaya yang bekerja pada beton
sepanjang bentang.

total beban kerja, W total beban kerja, W

(a) (b)

Gambar Error! No text of specified style in document..9 Gaya-gaya kesetimbangan-beban.


(a) tendon bengkok (b) tendon lengkung

Gambar Error! No text of specified style in document..9 menunjukkan kesetimbangan gaya-


gaya dari balok pratekan dengan tendon bengkok dan lengkung. Reaksi kesetimbangan beban
R sama dengan komponen vertikal dari gaya pratekan P. Komponen horizontal P, sebagai
pendekatan pada balok longitudinal, diambil sama dengan gaya penuh P di dalam perhitungan
pada serat beton di tenga bentang dari balok perletakan sederhana.
Gambar Error! No text of specified style in document..10 Skema tendon yang dikerjakan
beban tranversal sebesar q

Gaya T adalah tarikan yang dialami tendon. Dengan mengacu pada persamaan parabola:

Ax2 + Bx + C =y

untuk tendon lengkung, kemudian dengan nilai x = 0, maka:

y=0 C=0

dy
0 B=0
dx

Dan untuk x=l/2, maka

4a
y=a A ( Error! No text of
l2
specified style in document.-15 )

dengan penyelesaian matematika, beban yang dikerjakan menjadi

2 y
q T
x 2

Maka didapat :

4a 8Ta
q T 2
x2  2
l l ( Error! No text of
specified style in document.-16 )

Atau

ql 2
T
8a ( Error! No text of
specified style in document.-17 )
ql 2
Ta 
8 ( Error! No text of
specified style in document.-18 )

Bila tendon yang digunakan adalah tendon lengkung, maka gaya pratekan disebut P,
kesetimbangan beban yang bekerja menjadi:

8 Pa
wb 
l2 ( Error! No text of
specified style in document.-19 )

Gambar Error! No text of specified style in document..11 Diagram kesetimbangan gaya

Hal diatas menjelaskan kedua persamaan beban tranversal yang sama besar dan berlawanan
arah wb saling meniadakan, dan tidak ada tegangan lentur yang ditimbulkan. Ini membuktikan
bahwa metode kesetimbangan beban (load-balancing) masuk akan karena selalu berlaku
bahwa T = C dan C harus meniadakan T agar =0 terpenuhi. Karena tidak ada lentur, maka
balok tetap lurus dan permukaan atas tidak cembung.

Tegangan serat beton pada seluruh tinggi penampang menjadi:

P' C
ft  
A A ( Error! No text of
specified style in document.-20 )

P' C
fb   
A A ( Error! No text of
specified style in document.-21 )

Tegangan ini adalah konstanta akibat dari gaya P’=P cos. Ketika beban yang bekerja
melebihin kesetimbangan beban wb sedemikian hingga menyebabkan beban tak imbang wub
bekerja, maka momen Mub = wub l2/8 terjadi di tengah bentang.
Sehingga tengangan pada tengah bentang akan menjadi:

P' M ub c
ft  
Ac Ic ( Error! No text of
specified style in document.-22 )

P' M ub c
fb   
Ac Ic ( Error! No text of
specified style in document.-23 )

Atau dapat ditulis menjadi

P' M ub
ft   t
Ac S ( Error! No text of
specified style in document.-24 )

P' M ub
fb   
Ac Sb ( Error! No text of
specified style in document.-25 )

Gambar Error! No text of specified style in document..12 Tegangan kesetimbangan-beban

Gambar Error! No text of specified style in document..12 (a) tegangan pratekan, (b)
tegangan akibat beban (c) beban kesetimbangan dan (d) tegangan akhir superposisi.

Anda mungkin juga menyukai