Anda di halaman 1dari 33

BETON PRATEGANG

PENDAHULUAN, PRINSIP DAN


METODA PRA-TEGANG
Modul ke:

01
Pokok Bahasan:
• Rancangan Pembelajaran
• Sejarah beton pra-tegang
• Konsep dasar Sistem Pra-tegang
Fakultas
• Teknik Prategang
FAKULTAS TEKNIK • Contoh-contoh struktur pra-tegang

Program Studi
Program Studi
Magister TEKNIK SIPIL
Resmi Bestari Muin
RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER

• Capaian Pembelajaran
• Deskripsi Singkat Materi Kuliah
• Pustaka
• Aturan Pembelajaran
• Sistem Penilaian
Capaian Pembelajaran
Mahasiswa yang berhasil menyelesaikan perkuliahan ini,
1. Mampu menjelaskan prinsip dan metoda prategang, bahan-bahan penyusun
beton Prategang serta filosofi perancangan beton Prategang
2. Mampu merancang balok beton prategang terhadap lentur, geser dan puntir
3. Mampu menjelaskan tentang lendutan pada struktur Prategang dan
pengendaliannya
4. Mampu menghitung kehilangan Prategang.
5. Mampu merancang balok komposit, balok menerus, pelat lantai, komponen
tarik dan komponen tekan.
6. Mampu menjelaskan tentang perancangan jembatan beton Prategang.
Pokok Bahasan

1. Prinsip dan metoda Prategang 6. Perhitungan kehilangan


2. Bahan Prategang: baja dan beton prategang
3. Filosofi perancangan struktur 7. Perancangan balok komposit,
beton Prategang balok menerus, dan plat lantai
4. Perancangan komponen (3xpertemuan)
Prategang terhadap lentur, geser, 8. Perancangan terhadap tarik
dan puntir (3x pertemuan) dan tekan (2x pertemuan)
5. Perhitungan lendutan dan 9. Perancangan jembatan beton
pengendaliannya
Prategang
Pustaka / Literatur
1. Naaman, A.E., 2004, “Prestressed Concrete Analysis and Design,
Fundamentals”, 2nd edition, Techno Press 3000
2. Lee, M. J., & Lee, K. (2012). Performance and Cost Effectiveness Analysis of
the Active External Post Tensioning System. Journal of Asian Architecture and
Building Engineering, 11(1), 139-146.
3. Lin, T. Y., Burns, N. H., 1981, “Design of Prestressed Concrete Structures”, 3rd
edition, John Wiley & Sons
4. Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2012, SNI 7833-2012, “Tata Cara
Perancangan Beton Pracetak dan Beton Prategang untuk Bangunan Gedung”,
BSN
5. Raju, N. K., 2007, “Prestressed Concrete”, 4th edition, Tata McGraw-Hill
6. Soetoyo, I. (2002). Konstruksi Beton Pratekan. Surabaya Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Institut Teknologi Sepuluh November.
Aturan Pembelajaran

• Kehadiran minimal 64% (absen maksimal 5 kali dikarenakan sakit/ ijin/ perjalanan
dinas dari kantor tetap dihitung sebagai ketidakhadiran) untuk regular 2 dan 71%
untuk kelas reguler 1 (absen maksimal 4 kali dikarenakan sakit/ ijin/ perjalanan dinas
dari kantor) .
• Kehadiran ditandai dengan keaktifan dalam forum di sistem perkuliahan Post UMB.

• Mahasiswa harus berpakaian sopan dan berperilaku sopan, dilarang berpakaian kaos
oblong pada saat tatap muka virtual.

• Segala bentuk alat komunikasi selama perkuliahan perkuliahan virtual berlangsung di


non aktifkan atau dibuat getar.
Sistem Penilaian
Kegiatan Proporsi (%)
Tugas dan Quiz 60%
UAS 40%
Jumlah 100%

Nilai Akhir Nilai Huruf Nilai Bobot


(NA) (NH) (NB) Predikat

85 – 100 A 4.00 Istimewa


80 – 84,99 A- 3.75 Cukup Istimewa
75 – 79,99 B+ 3.50 Sangat Baik
70 – 74,99 B 3.00 Baik
65 – 69,99 B- 2.75 Cukup Baik
60 – 64,99 C 2.00 Cukup
Aturan Tugas
1. Boleh kerja sama dalam membuat tugas, tapi jangan menyalin buta. Sesuaikan
jawaban dengan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing.
2. Tugas hanya dapat dikumpulkan melalui POST.
3. Tugas hanya dikumpulkan dalam bentuk .pdf dan excel sebagai pendukung.
Pengumpulan tugas dalam bentuk file lain, dianggap tidak ada.
4. Jika file tugas ukurannya besar, buat file .pdf yang isinya tautan untuk mengunduh
file-file tugas yang lengkap tersebut.
5. Tugas harus dikumpulkan sebelum tenggat waktu yang terlihat dalam POST.
Keterlambatan pengumpulan akan mengurangi nilai. Besarnya pengurangan adalah
10 per hari keterlambatan. Banyaknya hari keterlambatan ditentukan oleh POST.
Tugas yang terlambat lebih dari 7 (tujuh) hari tidak bisa dikumpulkan.
Konsep Dasar
1. Beton adalah material yang kuat menerima tekan, namun lemah terhadap
Tarik (kuat Tarik beton: 8-14% kuat tekan)
2. Sehingga beton lemah terhadap beban lentur dan akan mengalami retak
pada taraf pembebanan yang masih rendah.
3. Sehingga timbul ide untuk memberikan gaya tekan awal pada beton untuk
mengimbangi gaya Tarik pada beton akibat beban.
4. Gaya tekan awal ini selanjutnya disebut gaya prategang atau pra-tekan
(istilah prategang diberikan karena gaya prategang timbul dari kabel yang
diberi tegangan Tarik tertentu di awal).
5. Keberadaan gaya prategang ini menyebabkan struktur beton mampu
menerima beban lentur yang lebih besar.
Sejarah Perkembangan Beton Prategang
• Aplikasi pertama kali beton prategang diperkenalkan oleh P. H. Jackson,
engineer dari California. Tahun 1886 Jackson memperoleh paten untuk
idenya membuat konstruksi atap dan pelat yang terdiri dari segmen-segmen
blok beton yang diberi gaya prategang dari batang baja.
Sejarah Perkembangan Beton Prategang
• Tahun 1888, C. E. W. Doehring dari Jerman mematenkan ciptaan: beton
prategang menggunakan kabel metal. Namun tegangan kabel yang dihasil
masih rendah, karena bahan kabel yang digunakan dari baja bertegangan
rendah, dan kehilangan tegangan yang relative cukup tinggi akibat creep dan
susut dari beton. Sehingga gaya prategang berangsur-angsur berkurang dan
akhirnya hilang.
• G. R. Steiner, 1908 dari USA, mengusulkan untuk dilakukan penarikan ulang
untuk mengatasi masalah kehilangan gaya prategang ini.
• Periset lain: J. Mandl dan M. Koenen dari Jerman mengidentifikasi besaran
gaya prategang yang hilang.
Sejarah Perkembangan Beton Prategang
• Berdasarkan pengalaman membangun jembatan pelengkung pada tahun
1907 dan 1927, Eugene Freyssinet dari Perancis, orang yang pertama kali
menyadari dan memahami bahwa pentingnya masalah kehilangan prategang
dan menyarankan untuk menggunakan baja mutu tinggi dengan
perpanjangan yang besar.
• 1923 : Emperger, F., (Austria) mengembangkan metode prategang dengan
lilitan kabel baja mutu tinggi disekeliling pipa beton.
• 1924 : Hewett, W.H., (USA) memperkenalkan penggunaan prategang secara
melingkar horisontal pada sekeliling dinding tangki beton.
Sejarah Perkembangan Beton Prategang
• 1925 : Drill, R.H., (USA) menggunakan batang baja tanpa lekatan mutu tinggi
(high strength unbonded steel rods), dimana batang tersebut ditarik dan
diangkur setelah beton mengeras.
• 1926 : Freyssinet, E., (France) menggunakan baja mutu tinggi (kekuatan
ultimit = 1725 MPa dan tegangan leleh > 1240 MPa), pada tahun 1939
mengembangkan penjepit berbentuk kerucut (conical wedges) untuk angker
ujung dan dongkrak aksi ganda (double acting jack).
• 1938 : Hoyer, E., (Germany) mengembangkan metode prategang untuk
sistem garis panjang (long line).
• 1940 : Magnel, G., (Belgium) mengembangkan sistem anker untuk pasca
tarik dengan penjepit berbentuk datar (flat wedges).
Sejarah Perkembangan Beton Prategang
• Pada tahun 1940 diperkenalkan sistem prategang yang pertama dengan sebuah kabel
yang terdiri dari 12 kawat diangkur pada baji yang kokoh. Sistem ini masih digunakan
sampai sekarang.
• Sehingga mulai banyak dilakukan aplikasi-aplikasi beton prategang di Eropa yang cukup
dapat bersaing dengan struktur baja.
• Tahun 1949-1950 dibangun jembatan beton prategang pertama di Philadelphia (Walnut
Lane Beridge) denga bentang 47 m.
• Selain Freyssinet, banyak peneliti2 lain yang telah berkonstribusi dalam pengembangan
sistem beton prategang, antara lain: G. Magnel dari Belgia, Y. Guyon dari Perancis, P.
Abeles dari Inggris yang mengembangkan kosep prategang parsial.
• F. Leonhardt dari Jerman, V. V. Mikhailov dari Rusia mengembangkan metoda
keseimbangan beban (Load Balancing) yang cocok untuk sistem struktur statis tak tentu.
Teknik/Metoda prategang

Ada 2 macam teknik/metoda pemberian gaya prategang pada beton, yaitu:


1. Pratarik ( Pre-Tension Method ). Pada Metoda ini dilakukan penarikan baja
prategang terlebih dahulu sebelum beton dicor.
2. Pascatarik ( Post-Tension Method ). Pada metoda Pascatarik, beton dicor
lebih dahulu, dimana sebelum pengecoran telah disiapkan saluran kabel
atau tendon yang disebut duct.
Metoda Pra-Tarik (Pre-Tension Method)
Tahapan yang dilakukan pada metoda Pra-Tarik adalah
sbb:
• Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau
diberi gaya prategang kemudian diangker pada suatu
abutment tetap (gambar A ).
• Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan
landasan yang sudah disediakan sedemikian sehingga
melingkupi tendon yang sudah diberi gaya prategang
dan dibiarkan mengering (gambar B ).
• Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur
kuat untuk menerima gaya prategang, tendon
dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang
ditransfer ke beton ( gambar C ).
• Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok
beton tsb. akan melengkung keatas sebelum
menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja,
maka balok beton tsb. akan rata.
Metoda Pasca-Tarik (Post-Tension Method)
Tahapan yang dilakukan pada metoda Pasca-Tarik adalah sbb:

• Tahap 1 : Dengan cetakan ( formwork ) yang telah disediakan lengkap


dengan saluran/selongsong kabel prategang (tendon duct) yang
dipasang melengkung sesuai bidang momen balok, beton dicor
(gambar A ).

• Tahap 2 : Setelah beton cukup umur dan kuat memikul gaya prategang,
tendon atau kabel prategang dimasukkan dalam selongsong ( tendon
duct), kemudian ditarik untuk mendapatkan gaya prategang. Methode
pemberian gaya prategang ini, salah satu ujung kabel diangker,
kemudian ujung lainnya ditarik ( ditarik dari satu sisi ). Ada pula yang
ditarik dikedua sisinya dan diangker secara bersamaan. Setelah
diangkur, kemudian saluran di grouting melalui lubang yang telah
disediakan. ( Gambar B ).

• Tahap 3 : Setelah diangkur, balok beton menjadi tertekan, jadi gaya


prategang telah ditransfer kebeton. Karena tendon dipasang
melengkung, maka akibat gaya prategang tendon memberikan beban
merata kebalok yang arahnya keatas, akibatnya balok melengkung
keatas ( gambar C ).
Sistem Prategang Internal Sistem Prategang External
Ditinjau dari Segi Letak Kabel
• Sistem Prategang External
• Sistem Prategang Internal
Konsep Dasar prategang

Ada 3 alternative konsep dasar yang dapat dipakai untuk menjelaskan


dan menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang:
1. Konsep pertama, sistem prategang untuk mengubah beton yang getas
menjadi bahan yang elastis.
2. Konsep kedua, sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi
dengan beton tinggi.
3. Konsep ketiga, sistem prategang digunakan untuk mencapai
keseimbangan beban.
Konsep Dasar Prategang Pertama
• Sistem prategang/pra-tekan untuk mengubah beton yang getas menjadi
bahan yang elastis. Konsep ini adalah sebagaimana konsep awal yang
ditawarkan Freyssinet.
• Dengan memberikan tekanan terlebih dahulu (pra-tekan), maka dapat
diatur bahwa tidak akan terjadi tegangan Tarik pada beton, sehingga
kemampuan beton menerima tekan dapat dikerahkan sepanjang
penampang, dan tidak ada retak pada beton, serta struktur dapat dianalisa
dengan konsep elastis, karena bahan beton masih berperilaku elastis.
Konsep Dasar Prategang Pertama
• Konsep sistem ini dapat diilustrikan seperti gambar berikut
• Untuk kasus pada gambar (struktur melendut ke bawah), sehingga berlaku ketentuan :

a. Tegangan maks pada serat atas

b. Tegangan maks pada serat bawah


Konsep Dasar Prategang Pertama
• Ilustrasi lain konsep pertama, tendon diletakkan di bawah garis netral.
• Untuk kasus pada gambar (struktur melendut ke bawah) berlaku berlaku ketentuan :

a. Tegangan maks pada serat atas

b. Tegangan maks pada serat bawah


Konsep Dasar Prategang Kedua

• Sistem prategang/pratekan: sistem prategang untuk kombinasi baja


mutu tinggi dengan beton mutu tinggi.
• Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu
beton prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja
prategang dan beton, dimana beton menahan betan tekan dan baja
prategang menahan beban tarik.
Konsep Dasar prategang Kedua
Konsep dasar ke 2 ini dapat diilustrikan seperti gambar ini

• Pada beton prategang (A), baja mutu tinggi ditarik


terlebih dahulu, sebelum kekuatannya dimanfaatkan
sepenuhnya sehingga akan terjadi gaya T pada baja
yang membentuk suatu kopel momen dengan gaya
tekan pada beton C untuk melawan momen akibat
beban luar.
• Sedangkan pada beton bertulang biasa, besi
penulangan menahan gaya tarik T akibat beban luar,
yang juga membentuk kopel momen dengan gaya
tekan pada beton C untuk melawan momen luar akibat
beban luar.
Konsep Dasar prategang Kedua

• Untuk beban luar tertentu yang sama, pada


beton bertulang biasa akan terjadi retak dan
lendutan besar, sedangkan pada sistem beton
prategang konsep ke 2 ini, tidak terjadi retak
dan lendutan kecil.
• Hal ini terjadi karena perencana dapat
mengatur besaran gaya prategang yang
dibutuhkan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi retak pada beton setelah dibebani.
Konsep Dasar prategang Ketiga
sistem prategang digunakan untuk mencapai keseimbangan beban

• prategang digunakan sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan


gaya-gaya pada suatu balok.
• Pada design struktur beton prategang, pengaruh dari prategang
dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga batang yang
mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami
tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.
Konsep Dasar prategang Ketiga
Konsep dasar ke 3 ini dapat diilustrikan seperti gambar ini
• Suatu balok beton diatas dua perletakan
(simple beam) yang diberi gaya prategang F
melalui suatu kabel prategang dengan
lintasan parabola. Akan terjadi gaya
prategang yang terdistribusi secara merata
(seolah-olah timbul beban merata) kearah
atas, yang dapat dinyatakan sbg :
Contoh-contoh Struktur Prategang

Jembatan
Pelat lantai gedung
Contoh-contoh Struktur Prategang

Anjungan lepas pantai


Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai