Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan menciptakan rancangan benda cetak untuk tujuan komunikasi grafis


telah dilakukan di daratan Cina dan di Eropa lama sebelum abad ke 15. Waktu
yang persis tidak ada seorangpun yang yakin, namun contoh-contoh cetakan kuno
yang digarap dengan indah cukup banyak ditemukan.
Menciptakan hasil cetak yang indah dan komunikatif ternyata sudah menjadi
budaya yang punya sejarah panjang. Pekerjaan yang dilakukan para seniman dan
artisan pada waktu itu antara lain meliputi persiapan teknik dan artistik untuk
memperbanyak gambar dan huruf yang berbentuk poster, pamflet, uang, kartu,
buku, dokumen berharga dan benda cetak lain. Teknik yang dipakai telah
berkembang dari teknik cetak paling primitif, yaitu cukil kayu (wood cut) dan
kemudian disempurnakan dengan ukir kayu (wood engraving), ukir tembaga, etsa,
litho, cetak saring dan offset.
Setiap penemuan teknik memberi keleluasaan pada seniman untuk
mengekspresikan gagasannya secara maksimal. Pada waktu itu, hubungan antara
pekerjaan seni (visual) dengan teknik (cetak) terjadi dalam satu bengkel atau gilda
cetak yang akrab.
Pada era modernisasi seperti sekaran ini, dunia periklanan mengalami
kemajuaan yang sangat pesat, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan billing
atau dana iklan yang dialami biro–biro iklan. Sebagaimana yang kita ketahui
bahwa peranan periklanan sangat penting sekali terutama untuk memasarkan serta
mengenalkan barang dan jasa dari suatu perusahaan supaya dikenal oleh
masyarakat luas. Hampir tidak ada satupun perusahaan atau jenis usaha yang tidak
membutuhkan periklanan. Sebut saja contoh paling sederhana adalah pedagang
kaki lima, dimana minimalnya membutuhkan sebuah banner atau spanduk untuk
memperkenalkan barang dagangannya kepada masyarakat.
Uraian di atas menggambarkan betapa pentingnya peningkatan sumber daya
manusia (SDM) di bidang industri kreatif. Dewasa ini kemampuan mengolah dan
menguasai Informasi dan Telekomunikasi (IT) menjadi elemen penting untuk

1
memacu manusia agar dapat memproduksi, mengolah, mendistribusikan berbagai
informasi kepada masyarakat luas.
Disisi lain, kemajuaan periklanan ini tidaklah berarti bila tidak di ikuti dengan
keterampilan (skill) terutama tenaga creative (pencipta ide/ konseptor),
kemampuan dalam cepatnya suatu informasi yang tidak akan terbentuk secara
tiba-tiba melainkan harus melalui suatu tahapan-tahapan tertentu. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk mencapai tujuan akademik yaitu mengembangankan
kemampuan dalam membentuk tenaga professional yang nantinya akan bergerak
sebagai praktisi periklanan untuk yang nantinya siap menghadapi dunia kerja
periklanan secara nyata. Salah satu upaya tersebut adalah dengan adanya program
pendidikan non-formal seperti lembaga kursus dan pelatihan.
Pada negara yang sedang berkembang, pendidikan non formal berperan untuk
mendidik begitu banyak petani, pekerja, usahawan kecil dan lainnya yang tidak
sempat bersekolah dan mungkin tidak memiliki keterampilan maupun
pengetahuan yang dapat diamalkan bagi dirinya sendiri maupun bagi
pembangunan bangsanya. Peran lainnya adalah untuk meningkatkan kemampuan
dari orang-orang yang memiliki kualifikasi seperti contohnya guru dan lainnya
untuk bekerja di sektor swasta dan pemerintah, agar mereka bekerja lebih efektif.
Seperti yang kita ketahui, pendidikan desain grafis periklanan umumnya
diajarkan pada bangku perkuliahan. Indonesia sendiri sudah memiliki satu studi
kusus yang membahas hal ini, sebut saja keilmuan Desain Komunikasi Visual
(DKV), misalnya. Namun, untuk mempelajari bidang keilmuan ini tentu banyak
biaya yang harus dikeluarkan. Masyarakat kelas menengah kebawah sudah pasti
tidak dapat menempuh jalur pendidikan ini. Dalam hal ini lembaga kursus dan
pelatihan berperan guna membuka kesempatan kepada masyarakat untuk
mempelajari desain grafis periklanan.
Salah satu lembagai pendidikan kursus dan pelatihan di Provinsi Aceh adalah
LKP London Boy. Sebagai lembaga pendidikan non-formal, LKP London Boy
memiliki keinginan untuk dapat melahirkan spesialis-spesialis, yang dapat
menguasai teknologi informasi dan telekomunikasi, khususnya di bidang desain
grafis periklanan.

2
B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah maka permasalahan yang dihadapi


adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah metode “Just Do It!” bisa digunakan sebagai strategi


mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya?
2. Bagaimanakah hasil dari penerapan metode “Just Do It!” sebagai strategi
dalam mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya?
3. Kendala apa sajakah yang dihadapi dari penerapan metode “Just Do It!”
di LKP London Boy Aceh Barat Daya?
4. Faktor pendukung apa sajakah yang menunjang dalam penerapan metode
“Just Do It!” sebagai strategi dalam mengajar di LKP London Boy Aceh
Barat Daya?
5. Bagaimanakah tindak lanjut penerapan metode “Just Do It!” sebagai
strategi dalam mendongeng di LKP London Boy Aceh Barat Daya?

C. Tujuan

Tujuan penulisan karya nyata ini adalah untuk mendapatkan jawaban


terhadap rumusan masalah diatas, yaitu:

1. Mendeskripsikan metode Just Do It! Sebagai strategi dalam mendongeng


di LKP London Boy Aceh Barat Daya.
2. Mendeskripsikan hasil penerapan metode Just Do It! Sebagai strategi
dalam mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya.
3. Menjelaskan kendala yang dihadapi dalam penerapan metode Just Do It!
sebagai strategi mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya.
4. Menjelaskan faktor pendukung dalam penerapan metode Just Do It!
sebagai strategi dalam mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya.
5. Mendeskripsikan tindak lanjut penerapan metode Just Do It! dalam
mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya.

3
D. Strategi Pemecahan Masalah

Dari persoalan diatas, dipakailah metode Just Do It!sebagai strategi dalam


mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya. Just Do It yaitu suatu metode
yang digunakan dalam mengajar. Cara kerjanya, para siswa diminta untuk
berimajinasi, membayangkan “seolah-olah” mereka sedang berwirausaha, setelah
itu mereka dituntut untuk dapat mengiklankan usahanya tersebut, membuat media
promosi sendiri (self branding,), dan para siswa juga diajarkan sedikit materi
marketing dengan membuat beberapa sampel banner dan poster.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prosedur Kegiatan

Penerapan metode Just Do It! pada LKP London Boy Aceh Barat Daya yang
terletak di Aceh Barat Daya sebagai media dan tehnik mengajar dilakukan dari
hasil pengamatan dan hasil belajar pendidik untuk kemudian diterapkan sebagai
strategi untuk menyampaikan materi ajar.

1. Pembuatan RKH (Rencana Kegiatan Harian)

Sebelum menyampaikan materi, pendidik harus membuat Rencana


Kegiatan Harian (RKH) yang kemudian disusun berdasarkan RKM (Rencana
Kegiatan Mingguan). Penyusunan RKH disesuaikan dengan tahap
perkembangan para peserta didik. LKP London Boy adalah lembaga kursus
yang memiliki peserta didik yang terdiri dari berbagai usia dan berasal dari
berbagai lapisan masyarakat.
Oleh karenanya penyusunan RKH harus sesuai dengan perbedaan
tersebut diatas. Penentuan jenis materi serta waktu menyampaikan materi
juga sangat mempengaruhi pendalaman dan penguasaan materi ajar terhadap
peserta didik.Waktu mengajar menurut para ahli didasarkan pada kemampuan
bahasa, rentang konsentrasi, dan daya tankap para siswa.

Gambar 1
Proses Kegiatan Belajar Mengajar di LKP London Boy Aceh Barat Daya

5
2. Pengaplikasian Metode Just Do It!

Setelah menyusun RKH, langkah selanjutnya adalah menerapkan metode


Just Do It! kepada para peserta didik. Metode iniadalah metode yang
pendidik ciptakan agar para peserta didik lebih kreatif dalam memecahkan
permasalahan terkait desain grafis periklanan, serta menimbulkan jiwa
kewirausahaan didiri tiap-tiap peserta didik.
Berikut adalah langkah-langkah yang pendidik lakukan dalam
menerapkan metode ini:

a. Persiapan

Mempersiapkan instrumen ajar yang akan digunakan dalam


mendesain grafis yang nantinya akan digunakan untuk tujuan
periklanan ataupun promosi. Adapun instrumen yang digunakan adalah
perangkat komputer dan software corel draw. Pendidik memastikan
terlebih dahulu bahwa semua komputer dalam keadaan baik dan
software tersebut dapat digunakan.
Setelah komputer dan software dirasa dalam keadaan baik dan
berfungsi, langkah selanjutnya pendidik meminta kepada para peserta
didik untuk berimajinasi dan membayangkan seolah-olah mereka
memiliki suatu jenis usaha.

b. Kegiatan Inti

Setelah peserta didik mendapatkan jenis usaha yang diinginkannya.


Pendidik kemudian meminta kepada peserta didik untuk merancang
logo untuk jenis usahanya tersebut. Proses pembuatan logo adalah
bagian awal dari membuat sebuah banner atau media visual periklanan
lainnya. Karena tanpa logo tidak mungkin suatu perusahaan dapat
dipromosikan. Bagaimana perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat,
jika logonya saja tidak ada?

6
Pada tahap ini-lah peserta didik mulai merancang logo yang
diinginkannya dengan menggunakan software Corel Draw. Ditahap ini
pendidik membimbing peserta didik untuk membuat logo sesuai dengan
keinginan mereka.
Ketika membuat logo, para peserta didik secara tidak langsung juga
mempelajari cara mengoperasikan software corel draw tersebut. Hal ini
akan membuat peserta didik cakap dan terampil menggunakan software
ini.
Jika peserta didik sudah dapat menguasai, atau setidaknya
mengetahui fungsi menu yang ada disoftware tersebut, barulah peserta
didik kemudian masuk pada tahap yang lebih sulit, yaitu membuat
banner, poster ataupun spanduk.
Selain mengajarkan cara untuk menggunakan software tersebut, para
peserta didik juga diajarkan cara membuat tagline atau slogan. Karena
pandangan pendidik, tagline adalah sebuah elemen yang paling penting
dalam periklanan. Tagline dapat menggambarkan citra suatu
perusahaan. Pendidik akan mengajarkan dasar-dasar pembuatan tagline
yang juga erat kaitannya dengan dunia marketing, dengan demikian
para peserta didik juga mendapatkan materi marketing secara
sederhana.
Setelah logo dan tagline selesai dibuat, para peserta didik dituntut
untuk membuat banner, spanduk ataupun poster yang berhubungan
dengan jenis usaha mereka tersebut. Pada tahap ini, pendidik
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk membuat banner,
spanduk ataupun poster sekreatif mungkin.
Dari awal pembuatan logo hingga proses pembuatan banner,
spanduk ataupun poster, para peserta didik akan diajarkan oleh pendidik
yang mengajar di LKP London Boydengan sangat ramah. Jika ada yang
tidak dapat mengerjakannya dengan baik, maka pendidik di LKP
London Boyakan mengajarkannya secara privat kepada peserta didik,
sebagaimana yang ditunjukkan pada foto berikut ini.

7
Gambar 2
Salah Satu Pendidik di LKP London BoyMengajarkan Materi Secara Privat
Kepada Peserta Didik

c. Kegiatan Penutupan

Setelah banner, spanduk ataupun poster selesai dikerjakan,


selanjutnya peserta didik akan dinilai satu-persatu. Penilaian pembelajaran
dilakukan melalui teknik observasi. Melalui teknik ini pendidik dapat
menilai secara cermat hasil desain banner, poster ataupun spanduk yang
dibuat oleh masing-masing peserta didik. Selain penilaian karya, pendidik
juga menilai para peserta didik dari aspek kerajinan serta peningkatan
keterampilan yang dimiliki oleh tiap-tiap peserta didik.
Disisi lain, jika diinginkan, para peserta didik dapat mencetak banner
dan berfoto bersama karya hasil desain tersebut.

B. Hasil Kegiatan

Setelah penerapan metode Just Do It! dalam pembelajaran desain grafis


periklanan di LKP London Boy Aceh Barat Daya, maka hasil yang dicapai
adalah:

1. Peserta didik semakin terpacu dan kreatif dalam membuat desain grafis
periklanan sehingga dapat menghasilkan karya dan berbagai produk
kreatif sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut ini.

8
Gambar 3
Salah Satu Desain Label Karya Peserta Didik LKP London Boy Aceh
Barat Daya

Gambar 4
Salah Satu Karya Peserta Didik Pada Kemasan Botol Makanan Coklat

9
Gambar 5
Salah Satu Karya Peserta Didik Untuk Lembaga LKP London Boy Aceh
Barat Daya
2. Peserta didik mampu membuat konsep wirausaha. Hasil karya peserta
didik dapat dijadikan media promosi jika peserta didik berkeinginan
untuk berwirausaha.

C. Kendala Yang Dihadapi

Kendala-kendala yang dihadapi selama penerapan metode Just Do It! antara


lain:

1. Membutuhkan waktu, niat dan kerjasama antara pendidik dan peserta


didik dalam menerapkan strategi pembelajaran ini. Sehingga pendidik
harus lebih mendekatkan diri kepada peserta didik agar materi dapat
tersampaikan dengan baik.
2. Tidak semua peserta didik dapat menguasai software corel draw dalam
waktu yang singkat. Tentu saja itu menghambat perkembangan peserta
didik yang lain, dikarenakan materi harus disampaikan secara berulang-
ulang. Umumnya peserta didik dapat mengoperasikan software dalam 3-5
pertemuan.
3. Kondisi ekonomi para peserta didik menyebabkan tidak semua memiliki
laptop atau perangkat komputer dirumah. Sehingga, materi hanya dapat
dipelajari di lembaga kursus saja.
4. Dibutuhkan kemauan yang kuat dalam menerapkan metode Just Do It!
dalam pembelajaran desain grafis periklanan.

10
D. Faktor-Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang mendukung dalam penerapan metode Just Do It! adalah:

1. Komitmen untuk senantiasa berkarya membuat perubahan untuk


masyarakat Aceh Barat. Komitmen yang kuat yang disertai dengan niat
yang tulus dari seorang pendidik agar masyarakat menjadi pribadi yang
berkualitas dan hidup mandiri.
2. Kegiatan belajar mengajar tentu harus ditunjang dengan fasilitas yang baik
dan memadai.
3. Kerjasama dengan lembaga, institusi atau dinas terkait dengan
pengembangan keterampilan komputer, dibuktikan dengan
ditandatanganinya MoU (Mommerendum of Understanding). Hal ini
terkait dengan pengadaan peralatan dan fasilitas lembaga kursus.
4. Adanya institusi, lembaga atau dinas terkait yang dapat membantu
menyediakan fasilitas komputer untuk dipakai sendiri oleh peserta didik,
hal itu dimaksudkan agar proses pembelajaran terus berkesinambungan
dan tugas-tugas yang diberikan oleh lembaga dapat dikerjakan dirumah
(take home).

E. Alternatif Pengembangan

Adapun alternatif pengembangan dalam penerapan metode Just Do It! adalah


sebagai berikut:

1. Selain memplajari desain grafis periklanan, metode ini dapat diterapkan


pada pembelajaran animasi dan multimedia.
2. Jika metode ini dirasa sukses, para peserta didik dapat diberikan modal
untuk berwirausaha, tujuannya agar peserta didik benar-benar dapat
menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya di LKP London Boy Aceh
Barat Daya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan Karya Nyatadiatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Just Do It! Adalah strategi yang dapat digunakan dalam menyampaikan


materi desain grafis periklanan kepada para peserta didik.
2. Hasil yang diperoleh dalam penerapan metode Just Do It! adalah peserta
didik semakin kreatif dan inovatis dalam menciptakan banner, spanduk,
ataupun poster yang akan digunakan sebagai media periklanan. Disisi
lain, metode ini juga akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan terhadap
peserta didik.
3. Kendala yang dihadapi selama penerapan metode Just Do It! Adalah niat
dan kemauan yang kuat sehingga tujuan dari penerapan metode ini bias
berhasil
4. Faktor pendukung yang menunjang pelaksanaan metode Just Do It!
adalah komitmen pendidik, fasilitas yang memadai dan adanya kerjasama
antara lembaga LKP London Boydan lembaga, institusi, atau dinas
terkait.
5. Alternatif pengembangan dari metode ini adalah para peserta didik dapat
diberikan modal untuk berwirausaha. Agar peserta didik benar-benar
dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya di LKP London Boy
Aceh Barat Daya.

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi untuk pemerintah dan pembuat kebijakan.

Metode Just Do It! Dapat menjadi model dalam pembelajaran desain grafis
periklanan karena strategi ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan
keterampilan desain grafis dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan
penerapannya pada LKP di seluruh Indonesia.

12
2. Rekomendasi untuk pengelola LKP.

Pengembangan keterampilan dan jiwa kewirausahaan sebagai indikator


pengembangan kemampuan peserta didik disertai penerapan metode Just Do
It!.

3. Rekomendasi untuk pendidik/instruktur kursus komputer.

Mengaplikasikan metode Just Do It! ketika menyampaikan materi ajar


kepada peserta didik di kelas.

4. Rekomendasi untuk masyarakat.

Agar masyarakat senantiasa memberikan dukungan penuh kepada setiap


program dan metode pembelajaran di LKP London Boy Aceh Barat
Dayasehingga metode Just Do It! dapat lebih maksimal lagi.

13

Anda mungkin juga menyukai