𝑣2
⃑⃑⃑⃑ 𝑣1
⃑⃑⃑⃑
Pusat massa
Pusat massa
M m2 m1
m3 m3
𝑣3
⃑⃑⃑⃑ 𝑣3
⃑⃑⃑⃑
(a) (b)
Sistem tiga partikel
(a) Sistem tiga partikel bebas
(b) Sistem tiga partikel membentuk sebuah benda tegar; m1, m2 dan m3 dihubungkan
dengan batang-batang kaku
Jika suatu benda tegar berotasi dengan kecepatan sudut ω, maka laju gerak dari bagian
benda tegar yang terletak pada jarak r dari sumbu putar adalah
ds d dθ
v= = (r θ) = r = rω
dt dt dt
Arah kecepatan v ini adalah tangensial, yaitu arah garis singgung pada lintasan di titik
dimana benda berada pada suatu saat.
ω
dt
1
(a) (b)
a) arah vektor 𝑑𝜃 adalah tegak lurus bidang
b) arah vektor ω
⃑⃑ adalah sejajar dengan sumbu putar pada arah perpindahan sekrup
kanan jika diputar sesuai dengan gerak rotasi
dengan arah 𝑑𝜃 yaitu pada arah sumbu seperti ditunjukkan pada Gb. 5-15b.
vektor percepatan sudut didefinisikan dari
∆𝜔
⃑ 𝑑𝜔
⃑
𝛼 = lim =
𝛥𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
𝜔 ∆𝜔 ̿ ∆𝑡)
⃑ = (∝ Vektor percepatan sudut sesaat 𝛼 diperoleh jika
⃑⃑⃑
∆𝜔
�(𝑡 + ∆𝑡) 𝜔
⃑ (𝑡) ̿ =dibuat
∝
∆𝑡 akan nol. ∆𝜔
sejajar dengan
mendekati ⃑
∆𝑡
Vektor kecepatan gerak dari benda yang berge-
rak lingkar dengan kecepatan sudut 𝜔
⃑ dan bera-
da pada posisi 𝑟, dimana r adalah jejari lingkar
gasing gerak, mempunyai arah tangensial, dan besarnya
sama dengan v =ωr.
𝜔
⃑ 𝜔
⃑
𝑣 𝑣
0 𝑟 𝑟
(a) sebuah benda terletak pada posisi 𝑟, bergerak lingkaran dengan jejari r, dengan
kecepatan sudut 𝑤
⃑⃑ , vektor kecepatan benda dinyatakan oleh 𝑣 = 𝜔
⃑ 𝑥𝑟
(b) jika pusat koordinat tidak terletak pada pusat lingkaran tetap berlaku 𝑣 = 𝜔
⃑ 𝑥𝑟
2
pada pusat lingkaran gerak. Dalam hal ini maka arah 𝑣 adalah tegak lurus arah 𝜔
⃑ dan r, akan
tetapi besar v diberikan oleh
v = 𝜔r sin 𝜃
dimana 𝜃 adalah sudut antara 𝜔
⃑ dan 𝑟.
Dengan cara yang sama dapat disimpulkan bahwa momentum sudut partike m2 dan m3
masing-masing adalah
L2 = m2 r22 𝜔 dan L3 = m3 r32 𝜔
3
Dengan deimikian momentum total dari sistem adalah
Ltotal = L1 + L2 + L3 atau
L = (m1 r12 + m22 + m3 r32) 𝜔
L =I𝜔 (2)
I = ∑ m1 r12 (3)
i=1
Persamaan (2) menunjukkan hubungan antara momentum sudut (L), momen inersia (I)
dan kecepatan sudut (𝜔). Besaran I disebut momen inersia benda tegar.
Untuk suatu benda tegar dengan distribusi massa yang kontinu kita gunakan elemen
massa ∆ m1 yang terjadi pada jarak r1 dari sumbu putar, sehingga momen inersia benda
menjadi
n
I = ∑ r12 ∆ m1 (4)
i=1
Jika ∆ m1 sangat kecil, maka indeksi I menjadi kontinu dan penjumlahannya menjadi integral
I = ∫ r 2 dx atau I = ρ ∫ x 2 dv (5)
Untuk menentukan inersia benda terhadap sumbu sembarang yang sejajar dengan sumbu
sejajar dengan sumbu putar melalui pusat massa (perhatikan gambar berikut ini).
𝑙 pm
S 𝑝
𝑟 dm
Gambar tersebut sumbu melalui pusat massa sejajar dengan sumbu yang kita pilih
sebelumnya.
Momen inersia melalui S dapat ditentukan dari persamaan (5) yaitu
4
I = ∫ r 2 dm
Sehingga diperoleh
I = ∫ I2 dm + ∫ p2 dm + ∫ 2 Ix px dm + ∫ 2 Iy py dm
Persamaan (6) yang kemudian oleh Stainer disebut sebagai dalil sumbu sejajar.
Menurut persamaan IV
I = ∫ x 2 dm (7)
5
x=+L/2 x=+L/2
I= ∫ x 2 ρ dx = ρ ∫ x 2 dx
x=−L/2 x=−L/2
𝑥=+𝐿/2
1 1 𝐿 3 1 3
= 𝑥3𝜌 ∫ 𝜌 [( ) − ( ) ]
3 3 2 2
𝑥=−𝐿/2
1 3 1 1
= L ρ= (ρL)L2 = ML2
12 12 12
I = ∫ r 2 dm
I = ∬ r 2 ρ (𝑟𝑑𝜃)(𝑑𝑟)
= ρ ∬ r 3 drdθ
R 2π
= ρ ∫ r 3 dr ∫ dθ (8)
0 0
𝑅 2𝜋
= 𝜌(1⁄4 𝑟 4 ∫ ) (𝜃) ∫ = 1⁄2 𝜌𝜋𝑅 4
0 0
6
3. DINAMIKA BENDA TEGAR
Dalam membahas dinamika pada rotasi benda tegar, kita mempunyai hubungan-
hubungan berikut:
L = I𝜔 , bila diturunkan terhadap waktu
dl dω
=I = σ = Iα
dt dt
Persamaan diatas menyebabkan benda berputar, maka kerja yang dilakukan jika benda
bergerak dari sudut θ1 ke sudut θ2 adalah:
θ1
W = ∫ 𝜎 𝑑θ
θ2
= 1⁄2 m (R ω2 )2 − 1⁄2 m (R ω1 )2
Dari definisi kerja juga dapat dinyatakan besaran daya pada gerak rotasi yaitu
W = F. ds, dimana ds = R dθ, maka
W = F. R dθ, F.R = 𝜎
dω dθ dθ
=σ , =ω
⃑⃑
dt dt dt
P = 𝜎. 𝜔
⃑
Contoh :
Marilah kita bahas suatu persoalan agar pengertian-
pengertian diatas menjadi lebih jelas. Perhatikan
gambar disamping.
Sebuah piringan bermassa M = 5 kg, mempunyai
jejari R = 50 cm, berputar tanpa gesekan pada sumbu
melalui pusat piringan.
7
Seutas tali ringan dililitkan pada pinggir piringan dan ditarik dengan gaya T yang konstan.
Misalkan besar gaya T adalah 100 newton. Marilah kita hitung percepatan sudut yang
dihasilkan. Pertama kita hitung momen gaya.
τ = TR = (100 N)(0,5 m) = 50 N-m
Momen inersia piringan adalah
I = ½ MR2 = ½ (5 kg)(0,5)2m2 = 0,625 kg-m2
4. GERAK MENGGELINDING
Gerak menggelinding ini adalah suatu gerak yang sangat penting, gerak roda dari alat
transport yang bergerak adalah gerak menggelinding. Pada gambar disamping dilukiskan
sebuah silinder yang bergerak menggelinding.
Setiap bagian dari silinder melakukan dua
gerakan sekaligus. Satu gerak bersama pusat
massa, yaitu dengan kecepatan v0, dan gerak lain
adalah gerak lingkar dengan kecepatan sudut 𝜔.
Titik-titik P, O, dan Q pada gambar disamping,
bukanlah titik yang dicatkan pada silinder, akan
tetapi menyatakan posisi pada silinder, jadi titik P menyatakan titik singgung silinder dengan
lantai, titik 0 adalah titik pusat massa, dan titik Q menyatakan bagian paling atas dari
silinder.
Jika silinder tidak menggelincir, atau tidak slip, maka titik P haruslah mempunyai
kecepatan nol terhadap tanah. Pada titik P silinder bersinggungan dengan tanah dan pada
saat itu bagian silinder yang menyinggung tanah haruslah dalam keadaan berhenti, karena
tanah berada dalam keadaan berhenti. Hal ini terjadi kecuali jika ada slip, karena slip berarti
bersinggungan akan tetapi terjadi gerak relatif.
8
Jadi titik P berada dalam keadaan diam, sedangkan kecepatan vp adalah resultan dari
kecepatan pusat massa v0 dan kecepatan tangensial vτ = ωR dengan arah berlawanan
terhadap v0, sehinggap vp = vo – ωR = 0. Jadi kita dapatkan bahwa kecepatan pusat massa.
Vo = ωR,
atau kecepatan gerak pusat massa adalah sama dengan kecepatan tangensial pinggir silinder
jika hanya ada gerak rotasi saja. Kecepatan titik Q haruslah sama dengan
vQ = v0 + ωR =v0 + vo = 2 v0
= 2 ωR
Jika kita perhatikan, titik P mempunyai keepatan
sama dengan nol, tiitk 0 mempunyai kecepatan
vo = ωR, dan titik Q mempunyai kecepatan vQ =
2 ωR, gerak silinder dapat dianggap sebagai
gerak rotasi murni terhadap titik P, dengan
kecepatan sudut ω/
Titik singgung P disebut sumbu sesaat dari
gerak menggelinding.
Jika gerak menggelinding dipandang dari segi kombinasi gerak pusat massa dan gerak
rotasi terhadap pusat massa, maka energy kinetik gerak menggelinding adalah
Ko = ½ M v02 + ½ Ioω2
Akan tetapi jika gerak ini kita pandang sebagai gerak rotasi murni terhadap sumbu sesaat P
maka energi kinetic
Kp = ½ Ipω2
Dari dalil sumbu sejajar, momen inersia terhadap sumbu pusat P dapat ditulis sebagai
Ip = M l 2 + Io
Akan tetapi l, yaitu jarak pusat massa ke sumbu sesaat melalui P, adalah sama dengan R. jadi
Ip = MR2 + Io,
Sehingga energy kinetic rotasi terhadap sumbu sesaat adalah
Kp = ½ Ip ω2
= ½ (MR2 + Io) ω2
= ½ MR2ω2 + ½ Io ω2
= ½ Mvo2 + ½ Io ω2,
Yaitu jumlah dari energy kinetik pusat massa dan energy kinetik rotasi terhadap pusat massa.
9
5. KEKEKALAN MOMENTUM PADA BENDA TEGAR
Didepan sudah disebutkan bahwa jika resultan momen gaya yang bekerja pada sistem
partikel sama dengan nol, maka momentum sudut total dari partikel
⃑ = ∑ ⃑⃑⃑
L Li
j
10
Syarat-syarat kesetimbangan mekanik pada benda tegar
Jika suatu benda tegar berada dalam keadaan setimbanga translasi, maka percepatan
linier dari pusat massa haruslah sama dengan nol. Akan tetapi percepatan linier pusat massa
Apm = Fext/M
dengan M adalah massa benda tegar, dan Fext adalah resultan dari semua gaya-gaya luar yang
bekerja pada benda tersebut.
Jadi syarat pertama kesetimbangan adalah: jumlah vektor semua gaya yang bekerja pada
benda yang berada dalam keadaan setimbang adalah sama dengan nol.
Syarat kesetimbangan ini dapat ditulis
⃑⃑F = ⃑F 1 + ⃑F 2 + … = 0
Persamaan vektor ini dapat ditulis sebagai tiga persamaan skalar
Fx = F1x + F2x + … = 0
Fy = F1y + F2y + … = 0
Fz = F1z + F2z +… = 0
yang menyatakan bahwa jumlah dari komponen-komponen gaya pada setiap sumbu x, y, z,
adalah sama dengan nol.
Agar suatu benda tegar berada dalam keadaan setimbang rotasi, percepatan sudutnya
haruslah sama dengan nol. telah kita lihat bahwa
𝜏𝑒𝑥𝑡 = I 𝛼 ,
sehingga syarat kedua dari kesetimbangan adalah : jumlah vektor semua momen gaya yang
bekerja pada sebuah benda dalam keadaan setimbang adalah sama dengan nol.
syarat kedua dapat ditulis.
Syarat kedua dapat ditulis
𝜏 = 𝜏1𝑥 + 𝜏2 + … . = 0
atau dalam bentuk scalar kita mempunyai tiga persamaan
𝜏x = 𝜏1x + 𝜏2x + … = 0
𝜏y = 𝜏1y + 𝜏2y + … = 0
𝜏z = 𝜏1z + 𝜏2z + … = 0
Jika sebuah benda berada dalam keadaan setimbang, benda ini tidak boleh mempunyai
percepatan sudut tehadap setiap sumbu. Dari semua sumbu yang dapat dibuat melalui sebuah
benda, kita cukup membahas tiga buah sumbu yang saling tegak lurus. Akibatnya kita
mempunyai enam buah syarat untuk gaya-gaya yang bekerja agar berada dalam keadaan
11
setimbang. Seringkali persoalan kita terbatas pada gaya-gaya dalam suatu bidang datar.
Maka kita hanya mempunyai tiga syarat untuk gaya-gaya pada benda. Dalam buku ini kita
hanya membalas statika dalam dua dimensi untuk mempermudah persoalan.
Titik Berat
Satu dari gaya-gaya yang dijumpai pada gerak benda tegar adalah gaya gravitasi.
Sebetulnya gaya ini bukanlah tediri dari satu gaya,akan tetapi adalah suatu resultan dari
gaya-gaya yang banyak.
Setiap partikel dalam benda mendapatkan gaya gravitasi.
Marilah kita pandang suatu benda tegar yang tediri dari tiga partikel, seperti ditunjukkan
pada.
Jika medan gravitasi dapat dianggap konstan, yaitu 𝑔, maka gaya berat pada masing-
masing adalah sejajar, yaitu arah vertikal ke bawah. Akibatnya momen gaya resultan
terhadap suatu tiitk asal 0 dapat ditulis sebagai
𝜏 = 𝑟1 x m1 ⃑g + 𝑟2 x m2 ⃑g + 𝑟3 x m3 ⃑g
= (𝑟1m1 + 𝑟2m2 + 𝑟3m3) x 𝑔
Akan tetapi vektor posisi pusat massa adalah
𝑚1 𝑟1 +𝑚2 𝑟2 +𝑚3 𝑟3
𝑟𝑝𝑚 = ,
𝑀
12
Jadi kita dapat menggantikan gaya-gaya gravitasi yang bekerja pada partikel-partikel
bermassa dalam benda tegar dengan dengan suatu gaya tunggal M 𝑔 sama dengan berat total
dari benda, dan bekerja pada pusat massa. Titik tangkap gaya resultan gravitasi disebut titik
berat.
Dalam hal medan gravitasi dapat dianggap konstan, maka titik berat akan berhimpit
dengan titik pusat massa.
13