Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LIMFOMA

NON HODGKIN DI RS dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO

BALIKPAPAN TAHUN 2019

OLEH :
NUR AINUN
NIM. P07220116109

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
2019
PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LIMFOMA NON


HODGKIN DI RS dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO

BALIKPAPAN TAHUN 2019

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Pada Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh :
NUR AINUN
NIM. P07220116109

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang

tidak terkontrol, dapat disebabkan oleh faktor eksternal antara lain infeksi

suatu organisme/biologis, kimia, dan radiasi dan faktor internal seperti

mutasi yang diturunkan, hormon, kondisi sistem imun dan mutasi yang

disebabkan oleh faktor metabolisme. Faktor- faktor tersebut dapat

menyebabkan timbulnya penyakit salah satunya kanker limfoma.

(Sulistiowati, Lolong, & Pangaribuan, 2016)

Kanker limfoma merupakan keganasan yang berasal dari sistem

limfatik (University of Miami Miller School of Medicine, 2014). Limfoma

merupakan penyakit keganasan tersering kedua pada sel limfoid setelah

leukemia (Longo, 2012). Berdasarkan ada tidaknya sel Reed Sternberg,

limfoma diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Limfoma Hodgkin dan

Limfoma Non Hodgkin. Limfoma Hodgkin terjadi Karena mutasi Sel B pada

sistem limfatik, dengan hasil deteksi yaitu adanya sel abnormal Reed-

Stenberg dalam sel kanker dan merupakan jenis yang paling bisa

disembuhkan dan biasanya menyerang kelenjar getah bening yang terletak di

leher dan kepala.

Umumnya pasien didiagnosis pada saat usia 20 sampai 30 tahun dan


juga pada usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan Limfoma Non-Hodgkin terjadi

karena adanya mutasi DNA pada sel B dan sel T pada sistem limfatik, Limfoma

Non Hodgkin merupakan tumor ganas yang berbentuk padat dan berasal dari

jaringan limforetikuler perifer dan memiliki 30 subtipe yang masih terus

berkembang yang lebih sering terjadi pada usia lebih dari 60 tahun (Pusat Data

dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Berdasarkan dari data GLOBOCAN (IARC) tahun 2012, limfoma

merupakan salah satu dari sepuluh penyakit kanker terbanyak di dunia pada

tahun 2012. Pada data tersebut diketahui bahwa secara umum persentase kasus

baru dan kematian (setelah dikontrol dengan variable umur) akibat limfoma

pada penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk

perempuan. Baik penduduk laki-laki dan perempuan lebih banyak yang terkena

Limfoma Non Hodgkin, yaitu sebesar 6% pada penduduk laki-laki dan 4,1%

pada penduduk perempuan dibandingkan dengan Limfoma Hodgkin, yaitu

sebesar 1,1% pada penduduk laki-laki dan 0,7% pada penduduk perempuan.

Kematian akibat Limfoma Non Hodgkin dan Limfoma Hodgkin cukup tinggi,

yaitu mencapai setengah dari persentase kasus baru (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, sekitar

seribu orang setiap hari di dunia, didiagnosis menderita limfoma. Sementara di

Indonesia, diambil dari data Globocan 2018, sebanyak 35.490 orang

didiagnosis limfoma dalam lima tahun terakhir dan 7.565 orang meninggal
dunia. Pada tahun 2018, kasus baru non hodgkin limfoma mencapai 14.164

orang dan memiliki prevalensi 4,57%. Saat ini, non hodgkin limfoma

menempati peringkat ketujuh penyakit kanker di Indonesia . (Indopos, 2018)

Pada riset kesehatan dasar tahun 2013 didapatkan prevalensi penderita

limfoma berdasarkan hasil wawancara mengenai diagnosis limfoma oleh

dokter, yaitu di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 0,06% , atau

diperkirakan sebanyak 14.905 orang. Provensi DI-Yogyakarta memiliki

persentase prevalensi limfoma tertinggi, yaitu sebesar 0,25% atau diperkirakan

sebanyak 890 orang. Sedangkan provinsi Kalimantan timur persentase

prevalensi limfoma sebesar 0,9% atau sekitar 357 orang. Berdasarkan studi

pendahuluan di RS Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada (?) Februari 2019

jumlah pasien Limfoma Non Hodgkin yang dirawat diruang kemoterapi selama

3 bulan terakhir adalah (?).

Penyebab limfoma ini tidak diketahui tetapi faktor risiko yang

diidentifikasi mencakup keadaan imunodefisiensi (kongenital atau didapat),

serta pajanan dengan herbisida, pestisida, dan pelarut organik seperti benzene.

Peningkatan insiden AIDS dihubungkan dengan limfoma derajat tinggi yang

menunjukkan imunosupresi sebagai faktor penyebab. (Price & Wilson,2006

dalam Nurarif & Kusuma, 2016).

Sekitar 90% dari penderita limfoma merupakan penderita Limfoma Non

Hodgkin, dan sisanya Limfoma Hodgkin. Beberapa tipe limfoma dapat

disembuhkan, dan untuk jenis lainnya, banyak pasien yang mampu menjaga
penyakit mereka dibawah kontrol dan memiliki kualitas hidup yang baik

dengan pengobatan medis. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2015). Sehingga dalam hal ini kemoterapi masih menjadi

pengobatan yang paling sering dilakukan dan dianggap dapat membuat pasien

kanker pulih dari penyakitnya. Sehingga, kemoterapi masih dianjurkan untuk

dilakukan oleh para pasien kanker. Hanya yang perlu diperhatikan adalah

penanganan dari efek samping yang mungkin timbul, agar efek sampingnya

tidak menurunkan status kesehatan pasien. (Mita Etika M, 2017).

Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.

Terkadang efek dari obat kemoterapi juga bisa menganggu sel yang normal,

sehingga muncul sebagai efek samping obat. Obat kemoterapi dapat diberikan

melalui oral atau suntikan, tergantung indikasi. Kemoterapi adalah salah satu

modalitas terapi yang sering digunakan, dengan segala manfaatnya tentu terapi

ini juga mempunyai beberapa efek samping, di antaranya yaitu: rasa lemas dan

lemah, mual muntah, rambut rontok, mudah terserang infeksi, seperti influenza,

anemia atau kadar hemoglobin darah rendah, terkadang mudah terjadi

perdarahan, contohnya pada gusi sehabis sikat gigi, sariawan, nafsu makan

menurun, sembelit atau malah diare (Fadhil, 2018).

Masalah keperawatan yang timbul pada penderita Limfoma Non

Hodgkin antara lain : hipertermi, gangguan rasa nyaman, defisit nutrisi,

gangguan integritas kulit/jaringan, nyeri akut ,risiko infeksi, dan defisit


pengetahuan (Nurarif & Kusuma, 2016), sehingga dalam hal ini peran perawat

sangat dibutuhkan.

Peran perawat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada

pasien penderita penyakit ini. Pemberian dukungan spiritual merupakan salah

satu peran perawat dalam pelayanan asuhan keperawatan. Perawat harus

berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari

kebutuhan menyeluruh klien. Dukungan spiritualitas yang diberikan perawat

dalam pemenuhan kebutuhan spiritual akan meningkatkan spiritualitas pasien

(Hamid, 2008). Hal tersebut didukung oleh Chan (2009) yang mengungkapkan

bahwa adanya dukungan spiritual yang dilakukan perawat dapat memotivasi

pasien untuk menjalankan kegiatan ibadahnya sesuai dengan keyakinannya

masing- masing. (Madadeta & Widyaningsih, 2015)

Dukungan motivasi diberikan perawat dan keluarga pada pasien

dengan memberikan dukungan untuk kesembuhan pasien. Dukungan

tersebut dapat diberikan dengan memberikan semangat pada pasien untuk

melakukan terapi pengobatan. Perawat dan keluarga juga harus meyakinkan

pasien bahwa kondisinya bisa lebih baik karena kehendak Tuhan serta ada

hikmah yang dapat diambil dari kondisinya tersebut (Nurlailla, 2014;

Baldacchino & Draper, 2001 dalam (Madadeta & Widyaningsih, 2015)).

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk membuat

Proposal Karya Tulis Ilmiah mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan pada


kasus Limfoma Non Hodgkin di Rumah Sakit dr.Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Limfoma Non Hodgkin di RS dr.

Kanujoso Djatiwobowo Balikpapan Tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini dibedakan menjadi

dua tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Tujuan umum penulisan proposal ini adalah mendapatkan gambaran tentang

asuhan keperawatan kepada klien dengan Limfoma Non Hodgkin di RS

dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus pada penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Dapat melakukan pengkajian terhadap klien dengan Limfoma Non

Hodgkin di RS dr. Kanjuoso Djatiwibowo Balikpapan.

b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada asuhan

keperawatan klien dengan Limfoma Non Hodgkin di RS dr. Kanjuoso

Djatiwibowo Balikpapan.
c. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang sesuai dengan

masalah keperawatan klien dengan Limfoma Non Hodgkin di RS dr.

Kanjuoso Djatiwibowo Balikpapan.

d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan

tindakan yang disusun untuk klien dengan Limfoma Non Hodgkin di RS

dr. Kanjuoso Djatiwibowo Balikpapan.

e. Dapat melakukan evaluasi mengenai kondisi perkembangan pasien dari

pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan di RS

dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan Limfoma Non Hodgkin di RS dr. Kanujoso Djatiwobowo

Balikpapan Tahun 2019.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan

khususnya bagi perawat di RS dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

dalam asuhan keperawatan pada klien dengan Limfoma Non Hodgkin

Tahun 2019.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

asuhan keperawatan pada klien dengan Limfoma Non Hodgkin di RS dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis

1. Definisi

Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Dua kategori besar

limfoma dilakukan atas dasar histopatologi mikroskopik dari kelenjar

getah bening yang terlibat. Dua farian utama limfoma maligna adalah

limfoma Hodgkin dan non Hodgkin dan dibedakan berdasarkan jenis sel

yang mencolok yang terdapat dalam kelenjar getah bening. (Nurarif &

Kusuma, 2016)

Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan besar

keganasan primer kelenjar getah bening, yang dapat berasal dari limfosit

B, limfosit T, dan terkadang sel NK. Saat ini terdapat 36 entitas penyakit

yang dikategorikan sebagai LNH dalam klasifikasi WHO. LNH

merupakan keadaan klinis yang kompleks dan bervariasi dalam hal

patobiologi maupun perjalanan penyakit. Insidennya berkisar 63.190

kasus pada tahun 2007 di AS dan merupakan penyebab kematian utama

pada kanker pada pria usia 20-39 tahun. Di Indonesia, LNH bersama-sama

dengan limfoma Hodgkin dan leukemia menduduki urutan peringkat

keganasan ke-6. (PERHOMPEDIN, 2015)


Limfoma non hodgkin adalah kanker yang berawal dari sistim

limfatik, tumbuh akibat perubahan sel limfosit yang sebelumnya normal

menjadi ganas dan menyebar ke berbagai organ tubuh termasuk kepala

dan leher. Pada limfoma non-Hodgkin tubuh membentuk limfosit yang

abnormal yang akan terus membelah dan bertambah banyak dengan tidak

terkontrol. Limfosit yang bertambah banyak ini akan memenuhi kelenjar

getah bening dan menyebabkan pembesaran.

Tumor bersifat heterogen dengan lokasi bervariasi, dapat dijumpai

diluar nodulus sepanjang aliran limfatik yang dikenal dengan limfoma non

hodgkin ekstranodal. Pada daerah kepala dan leher, limfoma non hodgkin

ekstranodal ditemukan di berbagai tempat, antara lain: cincin waldeyer,

sinus paranasalis, cavum nasi, laring, rongga mulut, kelenjar ludah, tiroid

dan orbita. Tonsil merupakan tempat tersering.

2. Patofisiologi

Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan

akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu gen pada salah satu sel dari

sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi

menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen).

Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain:

1).ukurannya semakin besar, 2).Kromatin inti menjadi lebih halus,


3).nukleolinya terlihat, 4).protein permukaan sel mengalami perubahan.

(Prasetya, 2012)

Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan

terjadinya limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus

seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus, HIV, HHV-6, defisiensi

imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi awalnya menyerang sel

limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel limfosit

tersebut membelah secara abnormal atau terlalu cepat dan membentuk

tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau

diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal tumor

tersebut dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ

tubuh yang diserang. Apabila sel tersebut menyerang Kelenjar limfe maka

akan terjadi Limphadenophaty.

Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali, sel

darah merah akan terdesak, jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal

yang disebut anemia. Selain itu populasi limfoblast yang sangat tinggi

juga akan menekan jumlah sel trombosit dibawah normal yang disebut

trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu akan

disebut bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.

Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah

bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh


tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak

menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil

(amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah

bening jauh di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan

menyebabkan: gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit

berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai.

Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia.

Limfoma non hodgkin lebih mungkin menyebar ke sumsum tulang,

saluran pencernaan dan kulit. Secara kasat mata penderita tampak pucat,

badan seringkali hangat dan merasa lemah tidak berdaya, selera makan

hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar

getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dan lain-lain. (Prasetya, 2012)

3. Etiologi

Penyebab limfoma ini tidak diketahui tetapi faktor risiko yang

diidentifikasi mencakup keadaan imunodefisiensi (kongenital atau

didapat), serta pajanan dengan herbisida, pestisida, dan pelarut organik

seperti benzene. Peningkatan insiden AIDS dihubungkan dengan limfoma

derajat tinggi yang menunjukkan imunosupresi sebagai faktor penyebab.

(Price & Wilson,2006 dalam Nurarif & Kusuma, 2016)


Stadium Karakteristik

Penyakit mengenai satu region kelenjar getah bening


Stadium I yang terletak di atas atau di bawah diafragma, atau
satu organ atau letak ekstralimfatik (IE)
Penyakit mengenai lebih dari dua region yang
berdekatan atau dua region yang letaknya jauh pada
Stadium II
satu sisi diafragma tetapi dengan satu atau lebih region
kelenjar getah bening di sisi yang sama pada
diafragma (IIE)
Penyakit di atas dan di bawah diafragma tetapi terbatas
Stadium III
pada kelenjar getah bening dan ditambah dengan organ
atau tempat ekstralimfatik (IIIE) atau limpa (IIIES)
Keterlibatan difus atau diseminata pada satu atau lebih
organ atau jaringan ekstralimfatik seperti sumsum
Stadium IV tulang atau hati. Subklasifikasi lebih jauh
menunjukkan tidak ada (A) atau adanya (B) gejala
sistemik penurunan berat badan > 10% BB, demam,
dan keringat malam hari
Tabel 2.1 Sumber : Sylvia A Price dalam (Nurarif & Kusuma, 2016)

Gambar 2.1 Sumber :

(Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015)

4. Klasifikasi (Prasetya, 2012)

Terdapat 2 klasifikasi pada Limfoma Non Hodgkin, yaitu :


a. Limfoma non Hodgkin agresif

Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai

limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai

dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan

cepat. Meskipun nama ‘agresif’ kedengarannya sangat menakutkan,

limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap

pengobatan. Meskipun pasien yang penyakitnya tidak berespon baik

terhadap standar pengobatan lini pertama, sering berhasil baik

dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya,

limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin

mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.

b. Limfoma non Hodgkin indolen

Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai

limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai

dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat

lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan

mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya,

mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien

mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter

mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada

pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti


pemeriksaan darah, atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan

sesuatu yang abnormal, kemudian diperiksa lebih lanjut dan

ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang paling

sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan

sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat

diagnosis pasien juga mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma

non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat

dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah

dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

5. Penatalaksanaan (Nurarif & Kusuma, 2016)

Terapi yang dilakukan biasanya melalui pendekatan multidisiplin. Terapi

yang dapat dilakukan adalah :

1. Derajat keganasan rendah (DKR)/indolen

a. Pada prinsipnya diberikan terapi simptomatik

b. Kemoterapi : obat tunggalatau ganda (per oral), jika dianggap

perlu : COP (Cyclophosphamide, Oncovin, dan Prednisone)

c. Radioterapi :LNH sangat radiosensitive. Radioterapi ini dapat

dilakukan untuk local dan paliatif. Digunakan Low Dose TOI +

Involved Field Radiotherapy saja.

2. Derajat Keganasan Menengah (DKM)/agresif limfoma


a. Stadium I : Kemoterapi (CHOP/CHVMP/BU) + radioterapi

CHOP (Cyclophosphamide, Hydroxydouhomycin, Oncovin, dan

Prednisone)

b. Stadium II-IV : Kemoterapi parenteral kombinasi, radioterapi

berperan untuk tujuan paliatif.

3. Derajat Keganasan TInggi (DKT)

a. DKT Limfoblastik (LNH-Limfoblastik): selalu diberikan

pengobatan seperti Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

b. Re-evaluasi hasil pengobatan dilakukan setelah siklus kemoterapi

keempat dan setelah siklus pengobatan lengkap.

B. Masalah Keperawatan

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita Limfoma Non

Hodgkin menurut (Nurarif & Kusuma, 2016) dan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016), yaitu :

1. Hipertermia

Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.

Batasan Karakteristik :

a. Kriteria Mayor :

a) Subjektif : Tidak tersedia

b) Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal

b. Kriteria Minor :
1) Subjektif : Tidak tersedia

2) Objektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit

terasa hangat

Faktor yang berhubungan :

a. Dehidrasi

b. Terpapar lingkungan panas

c. Proses penyakit (mis.infeksi, kanker)

d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

e. Peningkatan laju metabolism

f. Respon trauma

g. Aktivitas berlebihan

h. Penggunaan incubator

2. Gangguan Rasa Nyaman

Definisi : Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,

psikospiritual, lingkungan dan sosial.

Batasan Karakteristik :

a. Kriteria Mayor :

1) Subjektif : Mengeluh tidak nyaman

2) Objektif : Gelisah

b. Kriteria Minor :
1) Subjektif : Mengeluh sulit tidur , tidak mampu rileks, merasa

gatal, mengeluh mual, mengeluh lelah.

2) Objektif : Menunjukkan gejala distress, tampak

merintih/menangis, pola eliminasi berubah, postur tubuh berubah,

iritabilitas

Faktor yang berhubungan :

a. Gejala penyakit

b. Kurang pengendalian situasional/lingkungan

c. Ketidakadekuatan sumber daya (mis.dukungan finansial,sosial dan

pengetahuan)

d. Kurangnya privasi

e. Gangguan stimulus lingkungan

f. Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi)

g. Gangguan adaptasi kehamilan

3. Defisit Nutrisi

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

Batasan Karakteristik :

a. Kriteria Mayor :

1) Subjektif : Tidak tersedia


2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang

ideal

b. Kriteria Minor :

1) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,

nafsu makan menurun

2) Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot

menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin

turun, rambut rontok berlebihan, diare

Faktor yang berhubungan :

a. Kurangnya asupan makanan

b. Ketidakmampuan menelan makanan

c. Ketidakmampuan mencerna makanan

d. Ketidakmampuan mengabsorbsi mutrien

e. Peningkatan kebutuhan metabolism

f. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)

g. Faktor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

4. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan


Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan /atau epidermis) atau jaringan

(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament).

Batasan Karakteristik :

a. Kriteria Mayor :

1) Subjektif : Tidak tersedia

2) Objektif : Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

h. Kriteria Minor :

1) Subjektif : Tidak tersedia

2) Objektif : Nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma

Faktor yang berhubungan :

a. Perubahan sirkulasi

b. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

c. Kekurangan/kelebihan volume cairan

d. Penurunan mobilitas

e. Bahan kimia iritatif

f. Suhu lingkungan yang ekstrem

g. Faktor mekanis (mis. Penekanan padatonjolan tulanng, gesekan) atau

faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi)

h. Efek samping terapi radiasi

i. Kelembaban
j. Proses penuaan

k. Neuropati perifer

l. Perubahan pigmentasi

m. Perubahan hormonal

n. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi

integritas jaringan

5. Nyeri Akut

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan

Batasan Karakteristik :

a. Kriteria Mayor :

1) Subjektif : Mengeluh nyeri

2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,

posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit

tidur.

b. Kriteria Minor :
1) Subjektif : Tidak tersedia

2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu

makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri sendiri,

diaforesis.

Faktor yang berhubungan :

a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

6. Resiko Infeksi

Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik

Batasan Karakteristik :

Faktor resiko :

a. Penyakt kronis

b. Efek prosedur invasif

c. Malnutrisi

d. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan


e. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer

1) Gangguan peristaltic

2) Kerusakan integritas kulit

3) Perubahan sekresi pH

4) Penurunan kerja siliaris

5) Ketuban pecah lama

6) Ketuban pecah sebelum waktunya

7) Merokok

8) Statis cairan tubuh

f. Ketidakadekuatan pertahanan hidup sekunder

1) Penurunan Hb

2) Imunosupresi

3) Leukopenia

4) Supresi respon inflamasi

7. Defisit Pengetahuan

Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang

berkaitan dengan topic tertentu.

a. Kriteria Mayor :

1) Subjektif : Menyampaikan masalah yang dihadapi

2) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,

menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

b. Kriteria Minor :
1) Subjektif : Tidak tersedia

2) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,

menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis, bermusuhan,

agitasi, histeria)

Faktor yang berhubungan :

a. Keteratasan kognitif

b. Gangguan fungsi kognitif

c. Kekeliruan mengikuti anjuran

d. Kurang terpapar informasi

e. Kurang minat dalam belajar

f. Kurang mampu mengingat

g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi


Bagan 2.1

Pathway Limfoma

Sumber : (Nurarif & Kusuma, 2016)

- Infeksi virus
Pembesaran Kelenjar - Abdominalis genetic Pengaruh rangsangan
- Genetik imanologik
Getah Bening

- Demam
- Berkeringat malam Poliferasi jaringan
Hipertermi
- BB menurun limfoid tidak terkendali

Ancaman perubahan Proses penyakit Metabolisme tubuh


pada status kesehatan (destriksi gangguan
saraf)
Fungsi peran Penenkanan saraf oleh
Anoreksia iritasi
tumor
lambung, rasa mual

Pola interaksi Nyeri


Defisit Nutrisi
Tindakan operasi
Defisit Pengetahuan

Efek general anastesi Diskontinuitas jaringan

Resiko tinggi gagal


Rusaknya salah satu Gangguan Integritas
nafas
fungsi pertahanan tubuh Kulit/Jaringan

Infeksi kuman Gangguan Rasa


Nyaman
Risiko Infeksi
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Gejala pada Limfoma secara fisik dapat timbul benjolan yang kenyal,

tidak terasa nyeri, mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal

paha). Pembesaran kelenjar tadi dapat dimulai dengan gejala penurunan

berat badan, demam, keringat malam. Hal ini dapat segera dicurigai

sebagai Limfoma. Namun tidak semua benjolan yang terjadi di sistem

limfatik merupakan Limfoma. Bisa saja benjolan tersebut hasil

perlawanan kelenjar limfe dengan sejenis virus atau mungkin tuberculosis

limfa.(Chahyanti, Ayu Gustiani Dewi, Griya Suparta, Juanamasta, &

Rusmanila Putriani, 2009)

a. Identitas

Identitas klien meliputi nama ,umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, nomer register, diagnosa medis, dan tanggal

masuk rumah sakit.

Pada pengkajian data yang dapat ditemukan pada pasien limfoma

antara lain:

1) Data subjektif

a) Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38oC

b) Sering keringat malam.

c) Cepat merasa lelah


d) Badan Lemah

e) Mengeluh nyeri pada benjolan

f) Nafsu makan berkurang

2. Data Obyektif

a) Timbul benjolan yang kenyal,mudah digerakkan pada

leher,ketiak atau pangkal paha.

b) Wajah pucat

b. Pemeriksaan Fisik

1.) Aktivitas/Istirahat

Gejala :

Kelelahan, kelemahan atau malaise umum

Kehilangan produktifitasdan penurunan toleransi latihan

Kebutuhan tidaur dan istirahat lebih bantak

Tanda :

Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban dan tanda lain

yang menunjukkan kelelahan

2.) Eliminasi

Gejala
Perubahan karakteristik urine dan atau feses.

Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom

malabsorbsi

(infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal)

Tanda

Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada palpasi

(hepatomegali)

Nyeri tekan pada kudran kiri atas dan pembesaran pada palpasi

(splenomegali)

Penurunan haluaran urine urine gelap/pekat, anuria (obstruksi

uretal/ gagal ginjal).

Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi

lebih lanjut)

3.) Integritas Ego

Gejala

Faktor stress, misalnya sekolah, pekerjaan, keluarga


Takut/ansietas sehubungan dengandiagnosis dan kemungkinan

takut mati

Takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas

pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)

Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut

kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja.

Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan menjadi orang

yang tergantung pada keluarga.

Tanda

Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

4.) Neuro Sensori

Gejala

Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh

pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan pada pleksus

sakral

Kelemahan otot, parestesia.

Tanda
Status mental : letargi, menarik diri, kurang minatumum terhadap

sekitar.

Paraplegia (kompresi batang spinaldari tubuh vetrebal,

keterlibatan diskus pada kompresiegenerasi, atau kompresi suplai

darah terhadap batng spinal)

5.) Nyeri/Kenyamanan

Gejala

Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena misalnya, pada

sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi

vertebra), nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).

Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.

Tanda

Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada penderita Limfoma Non

Hodgkin (Nurarif & Kusuma, 2016)yaitu :

a) Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoagulasi

sekunder terhadap inflamasi

b) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan agen cidera fisik


c) Defisit Nutrisi berhubungan dengan tidak mampu dalam

memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor

biologi.

d) Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan faktor

mekanik (tindakan operasi)

e) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

f) Resiko infeksi berhubungan dengan post operasi (pembedahan)

g) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan

informasi.

3. Intervensi keperawatan (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

Diagnosa Tujuan dan


No Rencana Tindakan Rasionalisasi
Keperawatan Kreteria Hasil
1. Hipertermi Tujuan : 1. 1.
Setelah di
berhubungan
lakukan
dengan tak
tindakan
efektifnya keperawatan
selama x jam
termoagulasi
di harapkan
sekunder
Kreteria Hasil
terhadap :
1.
inflamasi
2. Gangguan Rasa Tujuan :
Setelah di
Nyaman
lakukan
berhubungan
tindakan
dengan agen keperawatan
selama x jam
cidera fisik
di harapkan
Kreteria Hasil
:

3. Defisit Nutrisi Tujuan :


berhubungan Setelah di
dengan tidak lakukan
mampu dalam tindakan
memasukkan,m keperawatan
encerna, selama x jam
mengabsorbsi di harapkan
makanan Kreteria Hasil
karena faktor :
biologi
4 Gangguan Tujuan :
Setelah di
Integritas
lakukan
Kulit/Jaringan
tindakan
berhubungan keperawatan
selama x jam
dengan faktor
di harapkan
mekanik
Kreteria Hasil
(tindakan :

operasi)
5. Nyeri akut Tujuan :
berhubungan Setelah di
dengan agen lakukan
cidera fisik tindakan
keperawatan
selama x jam
di harapkan
Kreteria Hasil
:

6. Risiko infeksi Tujuan :


berhubungan Setelah di
dengan post lakukan
operasi tindakan
(pembedahan) keperawatan
selama x jam
di harapkan
Kreteria Hasil
:

7. Defisit Tujuan :
pengetahuan Setelah di
berhubungan lakukan
dengan kurang tindakan
terpajan keperawatan
informasi selama x jam
di harapkan
Kreteria Hasil
:
4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam

Potter & Perry, 2011).

Komponen tahap implementasi :

1. Tindakan keperawatan mandiri

2. Tindakan keperawatan kolaboratif

3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan

keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan

seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.

Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan

proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi

itu sendiri. (Ali, 2009)


Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai

efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan

pelaksanaan. (Mubarak,dkk.,2011)

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam

Wardani,2013)

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai

dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk

membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati,

2011)

Tujuan evaluasi adalah penyataan ringkas tentang tentang apa yang

harus diselesaikan ketika semua hasil yang diharapkan telah terpenuhi. Setiap

diagnosa keperawatan pada rencana asuhan klien mempunyai tujuan dan


setiap tujuan mempunyai batasan waktu untuk evaluasi.Perawat mengevaluasi

tujuan setelah membandingkan temuan evaluative dengan semua hasil yang

diharapkan.Ketika tujuan telah terpenuhi, perawat mengetahui bahwa

intervensi telah berhasil dan bahwa klien mengalami kemajuan (potter&

perry, 2005).

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

a. Masalah teratasi

Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku

dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi

Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan

perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan.

c. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan

perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul

masalah yang baru.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan (Desain Penelitian)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien Limfoma Non

Hodgkin di RS dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan. Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang klien dengan kasus

Limfoma Non Hodgkin di RS dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dengan

kriteria subyek : (Tim Penyusun Prodi D-III Keperawatan, 2018)

1. Subyek adalah klien dewasa dengan yang dirawat di RS. dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

2. Subyek terdiri dari 2 orang klien dewasa dengan kasus Limfoma Non

Hodgkin

3. Klien dewasa laki-laki atau perempuan

4. Klien bersedia dan menyetujui untuk menjadi partisipan selama penelitian

studi kasus berlangsung.


C. Batasan istilah (Definisi operasional)

1. Limfoma Non Hodgkin

Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan sekumpulan besar

keganasan primer kelenjar getah bening, yang dapat berasal dari limfosit

B, limfosit T, dan terkadang sel NK. Limfoma non hodgkin adalah kanker

yang berawal dari sistim limfatik, tumbuh akibat perubahan sel limfosit

yang sebelumnya normal menjadi ganas dan menyebar ke berbagai organ

tubuh termasuk kepala dan leher. Pada limfoma non-Hodgkin tubuh

membentuk limfosit yang abnormal yang akan terus membelah dan

bertambah banyak dengan tidak terkontrol. Limfosit yang bertambah

banyak ini akan memenuhi kelenjar getah bening dan menyebabkan

pembesaran.

2. Asuhan Keperawatan Pada Klien Limfoma Non Hodgkin

Suatu proses kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan

secara langsung kepada pasien Limfoma Non Hodgkin dalam tatanan

pelayanan kesehatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.


D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RS dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

pada tanggal 18 Maret sampai 30 Maret 2019 dengan merawat klien selama

3-6 hari perawatan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Mahasiswa melakukan penyusunan usulan penelitian dengan

menggunakan studi kasus.

2. Mahasiswa melakukan ujian proposal, setelah proposal disetujui oleh

penguji maka penelitian akan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan

data.

3. Politeknik Kemenkes Kaltim mengirimkan surat ke RS. dr. Kanujoso

Djatiwibowo.

4. Setelah surat dari Politeknik Kemenkes Kaltim masuk, maka mahasiswa

dapat melakukan studi kasus.

5. Mahasiswa melapor kepada Kepala Ruangan dan CI.

6. Bersama Kepala ruangan, CI serta penguji, mahasiswa menentukan klien

studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan asuhan

keperawatan.

7. Mahasiswa melakukan Bina Hubungan Saling Percaya kepada klien yang

telah ditentukan.
8. Setelah bina hubungan saling percaya berhasil dilakukan, kemudian

mahasiswa melakukan pengkajian kepada klien melalui pengisian format

pengkajian, observasi, dan wawancara.

9. Setelah pengkajian telah dilakukan mahasiswa mengumpulkan data fokus.

10. Setelah peneliti melakukan analisa data selanjutnya peneliti menegakkan

diagnosa asuhan keperawatan.

11. Setelah peneliti menegakkan diagnosa asuhan keperawatan selanjutnya

peneliti melakukan perencanaan asuhan keperawatan.

12. Mahasiswa melakukan perencanaan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

13. Mahasiswa melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan

perencanaan yang telah disusun.

14. Mahasiswa melakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada klien.

15. Kemudian mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan.

F. Teknik dan instrumen pengumpulan data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan, antara lain :


a. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan

utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga dll). Sumber data

dari klien, keluarga, rekam medis, dan perawat lainnya.

b. Observasi intake dan output cairan, hasil laboratorium dan

pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi pada system tubuh klien.

c. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format asuhan

keperawatan medikal bedah.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data yang dilakukan peneliti dimaksudkan untuk

membuktikan kualitas data atau informasi yang diperoleh peneliti dengan

melakukan pengumpulan data menggunakan format asuhan keperawatan

sehingga menghasilkan sebuah data yang akurat. Selain itu, keabsahan data

dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan minimal

selama tiga hari, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari

tiga sumber data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan

dengan masalah yang teliti.


H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Dalam

mengemukakan data dikelompokkan berdasarkan data subjektif yang berasal

dari klien atau keluarga dan data objektif yang berasal dari pengkajian

ataupun observasi dari peneliti beserta data-data pendukung seperti

pemeriksaan penunjang. Dari data yang sudah ada selanjutnya

membandingkan dengan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk

menentukan masalah dan kebutuhan klien yang akan dituangkan dalam

rencana keperawatan sebelum melakukan intervensi keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Chahyanti, K. A. ., Ayu Gustiani Dewi, D., Griya Suparta, G., Juanamasta, I. G., &
Rusmanila Putriani, N. K. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Limfoma
Maligna. Bali.
Fadhil, dr. M. (2018). Efek samping kemoterapi pada penderita limfoma. Diambil
dari https://www.alodokter.com/komunitas/topic/efek-kemoterapi-penderita-
limfoma
Indopos. (2018, September 17). Pasien Limfoma Makin Banyak. Diambil dari
https://www.indopos.co.id/read/2018/09/17/149885/pasien-limfoma-makin-
banyak
Madadeta, G., & Widyaningsih, S. (2015). GAMBARAN DUKUNGAN
SPIRITUAL PERAWAT DAN KELUARGA TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN SPRIRITUAL PADA PASIEN Pendahuluan Spiritualitas adalah
salah satu aspek kehidupan pasien yang sangat penting untuk dipenuhi dalam
perawatan kesehatan . Pentingnya spiritualitas, 1–8.
Mita Etika M, N. (2017). Kemoterapi: Bisa Menyembuhkan, Bisa Juga Mematikan.
Diambil dari https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/efek-kemoterapi-
pengobatan-kanker/
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkaan
Penerapan Diagnosa Nanda,NIC,NOC dalam Berbagai Kasus. (N. H. Rahil,
Ed.). Yogyakarta: MediAction.
PERHOMPEDIN. (2015). Panduan Nasional Penanganan Limfoma Non-Hodgkin.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1.
Prasetya, W. Y. (2012). ASKEP LIMFOMA NON HODGKIN _ Medical Sains.
Yogyakarta. Diambil dari file:///C:/Users/ASUS/Documents/LIMFOMA NON-
HODGKIN/Referensi/ASKEP LIMFOMA NON HODGKIN _ Medical
Sains.html v
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Data
dan Kondisi Penyakit Limfoma di Indonesia. IKementerian Kesehatan RI (Vol.
1).
Sulistiowati, E., Lolong, D. B., & Pangaribuan, L. (2016). GAMBARAN
PENYEBAB KEMATIAN KARENA KANKER DI 15 KABUPATEN / KOTA
, INDONESIA TAHUN 2011 ( Profiles the Causes of Cancer Deaths in 15
Districs / Municipalities , Indonesia Year 2011 ). Gambaran Penyebab
Kematian Karena Kanker, 2011(29).
Tim Penyusun Prodi D-III Keperawatan, P. K. K. (2018). Buku Pedoman Penulisan
Karya Tulis Ilmiah. Samarinda: Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai