Askep Hipoglikemia
Askep Hipoglikemia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darh dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang
menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung
berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun
secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah.
Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-diam
menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan
gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan
hipoglikemia.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hpoglikemia?
2. Bagaimana tindakan yang tepat untuk hipoglikemia?
3. Apa gejala Hipoglikemia?
4. Diagnosa Keperawatannya Bagaimana?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian Hipoglikemia
2. Mengetahui bagaimana tindakan yang tepat untuk Hipoglikemia
3. Mengetahui gejala yang timbul pada Hipoglikemia
4. Mengetahui apa diagnosa pada penderita Hipoglikemia
BAB 2
PEMBAHASAN
Pankreas adalah kelenjar endokrin dan ekrokrin yang berfungsi sebagai sel endokrin
adalah pulau langerhans. Pulau langerhans mempunyai 4 macam sel :
Sel Alfa menyekresikan hormon glucagon.
Sel Beta menyekresikan insulin.
Sel Delta menyekresikan sumatostatin ( menekan keluarnya hormone pertumbuhan insulin dang
aster ).
Sel F menyekresi polipeptida pancreas.
Stimulus utama keluarnya insulin adalah glukosa. Fungsi keseluruhan glukogen adalah
meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
b) Konsep Dasar Hipoglikemi
a. Pengertian
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral.( Hudak / Galu)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara
abnormal rendah. ( http :/ www. Indonesiasehat. Com )
b. Etiologi
Regimen insulin yang tidak fisiologis.
Overdosis insulin atau sulfonylurea
Tidak makan
Tidak mengkonsumsi kudapan yang telah direncanakan
Gerak badan tanpa kompensasi makanan
Penyakit ginjal stadium akhir
Penyakit hati stadium akhir
Konsumsi alcohol
Kebutuhan insulin
Penyembuhan dari keadaan stress
Penggunaan zat – zat hipoglikemia
c. Patofisiologi
Ketergantungan otak pada setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan
oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak yang panjang, kurangnya simpanan
glukosa sebagai glukogen didalam otak orang dewasa dan ketidaksetiaan keton dalam fase
makan atau kondisi post absortif. Saat gula daran turun, tiba – tiba otak mengendali defisiensi
energinya setelah kadar serum menurun jauh dibawah sekitar 45mg/dl.
d. Tanda dan Gejala Klinis
i. Gejala adrenergic atau system syaraf otonom :
Pucat
Diahforesis
Takikardi
Rasa lapar
Palpitasi
Tremor halus
Gugup
Cepat marah
Parestisia pada bibir dan Jari
Piloereksi
ii. Gejala Neuroglikopenia atau system syaraf pusat :
Sakit kepala
Konfulsi
Parestesis sirkumoral
Merasa lelah
Bicara tidak jelas
Diplopia
Emosi labil
Sering menguap
Gerakan spastic pada tungkai bawah
Kejang dan koma
iii. Perubahan Psikis karena hipoglikemia :
Depresi dan iritabel
Ngantuk pada jam bangun dan malam hari tidak bias tidur
Tidak mampu kosentrasi
iv. Gejala karena efek hipoglikemik pada system muskuler :
Lemah
Mudah capek
e. Pemeriksaan Diagnostik
Tes glukosa darah melalui finger – stick
Hemoglobin glikosilat bisa normal atau tinggi
Lipid serum bisa normal atau abnormal
Keton bias negative atau positif
Dasar diagnosis terbukti hipoglikemi dipakai trias whipple :
o Hipoglikemi dengan gejala – gejala syaraf pusat, psikiatrik, vasomotrik.
o Penentuan kadar glukosa darah berulang ditemukan dengan harga < 50mg %.
o Gejala akan hilang dengan pemberian glukosa.
f. Penatalaksanaan
1) Bila pasien sadar atau fase adrenergic, beri karbohidrat 15g ( 3 tablet glukosa atau 120cc jus
buah tanpa gula atau 3 permen atau 3 sendok makan glukosa atau 6 ons minuman cola, dan 6 ons
jus jeruk ).
2) Bila pasien tidak sadar atau fase neurologic, beri 1 ampul 50% dextrose ( iv bolus ) atau D40%,
25 – 50cc iv, cairan ruwatan D10 – hipoglikemi menghilang.
3) Mencari dan mengobati penyakit dasar.
kurang pengetahuan.
Kelelahan yang berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat ( dari keadaan glikemik ) dan
kelamahan otot.
Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Ketakutan yang berhubungan dengan penyakit kronis yang berlangsung selama hidup,
perawatan diri ( injeksi insulin dan HBGM ( memantau glukosa darah dirumah ), diet, aktivitas
yang berhubungan dengan tidak ada informasi baru tentang DM, serta pengobatannya.
Resiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik ( individual ).
Kriteria Hasil
Menunjukan tanda – tanda keseimbangan cairan
Rasa lelah berkurang dengan skala 0 – 5
Resiko infeksi berkurang
Menunjukan tanda nutrisi yang adekuat
Rasa cemas berkurang
Memperoleh pengetahuan yang cukup
Intervensi
Memperbaiki status cairan
Mempertahankan nutrisi yang adekuat
Mengurangi kelelahan
Menghindari infeksi
Mengurangi rasa cemas atau takut
Memberi pengetahuan
Evaluasi
Keseimbangan cairan membaik
Nutrisi yang adekuat dan dapat mempertahankan berat badan dan dapat memilih makanan,
a ) Kesimpulan
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni antara lain Transisi dini neonatus
( early Transitional neonatal ), Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal),
Sekunder (Scondary), Berulang ( Recurrent). Gejala hipoglikemia yang sering terjadi adalah
sering merasa ngantuk,lemas,dan sering sakit kepala. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Untuk menjaga agar kadar gula selalu normal,perhatikan pola makan ,olah raga ringan secara
teratur untuk membantu pembakaran glukosa menjadi nergi dan merangsang produksi
insulin,hindarkan stress atau gangguan emosional lainnya dan disiplin minum obat sesuai anjuran
dokter
b ) Saran
Kesadaran mengontrol gula darah adalah cara yang bias di lakukan oleh setiap warga
masyarakat, kami sangat menyarankan agar masyarakat sadar akan penyakit yang akan timbul
jika tidak mengontrol gula darah masing-masing. Kami berharap makalah ini bias menjadi
tambahan referensi pengetahuan mengenai penyakit hipoglikemia.
DAFTAR PUSTAKA
Rumahorbo Hotma , S.kep. 1999. “ Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Endokrin “.
Jakarta : EGC.
Baradero Mary , SPC , MN. 2009.” Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Endokrin “. Jakarta : EGC.
Gallo & Hundak. 1996. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume II ”. Jakarta : EGC.
http://astagina-br-ginting.info – Hipoglikemia
http://www.ilmu-keperawatan.com – Askep pasien dengan Hipoglikemia
http://www.wikipedia.org/hipoglikemia
HIPOGLIKEMIA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian, penyebab, tanda
dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada HIPOGLIKEMIA.
C. Sistematika Penulisan
Pada penulisan makalah ini dibagi dalam tiga bab, setiap bab diuraikan secara singkat dan dalam
bentuk makalah yakni :Bab satu terdiri dari pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari konsep dasar keperawatan dan asuhan
keperawatan gawat darurat. Dan bab tiga berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
ISI
5. Manifestasi Klinis
Gejala gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase,yaitu :
a. Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin
di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga
dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan
gejala neurologis.
Penelitian pada orang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal
dari Fase I dan dinamakan Fungsi otak subliminal.Disamping gejala peringatan dan
neurologis,kadang-kadang hipoglikemia menunjukan gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jatuh pada Fase
gangguan fungsi otak.Terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan yaitu akut dan kronik.Yang
akut misalnya pada pasien DMTT dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati
normal,adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM dan penggunaan
bloker yang nonselektif.Kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya ireversibel dan dianggap
merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat digunakan trias Whipple yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala
saraf pusat ; kadar glukosa kurang dari 50mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian
glukosa.
Faktor-faktor yang dap[at menimbulkan hipoglikemi berat dan berkepanjangan adalah sekresi
hormon glucagon dan adrenalin ( pasien telah lama menderita DM ) ,adanya antibody terhadap
insulin,blockade farmakologik,dan pemberian obat sulfonylurea.
6. Penatalaksanaan
• Glukosa darah diarahkan kekadar glukosa puasa : 120 mg/dl
• Dengan rumus 3 – 2 – 1
Hipoglikemi:
• Pisang / roti / karbohidrat lain, bila gagal
• Teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
Koma hipoglikemi:
• Injeksi glukosa 40% iv 25 ml infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang setiap ½ jam
sampai sadar (maksimum 6 x) bila gagal
• Injeksi efedrin bila tidak ada kontra indikasi jantung dll 25 – 50 mg atau injeksi glukagon 1
mg/im, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop.
7. Fokus Pengkajian
1. Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang,
sepsis.
b. Riwayat :
• ANC
• Perinatal
• Post natal
• Imunisasi
• Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
• Pemakaian parenteral nutrition
• Sepsis
• Enteral feeding
• Pemakaian Corticosteroid therapy
• Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
• Kanker
2. Data focus
a. Data Subyektif:
• Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
• Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
• Rasa lapar (bayi sering nangis)
• Nyeri kepala
• Sering menguap
• Irritabel
b. Data obyektif:
• Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
• Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat
dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
• Plasma glukosa < 50 gr/%
3. Diagnose dan Rencana Keperawatan
1) Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan
mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
• Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
• Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
• Monitor vital sign
• Monitor kesadaran
• Monitor tanda gugup, irritabilitas
• Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
• Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
• Cek BB setiap hari
• Cek tanda-tanda infeksi
• Hindari terjadinya hipotermi
• Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
• Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
2) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
• Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
• Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
• Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
• Perhatikan kondisi feces bayi
• Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
• Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
• Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.
3) Resiko Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat
• Cek intake dan output
• Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
• Cek turgor kulit bayi
• Kaji intoleransi minum bayi
• Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
4) Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot
• Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
• Lakukan fisiotherapi
B. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pengkajian
1) Airway
Tidak ada gangguan
2) Breathing
Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal
3) Circulation
Kebas,kesemutan di bagian ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran
2. Diagnosa dan Intervensi
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 jam.
Kriteria hasil :
• tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK
• Tanda – tanda vital dalam batas normal
• Tidak adanya penurunan kesadaran
Intervensi
a. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan
penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
b. Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
c. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
d. Pantau tekanan darah
e. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan
kabur
f. Pantau suhu lingkungan
g. Pantau intake, output, turgor
h. Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah
i. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
j. tinggikan kepala 15-45 derajat
k. Berikan oksigen sesuai indikasi
l. Berikan obat sesuai indikasi
2) Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan
mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
• Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
• Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
• Monitor vital sign
• Monitor kesadaran
• Monitor tanda gugup, irritabilitas
• Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
• Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
• Cek BB setiap hari
• Cek tanda-tanda infeksi
• Hindari terjadinya hipotermi
• Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
• Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
3) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan :Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam
Kriteria hasil:
• RR 16-24 x permenit
• Ekspansi dada normal
• Sesak nafas hilang / berkurang
• Tidak suara nafas abnormal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
• Auskultasi bunyi nafas.
• Pantau penurunan bunyi nafas.
• Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
• Berikan instruksi untuk latihan nafas dalaM
• Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
• Berikan oksigenasi sesuai advis
• Berikan obat sesuai indikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan
diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karna
saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi
hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak ,
karna itu dinamakan gejala neurologis.
Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada gangguan; Breathing: Merasa
kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal dan Circulation: Kebas,kesemutan di bagian
ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran
B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara cepat dan
tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan setiap hari. Bila
memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-
buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Definisi
Hipoglikemia adalah kadar glukosa puasa yang lebih rendah dari 70 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Hipoglikemia dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan dan latihan jasmani
serta obat yang digunakan. Pengobatan terbaik hipoglikemia adalah mencegah terjadinya hipoglikemia.
Etiologi
Etiologi hipoglikemi pada diabetes melitus (DM)
1. Hipoglikemi pada DM stadium dini.
2. Hipoglikemi dalam rangka pengobatan.
a. Penggunaan insulin.
b. Penggunaan sulfonilurea.
c. Bayi yang lahir dari ibu berkaitan dengan DM
3. Hipoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM.
a. Hiperinsulinisme alimenter pascagastrektoni.
b. Insulinoma
c. Tumor ekstrapankreatik : fibsosorkoma, karsinoma ginjal.
d. Hipopituitarisme.
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemi pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau
sulfonilurea.
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien.
- Pengurangan/keterlambatan makan.
- Kesalahan dosis akut.
- Perubahan tempat suntikan insulin.
- Penurunan kebutuhan insulin.
• Penyembuhan dari penyakit.
• Nefropati diabetik
• Hipotiroidisma.
• Penyakit addison.
• Hipopiturtarisme.
- Hari-hari pertama persalinan.
- Penyakit hati berat.
- Gastroparesis diabetik.
Patofisiologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh
ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa
sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton dalam fase makan atau
kondisi posabsorptif.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darah turun dengan tiba-tiba, otak mengenali
defisiensi energinya setelah kadar serum turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana gejala-
gejala timbul akan berbeda dari satu pasien dengan pasien lain, dan bukanlah hal yang tidak lazim pada
kadar serendah 30 sampai 35 mg/dl untuk terjadi (spt, selama tes toleransi glukosa) tanpa gejala-gejala
yang telah disebutkan.
Yang lebih kontroversial adalah pertanyaan tentang apakah gejala-gejala dapat berkembang dalam
berespon terhadap turunnya kadar gula darah bahkan sebelum turun di bawah batasan kadar normal.
Karena suatu respon fisiologi tertentu, seperti pelepasan hormon pertumbuhan, terjadi dengan
penurunan gula darah namun tetap normal, tampaknya gejala-gejala terjadi pada kondisi ini, tetapi
stimulus penurunan kadar kemungkinan kurang kuat dan konsisten dibanding penurunan dibawah
ambang absolut. Bagaimanapun, otak tampak dapat beradaptasi sebagian terhadap penurunan kadar
gula darah, terutama jika penurunan terjadi lambat dan kronis. Bukanlah hal yang tidak lazim bagi pasien
dengan gula darah yang sangat rendah, seperti yang terjadi pada tumor pensekresi insulin, untuk
memperlihatkan fungsi serebral yang sangat normal dalam menghadapi gula darah yang rendah terus
menerus dibawah batasan normal.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat
• Sakit kepala
• Gangguan penglihatan
• Palpitasi
• Mual dan mutah
• Kelemahan
• Peningkatan tekanan darah
• Kejang
• Koma
3. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi: Pucat, diaforesis, Kulit lembab dan dingin, gemetar, peningkatan pernafasan dangkal.
• Palpasi: Piloreksi, kelemahan motorik.
• Auskultasi:
Gastrointestinal: peningkatan bising usus.
Kardiovaskuler: Takikardia.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan
perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
2. Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
4. Kelelahan b/d penurunan energi metabolik
3.3 Intervensi
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan
perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.
Monitor kesadaran
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda-tanda vital dan status mental. Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal,
seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi mental.
Panggil pasien dengan nam, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya, misalnya terhadap
tempat, orang, dan waktu. Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak
dengan realitas.
Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran pasien terganggu. Berikan
bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika pasien
kemungkinan mengalami kejang. Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan
timbulnya cedera, terutama amalam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari terpajan terhadap air panas
atau dingin atau penggunaan bantalan atau pemanas. Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan
kemungkinan kerusakan kulit karena panas.
Kolaborasi
Pantau nilai laboratorium, glukosa darah. Keseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi
mental.
4. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
Kriteria Hasil :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
Menunjukkan tingkat energi biasanya.
Intervensi Rasional
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat (termasuk absorpsi dan utilitisnya).
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
pasien. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien
sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral. Pemberian makanan melalui oral
lebih baik jika paien sdar dan fungsi gastrointestinalnya baik.
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi. Meningkatkan rasa
keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli diet. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Intervensi Rasional
Mandiri
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktifitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat
ditoleransi. Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi pasien.
Implementasi
Memperbaiki status cairan
Mempertahankan nutrisi yang adekuat
Mengurangi kelelahan
Memberi pengetahuan
Evaluasi
Nutrisi yang adekuat dan dapat mempertahankan berat badan dan dapat memilih makanan,
jumlah, dan distribusi makanan yang cocok.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapius.
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakata : EGC.
Emedicine Journal, Emergency medicine.
http://doctorsjournals.wordpress.com/
Hudak, M. Carolyn. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.