Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darh dengan
melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang
menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung
berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan
berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.
Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun
secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada
pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-
waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh insulin atau obat lain (sulfonilurea) yang
diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya.
Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak
menurunkan kadar gula darah.
Hipoglikemia kadang terjadi pada penderita kelainan psikis yang secara diam-diam
menggunakan insulin atau obat hipoglikemik untuk dirinya.
Hipoglikemia juga bisa terjadi akibat gagal ginjal atau gagal jantung, kanker, kekurangan
gizi, kelainan fungsi hipofisa atau adrenal, syok dan infeksi yang berat.
Penyakit hati yang berat (misalnya hepatitis virus, sirosis atau kanker) juga bisa menyebabkan
hipoglikemia.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hpoglikemia?
2. Bagaimana tindakan yang tepat untuk hipoglikemia?
3. Apa gejala Hipoglikemia?
4. Diagnosa Keperawatannya Bagaimana?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa pengertian Hipoglikemia
2. Mengetahui bagaimana tindakan yang tepat untuk Hipoglikemia
3. Mengetahui gejala yang timbul pada Hipoglikemia
4. Mengetahui apa diagnosa pada penderita Hipoglikemia
BAB 2
PEMBAHASAN

a) Anatomi dan Fisiologi

Pankreas adalah kelenjar endokrin dan ekrokrin yang berfungsi sebagai sel endokrin
adalah pulau langerhans. Pulau langerhans mempunyai 4 macam sel :
 Sel Alfa menyekresikan hormon glucagon.
 Sel Beta menyekresikan insulin.
 Sel Delta menyekresikan sumatostatin ( menekan keluarnya hormone pertumbuhan insulin dang
aster ).
 Sel F menyekresi polipeptida pancreas.
Stimulus utama keluarnya insulin adalah glukosa. Fungsi keseluruhan glukogen adalah
meningkatkan kadar glukosa dalam darah.
b) Konsep Dasar Hipoglikemi
a. Pengertian
 Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemi oral.( Hudak / Galu)
 Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara
abnormal rendah. ( http :/ www. Indonesiasehat. Com )
b. Etiologi
 Regimen insulin yang tidak fisiologis.
 Overdosis insulin atau sulfonylurea
 Tidak makan
 Tidak mengkonsumsi kudapan yang telah direncanakan
 Gerak badan tanpa kompensasi makanan
 Penyakit ginjal stadium akhir
 Penyakit hati stadium akhir
 Konsumsi alcohol
 Kebutuhan insulin
 Penyembuhan dari keadaan stress
 Penggunaan zat – zat hipoglikemia
c. Patofisiologi
Ketergantungan otak pada setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan
oleh ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak yang panjang, kurangnya simpanan
glukosa sebagai glukogen didalam otak orang dewasa dan ketidaksetiaan keton dalam fase
makan atau kondisi post absortif. Saat gula daran turun, tiba – tiba otak mengendali defisiensi
energinya setelah kadar serum menurun jauh dibawah sekitar 45mg/dl.
d. Tanda dan Gejala Klinis
i. Gejala adrenergic atau system syaraf otonom :
 Pucat
 Diahforesis
 Takikardi
 Rasa lapar
 Palpitasi
 Tremor halus
 Gugup
 Cepat marah
 Parestisia pada bibir dan Jari
 Piloereksi
ii. Gejala Neuroglikopenia atau system syaraf pusat :
 Sakit kepala
 Konfulsi
 Parestesis sirkumoral
 Merasa lelah
 Bicara tidak jelas
 Diplopia
 Emosi labil
 Sering menguap
 Gerakan spastic pada tungkai bawah
 Kejang dan koma
iii. Perubahan Psikis karena hipoglikemia :
 Depresi dan iritabel
 Ngantuk pada jam bangun dan malam hari tidak bias tidur
 Tidak mampu kosentrasi
iv. Gejala karena efek hipoglikemik pada system muskuler :
 Lemah
 Mudah capek
e. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes glukosa darah melalui finger – stick
 Hemoglobin glikosilat bisa normal atau tinggi
 Lipid serum bisa normal atau abnormal
 Keton bias negative atau positif
 Dasar diagnosis terbukti hipoglikemi dipakai trias whipple :
o Hipoglikemi dengan gejala – gejala syaraf pusat, psikiatrik, vasomotrik.
o Penentuan kadar glukosa darah berulang ditemukan dengan harga < 50mg %.
o Gejala akan hilang dengan pemberian glukosa.
f. Penatalaksanaan
1) Bila pasien sadar atau fase adrenergic, beri karbohidrat 15g ( 3 tablet glukosa atau 120cc jus
buah tanpa gula atau 3 permen atau 3 sendok makan glukosa atau 6 ons minuman cola, dan 6 ons
jus jeruk ).
2) Bila pasien tidak sadar atau fase neurologic, beri 1 ampul 50% dextrose ( iv bolus ) atau D40%,
25 – 50cc iv, cairan ruwatan D10 – hipoglikemi menghilang.
3) Mencari dan mengobati penyakit dasar.

c) Askep secara teori pada hipoglikemia


 Pengkajian
o Biodata
o Riwayat Penyakit Sekarang
o Riwayat Penyakit Dahulu
o Riwayat Penyakit Keluarga
o Kardiovaskuler
o Neurovaskuler
o Gastrointestinal
o Urinarius
o Seksual
o Penglihatan Kabur
 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi :
 Palpasi :
 Perkusi :
 Auskultasi :
 Diet
 Aktifitas Fisik
 Diagnosa Keperawatan
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan poliuria, asupan kurang, dan

kurang pengetahuan.
Kelelahan yang berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat ( dari keadaan glikemik ) dan

kelamahan otot.
Perubahan nutrisi kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan

metabolisme, dan kurang asupan makanan.


Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan kebutuhan.

Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

Ketakutan yang berhubungan dengan penyakit kronis yang berlangsung selama hidup,

perubahan pola hidup, pemakaian insulin, dan kehilangan pekerjaan.


Defisit pengetahuan tentang penyakit DM, obat serta efek dan efek samping, keterampilan

perawatan diri ( injeksi insulin dan HBGM ( memantau glukosa darah dirumah ), diet, aktivitas
yang berhubungan dengan tidak ada informasi baru tentang DM, serta pengobatannya.
Resiko terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik ( individual ).

 Kriteria Hasil
 Menunjukan tanda – tanda keseimbangan cairan
 Rasa lelah berkurang dengan skala 0 – 5
 Resiko infeksi berkurang
 Menunjukan tanda nutrisi yang adekuat
 Rasa cemas berkurang
 Memperoleh pengetahuan yang cukup
 Intervensi
 Memperbaiki status cairan
 Mempertahankan nutrisi yang adekuat
 Mengurangi kelelahan
 Menghindari infeksi
 Mengurangi rasa cemas atau takut
 Memberi pengetahuan
 Evaluasi
Keseimbangan cairan membaik

Kelelahan berkurang dan tidak merasa lelah

Resiko infeksi berkurang

Nutrisi yang adekuat dan dapat mempertahankan berat badan dan dapat memilih makanan,

jumlah, dan distribusi makanan yang cocok.


Rasa takut atau cemas berkurang

Memperoleh pengetahuan yang cukup


BAB 3
PENUTUP

a ) Kesimpulan
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni antara lain Transisi dini neonatus
( early Transitional neonatal ), Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal),
Sekunder (Scondary), Berulang ( Recurrent). Gejala hipoglikemia yang sering terjadi adalah
sering merasa ngantuk,lemas,dan sering sakit kepala. Hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Untuk menjaga agar kadar gula selalu normal,perhatikan pola makan ,olah raga ringan secara
teratur untuk membantu pembakaran glukosa menjadi nergi dan merangsang produksi
insulin,hindarkan stress atau gangguan emosional lainnya dan disiplin minum obat sesuai anjuran
dokter

b ) Saran
Kesadaran mengontrol gula darah adalah cara yang bias di lakukan oleh setiap warga
masyarakat, kami sangat menyarankan agar masyarakat sadar akan penyakit yang akan timbul
jika tidak mengontrol gula darah masing-masing. Kami berharap makalah ini bias menjadi
tambahan referensi pengetahuan mengenai penyakit hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA

Rumahorbo Hotma , S.kep. 1999. “ Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Endokrin “.
Jakarta : EGC.
Baradero Mary , SPC , MN. 2009.” Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Endokrin “. Jakarta : EGC.
Gallo & Hundak. 1996. “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume II ”. Jakarta : EGC.
http://astagina-br-ginting.info – Hipoglikemia
http://www.ilmu-keperawatan.com – Askep pasien dengan Hipoglikemia
http://www.wikipedia.org/hipoglikemia
HIPOGLIKEMIA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di
bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena
aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10
mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).
Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di tempat pelayanan kesehatan
umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi pemberian insulin pada pasien
penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang dilakukan oleh Department of
Neurology and Neurological Sciences, and Program in Neurosciences, Stanford University
School of Medicine,terdapat setidaknya 93,2% penyebab masuknya seseorang dengan gejala
koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita diabetes mellitus dan telah menjalani terapi
pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5 tahunan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui pengertian, penyebab, tanda
dan gejala serta penanganan kegawat daruratan pada HIPOGLIKEMIA.

C. Sistematika Penulisan
Pada penulisan makalah ini dibagi dalam tiga bab, setiap bab diuraikan secara singkat dan dalam
bentuk makalah yakni :Bab satu terdiri dari pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab dua terdiri dari konsep dasar keperawatan dan asuhan
keperawatan gawat darurat. Dan bab tiga berisi kesimpulan dan saran-saran.

BAB II
ISI

A. KONSEP DASAR TEORI


1 Pengertian
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:
• Hipoglikemi murni : ada gejala hipoglikemi, glukosa darah < 60 mg/dl
• Reaksi hipoglikemi : gejala hipoglikemi bila gula darah turun mendadak, misalnya dari 400
mg/dl menjadi 150 mg/dl
• Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
• Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3 – 5 jam sesudah makan
2. Anatomi Fisiologi
1. Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan tubuh,
khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis berakibat
FATAL, yaitu terjadinya DISFUNGSI OTAK yang berakibat KOMA dan kematian. Hal ini
terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai kritis. Nilai normal laboratoris dari
glukosa dalam darah ialah : 65 – 110 ml/dL atau 3.6 – 6.1 mmol/L. Setelah penyerapan makanan
kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5 – 5.5 mmol/L. Jika orang tersebut makan
karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.5 – 7.2 mmol/L. Saat puasa kadar glukosa
darah turun berkisar 3.3 – 3.9 mmol/L.
Pengaturan kadar glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan hormonal.
pengaturan tersebut termasuk bagian dari homeostatik. Aktivitas metabolik yang mengatur kadar
glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : (1) Mutu dan Jumlah Glikolisis dan
glukoneogenesis, (2) Aktivitas enzim-enzim, seperti glukokinase dan heksokinase.hormon
penting yang memainkan peranan sentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin.
insulin dihasilkan dari sel-sel b dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung
ke dalam darah sebagai reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia.
Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan sebagi berikut :
• Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya Transporter glut 2.
glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi
glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis,
glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di mitokondria.
• Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehingga membran
sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke dalam membran
dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa darah dan mengubah
glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen.
• Enzim yang kerjanya berlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon dihasilkan oleh
sel-sel a langerhans pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. bila
glukoagon yang dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase
sehingga mendorong terjadinya glukoneogenesis.
2. Otak Mengatur Asupan Makanan
2. Etiologi
1. Hipoglikemia pada DM stadium mellitus (DM)
2. Hipoglikemia dalam rangka pengobatan
a. penggunaan insulin
b. penggunaan sulfonylurea
c. bayi yang lahir dari ibu pasien DM
3. Hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan DM
a. hiperinsulinisme alimenter paska gastrektomi
b. insulinoma
c. penyakit hati berat
d. tumor ekstrapan kreatik: vibrosarkoma, karsinoma ginjal
e. hipopituitarisme
3. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau
sulfonilutea.
1) factor-faktor yang berkaitan dengan pasien
• pengurangan atau keterlambatan makan
• kesalahan dosis obat
• pelatihan jasmani yang berlebihan
• perubahan tempat penyuntikan insulin
• penurunan kebutuhan insulin
• hari-hari pertama persalinan
• penyakit hati berat
• gastroparesis diabetic

2) factor yang berkaitan dengan dokter


• pengendalian gula darah yang tepat
• pemberian obat obat yang mempnyai potensi hipoglikemik
• penggantian jenis insulin
4. Patofisologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh
ketidak mampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan
glukosa sebagai glikogen didalam otak orang dewasa, dan ketidak tersediaan keton dalam fase
makan atau posabsorbtif.

Puasa / intake kurang



Glikogenolisis

Deficit glikogen pada hepar

Gula darah menurun < 60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon SSP

Respon Otak Respon Vegetatif



Kortek serebri Pelepasan norepinefrin &
kurang suplai energi ( < 50mg/dl) adrenalin


Kekaburan yang dirasa dikepala Takikardia, pucat, gemetar,


Sulit konsentrasi / berfikir berkeringat
Gemetar 
Kepala terasa melayang Tidak sadar
Gangguan proses berfikir Stupor, kejang, koma

5. Manifestasi Klinis
Gejala gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase,yaitu :
a. Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin
di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karna saat itu pasien masih sadar sehingga
dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b. Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak , karna itu dinamakan
gejala neurologis.
Penelitian pada orang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal
dari Fase I dan dinamakan Fungsi otak subliminal.Disamping gejala peringatan dan
neurologis,kadang-kadang hipoglikemia menunjukan gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jatuh pada Fase
gangguan fungsi otak.Terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan yaitu akut dan kronik.Yang
akut misalnya pada pasien DMTT dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati
normal,adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM dan penggunaan
bloker yang nonselektif.Kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya ireversibel dan dianggap
merupakan komplikasi DM yang serius.
Sebagai dasar diagnosis dapat digunakan trias Whipple yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala
saraf pusat ; kadar glukosa kurang dari 50mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian
glukosa.
Faktor-faktor yang dap[at menimbulkan hipoglikemi berat dan berkepanjangan adalah sekresi
hormon glucagon dan adrenalin ( pasien telah lama menderita DM ) ,adanya antibody terhadap
insulin,blockade farmakologik,dan pemberian obat sulfonylurea.
6. Penatalaksanaan
• Glukosa darah diarahkan kekadar glukosa puasa : 120 mg/dl
• Dengan rumus 3 – 2 – 1

Hipoglikemi:
• Pisang / roti / karbohidrat lain, bila gagal
• Teh gula, bila gagal tetesi gula kental atau madu dibawah lidah.
Koma hipoglikemi:
• Injeksi glukosa 40% iv 25 ml infus glukosa 10%, bila belum sadar dapat diulang setiap ½ jam
sampai sadar (maksimum 6 x) bila gagal
• Injeksi efedrin bila tidak ada kontra indikasi jantung dll 25 – 50 mg atau injeksi glukagon 1
mg/im, setelah gula darah stabil, infus glukosa 10% dilepas bertahap dengan glukosa 5% stop.
7. Fokus Pengkajian
1. Data dasar yang perlu dikaji adalah :
a. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang,
sepsis.
b. Riwayat :
• ANC
• Perinatal
• Post natal
• Imunisasi
• Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
• Pemakaian parenteral nutrition
• Sepsis
• Enteral feeding
• Pemakaian Corticosteroid therapy
• Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika
• Kanker
2. Data focus
a. Data Subyektif:
• Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
• Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
• Rasa lapar (bayi sering nangis)
• Nyeri kepala
• Sering menguap
• Irritabel
b. Data obyektif:
• Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
• Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat
dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
• Plasma glukosa < 50 gr/%
3. Diagnose dan Rencana Keperawatan
1) Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan
mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
• Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
• Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
• Monitor vital sign
• Monitor kesadaran
• Monitor tanda gugup, irritabilitas
• Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
• Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
• Cek BB setiap hari
• Cek tanda-tanda infeksi
• Hindari terjadinya hipotermi
• Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
• Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
2) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Rencana tindakan:
• Lakukan prosedur perawatan tangan sebelum dan setelah tindakan
• Pastikan setiap benda yang dipakai kontak dengan bayi dalam keadaan bersih atau steril
• Cegah kontak dengan petugas atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
• Perhatikan kondisi feces bayi
• Anjurkan keluarga agar mengikuti prosedur septik aseptik.
• Berikan antibiotik sebagai profolaksis sesuai dengan order.
• Lakukan pemeriksaan DL, UL, FL secara teratur.
3) Resiko Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat
• Cek intake dan output
• Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan bayi /kg BB/24 jam
• Cek turgor kulit bayi
• Kaji intoleransi minum bayi
• Jika mengisap sudah baik anjurkan pemberian ASI
4) Keterbatasan gerak dan aktivitas berhubungan dengan hipoglikemi pada otot
• Bantu pemenihan kebutuhan sehari-hari
• Lakukan fisiotherapi
B. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Pengkajian
1) Airway
Tidak ada gangguan
2) Breathing
Merasa kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal
3) Circulation
Kebas,kesemutan di bagian ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran
2. Diagnosa dan Intervensi
1) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai dengan
peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 jam.
Kriteria hasil :
• tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK
• Tanda – tanda vital dalam batas normal
• Tidak adanya penurunan kesadaran
Intervensi
a. Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan
penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
b. Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
c. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
d. Pantau tekanan darah
e. Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan
kabur
f. Pantau suhu lingkungan
g. Pantau intake, output, turgor
h. Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah
i. Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
j. tinggikan kepala 15-45 derajat
k. Berikan oksigen sesuai indikasi
l. Berikan obat sesuai indikasi
2) Resiko komplikasi berhubungan dengan kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan
mental, gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
Rencana tindakan:
• Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan
• Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab
• Monitor vital sign
• Monitor kesadaran
• Monitor tanda gugup, irritabilitas
• Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12
• Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.
• Cek BB setiap hari
• Cek tanda-tanda infeksi
• Hindari terjadinya hipotermi
• Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV
• Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit
3) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan :Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam
Kriteria hasil:
• RR 16-24 x permenit
• Ekspansi dada normal
• Sesak nafas hilang / berkurang
• Tidak suara nafas abnormal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
• Auskultasi bunyi nafas.
• Pantau penurunan bunyi nafas.
• Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
• Berikan instruksi untuk latihan nafas dalaM
• Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
• Berikan oksigenasi sesuai advis
• Berikan obat sesuai indikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan
diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Tanda dan gejala hipoglikemia terdiri dari Fase I,gejala –gejala akibat aktivasi pusat autonom di
hipotalamus sehingga hormon epinefrin di lepaskan.Gejala awal ini merupakan peringatan karna
saat itu pasien masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi
hipoglikemia lanjut.Fase II,gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak ,
karna itu dinamakan gejala neurologis.
Pengkajian khusus paha hipoglikemia adalah Airway: Tidak ada gangguan; Breathing: Merasa
kekurangan oksige dan napas tersengal-sengal dan Circulation: Kebas,kesemutan di bagian
ekstremitas,keringat dingin,hipotermi, dan penurunan kesadaran

B. Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan dalam keadaan darurat secara cepat dan
tepat, mungkin perlu dilakukan prosedur tetap/protokol yang dapat digunakan setiap hari. Bila
memungkinkan , sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-
buku yang di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New Yor


Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia
Waspadji S. Kegawatan pada diabetes melitus. Dalam: Prosiding simposium: penatalaksanaan
kedaruratan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2000. hal.83-4.
ASKEP GADAR KOMA HIPOGLIKEMIA

GADAR KOMA HIPOGLIKEMIA

Definisi
Hipoglikemia adalah kadar glukosa puasa yang lebih rendah dari 70 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang mengancam, sebagai akibat dari
menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg/dl.
Hipoglikemia dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan dan latihan jasmani
serta obat yang digunakan. Pengobatan terbaik hipoglikemia adalah mencegah terjadinya hipoglikemia.

Etiologi
Etiologi hipoglikemi pada diabetes melitus (DM)
1. Hipoglikemi pada DM stadium dini.
2. Hipoglikemi dalam rangka pengobatan.
a. Penggunaan insulin.
b. Penggunaan sulfonilurea.
c. Bayi yang lahir dari ibu berkaitan dengan DM
3. Hipoglikemi yang tidak berkaitan dengan DM.
a. Hiperinsulinisme alimenter pascagastrektoni.
b. Insulinoma
c. Tumor ekstrapankreatik : fibsosorkoma, karsinoma ginjal.
d. Hipopituitarisme.

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemi pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau
sulfonilurea.
1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien.
- Pengurangan/keterlambatan makan.
- Kesalahan dosis akut.
- Perubahan tempat suntikan insulin.
- Penurunan kebutuhan insulin.
• Penyembuhan dari penyakit.
• Nefropati diabetik
• Hipotiroidisma.
• Penyakit addison.
• Hipopiturtarisme.
- Hari-hari pertama persalinan.
- Penyakit hati berat.
- Gastroparesis diabetik.

2. Faktor- faktor yang berkaitan dengan dokter.


- Pengendalian glukosa darah yang ketat.
- Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipoglikemik.
- Penggantian jenis insulin.

Patofisiologi
Ketergantungan otak setiap saat pada glukosa yang disuplai oleh sirkulasi diakibatkan oleh
ketidakmampuan otak untuk membakar asam lemak berantai panjang, kurangnya simpanan glukosa
sebagai glikogen di dalam otak orang dewasa, dan ketidaktersediaan keton dalam fase makan atau
kondisi posabsorptif.
Terdapat sedikit perdebatan tentang manakala gula darah turun dengan tiba-tiba, otak mengenali
defisiensi energinya setelah kadar serum turun jauh dibawah sekitar 45 mg/dl. Kadar dimana gejala-
gejala timbul akan berbeda dari satu pasien dengan pasien lain, dan bukanlah hal yang tidak lazim pada
kadar serendah 30 sampai 35 mg/dl untuk terjadi (spt, selama tes toleransi glukosa) tanpa gejala-gejala
yang telah disebutkan.
Yang lebih kontroversial adalah pertanyaan tentang apakah gejala-gejala dapat berkembang dalam
berespon terhadap turunnya kadar gula darah bahkan sebelum turun di bawah batasan kadar normal.
Karena suatu respon fisiologi tertentu, seperti pelepasan hormon pertumbuhan, terjadi dengan
penurunan gula darah namun tetap normal, tampaknya gejala-gejala terjadi pada kondisi ini, tetapi
stimulus penurunan kadar kemungkinan kurang kuat dan konsisten dibanding penurunan dibawah
ambang absolut. Bagaimanapun, otak tampak dapat beradaptasi sebagian terhadap penurunan kadar
gula darah, terutama jika penurunan terjadi lambat dan kronis. Bukanlah hal yang tidak lazim bagi pasien
dengan gula darah yang sangat rendah, seperti yang terjadi pada tumor pensekresi insulin, untuk
memperlihatkan fungsi serebral yang sangat normal dalam menghadapi gula darah yang rendah terus
menerus dibawah batasan normal.

Manifestasi KlinisGejala-gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar,


sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah laku yang aneh,
sensorium yang tumpul, dan koma).
Gejala-gejala hipoglikemia juga terdiri dari dua fase, yaitu :
1. Fase 1, gejala-gejala akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon epinefrin
dilepaskan. Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga dapat
diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
2. Fase 2, gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak, karena itu dinamakan gejala
neurologis.
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya
kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi
antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan
gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan
(berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,
bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau
obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi
hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga
sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-
lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan glukosa darah sebelum dan sesudah suntikan dekstrosa.

Penatalaksanaan KegawatdaruratanGejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit


setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita
diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan
sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula
diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui
mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius.
Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa
glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam
bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil
insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat
pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami
hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat
• Sakit kepala
• Gangguan penglihatan
• Palpitasi
• Mual dan mutah
• Kelemahan
• Peningkatan tekanan darah
• Kejang
• Koma

Hasil Pemeriksaan Diagnostik


• Prosedur khusus: untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa postpradial oral 5 jam menunjukkan
glukosa serum <50 mg/dl setelah 5 jam.
• Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
• Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin dua kali negatif terhadap glukosa.
• EKG: Takikardia.

3. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi: Pucat, diaforesis, Kulit lembab dan dingin, gemetar, peningkatan pernafasan dangkal.
• Palpasi: Piloreksi, kelemahan motorik.
• Auskultasi:
Gastrointestinal: peningkatan bising usus.
Kardiovaskuler: Takikardia.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan
perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi
2. Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
4. Kelelahan b/d penurunan energi metabolik

3.3 Intervensi
1. Resiko komplikasi b/d kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental, gangguan
perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.

 Cek serum glukosa sebelum dan setelah makan


 Monitor : kadar glukosa, pucat, keringat dingin, kulit yang lembab

 Monitor vital sign

 Monitor kesadaran

 Monitor tanda gugup, irritabilitas


 Lakukan pemberian susu manis peroral 20 cc X 12

 Analisis kondisi lingkungan yang berpotensi menimbulkan hipoglikemi.

 Cek BB setiap hari

 Cek tanda-tanda infeksi

 Hindari terjadinya hipotermi

 Lakukan kolaborasi pemberian Dex 15 % IV

 Lakukan kolaborasi pemberian O2 1 lt – 2 lt /menit

2. Diagnosa keperawataan: Defisit volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan.


Kriteria hasil:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan ortostatik. Hipoglikemia dapat dimanifestasikan oleh
takikardia
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa. Merupakan indikator dari tingkat
dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti
Catat hal-hal yang sering di laporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan
muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
Kolaborasi
Berikan terapi cairan sesuai dengan indikasi, normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa
dekstrosa. Mengembalikan cairan yang adekuat.

3. Diagnosa Keperawatan : Perubahan sensori perseptual b/d ketidakseimbangan glukosa.


Kriteria Hasil :
 Mempertahankan tingkat mental biasanya.
 Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau tanda-tanda vital dan status mental. Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal,
seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi mental.
Panggil pasien dengan nam, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya, misalnya terhadap
tempat, orang, dan waktu. Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak
dengan realitas.
Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran pasien terganggu. Berikan
bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan nafas buatan yang lunak jika pasien
kemungkinan mengalami kejang. Pasien mengalami disorientasi merupakan awal kemungkinan
timbulnya cedera, terutama amalam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
Berikan tempat tidur yang lembut. Pelihara kehangatan kaki/tangan, hindari terpajan terhadap air panas
atau dingin atau penggunaan bantalan atau pemanas. Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan
kemungkinan kerusakan kulit karena panas.
Kolaborasi
Pantau nilai laboratorium, glukosa darah. Keseimbangan nilai laboratorium ini dapat menurunkan fungsi
mental.

4. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan masukan oral
Kriteria Hasil :
 Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
 Menunjukkan tingkat energi biasanya.

 Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang


diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi Rasional
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat (termasuk absorpsi dan utilitisnya).
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan
pasien. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien
sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral. Pemberian makanan melalui oral
lebih baik jika paien sdar dan fungsi gastrointestinalnya baik.
Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi. Meningkatkan rasa
keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi
Konsultasi dengan ahli diet. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan : Kelelahan b/d penurunan energi metabolik


Kriteria Hasil :
 Mengungkapkan peningkatkan energi.
 Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi Rasional
Mandiri
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktifitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat
ditoleransi. Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi pasien.

Implementasi
 Memperbaiki status cairan
 Mempertahankan nutrisi yang adekuat

 Mengurangi kelelahan

 Mengurangi rasa cemas atau takut

 Memberi pengetahuan

Evaluasi

 Keseimbangan cairan membaik


 Kelelahan berkurang dan tidak merasa lelah

 Nutrisi yang adekuat dan dapat mempertahankan berat badan dan dapat memilih makanan,
jumlah, dan distribusi makanan yang cocok.

 Rasa takut atau cemas berkurangMemperoleh pengetahuan yang cukup

DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran FKUI. Jakarta : Media Aesculapius.
Carpenito Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakata : EGC.
Emedicine Journal, Emergency medicine.
http://doctorsjournals.wordpress.com/
Hudak, M. Carolyn. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai