Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI


“Operasi Miniplant”

Disusun Oleh :
Nama : Nisa Kurniawati (021500447)
: Pipit Dwi Rahayu (021500449)
Rizky Fajarudin (021500451)
Asisten : Ir. Djiwo Harsono
Kelompok :4

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
2018
A. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengoperasikan miniplant sesuai dengan urutan operasi.

B. LANDASAN TEORI
Distributed Control System (DCS) adalah suatu pengembangan system control
dengan menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya agar didapat pengontrol suatu
loop system yang lebih terpadu dan dapat dikendalikan oleh semua orang dengan cepat dan
mudah. Alat ini dapat digunakan untuk mengontrol proses dalam skala menengah sampai
besar. Proses yang dikontrol dapat berupa proses yang berjalan secara kontinyu atau proses
yang berjalan secara batching.
DCS secara umum terdiri dari digital controller terdistribusi yang mampu melakukan
proses pengaturan 1 – 256 loop atau lebih dalam satu control box. Peralatan I/O dapat
diletakkan menyatu dengan kontroler atau dapat juga diletakkan secara terpisah kemudian
dihubungkan dengan jaringan. Saat ini, kontroler memiliki kemampuan komputasional yang
lebih luas. Selain control PID, kontroler dapat juga melakukan pengaturan logic dan
sekuensial. DCS modern juga mendukung aplikasi fuzzy dan neural network.
Sistem DCS dirancang dengan prosesor redundant untuk meningkatkan kehandalan
sistem. Untuk mempermudah dalam penggunaan, DCS sudah menyertakan tampilan / grafis
kepada user dan software untuk konfigurasi control. Hal ini akan memudahkan user dalam
perancangan aplikasi. DCS dapat bekerja untuk satu atau lebih workstation dan dapat
dikonfigurasi di workstation atau dari PC secara offline. Komunikasi lokal dapat dilakukan
melewati jaringan melalui kabel atau fiber optic.
DCS berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol suatu loop system dimana satu
loop dapat mengerjakan beberapa proses control. Berfungsi sebagai pengganti alat control
manual dan otomatis yang terpisah-pisah menjadi suatu kesatuan sehingga lebih mudah
untuk pemeliharaan dan penggunaanya, serta sebagai sarana pengumpul dan pengolah data
agar didapat output proses yang tepat.
DCS digunakan sebagai alat control suatu proses. Untuk mempelajari suatu sistem
kontrol dengan DCS, harus dipahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan loop system,
dimana pada suatu loop system terdiri dari :
 Alat pengukur ( Sensor Equipment)
 Alat control untuk pengaturan proses (Controller)
 Alat untuk aktualisasi ( Actuator)

DCS terhubung dengan sensor dan actuator serta menggunakan setpoint untuk
mengatur aliran material dalam sebuah plant / proses. Sebagai contoh adalah pengaturan
setpoint control loop yang terdiri dari sensor tekanan, controller, dan control valve.
Pengukuran tekanan atau aliran ditransmisikan ke kontroler melalui I/O device. Ketika
pengukuran variable tidak sesuai dengan set point (melebihi atau kurang dari setpoint),
kontroller memerintahkan actuator untuk membuka atau menutup sampai aliran proses
mencapai set point yang diinginkan.
Kelebihan DCS

 Fungsi control terdistribusi diantara FCS


 Sistem redundancy tersedia di setiap level
 Modifikasi interlock sangat mudah dan fleksible
 Informasi variable proses dapat ditampilkan sesuai dengan keinginan user
 Maintenance dan troubleshooting menjadi lebih mudah

Secara umum komponen dari DCS terdiri dari 3 komponen dasar yaitu:
Operator Station, Control Module, dan I/O module.

a. Operator Station

Operator station merupakan tempat dimana user melakukan pengawasan atau


monitoring proses yang berjalan. Operator station digunakan sebagai interface dari sistem
secara keseluruhan atau biasa juga dikenal dengan kumpulan dari beberapa HIS (Human
Interface Station). Bentuk HIS berupa komputer biasa yang dapat mengambil data dari
control station. Operator station dapat memunculkan variable proses, parameter control, dan
alarm yang digunakan user untuk mengambil status operasi. Operator station juga dapat
digunakan untuk menampilkan trend data, messages, dan data proses.

b. Control Module

Control modul merupakan bagian utama dari DCS. Control modul adalah pusat
kontrol atau sebagai otak dari seluruh pengendalian proses. Control modul melakukan proses
komputasi algoritma dan menjalankan ekspresi logika. Pada umumnya control module
berbentuk blackbox yang terdapat pada lemari atau cabinet dan dapat ditemui di control
room. Control module biasanya menggunakan mode redundant untuk meningkatkan
kehandalan control.

Fungsi dari control module adalah mengambil input variable yang akan dkontrol.
Nilai variable tersebut akan dikalkulasi. Hasil dari kalkulasi ini akan dibandingkan dengan set
point yang sudah ditentukan. Set point ini adalah nilai yang diharapkan sebuah proses. Jika
hasil kalkulasi berbeda dengan set point, nilai tersebut harus dimanipulasi sehingga mencapai
set point yang sudah ditentukan. Hasil manipulasi nilai akan dikirim ke input output modul
dan untuk disampaikan ke aktuator.

c. I/O Module

I/O Module merupakan interface antara control module dengan field instrument. I/O
module berfungsi menangani input dan output dari suatu nilai proses, mengubah sinyal dari
digital ke analog dan sebaliknya. Modul input mendapatkan nilai dari transmitter dan
memberikan nilai proses kepada FCU untuk diproses, sedangkan FCU mengirimkan
manipulated value kepada modul output untuk dikirim ke actuator. Setiap field instrument
pasti memiliki alias di I/O module. Setiap field instrument memiliki nama yang unik di I/O
Module.
C. LANGKAH PERCOBAAN
 Pada power panel, aktifkan MCB 1-9
 Pada power panel, posisikan Inverter 1 – 4 pada posisi “Remote”

 Pada DCS Panel, nyalakan DCS panel dengan mengaktifkan MCB paling kanan
berurutan hingga paling kiri.
 Nyalakan HIS0164 dan HIS0163:
Login : administrator
Pass : yin admin
 Buka tampilan system view dan pastikan project miniplant “MNPLT” sebagai project
default.
 Lakukan proses offline download dengan cara klik FCS0101 (pada project MNPLT)
Load Download.
 Tunggu hingga proses offline download selesai.
 Cek jika semua transmitter (Pressure transmitter, Level transmitter, temperature
transmitter, dan flow transmitter) telah menyala (Sumber power transmitter berasal
dari DCS IO Module).

B. Intake water ke Tank 1 & Tank 2


 Pastikan manual valve BV01 & BV02 telah terbuka.
 Buka XV01 dan XV02 dengan cara klik icon valve XV01 dan XV02 kemudian
 tekan ON.
 Pastikan XV01 dan XV02 telah terbuka dengan pengecekan pada indikasi
 grafik DCS dan juga indikasi pada contactor 7 & 8 pada power panel.
 Nyalakan PU01 dengan cara klik icon PU01 kemudian tekan ON.
 Atur putaran (rpm) PU01 dengan mengisi data input PU01 pada grafik.

C. Stop intake water ke Tank 1 & Tank 2


 Hentikan putaran (rpm) PU01 dengan mengisi data input PU01 menjadi “0” pada
grafik.
 Matikan PU01 dengan cara klik icon PU01 kemudian tekan OFF.
 Tutup XV01 dan XV02 dengan cara klik icon valve XV01 dan XV02 kemudian
tekan OFF.
 Pastikan XV01 dan XV02 telah tertutup dengan pengecekan pada indikasi grafik
 DCS dan juga indikasi pada contactor 7 & 8 pada power panel.
 Tutup manual valve BV01 & BV02.

D. Transfer water dari Tank 1 ke Tank 3


 Pastikan manual valve BV07 dan BV09 telah terbuka.
 Klik FIC01 dan kemudian set nilai SV (target flow) dan rubah menjadi mode
 “AUT”.
 Buka manual valve BV05.
 Nyalakan PU02 dengan cara klik icon PU02 kemudian tekan ON.
 Atur putaran (rpm) PU02 dengan mengisi data input PU02 pada grafik.
E. Stop transfer water dari Tank 1 ke Tank 3
 Hentikan putaran (rpm) PU02 dengan mengisi data input PU02 menjadi “0” pada
grafik.
 Matikan PU02 dengan cara klik icon PU02 kemudian tekan OFF.
 Klik FIC01 dan kemudian rubah menjadi mode “MAN” dan set MV menjadi “0”.
 Tutup manual valve BV05.
 Tutup manual valve BV07 & BV09.

F. Transfer water dari Tank 2 ke Tank 3


 Pastikan manual valve BV08 dan BV10 telah terbuka.
 Klik FIC02 dan kemudian set nilai SV (target flow) dan rubah menjadi mode
“AUT”.
 Buka manual valve BV06.
 Nyalakan PU03 dengan cara klik icon PU03 kemudian tekan ON.
 Atur putaran (rpm) PU03 dengan mengisi data input PU03 pada grafik.

G. Stop transfer water dari Tank 2 ke Tank 3


 Hentikan putaran (rpm) PU03 dengan mengisi data input PU03 menjadi “0” pada
grafik.
 Matikan PU03 dengan cara klik icon PU03 kemudian tekan OFF.
 Klik FIC02 dan kemudian rubah menjadi mode “MAN” dan set MV menjadi “0”.
 Tutup manual valve BV06.
 Tutup manual valve BV08 & BV10.

H. Menyalakan Agitator Tank 3 (AG03)


 Nyalakan AG03 dengan cara klik icon AG03 kemudian tekan ON.
 Atur putaran (rpm) AG03 dengan mengisi data input AG03 pada grafik.

I. Mematikan Agitator Tank 3 (AG03)


 Hentikan putaran (rpm) AG03 dengan mengisi data input AG03 menjadi “0” pada
grafik.
 Matikan AG03 dengan cara klik icon AG03 kemudian tekan OFF.

J. Transfer water dari Tank 3 ke Tank 1


 Pastikan manual valve BV13 dan BV14 telah terbuka.
 Klik LIC03 atau CV03 dan kemudian set nilai SV (target level) dan rubah menjadi
mode “AUT” (Transfer akan terjadi jika level pada Tank 3 melewati nilai SV).
 Buka manual valve BV12.
 Nyalakan PU04 dengan cara klik icon PU04 kemudian tekan ON.

K. Stop transfer water dari Tank 2 ke Tank 3


 Matikan PU04 dengan cara klik icon PU04 kemudian tekan OFF.
 Klik LIC03 atau CV03 dan kemudian rubah menjadi mode “MAN” dan set MV
menjadi “0”.
 Tutup manual valve BV12.
 Tutup manual valve BV13 & BV14.
D. PERHITUNGAN
Dari data Level Air yang diperoleh, praktikan juga dapat menghitung volume air
berdasarkan rumus:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑙𝑎𝑠 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖

Setelah diukur menggunakan meteran, dapat diperoleh keliling Tangki sebesar 245
cm.

𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 2 𝜋𝑟
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑟= 2𝜋

245 𝑐𝑚
𝑟= = 38,99 𝑐𝑚 = 3,9 dm
2𝜋

1. Pada Transfer water dari Tank 1 ke Tank 3:


Pada proses ini, digunakan data pada nilai PV yang mendekati nilai SV=60 L/m,
yakni pada saat Flow 63,84 L/m, dengan nilai rpm sebesar 30%.

 Volume pada Tangki 3

 Berdasarkan level air


Penambahan Volume = V2-V1
Penambahan Volume = (3,14 x 3,9 x 3,9 x 0,007) - (3,14 x 3,9 x 3,9 x0,006)
= 0,33432 – 0,2865
Penambahan Volume = 0,0478 Liter

 Berdasarkan flow
Pengurangan Volume = (Flow x waktu)
Pengurangan Volume = (63,84 L/m x 0,5 m) = 31,92 Liter

Didapat selisih anatara berdasarkan level air dan flow: 31,872 Liter

 Volume pada Tangki 1

 Berdasarkan level air


Pengurangan Volume = V2 - V1
Pengurangan Volume = (3,14 x 3,9 x 3,9 x 5,745 dm) - (3,14 x 3,9 x 3,9
x6,348 dm)
= 274,38 – 303,18
Pengurangan Volume = - 28,8 Liter
 Berdasarkan flow
Pengurangan Volume = (Flow x waktu)
Pengurangan Volume = (63,84 L/m x 0,5 m) = 31,92 Liter

Didapat selisih anatara berdasarkan level air dan flow: 3,12 Liter

2. Pada Transfer water dari Tank 2 ke Tank 3:


Pada proses ini, digunakan data pada nilai PV yang mendekati nilai SV=70 L/m,
yakni pada saat Flow 58,6 L/m, dengan nilai rpm sebesar 30%.

 Volume pada Tangki 3

 Berdasarkan level air


Penambahan Volume = V2 - V1
Penambahan Volume = (3,14 x 3,9 x 3,9 x 0,324 dm) - (3,14 x 3,9 x 3,9
x0,007 dm)
= 15,47 – 0,334
Penambahan Volume = 15,136 Liter

 Berdasarkan flow
Penambahan Volume = Flow x waktu
Penambahan Volume = 58,6 L/m x 0,5 m = 29,3 Liter

Didapat selisih anatara berdasarkan level air dan flow: 14,164 Liter

 Volume pada Tangki 2

 Berdasarkan level air


Pengurangan Volume = V2 - V1
Pengurangan Volume = (3,14 x 3,9 x 3,9 x 2,071) - (3,14 x 3,9 x 3,9 x2,971)
= 98,9 – 141,89
Pengurangan Volume = - 42,99 Liter

 Berdasarkan flow
Penambahan Volume = Flow x waktu
Penambahan Volume = 58,6 L/m x 0,5 m = 29,3 Liter

Didapat selisih anatara berdasarkan level air dan flow: 13,69 Liter
E. PEMBAHASAN
Praktikum ini memiliki tujuan agar mahasiswa dapat mengoperasikan miniplant
sesuai dengan urutan operasi. Pada praktikum ini, digunakan mini power plant dengan sistem
DCS yang sudah terpasang dengan program yang sesuai. Praktikan bertugas sebagai operator
dimana praktikan hanya menjalankan perintah sesuai prosedur operasi tanpa mengubah
program yang ada di dalamnya. Mengubah program adalah wewenang engineer yang berada
di lapangan.
Sebelum melakukan praktikum, para praktikan melakukan persiapan dengan
mengenal terlebih dahulu mini plant yang akan dioperasikan. Pengenalan dimulai dengan
mengamati sistem, lalu menggambar P&ID dari mini plant, serta melakukan simulasi
pengoperasian.
Simulasi pengoperasian dimulai dengan menyalakan power panel yang berisi banyak
MCB dan inverter dengan fungsi yang berbeda-beda. Lalu melakukan pengoperasian dibantu
oleh pembimbing praktikum. Hal ini bertujuan agar ketika pengoperasian mini plant yang
sebenarnya, tidak terjadi kesalahan fatal dan praktikan lebih mengenal mini plant secara
keseluruhan dengan melakukan praktek pengoperasiaannya.
Secara garis besar terdapat 5 proses pada mini plant ini. Yaitu proses intake water ke
tank 1 dan tank 2, transfer water dari tank 1 ke tank 3, transfer water dari tank 2 ke tank 3,
transfer water dari tank 3 ke tank 1, serta proses pengadukan dengan agitator.
Proses intake water ke tank 1 dan tank 2 menggunakan pompa dengan dua kali proses
selama 30 detik untuk tiap sekali prosesnya. Valve BV01, BV02, XV01, dan XV02 harus
dipastikan sudah terbuka terlebih dahulu agar air dapat mengalir. Pada proses pertama
digunakan kecepatan pemompaan sebesar 50%-nya yaitu sebesar 1242 rpm dan proses kedua
menggunakan pemompaan dengan kecepatan 60%-nya yaitu 1993 rpm. Suhu pada tank tidak
ada perubahan dari awal proses sampai akhir, dan perubahan level paling besar terjadi di
Tank 2.
Proses transfer water dari tank 1 ke tank 3 menggunakan pompa untuk mengalirkan
air. Pada proses kedua ini BV07, BV09, dan BV05 harus dipastikan terbuka sepenuhnya.
Digunakan PU02 untuk mengalirkan air. Seperti percobaan sebelumnya, dilakukan 2 kali
proses transfer dengan masing-masing waktunya adalah 30 detik dan laju aliran yang
digunakan adalah 60 liter per menit. Digunakan kecepatan yang berbeda yaitu pada proses
pertama adalah 20% dan pada proses kedua adalah 30%. Karena pada awalnya Tank 3 tidak
berisi air, tidak terjadi banyak perubahan level di Tank 3 dan Tank 1.
Proses ketiga adalah proses transfer water dari tank 2 ke tank 3. Digunakan pompa
untuk mengalirkan air. Pada proses kedua ini BV08, BV010, dan BV06 harus dipastikan
terbuka sepenuhnya. Digunakan PU03 untuk mengalirkan air. Seperti percobaan sebelumnya,
dilakukan 2 kali proses transfer dengan masing-masing waktunya adalah 30 detik dan laju
aliran yang digunakan adalah 60 liter per menit. Digunakan kecepatan yang berbeda yaitu
pada proses pertama adalah 20% dan pada proses kedua adalah 30%. Pada proses ini level
tank 3 mengalami kenaikan yang cukup besar dengan level air pada akhir pengamatan.
Proses keempat adalah proses transfer water dari tank 3 ke tank 1. Tidak digunakan
pompa untuk mempercepat proses mengalirkan air. Pada proses kedua ini BV13, BV14, dan
BV15 harus dipastikan terbuka sepenuhnya. Karena dilakukan tanpa menggunakan pompa
dan hanya dilakukan 1 kali proses pengaliran selama 30 detik dengan aliran sebesar 60 liter
per menit, maka perubahan level yang terjadi tidak terlalu signifikan.
Proses agitator dilakukan namun tidak ada data yang dicatat karena proses yang
terjadi adalah pengadukan. Dan karena isi air pada Tank 3 tidak banyak, proses pengadukan
yang dilakukan pun tidak lama.

F. KESIMPULAN

Dari praktikum Sistem Kendali Terdistribusi mengenai Pengoperasian Mini Plant di STTN-
BATAN, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

 Praktikan telah mampu mengoperasikan miniplant sesuai dengan urutan operasi yang
benar
 Data pengukuran parameter operator dan lapangan tidak ada perbedaan yang cukup
besar, atau bisa dikatakan pengukuran operator dan lapangan hampir sama
 Terjadi penyimpangan yang kecil pada perhitungan kenaikan volume antara hasil
ideal terhadap hasil praktikum

G. DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Djiwo. 2017. Petunjuk Praktikum Operasi Miniplant DCS. Yogyakarta :
STTN-BATAN
Eko, Ardian. 2012. Distributed Control System.
https://ardianeko.wordpress.com/2012/05/25/distributed-control-system/.
(diakses 1 Mei 2018)

Yogyakarta, 10 April 2018

Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3

Nisa Kurniawati Pipit Dwi Rahayu Rizky Fajarudin

Anda mungkin juga menyukai