Pulau Halmahera
Pulau Halmahera
GL 3201
GEOLOGI INDONESIA
Resume
Disusun oleh :
Muchamad Andara
12115064
1. Fisiografi
Fisiografi Pulau Halmahera terbagi 3 bagian yaitu Mandala Halmahera Timur, Mandala Halmahera
Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter. (Apandi dan Sudana, 1980)
Mandala Halmahera Barat meliputi bagian Utara dan Lengan Selatan Halmahera. Morfologi
mandala ini meliputi perbukitan batuan sedimen, pada daerah baugamping berumur Neogen
dengan morfologin karst dan di beberapa tempat terdapat morfologi kasar merupakan cerminan
batuan gunungapi berumur Oligo- Miosen
Mandala ini meliputi pulau-pulau kecil di sebelah Barat Pulau Halmahera. Deretan pulau-pulau ini
kecil membentuk suatu busur kepulauan gunung api Kuarter, sebagian besar pulaunya berbentuk
kerucut gunungapi yang masih aktif
Gambar 1. Fisiografi Pulau Halmahera terbagi 3 bagian yaitu Mandala HalmaheraTimur,Mandala
Halmahera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter
Bagian Utara Halmahera merupakan bagian dari lempeng samudra Philipina yang
menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suatu konfigurasi
busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian Barat Pasifik. Pulau ini dicirikan
oleh “double arc system“ dibuktikan oleh terdapatnya endapan vulkanik di lengan barat dan
non vulkanik di lengan Timur. Secara geologi dan tektonik Halmahera cukup unik, karena
pulau ini terbentuk dari pertemuan 3 lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia yang
terjadi sejak Zaman Kapur.
Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timurlaut-
baratdaya, dan Baratlaut-Tenggara, Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik
umumnya berarah Utara-Selatan dan Baratlaut-Tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada
Kapur Awal dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen
dengan batuan berumur Eosen-Oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang
berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunungapi. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada
Jaman Eosen- Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada Jaman Holosen berupa pengangkatan
terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batugamping.
2. Sistem Tektonik Pulau Halmahera (Present Day)
Kolisi menciptakan punggungan tengah tinggi di Laut Maluku yang didorong ke dua
busur depan yang bertabrakan. Zona pusat ini, ditandai oleh kegempaan dangkal yang kuat
dan gravitasi yang rendah yaitu Laut Maluku "mélange wedge" atau "kompleks tabrakan"
(Silver dan Moore, 1978; Hamilton, 1979; Moore et al., 1981) yang terpapar di Pulau Talaud.
Zona ini berlanjut ke utara menuju Mindanao di mana tabrakan terjadi di Miosen dan Patahan
Filipina mengikuti zona suture (Moore dan Perak, 1983). Batas selatan wilayah ini adalah zona
sesar Sorong di mana Halmahera saat ini bergerak ke barat sehubungan dengan Australasia
(Hamilton, 1979). Batas lempeng Halmahera Timur tidak pasti. Timur laut Halmahera, Palung
Filipna diketahui sangat muda (Hamilton, 1979; Cardwell et al., 1980), dengan kurang dari 150
km litosfer yang disubduksi, tetapi tidak meluas ke selatan sekitar 2°N.
3. Sejarah Tektonik Pulau Halmahera
Pada Miosen Awal terjadi penunjaman (subduksi) Lempeng Laut Maluku ke arah barat
di bawah Busur Sangihe, peristiwa ini diikuti subduksi ke arah timur di Halmahera yang terjadi
pada Miosen Tengah. Dua subduksi ini kemudian membentuk lempeng baru, yaitu Lempeng
Laut Maluku. Lempeng Laut Maluku ini memiliki bentuk seperti huruf U yang terbalik.
Lempeng ini menunjam ke timur, di bawah Busur Halmahera, dan ke barat, di bawah Busur
Sangihe. Bukti dari zona subduksi ini tampak pada persebaran hiposenter gempabumi di zona
Benioff di bawah busur Sangihe yang mencapai kedalaman 600 km di bawah Laut Sulawesi.
Di sisi lain, Busur Halmahera juga telah “menelan” sekitar 200-300 km dari Lempeng Laut
Maluku. Kemunculan andesit dan basalt di Halmahera Barat juga dapat mebuktikan bahwa
subduksi pernah terjadi di lempeng ini.
Busur Sangihe dan Busur Halmahera bergerak semakin mendekat. Tumbukan antar
busur pun mulai tampak pada masa Pliosen. Tumbukan diawali dengan Busur Halmahera yang
pecah pada jalur vulkanik aktifnya.
Setelah Miosen, terjadi pengangkatan yang signifikan di Halmahera Timur. Hal ini
ditandai dengan ketidakselarasan yang tampak pada dasar batugamping yang sekarang
tersingkap hingga 1 km di atas permukaan laut. Dari arah barat laut-tenggara juga terdapat
sesar yang menyebabkan pengangkatan. Pada Miosen juga terjadi penurunan di Teluk Kao.
Teluk Kao adalah cekungan yang memisahkan lengan barat laut dan timur laut Halmahera,
cekungan ini lah yang kemudian menjadi tempat pengendapan napal. Di sisi selatan cekungan
ini terdapat Sesar Subaim yang memiliki arah timur laut-barat daya. Sesar ini diperkirakan telah
aktif pada awal Pliosen. Pembentukan Halmahera Timur hingga menyerupai huruf K
ditentukan oleh sesarsesar ini. Hal ini didukung dengan peta isopach sedimen di tiga cekungan
yang berada di Halmahera Timur. Di Teluk Kao dan Buli ketebalan sedimen mencapai lebih
dari 1 km sementara di Teluk Weda mencapai lebih dari 5 km.
Halmahera didominasi oleh sesar-sesar vertikal, tetapi ada pula sesar yang memiliki
arah berbeda. Salah satu sesar tersebut adalah Sesar Sorong yang berada di selatan Halmahera.
Sesar ini terlibat dalam penentuan posisi Pulau Bacan hingga menjadi tegak lurus dengan arah
sesar utama. Zona sesar transform inilah yang “memutar” pulau di ujung selatan Halmahera ini
menuju ke arah barat hingga memiliki posisi seperti sekarang.
4. Tatanan Stratigrafi
Pada akhir Eocene, busur dan busur depan membentuk basement Halmahera yang
terdeformasi dan terangkat. Oligosen adalah periode pengangkatan dan pengikisan dalam
Kompleks Basement yang membentuk lembah-lembah dalam yang mengandung konglomerat
9erpentin fluviatile yang sekarang sedang digali kembali oleh sungai-sungai saat ini. Penurunan
yang lambat dimulai di Halmahera timur pada Oligosen tengah-akhir, yang mengarah ke
pengendapan marls, dan pengendapan karbonat karang mulai lebih jauh ke barat di Miosen
Awal. Untuk sisa waktu Miosen seluruh wilayah adalah situs pengendapan karbonat laut
dangkal. Di Halmahera timur dan tengah terjadi perubahan dari endapan karbonat ke marl di
Pliosen awal, diikuti oleh peningkatan tajam pada serpihan siliciclastic yang diendapkan
sebagai turbidit dalam fitur submarine fan. Hancuran vulkanik Calc-alkaline muncul dalam
urutan (sequence) di pertengahan Pliocene dan jumlah material vulkanik meningkat seiring
waktu, awalnya sebagai tufa dan turbidit volkaniklastik dan kemudian sebagai lava. Transisi
cepat ini ditafsirkan sebagai hasil inisiasi subduksi litosfer Laut Maluku di sebelah barat
Halmahera dan pembentukan busur vulkanik Pliosen di provinsi barat. Pecahnya litosfer
didahului oleh keruntuhan mendadak kerak di bawah Halmahera timur, tepat di belakang busur,
mengakibatkan penurunan cepat dari batugamping terumbu Miosen. Cekungan sedimen yang
terbentuk diisi secara menyeluruh oleh urutan mengasar ke atas (coarsening up ward) dengan
komponen vulkaniklastik meningkat menandai cekungan dangkal dan meningkatkan aktivitas
busur dengan lava dan breksi volkanik subaerial dan konglomerat di tingkat tertinggi. Busur
Pliosen dibangun di atas dasar erosi dari busur Tersier awal dan posisi di mana litosfer retak,
yang mengarah ke subduksi dari Lempeng Laut Maluku, kemungkinan ditentukan oleh kerak
yang menebal di bawah busur yang lebih tua.
Pulau Halmahera masuk ke dalam Peta lembar Ternate dimana terdapat 17 formasi dan satuan yang
telah di petakan, dengan kisaran berumur sebelum Kapur sampai Holosen.
Qa Aluvium dan endapan pantai (lempung, lanau, pasir, kerikil)
Ql Batugamping terumbu (batugamping koral dan breksi batugamping
Tmpw Formasi Weda (batupasir, napal, konglomerat dan batugamping)
Tmpt Formasi Tingteng (batugamping hablur dan pasiran, napal dan batupasir
Tpmc Satuan konglomerat (komponen ultrabasa, basal, rijang, diorite dan batusabak)
Tomt Formasi Tutuling (batugamping)
Tped Formasi Dorosagu (batupasir, serpih dan batugamping)
Tpec Satuan konglomerat (komponen ultrabasa, gabro, 10erpent, batupasir dan
gamping) Tpel Satuan batugamping
Kd Formasi Dodaga (serpih, batugamping dan rijang)
BATUAN GUNUNG API
Qhv Satuan batuan gunung api (breksi andesit, lava andesit – basal dan tufa)
Qht Satuan tufa (tufa batuapung, tufa 10erpent)
Qpk Formasi Kayasa (breksi, lava dan tufa)
Tomb Formasi Bacan (breksi, lava dan tufa)
BATUAN BEKU
Di Satuan 10erpent (tonalit dan hornblende diorite
Gb Satuan gabro ((gabro piroksen, gabro hornblende)
Ub Satuan ultrabasa (10erpentinite, piroksenit dan dunit) Sumber PT. Antam Tbk,Unit Geomin
Gambar 6. Stratigrafi Daerah Halmahera yang terdiri 17 formasi dan satuan yang telah di petakan tersebar di
Mandala Halmahera Timur dan Mandala Halmagera Barat dan Busur Kepulauan Gunungapi Kuarter
DAFTAR PUSTAKA
Hall, Robert. 1987. Plate Boundary Evolution in the Halmahera Region, Indonesia.
Amasterdam : EIsevier Science Publishers B.V.
Haryadi, Muhammad. Struktur Geologi Regional Halmahera.
https://www.academia.edu/18996079/Struktur_geologi_regional_halmahera
Nurul, Luthfi. 2014. Sedikit Catatan Tentang Tektonik Halmahera. Bandung : GEA ITB