Anda di halaman 1dari 3

Lempeng Tektonik Maluku

Laut Maluku terletak di pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Eurasia,
Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Australia. Daerah Laut Maluku merupakan Zona
Tumbukan Busur dan Busur (arc-arc collision) (Silver dan Moore, 1978 dalam Moore dkk.,
1981; Hamilton, 1979) antara dua buah subduksi yang saling berhadapan (Gambar II-21).
Daerah ini berada dalam zona kompleks interaksi Lempeng Pasifik, Lempeng Filipina,
Lempeng Eurasia, dan Lempeng Australia. Kondisi Lempeng Laut Maluku saat ini tersubduksi
di sepanjang batas timur di bawah Busur Halmahera dan batas barat di bawah Busur Sangihe.
Zona penunjamam antara Lempeng Laut Maluku ke timur di bawah Halmahera dan ke
barat di bawah Sangie Arc. Zona ini berbentuk huruf U terbalik menyebabkan terjadinya deretan
gunung berapi aktif di Sangie Arc di sebelah barat Laut Maluku dan deretan gunung berapi aktif
di Halmahera di sebelah timur laut Maluku.

Pada tahun 2014 Maluku pernah mengalami gempat berkekuatan Mw = 7,1 lalu dilakukan
penelitian perubahan lempeng tektonik di pusat gempa tersebut. Penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa terjadi splay-fault rupture setelah gempa Maluku 2014 Mw = 7,1. Data
GPS yang digunakan telah melalui tahapan pengolahan berupa koreksi atmosferik, perhitungan
loose constraint, penentuan koordinat pendekatan, dan parameter orientasi bumi.
Penelitian ini menemukan pula bahwa gempa Maluku 2014 yang berkekuatan Mw = 7,1
muncul dalam sesar yang belum terpetakan. Meskipun terdapat kesulitan karena keterbatasan
data GPS, hasil untuk pergerakan selama coseismic cukup menjelaskan displacement maksimum
sebesar 36 cm. Hal ini mengindikasikan bahwa splay fault di wilayah double subduction Maluku
bisa bersifat aktif

Bumi Maluku bisa serumit itu karena terjadinya proses benturan antar busur (arc-arc collission)
sebagai bagian dari proses menutupnya cekungan samudera. Lempeng Eurasia bergerak ke timur pada
kecepatan 2 cm/tahun. Sedangkan lempeng Laut Filipina mendesak ke barat pada laju 7 cm/tahun.
Sebagai akibatnya mikrolempeng Sangihe dan Halmahera yang ada di antara keduanya saling
berbenturan sembari mendesak mikrolempeng Laut Maluku melesak terbenam. Proses ini menciptakan
kompleks benturan Laut Maluku dengan subduksi ganda Sangihe sebagai ciri khasnya. Disebut subduksi
ganda, karena satu lempeng yang sama (yakni mikrolempeng laut Maluku) mengalami subduksi dengan
dua lempeng yang saling berbatasan dengannya. Pada bagian barat barat subduksi ganda ini terbentuk
Parit Sangihe, tempat mikrolempeng Laut Maluku menyelusup di bawah mikrolempeng Sangihe.
Sementara bagian timur subduksi ganda itu membentuk Parit Talaud atau Parit Halmahera, dimana
mikrolempeng Laut Maluku menyelusup di bawah mikrolempeng Halmahera

Anda mungkin juga menyukai