Anda di halaman 1dari 3

3.1.5.

Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan

Sebagaimana diuraikan dalam Pasal 9 Ayat (1) PP Nomor 46 Tahun 2016


dan Pasal 20 Ayat (2) Permenlhk Nomor 69 Tahun 2017, langkah berikutnya
adalah melakukan identifikasi isu strategis melalui penapisan hasil
identifikasi isu pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan
paling kurang 6 (enam) parameter, yang terdiri atas: (a). karakteristik
wilayah; (b). tingkat potensi dampak; (c). keterkaitan antar isu
pembangunan berkelanjutan; (d). keterkaitan dengan materi muatan
kebijakan, rencana, dan/ atau program; (e). muatan rencana perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup; dan (f). hasil kajian lingkungan hidup
strategis dari kebijakan, rencana, dan/ atau program pada hirarki di
atasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang
berdekatan, dan atau memiliki keterkaitan dan/ atau relevansi langsung.

Analisis pengaruh karakteristik wilayah terhadap isu pembangunan


berkelanjutan terhadap, dilakukan dengan menggunakan data dan/ atau
peta spasial, antara lain: peta rupa bumi Indonesia, peta rencana tata ruang,
peta tutupan lahan. Hasil tumpangsusun (overlay) ini dapat mengetahui
keterkaitan isu pembangunan berkelanjutan dengan karakteristik rupa
bumi serta klasifikasi tutupan lahan di wilayah tertentu, selanjutnya
ditelaah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Pengaruh
parameter karakteristik wilayah ini dikuantifikasi dengan memberikan nilai
pembobotan: “0” bila tidak mempengaruhi isu dan “1” bila mempengaruhi isu.

Analisis tingkat potensi dampak isu pembangunan berkelanjutan dilakukan


dengan cara mencari informasi yang bersumber dari para pemangku
kepentingan maupun pustaka acuan tentang indikasi luas cakupan wilayah
serta frekuensi dan/ atau intensitasnya. Pengaruh parameter tingkat potensi
dampak ini dikuantifikasi dengan memberikan nilai pembobotan: “1” :
rendah/ setempat; “2” : sedang/ luas; dan “3” : tinggi/ sangat luas.

Analisis keterkaitan antar isu pembangunan berkelanjutan dilakukan


dengan cara analisis hubungan kausalitas sebab akibat dan ditelaah sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Parameter keterkaitan antar isu
pembangunan berkelanjutan ini dikuantifikasi dengan memberikan nilai
pembobotan: “0” bila tidak saling berkaitan dan “1” bila terdapat keterkaitan.

Analisis keterkaitan isu pembangunan berkelanjutan terhadap materi


kebijakan, rencana, dan/ atau program yang termuat dalam rencana tata
ruang dan wilayah, dilaksanakan dengan cara menumpang-susunkan isu
pembangunan berkelanjutan dengan peta rencana tata ruang dan wilayah
sehingga dapat diketahui keterkaitan antar keduanya. Parameter keterkaitan
materi muatan kebijakan, rencana, dan/ atau program rencana tata ruang
dan wilayah ini dikuantifikasi dengan memberikan nilai pembobotan: “0” bila
tidak saling berkaitan dan “1” bila terdapat keterkaitan

Analisis muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


dilakukan dengan cara menumpang susunkan isu PBStrategis dengan Peta
RPPLH. Parameter muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dikuantifikasi dengan memberikan nilai pembobotan “0”
bila tidak tercantum dalam muatan RPPLH/ belum tersusun RPPLH; dan “1”
bila telah tercantum dalam muatan RPPLH.

Analisis hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana dan/atau Program pada


hierarki di atasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang
berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau dilakukan dengan cara
analisis keterkaitan isu pembangunan berkelanjutan dengan hasil KLHS
sebagaimana dimaksud, baik di tingkat provinsi maupun daerah di
sekitarnya. Paramater hasil KLHS dari KRP pada hirarki diatasnya yang
harus diacu, serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan, dan/ atau
memiliki keterkaitan dan/ atau relevansi langsung ini dikuantifikasi dengan
memberikan penilaian pembobotan “0” bila tidak ada keterkaitan dan “1” bila
terdapat keterkaitan.

Untuk menetapkan kelompok isu pembangunan berkelanjutan yang


merupakan isu strategis dan bukan isu strategis, dilakukan dengan cara:
a. Penentuan nilai rentang dengan menggunakan formula: 0,5 * (nilai
tertinggi – nilai terendah), R = 0,5 * (8-0) = 4
b. Dengan demikian diperoleh ketentuan nilai strategis :
1) Bukan isu strategis berada pada rentang nilai 1 s.d. 4; dan
2) Merupakan Isu strategis berada pada rentang nilai 5 s.d. 8

Hasil telaahan isu-isu pembangunan berkelanjutan prioritas


dikonsultasikan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk
pengayaan dan penajaman isu pembangunan berkelanjutan yang paling
strategis. Hasil konsultasi menjadi dasar telaahan pada tahap identifikasi
isu-isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis.

3.1.6. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas

Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 Ayat (2) PP Nomor 46 Tahun 2016,
langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi dan perumusan isu
pembangunan berkelanjutan prioritas. Secara umum, langkah ini dilakukan
dengan cara melakukan analisis pengaruh antara hasil yang diperoleh
dalam tahapan kerja sebagaimana dijelaskan pada bagian 3.1.5 di atas
dengan parameter berikut:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
b. perkiraan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
e. status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
h. tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan
sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat;
i. risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan
j. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu yang secara
tradisional dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Analisis isu pembangunan berkelanjutan prioritas ini dilakukan dengan


tehnik uji silang pembobotan. Bobot terendah bernilai 1 (satu), dan tertinggi
bernilai 5 (lima). Nilai 1 (satu) bobot yang tidak memiliki pengaruh dan nilai
5 (lima) bobot yang sangat berpengaruh. Secara rinci, rentang nilai
pembobotan ini sebagai berikut: (a). nilai “1” : untuk tidak berpengaruh; (b).
nilai “2” : untuk berpengaruh rendah; (c). nilai “3” : untuk berpengaruh
sedang; (d). nilai “4” : untuk berpengaruh tinggi; dan (e). Nilai “5” : untuk
berpengaruh sangat tinggi.

Untuk menetapkan kelompok isu pembangunan berkelanjutan yang


merupakan isu strategis dan bukan isu strategis, dilakukan dengan cara:
a. Penentuan nilai rentang dengan menggunakan formula: 0,5 * (nilai
tertinggi – nilai terendah), R = 0,5 * (50-0) = 25;
b. Dengan demikian diperoleh ketentuan nilai strategis :
3) Bukan isu prioritas berada pada rentang nilai < 25; dan
4) Merupakan Isu prioritas berada pada rentang nilai ≥ 25.

Untuk menentukan isu pembangunan berkelanjutan prioritas ditentukan


berdasarkan kesepakatan pada saat pelaksanaan konsultasi publik yang
dihadiri oleh para pemangku kepentingan serta masyarakat.Hasil
kesepakatan para pemangku kepentingan terhadap isu PB prioritas,
dirumuskan dalam Berita Acara (BA) yang ditetapkan oleh Ketua Kelompok
Kerja.

Anda mungkin juga menyukai