Anda di halaman 1dari 31

METODOLOGI RISET KEBIJAKAN:

POSITIVIST DAN NON-


POSITIVIST/naturalistik
PENTINGNYA DATA DAN BERBAGAI
BENTUK DATA DALAM ANALISIS
KEBIJAKAN
• Pentingnya Data dalam Analisis Kebijakan: Kemunculan Pendekatan
Evidence Based Policy (EBP)
• Data merupakan komponen penting dalam analisis kebijakan karena
data tersebut akan ditransformasikan menjadi informasi yang menjadi
basis pengambilan keputusan.
• Data yang digunakan dalam analisis kebijakan dapat berupa angka
atau kata-kata (narasi atau deskripsi tentang suatu kondisi).
• Data yang dikumpulkan dalam riset dapat berupa data primer
maupun sekunder
Pentingnya Data Dalam Perumusan Masalah Kebijakan

• Persoalan utama yang hendak dipecahkan oleh seorang analis kebijakan


adalah apa yang disebut sebagai policy problem (masalah kebijakan).
• Masalah kebijakan bersumber dari public problem (masalah publik),
yaitu masalah-masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat yang
mana masyarakat secara sendiri-sendiri (individual) tidak akan mampu
memecahkannya karena adanya fenomena yang disebut sebagai free
rider problem.
• Fenomena free rider problem mendorong munculnya persoalan
publik, yaitu suatu persoalan yang hanya dapat dipecahkan melalui aksi
kolektif yang manifestasinya kemudian disebut sebagai kebijakan publik.
• Masalah publik yang sudah masuk dalam agenda pemerintah untuk
dipecahkan kemudian akan berubah menjadi masalah kebijakan, yaitu
masalah yang menuntut pemerintah untuk secara serius mencarikan
solusinya.
• Masalah kebijakan memiliki tiga bentuk (Dunn, 2003: 221) yaitu:
1. masalah yang sederhana dan terstruktur dengan baik (well
structured),
2. masalah agak sederhana (moderatly structured)
3. masalah yang rumit (ill-structured).
1. masalah yang sederhana dan terstruktur dengan baik (well
structured),
• Masalah kebijakan yang paling mudah dipecahkan adalah masalah
kebijakan yang sederhana karena bentuknya sudah terstruktur
dengan baik.
• Masalah yang demikian memberi ruang kepada analis kebijakan untuk
dapat merumuskan opsi-opsi kebijakan yang dapat diprediksi sejak
awal, baik hasil maupun resikonya dengan jelas.
3. masalah yang rumit (ill-structured).
masalah kebijakan yang rumit memiliki karakter yang tidak terstruktur yaitu:
• belum diketahui variabel-variabel yang menjadi penyebab munculnya masalah
tersebut
• kalaupun sudah Analis kebijakan belum mengetahui hubungan sebab dan akibat
antar variabel yang sudah terindentifikasi tersebut
- Dengan karakter yang demikian maka opsi-opsi kebijakan yang dirumuskan
oleh analis kebijakan untuk memecahkan masalah kebijakan yang ill-structured
akan menjadi lebih sulit diprediksi hasilnya dan juga resiko-resikonya
Tugas seorang analis kebijakan adalah mentransformasikan masalah kebijakan
yang rumit (ill-structured) menjadi masalah kebijakan yang sederhana (well
structured).
Untuk dapat melakukan transformasi masalah tersebut, analis kebijakan
menggunakan berbagai teknik perumusan masalah.
Dunn (2003:247) menyebut beberapa teknik yang dapat dipakai seorang analis
kebijakan untuk membantu melakukan penyederhanaan masalah kebijakan tersebut
a) Analisis pembatasan masalah;
b) Analisis klasifikasi;
c) Analisis hierarkis;
d) Sinektika;
e) Brainstorming;
f) Analisis perspektif berganda;
g) Analisis asumsi;
h) Pemetaan argumentasi.
Contoh penggunaan analisis klasifikasi untuk membantu merumuskan masalah kebijakan
dalam bidang pengentasan kemiskinan
• Tahapan penyederhanaan masalah dapat dilakukan secara berurutan sebagai berikut, dari kompleks menjadi sederhana:
1. Data statistik yang dikeluarkan oleh BPS pada bulan September 2014 menyebutkan bahwa saat ini jumlah penduduk miskin di
Indonesia adalah 27,7 juta jiwa (10,96%)
2. Siapa dan dimana orang miskin tersebut berada?. Analis kebijakan dapat menyederhanakan masalahnya dengan memasukkan
variabel tempat tinggal, misalnya Desa vs Kota
3. Berdasarakan data, jumlah penduduk miskin di pedesaan adalah 17,371,090 jiwa (67%), dan di perkotaan 10,356,690 jiwa
(37%)
4. Jika analisis tersebut dilanjutkan lagi, ada informasi bahwa 70% penduduk miskin pedesaan adalah perempuan, maka masalah
kebijakan yang harus dipecahkan menjadi semakin jelas, yaitu: penduduk miskin perempuan yang tinggal di pedesaan
5. Dengan teknik analisis pembatasan masalah sebagaimana digambarkan di atas maka seorang analis akan dapat merumuskan
dengan jelas apa masalah kebijakan yang harus dipecahkan.
Setelah di dapat informasi yang jelas bahwa masalah yang harus dipecahkan adalah penduduk miskin perempuan yang tinggal
di pedesaan maka analis kebijakan dengan lebih mudah dapat menguraikan:
• apa penyebab masalah tersebut muncul (apa variabel-variabel yang penting),
• bagaimana hubungan sebab-akibat antar berbagai variabel tersebut,
• pada akhirnya dengan lebih akurat dapat mengidentifikasi opsi-opsi kebijakan/program untuk menyelesaikan masalah
kebijakan yang sudah terumuskan dengan jelas
Pentingnya Data
• Dengan data yang akurat, analis kebijakan akan terhindar dari error
the third tipe Kesalahan tipe 3.
• Dalam matematika, seorang peneliti harus menerima atau menolak
hipotesis nol.
• kesalahan tipe pertama (yaitu, menolak hipotesis nol yang benar)
• kesalahan tipe kedua (yaitu menerima hipotesis nol yang salah)
• sementara para praktisi terlalu sering membuat kesalahan tipe ketiga:
“memecahkan masalah yang salah”.
BERBAGAI BENTUK DATA
1. Menurut sumbernya, data statistik dapat dibedakan menjadi dua:
a. Data internal (dikumpulkan oleh lembaga sendiri)
b. Data eksternal (diperoleh dari media massa, lembaga lain dan buku-buku)
2. Menurut cara memperolehnya
a. Data primer (dikumpulkan secara langsung dari lapangan)
b. Data sekunder (diperoleh melalui penelitian terdahulu)
3. Menurut sifatnya
a. Data kualitatif (data berupa narasi, bukan angka)
b. Data kuantitatif (data berupa angka-angka):
1) Data diskrit (data hasil pengamatan)
2) Data kontinyu (data hasil pengukuran)
4. Menurut dimensi waktu:
a. Data runtut waktu (time-series data)
b. Data antara ruang (cross-sectional data)
c. Data panel (pooling data), data ini merupakan data gabungan antara data time-series dan cross
sectional.
BERBAGAI BENTUK DATA
5. Menurut skala pengukuran:
a. Data nominal (data yang memiliki skala terendah karena hanya bersifat membedakan
sehingga angka yang ada tidak memiliki nilai kecuali membedakan antara kategori satu
dengan yang lain. Misalnya jenis kelamin: laki-laki diberi kode 1 dan perempuan diberi
kode
b. Data ordinal (data-data berupa angka sudah dapat mengurutkan fenomena yang diukur
dari rendah sampai tinggi, namun belum mampu menggambarkan jarak yang
sesungguhnya antara satu kategori dengan kategori yang lain. Contoh mengkategorikan
bobot responden menjadi tiga kategori, yaitu: 1= kurus, 2=sedang, 3=gemuk ).
c. Data interval (data yang memiliki semua karakter di atas, namun belum memiliki nilai
nol yang bersifat murni. Contoh suhu udara. Jika dalam termometer dengan skala
Celcius dinyatakan suhu udara 0 derajat Celcius tidak berarti suhunya tidak ada, sebab
jika diukur dengan skala Fahrenheit maka akan diperoleh nilai 32 derajat).
d. Data rasio (data yang memiliki karakter di atas dan sudah memiliki nilai nol murni.
Contoh pendapatan. Jika seorang responden menyatakan pendapatannya nol rupiah,
berarti dia memang tidak memiliki pendapatan sama sekali).
PENELITIAN KEBIJAKAN
• Penelitian/Riset merupakan kegiatan penerapkan metode scientific (ilmiah) untuk
memahami suatu fenomena alam maupun sosial.
• Metode ilmiah sendiri merupakan prosedur yang harus dilakukan oleh seorang peneliti
untuk dapat menjelaskan suatu fenomena.
• Kerlinger (1990). Penelitian ilmiah adalah penyelidikan yang sistematis, terkontrol,
empiris dan kritis, tentang fenomena-fenomena alami, dengan dipandu oleh teori dan
hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomena-fenomena
itu.
• Penelitian yang bersifat ilmiah akan dilakukan dengan tahapan: (i) merumuskan
masalah yang hendak dijelaskan, (ii) membangun hipotesis, (iii) melakukan
eksperimen/observasi, (iv) uji hipotesis, dan (v) penarikan kesimpulan dan generalisasi.
• Ciri penelitian ilmiah: 1. Observable (dapat diamati) 2. Repeatable (dapat diulang oleh
orang lain dengan hasil yang sama) 3. Measurable (dapat diukur dengan indikator
kuantitatif) 4. Testable (dapat diuji kebenarannya) 5. Predictable (dapat diramalkan
hasilnya)
Riset kebijakan memiliki ciri-ciri
1. Riset kebijakan dimaksudkan untuk merespon masalah publik tertentu;
2. Hasilnya dikaitkan dengan proses perumusan suatu kebijakan;
3. Pragmatis, menganalisis apa yang dapat diterapkan dan yang tidak;
4. Menjauhi hal-hal yang abstrak dan mengutamakan hal-hal yang mudah
dipahami atau dikomunikasikan;
5. Digunakan untuk mempengaruhi pengambil kebijakan.
penelitian kebijakan tidak ditujukan semata-mata memuaskan rasa ingin
tahu, akan tetapi untuk meyakinkan agar pengambil kebijakan mengikuti
saran seorang analis kebijakan.
ELEMEN PENTING YANG HARUS DIPAHAMI
OLEH SEORANG ANALIS KEBIJAKAN
1. Fokus pada persoalan publik yang kontemporer atau sedang menjadi
perhatian publik;
2. Dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pengambil kebijakan;
3. Riset kebijakan membutuhkan tindakan yang cepat karena hanya tersedia
sedikit waktu untuk melakukan pengumpulan data, analisis dan menyusun
rekomendasi;
4. Pragmatis, rekomendasi harus merupakan hal yang dapat dikerjakan;
5. Tujuannya adalah untuk memperjelas persoalan publik yang rumit sehingga
dapat diselesaikan;
6. Jembatan antara dunia teori dengan dunia praktis.
Evaluasi kebijakan
• Evaluasi dapat memberikan informasi mengenai kinerja kebijakan
(policy performance), sejauh mana tujuan kebijakan dapat dicapai dan
implikasi sosialnya.
• Evaluasi merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan
sosial kebijakan atau program dan bukan sekedar menumpulkan
informasi mengenai hasil kebijakan.
• Evaluasi merupakan proses untuk membantu memahami kebijakan
melalui kajian yang sistematis yang menjelaskan implementasi
kebijakan, efek, justifikasinya, dan implikasi sosialnya.
Fungsi evaluasi dalam analisis kebijakan:
1. Memberikan informasi mengenai kinerja kebijakan (policy
performance), sejauhmana tujuan kebijakan dapat dicapai;
2. Hasil evaluasi dapat juga membantu untuk meninjau kembali
kesesuaian tujuan dengan masalah kebijakan yang dihadapi;
3. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk mendefinisikan ulang masalah
kebijakan dan alternatif kebijakan.
Misalnya setelah dievaluasi, suatu kebijakan ternyata perlu dihentikan
atau diganti dengan alternatif lain
 Dalam monitoring dan evaluasi, analis perlu membedakan antara
policy input, policy process, policy output, dan policy impact
• Policy inputs: sumber daya baik berupa waktu, uang, personil, peralatan
dan sebagainya yang digunakan untuk menghasilkan output dan impact.
Contoh: anggaran atau sumber daya manusia yang diperlukan untuk
mengimplementasikan kebijakan.
• Policy process: kegiatan administratif, organisasional, dan politik maupun
pendekatan untuk input kebijakan menjadi output kebijakan dan efeknya.
• Policy outputs: barang atau jasa, atau resource yang diterima oleh target
groups atau beneficiaries.
Target groups adalah individu, komunitas, organisasi atau kelompok
tertentu yang menjadi target kebijakan. Beneficiaries adalah penerima
manfaat dari efek kebijakan.
• Policy impacts: perubahan aktual yang dihasilkan output kebijakan.
Kriteria Evaluasi
Model Analisis Kebijakan
1. Analisis kebijakan prospektif

• Adalah bentuk analisis kebijakan yang mengarah kajiannya pada


konsekuensi2 kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan. Model
ini sering disebut model prediktif karena seringkali melibatkan teknik-
teknik peramalan (forecasting) untuk memprediksi kemungkinan-
kemungkinan yang akan timbul dari suatu kebijakan yang akan
diusulkan.
• Merupakan sintesis informasi yang diambil dari alternatif dan pilihan
kebijakan, yg dinyatakan dalam wujud pembandingan, prediksi secara
kuantitatif dan kualitatif sebagai dasar atau pedoman keputusan
kebijakan
2. Analisis kebijakan retrospektif
• Analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat-akibat
kebijakan setelah suatu kebijakan diimplementasikan.
• Biasanya disebut model evaluatif, karena banyak
melibatkan pendekatan evaluasi terhadap dampak-dampk
kebijakan yang sedang atau telah diterapkan.

Gaya dalam analisis retrospektif:


• Problem oriented: Kajian sebab dan konsekuensi kebijakan
thd masalah kebijakan
• Aplication oriented: kajian implementasi kebijakan sampai
pada sejauh mana outcome dan manfaat kebijakan
(concern thd pencapaian tujuan sasaran dari policy makers)
3. Analisis kebijakan yang terintegrasi
• Adalah model perpaduan antar kedua model diatas. Disebut juga
sebagai model komprehensif atau model holistik, karena analisis
dilakukan terhadap konsekuensi2 kebijakan yg mungkin timbul
sebelum ataupun sesudah suatu kebijakan diimplementasikan.
• Model analisis kebijakan ini biasanya melibatkan teknik2 peramalan
dan evaluasi secara terintegrasi.
KERANGKA ANALISIS KEBIJAKAN
• Kerangka analisis kebijakan berpijak pada dua pedoman , Yaitu FOKUS
(ada 3) dan PARAMETER.
• Dalam menganalisis ke-3 fokus tsb diperlukan pendekatan atau
parameter analisisyang dapat dijadikan basis bagi pengambilan
keputusan atas pilihan-pilihan kebijakan.
Tiga FOKUS Utama yg umumnya dipilih
adalah:
• Definisis Masalah: Perumusan masalah yg akan ditanggulangi oleh
kebijakan
• Implementasi kebijakan: Cara atau metode dengan mana kebijakan
tsb diimplementasikan. Implementasi kebijakan juga mencakup
pengoperasian alternatif kebijakan yang dipilih melalui bbrp
program atau kegiatan
• Akibat-akibat kebijakan: konsekuensi /akibat yg mungkin timbul
sbg dampak diterapkannya kebijakan. Konsekuensi yg timbul bisa
bersifak positif (manfaat) maupun negatif (Biaya). Akibat kebijakan
bisa diprediksi sebelum kebijakan diterapkan (model retropestif),
sesudah diterapkan (model retrospektif), ataupun setelah dan
sesudah diterapkan (model integratif).
Tiga PARAMETER analisis :

• Penelitian dan Rasionalisasi: dilakukan utk menjamin keilmiahan


analisis. Penelitian menunjukkan pada pengetahuan yg diperoleh
melalui observasi dan eksperimen, yg dapat membantu membuat
pilihan2 kebijakan. Rasionalisasi menunjuk pada logika.
• Nilai-nilai: menjadi patokan apakah kebijakan bernilai baik atau
buruk. Diperoleh dari hasl analisis atau opini masyarakat.
• Pertimbangan politik: dijadikan landasan utk menjamin keamanan
dan stabilitas. Menunjuk pada individu2 atau klmpk2 kepentingan
yang berpartisipasi atau berusaha mempengaruhi proses perumusan
dan pengembangan kebijakan
Forecasting
• Forcasting dalam analisis kebijakan merupakan prosedur untuk
mendapatkan informasi faktual mengenai kondisi sosial di masa
mendatang menggunakan informasi yang telah ada.
• Forecasting dalam analisis kebijakan tidak dapat meramalkan kejadian di
masa mendatang namun dapat membantu para pengambil keputusan
menghadapi ketidakpastian dan perubahan dan mengeksplorasi implikasi
dari pilihan-pilihan kebijakan.
• Forecasting dapat dilakukan dalam bentuk proyeksi (berdasar tren data,
timeseries, regresi), prediksi (analisis ekonometrika), dan pendapat ahli
(conjecture) (melalui teknik delphi, brainstorming) mengenai kondisi
sosial di masa mendatang (Dunn, 2003)
Analisa Deret Waktu untuk Peramalan (Forcasting)

• Lahan pertanian
• Produksi Pangan
• Jumlah Penduduk
• Harga Pangan
Stakeholders Mapping (minggu ke-3)
• konsepsi pemetaan pemangku kepentingan dalam kebijakan melalui
pembelajaran teknik-teknik untuk mengidentifikasi stakeholders
kebijakan, memetakan hubungan antar stakeholders, dan strategi
komunikasi dengan stakeholders dalam proses kebijakan

Anda mungkin juga menyukai