Anda di halaman 1dari 50

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul “Pengertian Pengelolaan Kelas dan Jenis-jenis Pengelolaan Kelas ” sebagai
tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak adanya kekurangan
dan kelemahan, semua itu dikarnakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
kami miliki, namun berkat bimbingan dan petunjuk dan dukungan dari semua pihak, sehingga
kami dapat mengatasi masalah yang dihadapi dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan agar dapat dijadikan bahan masukan bagi
kami untuk waktu yang akan mendatang.
Dengan kesempatan ini, kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dwi Agus Kurniawan, S.Pd., M.Pd., sebagai dosen matakuliah Pengelolaan
Pendidikan.
2. Teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada kami.
3. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi masukan bagi pembaca
khususnya yang bergerak dalam bidang Pengelolaan Pendidikan dan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jambi, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
2.1 KONSEP DASAR MANAJEMEN KELAS .................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Manajemen Kelas .......................................................................................... 3
2.1.2 Tujuan Manajemen Kelas................................................................................................ 7
2.1.3 Azas-Azas Manajemen Kelas.......................................................................................... 8
2.1.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas ................................................................................. 11
2.1.5 Strategi Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas ............................................. 11
2.1.6 Implementasi Manajemen Kelas ................................................................................... 21
2.1.7 Komponen-Komponen Keterampilan Dalam Manajemen Kelas.................................. 22
2.1.8 Keterampilan Mengelolah Kelas ................................................................................... 26
2.1.9 Berbagai Pendekatan, Teknik Disiplin dan Kontrol Kelas ........................................... 29
2.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas .............................................. 32
2.1.11 Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa ..... 36
2.2 Jenis-Jenis Manajemen Kelas ........................................................................................... 36
2.3 Kajian Teoritis .................................................................................................................... 43
2.3.1 Pengertian Pengelolaan Kelas ....................................................................................... 43
2.3.2 Jenis- Jenis Pengelolaan Kelas ................................................................................... 44
BAB III ....................................................................................................................................................... 46
PENUTUP .................................................................................................................................................. 46
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................................. 46
3.2 SARAN ............................................................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 47

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukann, diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Kelas merupakan lingkungan belajar yang diciptakan untuk mewadahi kepentingan
pembelajaran dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Penanggung jawab kelas
termasuk pengelolaannya adalah guru. Pengelola kelas mengarah pada peran guru untuk
menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-
perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktifitas belajar bersama. Pengelolaan kelas
merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan belajar yang
optimal. Selain itu, peranan guru sebagi manajer dalam kegiatan belajar dikelas sudah lama
diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola pembelajaran saja
tetapi juga harus mampu mengelola, yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi
belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik
pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti.
Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan
disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-
tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan diluar kemampuan guru adalah
kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadirnya kendala spontanitas
suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik.
Setelah peristiwa itu, tugas guru adalah bagaimana supaya anak didik kembali belajar
dengan memperhatikan tugas belajar yang diberikan oleh guru.
Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda
kegiatan-kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anak didik. Masalah

1
lain yang juga selalu guru gunakan adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pernah
ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu
terhadap semua anak didik. Karena disadari bahwa pendekatan dapat mempengaruhhi hasil
kegiatan belajar mengajar. Bial begitu akibat yang dihasilkan dari penggunaan suatu
pendekatan, maka guru tidak sembarangan memilih dan menggunakannya. Bahan
pelajaran yang satu mungkin cocok untuk suatu pendekatan twertentu, tetapi untuk
pelajaran yang lain lebih pas digunakan pendekatan yang lain. Maka dari itu penting
mengenal suatu bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan makalah ini, rumusan masalahnya yaitu:
1.2.1 Apa saja konsep dasar manajemen kelas ?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis manajemen kelas ?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan makalah ini, tujuannya yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar manajemen kelas.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis manajemen kelas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR MANAJEMEN KELAS

2.1.1 Pengertian Manajemen Kelas

Menurut Kadir (2014:20-21) Pengelolaan kelas merupakan usaha untuk mengatur


kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha tersebut diarahkan pada
persiapan materi pembelajaran, menyiapkan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi dan kondisi pembelajaran dan pengaturan waktu, sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Guru sebagai tenaga profesional dituntut mampu mengelola kelas yaitu
menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan
pengajaran. Hal ini dipertegas bahwa guru tidak sekedar menyiapkan materi pembelajaran
tetapi guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi
kelas, sehingga peserta didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya
pada tugas-tugas individual. Upaya dalam mendayagunakan potensi peserta didik, maka
kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksi edukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk
belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru. Selanjutnya, pengelolaan kelas
didefinisikan juga sebagai:
a) Perangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang
diinginkan dan mengurangkan tingkah laku yang tidak diinginkan.
b) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosiol emosional kelas yang positif.
c) Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif.
Menurut Regina (2014:61) Manajemen kelas, oleh karena itu, dapat dilihat sebagai
bagian dari yg utuh dari pengajaran yang efektif yang menghalangi masalah perilaku
melalui perencanaan yang baik, mengatur dan mengelola kegiatan kelas, presentasi yang
baik bahan ajar dan interaksi guru-murid yang baik bertujuan meningkatkan keterlibatan

3
siswa dan koperasi dalam pembelajaran untuk memastikan pendidikan menengah yang
berkualitas.
Pengelolaan kelas adalah seni dan ilmu pengetahuan dengan banyak karakteristik yang
dapat diidentifikasi yang mengakibatkan periode kelancaran pembelajaran, cukup fleksibel
untuk mengenali apa yang dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk tetap mengontrol
situasi yang timbul. Manajemen kelas yang efektif dimulai dengan saling menghormati dan
hubungan interpersonal dan sangat penting untuk meningkatkan prestasi siswa dan guru
self-efficacy. Hal ini membutuhkan komitmen untuk siswa dan pembelajaran mereka,
karena hubungan yang positif dengan siswa adalah fondasi yang budaya kelas dibangun.
According Regina (2014:61) Classroom management, therefore, could be seen as an integrant
part of effective teaching which deters behavior problems through good planning, organizing and
managing of classroom activities, good presentation of instructional materials and good teacher-
student interaction aiming at increasing students’ involvement and co-operation in learning to ensure
quality secondary education.
Classroom management is an art and a science with many identifiable characteristics that
result in smooth periods of learning, flexible enough to recognize what is needed and has the ability
to keep control of the situation that arise. Effective classroom management begins with mutual
respect and interpersonal relationships and is vital to improve student achievement and teacher self-
efficacy. It requires commitment to students and their learning, because a positive rapport with
students is the foundation upon which classroom culture is built.
Menurut Asmadawati (2014:1) pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar agar tercapai kondisi optimal sehingga
kegiatan proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan afektif dan efesien. Didalam
belajar mengajar, kelas merupakan tempat yang mempunyai ciri khas yang digunakan
untuk belajar. Belajar memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan suasana
kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang afektif. Adapun tujuan pengelolaan
kelas adalah agar setiap anak di dalam kelas dapat belajar dengan tertib sehingga tujuan
pengajaran dicapai secara efektif dan efesien.

Dalam penelitian Kadir (2014:19-25) Suharsimi Arikunto mengartikan: Pengelolaan


kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar
atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Kemudian Ahmad Rohani mengatakan

4
dalam penelitian Kadir (2014:20) bahwa pengelolaan kelas adalah menunjuk kepada
kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (pembinaan raport, penghentian tingkah laku peserta didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu, penyelesaikan
tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).

Menurut Afriza (2014:6-9) Manajemen kelas merupakan usaha dari pihak guru untuk
menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan
sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau
kemajuan siswa dan mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses
belajar. Studi manajemen mempunyai tiga sasaran pokok:
1. Perencanaan kurikulum yang lengkap mulai dari rumusan tujuan, bahan pembelajaran
sampai pada evaluasi, hal ini dilakukan karena tanpa perencanaan usaha penataan kelas
sulit mencapai hasil yang maksimal;
2. Pengorganisasian proses belajar mengajar dan sumber belajar sehingga serasi dan
bermakna;
3. Penataan lingkungan sangat dibutuhkan agar bias menjadi usaha guru dalam menata
kelas agar kelas menjadi merangsang dan penuh akan motivasi untuk memunculkan
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Dalam menurut konsepsi lama manajemen kelas adalah sebagai upaya untuk
mempertahankan ketertiban kelas. Sementara itu menurut konsepsi modern, manajemen
kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tepat terhadap problem dan situasi
manajemen kelas. Guru, menurut konsepsi lama, bertugas menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara sistem atau organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan
kemampuannya, bakat dan energinya pada tugas-tugas individual.
Sedangkan berdasarkan pandangan operasional : Pertama, definisi yang memandang
bahwa manajemen kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan
ini guru akan bersifat otoratif.Kedua, Definisi yang didasarkan atas pandangan yang
bersifat “permisif”. Pandangan ini menekankan bahewa guru betugas memaksimalkan
perwujudan kebebasan kelas. Ketiga, definisi yang didasarkan pada pandangan proses
pengubahan tingkah laku. Menurut pandangan ini tugas gru adalah mengenbangkan dan
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak dihaarapkan. Dalam hal ini, guru

5
berfungsi sebagai pembantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan
melalui prinsip-prinsip penguatan. Keempat, definisi yang di dasarkan atas pandangan
proses penciptaan iklim sosial-emosional yang positif di dalam kelas. Aggapan dasar
pandangan ini adalah bahwa kegatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam
kelas yang beriklim positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang baik antara
guru dan siswa dan antara siswa dan siswa. Kelima, definisi yang didasarkan pada
pandangan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok sebagai
kuncinya. Pandangan tersebut menyatakan bahwa kehidupan kelas dalam kelompok
memiliki pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar, kendatipun belajar
dianggap sebagai proses individual. Oleh karena itu, manajemen kelas merupakan usaha
sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah
pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau
kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Menurut Evertson (2011:26-34) pengelolaan ruang kelas secara efektif adalah ruang
kelas kelas yang berlangsung dengan lancar, dengan sedikit sekali kebingungan dan
keterhambatan dan memaksimalkan kesempatan pembelajaran siswa. Tidak mungkin bagi
seorang guru untuk menyelenggarakan pembelajaran atau bagi para siswa untuk bekerja
secara produktif jika mereka tidak memiliki panduan tentang bagaimana mereka
berprilaku,mereka boleh dan tidak bleh menginterupsi guru dan jumlah keberisikan yang
bisa diterima.
1. Pertimbangan pendahuluan
Tujuan merupakan aspirasi sasaran yag tidak harus tercapai setiap hari. Tetapi
tujuan jangka panjang menentukan tindakan harian. Maka sebaiknya
mempertimbangkan dengan cermat tujuan persoal guru dan tujuan yang guru inginkan
para siswa capai.
Ekspektasi adalah perilaku atau hasil yang diharapkan. Didalam sebuah ruang
kelas,seorang guru bisa membuat ekspektasinya diketahui oleh para siswa, atau guru
bisa mengarahkan para siswa untuk menebak-nebak mengenai ekspektasi tersebut. Para
siswa akan jauh lebih mudah untuk memenuhi ekspektasi sorang guru jika mengetahui
seperti apa ekspektasi itu.

6
Peraturan dan prosedur merujuk pada ekspektasi yang dinyatakan terkait dengan
perilaku. Sebuah peraturan mengidentifikasi ekspektasi atau standar umum bagi
perilaku. Sebagai contoh, peraturan “hormati orang lain dan barang-barang milik
mereka” mencakup sekumpulan perilaku yang sebaiknya selalu dipraktikkan.
2. Merencanakan peraturan ruang kelas
Ketika menyajikan peraturan yang umum didiskusikanlah ekspektasi spesifik guru
dengan para siswa, tekankan aspek positif dari peraturan tersebut ketimbang aspek
negatif. Ketika guru menekankan aspek yang positif dari peraturan , guru membantu
para siswa untuk belajar berprilaku yang tepat.
Peraturan yang anda pilih akan digunakan kemudian hari dalam beberapa cara.
Guru akan mendiskusikan peraturan tersebut dengan para siswa dihari pertama tahun
ajaran baru. Peraturan yang guru buat ,ajarkan,dan tegakkan diperlihatkan oleh para
siswa ketika mereka mematuhi prosedur yang sudah guru tetapkan diruang kelas.
Partisipasi siswa dalam pembuatan peraturan bisa berwujud dalam banyak hal.
Diruang kelas manapun, para siswa sebaiknya mendiskusikan alasan untuk menetapkan
peraturan dan menjelaskan kebutuhan akan arti pentingnya paraturan khusus tersebut.
Guru dapat melibatkan para siswa dalam pembahasan mengenai peraturan kelas dengan
meminta saran dari mereka dan meminta mereka menyebutkan perilaku spesifik yang
sebaiknya dilakukan setiap orang untuk menciptakan sebuah iklim yang bagus bagi
pembelajaran yaitu iklim dimana para siswa merasa nyaman untuk turut serta.

2.1.2 Tujuan Manajemen Kelas

Menurut Saiffudin (2018:73) tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah


terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan dari pengelolaan kelas adalah
penyedian fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan dalam kelas. Fasilitas yang disediakan
itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja untuk terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan,suasana disiplin, perkembangan intelektual,emosional dan sikap
apresiasi pada siswa.
Menurut Afriza (2014:9) secara umum manajemen kelas dimanfaatkan untuk :
menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang
dapat memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Penerapan manajemen

7
kelas produknya dinamis sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan
manajemen kelas antara lain:
1. Agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien;
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya;
Menurut Saban (2009:2111) Manajemen kelas dapat dianggap sebagai integrasi dari
semua faktor yang berhubungan dengan organisasi kelas dengan tujuan menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan mapan. Dengan kata lain, itu adalah aktivasi simultan
tersedia mengajar sumber dan siswa untuk mencapai tujuan kelas. Oleh karena itu,
manajemen kelas yang efektif diperlukan untuk pengembangan kedua siswa dan tujuan
pendidikan.
Manajemen kelas memiliki tujuan. Ini tidak hanya memfasilitasi mengajar tetapi juga
meningkatkan waktu mengajar, mendukung atmosfer kelas yang hangat dan memperkuat.
Juga, mencegah perilaku yang tidak pantas siswa dan mendukung lingkungan yang
membantu perilaku yang sesuai muncul.
According Saban (2009:2111) Classroom management can be regarded as an integration of
all factors related to classroom organization with the aim of creating a safe and well-established
learning environment. In other words, it is a simultaneous activation of available teaching sources
and students in order to achieve the class objectives. Therefore; an effective classroom
management is required for both students’ development and educational objectives.
Classroom management has an objective. It not only facilitates teaching but also increases
teaching time, supports warm and reinforcing classroom atmospheres. Also, it prevents students’
inappropriate behaviours and supports an environment which help appropriate behaviours emerge.

2.1.3 Azas-Azas Manajemen Kelas


Menurut Afriza (2014:11-13) azas-azas manajemen kelas, yaitu :
1. Asas Apersepsi
Apersepsi adalah memperoleh tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan yang telah ada. Pengetahuan (struktur kognitif) yang telah dimiliki siswa
dapat digunakan untuk memahami sesuatu yang belum diketahui sehingga didapat
sesuatu yang bernakna bagi siswa. Apersepsi diharapkan dapat membangkitkan minat
dan perhatian siswa terhadap sesuatu.

8
2. Asas Peragaan
Peragaan merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif karena sangat
menarik bagi siswa apalagi jika peragaan itu menggambarkan aktivitas yang
sebenarnya. Asas peragaan menurut dapat diwujudkan dalam bentuk: (1) pengalaman
langsung; (2) pengalaman yang diatur, (3) dramatisasi; (4) demonstrasi; (5) karyawisata;
(6) pameran; (7) televisi sebagai alat peraga; (8) film sebagai alat peraga; dan (9)
gambar sebagai alat peraga.
3. Asas Motivasi
Dalam menjalankan tugasnya sebagai edukator, guru juga bertugas sebagai
motivator yang mendorong siswa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu demi
suksesnya tujuan belajar. Guru harus bisa memotivasi siswa agar memiliki semangat
dan kemauan untuk lebih giat belajar. Beberapa contoh yang dapat diterapkan guru
dalam memotivasi siswa antara lain:
a. Mendesain tujuan pembelajaran agar lebih menarik dan jelas.
b. Menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan.
c. Memberikan reward (penghargaan) bukan sebaliknya memberikan hukuman
(punishment). Memberikan siswa pekerjaan rumah yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa
d. Mendiskusikan hasil evaluasi siswa
4. Asas Belajar Aktif
Siswa harus didorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran yang
dilangsungkan guru baik mental maupun fisiknya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
menyerap kebermaknaan pembelajaran yang akan berguna bagi dirinya.
5. Asas Kerjasama
Proses belajar mengajar harus memberikan kesempatan bagi siswa untukberlatih
bagaimana hidup dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
secara bersama-sama. Diharapkan siswa dapat menghayati makna kerjasama dan
nantinya dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, karena siswa juga
merupakan pelaku masyarakat yang sangat dituntut untuk dapat memajukan masyarakat
secara bersama-sama.

9
6. Asas Mandiri
Guru sebagai fasilitator harus dapat menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa agar siswa dapat memaknai pembelajaran secara
mandiri. Masalah yang diajukan guru untuk diselesaikan oleh siswa harus sesuai dengan
perkembangan usia dan kematangan siswa sehingga diharapkan secara bertahap siswa
akan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya tanpa bantuan orang lain.
7. Asas Penyesuaian dengan Individu Siswa
Kemampuan tiap siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran berbeda-
beda,sehingga guru dituntut untuk mampu menyesuaikan iklim pembelajaran dengan
kecepatan masing-masing anak. Guru perlu paham benar karakteristik masing-masing
anak didiknya untuk dapat menciptakan pembelajaran yang adaptif dengan karakteristik
semua anak didiknya.
8. Asas Korelasi
Asas korelasi adalah mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok
bahasan lain dalam satu mata pelajaran ataupun dengan pelajaran lain. Asas ini
digunakan untuk dapat membuat suatu pokok bahasan lebih bermakna bagi siswa. Tidak
jarang siswa melupakan apa yang telah diajarkan sebelumnya. Korelasi pokok bahasan
yang diajarkan dengan pokok bahasan lain misalnya dengan pokok bahasan yang sudah
diajarkan akan membuat siswa mengingat kembali dan menemukan kebermaknaan
pembelajaran dengan tepat. Misalnya untuk pokok bahasan perkalian dalam
Matematika, guru dapat mengkorelasikannya dengan pokok bahasan penjumlahan yang
sebelumnya sudah dikuasai siswa. Guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran untuk
mengkaitkan hubungan antara pokok bahasan tersebut dan diharapkan siswa dapat
menyerap makna pembelajaran tanpa melupakan apa yang sudah pernah dikuasainya.
9. Asas Evaluasi yang Teratur
Melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar yang ditunjukan oleh kinerja
siswa dalam belajar perlu dilakukan secara teratur dan berkesinambungan selama dan
setelah proses belajar mengajar berlangsung.

10
2.1.4 Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas
Menurut Istihana (2015:272-276) pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang
ringan. Dalam mengelola kelas pasti ditemui berbagai masalah. Dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan
kelas dapat dipergunakan. Adapun prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas dalam sebagai
berikut:
a. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat
dan akrab dekat anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi
Kevariasian dalam penggunaan media, gaya mengajar, pola interaksi antara guru dan
anak didik merupakan kunci untuk dicapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan
sebagainya. kesemuanya bermuara atau menuju pada tujuan yang diharapkan, yaitu
terciptanya kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang mendukung
terlaksananya proses belajar mengajar.

2.1.5 Strategi Implementasi Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas


Menurut Afriza (2014:15-17) Strategi pengelolaan kelas adalah pola atau siasat yang
menggambarkan langkah-langkah yang digunakan guru dalam menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas agar tetap kondusif, sehingga siswa dapat belajar optimal,
aktif, dan menyenagkan dengan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

11
Prinsip-prinsip pengelolaan kelas di atas dapat diimplikasikan guru dalam proses
belajar mengajar dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Keteladanan
Keteladanan merupakan pemberian contoh dari seseorang pada orang lain. Seorang
guru dalam mengadakan pendekatan kepada anak didiknya dapat dilakukan dengan
memberikan keteladanan kepada anak didiknya dengan sikap dan tingkah laku yang
baik. Dengan sikap dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh guru pada anak didiknya
akan menimbulkan semangat bagi anak didik dalam pembelajaran.
Menurut Murray (1994:6) Untuk berbagai alasan, ada beberapa siswa yang perilaku
tidak dapat secara efektif ditangani oleh salah satu metode biasanya diresepkan, dan
untuk siapa pengaturan ruang kelas konvensional tidak dapat memberikan tempat
terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun, di hampir semua teks otoritatif
tentang disiplin, sebuah bahan kunci untuk sukses secara keseluruhan tetap muncul ke
permukaan, yaitu :
1) Seorang pelaku yang kuat bertindak sebagai pemimpin instruksional menciptakan
lingkungan sekolah di mana guru dan siswa dapat berhasil;
2) Persiapan guru sangat penting untuk setiap sesi kelas yang berguna dan produktif;
3) Guru dan administrator harus mengatur nada yang tepat di seluruh sekolah dari
awal setiap tahun sekolah;
4) Administrator harus menetapkan harapan jelas dinyatakan untuk perilaku siswa
dan memastikan penegakan konsisten mereka untuk menumbuhkan lingkungan
yang tertib;
5) Disiplin sekolah harus diterima sebagai tanggung jawab semua staf sekolah;
6) Dukungan dan partisipasi dari orang tua sangat penting untuk meningkatkan
perilaku siswa;
7) Administrator kabupaten dan anggota Dewan Pendidikan harus mendukung
tindakan yang sah personil berbasis sekolah;
8) Melibatkan guru dan siswa dalam mengembangkan aturan dan kebijakan yang
mempengaruhi mereka meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan diterima
dan diikuti.

12
According Murray (1994:6) For a variety of reasons, there are some students whose
misbehavior cannot effectively be addressed by any of the usually prescribed methods, and for
whom the conventional classroom setting may not provide the best venue for meeting their
needs. However, in nearly all of the authoritative texts on discipline, a few key ingredients for
overall success keep surfacing :
1) A strong principal acting as instructional leader creates a school environment where
teachers and students alike can succeed;
2) Teacher preparedness is vital to every useful and productive class session;
3) Teachers and administrators must set the right tone in the whole school from the start of
each school year;
4) Administrators must set clearly stated expectations for student behavior and ensure their
consistent enforcement to foster an orderly environment;
5) School discipline must be accepted as a responsibility of all school staff;
6) The support and participation of parents is essential to improving student behavior;
7) District administrators and education council members must support the legitimate actions
of school-based personnel;
8) Involving teachers and students in developing the rules and policies that affect them
increases the likely hood that they will be accepted and followed.
Menurut Lopes (2017:253) Lima gagasan utama dapat ditarik dari literatur mengenai
kelas (di) disiplin:
a. Konsep kelas (di) disiplin tidak digunakan dengan cara yang sama dari negara ke negara
dan digunakan bergantian dengan sejumlah konsep lain yang terkait (misalnya
gangguan kelas, kelas perilaku).
b. Kelas (di) ketidakdisiplinan merupakan perhatian utama bagi guru di seluruh dunia dan
memberikan kontribusi signifikan terhadap stres guru, kelelahan, meninggalkan profesi
(setidaknya di beberapa negara), waktu kelas terbuang, dll.
c. Kelas perilaku “diprediksi dan dicegah” (Landrum, Lingo, & Scott, 2011). Memberikan
instruksi yang efektif mungkin cara terbaik tunggal untuk mencegah kelas perilaku,
untuk meningkatkan siswa on-tugas perilaku, untuk meningkatkan siswa komitmen dan
untuk menjamin kerjasama siswa dengan guru. Penelitian (misalnya,(Hattie, 2009;
Marzano, Marzano, Pickering & 2003) menunjukkan bahwa ada banyak metode
pengajaran yang efektif yang meningkatkan komitmen mahasiswa sambil menghindari
ketidakdisiplinan, tetapi bahwa metode lain yang cukup efektif.

13
d. Untuk memberikan instruksi yang efektif dan untuk secara efektif mengatasi perilaku
setiap kali terjadi, guru harus secara akurat mengidentifikasi penyebab (s) dari perilaku
kelas, apakah itu individu atau kolektif. Guru juga harus menyadari bahwa ada
penyebab siswa perilaku yang dikelola oleh guru dan bahwa penyebab lainnya adalah
dari guru kontrol. Hanya mantan dapat didekati dalam jangka pendek, yaitu, di dalam
kelas; yang terakhir harus didekati tempat lain.
e. Hal ini tidak mungkin untuk menghilangkan kelas (di) disiplin. Bahkan guru-guru
terbaik harus sesekali mengatasi ketidakdisiplinan. Namun, mungkin dalam sebagian
besar keadaan untuk mencegah ketidak disiplinan dari terjadi atau dari menjadi vektor
utama dari kelas.
According Lopes (2017:253) Five main ideas can be drawn from the literature regarding
classroom (in) discipline:
a. The concept of classroom (in) discipline is not used in the same way from country to
country and is used interchangeably with a number of other related concepts (e.g.,
classroom disruption, classroom misbehavior).
b. Classroom (in) indiscipline is a major concern for teachers worldwide and contributes
significantly to teacher stress, burnout, leaving the profession (at least in some countries),
wasted classroom time, etc.
c. Classroom misbehavior “is predictable and preventable” (Landrum, Lingo, & Scott,
2011). Providing effective instruction is likely the single best way to prevent classroom
misbehavior, to increase students’ on-task behavior, to enhance students’ commitment and
to assure students’ collaboration with the teacher. Research (e.g.,(Hattie, 2009; Marzano,
Marzano, & Pickering, 2003) suggests that there are many effective teaching methods that
increase student commitment while avoiding indiscipline, but that other methods are quite
ineffective.
d. To provide effective instruction and to effectively address misbehavior whenever it
occurs, teachers must accurately identify the cause(s) of classroom misbehavior, whether
it is individual or collective. Teachers must also be aware that there are causes for
students’ misbehavior that are manageable by the teacher and that other causes are out of
teachers’ control. Only the former can be approached in the short term, that is, in the
classroom; the latter must be approached elsewhere.
e. It is not possible to eliminate classroom (in)discipline. Even the best teachers must
occasionally address episodes of indiscipline. However, it is possible in most
circumstances to prevent indiscipline from occurring or from becoming the primary vector
of the class.

14
2. Pembiasaan
Pembiasaan adalah menerapkan sesuatu secara kontiniu agar menjadi sebuah
kebiasaan.
3. Melalui cerita atau contoh
Pembelajaran akan lebih mudah dipahami oleh anak didik ketika seorang guru dapat
menerangkan pelajaran dengan memberikan contoh yang sesuai dengan materi
pelajaran. Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti jalan cerita
dengan berusaha membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap
sesuatu.
4. Terapan melalui kurikulum.
Dalam menerapkan kurikulum pada setiap mata pelajaran dapat diterapkan prinsip-
prinsip pengelolaan kelas. Hal-hal yang berkaitan dengan strategi untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip pengelolaan kelas dalam pembelajaran ialah
sebagai berikut:
a. Guru memberikan teladan yang baik.
b. Memberika tugas-tugas kepada siswa agar mereka merasa tertantang dan termotivasi
untuk belajar.
c. Menggunakan metode dan media pembelajaran yang bervariasi.
d. Melakukan berbagai percobaan.
e. Berusaha memusatkan perhatian pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran.
f. Memberikan motivasi serta semangat agar siswa tetapaktif dan berminat dalam
belajar.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam proses
pembelajaran

Menurut Dunbar (2004:5) Strategi manajemen kelas, yaitu:


1. Tahan dan berkomunikasi ekspektasi perilaku yang tinggi.
2. Menetapkan aturan dan prosedur yang jelas, dan menginstruksikan siswa bagaimana
untuk mengikuti mereka; memberikan anak-anak tingkat dasar dan mereka dengan
status sosial ekonomi rendah, khususnya, banyak instruksi, praktek, dan
mengingatkan.

15
3. Membuat jelas kepada siswa konsekuensi dari perilaku.
4. Menegakkan peraturan kelas segera, konsisten, dan adil dari hari pertama sekolah.
5. Bekerja untuk menanamkan rasa disiplin diri pada siswa; mencurahkan waktu untuk
keterampilan monitoring mengajar diri.
6. Mempertahankan kecepatan instruksional cepat dan membuat transisi halus antara
kegiatan.
7. Memantau kegiatan kelas; memberikan umpan balik siswa dan penguatan mengenai
perilaku mereka.
8. Menciptakan peluang bagi siswa (terutama yang dengan masalah perilaku) untuk
mengalami kesuksesan dalam belajar dan perilaku sosial.
9. Mengidentifikasi siswa yang tampaknya kurang rasa keberhasilan pribadi dan bekerja
untuk membantu mereka mencapai internal locus of control.
10. Memanfaatkan kelompok pembelajaran kooperatif, yang sesuai.
11. Menggunakan humor, ketika cocok, untuk merangsang minat siswa atau mengurangi
ketegangan kelas.
12. Hapus bahan mengganggu (peralatan atletik, bahan-bahan seni, dll) dari pandangan

According to Dunbar (2004:5) Classroom management strategies, this is:


1. Hold and communicate high behavioral expectations.
2. Establish clear rules and procedures, and instruct students in how to follow them; give
primary-level children and those with low socioeconomic status, in particular, a great deal of
instruction, practice, and reminding.
3. Make clear to students the consequences of misbehavior.
4. Enforce classroom rules promptly, consistently, and equitably from the very first day of
school.
5. Work to instill a sense of self-discipline in students; devote time to teaching self- monitoring
skills.
6. Maintain a brisk instructional pace and make smooth transitions between activities.
7. Monitor classroom activities; give students feedback and reinforcement regarding their
behavior.
8. Create opportunities for students (particularly those with behavioral problems) to experience
success in their learning and social behavior.
9. Identify students who seem to lack a sense of personal efficacy and work to help them achieve
an internal locus of control.
10. Make use of cooperative learning groups, as appropriate.

16
11. Make use of humor, when suitable, to stimulate student interest or reduce classroom tensions.
12. Remove distracting materials (athletic equipment, art materials, etc.) from view when
instruction is in progress.
Menurut Corps (2010:42-49) Strategi manajemen kelas terdiri dari:
1. Strategi 1: Menciptakan lingkungan belajar yang efektif
a. Persiapan
1) Mengatur ruang untuk memfasilitasi kedekatan Anda kepada siswa dan
mobilitas Anda.
2) Dipersiapkan, Anda belum tahu kemampuan dan perilaku siswa Anda sehingga
telah alternatif dan kegiatan cadangan siap.
3) Jika Anda pengajaran tim, merencanakan dengan guru tim Anda dan
menyepakati tanggung jawab individu untuk membuat bekerja bersama-sama
di kelas yang sama lebih efisien.
b. Pengaturan iklim
1) Menyapa siswa di pintu kelas dan memberitahu mereka apa yang harus
dilakukan ketika mereka memasuki kelas. Misalnya, pada hari pertama,
memperkenalkan diri, menanyakan nama mereka, dan menetapkan kursi
mereka.
2) Pada hari kedua, menyapa siswa dengan nama setiap kali mungkin dan
menunjukkan mereka untuk melakukan satu menit tugas yang telah Anda tulis
di papan segera setelah mereka sampai ke tempat duduk mereka.
3) Pelajari nama setiap siswa dan sesuatu tentang setiap siswa secepat yang Anda
bisa. Gunakan nametags, mendapatkan berkenalan kegiatan, dan / atau tempat
duduk grafik.
4) Beritahu siswa tentang diri Anda.
5) Ajarkan konten subjek dari satu hari. Jauhkan pelajaran terfokus dan dapat
dilakukan untuk panjang kelas. Jelas berkomunikasi tujuan pembelajaran,
memberikan instruksi sederhana, dan pelajaran struktur untuk mengakomodasi
pengetahuan dan keterampilan siswa.
6) kelas akhir dengan rutinitas yang merangkum prestasi hari ini, mengingatkan
siswa apa yang harus mereka lakukan untuk mempersiapkan untuk hari

17
berikutnya, memastikan bahan yang menyingkirkan, dan meninggalkan
ruangan bersih.
c. Buat komunitas
1) Mengembangkan satu set ekspektasi perilaku tertulis (aturan dan prosedur)
dengan kelas yang Anda dapat hidup dengan dan konsisten menegakkan.
2) Membangun kelompok pembelajaran kooperatif, memberikan tips untuk
bekerja sebagai kelompok, dan praktek kerja kelompok dengan melakukan
tugas-tugas yang diperlukan (misalnya, pengorganisasian pusat pembelajaran,
dekorasi ruangan, menyarankan aturan kelas dan konsekuensi, dll).
2. Strategi 2: Menetapkan prosedur kelas
1) Mintalah siswa duduk di meja mereka atau dalam kelompok mereka.
2) Memiliki semua orang keluar bahan yang dibutuhkan.
3) Pastikan semua mata tertuju pada Anda-menggunakan isyarat nonverbal.
4) Point ke diposting tugas dan negara petunjuk.
5) Uji pemahaman dengan meminta para siswa, “Apa langkah pertama?” Atau “Apa
yang harus Anda lakukan sekarang?”
6) Bekerja beberapa pertanyaan pertama atau masalah sebagai sebuah kelas dan
memiliki siswa mencatat jawaban.
7) Berjalan di sekitar kelas sampai Anda yakin semua siswa pada tugas.
3. Strategi 3: Menciptakan lingkungan motivasi
Kondisi ruang kelas berikut dan strategi akan membantu menciptakan iklim
kelas yang mendorong pembelajaran.
1) Buat yang menarik, lingkungan diperkaya. Dapatkan siswa yang terlibat dengan
meminta mereka untuk menghias kelas mereka sendiri. Menggunakan karya siswa
untuk menghias bila memungkinkan, untuk memvalidasi pekerjaan dan untuk
menunjukkan contoh pekerjaan yang baik.
2) Mengembangkan pelajaran pada tingkat yang menantang siswa tetapi tidak terlalu
sulit atau membingungkan.
3) Berikan arah yang jelas. Meminta siswa untuk mengulang arah.

18
4) Melibatkan semua siswa secara aktif. Sebagai contoh, sementara satu siswa
membuat presentasi, siswa lain membuat catatan atau menggunakan rubrik untuk
menilai presentasi.
5) Menunjukkan secara konsisten bahwa Anda percaya semua siswa akan belajar.
Misalnya, gunakan kata-kata positif singkat untuk memuji pekerjaan yang baik
dan perilaku (misalnya, ide bagus, fantastis, pekerjaan yang baik, sensasional,
super). Lebih baik lagi, jika Anda mengajarkan dalam bahasa lokal, bertukar
pikiran dengan siswa kata-kata pujian dalam bahasa mereka dan
menggunakannya.
6) Ajarkan untuk gaya belajar yang berbeda. Misalnya, menulis kata-kata kunci di
papan atau menggunakan diagram atau visual, dan sebagainya.
7) Membuat belajar intrinsik menarik oleh berkaitan isi pelajaran dengan kehidupan
siswa dan lingkungan setempat. Misalnya, membuat hubungan antara pelajaran
dan lokal peristiwa saat ini atau pengalaman hidup yang umum di wilayah itu.
8) Gunakan hidup, novel, atau getter perhatian yang berbeda pada awal pelajaran.
Gunakan benda atau gambar, memiliki siswa membaca puisi atau kutipan,
memiliki diagram di papan tulis, atau bermain musik.
9) Bervariasi presentasi pelajaran untuk menjaga ajaran dari pergi basi. Batasi kuliah
atau presentasi untuk 15 menit sebelum mengarahkan kegiatan mahasiswa. Break
periode kelas menjadi dua atau tiga kegiatan yang berbeda (misalnya, kuliah,
kerja kelompok, melaporkan keluar). Pastikan setiap kegiatan segues lancar ke
depan.
10) Struktur pengalaman belajar sehingga siswa merasa berhasil. Mengembangkan
kegiatan pada tingkat kesulitan yang sesuai dan mempertimbangkan cara-cara
mereka dapat berpartisipasi di dua atau tiga tingkat sehingga semua siswa dapat
berhasil.
11) Menetapkan harapan perilaku yang jelas dan konsisten memperkuat harapan.
According Corps (2010:42-49) Strategies for classroom management, this is:
1. Strategy 1: Create an effective learning environment
a. Preparation
1) Arrange the room to facilitate your proximity to students and your mobility.

19
2) Be prepared! You do not yet know your students’ abilities and behaviors so
have alternative and backup activities ready.
3) If you are team teaching, plan with your team teacher and agree on individual
responsibilities to make working together in the same classroom more efficient.
b. Climate setting
1) Greet students at the classroom door and tell them what to do when they enter
the classroom. For example, on day one, introduce yourself, ask their names,
and assign their seats. On day two, greet students by name whenever possible
and indicate they are to do the one-minute assignment you have written on the
board as soon as they get to their seats.
2) Learn every student’s name and something about each student as quickly as
you can. Use nametags, getting-acquainted activities, and/or seating charts.
3) Tell students about yourself.
4) Teach subject content from day one. Keep lessons focused and doable for the
length of the class. Clearly communicate learning objective, give simple
instructions, and structure lessons to accommodate students’ knowledge and
skills.
5) End class with a routine that summarizes the day’s accomplishments, reminds
students what they need to do to prepare for the next day, ensures materials are
put away, and leaves the room clean.
c. Create community
1) Develop a set of written behavior expectations (rules and procedures) with the
class that you can live with and consistently enforce.
2) Establish cooperative learning groups, give tips for working as a group, and
practice group work by accomplishing needed tasks (e.g., organizing learning
centers, decorating the room, suggesting class rules and consequences, etc.).
2. Strategy 2: Establish classroom procedures
1) Have students sit at their desks or in their groups.
2) Have everyone get out the materials needed.
3) Make sure all eyes are on you—use nonverbal cues.
4) Point to posted assignment and state instructions.
5) Test understanding by asking students, “What is the first step?” or “What are you
supposed to do now?”
6) Work the first few questions or problems as a class and have students record the
answer(s).
7) Walk around the classroom until you are sure all students are on task.
3. Strategy 3: Create a motivational environment

20
The following classroom conditions and strategies will help create a classroom climate
that encourages learning.
1) Create an attractive, enriched environment. Get students involved by asking them to
decorate their own classroom. Use student work to decorate when possible, to
validate the work and to show examples of good work.
2) Develop lessons at a level that challenges students but is not too difficult or
confusing.
3) Give clear directions. Ask student to repeat the directions.
4) Engage all students actively. For example, while one student makes a presentation,
other students take notes or use a rubric to assess the presentation.
5) Demonstrate consistently that you believe all students will learn. For example, use
short positive words to praise good work and behavior (e.g., great idea, fantastic,
good job, sensational, super). Better yet, if you teach in a local language, brainstorm
with students words of praise in their language and use them.
6) Teach to different learning styles. For example, write key words on the board or use
a diagram or visual, and so on.
7) Make learning intrinsically interesting by relating lesson content to the students’ life
and local environment. For example, make connections between the lesson and local
current events or common life experiences in that region.
8) Use vivid, novel, or different attention getters at the beginning of the lesson. Use
objects or pictures, have students read a poem or quotes, have a diagram on the
board, or play some music.
9) Vary lesson presentations to keep teaching from going stale. Limit lectures or
presentations to 15 minutes before directing a student activity. Break the class period
into two or three different activities (e.g., lecture, group work, report out). Be sure
each activity segues smoothly into the next.
10) Structure learning experiences so students feel successful. Develop activities at an
appropriate level of difficulty and consider ways they can participate at two or three
levels so all students can succeed.
11) Set clear behavior expectations and consistently reinforce expectations.

2.1.6 Implementasi Manajemen Kelas


Menurut Kadir (2014:32-34) Kemampuan mengelola proses belajar mengajar yang
baik akan menciptakan siatuasi yang memungkinkan peserta didik untuk belajar, sehingga
merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Peserta didik dapat belajar dalam suasana
wajar, tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar peserta didik memerlukan sesuatu yang memungkinkan mereka

21
berkomunikasi secara baik, meliputi komunikasi guru dengan peserta didik, peserta didik
dengan lingkungan, peserta didik dengan bahan ajar dan peserta didik dengan dirinya
sendiri.
Proses belajar mengajar yang dimaksud adalah aktivitas nyata yang dirancang secara
khusus dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan guru dengan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan sebelumnya, baik tujuan pendidikan nasional, tujuan instutisional
dan tujuan instruksional. Dengan kata lain proses belajar mengajar adalah “aktivitas yang
disepakati dan dilakukan guru-murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal”.
Proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas yang dapat mencapai tujuan
pendidikan secara optimal adalah proses belajar mengajar yang dikelola dengan baik
berdasarkan manajemen pengelolaan kelas. Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab guru
sebagai salah satu faktor pendidikan.
Implementasi pengelolaan proses belajar mengajar sebagaimana dikemukakan di atas,
dapat dipahami sebagai kemampuan manajerial guru dalam merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi proses belajar mengajar. Inti dari
implementasi pengelolaan proses belajar mengajar adalah serangkaian aktivitas guru mulai
dari merencanakan proses belajar mengajar, mengorganisasikan proses belajar mengajar
melaksaanakan, mengawasi kegiatan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi
serta tindak lanjut. Implementasi pengelolaan proses belajar mengajar berkaitan langsung
dengan pengelolaan kelas, sebab dalam pengelolaan kelas juga termasuk kegiatan proses
belajar mengajar, sementara proses belajar mengajar dapat tercapai tujuannya secara
optimal bila pengelolaan kelas dilakukan dengan baik.

2.1.7 Komponen-Komponen Keterampilan Dalam Manajemen Kelas


Menurut Afriza (2014:17-21) Komponen-komponen keterampilan yang harus dimiliki
oleh seorang guru dalam mengelola kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian,
yaitu keterampilan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat
preventif) dan keterampilan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1. Keterampilan Penciptaan dan Pemeliharaan Kondisi Belajar
a. Sikap Tanggap
Sikap ini dapat dilakukan dengan cara :

22
1) Memandang Secara Seksama
Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak
pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerjasama, dan
menunjukkan rasa persahabatan.
2) Gerak Mendekati
Gerak guru adalah posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan
kesiagaan, minat, dan perhatian guru yang duberikan terhadap tugas serta aktivitas
anak didik. Gerak mnedekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk
menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan hukuman.
3) Memberi Pertanyaan
Pertanyan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat
diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain.
4) Memberi Reaksi terhadap Gangguan dan Kekacauhan Teguran perlu diberikan
oleh guru jika suasana kelas tidak tenang.
Teguran guru memberikan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran
haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tapat pula, sehingga dapat
mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.
b. Membagi Perhatian
1) Visual
Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama
sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik ke kegiatan kedu, tanpa kehilangan
pehatian pada kegiatan yang pertama. Kontak pandangan ini bias dilakukan terhadap
kelompok anak didk atau anak didik secara individual.
2) Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya
terhadap aktifitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervise
pada aktivitas anak didik yang lain.
c. Pemusatan Perhatian Kelompok
1) Memberi Tanda
Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada peerhatian
kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya

23
menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek,
pertanyaan, atau topik, dengan memilih anak secara random untuk meresponsnya.
2) Pertanggungan Jawab
Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya
dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus
bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya.
Misalnya dengan meminta kepada anak didik untuk memperagakan, melaporkan
hasil dan memberikan tanggapan.
3) Pengarahan dan Petunjuk yang Jelas
Guru harus seringkali memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas dan
singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terajadi
kebingungan pada diri anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada
seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan
bahasa dan tujuan yang jelas.
4) Penghentian
Tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau di hindari. Yang
diperlukan disini adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-
nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas. Bila anak
didik menyela kegiatan anak didik lain dalam kelompoknya, guru secara verbal
mengomeli atau menghentikan gangguan anak didik itu.
Teguran yang dilakukan guru adalah salah satu cra untuk untuk menghentikan
gangguan anak didik. Teguran verbal yang efektif adalah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a) Tegas dan jelas tertuju kepda anak didik yang mengganggu serta kepada
tingkah lakunya yang menyimpang.
b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau mengandung
penghinaan.
c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
5) Penguatan
Untuk menanggulangi peserta didik yang menggangu atau tidak melakukan tugas,
dapat dilakukan dengan memberikan penguatan yang dipilih sesuai dengan

24
masalahnya. Penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial
untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau tidak melakukan tugas
seperti:
a) Dengan memberikan penguatan positif bila anak didik telah menghentikan
gangguan atau kembali pad atugas yang di minta.
b) Dengan memberikan penguatan positf terhadap anak didik yang lain yang tidak
mengganggu dan di pakai sebagai model tingkah laku yang baik bagi anak didik
yang suka mengganggu.
6) Kelancaran
Kelancaran atau kemajuan anak didk dalam belajar sebagai indicator bahwa anak
didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas. Ada
beberapa kesalahan yang harus dihindari oleh guru :
a. Campur tangan yang berlebihan (teacher instruction)
b. Kelenyapan (fade away)
c. Penyimpangan ( degression)
d. Ketidak tepatan berhenti dan memulai kegiatan
e. Kecepatan ( pacing)
Kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik
dalam pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan
kecepatan yang tidak perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang
berjalan, atau kemajuan tugas. Ada dua hal kesalahan kecepatan yang harus dihindari
bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan yaitu :
a) Bertele-tele (mengulang, memperpanjang, mengubah-ubah).
b) Mengulang penjelasan yang tidak perlu.
2. Keterampilan Pengembangan Kondisi Belajar
1) Modifikasi Tingkah Laku
Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan
dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengiplikasikan pemberian
penguatan secara sistematis.
2) Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok
Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:

25
a. Memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik
dalam pelaksanaan tugas
b. Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan
semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
3) Menemukan dan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalah
Guru dapat menggunakan seperangkat arah untuk mengendalikan tingkah laku
keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.

2.1.8 Keterampilan Mengelolah Kelas


Menurut Kadir (2014:25-34) Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses
pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian kelas
teralihkan, memberikan ganjaran kepada peserta didik yang telahmelakukan tugasnya
dengan baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama. Pengelolaan
kelas merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan
cara menciptakan situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang kondusif dapat tercapai
jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran, serta hubungan
interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik.
Keterampilan yang berkaitan dengan upaya guru menciptakan dan memelihara iklim
pembelajaran yang optimal dapat dilakukan dengan cara:
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab, memandang siswa secara saksama;
2. Mendekati dan memberikan pernyataan;
3. Reaktif terhadap gangguan dikelas;
4. Membagi perhatian secara visual;
5. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa mengikuti
pembelajaran;
6. Memberikan petunjuk yang jelas;
7. Memberikan teguran secara bijaksana; dan

26
8. Memberikan penguatan ketika diperlukan.

Pada intinya, keterampilan guru memilih strategi pengelolaan kelas yang tepat
bergantung pada kemampuannya menganalisis masalah kelas yang dihadapinya dan jika ia
tepat meletakkan strategi tersebut secara proporsional maka proses belajar mengajar dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Keterampilan mengelola kelas secara praktis berkaitan
dengan usaha mempertahankan kondisi kelas dan mengembangkan iklim kelas. Usaha
menciptakan kondisi kelas merupakan perbuatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan
dengan memberi ramalan atau prediksi iklim kelas yang akan terjadi atau mungkin terjadi.
Keterampilan mengelola kelas yang relevan dengan pendapat paraahli yang dikemukakan
di atas, dikemukakan pula oleh Yamin dalam penelitian kadir (2014:29) bahwa
keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:
1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal:
a. Menunjukkan sikap tanggap dengan cara; memandang secara
b. Seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberikan
c. Reaksi terhadap gangguan di kelas.
d. Membagi perhatian secara visual dan verbal.
e. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta
f. Didik dalam pembelajaran.
g. Memberi petunjuk yang jelas.
h. Memberi teguran secara bijaksana.
i. Memberi penguatan ketika diperlukan.
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar
yang optimal.
a. Modifikasi perilaku: mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan,
meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan, mengurangi perilaku buruk
dengan hukuman.
b. Pengelolaan kelompok dengan cara: peningkatan kerjasama dan keterlibatan,
menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
c. Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah: pengabdian yang
direncanakan, campur tangan dengan isyarat, mengawasi secara ketat, mengakui
perasaan negatif peserta didik, mendorong peserta didik untuk mengungkapkan

27
perasaannya, menunjukkan benda-benda yang dapat mengganggu kosentrasi,
menyusun kembali program belajar, menghilangkan ketegangan dengan humor,
mengekang secara fisik.
Keterampilan mengelola kelas sangat dibutuhkan, sebab terdapat tujuan pengelolaan
kelas yang difokuskan kepada pemenuhan kebutuhan peserta didik. Saud dalam penelitian
kadir mengemukakan bahwa tujuan mengelola kelas adalah:
1. Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran.
2. Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan
pembelajaran.
3. Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Membantu hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa antara siswa
dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

Menurut Mansor (2012:41) Seorang guru yang efektif akan menunjukkan semua
keterampilan yang tercantum dalam tiga kategori besar. Namun kami ingin mengusulkan
enam karakteristik lain yang lebih penting dari seorang guru yang efektif: (i) mencintai
profesi; (ii) melampaui waktu pelajaran; (iii) menciptakan lingkungan kelas fisik cocok
namun nyaman; (iv) berlatih seni perancah (v) nilai tenun, kepemimpinan dan kemampuan
berpikir ke dalam pelajaran dan (vi) membuat aturan kelas dan batas-batas melalui
pengulangan dan humor. Meskipun temuan ini didasarkan pada satu guru, mereka
dibenarkan dengan metode pengumpulan data yang ketat yang digunakan dan layak tindak
lanjut. Dengan demikian, kami percaya bahwa penelitian lebih lanjut tidak bisa dihindari
untuk memungkinkan perbandingan yang akan dibuat, dan temuan tersebut akan lebih
meyakinkan dalam mengembangkan daftar lengkap karakteristik guru yang efektif,
According Mansor (2012:41) An effective teacher would demonstrate all the skills listed in the
three broad categories. However we would like to propose another six more notable characteristics of
an effective teacher: (i) loving the profession; (ii) going beyond the lesson time; (iii) creating a suitable
yet comfortable physical classroom environment; (iv) practising the art of scaffolding (v) weaving
values, leadership and thinking skills into the lesson and (vi) creating class rules and boundaries
through repetition and humour. Though these findings are based on one teacher, they are justifiable by
the rigorous data collection method used and deserve follow-up. Thus, we believe that further research
is inevitable to enable comparisons to be made, and such findings would be more conclusive in

28
developing a complete list of the characteristic of an effective teacher, specifically on classroom
management.

2.1.9 Berbagai Pendekatan, Teknik Disiplin dan Kontrol Kelas


Menurut Sunhaji (2014:37) dalam penelitian Biggs dan Telfer (1987: 378) guru dapat
memilih pendekatan yang berada pada dua kubu yang bersifat ekstrim. Yaitu antara high
structure decision dengan low structure decision.
a. High structure decision
Suatu keputusan yang ditekankan pada aturan guru dalam menciptakan lingkungan
belajar. Di sini siswa relatif sedikit diberi pilihan, oleh karena itu aturan-aturan yang
berasal dari siswa pun relatif sedikit
b. Low structure decision
Siswa diberi banyak pilihan dan kesempatan dalam menentukan pengalaman belajar
yang akan diperolehnya melalui otonomi yang maksimum.
Menurut Sunhaji (2014:38-41) Pendekatan yang pertama tampak dipengaruhi oleh
metode ekspositorik, sedangkan yang keduanya sebaliknya, yakni metode-metode yang
berpusat pada siswa. Walaupun pendekatan tersebut berada pada titik yang berlawanan,
tetapi dalam pelaksanaan akan bersifat continuum. Pemilihan pendekatan ini akan sangat
ditentukan oleh situasi, kondisi dan kebutuhan pada saat itu. Dengan demikian, pada suatu
saat keputusan yang diambil akan berada pada titik paling ekstrim dan otoritas guru dan
saat lain mungkin berada di antara otonomi maksimum siswa dan otoritas guru.
Selanjutnya kita dapat menyimak berbagai pendekatan pengelolaan kelas yang
diungkapkan Sunaryo dalam Sunhaji secara sederhana, yakni:
a. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas berarti sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku siswa.
Peran guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
b. Pendekatan Ancaman
Melalui pendekatan ini pengelola kelas juga diartikan sebagai proses untuk mengontrol
tingkah laku siswa tetapi dilakukan melalui ancaman, seperti: melarang, menyindir,
memaksa dan mengejek.
c. Pendekatan Kebebasan

29
Pengelola kelas diartikan sebagai proses untuk membantu siswa merasa bebas dalam
mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan siswa.
d. Pendekatan Resep (Cookbook)
Pendekatan ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa
yang harus dan apa tidak boleh dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi dalam kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa
yang harus dikerjakan guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang
tertulis dalam resep.
e. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dengan suatu perencanaan dan
pelaksanan pengajaran akan mencegah munculnya masalah tingkah laku siswa dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah
laku guru dalam mengajar untuk mencegah atau menghentikan tingkah laku siswa yang
kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran
yang baik.
f. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)
Sesuai namanya, pengelola kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik
dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
g. Pendekatan Sosial Emosional
Menurut pendekatan ini pengelola kelas merupakan proses menciptakan iklim sosial,
emosional positif dalam kelas. Sosial emosional positif, artinya ada hubungan baik yang
positif antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa. Disini guru adalah
terhadap pembentukan hubungan pribadi itu. Peranannya adalah menciptakan hubungan
pribadi yang baik.
h. Pendekatan Proses Kelompok
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu
sitem sosial di mana proses kelompok adalah merupakan yang paling utama. Peranan
guru adalah agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif
i. Pendekatan Pluralistik

30
Pengelola kelas berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki
potensi untuk dapat menciptakan dan belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien.
Guru dapat memilih 8 (delapan) pendekatan di atas dan ia bebas memilih pendekatan
yang sesuai yang dapat dilaksanakan. Jadi pengertian kelas adalah suatu set(rumpun)
kegiatan guru dan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut Regina (2014:65) Dari pengalaman, guru-guru di sekolah menengah Nigeria


dapat menerapkan teknik manajemen kelas berikut untuk pendidikan menengah yang
berkualitas:
- Rencana pelajaran mereka menggunakan skema kerja sebagai panduan, dan
pelajaran hadir dari dikenal dengan fakta-fakta yang tidak diketahui.
- Gunakan strategi pengantar yang tepat untuk menetapkan harapan siswa pada awal
setiap pelajaran dan aktivitas.
- Mendelegasikan tanggung jawab tertentu setiap hari untuk siswa (misalnya koleksi
kapur, pengumpulan dan distribusi buku) dan meminta pembaruan rutin dan
laporan dari siswa tersebut.
- Menggunakan insentif untuk memotivasi siswa dan memberikan layanan
konseling bagi mereka dengan perilaku menyimpang.
- Guru harus berusaha untuk menciptakan cinta dan kepercayaan untuk siswa
mereka dan juga mendengarkan dengan penuh perhatian keluhan mereka, ide dan
saran.
- Mengatur ruang kelas dan mengelola beberapa fasilitas yang disediakan untuk
penggunaan siswa.
- Perlakukan kasus siswa secara adil dan sama-sama tanpa bias / keberpihakan -
mendirikan sebuah perilaku positif untuk hadiah dan sistem hukuman.
- Membuat aturan dan peraturan sederhana dan mudah dipahami, dan konsisten
dalam menegakkan mereka.

According to Regina (2014:65) From experience, teachers in Nigerian secondary


schools can apply the following classroom management techniques for quality secondary
education:
- Plan their lessons using the scheme of work as a guide, and present lessons from known

31
to unknown facts.
- Use proper introductory strategies to set student expectations at the beginning of every
lesson and activity.
- Delegate specific responsibilities daily to students (e.g. collection of chalk, collection and
distribution of books) and request for regular update and reports from such students.
- Use incentives to motivate students and provide counseling services for those with
deviant behaviors.
- Teachers should strive to create love and trust for their students and also listen attentively
to their complaints, ideas and suggestions.
- Arrange the classrooms and manage the few facilities provided for students usage.
- Treat students cases justly and equally without bias/partiality – set up a positive behavior
for rewards and punishment system.
- Make rules and regulations simple and understandable, and be consistent in enforcing
them.

2.1.10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas


Menurut Afriza ( 2004:21-26), Guru merupakan komponen pembelajaran yang
memegang peranan penting karena keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru
dalammelaksanakan tugasnya sebagai penyampai materi kepada siswa. Pembelajaran akan
berhasiljika interaksi pembelajaran guru terhadap siswa lancar.Ketidaklancaran
pembelajaranakan membawa akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Adakalanya
pesan tersebut berhasil disampaikan dan terkadang mengalami hambatan. Hambatan dalam
proses pembelajaran misalnya: (1) tidak ada respon dari murid; (2) perhatian murid yang
bercabang; (3) kekacauan penafsiran antara guru dan murid; (4) kurang perhatian murid
karena guru sangat monoton; (5) verbalisme, guru hanya berkata-kata, sedang murid dalam
kondisi yang pasif; dan (6) keadaan lingkungan fisik yang sangat mengganggu.
Guru hendaknya dapat mengelola kondisi kelas secara baik untuk mengatasi
hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran. proses pembelajaran yang
terjadi dalam kelas perlu dipertimbangkan, direncanakan dan dikelola dengan baik dalam
usaha meningkatkan keberhasilan proses belajar-mengajar. Untuk dapat mencapai tujuan
yang diinginkan maka perlu diketahui faktor-faktor apa yang dapat mendukung dan
menghambat pencapaian tujuan yang diinginkan. Pemahaman mengenai faktor-faktor yang
turut mempengaruhi manajemen kelas kiranya sangat penting untuk diketahui sebagai

32
bekal kelak dalam menyukseskan pendidikan pada utamanya dan keberhasilan proses
pembelajar khususnya. Beberapa faktor yang mempenaruhi perwujudan manajemen kelas,
antara lain sebagai berikut:
1. Faktor Dinamika Kelas
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil
pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal
mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh
positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud
meliputi:
a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa,
tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan
lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar.Besarnya ruangan kelas tergantung
pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.Jika ruangan itu
mempengaruhi hiasan, pakailah hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
Syarat-syarat kelas yang baik adalah :
1. Rapi, bersih, sehat dan tidak lembab
2. Cukup cahaya dan sirkulasi udara
3. Sirkulasi udara cukup
4. Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya,dan ditata dengan rapi
5. Jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang
6. Ukuran ruang kelas 8m x 7m
7. Dapat memberikan keleluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran
8. Pengaturan perabot agar memungkinkan guru dan siswa dapat bergerak leluasa
9. Daun jendela tidak mengganggu lalu lintas.
Terdapat beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan
menyenangkan :
1. Penataan ruang kelas
2. Perlengkapan kelas
3. Perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas, meliputi : papan tulis dan
penghapusnya, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, almari kelas, jadwal

33
pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar presiden
dan wakil presiden serta lambang Garuda Pancasila, tempat cuci tangan dan lap
tangan, tempat sampah, sapu lidi, sapu ijuk dan sulak, gambar-gambar lain / alat
peraga dan kapur atau spidol.
4. Ruang laboraturium
Lembaga sekolah yang memiliki laboraturium, agar berfungsi sebagai tempat
praktik, harus ditata dengan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Tata letak peralatan kelas mudah diatur sesuai dengan keperluan pada setiap
saat
b. Diatur sedemikian rupa sehingga mudah bergerak dan mudah dimanfaatkan
c. Fasilitas air dan penerangan cukup tersedia
d. Air limbah dari saluran ruang laboraturium tidak mencemari lingkungan
sekitarnya
e. Tersedia lemari penyimpanan untuk bahan dan alat yang tidak digunakan
sehari-hari
f. Lantai tidak licin dan dinding sebaiknya berwarna putih
g. Bahan yang membahayakan harus disimpan pada tempat yang aman
h. Ruang auditorium / ruang serbagun berfungsi sebagai tempat diskusi, harus
diatur dengan baik dan dilengkapi dengan peralatan seperti panggung
pertunjukan, ruang pakaian pria / wanita secara terpisah, kamar mandi / WC
Pria / wanita secara terpisah, lantai harus datar dan tidak licin, dinding aula
harus dilapisi oleh lapsan peredam suara supaya suara tidak bergema, bak pasir
dan matras.
b. Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya
tatap muka, dengan demikian guru dapat mengaontrol tingkah laku siswa. Pengaturan
tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
1. Pola berderet / berbaris-berjajar
Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini cocok untuk pembelajaran formal.
Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk
dibelakang dan yang pendek duduk di depan. Tempat duduk seperti ini

34
memudahkan para siswa / guru bergerak dari deetan satu kederetan yang lain.
Namun, terdapat kelemahan-kelemahan yaitu ; mengurangi keleluasaan siswa
belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempunyai otoritas mutlak dan
memberikan pengaruh langsung yang besar pada siswa. Akhirnya siswa menjadi
terlalu tergantung, tidak ada kegiatan kerja kelompok yang dapat dilakukan, dan
komunikasi antarsiswa menjadi terbatas.
2. Pola susunan berkelompok
Pola ini memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama
laindan dapat berpindah dari kelompok satu ke kelompok lain. Otoritas guru
berperan dalam posisi desentralisasi, guru hanya memberikan bimbingan pada
siswa.
3. Pola formasi tapal kuda
Pola ini menempatkan posisi guru berada di tengahtengah para
siswanya.Pengaturan formasi ini memberikan kemudahan pada siswa untuk saling
berkomunikasi dan berkonsultasi.Pola tapal kuda biasa dipakai jika pelajaran
banyak memerlukan diskusi antarsiswa atau dengan guru.
4. Pola lingkaran atau persegi
Dalam pola lingkaran atau persegi biasanya tidak ada pemimpin
kelompok.Bla ada yang harus direkam atau dicatat, bentuk pola inilah yang tepat.
Seandainya ada suau kegiatan / alat yang harus ditunjukkan diperagakan, kegiatan
atau alat itu dapat diletakkan di tengah-tengah sehingga mudah dilihat dan
dikomentari oleh siswa.
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah
ada) adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh
karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
d. Pengaturan penyimpanan barang-barang.
Barang-barang hendanya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai
kalau segera diperlakukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-
barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti
buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu pribadi dan sbb, hendaknya ditempatkan

35
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Tentu saja
masalah pemeliharaan yang sangat penting dan secara periodik harus dicek.Hal
lainnya adalah pengamatan barangbarang tersebut. Baik dari pencurian maupun
barang-barang yang mudah meledak atau terbakar

2.1.11 Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa


Menurut faruqi (2018:301-308) Usaha Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan
Kemampuan Siswa. Berdasarkan pengelolaan kelas yang disampaikan oleh beberapa
pakar pendidikan, maka sasaran pengelolaan kelas itu bisa dibedakan menjadi dua macam
yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa.
a. Pengelolaan fisik
Pengelolaan kelas fisik ini berkaitan dengan ketatalaksanaan atau pengaturan kelas
yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding. Siswa berkumpul mempelajari segala
yang diberikan pengajar dengan harapan proses belajar mengajar berlangsung secara
efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang bersifat fisik ini meliputi pengadaan
pengaturan ventilasi dan tata cahaya, tempat duduk siswa, alat-alat pengajaran,
penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan lain-lain sebagai inventaris kelas.
b. Pengelolaan siswa
Pengelolaan siswa ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam rangka
membangkitan dan mempertahankan kondisi motivasi siswa untuk sadar dan berperan
aktif dan terlibat proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Manifestasinya dapat
berbentuk kegiatan tingkah laku, suasana yang diatur atau diciptakan guru dengan
menstimulus siswa agar berperan serta aktif dengan proses pendidikan dan
pembelajaran secara penuh.

2.2 Jenis-Jenis Manajemen Kelas


Menurut Faruqi (2018,297-299) dalam penelitian Nurhadi upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi
dapat dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. Maka pengelolaan kelas, apabila
ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengelolaan kelas yang bersifat preventif

36
Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru
untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi interaksi pendidikan
dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses belajar
mengajar. Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau
pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan berkembang
motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai oleh tindakan
siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas.
Keterampilan yang berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran ini, dapat ditunjukkan melalui sikap tanggap guru, bahwa
guru hadir bersama anak didik. Guru tahu kegiatan mereka apakah memperhatikan atau
tidak. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat menegur
mereka walaupun sedang menulis di papan tulis.
2. Pengelolaan kelas yang bersifat kuratif Pengelolaan kelas secara kuratif adalah
pengelolaan kelas yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku
siswa sehingga mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini kegiatan
pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang tersebut
dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang mendukung
terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik. Guru harus mengetahui pusat
perhatian siswa pada waktu mengikuti pelajaran dalam kelas. Apakah siswa-siswanya di
kelas tekun mengikuti dan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar ataukah tidak. Dari
sorot mata atau gerak-gerik mereka dapat diketahui apakah mereka sudah tertuju dan
mengikuti dengan baik proses belajar mengajar ataukah malah mengganggu proses
kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat diketahui ketika siswa ditunjuk untuk
menjawab atau melakukan perintah guru, akan memberikan jawaban yang salah (dalam
arti kurang komunikasi atau konsentrasi) atau terlihat terkejut. Oleh karena itu, apabila
terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan pada saat kegiatan belajar mengajar,
guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku anak
didik, misalnya dengan mencoba mengetahui sebab-sebab yang mengakibatkan tingkah
laku anak didik yang menyimpang tadi, kemudian berusaha untuk menemukan
pemecahannya.

37
Menurut Wekke (2016:113-115) Terdapat 4 (empat) jenis pengelolaan kelas yang
kerap menjadi acuan untuk digunakan. Pelaksanaanya secara tidak dikotomis antara yang
satu dengan lainnya. Ini bergantung kepada bagaimana guru melihat kondisi yang ada
sehingga menerapkan pendekatan terbaik dan kontestual dengan apa yang dihadapinya.
Tidak ada pendekatan yang terbaik untuk melaksanakannya Semuanya disesuaikan dengan
keberadaan kelas itu sendiri. Pertama. pendekatan managerial. Guru dipandang sebagai
seorang manajer dalam kelas yang diasuhnya. Konsepsi-konsepsi dibangun berdasarkan
pandangan tentang kepemimpinan. Menggunakan prinsip kepemimpinanlah sebuah kelas
dapat dikelola. Aktivitas proses belajar mengajar dan juga kaitannya dengan efektifitas
pengajaran semuanya dijalankan dengan menggunakan pandangan manajemen. Dalam
pendekatan ini, ada tiga model yang selalu dijadikan acuan.
a. Model Otoriter
Dua sifat manusia dalam kehidupan selalu menjadi warna dalam kelas. Apatis dan
agresif, pengawasan dan ketaatan. pengarahan dan pelaksanaan. Kesemuanya itu jikalau
dikelola dengan produktif akan menjadi bagian yang positif dalam mengaktifkan
keberadaan kelas. Aktivitas pembelajaran menuntut kehadiran seorang guru secara
maksimal. Jikalau ini berkurang. maka aktivitas pembelajaran akan menurun dengan
ketiadaan pembimbing. Secara individual dan kelompok sikap siswa yang apatis dan
agersif dapat dikendalikan untuk menjadi bagian dari pembelajaran. Guru dapat saja
menggunakannya secara produktif sehingga akan menjadi bagian penting dari proses
yang berlangsung
b. Model Laiser-Faire
Sifat manusia lainnya adalah menuntut perhatian. Kelompok kelas yang didominasi
oleh individu seperti ini senantiasa ingin mendapatkan perhatian guru. Jikalau tidak
diberikan perhatian, maka siswa tidak berusaha untuk mencapai target pembelajaran.
Untuk itu. guru senantiasa dituntut untuk memberikan perhatian. pujian, dan
penghargaan. Jika pengelolaan kelas dilakukan dengan menggunakan model ni, maka
siswa akan dipenuhi dengan sikap penuh kemauan. inisiatif, dan tidak menunggu
pengarahan. Hanya. diperlukan perhatian untuk menjaga kelangsungan proses yang
diprakarsai para siswa. Biasanya kelas sepert ini berlangsung bagi siswa yang sudah
mencapai tingkat kesedaran tertentu. Sekaligus sudah memiliki kemauan untuk belajar

38
(inner-directed). Dalam sisi yang lain kemandirian siswa menjadi pendukung bagi
berlangsungnya model ini
c. Model Demokratis
Model ni merupakan perpaduan antara dua model sebelumnya. Jikalau hubungan
antara siswa dan guru dibangundengan dasar persahabatan, maka akan melahirkan
kepercayaan. Dampaknya, pembelajaran akan berlangsung dengan optimal karena ada
kesefahaman diantara dua subyek yang menjadi pilar kelas. Produktifitas siswa akan
tetap berlangsung dengan pengawasan ataupun tanpa pengawasan sekalipun. Arahan
yang disampaikarn guru dilaksanakan dengan seksama oleh siswa. Sementara itu,
perhatian yang diberikan guru menjadi sebuah penghargaan atas inisiatif yang
dilaksanakan siswa.

Menurut Harsanto (2007:40-42) Kelas harus dirancang dan dikelola dengan saksama
agar memberi hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung
pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru terhadap proses pembelajaran, dan hubungan
siswa yang mereka ciptakan. Ada empat jenis kelas yang dapat kita amati yaitu sebagai
berikut :
a. Jenis data yang selalu gaduh. Guru harus bergelut sepanjang hari untuk menguasai
kelas, tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabadikan, dan
hukuman tampaknya tidak efektif.
b. Jenis kelas yang termasuk gaduh, tetapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk
membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan
memperkenalkan permainan dan kegiatan yang menyenangkan, membaca cerita, serta
menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa. Akan tetapi, jenis
kelas ini juga masih menimbulkan masalah. Banyak siswa yang kurang memberi
perhatian dikelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas
tersebut dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi walaupun guru memberi
kegiatan akademik yang minimal dan mencoba semaksimal mungkin agar kegiatan
akademik tersebut menyenangkan.
c. Jenis kelas yang tenang dan disiplin, baik karena guru telah menciptakan banyak
aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat
dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu disertai dengan hukuman. Guru

39
sering menghabiskan banyak waktu dengan melakukan hal ini karena ia dengan cepat
dapat memerhatikan bentuk pelanggaran. Ia tampak berhasil menanamkan disiplin
karena siswa biasanya patuh. Akan tetapi, suasana kelas menjadi tidak nyaman.
Ketenangan yang demikian hanya tampak di permukaan saja karena ketika guru
meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau.
d. Jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa
mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauannya sendiri tanpa harus
dipelototi oleh guru. Siswa yang tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling
berinteraksi dengan suara muncul dari beberapa tempat secara bersamaan. Akan tetapi,
suara tersebut dapat dikendalikan dan para siswa menjadi giat serta tidak saling
mengganggu. Apabila suara timbul dan terasa sedikit mengganggu, guru memberi
sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang atau kondusif. Siapa pun akan melihat
kelas semacam ini begitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan.
Empat jenis kelas seperti diatas selalu ditemukan di hampir semua sekolah, terlepas
dari jenis status sosial ekonomi orang tua siswa sehingga perbedaan tidak dapat dikaitkan
dengan jenis sekolah atau siswanya. Apalagi banyak guru memiliki pola kerja yang sama
dari tahun ke tahun. Sebagian sekolah memiliki kondisi yang kronis atas pengelolaan
kelasnya, tetapi sebagian yang lain disiplin dan aturan sekolahnya dihormati dan dijunjung
tinggi oleh seluruh anggotanya.
Guru perlu memahami kiat dan siasat dalam mengelola kelas. Hampir setiap tahun
siswa yang mereka hadapi berganti-ganti. Kiranya kiat-kiat berikut ini dapat dipakai guru
dalam menyiasati keadaan kelas sehingga kelas yang diampunya selalu lebih dinamis,
hidup, serta merangsang kreativitas dan aktifitas siswa.

Menurut Dustova (2007:40) Dengan guru yang efektif harus menciptakan lingkungan
kelas di mana harapan yang tinggi dan positif ditetapkan baik untuk siswa dan untuk guru
sendiri. Seorang guru harus percaya bahwa ia mampu membuat perbedaan dalam
kehidupan siswa. Salah satu hal terbaik seorang guru dapat Anda lakukan adalah untuk
membujuk seorang mahasiswa bahwa ia mampu sukses.
Tujuan di balik menetapkan harapan tinggi untuk memotivasi siswa untuk belajar dan
tumbuh. Meskipun ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat motivasi siswa

40
yang berada di luar ruang kelas dan tidak berada di bawah kontrol guru, ada beberapa yang
seorang guru dapat mengontrol dan harus digunakan untuk nya keuntungan dalam ruang
kelas. Misalnya, menurut Madeline Hunter, untuk mengelola siswa guru motivasi harus
membuat siswa merasa secara pribdi penting atau signifikan di kelas, atau merayakan
siswa
According Dustova (2007:40) With that an effective teacher should create a classroom
environment in which high and positive expectations are set both for students and for the teacher
himself. A teacher must believe that he or she is capable to make a difference in lives of his or her
students. One of the best things a teacher can do is to persuade a student that he or she is capable of
success.
The goal behind setting high expectations is to motivate students to learn and grow. While there
are numerous factors that may impact student’s motivation level which are outside of a classroom and
are not under the teacher’s control, there are some that a teacher can control and should use to his or
her advantage in a classroom. For instance, according to Madeline Hunter, to manage students’
motivation teachers should make students feel personally important or significant in a classroom, or
celebrate students’

Menurut Jones (2007:4-5) Jenis-jenis manajemen kelas terdiri dari :


a. Kelas Besar
1. Melacak kelompok mana Anda mendengarkan sehingga tidak ada yang tertinggal.
2. Mengatur ulang kelompok berada di dekat cukup bagi Anda untuk mendengar saat
Anda berjalan di sekitar.
3. Siswa duduk berdekatan sehingga mereka dapat berbicara dengan lembut dan
masih mendengar satu sama lain.
b. Kelas kecil
1. Menghindari menjadi bagian dari kelompok - kelas kecil cenderung terlalu guru-
dependent.
2. Mendorong siswa dan menjawab pertanyaan mereka saat Anda bergerak dari satu
kelompok ke kelompok.
c. Kelas Campuran
Variasikan cara guru memasangkan siswa kadang-kadang membuat lemah dan siswa
lebih kuat bersama-sama; kadang-kadang siswa kelompok dengan orang lain dari
kemampuan yang sama.

41
According Jones (2007:4-5) Types of class management, that is:
a. Large classes
1. Keep track of which groups you listen to so no one gets left out.
2. Rearrange groups to be near enough for you to overhear as you walk around.
3. Seat students close together so they can talk softly and still hear one another
b. Very small classes
1. Avoid becoming part of the groups – small classes tend to be overly teacher-
dependent.
2. Encourage students and answer their questions as you move from group to group.
c. Mixed-ability classes
Vary the way you pair your students – sometimes put weaker and stronger students
together; sometimes group students with others of the same ability.
Menurut Lyons (2011:6) Seperti yang akan kita bahas nanti dalam bagian yang
meliputi taksonomi, kami berpendapat bahwa teori-teori manajemen kelas yang terbaik
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang tumpang tindih, yaitu psychoeducational,
kognitif perilaku dan perilaku.
1. Teori psychoeducational mengandaikan bahwa siswa (dan memang semua orang)
memiliki kebutuhan, bahwa mereka (mis) perilaku merupakan upaya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, dan bahwa guru harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan belajar yang memenuhi terbaik kebutuhan ini. Contohnya adalah Goal
Centered Teori Driekurs' dan Teori Glasser Choice.
2. Teori perilaku kognitif menganjurkan bijaksana, keterlibatan proaktif mahasiswa
dalam negosiasi perilaku ditingkatkan. Kelompok ini menggabungkan kedua
teknik kognitif dan perilaku untuk bersama-sama mengubah cara siswa berpikir,
merasa dan dengan demikian berperilaku. Salah satu contohnya adalah Kaplan dan
teori Perilaku Kognitif Carter. Teori perilaku sangat prosedural dan fokus tunggal
pada memodifikasi perilaku yang dapat diamati. Contohnya adalah Terapan
Analisis Perilaku Skinner (seperti yang dijelaskan oleh Alberto dan Troutman) dan
Canters' Tegas Disiplin.
According to lyons (2011:6) As we will discuss later in the section covering
taxonomies, we contend that classroom management theories are best classified into three
overlapping groups, i.e. psychoeducational, cognitive behavioural and behavioural.
1. Psychoeducational theories posit that students (and indeed everyone) have needs, that
their (mis)behaviours are attempts to meet these needs, and that teachers should strive

42
to create learning environments which best meet these needs. Examples are Driekurs’
Goal Centered Theory and Glasser’s Choice Theory.
2. Cognitive behavioural theories advocate the thoughtful, proactive involvement of
students in negotiating improved behaviours. This group combines both cognitive and
behavioural techniques to collaboratively modify the way students think, feel and thus
behave. One example is Kaplan and Carter’s Cognitive Behavioural Theory.
Behavioural theories are highly procedural and focus singularly on modifying
observable behaviours. Examples are Skinner’s Applied Behavioural Analysis (as
explained by Alberto and Troutman) and Canters’ Assertive Discipline

2.3 KAJIAN TEORITIS


2.3.1 Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas adalah usaha untuk mengatur kegiatan proses belajar
mengajar secara sistematis. Usaha tersebut diarahkan pada persiapan materi
pembelajaran, menyiapkan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar,
mewujudkan situasi dan kondisi pembelajaran dan pengaturan waktu, sehingga
proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
Manajemen kelas memiliki tujuan. Ini tidak hanya memfasilitasi mengajar
tetapi juga meningkatkan waktu mengajar, mendukung atmosfer kelas yang
hangat dan memperkuat. Juga, mencegah perilaku yang tidak pantas siswa dan
mendukung lingkungan yang membantu perilaku yang sesuai muncul. Kemudian
azas-azas pengelolaan kelas diantaranya: Asas Apersepsi, Asas Peragaan, Asas
Motivasi, Asas Belajar Aktif, Asas Kerjasama, Asas Mandiri,Asas Penyesuaian
dengan Individu Siswa, Asas Korelasi, dan Asas Evaluasi yang Teratur. Adapun
prinsip-prinsip dalam pengelolaan kelas dalam sebagai berikut:
a. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang
hangat dan akrab dekat anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya
atau aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan
kelas.
b. Tantangan

43
Penggunaan kata-kata, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi
kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi
Kevariasian dalam penggunaan media, gaya mengajar, pola interaksi antara
guru dan anak didik merupakan kunci untuk dicapainya pengelolaan kelas yang
efektif dan menghindari kejenuhan.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik
Implementasi pengelolaan kelas adalah Kemampuan mengelola proses
belajar mengajar yang baik akan menciptakan siatuasi yang memungkinkan
peserta didik untuk belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan
pengajaran. Peserta didik dapat belajar dalam suasana wajar, tanpa tekanan dan
dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar
peserta didik memerlukan sesuatu yang memungkinkan mereka berkomunikasi
secara baik, meliputi komunikasi guru dengan peserta didik, peserta didik dengan
lingkungan, peserta didik dengan bahan ajar dan peserta didik dengan dirinya
sendiri.
Keterampilan mengelola kelas Pengelolaan kelas merupakan keterampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang kondusif dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran tersebut.
Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah
laku siswa yang membuat perhatian kelas teralihkan, memberikan ganjaran
kepada peserta didik yang telahmelakukan tugasnya dengan baik, atau
menetapkan norma kelompok yang harus ditaati bersama.

2.3.2 Jenis- Jenis Pengelolaan Kelas


Jenis-jenis pengelolaan kelas dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengelolaan kelas yang bersifat preventif

44
Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar
inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi
interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang
menguntungkan bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas yang
preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau pemberian informasi yang
dapat diberikan kepada siswa sehingga akan berkembang motivasi yang tinggi,
atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai oleh tindakan siswa yang
menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas.
2. Pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas yang
dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga
mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini kegiatan
pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang
tersebut dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang
mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik.

45
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Beberapa hal penting yang dapat kami jadikan sebagai kesimpulan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut ini :
1. Dalam konsep-konsep dasar pada pengelolaan kelas meliputi; pengertian manajemen
kelas, tujuan manajemen kelas, azas-azas manajemen kelas, prinsip-prinsip manjemen
kelas, strategi implementasi manajemen kelas, strategis prinip-prinsip manjemen kelas,
implementasi manajemen kelas, komponen-komponen keterampilan manajemen kelas,
keterampilan mengelola kelas, berbagai pendekatan, teknik displin dan kontrol kelas,
faktor - faktor yang mempengaruhi manajemen kelas, pentingnya pengelolaan kelas
dalam meningkatkan kemampuan belajar siswa
2. Didalam jenis-jenis pengeloalan kelas meliputi; kelas kecil, kelas besar dan kelas
campuran.

3.2 SARAN
Beberapa hal yang menjadi saran penulis dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Penelusuran literatur yang masih terbatas membuat penulis merasa kekurangan bahan
untuk menyusun makalah ini. Oleh karena itu, pembahasan pada makalah ini belum
cukup luas.
2. Proses penyusunan makalah terburu-buru. Bagi penulis perlu penelusuran literatur
yang lebih lengkap agara makalah ini tersaji dengan sempurna, namun dikarenakan
penulisan makalh ini sangat singkat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Afriza. 2014. Manajemen Kelas. Pekan Baru: Kreasi Edukasi.

Asmadawati. 2014. Jurnal Logaritma “Keterampilan Mengelola Kelas”. Volume 2 No 2 Juli


2014.

Corps, Peace. 2010. Management Classroom. Wanghiston DC. Information Collection and
Exchange Publication.

Dunbar, Christoper. 2004. Best Practices in Classroom Management. Michigan State: University
of Michigen State.

Dustova and Samuel. The CTE Journal “Classroom Management Strategies”. ISSN 2327
0106.Volume 3 Nomor 2.

Evertson and Edmund. 2011. Manajement Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar Edisi Kedelapan.
Jakarta : Prenadamedia Group.

Faruqi. 2018. Jurnal Evaluasi. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui
Pengelolaan Kelas”. Vol 2 No 1 Maret 2018. P-ISSN 2580-3387. Dan E-ISSN:2615-
2886.

Harsanto, Redno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Konisius.

Istihana. 2015. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar “Pengelolaan Kelas Dimadrasah
Ibtiyah”. Vol 2 No 2 Desember 2015. P-ISSN:2355-1925.

Jones, Leo. 2007. The Student-Centered Classroom. New York: Cambridge University.

Kadir, Fatimah. 2014. Jurnal Al-Ta`dib “Keterampilan Mengelola Kelas dan Implementasinya
dalam Proses Pembelajaran”. Volume 7 No.2 Juli –Desember 2014.

Lyons, Gordon.dkk. 2011. Classroom Management: Creating Positive Learning Enviroments.


Australia: Cangage Learning.

Lopes,J., & Oliveira, C. 2017. Classroom discipline: Theory and practice. In J. P. Bakken
(Ed.), Classrooms: Academic content and behavior strategy instruction for students with
and without disabilities (Vol. 2, pp. 231-253). New York: Nova Science Publishers.

Mansor. dkk. Journal International Education Studies Canadian Of Science and Education
“Effective Classroom Management”. Vol 5 No. 5 2012 ISSN 1913-9020 E-ISSN:1913-
9049.

Murray, Glenn.dkk. 2010. Dicipline and Classroom Management. New Brunswik: Departement
of Education.

47
Regina, N.Osakwe. 2014. International Journal Of Education “Classroom Management : A Tool
of Achieving Quality Secondary School Education in Nigeria”. ISSN:1948-5476.2014
Vol 6 No 2.

Saban. 2009. Journal ELSEVIER World Conference on Educational Science “Management Of


Teaching and Class Control”. ISSN 1877-0428.

Saifudin. 2018. Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

Sunhaji. 2014. Jurnal Kependidikan “Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam
Pembelajaran”. Vol II.No.2 November 2014.

Wekker, Ismail. 2016. Model Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Budi Utama.

48

Anda mungkin juga menyukai