Anda di halaman 1dari 51

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR


DENGAN UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
MELALUI PEMERIKSAAN SADARI

OLEH:
NURHAYATI HAMZAH
1601194

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2018
USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR


DENGAN UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
MELALUI PEMERIKSAAN SADARI

Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammmadiyah Manado

OLEH:
NURHAYATI HAMZAH
1601194

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2018

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR


DENGAN UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
MELALUI PEMERIKSAAN SADARI

Dajukan oleh:

NURHAYATI HAMZAH
1601194

Telah Distujui Oleh:

Pembimbing I

Merry H. Rimporok, S.Pd,. M.Kes


NIDN :

Pembimbing II

Ns. Sri Wahyuni, S.Kep, M.Kes


NIDN :

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

iii
KATA PENGANTAR

iv
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
Manfaat Penulisan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 6
A. Konsep Dasar Sikap ................................................................................. 6
B. Konsep Dasar Perilaku ........................................................................... 13
C. Konsep Wanita Usia Subur ................................................................... 19
D. Konsep Dasar Kanker Payudara............................................................. 20
E. Konsep Dasar SADARI ......................................................................... 29
F. Penelitian Terkait ................................................................................... 31
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI OPERASIONAL ... 32
Kerangka Konsep ................................................................................... 32
Hipotesis................................................................................................. 32
Definisi Operasional............................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 34
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 34
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 34
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 35
E. Instrumen Penelitian............................................................................... 36
F. Jalannya Penelitian ................................................................................. 36
G. Analisa Data ........................................................................................... 37
H. Pengolahan Data..................................................................................... 38
I. Etika Penelitian ...................................................................................... 39
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 40

v
A. Simpulan ................................................................................................ 40
B. Saran ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 1
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

viii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kanker payudara merupakan salah satu kanker penyebab kematian

wanita. Banyak wanita yang terlambat menyadari bahwa sebenarnya ia

sudah terkena kanker. Keadaan tersebut biasanya baru disadari setelah

kanker masuk pada stadium lanjut. Sehingga tidak ada proses deteksi dini

yang dapat memperlambat atau bahkan menyembuhkan kanker tersebut

sejak dini (Astrid Safitri dkk, 2015). Kanker payudara merupakan salah

satu jenis kanker yang umum pada wanita. Kanker payudara merupakan

tumor ganas yang tumbuh didalam jaringan payudara. Setiap tahun lebih

dari 185.000 wanita didiagnosa menderita kanker payudara. Insiden

penyakit ini semakin meningkat di negara-negara maju. Sekitar 43.500

kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya yang menjadikan penyakit

ini sebagai penyebab kematian terbesar kedua setelah kanker paru pada

wanita di Amerika Serikat (Kemenkes. RI, 2015)

Menurut WHO (World Health Organization), sekitar 9-8% wanita

berpotensi akan mengalami kanker payudara. Kanker payudara sebagai jenis

kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. setiap tahun lebih dari

250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih

175.000 di Amerika Serikat (Lumban Gaol & Briani, 2014).

Data di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita baru per

100.000 penduduk setiap tahunnya. Ini berarti dari jumlah 237 juta

penduduk, ada sekitar 237.000 penderita kanker setiap tahunnya. Sejalan

1
dengan itu, data empiris menunjukan bahwa prevalensi kanker meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Sekitar 2,2 kematian semua umur

disebabkan oleh kanker ganas. Prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah

1,4 per 1000 penduduk (Kemenkes. RI, 2015). Berdasarkan Sistem

Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2014, jumlah pasien rawat jalan

maupun rawat inap yang mengidap kanker payudara berjumlah 12,014

orang (28,7%) dan kanker leher rahim berjumlah 5,349 orang (12,8%).

(Astrid Savitri dkk, 2015)

Menurut data buletin Jendela Data dan informasi Kesehatan, pada

penduduk perempuan kanker payudara masih menempati urutan pertama

kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%

(Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

Salah satu faktor tingginya angka kejadian adalah kurangnya edukasi

kanker payudara sejak remaja dalam mendeteksi dan menangani kanker

payudara secara dini (Frida, 2012). Deteksi kanker dapat dilakukan dengan

pemeriksaan payudara sendiri atau yang dikenal dengan SADARI.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pemeriksaan yang mudah

yang bisa dilakukan setiap wanita dan bisa dilakukan sendiri. Tindakan ini

penting karena hampir 85% kelainan di payudara justru ditemukan pertama

kali oleh penderita melalui pemeriksaan payudara sendiri dengan benar

(Olfah, Mendiri & Badi’ah, 2013).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Maesaroh 2016 dengan judul

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Terhadap SADARI di

Karang Malang RW004 Jentis Juwiring Klaten. Hasil penelitian didapatkan

2
pengetahuan baik responden (70,0%) dan kurang (12,9%). Sikap terhadap

pemeriksaan SADARI dengan kategori baik (58,6%) dan sikap kurang

sebanyak (11,4%). Simpulannya ada hubungan antara pengetahuan wanita

usia subur dengan sikap terhadap SADARI di Karang Malang RW004 Jetis

Juwiringin Klaten tahun 2016. Demikian pula penelitian yang dilakukan

oleh Friska Wulandari dkk 2017 dengan judul Hubungan Tingkat

Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri

(SADARI) Mahasiswi. Hasil penelitian didapatkan Tingkat pengetahuan

tentang SADARI mahasiswi SGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan

Provinsi Jawa Barat dalam kategori baik yaitu 91 orang dari 170

mahasiswi. Sikap terhadap sadari dalam kategori negatif yaitu 98 orang dari

170 mahasiswi. Prilaku sadari dalam prilaku melakukan yaitu 107 orang

dari 170 mahasiswi. Kesimpulannya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dan sikap dengan perilaku sadari mahasiswi PGSD STKIP

muhammadiyah Kuningan Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Hubungan Sikap dan Prilaku Wanita Usia Subur

dengan Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan

SADARI”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka di rumuskan masalah adalah

“Hubungan Sikap Dan Perilaku Wanita Usia Subur Dengan Upaya Deteksi

Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan SADARI”

3
Tujuan Penelitian
Umum

Untuk mengetahui hubungan sikap dan perilaku wanita usia subur

dengan deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan SADARI

Khusus

a. Untuk mengetahui sikap wanita usia subur melalui pemeriksaan

SADARI

b. Untuk mengetahui perilaku wanita usia subur melalui

pemeriksaan SADARI

c. Untuk mengetahui upaya deteksi dini pencegahan kanker

payudara melalui pemeriksaan SADARI

d. Untuk menganalisis hubungan sikap wanita usia subur dengan

deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan SADARI

e. Untuk menganalisis hubungan perilaku wanita usia subur

dengan deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan

SADARI

Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi guna
meningkatkan mutu pendidikan terutama pada pengetahuan mengenai
pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan .
2. Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan
variabel yang berhubungan dengan sikap dan perilaku wanita usia
subur dengan upaya deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan
SADARI
3. Bagi Peneliti

4
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang upaya pencegahan
kanker payudara melalui peeriksaan SADARI

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Sikap


1. Pengertian sikap

Menurut Gordon Allport (1980) salah satu tokoh terkenal

dibidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian bahwa sikap

merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesepian yang

dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi

dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus

yang menghendaki adanya respons.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), mendefinisikan

pengertian sikap dengan sangat sederhana bahwa sikap itu suatu

sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek.

Sehingga sikap itu lebih melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan

gejala kejiawaan yang lain.

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Sarwono dan

Meinarno (2009), bahwa sikap merupakan kesiapan mental, yaitu

suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan

pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan

respons terhadap berbagai objek dan situasi

Jadi, dapat disimpilkan bahwa sikap adalah suatu proses

penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau situasi

yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada

6
orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara

yang tertentu yang terpilih. (Titik L, 2015)

2. Komponen Pokok Sikap

Ada 3 komponen pokok tentang sikap yaitu : kepercayaan (keyakinan)

ide dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional dan

evaluasi terhadap suatu obyek, kencenderungan untuk bertindak (trend

to be have). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini

pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting.

Menurut Azwar S, struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang

sangat menunjang yaitu :

a) Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang

dimiliki oleh individu mengenai sesuatu seringkali komponen

kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini).

b) Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek

sikap dan menyangkut masalah emosi aspek emosional inilah

yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap

dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-

pengaruhyang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

7
c) Komponen konatif

Komponen konatif merupakan komponen perilaku yang

cenderung untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu

dengan cara-cara tertentu. (Titik L, 2015)

3. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b) Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari hal

tersebut, pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa

orang menerima ide tersebut

c) Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti

membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingktanya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah

8
mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh

atau adanya resiko lain.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Beberapa faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap antara

lain :

a) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar bentuknya sikap.

Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan. Seseorang

harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek

psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk

sikap positif ataukah negative, akan tergantung pada berbagai

faktor lain.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang

yang dianggap penting,seseorang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang

berarti khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang

biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang

9
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat,

guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain. Kecenderungan

ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi

pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai

sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan

heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya dalam budaya

sosial yang sangat mengutamakan kehidupan kelompok, maka

sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negative terhadap

kehidupan individualism yang mengutamakan kepentingan

perorangan.

d) Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Media massa membawa pesan-pesan yang

berisi sugesti yang dibawah oleh informasi tersebut, apabila

cukup kuat, akan member dasar efektif dalam menilai sesuatu

hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

10
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu.

f) Pengaruh faktor emosional

Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi dan pengalaman

pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau bentuk pengalihan

mekanisme pertahanan ego.

5. Pembentukan sikap

Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaransebagai berikut :

a) Pengkondisian klasik (classical conditioning)

Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/

rangsangan selalu diikuti oleh stimulus/ rangsangan yang lain,

sehingga rangsangan yang pertama menjadi suatu syarat bagi

rangsangan yang kedua.

b) Pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu prilaku medatangkan

hasil yang menyenangkan bagi seseorang, maka perilaku

tersebut akan diulangi kembali. Sebaliknya, bila perilaku

medatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang

maka perilaku tersebut tidak akan diulangi lagi atau dihindari.

c) Belajar melalui penmgamatan

11
Proses pembelajaran dengan cara mengamati perilaku orang

lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berperilaku

serupa. Banyak perilaku yang dilakukan seseorang hanya karena

mengamati perbuatan orang lain.

d) Perbandingan sosial (sosial comparison)

Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk

mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah

benar atau salah disebut perbandingan sosial.

6. Sikap pelaku pelayanan

Terdapat lima aspek yang harus dimiliki jasa pelayanan yaitu

a) Cepat

Waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama

dengan batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjungan

rumah sakit yang sudah ditentukan batas waktunya.

b) Tepat

Kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin

kepuasan konsumen. Bagaimana dalam memberikan pelayanan

kepada pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-

keluhan pasien.

c) Aman

Rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama

pengkonsumsian suatu produk atau dalam memberikan

pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan pasien dalam

12
memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien

sehingga memberika rasa aman kepada pasien.

d) Ramah tamah

Menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat

pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam

menerima keluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien

akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat.

e) Nyaman

Rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya.

Pasien yang membutuhkan kenyamanan baik dari ruang rawat

inap maupun situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien

akan merasakan kenyamanan dalam proses penyembuhan.

B. Konsep Dasar Perilaku


1. Pengertian perilaku

Perilaku pada dasaranya berorientasi pada tujuan. Dengan kata

lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan

untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu

diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan.

Seorang ahli psikologi Skinner, ( 1938) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar), oleh karena prilaku itu terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut

merespon.

13
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud

dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain

perilaku merupakan respon/ reaksi seorang individu terhadap stimulus

yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat

bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap)

maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini,

perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khusunya yang menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat,

sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi,

atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke

dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering

kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice.

Dari sudut biologis , perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu

aktivitas manusia itu sendiri.

Ensiklopedia Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-

reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi

apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni

yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan

menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

14
Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang

dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. Umum, perilaku manusia

pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan

lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahkluk

hidup.

Di Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah alam dikenal

dalam 15 tahun akhir-akhir ini konsep-konsep dibidang perilaku yang

berkaitan dengan kesehatan ini sedang berkembang dengan pesatnya,

khususnya dibidang antropologi medis dan kesehatan masyarakat.

Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kita hanya berbicara

mengenai perilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitannya

dengan kesehatan. Kenyataannya banyak sekali perilaku yang dapat

mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang tidak

mengetahuinya, atau melakukannya dengan alasan yang sama sekali

berbeda.

2. Bentuk Perilaku

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu

terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri

individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam,

yaitu :

a) Perilaku pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu

dan tidak dapat diamati secara langsung

b) Perilaku aktif (respons eksternal)

15
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku

yang dapat diamati langsung berupa tindakan yang nyata.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku itu sendiri

ditentukan atau bentuk dari 3 faktor yaitu :

a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencangkup

pengetahuan, sikap dan sebagainya.

b) Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencangkup

lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana keselamatan kerja, mislanyaketersediaanya

APD pelatihan dan sebagainya.

c) Faktor penguat (reinforment factor)faktor-faktor ini meliputi

undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

4. Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan. Respons atau reaksi organisme

dapat berbentuk pasif (respon yang masih tertutup) dan aktif (respons

terbuka, tindakan yang nyata atau practice/psychomotor). Menurut

Notoadmodjo (2003), rangsangan yang terkait dengan perilaku

kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

16
5. Perilaku terhadap skait dan penyakit

Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan

penyakit yang bersifat respons internal (dari luar dirinya) maupun

eksternal (dari dalam dirinya), baik respons pasif (pengetahuan,

persepsi da sikap), maupun aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan

dengan sakit dan penyakit. Perilaku seseorang terhadap sakit dan

penyakit sesuai dengan tingkatan-tingkatan pemberian pelayanan

kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan pencegahan

penyakit, yaitu :

a) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health

promotion behavior)

b) Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)

c) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking bahavior)

d) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviori)

6. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku ini adalah respons individu terhadap sistem pelayanan

kesehatan modern maupun tradisional, meliputi :

a) Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan

b) Respons terhadap cara pelayanan kesehatan

c) Respons terhadap petugas kesehatan

d) Respons terhadap pemberian obat-obatan

Respons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap

dan penggunaan fasilitas petugas maupun penggunanaan obat-

obatan.

17
7. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (inveronmental behaviour)

Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai

determinant (faktor penentu) kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini

sesuai lingkungan kesehatan lingkungan, yaitu :

a) Perilaku terhadap air bersih, mkeliputi manfaat dan penggunaan

air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b) Perilaku sehungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran

c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah cair maupun

padat

d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat

e) Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.

8. Teori Lawrence Green

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2

faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes)dan faktor dari

luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku ditentukan

atau terbentuk dari 3 faktor :

a) Faktor pendorong (predisposing factors)

Faktor-faktor yang memepermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,

keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya.

b) Faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku

atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah

18
sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan.

c) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk

berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya.

C. Konsep Wanita Usia Subur

1. Pengertian

WUS (wanita usia subur) adalah wanita yang keadaan organ

reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada

wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak

kesuburan ada pada rentan usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita

memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an

presentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40,

kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40

wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah

kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk

diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan

merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat

kelaminnya dengan rajin merawat diri. Untuk mengetahui tanda-tanda

wanita usia subur antara lain dengan melihat siklus haidnya.

19
2. Siklus Haid

Wanita mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur.

Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid sehingga

sebelum haid datang kembali yang biasanya berlangsung selama 28-

30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama

untuk menandai wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi

dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan

progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologi

pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator

klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir

leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus

menstruasi ( metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti

nyeri perut dan perubahan payudara.

D. Konsep Dasar Kanker Payudara


1. Definisi

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan paling banyak

menyerang wanita. penyakit ini disebabkan karena terjadinya

pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan

sel tidak dapat terkendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan

tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diambil, dikhawatirkan akan

masuk dan meyebar ke dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinan

sel-sel tersebut melepaskan diri dan menyebar keseluruh tubuh.

Kanker payudara umumnya menyebar ke seluruh tubuh. Kanker

payudara umunya menyerang wanita kelompok umur 40-70 tahun,

20
tetapi resiko terus meningkat dangan tajam dan cepat sesuai dengan

pertambahan usia. Kanker payudara jarang terjadi pada usia dibawah

30 tahun. (Saferi Andra Dkk, 2013)

2. Etiologi

Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetapi ada

beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan

payudara yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormon dan familial;

a) Wanita resiko tinggi dari pada pria (99:1)

b) Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun

c) Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada

ibu/saudara perempuan

d) Riwayat meastrual:

(1) Early manarche 9sebelum usia 12 tahun)

(2) Late menopause (setelah 50 tahun)

e) Riwayat kesehatan: pernah mengalami/ sedang menderita

otipical hiperplasia atau benigh proliverative yang lain pada

biopsy payudara, Ca. Endometrial

f) Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas usia 30

tahun, menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama,

penggunaan therapi estrogen

g) Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar

karsinogen

21
h) Life style: diet tinggi lemak, mengkonsumsi alcohol (minum 2x

sehar), obesitas, trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi,

merokok.

Kanker payudara dapat terjadi karena:

Factor genetik, hormonal, daya tahan tubuh, dan lingkungan

3. Patofisiologi

Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa adanya perubahan

genetic berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang

menyebabkan genetic masil belum di ketahui. Meskipun belum ada

penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun

mengembangkan program pencegahan. Hal yang selalu harus di ingat

adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak

mempunyai faktor yang teridentifikasi kecuali lingkungan hormonal

mereka. Dimasa kehidupan, wanita dianggap beresiko untuk

mengalami kanker payudara, namun mengidentifikasi factor resiko

merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang miskin di

untungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan

pengobatan dini (price, A Sylvia. 2006 dalam Saferi Andra Dkk,

2013)

Untuk dapat menegakan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk

melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang

proses terjadinya kanker dan perubahan struktur. Tumor/ neoplasma

merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri: proliferasi yang

berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan

22
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi

jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukannya dengan

cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel

tersebut telah terjadi peruabahan secara biokimiawi terutama dalam

intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang

mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel

ganas diantara sel normal.

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:

a) Fase induksi15-30 tahun

Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu

bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan diplasia menjadi

tumor ganas.

b) Fase insitu: 5-10 tahun

Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “ pre concerous”yang

bisa ditemukan di serviks uter, rongga mulut, paru, saluran

cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara.

c) Fase invasi 1-5 tahun

Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui

membran sel ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera

limfa

d) Fase desiminasi 1-5 tahun

Terjadi penyebaran ke tempat lain

4. Manifestasi Klinis

Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda

23
dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan rasa nyeri

dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur

Fase awal: asimtomatik

Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa

bergerak dengan mudah di bawah kulit.

Tanda umum : benjolan/ penebalan pada payudara

Tanda dan gejala lanjut :

a) Kulit cekung

b) Retraksi/ deviasi puting susu

c) Nyeri tekan/ raba

d) Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk

e) Ulserasi pada payudara

Tanda metastase

a) Nyeri pada bahu, pinggang, panggul bawah

b) Batuk menetap

c) Anoreksia

d) BB turun

e) Gangguan pencernaan

f) Kabur

g) Sakit kepala

Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada

atau kulit disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa berbentuk

benjolan yang membengkak pada kulit payudara. Kadang kulit diatas

benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.

24
Penemuan dini kanker payudara masih sulit di temukan, kebanyakan

ditemukan sudah teraba oleh pasien.

Tanda-tandanya :

a) Terdapat massa utuh kenyal, bisa di kwadran atas bagian dalam,

di bawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi

b) Nyeri di daerah massa

c) Adanya lekukan kedalam, tarikan dan refraksi pada area

payudara

d) Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)

e) Pengelupasan papilla mammae

f) Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan

spontan, kadang disertai darah.

g) Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi

5. Tahapan Kanker Payudara

Tahapan klinis yang digunakan untuk kanker payudara adalah sistem

klasifikasi TNM yang mengevaliuasi ukuran tumor, nodus limfe yang

terkena dan bukti adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM di

adaptasi oleh The America Joint Committee On Cncer Staging And

Resuid Reformating. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi

memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah

sebagai berikut :

TUMOR SIZE (T)

a) Tx : tak adda tumor

b) To :tak dapat ditunjukan adanya tumor primer

25
c) T1 : tumor denga diameter, kurang dari 2 cm

d) T2 :tumor dengan diameter 2-5 cm

e) T3 : tumor dengan diameter lebih dari 5 cm

f) T4 tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukan

perluasan secara langsung ke dinding thorak atau kulit.

REGIONAL LIMPHO NODUS (N)

a) Nx kelenjar ketiak tak terabah

b) No : tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral

c) N1 : metastase ke kelenjar ketiak homolateral, tapi masih bisa

digerakan

d) N2 : metastase ke kelanjar ketiak homolateral, melekat terfiksasi

satu sama lain atau jaringan sekitarnya

e) N3; metastase ke kelenjar homolateral suprklavikuler/

infraklavikuler atau odem lengan

METASTASE JAUH

a) Mo : tak ada metastase jauh

b) M1 : metastase jauh termasuk perluasan kedalam kulit luar

payudara

6. Penatalaksanaan

Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non

pembedaahan). Penanganan kuratif dan pembedahan yang dilakukan

secara mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal,

tergantung dari luas, besar dan menyebar kanker. Penanganan non

pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi hormonal.

26
a) Terapi kuratif

Untuk kanker payudara stadium 0,I,II, dan III

1) Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi,

alternative tomoorektomi + diseksi aksilat

2) Terapi ajuvan :

(a) Radiotherapi paska bedah 4000-6000 rads

(b) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF

(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14,

methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke-1 siklus diulangi

tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke-

1 atau CAP (Cyclophosphamide 500 mg/m2 hari ke-

1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan flouroracil

500 mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus

(c) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan

tamoksifen untuk 1-2 tahun

3) Terapi bantuan, roboransia

4) Terapi sekunder bila perlu

5) Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak

lengan (fisioterapi).

b) Terapi paliatif

Untuk kanker payudara stadium III B dan IV :

1) Terapi utama

(a) Pramenopause, bilateral ovariedektomi

(b) Pasca menopause :

27
(1) Hormone resptor positif (tamoksifen)

(2) Hormone resptor negative (kemoterapi dengan

CMF atau CAF)

2) Terapi ajuvan

a) Operable (mastektomi simple)

b) Inoperable (radioterapi)

Kanker payudara inoperative ;

(1) Tumor melekat pada dinding thoraks

(2) Odema lengan

(3) Nodul satelit yang luas

(4) Mastitis karsionamtosa

c) Terapi bantuan : roboransia

d) Terapi komplikasi, bila ada ;

(1) Patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan

radioterapi pada tempat patah

(2) Odema lengan :

(a) Deuretik

(b) Pneumetic sleeve

(c) Operasi transposisi omentium atau

kondoleon

(3) Efusion pleura

(a) Aspirasi cairan atau drainase billae

(b) Bleomisin 30 mg dan teramisin 1000

mg, intra pleura

28
(4) Hiperkalsemia

(a) Deuretika dan dehidrasi

(b) Kartikosteroid

(c) Mitramisin ¼-1/2 mg/kg BB IV

(5) Nyeri, terapi nyeri sesuai WHO

(6) Borok, perawatan borok

e) Terapi sekunder, bila ada :

Kemoterapi dan obat penghambat hormon sering kali diberikan segera

setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau

tahun.

E. Konsep Dasar SADARI


Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan oleh siapa

pun setelah wanita berusia 20 tahun. Para ahli kesehatan dan juga para

penggiat Breast Cancer Awareness sangat menyarankan agar wanita

melakukan pemeriksaan payudara sendiri, karena mereka lah yang paling

mengenal struktur payudara normalnya.jika ada benjolah atau perubahan

tidak normal lainnya pada payudara, maka mudah untuk langsung

menyadarinya.

Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pada

hari ke 5-7 setelah menstruasi, saat payudara tidak mengeras, membesar,

atau nyeri lagi. Bagi wanita yang telah memasuki menopause atau tidak

menstruasi lagi, SADARI dapat dilakukan kapan saja. Lakukan pemeriksaan

ini satu bulan sekali setiap awal atau akhir bulan.

29
1. Langkah-langkah SADARI

a. Di Depan Cermin

Mulailah pemeriksaan dengan mengamati bentuk payudara di

depan cermin. Pastikan bahu lurus sejajar, dan letakan tangan di

pinggang dalam keadaan rileks. Perhatikan bentuk ukuran, dan

warna payudara. Kelainan yang mungkin ditemukan seperti

kerutan kulit, benjolan, lekukan, posisi puting yang tidak normal

(merah, kasar, berkerut), atau rasa nyeri. Angkatlah kedua

lengan untuk melihat kelainan bentuk payudara terangkat

bersama-sama.

b. Saat Mandi

Dengan menggunakan ujung jari, tekan perlahan permukaan

payudara dan rasakan apakah ada benjolan. Rabalah sesuai

dengan pola melingkar berikut : dari atas ke bawah, dan dari

tengah ke samping sampai area ketiak. Lakukan langkah ini

pada kedua payudara. Selain pola melingkar, kita juga bisa

melakukan pola diagonal.

c. Ketika Berbaring

Selain dengan berdiri, pemeriksaan payudara sendiri juga dapat

dilakukan dalam keadaan berbaring. Ganjallah separuh

punggung pada sisi payudara yang akan diperiksa dengan bantal.

Tarulah tangan anda dibelakang kepala. Lalu gunakan ujung jari

tengah yang berlawanan untuk memeriksa. Gunakan tekanan

ringan dan lembut untuk melakukan pemeriksaan dengan

30
gerakan melingkar. Kemudian peras puting secara perlahan dan

lihatlah apakah ada cairan berwarna putih, atau kekuningan atau

bahkan darah dari puting.

Jika menemukan benjolan atau keganjilan pada payudara saat

melakukan SADARI, konsultasikan pada dokter segera. Saat

konsultasi, dokter akan melakukan pemeriksaan ulang dan akan

menyarankan untuk menjalani pemeriksaan penunjang berupa

ultrasonografi untuk hasil pemeriksaan yang lebih mendetail.

F. Penelitian Terkait

31
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DEFINISI
OPERASIONAL

Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah uraian tentang hubungan antara variabel-variabel

yang terkait dengan masalah penelitian. Kerangka konsep merupakan bagian

dari kerangka teori yang akan diteliti, untuk mendekskripsikan secara jelas

variabel yang mempengaruhi (variable independent) dan variabel yang

dipengaruhi (varibel dependent). (Supardi & Rustika, 2013).

Dari tinjauan dan landasan teori yang dikemukakan, dapat disimpulkan

kerangka konsep di bawah ini:

Variabel Independent Variabel Dependent

Sikap Wanita Usia

Subur Deteksi Dini kanker


Payudara Melalui
Pemeriksaan SADARI
Perilaku Wanita Usia
Subur

Ket : :Variabel yang diteliti

Hipotesis
Berdasarkan teori-teori dan kerangka konsep yang telah dikemukakan,

maka hipotesis dalam penelitian adalah:

Ha : Ada hubungan sikap wanita usia subur dengan upaya deteksi dini

32
kanker payudara melalui pemeriksaan SADARI

Ha : Ada hubungan perilaku wanita usia dengan upaya deteksi dini kanker

payudara melalui pemeriksaan SADARI

Ho : Tidak ada hubungan sikap wanita usia subur dengan upaya deteksi

dini kanker payudara melalui pemeriksaan SADARI

Ho : Tidak ada hubungan perilaku wanita usia subur dengan upaya deteksi

dini kanker payudara melalui pemeriksaan SADARI

Definisi Operasional
Langkah berikutnya teori atau konsep yang telah dijabarkan dalam

bentuk variabel penelitian tersebut agar variabel mudah dipahami, diukur

atau diamati dibuat dalam bentuk definisi operasional. Sebagaimana telah

dikemukakan bahwa variabel penelitian adalah konsep atau teori yang dapat

diukur (measureable) dan diamati (observable).

Tabel 3.1 Definisi operasional

Variable Parameter Alat ukur Hasil ukur Skala Ket

Independen:
Sikap wanita
usia
Dependen:
Perilaku Usia
Subur

33
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian survei analitik

dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang

pengukuranya dilakukan hanya satu kali. Penelitian ini untuk mengetahui

hubungan motivasi dan dukungan keluarga dengan praktik perawatan kaki

mandiri pada pasien diabetes mellitus tipe II.(Suyanto, 2011).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di

Waktu pelaksanaan bulan.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel penelitian merupakan sekumpulan yang

memenuhi syarat-syarat tertentu yang berakibat dengan masalah penelitian.

Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau subjek dengan karakteristik
teretentu yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien diabetes mellitus yang datang berobat di
Puskesmas dengan jumlah diabetes sebanyak pasien (sejak bulan.
Sampel dan tekhnik sampling
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi, jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah responden.

34
Pengambilan Sampel didasarkan berdasarkan rumus:

𝑁
𝑛=
𝑁. (𝑑) + 1

Ket: n = Jumlah / Besar Sampel

d = Jumlah / Besar Populasi

N = Nilai Kesalahan / Tingkat Signifikan

Tekhnik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

non problability sample yaitu sampel yang tidak memperhatikan aspek

peluang dalam pemilihan anggota sampel. Dengan metode atau

tekhnik pengambilan sampel consecutive sampling yaitu semua subjek

yang datang dan memenuhi kriteria sampai jumlah sampel yang

diinginkan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Dengan kriteria

sampel:

Responden dengan kriteria sampel :

a. Kriteria inklusi
1) Pasien yang mampu berkomunikasi

2) Pasien yang menyetujui untuk menjadi responden

b. Kriteria eksklusi
1) Pasien yang tidak ada ditempat penelitian

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3) Pasien yang tidak bisa membaca dan menulis

D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent :
2. Variabel Dependent :

35
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengobservasi, mengukur, atau menilai suatu fenomena. Data yang

diperoleh dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai

bukti dari suatu penelitian. Sehingga instrumen atau alat ukur merupakan

bagian penting dalam suatu penelitian. (Dharma, 2014).

Jenis–jenis instrumen dalam penelitian di gunakan yaitu Kuesioner

merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Accidental Sampling yaitu pasien yang ada di.

Jenis pengumpulan data yang diambil dalam penelitian ini adalah data

primer, sesuai dengan jenis instrumen penelitian yang telah disiapkan. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan teknik

yaitu responden mengisi sendiri kuesioner yang merupakan alat ukur dalam

penelitian.

F. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Kegiatan yang dilakukan meliputi: Survey awal, pengajuan
judul, pembuatan proposal, serta konsultasi usulan proposal.
b. Dilakukan perbaikan proposal.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mendapatkan surat ijin penelitian dari STIKES Muhammadiyah
Manado.
b. Melaporkan dan meminta ijin kepada kepala diklit Manado

36
untuk mendapatkan persetujuan tempat penelitian.
c. Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi subjek
penelitian pada calon responden.
d. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner dan
melakukan wawancara pada responden.
e. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pemeriksaan tentang
kelengkapan data.
f. Kemudian untuk hasil pengumpulan data diolah dan disajikan
dalam bentuk hasil chi-square.
3. Tahap penyajian hasil
a. Penyusunan dan konsultasi Skripsi
b. Ujian KTI dan dilanjutkan dengan revisi Skripsi
c. Pengesahan

G. Analisa Data
1. Analisa univariat
Analisis yang dilakukan untuk menganalisa tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan
data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data
tersebut berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengolahan
datanya hanya satu variabel saja, sehingga dinamakan univariat. Tabel
distribusi frekuensi di hitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑓
𝑝= 𝑥 100
𝑛
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Responden
100 : Nilai Konstanta
2. Analisa bivariat
Penelitian bivariat merupakan suatu analisa yang dilakukan lebih dari

37
dua variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan
antar variabel. Dua variabel tersebut diadu misalnya dengan
mengetahui hubungan antar variabel X1 dengan X2. Yaitu untuk
mencari hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet
diabetes mellitus tipe II melalui uji chi-square dengan program SPSS.

H. Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Editing, merupakan pengecekan atau pengoreksian data yang telah


terkumpul, tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding, merupakan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang
termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat
dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau
identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3. Processing, merupakan entri data dari kuesioner ke dalam master
tabel.
4. Pemberian skor atau nilai, merupakan pemberian skor yang digunakan
skala Likert yang merupakan salah satu cara untuk menentukan skor.
Kriteria penilaian ini digolongkan dalam empat tingkatan dengan
penilaian sebagai berikut:
a. Jawaban a diberi skor 4
b. Jawaban b diberi skor 3
c. Jawaban c diberi skor 2
d. Jawaban d diberi skor 1
5. Tabulasi, merupakan pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang
telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam
melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.
Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk:
a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode
dari kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi
sebagai arsip.

38
b. Tabel biasa, yaitu tabel yang disusun berdasarkan sifat dari
responden tertentu dan mempunyai tujuan tertentu.
c. Tabel analisis, yaitu tabel yang memuat suatu jenis informasi
yang telah dianalisa.
6. Cleaning, merupakan pembersihan data atau pengecekan kembali data
yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.

I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini . Setelah

mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan

pada etika penelitian yang meliputi:

1. Informed consent (persetujuan)


Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan

manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

39
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

B. Saran
1. Bagi Institusi
2. Bagi Rumah Sakit
3. Bagi Penderita

40
DAFTAR PUSTAKA

Astrid S,dkk. (2015). upas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Andra S.W. dan Yessie M. P. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Endang P. dan Elisabeth S. W. (2015). Ilmu Kesehatan Masyaraka. Yogyakarta:

Pustaka baru Press

Titik L. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai