Bekas gigitan pada kulit manusia menunjukkan pola luka di kulit yang
diakibatkan oleh gigi. Hal ini merupakan tanda signifikan yang sering menyertai
tindakan kekerasan kriminal seperti kasus pembunuhan, kekerasan seksual, kekerasan
terhadap anak, dan kekerasan domestik. Bekas gigitan dapat juga ditimbulkan oleh
binatang, seperti anjing dan kucing.1
Tujuan dari penyelidikan gigitan ada tiga, yaitu pertama untuk mengenali
tanda gigitan, kedua memastikan bahwa itu akurat untuk didokumentasikan, dan
ketiga untuk membandingkan dengan gigi dari tersangka. Jika luka yang berpola
tidak terdeteksi atau tidak dapat dikenali sebagai suatu tanda gigitan, seluruh
penyelidikan akan mendahului karena dokter gigi forensik tidak akan diberitahu dan
kesempatan untuk mengumpulkan barang bukti dengan benar akan hilang.
Pengumpulan bukti tanda gigitan memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Hal ini
menyita waktu dan penanganan teknis yang sulit yang bertujuan untuk merekam
cedera bermotif dengan cara yang dapat direproduksi pada ukuran dan bentuk untuk
perbandingan dimasa akan akan datang menjadi replica gypsum (model) dari gigi
tersangka.1
Gambar 1. Tanda gigitan manusia dewasa memperlihatkan dua lengkungan
yang berbeda (bagian atas lebih besar, bagian bawah lebih kecil)
Dokter gigi forensik adalah orang yang tepat untuk membuat fotografi
forensik yang diperlukan sebagai perbandingan terhadap gigi tersangka. Foto kerja
adalah gambar penting yang akan digunakan untuk ukuran yang dikontrol
dibandingkan dengan gigi tersangka. Penggaris ABFO #2 memiliki dua skala linear
dan sirkuler dan baik digunakan untuk tujuan ini. Tanda gigitan harus difoto dengan
kulit dalam posisi dimana ia digigit. Pada orang dewasa yang masih hidup dapat
dipastikan melalui cerita. Pada orang yang meninggal dan anak-anak, kulih harus di
foto dalam rentang posisi yang mungkin.1
Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari baik yang sengaja diambil,
dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah
tersentuh dengan kulit telapan tangan atau kaki. Kulit telapak adalah kulit pada
bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai ke semua ujung jari
dan kulit bagian telapak kaki mulai dari tumit sampai ke ujung jari yang mana pada
daerah tersebut terdapat garis halus menonjol yang keluar satu sama lain yang
dipisahkan oleh celah atau alur yang membentuk lukisan tertentu.2
Identifikasi jari pertama kali ditemukan pada tahun 1982 di Buenos Aires oleh
Juan Vulcatich. Hal ini disebabkan adanya kasus pembunuhan terhadap dua orang
anak laki-laki Fransesca Rojas, dimana ia menuduh tetangganya telah membunuh
kedua anaknya.2
Terdapat beberapa jenis sidik jari, antara lain:2
a. Sidik jari yang terlihat, adalah sidik jari yang dapat langsung dilihat
tanpa menggunakan alat bantu.
b. Sidik jari laten, adalah sidik jari yang biasanya tidak dapat dilihat
langsung tetapi harus dengan menggunakan beberapa cara
pengembangan terlebih dahulu supaya dapat Nampak jelas.
c. Sidik jari cetak, adalah sidik jari yang berbekas pada benda yang lunak
seperti sabun, permen, coklat, dan lain-lain.
d. Sidik jari etched, adalah sidik jari yang terlihat pada logam yang halus
disebabkan oleh asam yang ada pada kulit.
Sidik jari banyak ditemukan dalam tempat kejadian perkara dan sangat rapuh
jika tidak dijaga dan ditangani dengan baik. Untuk dapat memudahkan proses
identifikasi sidik jari maka sering kali digunakan serbuk atau bahan kimia lain atau
bahkan fotografi pollilight.2
Gambar 4. Sidik jari laten. Identifikasi sidik jari laten dengan serbuk kimia
Gambar 5. Sidik jari tampak
Film-film yang sensitif terhadap ultraviolet (UV) dan infrared sekarang telah
digunakan untuk mendemonstrasikan permukaan luka yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Dikatakan bahwa memar yang tidak tampak, dapat diperlihatkan
melalui metode fotografi ultraviolet, misalnya pada kasus kekerasan anak. Metode ini
memerlukan telaah dan pengalaman lebih lanjut guna mengeliminasi false positif dari
artefak yang ditemukan.2
3. Fotografi Autopsi
Banyak penyelidikan kematian medikolegal mengandalkan informasi yang
diperoleh dari autopsy. Keberhasilan dari autopsy dalam menjawab pertanyaan
(misalnya identifikasi, penyebab cedera) tergantung pada sistematis pendekatan oleh
ahli patologi. “Autopsi lengkap” adalah serangkaian langkah yangdiperlukan diambil
oleh ahli patologi, yang menerima informasi latar belakang tentang almarhum,
melakukan pemeriksaan luar dan dalam dan mengumpulkan sampel yang sesuai
untuk pemeriksaan penunjang. Tindakan yang dilakukan oleh ahli patologi dalam
proses ini tercermin dalam laporan autopsi yang akurat, yang membahas pertanyaan
yang paling penting yaitu sebab kematian. Ahli patologi harus menyadari potensi
perangkap dalam setiap langkah penyelidikan post-mortem, apapun yang dapat
menimbulkan risiko ke final resolusi penyelidikan medikolegal.3
Teknik Fotografi Autopsi
Setelah olah TKP selesai, tubuh korban dikirim ke instalasi kedokteran
forensik untuk dilakukan pemeriksaan kedokteran forensik oleh ahli patologi
forensik. Proses pemeriksaan ini harus didokumentasikan oleh seorang fotografer
autopsi. Syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang fotografer autopsi adalah
memiliki dasar pengetahuan anatomi tubuh manusia. Pengambilan gambar dilakukan
sejak tubuh korban tiba, dimulai dari jarak pengambilan terjauh dari tubuh korban
dengan sudut pengambilan gambar pada bagian depan dan belakang korban,
dilanjutkan dengan proses serupa saat pemeriksaan dimulai, yakni mulai dari
pelepasan pakaian hingga pembersihan tubuh korban. Close-up dilakukan pada
pengambilan gambar perlukaan yang ditemukan pada tubuh korban, pada luka
tembak, patah tulang, atau terhadap jaringan parut, tattoo dan lain sebagainya,
berkaitan dengan kepentingan foto untuk proses identifikasi pada mayat tak dikenal.
Pada pemeriksaan dalam pengambilan gambar dilakukan dua kali. Pertama “insitu”
untuk memperlihatkan lokasi dan beratnya penyakit atau kerusakan yang terjadi.
Kedua gambar diambil setelah organ dikelluarkan dan dibersihkan.3
Gambar 6. Fotografi autopsi
Daftar Pustaka