Outlook Kelapa Sawit 2016 PDF
Outlook Kelapa Sawit 2016 PDF
SAWIT
1907-1507 2016
ISSN : 1907-1507
Penasehat :
Dr. Ir. Suwandi, MSi.
Penyunting :
Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc.
Drh. Akbar Yasin, MP.
Naskah :
Ir. Efi Respati, M.Si
Design Sampul :
Diah Indarti, SE
Diterbitkan oleh :
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian
2016
KATA PENGANTAR
Publikasi Outlook Kelapa Sawit Tahun 2016 ini merupakan salah satu
publikasi hasil analisis yang diterbitkan Pusdatin dalam rangka mengemban visi
dan misinya, yakni menjadi sumber data dan informasi yang lengkap, akurat dan
terpercaya untuk mendukung pembangunan pertanian. Publikasi Outlook Kelapa
Sawit Tahun 2016 menyajikan keragaan data series komoditi kelapa sawit secara
nasional dan internasional selama 10-20 tahun terakhir serta dilengkapi dengan
hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2016
sampai dengan tahun 2020.
Publikasi ini disajikan tidak hanya dalam bentuk hard copy namun dapat
dengan mudah diperoleh atau diakses melalui portal e-Publikasi Kementerian
Pertanian di alamat http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar
penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator, Periode dan Sumber Data yang Digunakan .................. 3
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2016.. 8
Tabel 3.2. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari Usaha
Perkebunan Tanaman Kelapa Sawit, Tahun 2014 ..................... 18
Tabel 5.1. Proyeksi Produksi Kelapa Sawit di Indonesia, 2016-2020 ............. 42
Tabel 5.2. Proyeksi Konsumsi Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO)
di Indonesia, 2016-2020 ................................................... 44
Tabel 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO)
Indonesia, 2016-2020 ...................................................... 45
Tabel 5.4. Proyeksi Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN, 2014-2020 ........... 46
Tabel 5.5. Proyeksi Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia, 2014-2020 ............ 48
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 17. Negara Produsen Minyak Sawit Terbesar di Dunia 2010 - 2014 ...... 67
Lampiran 18. Negara Dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di Dunia
2010 - 2014 .............................................................. 68
Lampiran 19. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Kelapa Sawit di
Negara-negara di ASEAN, 1980 - 2013 .............................. 69
Lampiran 20. Perkembangan Volume Ekspor – Impor Kelapa Sawit di
Dunia, 1980 - 2013 .................................................... 70
Lampiran 21. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2009 -
2013 ..................................................................... 71
Lampiran 22. Negara Importir Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2009 -
2013 ..................................................................... 71
Lampiran 23. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di ASEAN, 1980-
2013 ..................................................................... 72
Lampiran 24. Perkembangan Ketersediaan Minyak Sawit di Dunia, 1980-
2013 ..................................................................... 73
RINGKASAN EKSEKUTIF
Harga kelapa sawit (wujud CPO) tahun 2012-2015 baik di pasar domestic
(spot Medan) maupun di pasar dunia (spot Rotterdam) cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Pada Bulan Desember tahun 2015 harga CPO di
Medan sebesar Rp. 6.691,-/kg dan di pasar dunia sebesar USD 575 /ton. Tingkat
konsumsi minyak goreng per kapita pada tahun 2015 berdasarkan hasil SUSENAS -
BPS sebesar 11,23 kg/kapita, sehingga total konsumsi domestic pada tahun
tersebut sebesar 2,87 juta ton minyak goreng atau setara dengan 4,2 juta ton
kelapa sawit.
Hasil proyeksi produksi kelapa sawit di tahun 2020 mencapai 41,32 juta
ton. Sementara proyeksi konsumsi langsung kelapa sawit ditahun yang sama
mencapai 4,63 juta ton. Proyeksi konsumsi ini belum menggambarkan permintaan
kelapa sawit dikarenakan proyeksi disusun hanya menggunakan data konsumsi
dari SUSENAS.
BAB I. PENDAHULUAN
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan
diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil ini
digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan
juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Produksi minyak sawit
dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua negara ini secara total
menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Pada saat
ini, Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar di
seluruh dunia.
Industri minyak sawit di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari
Indonesia dan juga pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh
permintaan global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga naik,
budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil
maupun para pengusaha besar di Indonesia. Namun demikian, ada imbas negatif
dari industry kelapa sawit yang besar ini terhadap lingkungan hidup serta
terjadinya penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak
petani beralih ke budidaya kelapa sawit.
Pada saat permintaan global kuat, bisnis minyak sawit di Indonesia
menguntungkan karena alasan-alasan berikut:
• Margin laba yang besar, sementara komoditas ini mudah diproduksi.
• Permintaan internasional yang besar dan terus berkembang seiring kenaikan
jumlah penduduk global.
• Biaya produksi minyak sawit mentah (CPO) di Indonesia adalah yang paling
murah di dunia.
• Tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan produk minyak nabati.
1.2. TUJUAN
Tujuan disusunnya buku Outlook Kelapa Sawit ini adalah sbb.:
a. Mengkaji keragaan dan prospek kelapa sawit di Indonesia
b. Mengkaji keragaan kelapa sawit di dunia.
c. Melakukan analisis penawaran dan permintaan kelapa sawit di
Indonesia lima tahun ke depan.
Outlook Komoditas Kelapa Sawit tahun 2016 disusun berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh dari data primer yang bersumber dari daerah, instansi
terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian
Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditas (Bappebti) dan Food and Agriculture Organization (FAO).
Indilator, periode dan sumber data yang digunakan untuk menyusun buku ini
disajikan pada Tabel 2.1.
1. At Yt (1 ) At 1
3. at 2 At A't
4. bt ( At A't )
1
5. Persamaan yang digunakan untuk membuat peramalan pada periode p
yang akan datang adalah:
Yˆt p at bt p
Dimana :
At = nilai pemulusan eksponensial
A’t = nilai pemulusan eksponensial ganda
= konstanta pemulusan
at = perbedaan antara nilai-nilai pemulusan eksponensial
bt = faktor penyesuai tambahan = pengukuran slope suatu kurva
Yt = nilai aktual pada periode t
p = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan
Perkembangan luas areal kelapa sawit di Indonesia pada kurun waktu 1980–
2016 cenderung meningkat (Gambar 3.1). Jika pada tahun 1980 luas areal kelapa
sawit Indonesia sebesar 294,56 ribu hektar, maka pada tahun 2015 telah
mencapai 11,30 juta hektar dan diprediksi menjadi 11,67 juta hektar pada tahun
2016. Pertumbuhan rata-rata selama periode tersebut sebesar 10,99% per tahun.
Berdasarkan status pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit dibedakan menjadi
perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar negara (PBN), dan perkebunan besar
swasta (PBS). Dari ketiga jenis pengusahaan tersebut, PBS menguasai 50,77% luas
areal kelapa sawit Indonesia, PR 37,45%, dan PBN hanya 11,67% (Tabel 3.1).
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Status Pengusahaan
di Indonesia,1980–2016
Peningkatan luas areal kelapa sawit terbesar terjadi pada periode sebelum
krisis moneter (tahun 1980-1997) dengan laju pertumbuhan sebesar 14,68% per
tahun. Pertumbuhan yang signifikan terjadi pada luas areal kelapa sawit PR dan
PBS masing-masing sebesar 46,85% per tahun dan 19,79% per tahun, sedangkan
luas areal PBN hanya meningkat sebesar 6,09% per tahun.
Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan, 1980-2016
Dari sisi kontribusi terhadap total luas areal Indonesia, terjadi penurunan
kontribusi yang cukup besar pada luas areal kelapa sawit PBN sebelum dan
sesudah krisis moneter tahun 1998. Kontribusi luas areal kelapa sawit PBN tahun
1980-1997 sebesar 31,19%, sedangkan pada periode tahun 1998-2016
kontribusinya turun menjadi 8,80%. Penurunan kontribusi luas areal PBN beralih
menjadi peningkatan kontribusi PR dan PBS. Hal ini disebabkan pertumbuhan luas
areal kelapa sawit PBN pada periode 1998-2016 relatif sangat kecil dibandingkan
PR dan PBS, yaitu hanya 2,36% (Tabel 3.1). Perkembangan luas areal kelapa sawit
di Indonesia tahun 1980 – 2016 secara rinci tersaji pada Lampiran 1.
Sentra produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 dapat
dilihat pada Gambar 3.7 dan Lampiran 6. Kabupaten dengan produksi kelapa
sawit terbesar di provinsi ini adalah Kabupaten Labuhan Batu sebesar 1,81 juta
ton atau 37,09% dari total produksi kelapa sawit di Provinsi Sumatera Utara.
Diikuti oleh Kabupaten Asahan dengan produksi sebesar 639,5 ribu ton (13,13%),
Kabupaten Langkat sebesar 586,99 ribu ton (12,05%), Kabupaten Simalungun
sebesar 445,49 ribu ton (9,15%), Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 268,63 ribu
ton (5,52%), Kabupaten Mandailing Natal sebesar 157,58 ribu ton (3,24%) dan
Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebesar 135,11 ribu ton (2,77%).
Gambar 3.7. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Sumatera Utara, 2014
Gambar 3.8. Kabupaten Sentra Produksi Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah, 2014
Harga CPO di pasar domestik diambil pada spot sentra produsen di Medan
sesuai pantauan yang dilaksanakan secara rutin oleh Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Indonesia (Bappebti). Selama tahun 2012 - 2015, harga
domestik CPO sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan,
kecuali pada tahun 2013. Rata-rata harga domestik CPO selama periode tersebut
mengalami penurunan sebesar 0,59% yakni dari Rp. 8.887,-/kg pada Januari 2012
menjadi Rp. 7.853,-/kg Bulan Desember 2015 (Gambar 3.9). Penurunan harga
CPO pada tahun 2015 menyebabkan capaian harga pada peride ini berada di
bawah tingkat harga yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. Keragaan harga CPO
di pasar domestik tahun 2012 - 2015 secara rinci tersaji pada Lampiran 8.
Sementara, harga CPO di pasar global diambil pada spot pasar lelang di
Rotterdam sesuai pantauan dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Indonesia (Bappebti). Selama tahun 2012-2015, harga CPO di pasar global juga
sangat berfluktuatif dan cenderung menurun dari bulan ke bulan. Rata-rata harga
domestik CPO selama periode tersebut mengalami penurunan sebesar 1,56% yakni
dari USD 1.060,-/ton pada Januari 2012 menjadi USD 742,-/ton pada Bulan
Desember 2015 (Gambar 3.10). Di pasar lelang dunia, harga CPO tahun 2015 juga
mengalami penurunan yang signifikan sehingga berada di bawah harga tahun-
tahun sebelumnya. Keragaan harga CPO di pasar dunia tahun 2012 - 2015 secara
rinci tersaji pada Lampiran 9.
Informasi analisis usaha tani kelapa sawit diperoleh dari data hasil survey
yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2014. Berdasarkan survey tersebut, apabila
petani mengusahakan 100 pohon maka dalam satu tahun akan mendapatkan nilai
produksi sebesar Rp. 13,10 juta. Dari sebesar nilai produksi tersebut, 57,05% atau
senilai Rp. 7,47 juta harus dikeluarkan untuk menopang pengeluaran usaha
taninya. Pengeluaran terbesar dalam usaha perkebunan sawit adalah pengeluaran
lain sebesar Rp. 3,46 juta (26,45%), yakni pengeluaran untuk sewa (16,98%),
transportasi (2,55%), bahan bakar minyak (1,14%), dan penyusutan barang modal
(1,00%). Pengeluaran terbesar berikunya adalah untuk upah pekerja (18,09%) dan
pupuk (10,52%). Sementara pengeluaran untuk pestisida, bibit, tanaman
pelindung, dan stimulan relatif kecil terhadap nilai produksi tanaman kelapa
sawit.
Tabel 3.2. Rata-rata Nilai Produksi dan Pengeluaran per 100 Pohon dari Usaha
Perkebunan Tanaman Kelapa Sawit, Tahun 2014
Perestase Biaya
Perestase Biaya
No Rincian Nilai (Rp. 000) thd Jumlah
thd Produksi (%)
Pengeluaran (%)
A Produksi 13,096.93 100.00
B Pengeluaran 7,470.92 57.04 100.00
1 Bibit 80.99 0.62 1.08
2 Tanaman Pelindung 1.28 0.01 0.02
3 Pupuk 1,377.81 10.52 18.44
4 Stimulan 3.83 0.03 0.05
5 Pestisida 173.81 1.33 2.33
6 Pekerja 2,369.18 18.09 31.71
7 Pengeluaran Lain 3,464.02 26.45 46.37
Sumber: BPS
Kenaikan konsumsi minyak sawit tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar
25,08% yang menyebabkan konsumsi minyak sawit pada tahun tersebut naik
menjadi 2,44 juta ton. Perkembangan konsumsi minyak sawit di Indonesia secara
rinci tersaji pada Lampiran 10.
Ekspor- impor kelapa sawit Indonesia dilakukan dalam wujud minyak sawit,
minyak sawit lainnya, minyak inti sawit dan minyak inti lainnya. Perkembangan
volume ekspor kelapa sawit pada tahun 1981–2015 cenderung terus meningkat
(Gambar 3.12) dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 25,35% per tahun. Jika
pada tahun 1981 volume ekspor kelapa sawit Indonesia hanya sebesar 201,25 ribu
ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 108,85 juta, maka tahun 2015 meningkat
menjadi 32,54 juta ton senilai US$ 17,36 milyar. Perkembangan volume dan nilai
ekspor kelapa sawit secara rinci tersaji pada Lampiran 11.
Sebagai negara eksportir utama kelapa sawit di dunia, maka impor kelapa
sawit sangat kecil dibandingkan ekspornya. Realisasi volume impor kelapa sawit
dari tahun 1981-2015 sangat berfluktuasi namun terjadi peningkatan volume
sebesar 1.555,49% per tahun. Besarnya laju pertumbuhan volume impor kelapa
sawit disebabkan oleh peningkatan impor yang sangat signifikan pada tahun 1984
dan 1987. Volume impor tertinggi sebesar 412,45 ribu ton terjadi pada tahun
1989 (Gambar 3.13 dan Lampiran 11). Setelah periode tersebut volume impor
cenderung menurun. Untuk tahun 2015 volume impor kelapa sawit ke Indonesia
tercatat sebesar 11,10 ribu ton dengan nilai impor mencapai US$ 10,60 juta.
Jika ditinjau dari nilainya, perkembangan nilai ekspor dan nilai impor
kelapa sawit menunjukkan perkembangan yang sejalan dengan perkembangan
volume ekspor maupun volume impornya.
Neraca perdagangan kelapa sawit dihitung berdasarkan selisih antara
ekspor dengan impornya. Selama periode tahun 1981-2015 neraca perdagangan
kelapa sawit Indonesia berada pada posisi surplus, dan cenderung mengalami
peningkatan (Gambar 3.14). Pada tahun 1981 surplus neraca perdagangan kelapa
sawit sebesar US$ 91,35 juta dan pada tahun 2015 mencapai US$ 17,35 milyar.
Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan kelapa sawit Indonesia
tahun 1980-2015 secara rinci tersaji pada Lampiran 11.
Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca Perdagangan
Kelapa Sawit Indonesia, 2001–2015
Gambar 4.2. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Terbesar di ASEAN, Rata-rata 2010-2014
Perkembangan produksi kelapa sawit dalam wujud crude palm oil (CPO)
sepanjang tahun 1980–2014 menunjukkan pola yang hampir sama dengan
perkembangan luas tanaman menghasilkan. Dalam kurun waktu tiga puluh tahun
telah terjadi peningkatan produksi kelapa sawit ASEAN dengan rata-rata
peningkatan sebesar 8,45% per tahun (Gambar 4.3). Jika pada tahun 1980
produksi kelapa sawit asean hanya sebesar 3,33 juta ton, maka pada akhir tahun
2014 produksi kelapa sawit ASEAN tercatat sebesar 49,01 juta ton. Keragaan
produksi kelapa sawit ASEAN secara rici tersaji pada Lampiran 12.
Produksi kelapa sawit ASEAN dikuasai oleh dua negara, yaitu Indonesia
dan Malaysia. Berdasarkan data FAO, selama tahun 2010-2014 Indonesia berada di
posisi pertama sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di ASEAN dengan
rata-rata kontribusi produksi sebesar 55,34% dari total produksi kelapa sawit
ASEAN, sedangkan Malaysia berada di peringkat kedua dengan kontribusi
mencapai 40,68% (Gambar 4.4). Dengan demikian secara kumulatif 96,02%
produksi kelapa sawit ASEAN berasal dari kedua negara tersebut. Keragaan
negara dengan produksi kelapa sawit terbesar di ASEAN tahun 2010-2014 secara
rinci tersaji pada Lampiran 14.
Gambar 4.4. Beberapa Negara dengan Produksi Minyak Sawit Terbesar ASEAN,
Rata-rata 2010-2014
Tingkat produktivitas kelapa sawit dalam wujud tandan buah segar (TBS)
di ASEAN relatif berfluktuatif (Gambar 4.5). Pada tahun 1980-2014 laju
pertumbuhan produktivitas kelapa sawit mencapai 0,63% per tahun (Lampiran
12). Rata-rata tingkat produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2006 sebesar
4,20 ton/ha.
Menurut FAO, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis yang
panas dengan temperatur harian selama 24 jam > 200C dan periode pertumbuhan
270 hari per tahun (Pahan, 2006). Kondisi tersebut terdapat di daerah-daerah
Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Indonesia, Malaysia dan Thailand merupakan negara di Asia Tenggara yang telah
memanfaatkan keunggulan kondisi geografisnya untuk memperluas areal
penanaman kelapa sawit, sedangkan di Afrika terdapat Nigeria dan Ghana yang
juga merupakan negara penghasil kelapa sawit dunia.
dengan kontribusi luas masing-masing sebesar 25,17% dan 17,92% (Gambar 4.7).
Ketiga negara tersebut memberikan kontribusi kumulatif sebesar 80,91%
terhadap total luas tanaman menghasilkan kelapa sawit dunia.
Selain ketiga negara tersebut di atas, masih ada negara Thailand, Ghana
dan Guinea yang juga mempunyai lahan kelapa sawit dengan luas tanaman
menghasilkan yang cukup besar. Thailand di urutan keempat memberikan
kontribusi sebesar 3,43% terhadap luas tanaman menghasilkan kelapa sawit
dunia, diikuti oleh Ghana (2,03%) dan Guinea (1,78%). Sedangkan kontribusi dari
negara-negara lainnya kurang dari 2%. Keragaan negara dengan luas tanaman
menghasilkan kelapa sawit terbesar di dunia tahun 2010-2014 secara rinci tersaji
pada Lampiran 16.
Gambar 4.7. Beberapa Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit
Terbesar di Dunia, Rata-rata 2010-2014
peningkatan produksi CPO dunia dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,47% per
tahun (Gambar 4.8). Jika pada tahun 1980 produksi CPO dunia hanya sebesar
29,86 juta ton, maka pada akhir tahun 2014 produksi CPO dunia tercatat sebesar
58,36 juta ton. Keragaan produksi minyak sawit dunia, 1980-2014 disajikan pada
Lampiran 15.
Produksi kelapa sawit dunia dalam wujud produksi Crude Palm Oil (CPO).
Produksi CPO dunia dikuasai oleh dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan data FAO, selama tahun 2010-2014 Indonesia berada di posisi
pertama sebagai negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan rata-rata
kontribusi produksi sebesar 48,44% dari total produksi CPO dunia, sedangkan
Malaysia berada di peringkat kedua dengan kontribusi mencapai 35,60% (Gambar
4.9). Dengan demikian secara kumulatif 84,04% produksi CPO dunia berasal dari
kedua negara tersebut. Negara-negara produsen CPO terbesar lainnya adalah
Thailand dengan kontribusi sebesar 3,29% terhadap total produksi CPO dunia,
diikuti oleh Nigeria (1,81%), Kolombia (1,78%), dan Papua Nugini (1%). Keragaan
negara produsen kelapa sawit terbesar dunia tahun 2010-2014 tersaji secara rinci
pada Lampiran 17.
Gambar 4.9. Beberapa Negara dengan Produksi Kelapa Sawit Terbesar Dunia,
Rata-rata 2010-2014
Perkembangan volume ekspor dan impor kelapa sawit dunia dalam bentuk
minyak sawit (CPO) menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data FAO, pada periode tahun 2009–2013 terdapat dua negara
eksportir CPO terbesar di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi
sebesar 87,12% terhadap total volume ekspor minyak sawit di dunia, yaitu
Indonesia dan Malaysia. Indonesia berada di peringkat pertama negara eksportir
minyak sawit terbesar di dunia dengan rata-rata kontribusi sebesar 47,16% dari
total ekspor minyak sawit dunia (Gambar 4.14). Rata-rata volume ekspor minyak
sawit dari Indonesia mencapai 17,78 juta ton per tahun. Peringkat kedua
ditempati oleh Malaysia yang memberikan kontribusi sebesar 39,96% dengan rata-
rata volume ekspor 15,06 juta ton per tahun. Belanda, Papua Nugini dan Thailand
berada di peringkat ketiga, keempat, dan kelima dengan kontribusi masing-
masing sebesar 3,54%, 1,39% dan 0,77% dari total volume ekspor minyak sawit
dunia (Lampiran 20). Jerman termasuk ke dalam negara eksportir kelapa sawit
terbesar di dunia walaupun bukan negara produsen kelapa sawit.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35
2016 OUTLOOK KELAPA SAWIT
Sementara itu ditinjau dari sisi impor minyak sawit (CPO) dunia, pada tahun
2009–2013 terdapat sembilan negara importir CPO terbesar di dunia. Total
volume impor negara-negara tersebut mencapai 59,74% dari total volume impor
CPO dunia. India merupakan negara importir CPO terbesar di dunia dengan rata-
rata volume impor mencapai 6,42 juta ton per tahun atau 16,92% dari total
volume impor CPO dunia, diikuti oleh China (16,46%), Belanda (6,05%) dan
Pakistan (5,15%). Negara-negara importir CPO lainnya mengimpor kurang dari 4%
total impor CPO dunia. Malaysia yang merupakan negara eksportir terbesar CPO
dunia ternyata juga menjadi negara importir CPO pada urutan ke-6 dengan rata-
rata volume impor mencapai 1,31 juta ton (Gambar 4.15 dan Lampiran 21).
Indonesia menempati urutan ke-85 dari negara-negara importir CPO dunia.
Gambar 4.15. Negara Importir Kelapa Sawit Terbesar Dunia, Rata-rata 2009-2013
Data Produksi
Length 50.0000
NMissing 0
Smoothing Constants
Alpha (level): 0.280616
Gamma (trend): 0.750747
Accuracy Measures
MAPE: 5
MAD: 327199
MSD: 5.76E+11
diprediksi sebesar 35,29 juta ton, hingga tahun 2020 mengalami peningkatan
sebesar 41,32 juta ton.
Pertumbuhan
Tahun Produksi (Ton)
(%)
2016*) 33,500,691
Yt = 7.48E-02*(1.06296**t)
Accuracy Measures
MAPE: 5.88717
MAD: 0.00755764
MSD: 0.000080357
1 18 0.224435
2 19 0.238566
3 20 0.253585
4 21 0.269551
5 22 0.286521
Pada tahun 2015 konsumsi minyak sawit nasional diprediksi sebesar 3,96 juta ton,
dan pada tahun 2020 minyak sawit nasional mencapai 4,63 juta ton.
Tabel 5.2. Proyeksi Konsumsi Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia,
2016-2020
Konsumsi per
Jumlah Total Konsumsi
kapita minya Total Konsumsi Pertumbuhan
Tahun Penduduk (000 minyak goreng
goreng sawit CPO (Ton) (%)
Jiwa) sawit (Ton)
(kg)
Surplus/Defisit
Tahun Produksi (Ton) Konsumsi (Ton)
(Ton)
Data Sedia-asean
Length 34.0000
NMissing 0
Smoothing Constants
Alpha (level): 0.712372
Gamma (trend): 0.093146
Accuracy Measures
MAPE: 26
MAD: 1065133
MSD: 2.30E+12
Ketersediaan Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2014 15,280,023
2015 15,880,595 3.93
2016 16,481,167 3.78
2017 17,081,739 3.64
2018 17,682,311 3.52
2019 18,282,883 3.40
2020 18,883,455 3.28
Rata-rata pertumbuhan (%) 3.59
Hasil proyeksi deret waktu untuk ketersediaan minyak sawit tahun 2014-
2020 adalah sebagai berikut:
Data Sedia-dunia
Length 34.0000
NMissing 0
Smoothing Constants
Alpha (level): 0.851263
Gamma (trend): 0.256967
Accuracy Measures
MAPE: 5
MAD: 905468
MSD: 1.91E+12
Ketersediaan Pertumbuhan
Tahun
(Ton) (%)
2014 60,725,555
2015 63,979,856 5.36
2016 67,234,157 5.09
2017 70,488,457 4.84
2018 73,742,758 4.62
2019 76,997,059 4.41
2020 80,251,359 4.23
Rata-rata pertumbuhan (%) 4.76
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016. Minyak Kelapa Sawit. Indonesia Investments.
http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-
sawit/item166 [terhubung berkala]
Badan Ketahanan Pangan. Badan Pusat Statistik. Neraca Bahan Makanan (NBM)
2012-2013. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Djoehana, S. 2006. Seri Teknik Budi Daya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.
Kanisius. Jakarta.
Goenadi, D.H., Drajad, B., Erningpraja, L. dan Hutabarat, B. 2005. Prospek dan
Arah Pengembangan Agrisbisnis Kelapa Sawit di Indonesia. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2011. Hasil Analisis PDB Sektor Pertanian. Jakarta: Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
Produksi (Ton)
Tahun Pertumb. Pertumb. Pertumb. Pertumb.
PR PBN PBS Indonesia
(%) (%) (%) (%)
1980 770 498,858 221,544 721,172
1981 1,045 35.71 533,399 6.92 265,616 19.89 800,060 10.94
1982 2,955 182.78 598,653 12.23 285,212 7.38 886,820 10.84
1983 3,454 16.89 710,431 18.67 269,102 -5.65 982,987 10.84
1984 4,031 16.71 814,015 14.58 329,144 22.31 1,147,190 16.70
1985 43,016 967.13 861,173 5.79 339,241 3.07 1,243,430 8.39
1986 53,504 24.38 912,306 5.94 384,919 13.46 1,350,729 8.63
1987 165,162 208.69 988,480 8.35 352,413 -8.44 1,506,055 11.50
1988 156,148 -5.46 1,102,692 11.55 454,495 28.97 1,713,335 13.76
1989 183,689 17.64 1,184,226 7.39 597,039 31.36 1,964,954 14.69
1990 376,950 105.21 1,247,156 5.31 788,506 32.07 2,412,612 22.78
1991 413,319 9.65 1,360,363 9.08 883,918 12.10 2,657,600 10.15
1992 699,605 69.27 1,489,745 9.51 1,076,900 21.83 3,266,250 22.90
1993 582,021 -16.81 1,469,156 -1.38 1,370,272 27.24 3,421,449 4.75
1994 839,334 44.21 1,571,501 6.97 1,597,227 16.56 4,008,062 17.15
1995 1,001,443 19.31 1,613,848 2.69 1,864,379 16.73 4,479,670 11.77
1996 1,133,547 13.19 1,706,852 5.76 2,058,259 10.40 4,898,658 9.35
1997 1,282,823 13.17 1,586,879 -7.03 2,578,806 25.29 5,448,508 11.22
1998 1,344,569 4.81 1,501,747 -5.36 3,084,099 19.59 5,930,415 8.84
1999 1,547,811 15.12 1,468,949 -2.18 3,438,830 11.50 6,455,590 8.86
2000 1,905,653 23.12 1,460,954 -0.54 3,633,901 5.67 7,000,508 8.44
2001 2,798,032 46.83 1,519,289 3.99 4,079,151 12.25 8,396,472 19.94
2002 3,426,740 22.47 1,607,734 5.82 4,587,871 12.47 9,622,345 14.60
2003 3,517,324 2.64 1,750,651 8.89 5,172,859 12.75 10,440,834 8.51
2004 3,847,157 9.38 1,617,706 -7.59 5,365,526 3.72 10,830,389 3.73
2005 4,500,769 16.99 1,449,254 -10.41 5,911,592 10.18 11,861,615 9.52
2006 5,783,088 28.49 2,313,729 59.65 9,254,031 56.54 17,350,848 46.28
2007 6,358,389 9.95 2,117,035 -8.50 9,189,301 -0.70 17,664,725 1.81
2008 6,923,042 8.88 1,938,134 -8.45 8,678,612 -5.56 17,539,788 -0.71
2009 7,517,716 8.59 2,005,880 3.50 9,800,697 12.93 19,324,293 10.17
2010 8,458,709 12.52 1,890,503 -5.75 11,608,907 18.45 21,958,120 13.63
2011 8,797,924 4.01 2,045,562 8.20 12,253,055 5.55 23,096,541 5.18
2012 9,197,728 4.54 2,133,007 4.27 14,684,783 19.85 26,015,518 12.64
2013 10,010,728 8.84 2,144,651 0.55 15,626,625 6.41 27,782,004 6.79
2014 10,205,395 1.94 2,229,336 3.95 16,843,459 7.79 29,278,189 5.39
2015*) 10,668,425 4.54 2,287,077 2.59 18,328,804 8.82 31,284,306 6.85
2016**) 11,267,161 5.61 2,305,831 0.82 19,927,699 8.72 33,500,691 7.08
Rata-rata Pertumbuhan (%/Tahun)
1980-2016 54.47 4.88 13.93 11.50
1980-1997 101.27 7.20 16.15 12.73
1998-2016 12.59 2.81 11.94 10.40
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Estimasi
PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta
2 Sumatera Utara 4,182,052 4,549,202 4,870,202 5,099,246 5,314,644 4,803,069 16.24 39.99
3 Kalimantan Tengah 2,771,268 3,127,138 3,158,239 3,424,937 3,727,775 3,241,871 10.96 50.95
4 Sumatera Selatan 2,603,536 2,690,620 2,791,816 3,034,697 3,308,042 2,885,742 9.76 60.71
6 Kalimantan Barat 1,601,200 1,794,466 1,965,515 2,112,797 2,278,951 1,950,586 6.60 73.69
Total Konsumsi
Konsumsi Jumlah
Pertumbuhan
Tahun per kapita Penduduk Minyak
(%)
(Kg) (000 Jiwa) Goreng Sawit CPO (Ton)
(Ton)
2002 5.48 210,500.6 1,153,543 1,689,430
2003 5.42 213,237.1 1,155,745 1,692,655 0.19
2004 5.84 216,009.2 1,261,493 1,847,530 9.15
2005 6.00 218,868.8 1,313,213 1,923,276 4.10
2006 6.00 221,714.1 1,329,493 1,947,119 1.24
2007 7.40 224,596.4 1,662,976 2,435,524 25.08
2008 7.98 227,516.1 1,815,091 2,658,306 9.15
2009 8.19 230,473.8 1,886,758 2,763,265 3.95
2010 8.03 238,518.8 1,915,306 2,805,076 1.51
2011 8.24 241,990.7 1,993,658 2,919,827 4.09
2012 9.33 245,425.2 2,290,694 3,354,853 14.90
2013 8.92 248,818.1 2,218,569 3,249,222 -3.15
2014 9.60 252,164.8 2,421,854 3,546,945 9.16
2015 11.23 255,461.7 2,868,031 4,200,398 18.42
Rata-rata pertumbuhan (%) 7.52
Sumber : BPS
Keterangan: konversi CPO ke minyak goreng = 68,28%
Ekspor Impor
Neraca
Tahun Volume Pertumb. Nilai Pertumb. Volume Pertumb. Nilai Pertumb. (000 US$)
(Ton) (%) (000 US$) (%) (Ton) (%) (000 US$) (%)
1981 201,251 108,846 33,325 17,496 91,350
1982 262,035 30.20 97,274 -10.63 124 -99.63 62 -99.65 97,212
1983 345,777 31.96 111,462 14.59 121 -2.42 47 -24.19 111,415
1984 142,660 -58.74 63,602 -42.94 60,134 49,597.52 31,966 67,912.77 31,636
1985 616,815 332.37 238,403 274.84 38,181 -36.51 20,761 -35.05 217,642
1986 608,748 -1.31 122,588 -48.58 8,820 -76.90 2,129 -89.75 120,459
1987 638,420 4.87 176,775 44.20 165,991 1,781.98 62,521 2,836.64 114,254
1988 974,566 52.65 392,195 121.86 302,680 82.35 120,669 93.01 271,526
1989 917,291 -5.88 292,728 -25.36 412,453 36.27 224,939 86.41 67,789
1990 1,173,883 27.97 247,689 -15.39 26,713 -93.52 7,966 -96.46 239,723
1991 1,304,011 11.09 408,235 64.82 55,367 107.27 21,694 172.33 386,541
1992 1,252,813 -3.93 466,335 14.23 325,965 488.74 125,608 479.00 340,727
1993 1,907,237 52.24 692,817 48.57 155,266 -52.37 55,615 -55.72 637,202
1994 1,971,707 3.38 895,394 29.24 137,554 -11.41 63,703 14.54 831,691
1995 1,576,423 -20.05 934,681 4.39 54,024 -60.73 51,390 -19.33 883,291
1996 2,013,275 27.71 1,060,583 13.47 110,685 104.88 63,908 24.36 996,675
1997 3,470,568 72.38 1,740,355 64.09 94,839 -14.32 58,467 -8.51 1,681,888
1998 1,826,287 -47.38 940,724 -45.95 18,172 -80.84 8,985 -84.63 931,739
1999 3,896,830 113.37 1,462,217 55.44 2,857 -84.28 1,547 -82.78 1,460,670
2000 4,688,852 20.32 1,326,398 -9.29 7,988 179.59 6,424 315.26 1,319,974
2001 5,485,144 16.98 1,227,165 -7.48 5,115 -35.97 2,524 -60.71 1,224,641
2002 7,072,124 28.93 2,348,638 91.39 11,861 131.89 4,745 88.00 2,343,893
2003 7,046,303 -0.37 2,719,304 15.78 5,606 -52.74 3,267 -31.15 2,716,037
2004 9,565,974 35.76 3,944,457 45.05 7,884 40.64 5,094 55.92 3,939,363
2005 11,418,987 19.37 4,344,303 10.14 14,067 78.42 8,366 64.23 4,335,937
2006 11,745,954 2.86 4,139,286 -4.72 3,031 -78.45 2,494 -70.19 4,136,792
2007 13,210,742 12.47 8,866,445 114.20 4,661 53.78 7,036 182.12 8,859,409
2008 18,141,006 37.32 14,110,229 59.14 10,994 135.87 8,953 27.25 14,101,276
2009 21,151,126 16.59 11,605,431 -17.75 24,484 122.70 16,822 87.89 11,588,609
2010 20,394,174 -3.58 15,413,639 32.81 48,511 98.13 43,435 158.20 15,370,204
2011 20,972,382 2.84 19,753,190 28.15 24,610 -49.27 29,809 -31.37 19,723,381
2012 27,266,831 30.01 22,451,089 13.66 9,185 -62.68 30,206 1.33 22,420,883
2013 25,795,321 -5.40 17,677,288 -21.26 73,765 703.10 57,660 90.89 17,619,628
2014 28,026,621 8.65 19,555,633 10.63 4,845 -93.43 8,556 -85.16 19,547,077
2015 32,543,312 16.12 17,360,395 -11.23 11,101 129.13 10,602 23.92 17,349,793
Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun)
1981-2015 25.35 26.77 1,555.49 2,112.92
1981-1997 34.81 34.46 3,234.45 4,449.40
1998-2015 16.94 19.93 63.09 36.06
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perkebunan, diolah Pusdatin
Lampiran 13. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar
di ASEAN, 2010 - 2014
Luas TM (Ha)
No. Negara
Kumulatif
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Share (%)
(%)
1 Indonesia 5,780,000 6,170,000 6,650,000 7,080,000 7,407,090 6,617,418 56.69 56.69
2 Malaysia 4,130,000 4,326,000 4,352,872 4,526,089 4,689,321 4,404,856 37.73 94.42
3 Thailand 568,364 570,400 594,196 602,774 663,707 599,888 5.14 99.56
4 Phillipina 45,044 49,328 53,015 53,849 55,083 51,264 0.44 100.00
Jumlah 10,523,408 11,115,728 11,650,083 12,262,712 12,815,201 11,673,426 100.00
Sumber : FAO, diolah Pusdatin
Lampiran 14. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di ASEAN, 2010 - 2014
Lampiran 16. Negara dengan Luas Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit Terbesar
di Dunia, 2010 - 2014
Lampiran 17. Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesar di Dunia, 2010 - 2014
Lampiran 18. Negara dengan Produktivitas Minyak Sawit Terbesar di Dunia, 2010 -
2014
Produktivitas (Ton/Ha)
No Negara
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
1 Guatemala 17.09 21.36 23.23 22.77 21.43 21.17
2 Malaysia 20.57 21.69 21.43 21.15 20.49 21.06
3 Nikaragua 21.68 21.68 20.00 20.00 20.04 20.68
4 Kolombia 18.79 20.06 20.31 20.21 20.07 19.89
5 Kamerun 19.57 19.71 20.33 18.15 17.93 19.14
6 Thailand 14.47 18.89 19.11 20.53 18.84 18.37
7 Indonesia 16.92 17.02 16.99 16.95 17.09 16.99
Rata-rata Dunia 11.99 11.99 12.15 11.75 11.71 19.61
Sumber : FAO
Keterangan: wujud TBS
Ekspor Impor
Tahun
(Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%)
1980 3,302,968 776,607
1981 2,962,695 -10.30 499,777 -35.65
1982 3,486,070 17.67 578,739 15.80
1983 3,707,264 6.35 465,983 -19.48
1984 3,950,308 6.56 876,414 88.08
1985 4,810,477 21.77 1,167,508 33.21
1986 5,731,990 19.16 888,411 -23.91
1987 5,291,199 -7.69 851,198 -4.19
1988 5,504,125 4.02 1,078,666 26.72
1989 6,520,487 18.47 1,183,447 9.71
1990 7,380,788 13.19 1,053,877 -10.95
1991 7,478,090 1.32 1,196,340 13.52
1992 7,335,103 -1.91 1,398,918 16.93
1993 7,929,946 8.11 1,186,763 -15.17
1994 9,338,879 17.77 1,013,573 -14.59
1995 8,898,216 -4.72 979,160 -3.40
1996 9,813,922 10.29 710,439 -27.44
1997 10,755,102 9.59 709,660 -0.11
1998 8,974,802 -16.55 679,933 -4.19
1999 12,142,349 35.29 946,996 39.28
2000 12,506,290 3.00 811,096 -14.35
2001 15,306,141 22.39 960,716 18.45
2002 17,055,807 11.43 1,032,756 7.50
2003 18,834,041 10.43 1,122,451 8.69
2004 20,805,109 10.47 1,792,729 59.72
2005 23,837,681 14.58 1,381,781 -22.92
2006 26,697,732 12.00 1,799,414 30.22
2007 22,362,325 -16.24 1,396,296 -22.40
2008 29,018,716 29.77 1,915,609 37.19
2009 31,080,067 7.10 2,299,877 20.06
2010 31,345,807 0.86 2,726,803 18.56
2011 32,685,149 4.27 3,521,630 29.15
2012 34,874,737 6.70 3,708,395 5.30
2013 36,624,689 5.02 2,617,258 -29.42
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980 - 2013 8.19 6.97
Sumber : FAO
Lampiran 20. Perkembangan Volume Ekspor - Impor Kelapa Sawit di Dunia, 1980
– 2013
Ekspor Impor
Tahun
(Ton) Pertumb. (%) (Ton) Pertumb. (%)
1980 3,616,636 3,411,586
1981 3,228,445 -10.73 3,223,574 -5.51
1982 3,776,075 16.96 3,688,055 14.41
1983 4,016,523 6.37 3,918,362 6.24
1984 4,317,579 7.50 3,902,161 -0.41
1985 5,221,475 20.94 4,874,999 24.93
1986 6,242,040 19.55 6,004,806 23.18
1987 5,780,610 -7.39 5,804,379 -3.34
1988 5,989,056 3.61 5,739,452 -1.12
1989 7,048,160 17.68 6,647,650 15.82
1990 8,071,864 14.52 7,847,017 18.04
1991 8,212,863 1.75 7,730,471 -1.49
1992 8,182,294 -0.37 7,722,587 -0.10
1993 9,071,773 10.87 8,338,060 7.97
1994 10,807,265 19.13 9,713,230 16.49
1995 10,216,665 -5.46 9,619,174 -0.97
1996 11,411,185 11.69 9,699,994 0.84
1997 12,373,697 8.43 9,906,528 2.13
1998 10,454,729 -15.51 10,356,906 4.55
1999 13,733,479 31.36 11,935,890 15.25
2000 14,161,933 3.12 13,357,780 11.91
2001 17,063,269 20.49 15,347,143 14.89
2002 18,816,989 10.28 17,432,800 13.59
2003 21,087,519 12.07 20,468,237 17.41
2004 23,559,446 11.72 23,396,365 14.31
2005 26,768,219 13.62 25,203,784 7.73
2006 29,956,190 11.91 28,856,544 14.49
2007 26,210,559 -12.50 27,118,117 -6.02
2008 33,379,262 27.35 32,748,988 20.76
2009 35,175,978 5.38 34,905,595 6.59
2010 35,270,692 0.27 34,391,338 -1.47
2011 37,042,893 5.02 36,599,149 6.42
2012 39,303,581 6.10 40,022,334 9.35
2013 41,654,482 5.98 43,862,830 9.60
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980 - 2013 8.23 8.38
Sumber : FAO
Lampiran 21. Negara Eksportir Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, 2009 - 2013
Lampiran 22. Negara Importir Minyak Sawit Terbesar Di Dunia, 2009 – 2013
Ketersediaan
Produksi
No Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton) Pertumb.
(Ton) (Ton)
(%)
1 1980 3,325,745 3,302,968 776,607 799,384
2 1981 3,665,117 2,962,695 499,777 1,202,199 50.39
3 1982 4,477,262 3,486,070 578,739 1,569,931 30.59
4 1983 4,076,020 3,707,264 465,983 834,739 -46.83
5 1984 4,977,346 3,950,308 876,414 1,903,452 128.03
6 1985 5,500,893 4,810,477 1,167,508 1,857,924 -2.39
7 1986 6,035,978 5,731,990 888,411 1,192,399 -35.82
8 1987 6,208,015 5,291,199 851,198 1,768,014 48.27
9 1988 6,944,831 5,504,125 1,078,666 2,519,372 42.50
10 1989 8,262,455 6,520,487 1,183,447 2,925,415 16.12
11 1990 8,778,334 7,380,788 1,053,877 2,451,423 -16.20
12 1991 9,084,853 7,478,090 1,196,340 2,803,103 14.35
13 1992 9,963,710 7,335,103 1,398,918 4,027,525 43.68
14 1993 11,144,078 7,929,946 1,186,763 4,400,895 9.27
15 1994 11,583,090 9,338,879 1,013,573 3,257,784 -25.97
16 1995 12,713,216 8,898,216 979,160 4,794,160 47.16
17 1996 13,736,548 9,813,922 710,439 4,633,065 -3.36
18 1997 14,953,984 10,755,102 709,660 4,908,542 5.95
19 1998 14,744,900 8,974,802 679,933 6,450,031 31.40
20 1999 17,183,218 12,142,349 946,996 5,987,865 -7.17
21 2000 18,475,602 12,506,290 811,096 6,780,408 13.24
22 2001 21,035,862 15,306,141 960,716 6,690,437 -1.33
23 2002 22,229,552 17,055,807 1,032,756 6,206,501 -7.23
24 2003 24,718,469 18,834,041 1,122,451 7,006,879 12.90
25 2004 25,687,427 20,805,109 1,792,729 6,675,047 -4.74
26 2005 27,668,268 23,837,681 1,381,781 5,212,368 -21.91
27 2006 34,466,674 26,697,732 1,799,414 9,568,356 83.57
28 2007 34,614,559 22,362,325 1,396,296 13,648,530 42.64
29 2008 36,899,990 29,018,716 1,915,609 9,796,883 -28.22
30 2009 38,366,834 31,080,067 2,299,877 9,586,644 -2.15
31 2010 40,331,345 31,345,807 2,726,803 11,712,341 22.17
32 2011 43,745,060 32,685,149 3,521,630 14,581,541 24.50
33 2012 46,678,530 34,874,737 3,708,395 15,512,188 6.38
34 2013 48,187,959 36,624,689 2,617,258 14,180,528 -8.58
Rata-rata pertumbuhan (%)
1980-2013 13.98
1980-1997 17.98
1998-2013 9.72
Sumber: FAO, diolah Pusdatin