Amiloidosis Kutis
Amiloidosis Kutis
Amiloidosis bukan merupakan suatu penyakit tunggal tetapi hasil dari beberapa kelainan
dengan karakteristik deposit protein fibrilar di satu atau lebih jaringan pada tubuh. Liken
amiloidosis merupakan bentuk tersering dari amiloidosis kutaneus lokalisata dan tidak
berhubungan dengan amiloidosis sistemik. Penyakit ini relatif jarang dijumpai.1
Liken amiloidosis yaitu penyakit kulit akibat penumpukan amiloid di kulit yang
sebelumnya normal tanpa ada gejala sistemik disertai gejala pruritus, dengan bentuk papul 2-3
mm berwarna coklat, konsistensi kenyal sampai keras, dan berbentuk kerucut. Bentuk lain adalah
makula, berbatas tegas, dan berwarna coklat keabu-abuan ataupun bentuk nodular.1,7
I.2.Sejarah
Istilah amiloidosis (seperti tepung) dikemukan oleh Virchow pada tahun 1854 yang yakin
akan kemiripannya dengan tepung atau selulosa.7 Kondisi penyakit liken amiloidosis
dikemukakan pertama kali oleh Gutmann pada tahun 1928 dengan nama amiloidosis kutis
lokalisata nodularis et disseminata. Istilah liken amiloidosis dikemukakan pertama kali oleh
Freudenthal pada tahun 1930.8
I.4.Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit yang jarang ditemukan tetapi untuk daerah Asia
Tenggara dan Amerika Selatan penyakit ini relatif sering. Penyakit ini biasa menyerang pada
umur pertengahan dan lebih sering terjadi pada orang cina. Penyakit ini biasa terjadi secara
sporadik tetapi beberapa kasus memiliki hubungan kekeluargaan atau genetik telah dilaporkan.1,3
Angka kejadian penyakit ini di Indonesia telah dilaporkan oleh Harahap dan Hutapea
(1970) di Medan terdapat 11 penderita Liken Amiloidosis yang terdiri dari 3 pria dan 8 wanita
dengan rentang umur 24 tahun sampai dengan 59 tahun.4 Djuanda dan kawan-kawan (1988)
menemukan 78 kasus liken amiloidosis yang terdiri dari jumlah 7 pria dan 71 wanita dengan
rentang umur 14 tahun sampai 66 tahun.5
I.5.Klasifikasi Amiloidosis
Menurut Sipe dan Cohen amiloidosis dibedakan menjadi 2 berdasarkan organ tubuh yang
terkena yaitu:10
1. Amiloidosis sistemik yaitu adanya deposit amiloid pada berbagai organ di seluruh tubuh yang
akhirnya menimbulkan kelainan sistemik.
2. Amiloidosis lokalisata yaitu adanya deposit amiloid hanya ditemukan pada salah satu organ dan
tidak ada kelainan sistemik.
Menurut Moschella et al amiloidosis dapat juga dibedakan menjadi 2 berdasarkan
penyebabnya yaitu :1
1. Amiloidosis primer yaitu amiloidosis yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik).
2. Amilodosis sekunder yaitu amilodosis terjadi sekunder terhadap berbagai penyakit infeksi,
inflamasi, atau neoplasma.
Menurut Maize dan Metcalf amiloidosis kutis lokalisata primer atau liken amiloidosis
atau juga yang disebut amiloidosis kutis lokalis nodularis et diseminata terdapat 3 bentuk yaitu:11
1. Papular yaitu berupa lesi papul, gatal, yang berwarna kuning kecoklatan, berbentuk seperti
kubah, terdistribusi simetris biasanya pada daerah ekstensor tungkai bawah, paha, dorsum pedis,
dan punggung bagian bawah. Pada tahap lanjut dapat mengenai bahu, dada, dan perut. Pada lesi
tidak pernah terjadi purpura dan ulkus.
2. Amiloidosis makular berupa makula, berbatas tegas, berwarna coklat keabu-abuan, terdistribusi
pada punggung bagian atas, payudara, pantat, lengan, pergelangan kaki, dan paha. Gatal dapat
saja terjadi.
3. Amiloidosis nodular berupa lesi amiloid nodular yang dapat terjadi pada semua tempat di kulit
termasuk konjungtiva dan genitalia.
I.6.Pemeriksaan Histopatologi
Tidak semua penyakit kulit dapat didiagnosis dengan pasti secara klinik. Untuk
konfirmasi diagnosis klinik diperlukan pemerikasaan histopatologik dari jaringan patologik.
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan pengambilan jaringan kulit melalui 2 cara yaitu
punch biopsy dan eksisi.12
1. Punch biopsy
Punch biopsy adalah suatu alat pengambil jaringan di kulit untuk konfirmasi diagnosis klinik
pada pemeriksaaan histopatologi.12
Cara mengerjakan punch biopsy12 :
a. Pilihlah lesi yang paling matang dan berkembang baik. Jika terdapat vesikula atau
bula, pilihlah lesi dini dan jaga dinding vesikula itu supaya tetap utuh. Pada lesi-
lesi polimorfik ambil beberapa bentuk lesi. Trauma atau pengobatan pada lesi
akan mengubah gambaran histopatologi. Lakukan biopsi seluruhnya di dalam lesi
dan hindari penyertaan kulit normal, jika tidak diinginkan secara khusus.
b. Bersihkan daerah biopsi dengan alkohol. Dan jaga agar skuama, krusta, dan
vesikula tetap utuh. Biasakan memberi tanda lesi-lesi yang akan dibiopsi dengan
larutan gentian violet 1% sebelum terjadi pembengkakan yang ditimbulkan oleh
suntikan anastesi atau pengaruh adrenalin.
c. Lakukan anastesi pada daerah yang akan dibiopsi dengan menyuntikan xylocain
2% cum adrenalin 1/100.000 ke dermis. Kerja adrenalin disini ialah untuk
menghambat perdarahan dan memperpanjang masa anastesi.
d. Alat yang sering dipakai adalah yang berdiamater 4 mm. Kulit disekitar lesi
ditarik tegak lurus terhadap garis alur kulit sebelum punch dimasukan. Gunanya
ialah untuk memperoleh luka bekas punch berbentuk oval.
Punch biopsy ditekan kuat ke dalam lesi dengan gerakan pemotongan sambil memutar punch
kekiri dan kekanan bergantian sampai jaringan subkutan. Jaringan kulit yang terpotong sebagian
tertinggal di luar punch dan sebagian masuk ke dalam ujung silinder. Jaringan ini diambil dengan
hati-hati dengan pinset atau jarum tanpa memakai tekanan, setelah dasarnya dipotong dengan
gunting atau skalpel sampai sedalam lapisan lemak. Kemudian jaringan itu dimasukan ke dalam
formalin 10% untuk diperiksa secara histopatologi.12
2. Eksisi
Eksisi adalah penyayatan jaringan disertai pegangkatan jaringan untuk diperiksa secara
histopatologi.12
Indikasi untuk melakukan eksisi adalah12 :
a. Terhadap lesi dengan pinggir aktif dan menjalar.
b. Untuk mengevaluasi perbatasan antara lesi dan kulit normal.
c. Lesi-lesi atrofik dan skerotik.
d. Untuk memperoleh kulit yang cukup tebalnya.
Tehnik bedah eksisi yaitu12 :
a. Pemberian sedasi preoperatif yang dapat dicampur dengan analgetik.
b. Kulit yang akan dioperasi dibersihkan dengan sabun dan sesudah itu dengan alkohol 70%.
c. Anastesi infiltrasi lokal. Dosis maksimal obat anastesi yang boleh diberikan ialah 500 mg. Jadi
xylocain 2% yang dipakai untuk anastesi lokal harus dibawah 25 ml.
d. Luka operasi dijahit dengan benang nylon 5-0 atau 6-10. Untuk jahitan yang tertanam sebaiknya
dipakai catgut 4-0. Pada kelopak mata, bibir, aksila,, labia, dan penis lebih disukai pemakaian
benang polyester yang lunak.
e. Esksisi harus mengikuti garis alur kulit atau lipatan-lipatan kulit (lines of elasticity) supaya
tercapai hasil kosmetik yang baik. Tapi seandainya lesi berbentuk oval, eksisi sebaiknya
mengikuti bentuk lesi, tidak menurut garis lipatan kulit.
Penyakit liken amiloidosis ditandai dengan deposit amiloid ekstraselular abnormal yang
termasuk kelompok unrelated protein, dengan pewarnaan apple green birefringence dari Congo-
Red menunjukan polarisasi cahaya berwarna merah bata dan gambaran ultrastruktur, sedangkan
dengan kristal ungu dan metil ungu mengakibatkan amiloid bermetakromasi. Deposit amiloid
menimbulkan suatu kondisi yang jarang terjadi sehingga membutuhkan kapabilitas seorang
dokter untuk mendiagnosisnya.1,7,11
Pada liken amiloidosis dijumpai deposit amiloid pada dermis tanpa melibatkan
pembuluh darah atau adneksa. Deposit amiloid ini diikuti dengan akantosis yang tidak teratur
dan hiperkeratosis. Biopsi dari jaringan lesi tampak perubahan epidermis berupa hiperkeratotik
kompak dan akantosis ringan serta perubahan dermis berupa papil yang membulat, celah
suprapapil dan sebagian papil berisi massa amorf (amiloid) yang diperjelas dengan pewarnaan
khusus Congo red.1,13
I.7.Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk liken amiloidosis yaitu7 :
1. Liken planus
2. Liken simpleks kronikus
3. Liken miksedematous
I.8.Diagnosis
Diagnosis dari liken amiloidosis dapat ditegakkan dengan berdasarkan anannesis,
manifestasi klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan biopsi jaringan. Pada
biopsi kulit dijumpai adanya protein amiloid pada jaringan epidermis dan jaringan subkutan.1
I.9.Prognosis
Penyakit ini bersifat kambuhan, setelah diobati maka lesi dan pruritus dapat kambuh
kembali dalam jangka waktu tertentu.1
I.10. Pengobatan
Pengobatan liken amiloidosis dapat menggunakan kortikosteroid topikal dan injeksi
intralesi. Pengobatan ini memberikan hasil yang cukup memuaskan. Pruritus pada liken
amiloidosis dapat diredakan dengan memberikan antihistamin pada penderita.1
Salah satu penelitian dari India oleh Das dan Gogoi dengan menggunakan siklofosfamid
pada 36 pasien menunjukan hasil yang cukup baik. Penggunaan 50 mg tablet siklofosfamid
secara oral menurunkan rasa gatal pada 1 bulan pemakaian. Setelah 6 bulan menunjukan
penurunan yang signifikan pada rasa gatal. Pemakaian siklofosfamid juga menurunkan
pigmentasi pada penderita. Lesi juga menjadi mengecil pada penggunaan siklofosfamid selama 6
bulan.16
Wong dan Li menggunakan dermabrasi pada 7 pasien dan diamati selama 5 tahun. Pada
semua pasien menunjukan hasil cukup baik setelah dermabrasi. Dermabrasi ini mengangkat
epidermis dan bagian atas dermis dengan amiloid. Dermabrasi ini berguna untuk regenerasi
epitel. Efek samping dari dermabrasi adalah hipopigmentasi dan hiperpigmentasi tetapi hal
tersebut masih dapat ditoleransi. Dermabrasi hanya dapat digunakan untuk liken amiloidosis
lokalisata. Untuk liken amiloidosis generalisata, dermabrasi efektifitasnya kurang.
pendahuluan
Gambaran histopatologi
Gambaran histopatologi akan tampak massa amiloid pada papila
dermis; epidermis akantosis, hiperkeratosis, dan hiperpigmentasi pada bagian
basal.
5
Melalui pemeriksaan histologi pada jaringan yang terkena, penumpukan
amiloid diidentifikasikan dengan pewarnaan kongo merah (red-congo staining)
dan dilihat melalui cahaya terpolarisasi, dimana penumpukan tersebut dikenal
dengan “refraksi ganda hijau apel” (apple-green birefrigence). Deposit amiloid
pada Liken Amiloidosis ditemukan pada dermis papilaris, biasanya pada ujung
papilla dermal. Liken Amiloidosis dibedakan dari Amioloidosis Makular dengan
adanya perubahan epidermis yang jelas, termasuk hiperkeratosis dan akantosis.
2
Gambaran histopatologi liken amiloid : tampak deposit amiloid
1.10 Diagnosa Banding
Liken Amiloidosis dapat didiagnosis banding dengan Liken Simpleks
Kronis. Pada liken simpleks kronis merupakan peradangan kulit kronis, gatal
sekali, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang. Dengan daerah predileksi pada tengkuk, leher, tungkai bawah,
pergelangan kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum,
dan vulva. Secara histopatologi pada liken simpleks kronikus tampak
epidermis hiperkeratosis, akantosis, dermis bagian papil dan subepidermal
mengalami fibrosis.
5,7
1.11 Prognosis
Penyakit ini bersifat kekambuhan, setelah mendapat pengobatan maka lesi
dan pruritus dapat kambuh kembali dalam jangka waktu tertentu.
1.12 Manajemen
Karena perhatian yang semakin tinggi terhadap kepentingan pruritus
sebagai pencetus utama deposit amiloid, maka modalitas terapi diarahkan ke
penanganan pruritus.
2
- Antihistamin sedatif telah terbukti cukup efektif
- Menthol, dalam kombinasi dengan agen lain (anti histamin) telah
terbukti sukses meredakan gatal pada liken amiloidosis
- Steroid topikal dan intralesi terbukti membantu ketika dikombinasi
dengan modalitas lain, terdapat bukti perbaikan pada kasus liken
amiloidosis menggunakan tacrolimus 0,1% ointment topikal
- Dimethyl sulfoxide (DMSO) topikal, sebuah campuran kimia, telah
digunakan dengan baik, namun kegagalan juga dilaporkan, terutama
pada penanganan amiloidosis kutaneus
- Penggunaan etretinate telah dilaporkan mengalami keberhasilan dan
kegagalan pada pasien yang berbeda
- Penggunaan pulse dye laseri dilaporkan mengalami keberhasilan,
dapat memperbaiki pruritus dan erupsi papular dan liken amiloidosis
- Penggunaan narrow-band UVB pada pasien di regio daerah
bertemperatur rendah memberi keberhasilan dalam penanganan
pruritus dan pembersihan deposit amiloid.
1.11.1 Penangan Bedah
Pembedahan dilakukan untuk pemindahan deposit amiloid, termasuk
diantaranya melalui : laser vaporization, dermabrasi, dan eksisi pada lesi
individual. Bagaimanapun, baik lesi dan pruritus biasanya kembali kambuh
setelah terapi ini.
2
Cyrosurgery adalah teknik pembedahan yang sudah dikenal untuk
memproduksi efek destruksi pada jaringan kulit, menurut kedalaman beku,
sehingga menghasilkan destruksi deposit amiloid pada dermis superfisial pada
Liken amiloidosis. cyrosurgery dengan teknik penyemprotan terbuka nitrogen cair
selama 2 sesi, masing-masing 15 detik, efek beku yang dihasilkan membuat
resolusi komplit dari pruritus dan juga pembersihan deposit amiloid pada papil
dermis. Satu-satunya efek samping adalah post-inflammatory hypopigmentation
(PIH) pada lokasi terapi.
4
1.11.2 Medikamentosa
Tujuan utama terapi medikamentosa pada liken amiloidosis adalah untuk
menurunkan morbiditas.
2
Anti histamine
Agen ini bekerja dengan cara inhibisi kompetitif pada reseptor H1. Mereka
mampu mengontrol gatal dengan menghalangi histamin yang dilepaskan secara
endogen.
2
- Chlorpheniramine maleat (chlor-trimeton)
Kompetitor reseptor H1 pada sel efektor pada pembuluh darah dan saluran
nafas
Dosis : 4 mg per oral/4-6 jam ; tidak melebihi 24 mg/hari
- Diphendhydramine
Untuk menghilangkan gejala simtomatis disebabkan pelepasan histamin pada
reaksi alergi
Dosis : 25-50 mg per oral
Anti inflamasi topikal
- Dimethyl-sulfoksida
Mebantu meringankan gejala, namun tidak banyak berefek terhadap ruam
yang sudah berupa papul.
2, 4
Campuran 50% dalam air, diberikan secara topikal pada area yang terkena