Anda di halaman 1dari 14

SISTEM INTEGUMEN RESUME KASUS IV

Kondiloma Akuminata

Oleh : NURYANI SYAMSYIYAH 220110090123

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2010

I.

DEFINISI KONDILOMA AKUMINATA Kondiloma akuminata merupakan tonjolan tonjolan yang berbentuk bunga kol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar anus. (STIK Banjarmasin. 2010)

II.

ETIOLOGI Penyebab kondiloma itu sendiri adalah virus, yaitu Virus Papilloma Humanus (VPH). Virus ini adalah virus DNA yang tergolong dalam keluarga virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminata. Tipe yang sering dijumpai pada kasus kondiloma akuminata adalah tipe 6 dan 11. (Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. 1999 : 110)

III.

MANIFESTASI KLINIK Berikut beberapa tanda dan gejala yang timbul pada kondiloma akuminata : Kondiloma akuminata sering muncul didaerah yang lembab, biasanya pada penis, vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah perianal Berbau busuk Warts/ kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi. Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada

sebagian kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.

(Anynomous. 2009)

IV.

KLASIFIKASI Bentuk kondiloma akuminata terbagi menjadi tiga, yaitu : 1. Bentuk akuminata Terutama dijumpai pada. daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu. 2. Bentuk papul Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret. 3. Bentuk datar Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong. (Febrina. 2010) Selain ketiga bentuk klinis di atas, dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:

1. Giant condyloma Buschke - Lowenstein Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya VPH tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondilomata akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap pengobatan. 2. Papulosis Bowenoid Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi. Berbeda dengan KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti yang berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan sebagian mitotik atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan. (STIK Banjarmasin. 2010)

V.

PEMERIKSAAN pemdig 1. Tes Asam Asetat Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit). 2. Kolposkopi Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian kebidanan. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi kondiloma akuminata subklinis, dan kadang-kadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.

3. Histopatologi Pada kondiloma akuminata yang eksofitik, pemeriksaan dengan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma. (Febrina. 2010)

VI.

PENATALAKSANAAN 1. Kemoterapi a. Podofilin Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit disekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 46 jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap pemberian tidak boleh melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. b. Asam triklorasetat Digunakan larutan dengan konsentrasi 50 %, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. c. 5-fluorourasil Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. 2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)

3. Bedah beku (N2, N2O cair) 4. Bedah scalpel 5. Laser karbondioksida 6. Interferon 7. Imunoterapi (Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. 1999 : 111)

VII.

KOMPLIKASI 1. Kanker serviks

2. Pendarahan pada saat melahirkan 3. Kemandulan 4. Kematian (Anynomous. 2009)

VIII.

FAKTOR RESIKO 1. Pekerja seksual komersil 2. Pasangan seksual yang telah terinfeksi 3. Anak yang dilahirkan dari seorang wanita yang terinfeksi (Anynomous. 2009)

IX.

KONSELING 1. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan daerah kelamin 2. Sarankan untuk tidak melakukan kegiatan seksual selama pengobatan 3. Anjurkan untuk menggunakan kondom 4. Sarankan untuk mengganti celana dalam minimal 3 kali sehari 5. Tetap menjaga stamina tubuh agar tetap prima (Anynomous. 2009)

X.

PENDIDIKAN KESEHATAN 1. Penjelasan mengenai kondiloma akuminata 2. Memaparkan mengenai hal-hal yang dapat menjadi penyebab munculnya kondiloma akuminata, seperti : a) Hubungan seksual yang tidak sehat b) Personal hygiene yang buruk c) Iritasi yang disebabkan oleh hubungan seksual maupun personal hygiene 3. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi jika kondiloma akuminata tidak segera diobati. 4. Memberitahukan terapi-terapi yang akan dihadapi oleh penderita. 5. Menyarankan untuk memulai hidup sehat dari sekarang. Seperti pepatah Mencegah lebih baik daripada mengobati.

XI.

UNIVERSAL PRECAUTIONS a. Pengelolaan alat kesehatan habis pakai b. Cuci tangan (guna mencegah infeksi silang) c. Pemakaian alat pelindung Diantaranya : pemakaian sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksikus lainnya. d. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk mencegah perlukaan Dekomanisasi Pencucian Sterilisasi Penyimpanan

e. Pengelolaan limbah f. Disinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang

XII.

ASPEK LEGAL ETIK Autonomy. Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan individu secara holistik. Beneficence. Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga. Nonmaleficence. Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja. Veracity (truth telling). Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas. Justice/Allocation Resource Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.

XIII.

PATOFISIOLOGI

XIV.

ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian i. Biodata Klien Nama Usia Jenis kelamin Diagnosa medis : Nn. J : 32 tahun : Perempuan : Kondiloma Akuminata

ii. Keluhan Utama : Gatal dialat kelamin dan terasa terbakar.

iii. Riwayat Kesehatan Sekarang : Terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna kehijauan.

iv. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : -

v. Riwayat Kesehatan Keluarga : -

vi. Riwayat Kesehatan Lingkungan : -

vii. Riwayat Pola Nutrisi : -

viii.

Riwayat Pola Eliminasi : -

ix. Riwayat Pola Aktivitas : Nn. J bekerja sebagai PSK di warung remangremang disaerah pantura sejak 12 tahun yang lalu.

x. Status Psikologis : -

xi. Pemeriksaan Fisik TTV TD :-

S R N Inspeksi

:::: Terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna kehijauan.

Palpasi

:-

Auskultasi : Perkusi :-

xii. Pemeriksaan Laboratorium Hb Leukosit : 12 gr/dl : 16000 mm3

B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan gatal dialat kelamin dan terasa terbakar. 2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit 3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan keputihan yang berbau

C. Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan

No

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

1.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Price, S.A., & Wilson, L.M. 1995. Patofisiologi Edisi 4 Jilid 2. Jakarta : EGC

Price, S.A., & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC.

Robbins & Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC

Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI

Budiarso, Aris. Sekilas Tentang Kesehatan Kulit http://www.kulitkita.com/2009/02/kondiloma-akuminata-padakehamilan.html (diakses pada 19 November 2010)

Febrina. Bidan Shop http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/kondiloma-akuminata-si-jenggerayam.html (diakses pada 19 November 2010)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banjarmasin http://stikesmbbaksos.blogspot.com/2010/04/kondiloma-akuminata.html (diakses pada 19 November 2010)

Anda mungkin juga menyukai