Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW hingga sampai

kepada para sahabat, tabi’ tabi’in dan para ulama selalu berjuang dalam menyebarkan ajaran

Islam. Dimana para ulama itu dalam menyebarkan ajaran Islam berdasarkan kepada

kemampuan dan profesinya masing-masing.

Dapat kita lihat Imam Abu Hanifah seorang tokoh aliran rasionalitas, beliau

berdakwah dengan cara menentang kekejaman tirani pada masa khalifah Al Makmun. Begitu

juga dengan Imam Anas bin Malik seorang ahli fiqh yang terkenal dengan kitab Al

Muwatha’, beliau berdakwah dengan cara menentang penguasa yang zalim dan mendatangi

para penguasa untuk berbuat ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta memberikan

nasehat dan peringatan.[1]

Imam Ibnu Hambal seorang ulama yang sangat menentang khalifah Al-Ma’mun yang

berfaham Mu’tazilah dan beliau menolak pernyataan bahwa Al-qur’an itu adalah makhluk[2].

Ja’far Shadiq yang merupakan seorang ahli kimia, salah satu jihad dakwahnya adalah

pembersihan fikiran umat Islam yang pada waktu itu banyak dimasuki oleh pemikiran

ateisme.[3] Ibnu Taimiyah yang merupakan juru dakwah independen, salah satu dakwahnya

adalah mengobarkan semangat jihad fisabilillah terhadap para penguasa Mongol yang ingin

menguasai Islam pada umumnya dan Turki pada khususnya.[4] Begitu juga dengan

Jamaluddin Al Afghani yang merupakan seorang tokoh pergerakan dan reformis, beliau
berdakwah melalui jalur politik dan ia sangat ditakuti oleh bangsa-bangsa barat karena

pemikiran-pemikirannya dalam pembaharuan.[5] Muhammad Abduh yang merupakan

seorang guru di Universitas AL-Azhar, seorang reformis dan juga seorang jurnalis muslim,

beliau berdakwah melalui media cetak dengan pemikiran-pemikirannya yang membawa

kepada pembaharuan.[6]

Dakwah itu juga dapat dilakukan dengan memakai profesi sebagai media dalam

menyebarkan ajaran dan nilai-nilai Islam seperti dosen, dokter, politikus, guru, kolumnis,

jurnalis dan sebagainya.

Dokter misalnya, adalah profesi yang ditekuni oleh seseorang untuk memberikan jasa

dalam bidang kesehatan, karena profesinya itu seorang dokter bergaul dengan pasiennya

dalam bentuk konsultasi kesehatan, psikoterapi maupun pengobatan langsung sesuai dengan

keluhan pasiennya. Bagi seorang dokter yang mempunyai semangat dakwah, kesempatan

bertemu muka dengan pasien selalu digunakan untuk menyampaikan ajaran Islam dengan

memberikan nasehat-nasehat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan

sendirinya dokter telah melakukan dakwah dan dokter yang seperti itu sangat sedikit.

Suheimi adalah salah seorang dokter yang ahli di bidang kesehatan dan spesialis

dalam bidang kebidanan dan kandungan (Obtetri dan Ginokologi)[7]yang memiliki semangat

dakwah. Dan media yang beliau gunakan adalah rumah sakit selain beliau menggunakan

internet dan melalui tulisan-tulisan berupa buku.

Sebagaimana yang pernah beliau ungkapkan :

“Dakwah itu adalah tanggung jawab bagi setiap muslim, sehingga dalam
menyebarkan ajaran Islam harus sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing dan
itu mempunyai kelebihannya dan saya hanya dengan jalan melalui profesi dokter inilah dapat
menyampaikan ajaran Islam berupa nasehat-nasehat kepada para pasien.”[8]
Hal senada juga diungkapkan oleh Delvi salah seorang pasiennya yang sekarang

kandungannya berusia 7 bulan :

“Setiap selesai pemeriksaan, beliau selalu memberikan siraman rohani dan nasehat-
nasehat seperti untuk selalu rajin rukuk dan sujud, untuk memperbanyak shalat sunat dan
rajin minum susu yang kesemuanya itu sangat membantu kesehatan janin, dan itu tidak
dimiliki oleh dokter kandungan lain seperti kelahiran anak saya yang pertama”.[9]

Sebagai seorang dokter, Suheimi dikenal sebagai dokter yang ahli di bidangnya,

sebagaimana ungkapan Miko Kamal dan Suharizal sebagai editor dalam buku “Jangan

Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut” Karya Suheimi :

“Sebagai seorang dokter, ia adalah seorang yang sangat profesional, dengan itu ia
menempatkan diri sebagai dokter yang sangat di kenal di Ranah Minang. Sebagai seorang
pengusaha ia tercatat sebagai pengusaha yang berprestasi pada tahun 1999, 2000 dan 2001,
dia juga seorang mubaligh, seorang kolumnis yang tulisannya telah banyak dipublikasikan di
media cetak baik di daerah maupun nasional.”[10]

Dalam menyampaikan ajaran Islam, Suheimi mempergunakan bahasa yang lugas,

jelas dan mudah dipahami baik ketika ceramah di masjid, di media elektronik maupun di

media cetak dengan membahas permasalan fenomena sosial yang dikaitkan dengan ilmu

kesehatan yang dibungkus dengan ayat-ayat Al-qur’an, sehingga objek dakwah mudah

memahaminya. Materi-materi sepreit ini jarang di sampaikan oleh para da’i dan mubaligh

lain, dan begitu uga dengan dokter-dokter lain yang menguasai materi-materi kesehatan,

namun tidak mampu menyampaikan ilmunya kepada masyarakat. Suheimilah seorang

mubaligh yang menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam yang dikaitkan dengan materi-materi

kesehatan di Sumatera Barat dan itu pulalah yang menjadi keistimewaan dan keunikan

Suheimi dalam berdakwah.


Sebagai seorang dokter, Suheimi mampu melaksanakan dakwah baik secara lisan,

tulisan maupun kerja nyata. Suheimi yang sesungguhnya bukanlah seorang ulama (dalam

artian tidak berbasiskan ilmu-ilmu ke Islaman) mampu menyampaikan ajaran Islam dengan

metode yang berbeda dengan para mubaligh lainnya, materi-materi yang beliau sampaikan

serta media yang beliau gunakan juga berbeda dengan mubaligh lainnya.

Dari melihat latar belakang di atas, penulis tertarik lebih jauh menyelami Suheimi

dalam berdakwah yang memiliki keistimewaan dan keunikan dari mubaligh lainnya. Maka

untuk itu penulis memberi judul pada penelitian skripsi ini “Dakawah Dr. H. K. Suheimi”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada

pembahasan ini adalah : “Bagaimana Dakwah Dr. H. K. Suheimi?”.

Untuk tidak terjadinya kesimpang siuran dalam pembahasan ini, maka penulis beri

batasan masalah sebagai berikut :

a. Materi dakwah Dr. H. K. Suheimi.

b. Media dakwah Dr. H. K. Suheimi

c. Metode dakwah Dr. H. K. Suheimi

C. Penjelasan Judul

Untuk memudahkan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memandang

penting untuk menjelaskan maksud judul sebagai berikut :


Dakwah : Secara etimologi berasal dari bahasa Arab : Da’a, Yad’u,

Da’watan.Yang berarti seruan, panggilan, ajakan dan jamuan.[11]

Sedangkan menurut istilah adalah ajakan baik dalam bentuk

tulisan, tulisan dan tingkah laku secara sadar dan terencana dalam usaha

mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok agar dalam

dirinya timbul suatu kesadaran, pengertian, sikap pengkhayatan dan

pengamalan terhadap ajaran Islam tanpa adanya unsur paksaan.[12]

K. Suheimi : Nama seorang dokter dan mubaligh yang dilahirkan di

Pariaman pada tanggal 15 Februari 1947, yang merupakan alumni Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas dan dokter spesialis di Bandung pada tahun

1985.[13]

Yang penulis maksud dari judul skripsi ini adalah pelaksanaan dakwah yang

dilakukan Suheimi dalam rangka menyebarkan ajaran Islam dengan ilmu yang ia tekuni.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengungkapkan materi dakwah yang disampaikan oleh Dr. H. K. Suheimi.

b. Untuk mengungkapkan media dakwah yang digunakan oleh Dr. H. K. Suheimi.

c. Untuk mengungkapkan metode dakwah yang digunakan oleh Dr. H. K. Suheimi.

2. Kegunaan Penelitian

a. Memberikan informasi bahwa profesi apapun dapat dijadikan sebagai media dakwah.

b. Sebagai sumbangan pemikiran penulis kepada lembaga-lembaga dakwah.

c. Sebagai sumbangan pemikiran penulis untuk perpustakaan Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan menjadi

bahan bacaan bagi generasi berikutnya.

d. Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana (S1) pada Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang.

E. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Dalam pengkajian skripsi ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.[14] Dengan demikian penulis akan mudah mendapatkan data

dari latar dan individu secara utuh dan tidak mengisolasikan individu atau organisasi
ke dalam variabel atau hipotesa, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu

keutuhan.

b. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, data-data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka dan juga data itu

berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi dan

dokumen resmi lainnya.[15]

Dengan demikian metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual dan

mengumpulkan data dengan melukiskannya sebagaimana adanya. Dalam penelitian

dakwah Suheimi, kegiatan yang penulis lakukan adalah menghimpun data dan fakta

yang berhubungan dengan permasalahan dan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan dakwah Suheimi sebagai objek penelitian.

Sehingga dengan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini menurut

penulis lebih memungkinkan bagi penulis untuk mengungkapkan data dan fakta

sebenarnya tentang dakwah Dr. H. K. Suheimi.

c. Subjek Penelitian

Untuk mendapatkan data dan informasi di lapangan penelitian, penulis

mempergunakan informan sebagai subjek penelitian berupa informan kunci dan

informan biasa. Dengan demikian informan kunci adalah objek yang akan diteliti

memahami dan memiliki informasi tentang permasalahan penelitian. Adapun

informan kunci itu adalah :

- H. K. Suheimi
Pemilihan Suheimi sebagai informan kunci adalah karena beliau merupakan objek

utama yang akan diteliti. Hal ini di pandang penting mengingat aktivitas dalam

melaksanakan dakwah adalah Suheimi sendiri.

Sedangkan informan biasa terdiri dari personal yang memiliki informasi dan

mengetahui serta memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian seperti Zurtias (isteri Suheimi), pasien, teman seprofesi (dokter) dan

mubaligh.

d. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

a. Data primer : Merupakan data pokok yang terkait

langsung dengan masalah penelitian, dalam hal ini data primer

adalah data tentang dakwah H. K. Suheimi yang merupakan

objek penelitian.

b. Data sekunder : Merupakan data pendukung dari

permasalahan berupa buku-buku dan informan dari informan

lainnya.

Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan Dr.H. K. Suheimi yang diamati atau diwawancarai

merupakan sumber data utama, dicatat melalui catatan tertulis.

b. Sumber data tertulis


Sumber data tertulis berasal dari buku-buku dan masalah ilmiah, arsip, dokumen

pribadi dan dokumen resmi yang relevan dan berkaitan dengan dakwah H. K.

Suheimi.

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :

- Wawancara

Wawancara adalah pengambilan data atau informasi yang akurat untuk keperluan

dalam proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data. Data yang

didapat dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dengan

objek penelitian. Teknik wawancara ini dapat berupa teknik wawancara terstruktur

yang pertanyaan-pertanyaannya di tetapkan oleh peneliti dan wawancara tidak

terstruktur yang penulis lakukan untuk mempermudah mendapatkan data yang

berlangsung dalam keadaan tidak tegang.

- Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang penulis lakukan dengan mengambil bahan-bahan tertulis

yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti berupa buku-

buku ilmiah, majalah, koran dokumen pribadi dan dokumen resmi.

f. Metode Analisa Data

Sesuai dengan penelitian kualitatif, maka metode analisa yang digunakan adalah

metode induktif.[16] Metode analisa induksi adalah mengumpulkan data yang bersifat
khusus tentang dakwah dan yang berkaitan dengan profesi dalam melaksanakan

dakwah yang kemudian mengarahkannya menjadi pernyataan umum.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarahnya penulisan skripsi ini, maka penulis membuat sistematika

penulisan dengan membagi menjadi beberapa Bab, kemudian setiap Bab terdiri dari sub Bab,

sistematika tersebut adalah :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan

dan Batasan Maslaah, Penjelasan Judul, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metode

Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis yang terdiri dari : Pengertian Dakwah dan Tujuan

Dakwah, Materi Dakwah, Media Dakwah dan Metode Dakwah.

BAB III : Biografi Dr. H. K. SUheimi, yang berisikan Latar Belakang

Keluarga, Latar Belakang Pendidikan, Pengalaman Hidup, Karya-karyanya.

BAB IV : Hasil penelitian yang terdiri dari : Materi dakwah SUheimi, Media

Dakwah Sheimi dan Metode Dakwah Suheimi.

BAB V : Penutup yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah bagi umat Islam merupakan suatu istilah yang tidak asing, namun

dikalangan masyarakat pemahamannya mengalami pendangkalan dan tidak semua dapat

dimengerti secara baik dan benar, seolah-olah dakwah itu hanya berceramah di atas mimbar.

Padahal pengertian dakwah bukan itu saja, maka untuk mendapatkan pengertian yang jelas

dan cermat akan ditinjau dari dua segi (etimologi) dan secara istilah (terminologi). Untuk

dapat kita lihat pengertian dakwah dari beberapa pendapat para ahli.

a. Pengertian dakwah secara etimologi

Ahmad Warson Munawwir di dalam buku Kamus Bahasa Arab-Indonesia

memberikan pengertian dakwah secara etimologi yang berasal dari bahasa Arab yaitu :

do’a, yad’u, da’watan yang berarti panggilan seruan, ajakan undangan, do’a,

permintaan.[17]

Pengertian yang sama juga diungkapkan oleh Mahmud Yunus[18] dalam buku

Kamus Bahasa Arab Indonesia, Jamaluddin Kafie[19] dan Toha Yahya Umar.[20]
Dengan demikian para ahli sepakat bahwa pengertian dakwah secara etimologi berasal

dari bahasa arab yaitu do’a, yad’u, da’watan, yang berarti ajakan, seruan, panggilan,

undangan, permintaan atau doa.

b. Dakwah dalam Al-qur’an

Kata-kata dakwah yang ada dalam al-qur’an terdapat dalam beberapa surat diantaranya :

1. Dakwah dalam bentuk seruan

- Surat An-Nahl 125

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan jalan

hikmah,l dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya tuhanmu dialah yang mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk”.[21]

- Surat Al-Fushilat 33

Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang-

orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan


berkata : sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah

diri”.[22]
- Surat Yunus 25

Artinya : “Allah menyeru manusia kedarussalam (sorga) dan

menunjuki orang-orang yang dikehendakinya kepada jalan yang

lurus”.[23]

Dari kata-kata “yad’u, du’a, ad du’a” pada masing-masing ayat diatas yang

berakarkan/berasal dari kata “du’a” memiliki pemahaman bahwa arti dari kata-

kata diatas adalah menyeru.

2. Dakwah dalam bentuk ajakan

- Surat Yusuf 33

Artinya : “Yusuf berkata; Wahai tuhanku, penjara lebih aku sukai

daripada ajakan mereka kepadaku, dan jika tidak engkau hindarkan

daripadaku tipu daya mereka, tentu akan cenderung mematuhi perintah

mereka dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”.[24]

3. Dakwah dalam bentuk do’a

- Surat Al-baqarah 186


Artinya : “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang

aku, maka jawablah bahwasanya aku dekat, aku mengabulkan

permohonan orang-orang yang mendo’a, apabila ia berdo’a kepadaku,

maka hendaklah mereka mematuhi segala perintahku dan hendaknya

mereka beriman kepadaku agar mereka selalu berada dalam

kebenaran.”[25]

Kata da’wah yang berakar dari kata du’a berarti do’a. Dari kata-kata yang terdapat

dalam ayat-ayat diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kata dakwah berarti

menyeru, mengajak dan do’a.

c. Pengertian dakwah secara terminologi

Syekh Ali Mahfuz merupakan tokoh pertama kali yang menggagas ilmu dakwah,

memberikan pengertian dakwah itu adalah :[26]

Artinya : Mendorong (mengajak) manusia agar melakukan kebaikan dan

mengikuti petunjuk menyuruh mereka berbuat baik dan melarang dari

perbuatan mungkar agar mereka mendapat kebaikkan di dunia dan di akhirat.

Dengan demikian Syekh Ali Mahfuz memberikan pengertian dakwah itu untuk mengajak

manusia melakukan dan mengikuti petunjuk dari ajaran Islam agar manusia itu
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat yang merupakan tujuan kehidupan dari

setiap manusia.

Lain halnya dengan M. Natsir yang merupakan seorang ulama yang sudah banyak

memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan dakwah di Indonesia.

Beliau memberikan pengertian dakwah itu adalah : menyampaikan kalimat Allah dan

rasul-Nya sesuai dengan tugas seorang mubaligh, apakah penyampaian secara lisan

maupun tulisan.[27]

M. Natsir memberikan buah fikirannya tentang dakwah itu yang disampaikan oleh

seorang mubaligh kepada umat dengan mempergunakan lisan maupun tulisan sebagai

media dalam rangka menyampaikan ajaran dan nilai-nilai Islam.

Sedangkan A. Hasyimi lebih menyempurnakan pendapat M. Natsir, dimana ia

mengungkapkan pengertian dakwah itu adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan

mengamalkan aqidah dan syari’at Islam yang terlebih dahulu lebih diyakini dan

diamalkan oleh pendakwah sendiri.[28]

Dengan sendirinya, dakwah yang di bawa oleh seorang mubaligh dalam rangka

menyampaikan ajaran Islam kepada umat, yang pertama kali melaksanakan ajaran Islam

itu adalah mubaligh sendiri. Disini seorang mubaligh merupakan seorang sosok yang

menjadi penuntun umat dalam perbuatan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan

menegakkan akhlaq dan moral yang tinggi. Dan mubaligh itu menjadi seorang pelatih

yang memberikan contoh yang jelas dan aktif berprilaku dalam kehidupan nyata dan

bukan hanya teori semata.

M. Arifin M.ED memberikan pengertian dakwah itu adalah :


Kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan tulisan dan tingkah laku dan sebagainya

yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik

secara individu maupun kelompok, agar supaya timbul pengertian, kesadaran, dan

penghayatan serta pengamalam terhadap ajaran Islam tanpa adanya unsur

keterpaksanaan.[29]

Dalam hal ini M. Arifin M.ED mengungkapkan bahwa dakwah itu dilakukan secara

sadar dan berencana, artinya dakwah yang disampaikan kepada manusia itu dilakukan

dnegan terencana, terorganisir dan dengan persiapan yang matang, sehingga

melaksanakan usaha untuk mengajak orang lain kepada ajaran Islam baik itu memberi

pengertian, kesadaran beragama dan sekaligus dalam menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam itu tidak menimbulkan keterpaksanaan oleh umat dalam menerima dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Ustadz Bahiyul Khuli sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Kadir Munsyi,

beliau mengungkapkan dalam buku Tazkiyatud Du’at bahwa dakwah itu adalah

memindahkan umat dari situasi ke situasi lain.[30] Hal yang senada juga diungkapkan

oleh Wardi Bakhtiar.[31] Dengan demikian ustadz Bahiyul Khuly dan Wardi Bachtiar

memberikan pengertian dakwah adalah upaya atau usaha dalam mengajak manusia dari

situasi ke situasi yang lain, artinya dakwah itu merupakan usaha yang dilakukan untuk

memberikan pencerahan dalam berfikir dan berperilaku yang sesuai dengan kaidah dan

aturan-aturan dalam Islam, sehingga umat mampu mendapatkan kehidupan yang ideal

dan memiliki hikmah dalam hidup.

Dari pengertian dakwah tersebut di atas, Endang Syaifuddin Anshari memberikan

pengertian dakwah yang berbeda, ia memberi pengertian dakwah menjadi dua:


1) Dakwah Islam dalam arti terbatas adalah menyampaikan Islam kepada manusia
baik secara lisan maupun secara lukisan (panggilan, seruan, ajakan), kepada manusia
pada Islam.

2) Dakwah Islam dalam arti luas adalah penjabaran dan penerjemahan secara
pelaksanaan Islam dalam kehidupan manusia (termasuk di dalamnya politik, ekonomi,
sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan, dan sebagainya)
dakwah dalam arti seluas-luasnya kehidupan dan penghidupan itu sendiri.[32]

Dengan demikian Endang syaifuddin Anshari memberikan pengertian dakwah dalam

pandangan yang cukup luas, dimana dakwah yang seringkali diungkapkan dengan

penyampaian ajaran Islam dengan menggunakan lisan, dan tulisan, sehingga pengertian

dakwah itu mengalami penyempitan makna, namun pengertian dakwah itu sangat luas

dimana dakwah itu merupakan penjabaran dari nilai-nilai dan ajaran Islam dalam segala segi

kehidupan manusia seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu

pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya, sehingga dakwah itu dapat

dilaksanakan dalam bidang apa saja dan tidak terbatas hanya kepada seorang mubaligh. Akan

tetapi setiap orang Islam dapat menyampaikan dakwah dengan profesinya masing-masing dan

semuanya itu sesuai dengan ilmu dan kemampuan yang dimiliki serta media yang digunakan,

sehingga dakwah itu seluas kehidupan dan penghidupan manusia.

Dari pengertian para ahli di atas tentang dakwah, walaupun persepsi dan pendapat

mereka berbeda namun tujuannya tentang pengertian dakwah adalah sama. Dengan demikian

penulis dapatlah menyimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang atau organisasi secara sadar dan penuh keyakinan untuk mengajak

orang lain agar mentaati ajaran Islam dan berbuat serta bertingkah laku sesuai dengan

petunjuk Al-qur’an dan Sunnah. Dengan sendirinya pengertian dakwah itu sangat luas yang

menyangkut segala segi kehidupan manusia baik itu dibidang politik, ekonomi, sosial,

kesehatan dan sebagainya.


B. Tujuan Dakwah

Untuk dapat memahami apa tujuan dakwah, maka di bawah ini akan dikemukakan

pendapat para ahli diantaranya adalah :

Menurut Anwar Masy’ari,[33] Asmuni Syukir [34] dan Abdul Rasyad Sholeh[35]

adalah sama yaitu tujuan dakwah secara umum terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan

hidup di dunia dan akhirat.

Namun Asmuni Syukir lebih mengembangkan tujuan khusus dakwah itu adalah :

1. Mengajak orang yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan

taqwanya kepada Allah.

2. Membina mental agama Islam bagi kaum muallaf.

3. Mengajak umat Islam yang belum beriman kepada Allah untuk beriman kepada Allah.

4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.[36]

Dia berpendapat bahwa tujuan dakwah bagi orang yang beriman untuk lebih

meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, bagi orang yang baru masuk Islam (muallaf)

untuk lebih menguatkan mental spritualnya agar tidak mudah di ombang ambing oleh keragu-

raguan di dalam jiwanya dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan mengajak

orang yang belum beriman untuk lebih mengenal Islam sehingga timbul keyakinan di dalam

jiwanya untuk memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah serta bagi anak-anak yang

jiwanya masih bersih (fitrah) bagaikan kertas kosong, agar tidak menyimpang dari ajaran-

ajaran Islam dengan memberikan nasehat dan pengertian agar tetap berpegang teguh terus

kepada ajaran Islam.


Lain halnya dengan H.M. Arifin, beliau menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah :

untuk menimbulkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam yang

dibawa oleh aparat dakwah atau aparat penerangan agama.[37] Dengan demikian tujuan

dakwah yang diungkapkan oleh H.M. Arifin ini dilakukan dengan secara bertahap dan

berkesinambungan mulai dari memberikan pengertian dari ajaran Islam yang pada akhirnya

menimbulkan kesadaran dalam diri umat untuk mengamalkan ajaran Islam itu sendiri dengan

tidak adanya unsur keterpaksaan.

Abu A’la Al Maududi membagi beberapa kelompok manusia yang menjadi tujuan

dakwah yang disampaikan kepada mereka yaitu :

- Bagi umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya untuk selalu

menyembah Allah.

- Sedangkan bagi orang yang bersedia menerima Islam untuk selalu membersihkan

jiwa dari penyakit-penyakit yang dapat merusak amal perbuatannya dan menyerahkan

pimpinan dari pemimpin yang zalim kepada pemimpin yang baik sehingga

keselamatan umat untuk mendapatkan kehidupan yang sesuai dengan tuntutan ajaran

Islam dengan kehidupan yang diridhai oleh Allah.[38]

Berbeda halnya dengan Jamaluddin Kafie, beliau memberikan beberapa dari tujuan

dakwah :

a. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlaq seseorang, akhlaq

masyarakat, akhlaq negara dan akhlaq manusia.

b. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal tuhan dan mempercayainya

sekaligus mengikuti jalan-Nya.


c. Tujuan umum untuk menyeru manusia kepada mengindahkan seruan Allah serta

memenuhi panggilan-Nya di dunia dan akhirat.

d. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana

membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh.

e. Tujuan urgen adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlaq secara eksis tercermin

dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat mempengaruhi pikirannya.

f. Tujuan insidental adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan

memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang atau memberikan

jawaban atas berbagai persoalan hidup.

g. Tujuan final dari dakwah adalah amar ma’ruf nahi munkar.[39]

Tujuan dakwah menurutnya yang paling utama adalah untuk membangun akhlaq baik

itu akhlaq seseorang, masyarakat, bangsa, negara maupun manusia pada umumnya. Selain itu

yang tidak kalah pentingnya dari tujuan dakwah itu adalah dakwah itu dapat memberikan

pemecahan terhadap segala persoalan dan permasalahan yang sedang berkembang serta

memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut. Dan tujuan terakhir dari dakwah itu

adalah manusia yang berakhlaq mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Dari sekian banyaknya pendapat para ahli tentang tujuan dakwah, dapatlah penulis

mengambil suatu kesimpulan bahwa tujuan dakwah itu adalah tujuan agama itu sendiri, yang

hanya saja dakwah adalah media untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat

manusia untuk menuju Islam yaitu menciptakan kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat

dengan selalu mengabdikan diri kepada Allah.

Dengan demikian tujuan dakwah itu mengajak manusia ke jalan tuhan yaitu Islam.

Disamping itu dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berfikir manusia, cara
merasa, cara bersikap dan cara bertingkah laku agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-

prinsip Islam. Dan juga tujuan dakwah itu untuk meringankan beban manusia dengan jalan

memberikan pemecahan-pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi dari berbagai

persoalan hidup. Yang pada akhirnya manusia itu memiliki akhlaq dan moral yang tinggi

serta mampu untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan tujuan akhir dari

dakwah Islam.

C. Materi Dakwah

Materi dakwah merupakan bahan-bahan yang akan disampaikan kepada mad’u.

Materi dakwah yang diberikan harus sesuai dengan situasi dan kondisi objek dakwah.

Apabila keadaan objek dakwah sudah diketahui, maka seorang da’i tinggal mempersiapkan

materi yang sesuai, sudah barang tentu saja gaya bahasa maupun materi hendaknya dapat

dipahami dan diteirma oleh objek dakwah.

Agar dakwah dapat relevan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, maka seorang

da’i haruslah banyak membekali diri dengan membaca buku, koran, majalah, mendengarkan

radio, televisi dan sebagainya. Dan yang lebih penting lagi bagi seorang da;i agar materi

dakwah dapat diterima dan dipahami oleh objek dakwah, maka da’i dituntut untuk lebih

mendalami materi-materi dakwah dengan jalan tidak bosan-bosannya belajar dan meneliti

dan membandingkan dengan keadaan sekelilingnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Hamzah Ya’cub dalam buku Publisistik Islam Seni dan Teknik Dakwah : semakin kaya

seorang mubaligh dengan materi dakwah, maka semakin baik ia berdakwah.[40]

Dalam menyampaikan materi dakwah hendaknya dikemukakan dengan baik dan

bijaksana serta dengan menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga
orang yang menikmatinya benar-benar terasa terpikat. Materi dakwah sering disebut sebagai

ideologi dakwah yang memuat ajaran-ajaran Islam, dimana ajaran Islam itu berpangkal

kepada 2 pokok yaitu Al-qur’an dan Sunnah.

Ajaran Islam yang merupakan sumber utama dalam materi dakwah yang termuat

dalam Al-qur’an dan Sunnah yang meliputi aspek dunia dan akhirat. Maka Hamzah Ya’cub

mengungkapkan pokok-pokok dari materi dakwah adalah :

a. Aqidah Islam, Tauhid dan keimanan.

b. Pembentukan pribadi yang sempurna.

c. Pembangunan masyarkaat yang adil dan makmur

d. Kemakmuran dan kesejahteraan di dunia dan akhirat

Dari uraian di atas bahwa materi dakwah itu berupa aqidah seperti masalah tauhid dan

keimanan, syari’ah seperti penegakkan hukum Islam yang bertujuan untuk mencapai

masyarakat yang adil dan makmur, akhlaq seperti pembentukan pribadi yang sempurna,

muamalah, dan masalah-masalah sosial yang dapat memuat persoalan-persoalan umat seperti

masalah ekonomi, sejarah, kesehatan, lingkungan hidup, pemerintahan dan sebagainya.

Tema-tema dakwah dalam materi atau ajaran-ajaran Islam diantaranya :

a. Seruan kepada tauhid

b. Seruan beribadah kepada Allah dengan khusuk berdasarkan kepada sunnah

Rasulullah.

c. Seruan menjalankan hukum Islam di bidang perdata, pidana dan kenegaraan.

d. Seruan berakhlaq.

e. Larangan berbuat kemunkaran, kefasikan dan kezaliman.

f. Larangan keunggulan Islam dibandingkan dengan agama dan faham lainnya.[41]


Melihat dari pernyataan Hamzah Ya’cub di dalam memaparkan materi-materi dakwah

di atas yang bersumberkan kepada Al-qur’an dan sunnah, maka materi dakwah itu adalah

berupa aqidah, syari’ah dan akhlaq. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Wardi

Bachtiar[42] dalam buku Metode Penelitian Ilmu Dakwah Endang syaifuddin Anshari dalam

buku Wawasan Islam (Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya)[43] dan KH. Irfan

Hielmy[44] bahwa materi dakwah itu bersumberkan kepada Al-qur’an dan Sunnah berupa

aqidah, syari’ah dan akhlaq.

Dengan demikian materi dakwah itu bersumberkan kepada Al-qur’an dan Sunnah

yang berisikan tentang masalah aqidah, syari’ah dan akhlaq yang dijabarkan dan dipaparkan

kepada objek dakwah dengan berbagai cabang ilmu dan seorang da’i itu dalam

menyampaikan materi dakwah harus sesuai dengan bidang keahliannya.

D. Media Dakwah

Bila kehidupan manusia bertambah kompleks dan waktu untuk berkumpul bertambah

sempit, jarak antara satu dengan yang lainnya bertambah jauh, maka dakwah dengan lisan

merupakan bagian kecil dari kegiatan dakwah. Namun sebaliknya dakwah dengan tulisan,

lukisan dan perbuatan merupakan dakwah yang paling besar dalam berkomunikasi modern

pada saat sekarang ini.

Apabila seorang da’i yang telah memahami dan mendalami materi-materi dakwah

dengan baik, namun tidak mampu mempergunakan media yang ada, maka sasaran dan tujuan

dakwah yang diinginkan tidak akan tercapai. Oleh sebab itu, para da’i harus mampu
mempergunakan dan memanfaatkan seefektif mungkin media yang ada baik itu media lisan,

tulisan, audiovisual dan media elektronik.

Jadi media dakwah itu merupakan alat atau sarana objektif yang menjadi saluran

untuk menghubungkan ide-ide dan solusi dengan umat. Dengan demikian, media dakwah

cukup memegang peranan penting dan merupakan urat nadi dalam totalitas pelaksanaan

dakwah.

Menurut Hamzah Ya’cub yang meliputi media dakwah itu adalah :

1. Lisan, yaitu berbentuk khotbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, nasehat-nasehat

yang kesemuanya menggunakan lidah.

2. Tulisan merupakan dakwah yang dilakukan dengan perantaraan tulisan berupa buku-

buku, majalah, surat kabar, buletin, risalah dan sebagainya, dimana seorang da’i harus

menguasai jurnalistik yaitu keterampilan menulis dan mengarang.

3. Lukisan yaitu gambar-gambar hasil seni lukis, photo, dan sebagainya. Bentuk lukisan

ini banyak menarik perhatian orang dan banyak menggambarkan sesuatu maksud

ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain.

4. Audiovisual yaitu cara penyampaian sekaligus merangsang penglihatan dan

pendengaran dan penyampaian dakwah dapat menggunakan media televisi, radio dan

sebagainya.

5. Akhlaq yaitu cara penyampaian dakwah yang langsung diwujudkan dengan bentuk

perbuatan nyata.[45]

Dengan demikian media dakwah yang digunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan

materi-materi dakwah kepada umat sangat luas. Media yang digunakan tidak hanya media

lisan seperti ceramah, khotbah dan lain-lain dan itu merupakan media yang sudah lumrah di
kalangan umat, namun seorang da’i harus mampu menggunakan media yang lain seperti

tulisan berupa ide-ide yang dituangkan diatas kertas yang bisa dipublikasikan di media cetak

melalui surat kabar, buletin, risalah dan bahkan apabila seorang da’i mempunyai kemampuan

untuk menjadi penulis, maka ide-idenya akan dimuat dalam sebuah buku.

Selain media lisan dan tulisan, seorang da’i juga bisa menggunakan media lukisan

seperti seni kaligrafi yang melukiskan keindahan ayat-ayat Al-qur’an dan lukisan lainnya,

serta dapat menggunakan media audiovisual seperti televisi, radio dan sebagainya. Media

yang sangat besar pengaruhnya dalam diri da’i adalah materi-matei dakwah yang

disampaikan kepada umat mampu diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel dalam

buku prinsip-prinsi dan strategi dakwah, namun dia menyempurnakan dalam hal media lisan,

dimana media lisan dapat berupa :

a. Qaulan Ma’rufan yaitu berbicara dalam kehidupan sehari-hari yang disertai misi

agama yaitu agama Islam, seperti menyebarkan salam, mengawali pekerjaan dengan

membaca basmalah dan sebagainya.

b. Muzakarah yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah dalam beribadah maupun

dalam perbuatan.

c. Nasihatun yaitu memberikan nasehat-nasehat kepada umat yang dilanda problema

kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik.

d. Majlis Ta’lim yaitu pembahasan terhadap bab-bab dengan menggunakan buku dan

berakhir dengan dialog.

e. Penyajian umum yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum, isi dari materi

dakwah itu tidak terlalu banyak akan tetapi dapat menarik perhatian pendengar.
f. Mujadalah yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan diakhiri

bersama dengan kesepakatan bersama dengan menarik suatu kesimpulan.[46]

Dengan demikian Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel memaparkan dengan jelas,

bahwa media dakwah melalui lisan sangat luas. Dimana tidak hanya sebatas ceramah,

khotbah, seminar dan sebagainya, namun dapat juga digunakan emmbiasakan diri dengan

mengucapkan kata-kata yang baik dan mulia seperti membiasakan dan menyebarkan salam

dalam kehidupan sehari-hari, mengingatkan orang lain yang melakukan kesalahan dan

memberi nasehat agar tidak melakukan perbuatan yang sama. Dan dapat juga dilakukan

dengan berdialog tentang permasalahan dunia dan agama.

Sedangkan dakwah dengan menggunakan tulisan menurutnya memiliki kelebihan

yaitu dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama serta lebih luas jangkauannya,

disamping masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajari serta memahaminya sendiri-

sendiri.

Lain halnya dengan KH. E. Z. Muttaqien dalam memberikan pendapat tentang media

dakwah, menurutnya untuk mampu mempergunakan media dakwah yang ada, harus terlebih

dahulu mempersiapkan para da’i dengan profesinya masing-masing dalam menyampaikan

ajaran Islam. Sehingga media yang ada dapat digunakan dengan semaksimal mungkin.

Menurutnya para juru dakwah harus dipersiapkan :

a. Dalam media lisan harus dipersiapkan calon pemimpin umat dalam segala posisi dan

keadaan, dimana dakwah itu akan hilang peranannya kalau umat Islam tidak

mempunyai pemimpin yang selalu menciptakan kondisi yang layak untuk

mengembangkan dakwah dan menyeru dengan menggunakan lisan hati dan pikiran.
b. Dalam media tulisan, harus mempersiapkan para pengarang, penerjemah dan penulis

yang dapat memenuhi pasaran bacaan dengan anekaragam bacaan ilmuk sastra dan

budaya yang di dalamnya ditemui jalur-jalur b enang tauhid yang kuat dan kokoh.

c. Dalam media audiovisual, harus dipersiapkan para pengarang dan ahli dalam

perfilman agar dunia film suatu waktu akan dipenuhi dengan cerita yang

menyebabkan orang lain asyik menontonnya dan barulah akhirnya menarik nafas puas

karen afilm itu ternyata film yang bernada keagamaan.

d. Dalam media seni, harus dipersiapkan seniman dalam segala jenisnya yang mampu

mengantarkan karya seninya untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengagumi

keindahan dan menghargai segala ciptaan-Nya.[47]

Dengan demikian KH. E.Z. Muttaqien mengartikan dakwah itu sangat luas dan

mencakup seluruh kehidupan dan semua profesi manusia yang ada, sehingga akhirnya tanpa

disadari setiap orang mampu menjadi da’i, yang jauh sebelumnya dipersiapkan dengan

matang. Sehingga media apapun yang ada mampu dipergunakan dengan semaksimal

mungkin oleh umat Islam dengan bidang keahlian masing-masing seperti pemimpin

berdakwah dengan menggunakan media kekuasaannya, pengarang berdakwah dengan karya-

karya tulis, artis, seniman berdakwah dengan karya seni, sastrawan berdakwah dengan

menggunakan media sastra, dokter berdakwah dengan menggunakan media rumah sakit dan

tempat praktek, sutradara berdakwah melalui media perfilman dan sebagainya, dimana

mereka mempunyai semangat berdakwah dalam rangka menyebarkan ajaran Islam sesuai

dengan profesi yang ia geluti.

Selain dari media lisan, tulisan, media massa, audiovisual, media lain yang dapat juga

digunakan sebagai media dakwah yaitu media internet. Sehingga dalam rangka
pengembangan dakwah Islam sudah sepatutnya umat Islam mengikuti perkembangan

teknologi terutama untuk dimanfaatkan sebagai media dakwah. Teknologi yang saat sekarang

berkembang sangat pesat adalah teknologi komunikasi dan informasi. Media massa baik

media elektronik maupun media cetak sudah semestinya dimanfaatkan sebaik mungkin. Hal

ini diisyaratkan kepada da’i agar memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan

untuk mempergunakan media yang ada. Di bidang yang saat sekarang ini umat Islam sangat

tertinggal dari orang lain, yang telah sangat efektif dan sistematis memanfaatkan teknologi

media massa sebagai media sebagai sarana pengembangan dan perluasan agama.

Tekonologi komunikasi yang sangat jarang dipakai oleh umat Islam terutama oleh

para juru dakwah adalah teknologi komunikasi di bidang internet dan jaringan out line

lainnya, sehingga pengembangan dan penyebarluasan ajaran agama tidak hanya melalui

mimbar dan media cetak. Maka dari itu para juru dakwah haruslah menguasai internet

sebagai media dakwah, sehingga para da’i tidak merasa kaget dan shock ketika menghadapi

perkembangan teknologi komunikasi yang bertubi-tubi.

Dengan menggunakan internet sebagai media dakwah maka akan semakin

berkembangnya ajaran agama. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang dapat secara

langsung datang untuk mendengarkan pengajian yang disebabkan oleh kesibukan dan

kegiatan. Dengan menggunakan internet sebagai media dakwah maka orang yang sibuk akan

dapat memperoleh ajaran agama melalui internet.

Selain itu seorang da’i dapat mempergunakan sarana dan prasarana pekerjaannya

sebagai media dakwah seperti dokter dengan menggunakan media rumah sakit dan tempat

praktek sebagai media dakwah, seniman menggunakan media seni dan lukisan sebagai media

dakwah, sastrawan dengan menggunakan karya sastranya, sutradara dnegan karya perfilman
dengan nuansa agamis, pemimpin dengan kekuasaannya dan sebagainya. Sehingga pekerjaan

apapun yang ditekuni oleh seseorang dapat digunakan sebagai media dakwah.

E. Metode Dakwah

Dalam menyampaikan materi dakwah kepada mad’u, maka seorang da’I haruslah

mempersiapkan dengan matang sehingga materi yang disuguhkan dapat diterima dan

dipahami oleh mad’unya yang sudah barang tentu penyampaian materi dakwah dengan

metode yang benar dan efektif. Dalam hal ini metode memegang peranan yang sangat

penting, hal ini disebabkan karena metode itu akan banyak menentukan dan mempengaruhi

hasil dari pelaksanaan kegiatan dakwah.

Metode dakwah itu sangat diperlukan, karena sampai tidaknya materi dakwah kepada

mad’u sangat tergantung kepada metode yang digunakan oleh para da’i. Hal ini disebabkan

karena metode dakwah merupakan cara penyampaian materi dakwah yang akan

mempengaruhi individu, kelompok maupun masyarakat untuk penerimaan dakwah baik itu

penerimaan yang baik maupun menolak ajaran yang disampaikan.

Menurut salahuddin Sanusi Metode dakwah itu merupakan cara-cara penyampaian

ajaran Islam kepada individu maupun masyarakat agar supaya ajaran Islam itu cepat

memiliki, diyakini serta diamalkan.[48] Sedangkan Abdul Karim Zaidan menambahykan

bahwa metode dakwah itu selain cara menyampaikan dakwah, namun juga berusah

amelenyapkan gangguan-gangguan yang akan merintangi pelaksanana dakwah.[49]

Sedangkan Al-qur’an dalam mengembangkan dan mengenalkan ajaran Islam kepada

manusia adalah dengan mengemukakan kisah-kisah/cerita yang bertalian dengan salah satu
materi dakwah. Sehingga menggunakan metode dnegan mengemukakan kisah-kisah yang

terdapat dalam Al-qur’an, manusia akan mau secara berkelanjutan untuk memahami Islam.

Sebab di dalam mengemukakan kisah tersebut banyak pelajaran yang dapat diambil.

Kalau melihat dari Al-qur’an yang merupakan sumber utama dalam pelaksanaan

dakwah, maka pedoman dasar dalam menggunakan metode dakwah dapat terlihat dalam surat

An-Nahl ayat 125 :

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan jalan hikmah, dan

pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

tuhanmu dialah yang mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan

dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.[50]

Menurut Hamka, ayat ini adalah mengandung ajaran Rasulullah SAW tentang cara

melancarkan dakwah atau seruan terhadap umat manusia agar mereka berjalan diatas jalan

Allah.[51]

Al Maraghi menerangkan maksud ayat ini adalah cara penyampaian dakwah yang

dianjurkan kepada rasul dengan cara menyeru kepada syari’at yang telah digariskan oleh

Allah kepada makhluk-Nya melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang

memberi pelajaran dan peringatan serta bersikap lemah lembut terhadap manusia dengan

menyampaikan kata yang baik.[52]


Sedangkan Mahmud Yunus menerangkan bahwa ayat ini merupakan cara yang

digunakan dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia yaitu dengan cara

bijaksana yang tidak disampaikan dengan cara kekerasan serta tidak pula dengan cara

mencela dan mencaci maki dan tidak juga disampaikan dengan perkataan kasar yang jauh

dari adat dan norma kesopanan.[53]

Dari ayat yang telah diungkapkan diatas dapat ditemukan 3 jenis atau macam-macam

metode dakwah, diantaranya :

1. Hikmah

Kata hikmah banyak terdapat dalam Al-qur’an diantaranya terdapat dalam surat

Luqman ayat 12, Al Baqarah ayat 269 yang berarti hikmah disini yaitu kata-kata hikmah

yang berdiri sendiri. Sedangkan kata-kata hikmah yang diiringi atau dirangkaikan dengan

kata-kata “kitab” diantaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 129, Ali Imran ayat 164

dan Al-Baqarah ayat 129. Kata-kata hikmah yang termuat dalam ayat-ayat yang sebelumnya

dirangkaikan dengan kata al kitab menurut para mufasir, maksudnya adalah sunnah yaitu

segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi yang banyak sekali berhubungan dengan

dakwah Islamiyah.[54]

M. Natsir mengungkapkan bahwa metode dakwah bil hikmah berarti menunaikan

tugas dakwah secara tepat, bijaksana dengan cara taktik yang tepat dalam membawa umat

kepada kebenaran.[55]

Dengan demikian M. Natsir menjelaskan bahwa metode dakwah dengan hikmah

dilakukan seorang da’i secara tepat dalam menyampaikan materi dakwah, sehingga dengan

dakwah secara hikmah dapat membawa umat kepada kebenaran yaitu kebenaran ajaran Islam.
Hamka menafsirkan bahwa metode hikmah itu adalah dakwah yang dilakukan dengan

cara bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih untuk menarik

perhatian orang kepada agama atau kepercayaan terhadap Tuhan serta dapat menarik orang

yang belum maju kecerdasannya dan tidak dapat dibantah oleh orang yang lebih pintar.[56]

Nampaknya Hamka mengungkapkan bahwa pelaksanaan dakwah dengan

menggunakan metode hikmah ini, dilakukan dengan bijaksana dan hati yang lapang sehingga

dakwah yang disampaikan oleh da’i dapat menyentuh hati mad’unya dan menimbulkan

kepercayaan dalam hati mereka serta menimbulkan kesadaran akal pikiran untuk memeluk

agama Islam, sehingga dengan akal mereka dapat membedakan mana yang haq dan yang

bathil dan dapat menunjukkan mana yang dapat mendatangkan kebaikan dan mana yang

dapat mendatangkan bahaya. Yang kesemuanya itu tentu disampaikan dengan

mengungkapkan hijjah dan keterangan-keterangan tentang ajaran Islam yang dapat diterima

oleh akal pikiran mereka.

Sedangkan Irfan Hielmy memberikan pengertian metode dakwah bil hikmah itu

merupakan kegiatan menyeru dan mengajak manusia untuk menerima ajaran dan nilai-nilai

Islam, memberikan pengertian dan pemahaman kepada mereka tentang ajaran dan nilai-nilai

Islam, mencegah manusia dari perbuatan yang munkar, merupakan upaya merubah sikap dan

tingkah laku manusia agar sesuai dengan tuntunan Al-qur’an dan Sunnah Rasul-Nya dan

upaya-upaya yang dilakukan dengan cara arif, bijaksana, adil, teliti, cermat dan

terencana.[57]

Irfan Hielmy lebih jelas mengungkapkan bahwa metode dakwah bil hikmah tidak

hanya semata-mata menyeru dan mengajak manusia kepada jalan Allah, akan tetapi yang

terpenting adalah adanya perubahan sikap pada diri umat berupa pemahaman sikap dan

prilaku agar sesuai dengan Al-qur’an dan Sunnah Rasul.


Muhammad Husein Yusuf menjelaskan bahwa metode hikmah berarti dakwah yang

sesuai dengan kadar akal, bahasa dan lingkungan pendengarnya.[58]

Syaid Quth menerangkan bahwa yang dilakukan dengan menggunakan metode

hikmah akan terwujud apabila memperhatikan 3 faktor :

1) Keadaan dan situasi orang yang didakwah.

2) Kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka tidak keberatan

dengan beban materi dakwah tersebut.

3) Metode penyampaian materi dakwah dengan membuat variasi sedemikian rupa

yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.[59]

Dakwah bil hikmah digunakan kepada golongan atau orang-orang yang cendikiawan, dimana

mereka merupakan orang-orang yang cinta akan kebenaran dan mereka dapat berpikir kritis

dan cepat menangkap arti persoalan. Untukmenghadapi mereka ini dilakukan dnegan

mengungkapkan alasan-alasan dan hujjah yang kuat sehingga dapat diterima oleh akal

mereka. Dengan hujjah dan alasan yang kuat mereka dapat menerima ajaran dan nilai-nilai

Islam. Sehingga timbul kesadaran dalam diri mereka untuk memahami dan mendalami Islam

yang pada akhirnya timbul kesadaran dirinya untuk mengamalkan ajaran Islam itu sendiri.

Dari penjelasan diatas dapatlah penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa

penyampaian dakwah dengan menggunakan hikmah adalah penyampaian dakwah dengan

cara bijaksana, argumentatif yang dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan

sesuai dengan risalah Rasulullah dan ajaran Islam, dengan menggunakan hujjah alasan-alasan

yang kuat sehingga pada akhirnya menimbulkan kesadaran dalam akal pikiran manusia untuk

menerima ajaran Islam. Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dengan realitas
sebagaimana tantangan dan kebutuhan dengan memperhatikan kadar pikiran dan intelektual,

suasana psikologis serta situasi sosial kultural mad’u.

2. Mau’iztul Hasanah

Menurut Hamka metode mau’izatul hasanah adalah pengajaran yang berupa pesan-

pesan yang akan disampaikan sebagai nasehat sehingga orang menerimanya dengan baik

pula.[60]

Mustafa Yakub menjelaskan bahwa dakwah dengan menggunakan metode mau’zatul

hasanahharus memperhatikan beberapa faktor :

a. Tutur kata yang lembut sehingga terkesan di hati.

b. Menghindari sikap kasar

c. Tidak menyebut-nyebut kesalahan yang telah dilakukan oleh orang yang

didakwahi.[61]

Dengan demikian metode dakwah ini dituntut bagi seorang da’i dalam menyampaikan

materi dengan menggunakan bahasa yang lemah lembut dan tidak dengan kata-kata yang

kasar sehingga pengajaran tentang ajaran Islam itu dapat diterima oleh mad’u.

Menghadapi umat dengan menggunakan metode ini dapat memberikan contoh-contoh

yang jelas dan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, tidak perlu memakai kata-kata

kiasan dan kata-kata istilah sehingga orang yang mendengarkan materi dakwah itu tidak

memahaminya. Berkata yang baik membawa masyarakat kepada keselamatan hidup karena

orang menyenangi kata-akta yang baik apalagi orang yang berbicara dengan menggunakan
bahasa yang lemah lembut, hingga mereka tidak merasa tersinggung dan hal ini akan

terlaksana apabila seorang da’i mengatakan dengan cara yang baik.

Seorang da’i sangat dituntut berkata sopan, ramah tamah agar apa yang disampaikan

melekat pada hati mad’u. menurut Hamka dakwah dengan menggunakan metode mau’izatul

hasanah merupakan memberikan pengajaran yang tidak berupa pesan-pesan yang

disampaikan sebagai nasehat dan diberikan sebagai pendidikan dan tuntutan sejak dini.

Terutama terhadap anak-anak yang pertama kali merupakan tanggung jawab orang tua dalam

memberikan pendidikan, pengajaran-pengajaran yang baik lebih besar kepada anak-anak

yang belum ditumbuhi atau belum diisi lebih dahulu oleh ajaran yang lain.[62]

Dengan demikian kata “mau’izatul hasanah” merupakan kata-kata yang baik dan

tidak menyinggung perasaan orang lain dan memuaskan hal orang lain baik dengan cara yang

disengaja maupun dengan cara yang tidak disengaja. Tegasnya metode penyampaian ajaran

Islam dengan menggunakan metode ini haruslah dengan pengajaran yang baik yaitu dengan

cara lemah lembut. Dimana dengan tutur kata yang baik dapat mendatangkan persahabatan

antar manusia, dengan perkataan yang baik akan menimbulkan simpatik orang yang

mendengarkannya. Sebagaimana Nabi Muhammad dalam menyebarkan ajaran Islam di

Mekkah, yang pada permulaannya Islam dapat diterima oleh sebagian kecil dari penduduk

Mekkah. Hal ini diakibatkan karena kata-kata yang baik dan sopan santun Nabi Muhammad

SAW, sehingga beliau mendapat gelar Al-Amin. Dan bagi seorang da’i sudah sepatutnyalah

mencontoh metode dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah agar dakwahnya dapat berhasil

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Bersikap lemah lembut dalam berdakwah dapat menimbulkan kesadaran dalam diri

mad’u, ia juga dapat merasakan bahwa dirinya sedang berhadapan dengan dakwah yang
penuh kasih sayang, sehingga mad’u itu dapat merasakan sesuatu kehidupan yang memiliki

denyut keimanan yang suci dan bersih.

Dengan demikian metode dakwah yang menyampaikan ajaran Islam dengan nasehat

dan pengajaran yang baik hendaknya disampaikan oleh seorang da’i dengan menggunakan

bahasa serta kata-kata yang lemah lembut sehingga dapat menimbulkan kesadaran dalam

dirinya untuk mengikuti ajaran Islam.

3. Mujadalah

Metode ini digunakan dengan cara bertukar pikiran, bantahan, diskusi atau berdebat

dengan cara yang baik, sopan, santun, saling menghargai dan tidak arogan. Orang seperti

merupakan orang-orang yang hatinya masih dikungkung oleh tradisi jahiliah yang dengan

sombong dan angkuh melakukan kebathilan dan mengambil posisi arogan terhadap dakwah.

Mengajak mereka untuk menuju Islam secara langsung dapat menimbulkan balasan berupa

dialog dan perbincangan. Metode penyampaian dakwah dengan cara berdialog dengan

mereka dilakukan dengan memberikan jumlah atau bukti-bukti yang dapat menolak

sanggahan dan pendapat mereka.

Mahmud Yunus mengemukakan bahwa dialog dan tanya jawab dengan orang yang

demikian dilakukan dengan menggunakan hujjah dan alasan yang dapat diterima oleh akal

yang waras dan perasaan yang halus.[63]

Prinsip metode ini ditujukan sebagai reaksi alternatif dalam menjawab tantangan

terhadap respon negatif dari mad’u yang khususnya terhadap bagi sasaran yang menolak,

tidak peduli dan bahkan melecehkan seruan ajaran Islam. Metode ini mengajak dan

mengajarkan kepada para da’I untuk menghadapi berbagai realitas tantangan yang akan
dihadapi yaitu beragamnya sikap mad’u dalam menanggapi seruan kejalan Allah, ada yang

bersikap menerima, ada yang acuh tak acuh dan bahkan ada yang menolak baik secara

sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan.

Prinsip yang dipakai dalam menggunakan metode ini adalah tidak merendahkan pihak

lawan, apalagi menjelek-jelekkan sehingga mereka merasa yakin bahwa tujuan diskusi

bukanlah mencari kemenangan melainkan menundukan sehingga ia sampai kepada

kebenaran. Dimana tujuan diskusi itu adalah untuk menunjukkan kebenaran yang sesuai

dengan ajaran Islam dan juga tetap menghormati. Sebab jiwa manusia memiliki harga diri,

mereka tidak boleh merasa kalah sehingga harus diupayakan agar tetap menghargai dan

menghormati.

Sedangkan berdebat dengan ahli kitab sangat dianjurkan da’I berdebat dengan cara

yang baik. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Ankabut : 46

Artinya : “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara

yang baik.[64]

Ayat ini menerangkan perdebatan dengan ahli kitab jangan dengan cara pertengkaran

tetapi dengan cara yang baik, sehingga mereka senang menerima sehingga menimbulkan

kesadaran dalam diri mad’u untuk lebih meningkatkan pelaksanaan ajaran Islam. Sedangkan

metode Tabsyir menerangkan metode yang dalam penyampaian materi dakwah dengan

menggambarkan berita gembira, apabila melaksanakan ajaran agama akan mendapatkan

balasan, sehingga mad’u lebih rajin dan lebih giat dalam melaksanakan ajaran agama.
Selain itu materi dakwah juga dapat disampaikan dengan menggunakan metode sastra

dengan mengungkapkan persoalan umat dengan menggunakan bahasa sastra yaitu dengan

mengibaratkan atau menggambarkan serta membandingkan suatu benda mati dengan benda

hidup sesuai keadaan yang sedang dihadapi oleh umat.

BAB III

BIOGRAFI DR. H. K. SUHEIMI

A. Latar Belakang Keluarga

DR. H.K. Suheimi di lahirkan di Pariaman pada tanggal 15 Februari 1947. ayahnya H.

Karimuddin yang bekerja sebagai guru SD No. 7 Bukittinggi. H. Karimuddin merupakan

putera kelahiran Pariaman pada tanggal 6 Juni 1923. Dia anak dari Buya Nurdin seorang

ulama di Magek dan juga pernah menjabat sebagai dosen di ITB Bandung. Sementara nama

ibunya nurhama kelahiran Pariaman pada tanggal 5 Mei 1926. Suheimi merupakan anak

pertama dari 7 bersaudara diantara saudaranya Sulastri, sumiarti, Nirwana, Yuludus, Bet, dan

Finaldi.[65]

Istri Suheimi adalah Dr. Hj. Zurtias yang merupakan putri kelahiran Bukittinggi pada

tanggal 21 Juli 1947. Zurtias merupakan anak dari pasangan H. Zainuddin Dt. Nan gadang,

merupakan seorang ulama di daerah Magek Bukittinggi dan merupakan pendiri salah satu

pondok pesantren di Magek. Dan ibunya bernama Hj. Latinah. Zurtias sekarang merupakan

seorang dokter dan juga sebagai kepala Direktur Rumah Sakit Bersalin BUNDA.[66]
Dari perkawinan antara Suheimi dengan Zurtias mereka dikaruniai anak sebanyak 4

orang. Anak yang pertama adalah Ilham (8 Desember 1975) yang bertugas sebagai dokter

ahli kandungan dan kebidanan di Human dan Children Adelied Australia. Irham merupakan

alumni dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas lulusan tahun 2000. anak yang kedua

Ihsan (8 Maret 1978) yang bertugas sebagai dokter umum di salah satu rumah sakit di

Jakarta. Ihsan merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2003.

anak yang ketiga adalah Irdhan (22 November 1979) yang sekarang betutgas di Kostrad

Cilandak Jakarta, Irdhan merupakan lulusan dari Taruna AKABRI Magelang. Sedangkan

anak yang keempat adalah Irsyad (10 Desember 1984) yang sekarang masih duduk di bangku

kuliah Fakultas Hukum Universitas Andalas.[67]

Dari keterangan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Suheimi merupakan

keturunan keluarga yang agamis. Kakeknya seorang ulama dan guru sementara ayahnya

adalah seorang guru, sehingga secara tidak langsung dalam diri Suheimi telah mengalir darah

orang-orang yang agama.

Selain Suheimi mendapatkan ilmu agama dari surau, orang tua juga menanamkan

nilai-nilai agama kepada Suheimi sebagaimana yang dikisahkan oleh Suheimi :

Ayah saya berpesan : “Jangan kau habiskan waktumu mencari rezeki yang telah

ditetapkan dan dijamin oleh Allah, tetapi habiskanlah waktu untuk mencari hidayah yang

tidak diberikan oleh Allah kepada semua orang.”. “Apa maksud ayah“ tanya saya. “Makan

dan minum asal kamu berusaha sudah pasti dapat, itu sudah dijamin oleh Allah sehingga

binatang di dalam batu pun di jamin rezekinya. Sedangkan hidayah hanya di j anjikan oleh

Allah hanya diberikan pada orang-orang yang sungguh mencarinya dengan iman dan

ilmu.[68]
Dengan demikian Suheimi telah dididik oleh keluarganya dengan pendidikan agama

sejak kecil dan telah belajar mengaji ke surau untuk mendalami agama.

Suheimi sebagai suami dan kepala rumah tangga selalu menyediakan waktu untuk

keluarganya walaupun memiliki kesibukan yang padat. Dengan seringnya berkumpul dengan

keluarga, kata Suheimi adalah waktu yang sangat baik untuk menjalin keakraban dan

keharmonisan keluarga dan sangat sedikit akan timbulnya perpecahan dan selisih paham.

Karena dengan adanya saling tukar pikiran dan berbagi rasa akan menyelesaikan masalah.

Untuk masalah keluarga Suheimi selalu berusaha membagi waktu keluarga, seperti yang

diungkapkan oleh Suheimi :

Dalam renungan saya, saya menghitung-hitung berapa waktu yang saya berikan untuk

anak-anak dan keluarga dan berapa pula waktu yang saya berikan untuk kepentingan

masyarakat atau kepentingan dan kepuasan diri saya sendiri? Saya coba menghitung-hitung

ternyata saya tidak adil, waktu saya banyak di habiskan bersama orang lain, melayani orang,

mengobati orang, mengoperasi orang dan memberikan ceramah orang. Sangat sedikit yang

saya tumpahkan kepada anak, isteri dan famili lainnya. Setelah saya hitung-hitung, lantas

saya terpana, saya cari akal bagaimana supaya waktu banyak bersama keluarga, bermacam-

macam saya cari cara untuk selalu bersaa mereka seperti membeli lapangan tenis meja dan

makan bersama walaupun hanya sekedar makan misa.[69]

Dari ungkapan Suheimi, jelaslah bahwa suheimi sangat mementingkan keluarga

disamping pekerjaan. Suheimi berusaha untuk meluangkan waktu untuk selalu bersama

dengan anak-anak dan keluarganya. Sedang untuk pendidikan anak-anaknya Suheimi selalu

mendukung demi kemajuan anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh Suheimi :


Saya harus membuka perut untuk mengangkat tumor dan kanker yang bersarang

dalam indung telur dan rahim seorang ibu. Hampir setiap malam saya bekerja, maka uang

yang tidak sedikit untuk membeli buku saya kirimkan dan ketika mengirim uang itu saya

iringi dengan do’a semoga buku-buku yang dibelinya adalah buku yang bermanfaat untuk

lingkungannya serta bermanfaat untuk masa depannya, sehingga dia dapat menyumbangkan

manfaat ilmu itu. Semoga dia memberikan dan mencurahkan ilmu yang bermanfaat kepada

lingkungan yang membutuhkannya.[70]

Dengan usaha seperti itulah banyak anak-anak Suheimi yang berhasil diantaranya

Irham yang menjadi seorang dokter ahli kandungan dan kebidanan di Australia. Ihsan yang

juga menjadi seorang dokter, Irdhan yang menjadi ABRI dan Irsyad masih duduk di bangku

kuliah.

B. Latar Belakang Pendidikan

Suheimi pertama kali menempuh jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) pada

tahun 1954, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1959. Kemudian

melanjutkan ke SLTP pada tahun 1962 semuanya di Bukittinggi dan SLTA pada tahun 1965

dan itu hanya satu tahun di Bukittinggi, kemudian Suheimi pindah sekolah ke SMA 2

Padang. Hal ini disebabkan karena H. Karimuddin di pindah tugaskan dari Bukittinggi ke

Kanwil P dan K Kota Padang. Setelah tamat dari SLTA Suheimi melanjutkan pendidikannya

ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pada tahun 1975 dan terakhir mengambil

program spesialis kebidanan dan kandungan di Bandung pada tahun 1985.[71]

Sebagaimana layaknya orang Minangkabau yang selalu dekat dengan pemahaman

agama, orang tua Suheimi memasukannya mengaji ke surau sebagaimana layaknya anak-
anak yang lain. Suheimi belajar mengaji di Surau Gurun Panjang yang diajarkan oleh H.

Malik. Sebagaimana yang diceritakan oleh Suheimi.

Saya senang mengaji dan kalau mengaji saya selalu menyimak. Saya simak setiap

kata yang diucapkan guru dan saya memperhatikan setiap gerak gerik bibir dan tekanan suara

guru dan biasanya kalau guru selesai menerangkan sesuatu saya dapat mengulang kembali

dan kalau saya bercerita teringat wajah guru saya dan terbayang bagaimana cara dan mimik

beliau mengajar.[72]

Suheimi selain seorang dokter juga dikenal sebagai seorang mubaligh, mampu

berdakwah sesuai dengan bidang ilmu yang dimilikinya. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Buya H. Mas’oed Abidin yang juga seorang mubaligh yang telah berdakwah selama 30

tahun di Padang mengatakan : “Suheimi berdakwah memiliki keunikan dan kelebihan dari

da’I yang lain, dimana Suheimi dalam menyampaikan materi dakwah sesuai dengan bidang

keahliannya yaitu kesehatan dan kedokteran”.[73]

Suheimi mulai berdakwah sejak tahun 1983 dan yang melatar belakangi Suheimi

untuk berdakwah adalah setiap kali mengikuti pengajian guru-gurunya, Suheimi melihat

bahwa mubaligh itu selalu disegani dan dihormati oleh orang lain dan mubaligh itu selalu

untuk tempat bertanya bagi masyarakat tentang permasalahan agama. Selain hal itu Suheimi

terilhami oleh para ulama-ulama Islam dahulu yang berprofesi apa saja namun dapat

melakukan dakwah dan yang sangat menonjol bagi Suheimi adalah tokoh Islam seperti Al

Khindi dan Ibnu sina yang merupakan tokoh-tokoh Islam yang ahli dalam bidang kedokteran

dan emreka mampu menyebarkan ajaran Islam kepada manusia sesuai dengan bidang

keahliannya yaitu kedokteran serta ilmu-ilmu kedokteran dari Al Khindi dan Ibnu Sina yang

bersumberkan kepada Al-qur’an banyak diambil oleh para ahli dari dunai barat. Suheimi juga
selalu mengikuti pengajian-pengajian yang diberikan oleh gurunya, diantara guru-guru

Suheimi sebagaimana yang dipaparkan :

Agaknya kita butuh seorang guru yang akan membimbing dan menunjukkan apa

maksud dan tujuan dari ayat-ayat Al-qur’an. Saya ingat guru saya yang membukakan tabir

dan makna Al-qur’an ini beliau adalah Ustadz Muchtar Yunus dan Ustadz Ilyas saman, dari

kedua guru itulah saya banyak dapat bimbingan dan tertarik akan Al-qur’an dan seorang lagi

guru saya yang mengajar Bahasa Arab adalah ustadz Syahruddin Kajai.[74]

Dari Ustadz Muchtar Yunus dan Ustadz Ilyas saman, Suheimi selalu mengikuti

pengajian mereka. Kemana gurunya memberikan pengajian Suheimi selalu mengikutinya

yaitu selama 2 tahun. Sedangkan dengan Ustadz Syahruddin Kajai Suheimi mempelajari

bahasa Arab selama 6 bulan.[75] Dengan demikian Suheimi dalam berdakwah banyak

mencontoh bagaimana gurunya berdakwah serta bagaimana berdakwah yang baik itupula

yang mendorong Suheimi untuk terjun ke medan dakwah. Selain itu juga Suheimi

mempelajari Al-qur’an dengan metode yang lain, sebagaimana yang diungkapkan oleh

Suheimi :

Di Jakarta waktu itu lagi trend program 40 jam bisa menerjemahkan kalimat-kalimat

Al-qur’an. Saya heran orang yang baru saja belajar Al-qur’an sudah lancar memabca dan

dapat menerjemahkannya dan saya ingin tahu apa rahasianya. Lalu saya baca buku tersebut,

dalam sehari hampir tamat jilid satu, asyik dan enak serta mudah dimengerti sehingga timbul

ketagihan saya membaca Al-qur’an dan dapat dimegnerti dengan cepat maksud dan arti Al-

qur’an. Dahulu saya sulit dan sukar sekali mengerti dengan cepat maksud dan arti Al-qur’an.

Dahulu saya sulit dan sukar sekali mengerti Al-qur’an karena berbahasa Arab, tetapi melalui

buku ini saya dengan cepat memahami dan menggali Al-qur’an”.[76]


Selain itu ada juga guru Suheimi yaitu H. Zainuddin Dt. Nan Gadang yang merupakan

mertua sekaligus guru Suheimi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suheimi :

Saya dan Pak Mansyur Malik sama-sama di timpa musibah pada hari dan jam yang

sama Sabtu 13 Mei jam 12.00 WIB. Mertua yang saya anggap ayah sekaligus guru, H.

Zainuddin Dt. Nan Gadang meninggal dunia. Saya kehilangan mertua dan guru, dimana

setiap saya akan memberikan khotbah, saya selalu bertanya, ayat apa yang bagus

disampaikan dan setelah selesai khotbah beliau selalu mengomentari isi khotbah saya dan

memperbaikinya.[77]

Dengan demikian Suheimi memiliki ilmu agama yang didapatkannya dari guru-

gurunya seperti Ustadz Muchtar Yunus dan Ustadz Ilyas Saman serta Ustadz Syahruddin

Kajai dan H. Zainuddin Dt. Nan Gadang.

C. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup merupakan hasil interaksi dengan kejadian-kejadian yang pernah

dilalui oleh seseorang yang dapat mempengaruhi pola pikir dan prilakunya. Suheimi dalam

menjalani kehidupan ini selalu dituliskan dalam sebuah kertas, menurutnya setiap yang

diperbuat hendaknya ditulis dan setiap yang ditulis sungguh baiknya dikerjakan. Melalui

tulisan-tulisan Suheimi dapat kita melihat pengalaman-pengalaman hidup yang pernah

dilaluinya. Pengalaman hidup dalam pembahasan kali ini adalah tentang perjuangan hidup

yang pernah dilalui oleh Suheimi dalam mencapai cita-citanya serta untuk menjadi orang

yang berhasil.
Ayah Suheimi pada awal yang berprofesi sebagai guru di Bukittinggi beralih profesi

sebagai tukang jam pada tahun 1960-1970 di Los Galuang Pasar Bawah. Hal ini diakibatkan

guru pada waktu itu kurang dihargai oleh masyarakat dan gaji kurang sehingga tidak

mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari. Sehingga ada keinginan Suheimi untuk membantu

orang tuanya mencari nafkah. Sedangkan pada waktu siang harinya Suheimi sepulang

sekolah melakukan pekerjaan menjual es mambo. Walaupun Suheimi anak seorang guru,

namun dia tidak merasa minder untuk melakukan hal itu. Sebagaimana dikisahkan oleh

Suheimi :

Sewaktu kecil ketika duduk kelas 4 SD saya adalah penjaja es Balang Torpedo. Setiap

hari saya jojokan dan say ateriakan : “Belilah es balang torpedo, dimakan ciek duo taraso”,

Begitulah masa kecil saya isi dengan berjualan es balang torpedo, sewaktu pulang sekolah

saya pergi ke Aur Tajungkang Bukittingi dan di sana ada pabrik es. Saya tenteng 2buah

termos yagn berisikan kira-kira 30-40 buah es balang torpedo. Saya telusuri jenjang 40, terus

ke kebun binatang, berputar ke bawah Jam Gadang dan kemudian terus ke Benteng dan

Panorama.[78]

Selain itu Suheimi juga menjual sabun, korek api dan blau bersama dengan

Warnimsyah pada tahun 1962 di Janjang Gantuang pasar bawah Bukittinggi dan pekerjaan itu

dilakukan sewaktu Suheimi sampai sekolah SMP. Suheimi juga bekerja sehari-hari mencari

air untuk sawah nenek Langgo bersama dengan warnimsyah dan tidur di lubang abu bekas

pembakaran jerami serta bekerja melunyah sawah dan itu dilakukan untuk mendapatkan

uang. Dan bersama dengan Warnimsyah, Suheimi juga menjajakan bada sekeliling kampung

dan hasil dari jualan bada tersebut di bagi dua. Kemudian Suheimi juga pernah bekerja

sebagai pekerja konfeksi memasang kancing baju pada H. Shahab (orang tua Warnimsyah) di

Bukittingi, serta Suheimi sewaktu pulang sekolah juga mencari belut untuk dijual. Uangnya
yang diperoleh oleh Suheimi dari berjualan dan bekerja diberikan kepada ibunya dan adik-

adinya. Dengan kehidupan yang pas-pasan itulah Suheimi dan sekeluarga makan dengan apa

adanya sehari-hari. Sedangkan pada malam harinya mengaji di surau Gurun Panjang untuk

menimba ilmu agama. Seperti itulah Suheimi menjalani kehidupan di masa kecilnya.[79]

Sedangkan sewaktu SMA Suheimi bekerja berjualan toge, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Suheimi :

Itulah yang saya kerjakan sewaktu duduk di bangku SMA, yang berat adalah

menyiram toge-toge itu di waktu malam, setiap 2 jam terbangun. Pukul 4 pagi itulah saya

mulai bekerja, menyiram, membersihkan dan kemudian memasukkannya ke dalam keranjang

yang cukup besar. Waktu fajar menyinsing saya sudah siap mengangkut dua keranjang besar

yang saya gayutkan pada begase sepeda. Lalu saya mendorong sepeda menuju ke pasar.

Sekarang saya baru sadar, sesungguhnya pekerjaan menjadi tukang toge di waktu SMA telah

membuat saya terbiasa bangun di tengah malam. [80]

Mahasiswa yang memiliki intelektual yang sangat tinggi dan peka terhadap

perkembangan dan persoalan yang sedang terjadi di masyarakat, disalurkan melalui

organisasi baik organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Suheimi sewaktu

menjadi mahasiswa aktif diberbagai organisasi baik organisasi intra kampus maupun

organisasi ekstra kampus, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suheimi :

Ketika mahasiswa saya berambisi jadi anggota senat, karena saya melihat mereka

terhormat, dapat kursi dan tanda tangannya mahal. Di pundak dan di dadanya pun ada

selempang, jika ada acara-acara resmi fakultas, duduknya di deretan yang paling depan yang

telah disediakan. Bermacam-macam langkah yang saja jalankan, hingga akhirnya bisa

menjadi anggota senat mahasiswa. Kemudian saya berambisi pula menjadi ketua plonco,
karena sebagai ketua kekuasaannya besar dan kata-katanya dapat di dengar dan dituruti.

Bermacam-macam pula usaha yang saya lakukan ke arah itu dan akhirnya saya bisa juga

menjadi ketua perploncoan. Kemudian saya berambisi menjadi ketua Dewan Perwakilan

Mahasiswa dan akhirnya tercapai juga.[81]

Sedangkan organisasi ekstra kampus yang pernah diikuti oleh Suheimi adalah HMI

dia menjadi anggota semenjak semester I dan kuliah pada tingkat IV menjabat sebagai Ketua

Umum HMI Padang. Setelah menamatkan studinya Suheimi diangkat menjadi asisten ahli di

Fakultas Kedokteran dan akhirnya menjadi dosen di fakultas yang sama sejak tahun 1975

sampai sekarang. Dan Suheimi juga pernah menjadi Konsultan Fertility Endrocrinologi di

Bali pada tahun 2000, serta pernah menjabat sebagai Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

pada tahun 1979.

Selain itu Suheimi juga telah banyak mengikuti berbagai pelatihan dan penghargaan

baik di daerah Sumatera Barat maupun Nasional. Diantaranya sebagai pelatih Trainer of

Conselor untuk para dokter, bidan dan perawat di Rumah Sakit dan Puskesmas se-Sumatera

Barat pada tahun 1988, sebagai pembicara dan pelatih pada acara TOT (Training of Trainer)

pada tahun 1995 di Jakarta, sebagai penguji pada Ujian Nasional Spesialis Obstetri dan

ginekologi yang diselenggarakan oleh Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya/RSUD Dr. Muhammad Hoesin pada tanggal 29 Juni – 1 Juli 2001 di

Palembang, sebagai pelatih Kursus Keterampilan Bedah Dasar Obstetri dan ginekologi yang

diadakan oleh FK. Universitas Andalas pada tanggal 7-9 September 2001, Sebagai Penguji

pada Ujian Nasional Spesialis Obstetri dan ginekologi yang diselenggarakan oleh Bagian

Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Airlangga/RSUD Dr. Soetomo pada tanggal

10-11 November 2001 di Surabaya, Sebagai Penguji pada Ujian Nasional spesialis Obstetri

dan Ginekologi yang diselenggarakan oleh Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 2-3 Maret

2002 di Jakarta, dan sebagai Moderator pada Pertemuan Imiah Fertilitas Endokologi

Reproduksi I pada tanggal 21-22 Januari 2001 di Bandung. Pembicara pada pelatihan

Standardisasi Keterampilan Klinik Asuhan Pascakeguguran yang diadakan oleh Jaringan

Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK2R) pada tanggal 21-23 Mei 2002 di

Jakarta, sebagai peserta dan moderator pada Pertemuan Ilmiah Tahunan XII Perkumpulan

Obstetri dan ginekologi Indonesia pada tanggal 1-4 Juli 2002 di Palembang, sebagai

moderator dan nara sumber pada Temu Ilmiah 1 Fertilitas dan Endokologi Reproduksi pada

tanggal 4-6 Oktober 2002, Sebagai Nara sumber pada acara Simposium Perspektif Baru

Hemohoid pada tanggal 15 Februari 2003. Sedangkan di tingkat Internasional Suheimi

pernah mengikuti Kongres se-Dunia tentang Kemajuan Ilmu Kebidanan pada tahun 1992 di

singapura dan Kongres se-Dunia tentang Kemajuan Ilmu Kebidanan dan Ahli Kebidanan dan

Kandungan pada tahun 1994 di Montreal Kanada.

Sedangkan penghargaan yang pernah diraih oleh Suheimi diantaranya adalah

penghargaan sebagai Tokoh Peduli Narkotika Nasional 2001 pada tanggal 21 Juli 2001 di

Jakarta. Penghargaan ASEAN EXECUTIVE GOLDEN AWARD 2001 pada tanggal 1

November 2001, penghargaan The Leader Achieves In development Award 2001 pada

tanggal 16 Maret 2001 dan pada tahun 2003 Suheimi menerima penghargaan SETIA

LENCANA. Semua penghargaan yang diraih oleh Suheimi adalah sebagai penghargaan

terhadap keberhasilan Suheimi sebagai pimpinan Rumah Sakit Bersalin Bunda.

Dengan demikian sejak kecil Suheimi telah dididik untuk mandiri dan itulah yang

menjadi modal untuk menjadi orang yang berhasil. Untuk menjadi orang yang sukses

memang dapat kita melihat lika liku kehidupan Suheimi, Suheimi sejak kecil bercita-cita

untuk menjadi seorang dokter dan untuk menjadi seorang dokter itu membutuhkan biaya
yang sangat banyak sehingga Suheimi berusaha untuk mendapatkan biaya sekolah sejak SD

sampai SMA bekerja membantu keluarga dan membantu adik-adiknya yang masih kecil. Hal

ini dikarenakan Suheimi adalah anak yang paling besar dari 7 bersaudara.

Dengan keadaan keluarga yang hidup hanya pas-pasan itulah Suheimi dari kecil giat

untuk selalu berusaha sehingga sekarang Suheimi bisa di bilang berhasil baik sebagai seorang

dokter yang memiliki sebuah Rumah Sakit Bersalin Bunda, menjadi dosen tetap di Fakultas

Kedokteran sejak tahun 1975 sampai sekarang, memiliki SPBU di Bukittinggi, Pekanbaru,

Jakarta dan Padang dan semuanya itu di akibatkan oleh kegigihan Suheimi berusaha sejak

kecil.

D. Karya-karya

Tulisan-tulisan Suheimi yang telah dipublikasikan di berbagai media cetak baik media

cetak daerah seperti Singgalang, Mimbar Minang, Padang ekspres dan Haluan maupun media

cetak nasional seperti Republika. Tulisan-tulisan Suheimi tersebut di cetak menjadi beberap

abuku yang diterbitkan oleh Anggrek Media Padang diantara Jangan Biarkan setetes Air

Kembali Ke Laut pada bulan Maret 2002, NURHAMA Limpa Puluh Petuah Hidup pada

bulan Juli 2002, Fatamorgana Kehidupan pada bulan Juli 2002, dan Dr. H. K. Suheimi

Menjawab (Seputar Seks dan Kesehatan) pada bulan Juli 2003 dan buku yang ke lima masih

dalam proses percetakan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Mater Dakwah Dr. H. K. Suheimi

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada Bab II, bahwa materi dakwah merupakan

bahan yang disampaikan kepada mad’u yang bersumber kepada Al-qur’an dan Sunnah yang

berisikan tentang permasalahan aqidah, syari’ah, ibadah dan muamalah. Setiap materi

dakwah yang disampaikan oleh da’I haruslah sesuai dengan bidang keahliannya. Baik ia

seorang politikus, sastrawan, seniman, dokter, jurnalis dan lain sebagainya. Sehingga dakwah

yang disampaikan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan materi yang disampaikan

oleh ahli dibidang masing-masing.

Suheimi yang berprofesi sebagai seorang dokter yang mampu untuk berdakwah

dengan menyajikan dakwah dengan materi-materi kesehatan yang selalu berkaitan dengan

pengalaman yang pernah dilaluinya dan dengan ayat-ayat Al-qur’an yang berkaitan dengan

pokok masalah yang dibahasnya. Setiap materi yang telah disampaikan oleh Suheimi selalu

di tulis dan diberikan kepada pengurus Masjid dengan dibagikan kepada jamaah. Teks

khotbah tersebut diketik dan dimasukkan ke internet dan dari tulisan-tulisan khotbah tersebut

di cetak menjadi beberapa buku yang telah terbit disamping pengalaman hidup yang telah

dilalui oleh Suheimi.

Dalam memberikan materi dakwah Suheimi selalu menggunakan bahasa yang lugas,

dan mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya serta mudah dipahami oleh orang
yang membaca tulisan-tulisannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miko Kamal dan

Suharizal :

“Dr. H. K. Suheimi dalam memberikan materi selalu menyiramkan air kehidupan

kepada kita semuka dengan bahasa yang lembut dan mudah dicerna. Dimana setiap tulisan

Dr. H. K. Suheimi mampu menyederhanakan persoalan-persoalan yang sesungguhnya rumit

dengan cara mengambil contoh dari persoalan-persoalan hidup sehari-hari di sekitar kita.[82]

Dengan menggunakan bahasa yang lembut dan mudah dicerna oleh mad’u merupakan

kelebihan yang dimiliki oleh Suheimi dalam menyajikan dan menyuguhkan materi-materi

dakwah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh H. Yurnalis yang merupakan pengurus Masjid

Baitul Makmur Air Tawar : “Suheimi dalam berdakwah selalu menyampaikan dengan bahasa

yang mudah dimengerti oleh orang yang mdengarkannya. Dan di Masjid Baitul Makmur

suheimi sangat disukai oleh jemaah sehingga Suheimi berdakwah tidak membosankan

jamaah dan suheimi disini sudah 7 tahun berkhotbah dan materi yang disampaikan sesuai

dengan bidang keahliannya yaitu kesehatan dan kedokteran.[83]

Hal yang sama juga diungkapkan oleh H. yunizar peraman yang merupakan mantan

pengurus Masjid Nurul Iman Padang : “Dakwah yang disampaikan oleh Suheimi selalu

konsisten dengan bidang ilmu yang dimilikinya dan bahasa yang digunakan adalah bahasa

yang santun, enak didengar”.[84]

Sedangkan Dr. Rusdi Aziz menerangkan bahwa Suheimi dalam memberikan materi

dakwah terfokus terhadap suatu permasalahan yang disampaikan adalah masalah yang praktis

dan sesuai dengan ilmu kedokteran dan dapat diterima oleh rasional dan analogis.[85]

Dengan demikian materi yang disampaikan oleh Suheimi dengan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami dan mudah dicerna oleh para mad’u, hal ini disebabkan materi
dakwah yagn disampaikannya materi yang dikuasainya dan menyangkut persoalan yang

dihadapi masyarakat sehari-hari (tentang kesehatan). Hal ini juga di pertegas oleh Buya H.

Mas’oed Abidin : “Keberhasilan dakwah suheimi adalah dia menyampaikan materi dakwah

tersebut yang sangat didukung oleh kepribadiannya dan ditunjang oleh ilmunya dan Suheimi

mampu memadukan antara ilmu yang bersumberkan kepada Al-qur’an dengan ilmu

Qauniyah serta mampu mengambil Alam takambang Jadi Guru yang mengambil berbagai

persoalan hidup sehari-hari dengan ilmu yang dimilikinya”.[86]

Dengan menggunakan bahasa yang lembut dan mudah dicerna oleh mad’u, Suheimi

mampu menyuguhkan materi dakwah dengan baik dan menyederhanakan berbagai persoalan.

Seperti yang diungkapkan oleh Suheimi tentang permasalahan AIDS :

AIDS merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV yang berbentuk bulat

seperti cakram dengan adanya efek-efek disekitarnya. Virus AIDS menyerang dan merusak

sistem pertahanan tubuh, dia menyerang sel-sel darah putih terutama T-Cell yang berfungsi

secara langsung membunuh dan menghancurkan kuman-kuman atau sel-sel yang

menimbulkan infeksi. B-cell menghasilkan anti body bila terjadi infeksi dan T-4 Cell yang

bertugas mengindentivikasi virus. Menyerang B-Cell untuk menghasilkan anti body serta

mengaktifkan sistem immun dalam tubuh. Virus ini masuk ke dalam aliran terminal terakhir.

Didalamnya sudah terbakar dan pengobatan serta penyesalanpun tiba kenapa perbuatan itu

telah dilakukan. Dan saya teringat salah satu firman Allah dalam surat Al Israa ayat 32 :

“Dan janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, suatu

jalan yang buruk”. Masalah ini sewaktu saya mengikuti seminar tentang penyakit yang

diakibatkan oleh hubungan seks yang dihadiri oleh dokter, ulama dan kiyai.[87]

Juga tentang masalah pendidikan anak melalui ASI, Suheimi lebih mengkaji masalah

fungsi Asi bagi pendidikan anak :


Setelah selesai persalinan diketahui bahwa jaringan pada rahim mudah terinfeksi yang

disebabkan oleh luka akibat plasenta yang pada masa kehamilan melekat pada selaput

dinding rahim. Pada waktu menyusui terjadilah kontraksi sehingga aliran darah ke kandungan

menajdi lancar dan mengalirkan hormon proktalin dan okstitusin yang mempercepat

pertumbuhan sel kandungan yang akhirnay penyembuhan luka pada rahim berlangsung

optimal. ASI merupakan imunisasi bayi, tanpa ASI berarti bayi yang kurang daya kekebalan

tubuh dan rentan terhadpa penyakit seumur hidup. Menyusui diperlukan karena mengurangi

resiko infeksi pada rahim yang setelah melahirkan kondisinya lemah. Dan untuk semua itu

saya teringat akan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233 :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang

ingin menyempurnakan penyusuannya.”.[88]

Dan juga tentang permasalahan penciptaan manusia, Suheimi mengkaji dengan

menggabungkan antara penciptaan manusia yang terdapat dalam Al-qur’an dengan proses

terbentuknya manusia dari kajian ilmu kedokteran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Suheimi :

Testis dan ovarium akan menghasilkan sperma dan ovum yang akan bergabung

menjadi satu dalam perkawinan. Gabungan sperma dengan ovum disebut dengan nutfah

(zygote), nutfah membelah diri dari satu mejadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, 8 menjadi 16, 16

menjadi 32, masing-masing sel akan membentuk sistem, ada yang menajdi mata, telinga,

kaki, kulit, usus, jantung, dengan semua sistem. Kemudian disebut dalam Al-qur’an, dia

menjadi alqah (segumpal daging), banyakyang menafsirkan alqahitu seperti benda yang

mengantung pada chorion, pada jonjot-jonjot vili khorilis yang nantinya akan berubah

menjadi kakak anak (plasenta) yang tergantung pada plasenta melalui tali pusat. Dan saya

teringat akan firman Allah dalam surat Al Mukminun ayat 12-14: “Sesungguhnya telah kami
ciptakan manusia dari sari pati tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang

tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu kami jadikan segumpal

darah dan segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami

jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian

kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lam”[89]

Selain itu Suheimi juga mengungkapkan masalah rahasia dari buah korma yang

sangat dianjurkan oleh Rasulullah kepada umat Islam sewaktu akan berbuka puasa.

Saya coba-coba mencari keterangan kenapa Nabi menganjurkan makan buah korma,

buah-buahan atau makan-makanan yang tidak dimasak terlebih dahulu untuk berbuka puasa.

Dalam keterangan yang saya peroleh disebutkan bahwa buah-buahan yang dimakan akan

merangsang terbentuknya air ludah dan ludah lambung. Air ludah dan ludah lambung akan

membantu pencernaan dan penyerapan makanan, sehingga makanan dalam bentuk apapun

telah dilumatkan oleh gigi geligi dan saluran pencernaan. Enzim itulah yang bekerja dan

sangat membantu proses pencernaan sehingga sari makanan dengan sempurna dapat diserap

dan dimanfaatkan oleh tubuh. Inilah yang akan menyongsong dan menguatkan tubuh.

Kekurangan enzim dan ludah lambung inilah yang banyak menimbulkan gejala penyakit dan

melemahkan daya tahan tubuh. Cairan menimbulkan gejala penyakit dan melemahkan daya

tahan tubuh. Cairan lambung dan asam lambung yang terbentuk sangat perlu untuk

menetralisir makanan yang sudah dicerna atau ada makanan yang mengandung kuman dan

bakteri akan dimusnahkan oleh cairan lambung. Cairan lambung sangat perlu untuk

menambah dan merangsang nafsu makan. Sekarang sya baru tahu dan mengerti apa yang

dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu, ternyata sangat baik dan perlu

untuk kesehatan sehingga kian percaya, yakin dan kagum akan kelebihan dan keunggulan

Rasul dan ajaran agama kita.[90]


Dan materi yang disampaikan oleh Suheimi tentang permasalahan donor darah yang

dilakukan pada tanggal 22 Agustus di Masjid Nurul Iman dan materi yang disampaikan oleh

Suheimi sewaktu menjadi khatib pada wkatu itu di Nurul Iman adalah :

Orang-orang yang sukses adlaah orang yang mampu menjalin silaturrahim dan

bersilaturrahim itu adalah menjaga hubungan sesama manusia (hablumminannas), dan orang

yang mempu menjaga hubungan dengan sesama manusia biasanya dikaitkan dengan

hablumminallah, dan orang-orang mampu menjaga hubungan baiknya dengan manusia dan

hubungan dengan Allah, maka orang inilah yang mendapatkan pahala dan orang banyak

pahala disebut pahalawan. Yang paling penting pada zaman sekarang ini adalah abgaimana

kemampukan seseorang merebut hati orang lain dan orang itu akan menjadi orang yang

sukses dalam hidupnya. Pada saat sekarang ini kebanyakan banyak diantara kita yang lesu

darah dan sedang kurang darah. Dan kalaulah ada kita yang mampu memberikan darah untuk

keberadaan orang lain maka ia akan menjadi pahlawan. Soal transfusi darah ini, saya teringat

sewaktu saya menjadi mahasiswa pada tahun 1969 itu yang pertama kali saya

menyumbangkan darah. Pada waktu itu saya dinas malam di RS. DR. M. Djamil di bagian

kebidanan, dikeheningan malam dipecahkan oleh raungan sirine yang datangnya dari Solok

yang membawa pasien dari Sumani dan sewaktu diraba perutnya yang bengkak keras sekeras

papan dan saya tidak bisa mendengarkan bunyi jantung anak dan kain panjagn yang

dipakainya itu penuh bergelimangan darah, darah yang telah menjadi hitam tetapi tidak

membeku. Dan ibu itu ingin melahirkan dengan baik, dengan obat-obatan ibu itu melahirkan

tetapi dengan anak yang sudah meninggal. Waktu anak dan kakak anak keluar terjadi

pendarahan. Dan pada waktu saya berkeinginan untuk menyumbangkan darah kepada Dr.

Mukhlis Hasan, dan setiap tetesan darah itu saya do’akan, do’a itu didengar oleh Allah yang

pada akhirnya ibu itu selamat. Saya tanya kepada teman saya yang telah menyumbangkan

darahnya sebanyak 150 kali sedangkan saya baru 27 kali. Bahwa ada kenikmatan yaitu
nikmatnya menyelamatkan orang. Sewaktu mengeluarkan darah sebanyak 250 cc sumsum

tulang kita akan aktif, ginjal kita akan aktif, limfa kita akan aktif, hati akan aktif dan akan

memproduksi sel-sel darah baru sehingga ceria dengan semangat baru. Dan orang-orang yang

menyumbangkan darahnya nampak lebih awet. Sebagaimana ungkapan Rasulullah

“mudahkanlah maka kamuk akan dimudahkan”.[91]

Sebagaimana penulis pernah mengikuti khotbah Suheimi sewaktu Suheimi

berkhotbah di Masjid Nurul Iman pada tanggal 22 Agustus 2003, dimana pada sat itu

pengurus PMI Padang akan mengadakan donor darah untuk kemanusiaan. Materi khotbah

Suheimi adalah tentang masalah hubungan silaturrahim yagn dikaji masalah menolong

sesama yang salah satunya ikut dalam donor darah. Dalam khotbahnya Suheimi banyak

menyampaikan dampak yang ada pada diri pendonor dari segi kesehatan, dimana orang yang

banyak mengikuti donor darah akan terlihat wajah berseri kemerah-merahan karena darah

yang didonorkan berganti dengan darah yang baru dan materi itu dikaitkan dengan agama.

Sehingg pada waktu itu banyak yang ikut menyumbangkan darahnya ke PMI.

Dengan demikian penulis melihat dari pemaparan diatas, bahwa Suheimi dalam

berdakwah selalu menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi serta kadar pemikiran

mad’unya. Sehingga materi yang disajikan dapat diterima oleh mad’u atau orang yang

mendengarkan.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh H. Ali Amran yang juga sebagai seorang

mubaligh dan imam harian Masjid Nurul Iman bahwa dakwah Suheimi yang disampaikannya

itu menyentuh kehidupan umat dan sesuai dengan kondisi yang ada serta dakwah Suheimi

sesuai dengan realitas kehidupan dan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah

dipahami oleh orang yang mendengarkannya, seperti isi khotbah Suheimi pada hari Jum’at

tanggal 22 Agustus 2003, dimana pada saat itu PMI Cabang Padang akan mengadakan donor
darah dan pada saat itu khotbah Suheimi mengenai donor darah dan apa manfaat bagi tubuh

orang yang ikut menyumbangkan darahnya dalam kajian ilmu kesehatan dan dalam kajian

agama Islam dan dikaitkan dengan pengalaman hidupnya.[92]

Dalam menggunakan media lisan Suheimi memberikan materi dakwah melihat

kondisi yang ada pada mad’u dimana dia akan memberikan khotbah. Pada penjelasan

sebelumnya telah penulis ungkapkan bahwa Suheimi dalam memberikan khotbah selalu b

ertanya ekpada gurunya yaitu H. Zainuddin Dt. Nan Gadang yang merupakan mertua

sekaligus sebagai guru tentang ayat apa yang cocok untuk disampaikannya. Dengan demikian

Suheimi melihat bagaimana materi yang cocok untuk disampaikan dengan keadaan mad’u.

Salah satu ungkapan Suheimi :

Hampir setiap bulan saya harus pergi ke kampus Universitas Bung Hatta yaitu ke

masjidnya karena saya punya jadwal harus memberikan khotbah jum’at disana. Masjid yang

kecil terletak di dalam pekarangan kampus dengan nama yang sangat menarik yaitu Masjid

Nur Jannah atau cahaya dari syorga. Saya senang memberikan khotbah di situ, karena

pendengarnya kebanyakan par amahasiswa, dosen, staf dosen, sehingga saya dapat

menyampaikan khotbah secara ilmiah.[93]Hal senada juga diungkapkan oleh H. Yurnalis

yang merupakan pengurus Masjid Baitul Makmur yang berdekatan dengan kampus UNP,

bahwa Suheimi dalam memberikan materi dakwah di masjid ini materinya sesuai dengan

kondisi pemikiran orang yang mendengarkannya dan materi dakwahnya ilmiah, dimana

orang yang mendengarkan kebanyakan adalah mahasiswa, dosen, dan pegawai di berbagai

instansi.[94]

Dengan demikian Suheimi dalam memberikan materi dakwah seperti ungkapan

diatas, mampu memberikan materi yang dibutuhkan dan yang sedang berkembang. Suheimji
dalam khotbahnya tersebut mengungkapkan bahwa orang yang sukses adalah orang mengerti

apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

Dari beberapa meteri yang diungkapkan oleh Suheimi, merupakan materi-materi

dakwah yang berasal dari materi kesehatan dan kedokteran yang merupakan ilmu yang

dimiliki oleh Suheimi dan selalu dikaitkan dengan pengalaman hidup yang pernah dilaluinya

dan dengan ayat-ayat Al-qur’an yang merupakan sumber utama dari ilmu pengetahuan.

B. Media Dakwah Dr. H. K. Suheimi

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa media

merupakan sarana dan prasarana yang sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan

totalitas kegiatan dakwah. Dengan demikian media dakwah yang digunakan oleh seorang da’I

untuk menyampaikan materi-materi dakwah kepada umat sangat luas. Media yang digunakan

tidak hanya media lisan seperti ceramah, khotbah dan lain-lain dan itu merupakan emdia yang

sudah lumrah di kalangan umat, namun seorang da’I harus mampu menggunakan emdia yang

alin seperti tulisan berupa ide-ide yang dituangkan diatas kertas yang bisa dipublikasikandi

medi acetak melalui surat kabar buletin, risalah dan bahkan apabila seorang da’I mempunyai

kemampuan untuk menajdi penulis, maka ide-idenya akan dimuat dalam sebuah buku.

Dengan banyak media yang dapat digunakan oleh da’I, maka Suheimi mampu menggunakan

beberapa media dakwah. Diantara media yang digunakan oleh Suheimi diantaranya :

1. Media Lisan

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa media yang sangat lumrah atau yang

sudah sering digunakan oleh para da’I adalah media lisan. Materi yang disampaikan melalui
mimbar baik itu ceramah, khotbah maupun tabligh akbar, dimana mad’unya sangat tidak

terbatas dan banyak sehingga materi yang disampaikan sangat monoton. Suheimi yang

merupakan seorang dokter namun memiliki semangat dakwah juga mampu menggunakan

mimbar sebagai media dalam berdakwah. Dalam dakwah bil lisan Suheimi sudah pernah

menyampaikan dakwah di daerah Solok, Bukittinggi, Batu Sangkar, Painan, Payakumbuh dan

daerah yang lain. Sedangkan di kota Padang Suheimi sudah banyak memberikan dakwah,

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Suheimi bahwa ia mulai berdakwah

sejak tahun 1983.

Dalam berdakwah melalui mimbar Suheimi tidak terlepas dari materi yang sesuai

dengan ilmunya, dan dia juga pernah memberikan khotbah di berbagai masjid yang ada di

kota Padang. Diantaranya Masjid Nurul Iman, Masjid Taqwa Muhammadiyah, Masjid Baitul

Makmur Air Tawar, Masjid Nur Jannah UBH, Masjid Raya Ganting, Masjid Raya Pasar

Gadang, Masjid Raya Andalas, Masjid B abussalam, Masjid B aitussalam, Masjid

Muhammadan, Masjid Rawang, Masjid Tahsin, Masjid Nurul Islam, Kantor gubernur

Pengajian bulanan, Khotbah Idul Fitri di UPI Lubeg, Khotbah Idul Adha di Lapangan

Ganting Bukittinggi dan masih banyak lagi masjid yang pernah Suheimi memberikan

khotbah.

Dengan sendirinya Suheimi mampu menggunakan media lisan dalam memberikan

dakwah, sehingga ilmku yang dimilikinya disampaikan kepada umat dengan kajian antara

ilmu kesehatan dengan permasalahan yang sedang dihadapi umat dengan kajian agama.

2. Media Tulisan

Suheimi yang memiliki kebiasaan menulis sejak kecil mampu menunjangnya untuk selalu

menulis setiap yang pernah dilaluinya. Suheimi mulai menulis seluruh pengalamannya dan
memasukkan kedalam internet sejak tahun 1994. Kebiasaan Suheimi dalam menulis

diungkapkan oleh Dr. Hj. Zurtias Suheimi bahwa Suheimi menulis itu merupakan sebuah

kebiasaan dan kebudayaan yang selalu dilakukannya.[95]Suheimi juga pernah

mengungkapkan bahwa setiap yang ditulis dikerjakan dan setiap yang dikerjakan ditulis.

Sedangkan yang memotivasi Suheimi untuk selalu menulis dimulai sejak mengikuti kursus di

Widyaloka Padang. Sebagaimana yang diungkapkannya :

Saya disuruh oleh atasan saya untuk belajar komputer agar kalau sudah pandai

memainkan komputer bisa dikirim ke Bandung. Saya sebetulnya enggan, karena saya dari

kecil sudah tertanam dalam diri saya ingin jadi dokter bukan menjadi juru tulis atau tukang

ketik. Tetapi karena dipaksa oleh atasan, maka saya ikuti kursus di Widyaloka. Dan akhirnya

saya ketagihan dengan komputer, kalau tiap jum’at anda membaca tulisan saya di Haluan,

semuaitu berkat komputer. Komputer juga sudah mengubah sifat saya yang malas menulis

menjadi orang yang rajin menulis. Sehingga ada sedikit saja kesempatan. Saya akan duduk di

depan komputer, ada-ada saja yang akan saya tulis.[96]

Dengan demikian Suheimi selain menggunakan media lisan, juga menggunakan

media tulisan. Dakwah melalui tulisan yang dilakukan oleh Suheimi merupakan kumpulan-

kumpulan dari materi dakwah yang disampaikannya lewat ceramah, khotbah, seminar serta

tulisan-tulisan yang pernah dimuat dalam media massa, yang pada akhirnya dijadikan atau

dicetak berbentuk buku.

Suheimi juga menulis di Harian Padang Ekspress sejak tahun 2001 dalam kolom

konsultasi seks dan kesehatan, melalui konsultasi seks dan kesehatan suheimi memberikan

jawaban tidak terlepas dari kajian kesehatan yang digabungkan dengan kajian agama.

Salah satu contoh permasalahan yang diungkapkan oleh Ibrar (Padang) :


“Tanya : Pak dokter Suheimi, saya punya sedikit keresahan untuk beraktivitas,

masalah saya suka berkeringat. Sedikit bergerak keringat banjir dan takutnya nanti

menebarkan bau. Teman-teman pasti akan mengejek. Tolong saya, apa yang mesti saya

lakukan?. Terima kasih atas perhatian bapak untuk masalah saya.

Jawab : Ibrar yang resah hidup ini tidak terlepas dari persoalan keringat, dimana-mana

orabg memeras keringat. Hingga detik ini tidak ada seorangpun yang keringatnya berbau

harum. Dan kita tahu b iasanya keringat kita keluar mana kala tubuh kita bergerak aktif.

Kadang-kadang keringat juga mengalir pada waktu udara panas atau waktu kita berada di

dalam ruangan yang tertutup. Tetapi seringkali ada orang yang selalu keluar keringat

meskipun udara tidak panas dan juga tidak bekerja. Sehingga sementara ia ngobrol bajunya

basah kuyub seperti orang yang sedang kepanasan. Orang yang sering mengeluarkan keringat

secara berkelebihan ini, mungkin saja mengalami ketegangan emosi yang tidak disadarinya.

Keringat yang berlebihanpun dapat juga disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti keringat

diwaktu malam pada penderita paru-paru. Makanan tertentu dapat jug amenyebabkan

keluarnya kernigat dalam jumlah yagn banyak seperti makanan yang pedas atau minuman-

minuman yang merangsang seperti the, kopi dan coca cola. Gangguan hormon juga dapat

menimbulkan keluarnya keringat seperti pada penyakit gondok atau pada penderita penyakit

gula. Untuk itu ada baiknya kita simak firman Allah dalam surat At Taubah ayat 105 : “Dan

katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin

melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang

ghaib dan yang nyata. Lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.[97]

3.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Mater Dakwah Dr. H. K. Suheimi

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada Bab II, bahwa materi dakwah merupakan

bahan yang disampaikan kepada mad’u yang bersumber kepada Al-qur’an dan Sunnah yang

berisikan tentang permasalahan aqidah, syari’ah, ibadah dan muamalah. Setiap materi

dakwah yang disampaikan oleh da’I haruslah sesuai dengan bidang keahliannya. Baik ia

seorang politikus, sastrawan, seniman, dokter, jurnalis dan lain sebagainya. Sehingga dakwah

yang disampaikan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan materi yang disampaikan

oleh ahli dibidang masing-masing.

Suheimi yang berprofesi sebagai seorang dokter yang mampu untuk berdakwah

dengan menyajikan dakwah dengan materi-materi kesehatan yang selalu berkaitan dengan

pengalaman yang pernah dilaluinya dan dengan ayat-ayat Al-qur’an yang berkaitan dengan

pokok masalah yang dibahasnya. Setiap materi yang telah disampaikan oleh Suheimi selalu

di tulis dan diberikan kepada pengurus Masjid dengan dibagikan kepada jamaah. Teks

khotbah tersebut diketik dan dimasukkan ke internet dan dari tulisan-tulisan khotbah tersebut
di cetak menjadi beberapa buku yang telah terbit disamping pengalaman hidup yang telah

dilalui oleh Suheimi.

Dalam memberikan materi dakwah Suheimi selalu menggunakan bahasa yang lugas,

dan mudah dipahami oleh orang yang mendengarkannya serta mudah dipahami oleh orang

yang membaca tulisan-tulisannya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miko Kamal dan

Suharizal :

“Dr. H. K. Suheimi dalam memberikan materi selalu menyiramkan air kehidupan

kepada kita semuka dengan bahasa yang lembut dan mudah dicerna. Dimana setiap tulisan

Dr. H. K. Suheimi mampu menyederhanakan persoalan-persoalan yang sesungguhnya rumit

dengan cara mengambil contoh dari persoalan-persoalan hidup sehari-hari di sekitar kita.[98]

Dengan menggunakan bahasa yang lembut dan mudah dicerna oleh mad’u merupakan

kelebihan yang dimiliki oleh Suheimi dalam menyajikan dan menyuguhkan materi-materi

dakwah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh H. Yurnalis yang merupakan pengurus Masjid

Baitul Makmur Air Tawar : “Suheimi dalam berdakwah selalu menyampaikan dengan bahasa

yang mudah dimengerti oleh orang yang mdengarkannya. Dan di Masjid Baitul Makmur

suheimi sangat disukai oleh jemaah sehingga Suheimi berdakwah tidak membosankan

jamaah dan suheimi disini sudah 7 tahun berkhotbah dan materi yang disampaikan sesuai

dengan bidang keahliannya yaitu kesehatan dan kedokteran.[99]

Hal yang sama juga diungkapkan oleh H. yunizar peraman yang merupakan mantan

pengurus Masjid Nurul Iman Padang : “Dakwah yang disampaikan oleh Suheimi selalu

konsisten dengan bidang ilmu yang dimilikinya dan bahasa yang digunakan adalah bahasa

yang santun, enak didengar”.[100]


Sedangkan Dr. Rusdi Aziz menerangkan bahwa Suheimi dalam memberikan materi

dakwah terfokus terhadap suatu permasalahan yang disampaikan adalah masalah yang praktis

dan sesuai dengan ilmu kedokteran dan dapat diterima oleh rasional dan analogis.[101]

Dengan demikian materi yang disampaikan oleh Suheimi dengan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami dan mudah dicerna oleh para mad’u, hal ini disebabkan materi

dakwah yagn disampaikannya materi yang dikuasainya dan menyangkut persoalan yang

dihadapi masyarakat sehari-hari (tentang kesehatan). Hal ini juga di pertegas oleh Buya H.

Mas’oed Abidin : “Keberhasilan dakwah suheimi adalah dia menyampaikan materi dakwah

tersebut yang sangat didukung oleh kepribadiannya dan ditunjang oleh ilmunya dan Suheimi

mampu memadukan antara ilmu yang bersumberkan kepada Al-qur’an dengan ilmu

Qauniyah serta mampu mengambil Alam takambang Jadi Guru yang mengambil berbagai

persoalan hidup sehari-hari dengan ilmu yang dimilikinya”.[102]

Dengan menggunakan bahasa yang lembut dan mudah dicerna oleh mad’u, Suheimi

mampu menyuguhkan materi dakwah dengan baik dan menyederhanakan berbagai persoalan.

Seperti yang diungkapkan oleh Suheimi tentang permasalahan AIDS :

AIDS merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV yang berbentuk bulat

seperti cakram dengan adanya efek-efek disekitarnya. Virus AIDS menyerang dan merusak

sistem pertahanan tubuh, dia menyerang sel-sel darah putih terutama T-Cell yang berfungsi

secara langsung membunuh dan menghancurkan kuman-kuman atau sel-sel yang

menimbulkan infeksi. B-cell menghasilkan anti body bila terjadi infeksi dan T-4 Cell yang

bertugas mengindentivikasi virus. Menyerang B-Cell untuk menghasilkan anti body serta

mengaktifkan sistem immun dalam tubuh. Virus ini masuk ke dalam aliran terminal terakhir.

Didalamnya sudah terbakar dan pengobatan serta penyesalanpun tiba kenapa perbuatan itu

telah dilakukan. Dan saya teringat salah satu firman Allah dalam surat Al Israa ayat 32 :
“Dan janganlah kamu dekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji, suatu

jalan yang buruk”. Masalah ini sewaktu saya mengikuti seminar tentang penyakit yang

diakibatkan oleh hubungan seks yang dihadiri oleh dokter, ulama dan kiyai.[103]

Juga tentang masalah pendidikan anak melalui ASI, Suheimi lebih mengkaji masalah

fungsi Asi bagi pendidikan anak :

Setelah selesai persalinan diketahui bahwa jaringan pada rahim mudah terinfeksi yang

disebabkan oleh luka akibat plasenta yang pada masa kehamilan melekat pada selaput

dinding rahim. Pada waktu menyusui terjadilah kontraksi sehingga aliran darah ke kandungan

menajdi lancar dan mengalirkan hormon proktalin dan okstitusin yang mempercepat

pertumbuhan sel kandungan yang akhirnay penyembuhan luka pada rahim berlangsung

optimal. ASI merupakan imunisasi bayi, tanpa ASI berarti bayi yang kurang daya kekebalan

tubuh dan rentan terhadpa penyakit seumur hidup. Menyusui diperlukan karena mengurangi

resiko infeksi pada rahim yang setelah melahirkan kondisinya lemah. Dan untuk semua itu

saya teringat akan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233 :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang

ingin menyempurnakan penyusuannya.”.[104]

Dan juga tentang permasalahan penciptaan manusia, Suheimi mengkaji dengan

menggabungkan antara penciptaan manusia yang terdapat dalam Al-qur’an dengan proses

terbentuknya manusia dari kajian ilmu kedokteran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Suheimi :

Testis dan ovarium akan menghasilkan sperma dan ovum yang akan bergabung

menjadi satu dalam perkawinan. Gabungan sperma dengan ovum disebut dengan nutfah

(zygote), nutfah membelah diri dari satu mejadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, 8 menjadi 16, 16
menjadi 32, masing-masing sel akan membentuk sistem, ada yang menajdi mata, telinga,

kaki, kulit, usus, jantung, dengan semua sistem. Kemudian disebut dalam Al-qur’an, dia

menjadi alqah (segumpal daging), banyakyang menafsirkan alqahitu seperti benda yang

mengantung pada chorion, pada jonjot-jonjot vili khorilis yang nantinya akan berubah

menjadi kakak anak (plasenta) yang tergantung pada plasenta melalui tali pusat. Dan saya

teringat akan firman Allah dalam surat Al Mukminun ayat 12-14: “Sesungguhnya telah kami

ciptakan manusia dari sari pati tanah. Kemudian kami jadikan sari pati itu air mani (yang

tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu kami jadikan segumpal

darah dan segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan segumpal daging itu kami

jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian

kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lam”[105]

Selain itu Suheimi juga mengungkapkan masalah rahasia dari buah korma yang

sangat dianjurkan oleh Rasulullah kepada umat Islam sewaktu akan berbuka puasa.

Saya coba-coba mencari keterangan kenapa Nabi menganjurkan makan buah korma,

buah-buahan atau makan-makanan yang tidak dimasak terlebih dahulu untuk berbuka puasa.

Dalam keterangan yang saya peroleh disebutkan bahwa buah-buahan yang dimakan akan

merangsang terbentuknya air ludah dan ludah lambung. Air ludah dan ludah lambung akan

membantu pencernaan dan penyerapan makanan, sehingga makanan dalam bentuk apapun

telah dilumatkan oleh gigi geligi dan saluran pencernaan. Enzim itulah yang bekerja dan

sangat membantu proses pencernaan sehingga sari makanan dengan sempurna dapat diserap

dan dimanfaatkan oleh tubuh. Inilah yang akan menyongsong dan menguatkan tubuh.

Kekurangan enzim dan ludah lambung inilah yang banyak menimbulkan gejala penyakit dan

melemahkan daya tahan tubuh. Cairan menimbulkan gejala penyakit dan melemahkan daya

tahan tubuh. Cairan lambung dan asam lambung yang terbentuk sangat perlu untuk
menetralisir makanan yang sudah dicerna atau ada makanan yang mengandung kuman dan

bakteri akan dimusnahkan oleh cairan lambung. Cairan lambung sangat perlu untuk

menambah dan merangsang nafsu makan. Sekarang sya baru tahu dan mengerti apa yang

dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW 14 abad yang lalu, ternyata sangat baik dan perlu

untuk kesehatan sehingga kian percaya, yakin dan kagum akan kelebihan dan keunggulan

Rasul dan ajaran agama kita.[106]

Dan materi yang disampaikan oleh Suheimi tentang permasalahan donor darah yang

dilakukan pada tanggal 22 Agustus di Masjid Nurul Iman dan materi yang disampaikan oleh

Suheimi sewaktu menjadi khatib pada wkatu itu di Nurul Iman adalah :

Orang-orang yang sukses adlaah orang yang mampu menjalin silaturrahim dan

bersilaturrahim itu adalah menjaga hubungan sesama manusia (hablumminannas), dan orang

yang mempu menjaga hubungan dengan sesama manusia biasanya dikaitkan dengan

hablumminallah, dan orang-orang mampu menjaga hubungan baiknya dengan manusia dan

hubungan dengan Allah, maka orang inilah yang mendapatkan pahala dan orang banyak

pahala disebut pahalawan. Yang paling penting pada zaman sekarang ini adalah abgaimana

kemampukan seseorang merebut hati orang lain dan orang itu akan menjadi orang yang

sukses dalam hidupnya. Pada saat sekarang ini kebanyakan banyak diantara kita yang lesu

darah dan sedang kurang darah. Dan kalaulah ada kita yang mampu memberikan darah untuk

keberadaan orang lain maka ia akan menjadi pahlawan. Soal transfusi darah ini, saya teringat

sewaktu saya menjadi mahasiswa pada tahun 1969 itu yang pertama kali saya

menyumbangkan darah. Pada waktu itu saya dinas malam di RS. DR. M. Djamil di bagian

kebidanan, dikeheningan malam dipecahkan oleh raungan sirine yang datangnya dari Solok

yang membawa pasien dari Sumani dan sewaktu diraba perutnya yang bengkak keras sekeras

papan dan saya tidak bisa mendengarkan bunyi jantung anak dan kain panjagn yang
dipakainya itu penuh bergelimangan darah, darah yang telah menjadi hitam tetapi tidak

membeku. Dan ibu itu ingin melahirkan dengan baik, dengan obat-obatan ibu itu melahirkan

tetapi dengan anak yang sudah meninggal. Waktu anak dan kakak anak keluar terjadi

pendarahan. Dan pada waktu saya berkeinginan untuk menyumbangkan darah kepada Dr.

Mukhlis Hasan, dan setiap tetesan darah itu saya do’akan, do’a itu didengar oleh Allah yang

pada akhirnya ibu itu selamat. Saya tanya kepada teman saya yang telah menyumbangkan

darahnya sebanyak 150 kali sedangkan saya baru 27 kali. Bahwa ada kenikmatan yaitu

nikmatnya menyelamatkan orang. Sewaktu mengeluarkan darah sebanyak 250 cc sumsum

tulang kita akan aktif, ginjal kita akan aktif, limfa kita akan aktif, hati akan aktif dan akan

memproduksi sel-sel darah baru sehingga ceria dengan semangat baru. Dan orang-orang yang

menyumbangkan darahnya nampak lebih awet. Sebagaimana ungkapan Rasulullah

“mudahkanlah maka kamuk akan dimudahkan”.[107]

Sebagaimana penulis pernah mengikuti khotbah Suheimi sewaktu Suheimi

berkhotbah di Masjid Nurul Iman pada tanggal 22 Agustus 2003, dimana pada sat itu

pengurus PMI Padang akan mengadakan donor darah untuk kemanusiaan. Materi khotbah

Suheimi adalah tentang masalah hubungan silaturrahim yagn dikaji masalah menolong

sesama yang salah satunya ikut dalam donor darah. Dalam khotbahnya Suheimi banyak

menyampaikan dampak yang ada pada diri pendonor dari segi kesehatan, dimana orang yang

banyak mengikuti donor darah akan terlihat wajah berseri kemerah-merahan karena darah

yang didonorkan berganti dengan darah yang baru dan materi itu dikaitkan dengan agama.

Sehingg pada waktu itu banyak yang ikut menyumbangkan darahnya ke PMI.

Dengan demikian penulis melihat dari pemaparan diatas, bahwa Suheimi dalam

berdakwah selalu menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi serta kadar pemikiran
mad’unya. Sehingga materi yang disajikan dapat diterima oleh mad’u atau orang yang

mendengarkan.

Hal yang senada juga diungkapkan oleh H. Ali Amran yang juga sebagai seorang

mubaligh dan imam harian Masjid Nurul Iman bahwa dakwah Suheimi yang disampaikannya

itu menyentuh kehidupan umat dan sesuai dengan kondisi yang ada serta dakwah Suheimi

sesuai dengan realitas kehidupan dan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mudah

dipahami oleh orang yang mendengarkannya, seperti isi khotbah Suheimi pada hari Jum’at

tanggal 22 Agustus 2003, dimana pada saat itu PMI Cabang Padang akan mengadakan donor

darah dan pada saat itu khotbah Suheimi mengenai donor darah dan apa manfaat bagi tubuh

orang yang ikut menyumbangkan darahnya dalam kajian ilmu kesehatan dan dalam kajian

agama Islam dan dikaitkan dengan pengalaman hidupnya.[108]

Dalam menggunakan media lisan Suheimi memberikan materi dakwah melihat

kondisi yang ada pada mad’u dimana dia akan memberikan khotbah. Pada penjelasan

sebelumnya telah penulis ungkapkan bahwa Suheimi dalam memberikan khotbah selalu b

ertanya ekpada gurunya yaitu H. Zainuddin Dt. Nan Gadang yang merupakan mertua

sekaligus sebagai guru tentang ayat apa yang cocok untuk disampaikannya. Dengan demikian

Suheimi melihat bagaimana materi yang cocok untuk disampaikan dengan keadaan mad’u.

Salah satu ungkapan Suheimi :

Hampir setiap bulan saya harus pergi ke kampus Universitas Bung Hatta yaitu ke

masjidnya karena saya punya jadwal harus memberikan khotbah jum’at disana. Masjid yang

kecil terletak di dalam pekarangan kampus dengan nama yang sangat menarik yaitu Masjid

Nur Jannah atau cahaya dari syorga. Saya senang memberikan khotbah di situ, karena

pendengarnya kebanyakan par amahasiswa, dosen, staf dosen, sehingga saya dapat

menyampaikan khotbah secara ilmiah.[109]Hal senada juga diungkapkan oleh H. Yurnalis


yang merupakan pengurus Masjid Baitul Makmur yang berdekatan dengan kampus UNP,

bahwa Suheimi dalam memberikan materi dakwah di masjid ini materinya sesuai dengan

kondisi pemikiran orang yang mendengarkannya dan materi dakwahnya ilmiah, dimana

orang yang mendengarkan kebanyakan adalah mahasiswa, dosen, dan pegawai di berbagai

instansi.[110]

Dengan demikian Suheimi dalam memberikan materi dakwah seperti ungkapan

diatas, mampu memberikan materi yang dibutuhkan dan yang sedang berkembang. Suheimji

dalam khotbahnya tersebut mengungkapkan bahwa orang yang sukses adalah orang mengerti

apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

Dari beberapa meteri yang diungkapkan oleh Suheimi, merupakan materi-materi

dakwah yang berasal dari materi kesehatan dan kedokteran yang merupakan ilmu yang

dimiliki oleh Suheimi dan selalu dikaitkan dengan pengalaman hidup yang pernah dilaluinya

dan dengan ayat-ayat Al-qur’an yang merupakan sumber utama dari ilmu pengetahuan.

B. Media Dakwah Dr. H. K. Suheimi

Sebagaimana yang telah diungkapkan pada pembahasan sebelumnya, bahwa media

merupakan sarana dan prasarana yang sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan

totalitas kegiatan dakwah. Dengan demikian media dakwah yang digunakan oleh seorang da’I

untuk menyampaikan materi-materi dakwah kepada umat sangat luas. Media yang digunakan

tidak hanya media lisan seperti ceramah, khotbah dan lain-lain dan itu merupakan emdia yang

sudah lumrah di kalangan umat, namun seorang da’I harus mampu menggunakan emdia yang

alin seperti tulisan berupa ide-ide yang dituangkan diatas kertas yang bisa dipublikasikandi

medi acetak melalui surat kabar buletin, risalah dan bahkan apabila seorang da’I mempunyai
kemampuan untuk menajdi penulis, maka ide-idenya akan dimuat dalam sebuah buku.

Dengan banyak media yang dapat digunakan oleh da’I, maka Suheimi mampu menggunakan

beberapa media dakwah. Diantara media yang digunakan oleh Suheimi diantaranya :

4. Media Lisan

Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa media yang sangat lumrah atau yang

sudah sering digunakan oleh para da’I adalah media lisan. Materi yang disampaikan melalui

mimbar baik itu ceramah, khotbah maupun tabligh akbar, dimana mad’unya sangat tidak

terbatas dan banyak sehingga materi yang disampaikan sangat monoton. Suheimi yang

merupakan seorang dokter namun memiliki semangat dakwah juga mampu menggunakan

mimbar sebagai media dalam berdakwah. Dalam dakwah bil lisan Suheimi sudah pernah

menyampaikan dakwah di daerah Solok, Bukittinggi, Batu Sangkar, Painan, Payakumbuh dan

daerah yang lain. Sedangkan di kota Padang Suheimi sudah banyak memberikan dakwah,

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Suheimi bahwa ia mulai berdakwah

sejak tahun 1983.

Dalam berdakwah melalui mimbar Suheimi tidak terlepas dari materi yang sesuai

dengan ilmunya, dan dia juga pernah memberikan khotbah di berbagai masjid yang ada di

kota Padang. Diantaranya Masjid Nurul Iman, Masjid Taqwa Muhammadiyah, Masjid Baitul

Makmur Air Tawar, Masjid Nur Jannah UBH, Masjid Raya Ganting, Masjid Raya Pasar

Gadang, Masjid Raya Andalas, Masjid B abussalam, Masjid B aitussalam, Masjid

Muhammadan, Masjid Rawang, Masjid Tahsin, Masjid Nurul Islam, Kantor gubernur

Pengajian bulanan, Khotbah Idul Fitri di UPI Lubeg, Khotbah Idul Adha di Lapangan

Ganting Bukittinggi dan masih banyak lagi masjid yang pernah Suheimi memberikan

khotbah.
Dengan sendirinya Suheimi mampu menggunakan media lisan dalam memberikan

dakwah, sehingga ilmku yang dimilikinya disampaikan kepada umat dengan kajian antara

ilmu kesehatan dengan permasalahan yang sedang dihadapi umat dengan kajian agama.

5. Media Tulisan

Suheimi yang memiliki kebiasaan menulis sejak kecil mampu menunjangnya untuk selalu

menulis setiap yang pernah dilaluinya. Suheimi mulai menulis seluruh pengalamannya dan

memasukkan kedalam internet sejak tahun 1994. Kebiasaan Suheimi dalam menulis

diungkapkan oleh Dr. Hj. Zurtias Suheimi bahwa Suheimi menulis itu merupakan sebuah

kebiasaan dan kebudayaan yang selalu dilakukannya.[111]Suheimi juga pernah

mengungkapkan bahwa setiap yang ditulis dikerjakan dan setiap yang dikerjakan ditulis.

Sedangkan yang memotivasi Suheimi untuk selalu menulis dimulai sejak mengikuti kursus di

Widyaloka Padang. Sebagaimana yang diungkapkannya :

Saya disuruh oleh atasan saya untuk belajar komputer agar kalau sudah pandai

memainkan komputer bisa dikirim ke Bandung. Saya sebetulnya enggan, karena saya dari

kecil sudah tertanam dalam diri saya ingin jadi dokter bukan menjadi juru tulis atau tukang

ketik. Tetapi karena dipaksa oleh atasan, maka saya ikuti kursus di Widyaloka. Dan akhirnya

saya ketagihan dengan komputer, kalau tiap jum’at anda membaca tulisan saya di Haluan,

semuaitu berkat komputer. Komputer juga sudah mengubah sifat saya yang malas menulis

menjadi orang yang rajin menulis. Sehingga ada sedikit saja kesempatan. Saya akan duduk di

depan komputer, ada-ada saja yang akan saya tulis.[112]

Dengan demikian Suheimi selain menggunakan media lisan, juga menggunakan

media tulisan. Dakwah melalui tulisan yang dilakukan oleh Suheimi merupakan kumpulan-

kumpulan dari materi dakwah yang disampaikannya lewat ceramah, khotbah, seminar serta
tulisan-tulisan yang pernah dimuat dalam media massa, yang pada akhirnya dijadikan atau

dicetak berbentuk buku.

Suheimi juga menulis di Harian Padang Ekspress sejak tahun 2001 dalam kolom

konsultasi seks dan kesehatan, melalui konsultasi seks dan kesehatan suheimi memberikan

jawaban tidak terlepas dari kajian kesehatan yang digabungkan dengan kajian agama.

Salah satu contoh permasalahan yang diungkapkan oleh Ibrar (Padang) :

“Tanya : Pak dokter Suheimi, saya punya sedikit keresahan untuk beraktivitas,

masalah saya suka berkeringat. Sedikit bergerak keringat banjir dan takutnya nanti

menebarkan bau. Teman-teman pasti akan mengejek. Tolong saya, apa yang mesti saya

lakukan?. Terima kasih atas perhatian bapak untuk masalah saya.

Jawab : Ibrar yang resah hidup ini tidak terlepas dari persoalan keringat, dimana-mana

orabg memeras keringat. Hingga detik ini tidak ada seorangpun yang keringatnya berbau

harum. Dan kita tahu b iasanya keringat kita keluar mana kala tubuh kita bergerak aktif.

Kadang-kadang keringat juga mengalir pada waktu udara panas atau waktu kita berada di

dalam ruangan yang tertutup. Tetapi seringkali ada orang yang selalu keluar keringat

meskipun udara tidak panas dan juga tidak bekerja. Sehingga sementara ia ngobrol bajunya

basah kuyub seperti orang yang sedang kepanasan. Orang yang sering mengeluarkan keringat

secara berkelebihan ini, mungkin saja mengalami ketegangan emosi yang tidak disadarinya.

Keringat yang berlebihanpun dapat juga disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti keringat

diwaktu malam pada penderita paru-paru. Makanan tertentu dapat jug amenyebabkan

keluarnya kernigat dalam jumlah yagn banyak seperti makanan yang pedas atau minuman-

minuman yang merangsang seperti the, kopi dan coca cola. Gangguan hormon juga dapat

menimbulkan keluarnya keringat seperti pada penyakit gondok atau pada penderita penyakit

gula. Untuk itu ada baiknya kita simak firman Allah dalam surat At Taubah ayat 105 : “Dan
katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin

melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang

ghaib dan yang nyata. Lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu

kerjakan”.[113]

Kemudian masalah yang dihadapi oleh Hadisutrisno (Sijunjung) yaitu masalah lemah

sahwat sehingga menimbulkan pesimisnya untuk memiliki anak. Dan Suheimi memberikan

jawaban bahwa stres dapat mengakibatkan lemah sahwat seperti penyakit ginjal, penyakit

hati, depresi dan gangguan hormonal. Obat yang digunakan untk menurunkan tekanan darah,

obat anti epilepsy dan anti depresi juga dapat menimbulkan ereksi. Datanglah berdua dengan

pasangan anda untuk memeriksakan dan janganlah lupa berusaha kemudian panjatkan do’a.

untuk itu ingin saya petikan sebuah firman Allah dalam Al-qur’an untuk Hdisutrisno :

“Zakaria berkata : “Ya rabbku, bagaimana aku bisa mendapat anak sedangkan aku telah

sangat tua dan isteriku yang mandul”, Allah berfirman “Demikianlah Alah berbuat apa yang

dikehendaki-Nya atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada

siapa yang dikehendaki-Nya) dan menjadi mandul siapa yang dikehendaki. Sesungguhnya

Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. 42:45).[114]

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa Suheimi memanfaatkan konsultasi

seks dan kesehatan yang diasuhnya melalui tulisan media massa untuk berdakwah.

Selain itu Suheimi juga melakukan dakwah melalui tulisan berupa buku-buku yang

telah diterbitkan, diantaranya adalah Jangan Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut yang

berisikan tentang Islam di tengah percaturan zaman, pernik-pernik kehidupan dan perjalanan

hidup yang pernah dilalui oleh Suheimi. Dalam tulisan tersebut banyak menyentuh tentang

persoalan hidup yang sedang dihadapi oleh umat manusia yang diuraikan oleh Suheimi

dengan pengalaman hidup yang pernah di lalainya dan dikaitkan dengan ayat-ayat Al-qur’an.
Sedangkan pada buku yang kedua NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup yang

menguraikan tentang petuah-petuah hidup yang sangat berguna untuk di petik pelajaran di

dalamnya. Petuah-petuah hidup yang diungkapkan oleh Suheimi adalah peristiwa-peristiwa

yang pernah dilalui oleh Suheimi dalam mengarungi kehidupan dengan siraman-siraman

pernik kehidupan yang patut untuk diambil pelajarannya. Buku yang ketiga adalah

Fatamorgana Kehidupan yang berisikan tentang persoalan-persoalan kehidupan yang

dikemas dengan sedemikian rupa dengan menggunakan bahasa yang simpel dan mudah di

pahami. Di dalamnya b anyak ditemukan tentang permasalahan-permasalahan kehidupan

yang sangat sulit untuk memecahkannya, maka dalam buku ini Suheimi memaparkan

persoalan kehidupan dengan bahasa yang sangat mudah di pahami dan menyederhanakan

persoalan yang sesungguhnya rumit serta membeberkan realitas kehidupan warga negeri ini

yang penuh dengan fatamorgana. Buku keempat DR. H. K. Suheimi Menjawab (Seputar

Seks dan Kesehatan) yang berisikan tentang persoalan konsultasi seks dan kesehatan yang

diasuh oleh Suheimi di media cetak baik di Singggalang, Haluan dan Padang Ekspress. Dan

buku yang kelima masih dalam proses percetakan.

C. Rumah Sakit

Media dakwah yang tidak dimiliki oleh da’i-da’i yang lain adalah Rumah Sakit.

Suheimi seorang dokter yang memiliki semangat dakwah dan ditunjang dengan ilmu yang

dimilikinya untuk memberikan layanan kepada pasien dan mampu memanfaatkan serta

memadukan ilmu agama yang dimilikinya dengan ilmu kesehatan dan kedokteran dalam

rangka penyebaran agama Islam.


Bagi Suheimi kesempatan bertemu muka dengan pasien selalu digunakan untuk

menyampaikan ajaran Islam baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sehingga

Rumah Sakit dan tempat praktek di gunakan oleh SUheimi untuk memberikan nasehat-

nasehat kepada pasien selain untuk berobat bagi pasiennya.

Sehingga Rumah Sakit digunakan sebagai media dakwah oleh Suheimi dalam

memberikan nasehat-nasehat sesuai dengan keluhan yang dialami oleh pasien. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Dr. Budi Mulyana salah seorang dokter di RS. DR. M. Djamil

Padang, para pasien senang berobat dengan Dr. K. H. Suheimi karena Dr. H. K. Suheimi mau

mendengarkan keluhan pasiennya dan kemudian memberikan nasehat yang selalu

memasukkan nilai-nilai agama demi kesehatan anak yang ada dalam kandungan.[115]

Menurut Suheimi pesan-pesan dakwah akan lebih cepat didengarkan dan

dilaksanakan oleh orang-orang yang sakit dari pada orang yang sehat. Dengan demikian

Suheimi sendiri melihat bahwa nasehat sangat mudah diterima oleh mad’u atau orang sakit

yang sangat membutuhkan perhatian dan bimbingan sehingga ada kesejukan yang didapatkan

oleh pasien dari orang yang memberikan nasehat.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Abbas ia berkata : “Ditetapkan bagi

orang yang mengandung dan menyusui untuk boleh berbuka (tidak berpuasa) dan sebagai

gantinya memberi makan kepada orang miskin setiap harinya”. Setelah semua itu saya coba

jelaskan pada si ibu yang menjadi pasien saya, tampak matanya berbinar. Seulas senyumk

tersungging dari bibirnya, dia puas, dia lega dan wajahnya tidak seletih seperti tadi, dengan

langkah tegar dia keluar karena dia sudah punya pegangan.[116]

Disini sangat jelas, bahwa kesempatan untuk bertatap muka dengan pasien

dipergunakan oleh Suheimi untuk menyampaikan ajaran Islam. Para pasien selain
mendapatkan obat kesehatan yang digunakan untuk tubuhnya juga mendapatkan siraman

rohani untuk mengisi batinnya.

D. Media Internet

Internet merupakan sebuah jaringan dunia luas dari komputer yaitu suatu alat

komunikasi dan sumber informasi dimana ribuan bahkan jutaan komputer yang ada diseluruh

dunia yang saling berhubungan mulai dari komputer rumahan, warinjgan (warnet) sampai

kepada komputer canggih yang dipergunakan oleh perusahaan besar yang digunakan secara

bersamaan dalam sebuah koneksi jaringan.[117]

Kegunaan internet yang sangat penting adalah pertukaran pesan antar umat manusia

melalui elektronik mail. Manfaat dan kegunaan internet inilah memberi peluang yang sangat

besar bagi umat Islam khususnya para juru dakwah untuk ikut andil dalam mempergunakan

media internet sebagai media dakwah untuk menyampaikan informasi tentang ajaran Islam

kepada masyarakat/publik dengan kemampuan penyedia informasi yang sangat tinggi

dimiliki oleh internet.

Suheimi yang merupakan salah seorang dokter dan seorang da’I melihat bahwa

dengan kemajuan teknologi dan informasi dapat digunakan sebagai media dakwah. Suheimi

mulai mempergunakan internet sebagai media dakwah sejak tahun 1994 dimana setiap tulisan

yang berisikan perjalanan hidup baik di dalam negeri maupun perjalanan tour ke luar negeri

selalu dimasukkan ke internet. Menurut Suheimi dengan mempergunakan internet sebagai

media dakwah tidak hanya beberapa orang saja yang dapat membaca melainkan ratusan

bahkan jutaan orang dapat membacanya dan tulisan itu tidak akan hilang sampai

kapanpun.[118]
Semua tulisan-tulisan yang dibuat selalu diketik dengan komputer dan dimasukkan ke

internet dengan menggunakan akses http://www.Is-lam@Isnet.com.id atau

bunda<bunda@pdg.mega.net.id. Dengan demikian Suheimi mampu mempergunakan internet

sebagai media dakwah yang sangat jarang digunakan oleh para juru dakwah mampu

mempergunakan internet sebagai media untuk menyebarluaskan ajaran agama. salah satu

tulisan yang dimasukkan oleh Suheimi ke dalam internet yang ditulis pada tanggal 28 April

1997 adalah :

Hari jum’at 4 Oktober 1991 seharusnya teman saya Dr. Nanang kembali ke Bandung

selesai memberikan penataran di kota Padang namun hari itu tidak sebuahpun pesawat

mendarat di kota Padang. Dari pagi dia menunggu di Bandara Tabing sampai sore tak

satupun pesawat yang bisa mendarat, maka hari itu pesawat tujuan Jakarta 3 buah dibatalkan

berangkat begitupun tujuan Singapura, Batam dan Palembang. Sehingga Dr. Nanang semakin

bingung karena ini pertama kalinya ke kota Padang. Kabut membuat pandangan terhalang,

kabut menyebabkan kerugian penerbangan dan kerugian para penumpang baik rugi materi

maupun rugi waktu. Di dalam tubuh kitapun sering ada kabut, kalau kabut mempunyai

hatipun tidak berseri lagi. Di zaman sekarang banyak hati yang berkabut, banyak m uka yang

berwajah suram dan cemberut serta banyak suasana yang tidak jernih lagi. Pada hal hatiinilah

yang sering dijadikan sebagai kontrol yang terdapat dalam tubuh kita, apapun yang kita

lakukan, yang diketahui dan yang tidak diketahui oleh manusia lain selalu dikontrol oleh hati.

Hati nuranilah yang selalu memberi penilaian terhadap apapun yang dikerjakan dan hati

nuranilah yang menegur salah atau betul yang kita kerjakan, apabila hati nurani telah

berkabut, maka hati itu tidak lagi bercahaya dan hati itu akan menjadi buta. Untuk itu saya

teringat akan firman Allah dalam surat Al Haji ayat 46 : “Maka dengan itu mereka dapat

memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bukanlah mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada dalam

dada”.[119]

Dengan menggunakan internet ini tulisan-tulisan Suheimi banyak yang diterbitkan di

media cetak baik media cetak daerah seperti Haluan, Singgalang, Mimbar Minang maupun

media cetak nasional seperti Republika.

C. Metode Dakwah Dr. H. K. Suheimi

Pada pembahasan sebelumnya telah diungkapkan bahwa metode sangat diperlukan,

hal ini disebabkan dalam menyampaikan materi dakwah kepada mad’u seorang da’i harus

mempersiapkan dengan matang sehingga materi yang disuguhkan dapat diterima dan

dipahami oleh mad’unya. Dalam hal ini metode memegang peranan yang sangat penting, hal

ini disebabkan karena metode itu akan banyak menentukan dan mempengaruhi hasil dari

pelaksanaan kegiatan dakwah.

Metode dakwah itu sangat diperlukan, karena sampai tidaknya materi dakwah kepada

mad’u sangat tergantung kepada metode yang digunakan oleh para da’i. hal ini disebabkan

karena metode dakwah merupakan cara penyampaian materi dakwah yang akan

mempengaruhi individu kelompok maupun masyarakat untuk menerima dakwah baik itu

penerimaan yang baik maupun menolak ajaran yang disampaikan.

Dalam memberikan materi dakwah kepada mad’u, Suheimi juga m empergunakan

metode agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh mad’u. Namun sebelumnya penulis

ingin mengungkapkan bahwa Suheimi dalam berdakwah banyak meniru metode yang

diterapkan oleh guru-gurunya baik itu Suheimi sewaktu masih mengaji dengan H. Malik di
Surau Gurun Panjang Bukittingig. Menurut penuturan Suheimi b ahwa H. Malik dalam

memberikan pelajaran banyak menggunakan metode cerita, sehingga pelajaran yang

disampaikan oleh H. Malik banyak yang disukai oleh murid-muridnya termasuk Suheimi

sendiri. Dan juga guru-guru Suheimi yang lain seperti ustadz Muchtar Yunus dan Ustadz

Ilyas Saman selalu memberikan materi dakwah dengan menggunakan metode cerita, dimana

Suheimi telah mengikuti pengajian dari kedua gurunya itu selama 2 tahun.

Dengan melihat keberhasilan dakwah yang disampaikan oleh gurunya itulah yang

melatar belakangi Suheimi menggunakan metode cerita. Menurut Suheimi dengan

menggunakan metode cerita ini orang yang mendengarkan akan selalu mengikuti materi yang

disebabkan adanya keingintahuan dari akhir cerita materi yang disampaikan.[120] Hal yang

senada juga diungkapkan oleh H. Yunizar Peramen, bahwa materi yang digunakan oleh

Suheimi dalam berdakwah adalah metode cerita sehingga banyak orang yang tertarik dan

tidak menimbulkan kebosanan.[121]

Metode cerita ini dapat dilihat dari cara Suheimi dalam memaparkan materi dakwah

kepada mad’u, diantaranya :

Setiap kami turuni ngarai, setiap kali itu pula kami bertemu dengan oplet cigak

baruak. Kadang-kadang di pendakian. Kalau di pendakian, maka oplet ini selalu mencuri

jalan dan memepet jalan ke kanan mungkin stirnya tidak dapat lagi dibantingkan secara

tajam. Kalau terpergok di pendakian terdengar raungannya yang memilukan, seakan-akan

cigak baruak itu membana, tidak kuat lagi seolah-olah bertanya : “masih jauhkah pendakian”.

Terengah-engah, terseok-seok seperti orang sesak nafas, oplet itu melenguh mendaki sambil

membawa muatan yang sarat. Oplet itu sarat muatan bukan hanya di dalam badannya saja

tetapi juga ditendanya dan berketiding-ketiding pisang dari Sungai Jariang dan Nagari

Lambah dimuat orang. Kemudian di dalam badan oplet itu sarat dengan penumpang bagaikan
sardencis, penuh sesak dan sebagian dari penumpang bergayut dan bergantungan di pintu

mobil. Oplet cigak baruak itu sebetulnya sudah tua untuk memikul beban yang berat dan

pendakian yang sangat tinggi di Lembah Ngrai Sianok. Dinding sudah keropos, catnya tidak

tentu apa warnanya, tiap sebentar mesinnya panas serta bannya sudah licin. Sehingga oplet

tua itu yang sudah reot diberi beban yang bukan main beratnya. Lalu disuruh mendaki

Lembah Ngarai Sianok dan disuruh menempuh jalan-jalan yang berlubang seperti kubangan

kerbau serta berbatu dan jarang sekali oplet tua itu menempuh jalan yang licin dan mulus.

Sewaktu mobil itu masih baru, mesinnya masih kuat, bodinya masih utuh, tiap sebentar

mobil itu diperiksa, olinya setiap sebentar diganti, minyak remnya tidak boleh kurang,

bensinnya tidak boleh habis serta dindingnya m ulus dan berkilat. Dan tidak boleh muatannya

berlebih kalau ada muatan yang berlebih di turunkan, mobil itu dielus-elus dan dibanggakan

kesana kemari. Lalu saya merenung, hidup ini pun bagaikan mobil. Sewaktu badan sedang

kuat, apapun bisa dikerjakan dan dilakukan. Tetapi begitu mulai tua seperti oplet cigak

baruak yang berumur 45 tahun yang seharusnya bukan bebannya pun dipikul, keadaan

terseok-seok, dengan narfas yang sesak tetapi dipaksakan mendaki pendakian yang sambil

memikul beban-beban. Kadang-kadang beban yang seharusnya untuk truk tetapi juga dimuat

juga ke dalam mobil. Untuk semua itu patutlah kita pikirkan, selagi muda, tulang kuat, otot

dan otak masih kuat, pikiran yang masih jernih. Dianjurkan menabung sebanyak-banyaknya

dan berusaha sekuat-kuatnya untuk mempersiapkan hari tua. Di hari tua sudah menunggu

beban yang tidak semestinya dipikul harus disandang. Sedangkan badan telah letih, tulang

telah lemah, badan sudah sakit-sakitan dan bebanpun sudah bertumpuk serta kepada kita

diminta pertanggungjawaban. Untuk semua itu saya teringat akan firman Allah dalam surat

Alam N ashrah ayat 1-4 : “Bukankah sudah kamu lapangkan untukmu dadamu. Dan kami

menghilangkan darimu bebanmu. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena

sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.[122]


Selain itu juga Suheimi mengungkapkan masalah pemimpin :

Saya terkesan sekali akan kerjasama yang dijalin antara benang dan jarum. Tanpa

benang jarum tidak bisa apa-apa, begitu juga sebaliknya tanpa jarum benangpun tiada

artijnya. Jarum kalau berjalan sendiri akan menjadi tajam, bisa menusuk dan melukai dan

akan menjadi umpatan dan sesalan. Maka dari itu jarum membutuhkan teman untuk berjalan.

Selesai merenda yang selalu dipuji adalah benang dan dari jauh jarum bersyukur letihnya

sudah terobati. Dia tidak protes dan tidak cemburu serta tidak meminta untuk diikutsertakan

dalam pameran. Hidup ini bagaikan jarum dan benang dimana ada yang diikuti dan ada yang

mengikuti. Kerjasama antara benang dan jarum ini menghasilkan renda serta sulaman yang

aduhai indahnya. Ketekunan jarum keluar tempat yang sempit dan sulit dan kesabaran benang

mengikuti kehendak jarum agaknya perlu kita contoh. Hendaknya para pemimpin meniru

seperti jarum yang rela berkorban, sanggup menembus dan menempuh kesulitan-kesulitan.

Berani masuk kemana saja serta bersedia dipanggang dan diasah supaya bertambah tajam.

Dia tidak menuntut macam-macam setelah programnya selesai serta rela melihat engikutnya

dipuji-puji dan disanjung orang. Untuk saya teringat akan firman Allah dalam surat Al Ahzab

ayat 67 : “Dan mereka berkata : Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para

pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan

yang benar.[123]

Melihat dari beberapa matri yang diungkapkan oleh Suheimi diatas, jelaslah bahwa

metode cerita sering dipakai dalam memberikan materi dakwah dan metode cerita itu selalu

dikaitkan dengan contoh-contoh yang terjadi di tengah masyarakat. Sehingga dalam

memberikan dakwah dengan metode cerita ini Suheimi mampu mengambil hati mad’u untuk

selalu mengikuti dakwah yang disampaikan. Dengan demikian metode cerita merupakan ciri

khas Suheimi dalam memberikan materi dakwah kepada mad’u.


Dalam memakai metode cerita dalam berdakwah, Suheimi seringkali menggunakan

bahasa yang mengandung sastra, artinya Suheimi mampu menyampaikan materi dakwah

dengan menggunakan bahasa yang mengandung rasa keindahan bahasa dalam

mengungkapkan suatu permasalahan yang sedang dibahasnya dan bahasa yang digunakan

sering mengungkapkan dengan menggambarkan serta mengibaratkan suatu persoalan dengan

perumpamaan benda mati sama dengan benda hidup dalam memaparkan suatu persoalan

yang sedang di hadapi oleh umat. Dengan sendirinya Suheimi dalam berdakwah baik secara

lisan maupun tulisan menggunakan metode sastra, seperti yang diungkapkan Suheimi :

Di dalam tubuh kitapun sering ada kabut, kalau kabut itu mulai menyelimuti hati,

hatipun kelihatan suram dan orang yang tidak mempunyai hatipun tidak beseri lagi. Di zaman

sekarang banyak hati yang berkabut, banyak muka yang berwajah suram dan cemberut serta

banyak suasana yang tidak jernih lagi. Pada hal hati inilah yang sering dijadikan

sebagaikontrol sosial dan sering disebut dengan hati nurani. Hati nurani adalah kontrol sosial

yang terdapat dalam tubuh kita, apapun yang kita lakukan, yang diketahui dan yang tidak

diketahui oleh manusia lain selalu dikontrol oleh hait. Hati nuranilah yang selalu memberi

penilaian terhadap apapun yang dikerjakan dan hati nuranilahyang menegur salah atau betul

yang kita kerjakan, apabila hati nurani telah berkabut, maka hati itu tidak algi bercahaya dan

hati itu akan menjadi buta. Untuk itu saya teringat akan firman Allah dalam surat Al Haji ayat

46 : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang

dengan itu mereka dapat memahamai atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat

mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah

hati yang ada dalam dada”.[124]

Selain itu juga terdapat dalam salah satu materi yang lain :
Sewaktu saya mengunjungi Yayasan Pendidikan Anak Cacat di Solo disana banyak

cermin yang berguna untuk mengetahui posisi dan postur tubuh. Sehingga dengan adanya

cermin itu mereka dapat memperbaiki kesalahannya. Jadi cermin berfungsi sebagai koreksi

dan sebagai guru, dimana kata teman saya bahwa cermin itu adalah selalu berkata jujur selagi

dia masih datar, tetapi begitu cermin itu cekung atau cembung maka bayangan yang terjadi di

cermin sudah tidak benar. Maka dari itu sebaik-baiknya cermin dia hanya b isa melihat

melihat kulit bagian permukaannya saja. Untuk itu manusia membutuhkan cermin yang lebih

canggih yang dapat memantulkan bagian dalam tubuhnya. Sebaik-baiknya cermin adalah Al-

qur’an, karena kita dapat bertanya untuk mengetahui apa yang tidak ikita ketahui, Al-qur’an

yang banyak menjawab persoalan-persoalan hidup dan kepadanyakita sering mengadu.

Dengan Al-qur’an kita bhisa dekat dengan Allah. Maka dalam hidup kita ini butuh cermin

yang berfungsi untuk mengkoreksi diri dan sebagai guru.[125]

Melihat dari pemaparan diatas dapat penulis melihat bahwa Suheimi sering sekali

menggunakan bahasa yang mengandung unsur-unsur sastra, artinya bahasa yang digunakan

adalah bahasa yang dapat menyentuh qalbu orang yang mendengarkan. Suheimi sering kali

menggunakan bahasa yang mengibaratkan benda mati menjadi benda hidup.

Suheimi adalah seorang dokter yang memiliki semangat dakwah dan ditunjang

dengan ilmu yang dimilikinya untuk memberikan layanan kepada pasien. Bagi Suheimi

kesempatan bertemu muka dengan pasien selalu digunakan untuk menyampaikan ajaran

Islam baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sehingga Rumah Sakit dan tempat

praktek di gunakan oleh Suheimi untuk memberikan nasehat-nasehat kepada pasien selain

untuk berobat bagi pasiennya. Artinya metode yang digunakan oleh Suheimi terhadap pasien

adalah nasehat-nasehat yang sesuai dengan keluhan yang dihadapi oleh pasiennya.

Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan pada pembahasan Bab I tentang permasalahan
yang dihadapi oleh Delvi yang memasuki usia kandungan 7 bulan dan Suheimi

menyarankannya untuk memperbanyak rukuk dan sujud serta memperbanyak meminum susu

dan makanan yang bergizi tinggi. Salah satu nasehat yang disampaikan oleh Suheimi kepada

pasiennya :

Beruntung sekali ibu saat ini,” kata saya sewaktu memeriksa seorang ibu hamil.

“Kenapa?” tanya seorang ibu dengan rasa ingin tahu. Lalu saya jawab karena sekarang bulan

ramadhan dan saya menerangkan kenapa ibu itu beruntung. Di bulan ramadhan merupakan

kesempatan baik untuk mendidik anak yang ada dalam kandungan dan di b ulan ramadhan

inilah kesempatan yang baik untuk memperkenalkanbayiyang ada dalam kandungan dengan

Allah. Dan ayat demi ayat yang dibaca merupakan upaya untuk memperkenalkan dan

memberikan sentuhan agama pada anak yang ada dalam kandungan. Saya sering

menganjurkan ibu hamil di bulan ramadhan untuk sering membaca surat Maryam agar anak

yang dikandungnya seperti Maryam yang cantik, elok dan luhur budi pekertinya dan surat

Yusuf agar anak yang dilahirkan seperti Yusuf gagah, jago mengelola keuangan dan ekonomi

negara serta taat beribadah.[126]

Dari ungkapan diatas penulis melihat bahwa dengan memberikan nasehat kepada

pasien dengan sendirinya Suheimi telah menerapkan metode mau’izatul hasanah yaitu

memberikan pengajaran yang baik kepada pasiennya. Dengan demikian Suheimi selalu

mempergunakan kesempatan bertatap muka dengan memberikan nasehat-nasehat keagamaan

kepada pasiennya. Sehingga selain mendapatkan obat dokter, pasien juga mendapatkan

siraman rohani.

Disini Suheimi selalu mengarahkan terhadap mad’u baik melalui mimbar maupun

terhadap pasien. Metode ini Suheimi gunakan dengan memberikan materi dakwah ditunjang

dengan pengalaman yang pernah dialami oleh Suheimi sendiri. Sedangkan kepada para
pasiennya, Suheimi berfungsi sebagai pembimbing, teman dekat, yang menyayangi dan

memberikannya kepada segala hal yang bermanfaat dan membahagiakan pasiennya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suheimi bahwa pesan-pesan dakwah atau nasehat yang

diberikan adalah nasehat yang menggembirakan agar pasien mau melaksanakan nasehat

tersebut.

Dengan sendirinya Suheimi mampu menggunakan metode mau’izatul hasanah dan

metode tabsyir yang berguna untuk memberikan kabar gembira seperti pesan Suheimi kepada

pasiennya untuk banyak membaca surat Yusuf dan surat Maryam agar anak yang

dikandungnya lahir seperti Yusuf dan Maryam.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan diatas dapatlah penulis menyimpulkan diantaranya :

Suheimi adalah seorang dokter kelahiran Pariaman tanggal 15 Februari 1947

disamping menjadi seorang dokter beliau juga mampu berdakwah melalui spesialisasi dalam

bidangnya yaitu kesehatan dan kedokteran.

Materi-materi yang disampaikan oleh Suheimi adalah materi-materi yang berkaitan

dengan ilmu kesehatan dan kedokteran dan selalu dikaitkan dengan pengalaman hidup yang

pernah dilalui serta materi tersebut dikaitkan dengan ayat-ayat Al-qur’an dan menggunakan

bahasa yang mudah dipahami oleh mad’u.

Media yang digunakan oleh Suheimi adalah media lisan sebagai media yang umum

digunakan oleh para juru dakwah, media tulisan, media elektronik (internet), media Rumah

Sakit dan tempat praktek.

Metode yang digunakan oleh Suheimi dalam berdakwah adalah metode cerita dan

juga menggunakan mau’izatul hasanah dan metode tabsyir berupa nasehat-nasehat yang baik

serta metode sastra dengan mengibaratkan benda mati sama dengan benda hidup dalam

mengungkapkan suatu persoalan.


B. Saran-saran

Adapun saran-saran penulis adalah :

1. Agar para lulusan yang bergerak di bidang dakwah memahami tugas dan kewajiban

secara benar.

2. Apapun profesi dan pekerjaan dapat melakukan dakwah yang kesemuanya itu sesuai

dengan bidang ilmu dan keahlian yang dimiliki serta metode dan media yang digunakan.

3. Kepada para juru dakwah agar mampu memperbanyak dan memperluas media yang

digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Tidak hanya para juru dakwah itu mampu

melalui media lisan akan tetapi mampu menggunakan media tulisan terlebih lagi untuk

mampu menggunakan media internet sebagai media dakwah. Hal ini disebabkan tidak

semua orang dapat secara langsung untuk mendengarkan pengajian namun dengan

menggunakan media tulisan dan internet akan mampu menjangkau mad’u yang banyak

dan lebih luas. Maka sudah sepatutnya para juru dakwah untuk mengikuti jejak Suheimi

dalam menggunakan internet sebagai media dakwah.

[1] Musthafa Ar-Rafi’I, Potret Juru Dakwah, terjemahan, (Jakarta, CV. Pustaka AL-
Kautsar, 2002), Cet. 1 h. 85-88.

[2]Ibid, h.98

[3]Ibid, h. 114
[4]Ibid, h. 123

[5]Ibid, h. 172

[6]Ibid, h. 180

[7] Kliping, Karya Tulis dr. H. K. Suheimi, 2002

[8] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang : Tanggal 5 Juni 2003

[9] Delvi, Wawancara, Padang: Tanggal 5 Juni 2003

[10] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut, (Padang,
Anggrek Distributor, 2002), Cet. I h.v

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta, Yayasan


[11]
Penyelenggara, Penterjemahan/Penafsiran Al-qur’an, 1973), Cet I h. 127

[12] M. Arifin. M.ED, Psikologi Dakwah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1997), Cet. I h. 17

[13] Dr. H. K. Suheimi, Nurhama lima puluh petuah hidup, (Padang, Anggrek
Distributor, 2002), Cet. I h. v

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,


[14]
2001), Cet. 15, h. 3

[15] Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos, 1997), Cet.
I h. 60

[16] LExi J. Moelong, Op.cit. h. 65

[17] Ahmad Warson Munawwir, Kamus AL-Munawwar Bahasa Arab-Indonesia,


(Yogyakarta, Pustaka Progressif, 1984), h. 439

[18] Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta, Hidakarya Agung, 1973), Cet.
I h. 127

[19] Jamaluddin Kafie, Pengantar Ilmu Dakwah, (Surabaya, Kurnia, 1988), h. 1

[20] Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Widjaya, 1992), Cet. Ke-5, h. 1

[21] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang, CV. Toha Putra, 1989), h. 421

[22] Ibid, h. 778

[23] Ibid, h. 310

[24] Ibid, h. 353

[25] Ibid, h. 45
Syekh Ali Mahfuz, Hidayat al-Mursyidin ila Turuq al-Wa’z wa al Khitabah, (Dar al –
[26]
Misr, 1970), h. 18

[27] M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta, Ddi 1971) h.169

[28] A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut Al-qur’an, (Jakarta, Bulang Bintang, 1974), cet. 3

[29] M. Arifin, M.ED,

[30] Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi Dalam Dakwah, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1988), h. 18

[31] Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta, Logos, 1997), h. 31

Endang Syaifuddin Anshari, Wawasan Islam (Pokok Pikiran tentang Islam dan
[32]
Umatnya), (Jakarta, Rajawali Press, 1996), h. 190.

[33] Anwar Asy’ari, Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya, PT. Bina Ilmu 1981), h. 38

[34] Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islamiyah, (Surabaya, Al-Ikhlas, 1983), h.

[35] Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1994), h. 21

[36] Asmuni syukir, Op.cit, h. 51-60

[37] H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar Studi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), h.
4

Abu A’la Al-Maududi, Petunjuk Juru Dakwah, Terjemahan, (Jakarta, Media dakwah,
[38]
1994), Cet. 3h. 9-10

[39] Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah (Surabaya, Indah, 1993), h. 67

Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam Seni dan Teknik Dakwah, (Bandung, Diponegoro,
[40]
1981), h. 30

[41] Ibid, h. 50

[42] Wardi Bachtiar, Op.cit, h. 35

[43] Endang syaifuddin Anshari, Op.cit, h. 80

[44] KH. Irfan Hielmi, Dakwah bil Hikmah (Yogyakarta, Mitra Pustaka, 2002), Cet. 1, h. 73)

[45] Hamzah Ya’cub, Op.cit, h. 48

Rafi’uddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung,
[46]
CV. Pustaka Setia, 1997), h. 48-49

KH. E.Z. Muttaqien, Peranan Dakwah Dalam Pembangunan Manusia. (Surabaya, PT.
[47]
Bina Ilmu, 1982), Cet. Ke-1, h. 66-67.
Salahuddin Sanusi, Pembahasan Tentang Prinsi-Prinsip Dakwah Islamiyah. (Semarang,
[48]
Ramadhani, 1989), h. 111

Abdul Karim Zaidan, Ushulud Dakwah, Terjemahan, h. Muhammad Asywadi Syukur,


[49]
Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta, Media Dakwah, 1982), h. 78

[50] Depag RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Semarang, CV. Toha Putra, 1989), h. 421

[51] Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta, Pustaka Panji Mas 1983), Juz. 14, h. 321

Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi. Terjemahan (Semarang, Toha Putra,


[52]
1993), Cet. II, Juz. 14, h. 289

[53] Mahmud Yunus, Tafsir Al-qur’an, (Jakarta, Hidakarya Agung, 1992), h. 399

[54] Irfan Hielmy, Op.cit, h. 17

[55] M. Natsir, Op.cit, h. 165

[56] Hamka, Op.cit¸Juz. 14, h. 321

[57] Irfan Hielmy, Op.cit, h. 18

Muhammad Husein Yusuf, Dibalik Strategi Dakwah Rasullah, Terjemahan oleh Sukriadi
[58]
Sambas dan Rosihan Anwar, (Bandung, Mandiri Press, 1999), h. 48

[59] Syaid Qutb, Fighud Dakwah, (Jakarta, Pustaka Amani, 1996), h. 22

[60] Hamka, Op.cit, h. 321

[61] Musthafa Yakub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1997), h.
2

[62] Hamka, Op.cit, h. 321

[63] Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta, Hidakarya Agung, 1990), h. 23

[64] Depag. RI, Op.cit. h. 635

[65] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang 7 Agustus 2003

[66] Dr. Hj. Zurtias Suheimi, Wawancara, Padang 9 Agustus 2003

[67] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang 11 Agustus 2003

[68] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup, op.cit. h. 96

[69] Ibid, h. 10

[70] Ibid, h. 75
[71] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang 11 Agustus 2003

Dr. H. K. Suheimi,, NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup, (Padang Anggrek Media,
[72]
2002)

[73] H. Mas’oed Abidin, Wawancara, Padang 16 Agustus 2003

[74] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA, LOC.CIT, H. 159

[75] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang 16 Agustus 2003

[76] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut, Op.cit,h.3

[77] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA, Op.cit, h. 167

[78] Dr. H. K. Suheimi, Fatamorgana Kehidupan, (Padang, Anggrek Media, 2002), h. 41

[79]H. Warnimsyah, Wawancara, Bukittinggi 20 Agustus 2003. Warnimsyah merupakan


teman Suheimi sejak kecil dan teman yang sama bekerja sejak SD serta Suheimi besarnya
bersama keluarga H. Shahab.

[80] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Air Kembali ke Laut, Op.cit, h. 102

[81] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA, Op.cit, h. 7

[82] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petua Hidup, Op.cit, h. v

Yurnalis, Pengurus Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Wawancara, Padang 7 Agustus
[83]
2003

[84] H. Yunizar Peraman, Wawancara, Padang 9 Agustus 2003

[85] Dr. Rusdi Aziz, PD 1 FK. Unand, Wawancara, Padang 9 Agustus 2003

[86] H. Ma’oed Abidin, Wawancara, Padang 16 Agustus 2003

[87]Dr. H. K. Suheimi, Sebagai Pembicara pada acara seminar tentang Penyakit Akibat
Hubungan Seks di Pangeran Beach Hotel Padang dan ini juga pernah disampaikan Suheimi
dalam khotbat.

Dr. H. K. Suheimi, Khotbah Jum’at, Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Padang 16
[88]
Februari 2001

Dr. H. K. Suheimi, Khotbah Jum’at, Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Padang 16
[89]
Februari 2000

Dr. H. K. Suheimi,, Khotbah Jum’at, Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Padang 16
[90]
November 2002.

[91] Dr. H. K. Suheimi,, Khotbah Jum’at Masjid Nurul Iman Padang 22 Agustus 2003
[92] H. Ali Amran, Wawancara, Padang 22 Agustus 2003

[93] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut. Op.cit, h. 63

[94] H. Yurnalis, Wawancara, Padang 11 Juli 2003

[95] Dr. Hj. Zurtias Suheimi, Wawancara, Padang 11 Agustus 2003

[96] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup. Op.cit, h. 156

[97] Padang Ekspress, Minggu 20 Juli 2003

[98] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petua Hidup, Op.cit, h. v

Yurnalis, Pengurus Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Wawancara, Padang 7 Agustus
[99]
2003

[100] H. Yunizar Peraman, Wawancara, Padang 9 Agustus 2003

[101] Dr. Rusdi Aziz, PD 1 FK. Unand, Wawancara, Padang 9 Agustus 2003

[102] H. Ma’oed Abidin, Wawancara, Padang 16 Agustus 2003

[103]Dr. H. K. Suheimi, Sebagai Pembicara pada acara seminar tentang Penyakit Akibat
Hubungan Seks di Pangeran Beach Hotel Padang dan ini juga pernah disampaikan Suheimi
dalam khotbat.

Dr. H. K. Suheimi, Khotbah Jum’at, Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Padang 16
[104]
Februari 2001

Dr. H. K. Suheimi, Khotbah Jum’at, Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Padang 16
[105]
Februari 2000

Dr. H. K. Suheimi,, Khotbah Jum’at, Masjid Baitul Makmur Air Tawar, Padang 16
[106]
November 2002.

[107] Dr. H. K. Suheimi,, Khotbah Jum’at Masjid Nurul Iman Padang 22 Agustus 2003

[108] H. Ali Amran, Wawancara, Padang 22 Agustus 2003

[109] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut. Op.cit, h. 63

[110] H. Yurnalis, Wawancara, Padang 11 Juli 2003

[111] Dr. Hj. Zurtias Suheimi, Wawancara, Padang 11 Agustus 2003

[112] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup. Op.cit, h. 156

[113] Padang Ekspress, Minggu 20 Juli 2003


[114]Dr. H. K. Suheimi, Dr. H. K. Suheimi Menjawab (Seputar Seks dan Kesehatan),
(Padang, Anggrek Media 2003), h. 170-171.

[115] Dr. Budi Muhyana, Wawancara, Padang 13 Juli 2003

[116] Dr. H. K. Suheimi,, NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup, Op.cit. h. 86-88

[117] Saritha Vara,


Kenyon Brown, Travel Ion Internet. (Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo, 1996), h. 5

[118] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang 9 Agustus 2003

[119] http/www.Islam@isnet.co.id, Padang 16 Agustus 2003

[120] Dr. H. K. Suheimi, Wawancara, Padang 11 Agustus 2003

[121] H. Yunizar Peramen, Wawancasra, Padang 9 Agustus 2003

[122] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Kembali Ke Laut. Op.cit. h. 83

[123] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petua Hidup, Op.cit, h. 35

[124] http/www.Islam@isnet.com.id, Padang 16 Agustus 2003

[125] Dr. H. K. Suheimi, NURHAMA Lima Puluh Petuah Hidup. Op.cit, h. 532

[126] Dr. H. K. Suheimi, Jangan Biarkan Setetes Air Kembali Ke Laut, op.cit. h. 18

Anda mungkin juga menyukai