Anda di halaman 1dari 39

PROSEDUR PENYEHATAN RUANG, BANGUNAN

DAN HALAMAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
10.01.01.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu
keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari
bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi silang dan
masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Penyehatan ruang bangunan dan halaman adalah langkah-
langkah dalam melaksanakan pemeriksaan/pengawasan pada
semua ruangan IRNA dan IRJA yang ada di lingkungan rumah
sakit, dan pemeriksaan / pengawasan dilakukan di dalam dan
di luar termasuk kamar mandi.
Tujuan Tercipatanya kondisi ruang bangunan yang bersih, nyaman
dan sehat serta memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit.
Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:
230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pemeliharaan Ruang Bangunan
a. Pelaksana kebersihan ruang bangunan dan halaman
adalah tenaga cleaning service (CS)
b. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan
sore hari
c. Pelaksanaan pekerjaan kebersihan bangunan meliputi
pembersihan dan pengepelan lantai ruangan,
pembersihan kamar mandi / WC, pembersihan dinding/
sekat, plafon, kosen-kosen, daun jendela/pintu,
dilaksanakan mulai pukul 06.00 s/d pukul 15.00 tiap hari
termasuk hari libur, istirahat pukul 11.00 s/d 13.00
d. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan
setelah merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam
kunjung dokter, kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu
bilamana diperlukan
e. Menghindari cara pembersihan yang dapat menebarkan
debu
f. Masing-masing ruang tersedia perlengkapan pel
tersendiri
g. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal
2 (dua) kali setahun dan dilakukan pengecatan ulang
apabila dinding sudah terlihat kotor atau cat sudah pudar
2. Pelaksanaan Kebersihan Sarana Lingkungan Rumah Sakit
a. Pembersihan taman, lapangan parkir, saluran air
sekurang-kurangnya 1 kali sehari
b. Pemotongan rumput, penyiraman dan pemupukan
tanaman
c. Pagar luar dibersihkan sekurang-kurangnya 1 kali
seminggu
3. Pengawasan dilakukan setiap hari oleh tim pengawas
rumah sakit dan Instalasi Kesehatan Lingkungan serta
penilaian dilakukan setiap bulan untuk evaluasi
Unit terkait Seluruh unit ruang dan bangunan serta lingkungan RSUD Kota
Mataram
PROSEDUR HYGIENE SANITASI
MAKANAN DAN MINUMAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.01.02.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Makanan dan minuman di RS adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien
dan karyawan serta yang dijual di dalam lingkungan rumah
sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan,
mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan.
Tujuan Terwujudnya kebersihan makanan dalam jalur perjalanan
makanan sebelum dikonsumsi oleh manusia sehingga
terhindar dari resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan
Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:
230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pelaksana hygiene sanitasi makanan dan minuman rumah
sakit adalah tenaga sanitasi Instalasi Kesehatan
Lingkungan rumah sakit
2. IKL berkoordinasi dengan Instalasi Gizi tentang izin
pemeriksaan
3. Monitoring terhadap penerimaan bahan makanan dan
makanan jadi, tempat penyimpanan makanan dan makanan
jadi, pengolahan makanan, penyajian dan pengangkutan
4. Pengawasan kualitas lingkungan tempat pengolahan
makanan, meliputi lokasi bangunan dan fasilitas yang ada,
seperti: air bersih, air kotor, fasilitas cuci tangan dan
pembuangan sampah
5. Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel
makanan dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun
Unit terkait Bekerjasama dengan Instalasi Gizi
PROSEDUR PENYEHATAN AIR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.01.03.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Upaya kesehatan untuk melindungi dan memelihara air dari
pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan
manusia atau makhluk lainnya yang dekat dengan sumber

Tujuan Kualitas air terjaga sehingga aman digunakan untuk


kepentingan kegiatan rumah sakit
Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:
230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pelaksana penyehatan air adalah tenaga sanitasi Instalasi
Kesehatan Lingkungan
2. Kegiatan pengawasan kualitas air, meliputi:
a. Sumber air dilengkapi dengan alat ukur debit
b. Mengukur debit ait
c. Mencatat jumlah pemakaian air setiap hari
d. Melakukan pengurasan reservoir
e. Melakukan klorinasi air bersih
f. Melakukan pengukuran parameter fisika air bersih setiap
24 jam sekali / setiap hari
g. Melakukan pengukuran parameter bakteriologi air bersih
setiap 1 bulan sekali
h. Melakukan pengukuran paremeter kimiawi air bersih
setiap 6 bulan sekali
3. Pemasangan instalasi air bersih yang berhubungan dengan
penggunaan air bersih di suatu unit/ruangan harus
berkoordinasi dengan IKL
4. Apabila delam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat
parameter yang menyimpang dari standar maka harus
dilakukan pengelolaan sesuai parameter yang menyimpang
5. Apabila hasil inspeksi sanitasi menujukkan tingkat resiko
pencemaran yang sangat tinggi, harus dilakukan perbaikan
sarana
Unit terkait Kerjasama antar kepala ruangan
PROSEDUR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
NON MEDIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.01.02.10 1/3

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman dan halaman.
Penanganan limbah padat adalah langkah-langkah
penanganan limbah padat mulai dari mengumpulkan,
menerima, menimbang sampai ke proses pengolahan untuk
pemusnahan dan pembuangan akhir.

Tujuan Sebagai acuan dalam pengelolaan limbah padat non medis


untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan rumah
sakit, terjadinya IN, dan untuk menjaga keindahan dan
kenyaman masyarakat dan lingkungan rumah sakit

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:


230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010
Halaman 2/3
Prosedur 1. Pelaksana pengelolaan limbah padat non medis adalah
- Kepala ruangan atau kepala instalasi di RSUD Kota
mataram
- Tenaga sanitasi IKL
- Tenaga cleaning service (CS)
2. Pemilahan sampah merupakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing instalasi
3. Masing-masing instalasi membuang sampahnya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan
4. Pemilahan dan Pewadahan
a) Pewadahan limbah non medis padat dipisahkan dengan
limbah medis padat dan ditampung dalam kantong
plastik warna hitam.
b) Tempat pewadahan dilapisi kantong plastik warna hitam
dan diberi lambang “domestik” warna putih.
c) Bila kepadatan lalat di sekitar tempat limbah padat
melebihi 2 ekor per-blok griil, perlu dilakukan
pengendalian lalat.
5. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan
a) Bila ditempat pengumpulan sementara tingkat
kepadatan lalat lebih dari 20 ekor per-block griil atau
tikus terlihat pada siang hari segera dilakukan
pengendalian.
b) Dalam keadaan normal dilakukan pengendalian
terhadap serangga dan binatang pengganggu yang lain
minimal 1 bulan sekali.
6. Pengolahan dan Pemusnahan : Dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.
Pelaksanaan :
 Persiapan sebelum bekerja petugas memakai sarung
tangan dan memakai sepatu boot/masker.
 Petugas kebersihan masing-masing unit pelayanan
mengumpulkan limbah yang telah disiapkan.
 Petugas kebersihan masing-masing unit pelayanan
mengambil/mengumpulkan limbah padat non medis tiap
hari kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah /
incinerator
Halaman 3/3
 Petugas kebersihan membersihkan bak sampah kemudian
mencuci tangan dan melepaskan / merapikan serta
mengembalikan alat-alat yang telah dipakai ke tempat
semula.
 Koordinator IKL mengecek tiap hari pekerjaan yang telah
dikerjakan oleh petugas kebersihan di masing-masing unit
pelayanan.
 Koordinator IKL menginstruksikan petugas kebersihan di
masing-masing unit pelayanan untuk membersihkan
kembali apabila belum bersih.
 Setelah selesai petugas mencuci tangan dan
mengembalikan kembali alat-alat yang telah dipakai.
Unit terkait Bekerja sama dengan Kepala Bagian Farmasi, Teknisi
Radiologi, Bagian Gudang dan Kepala Perawat, Bagian Umum
Poliklinik, Laboratorium, Dapur, Ruang Nifas, OKA

PROSEDUR PENGELOLAAN LIMBAH PADAT


MEDIS DAN BENDA TAJAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
10.02.02.02.10 1/4

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Penanganan limbah medis benda tajam adalah tata cara
penanganan limbah medis benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit. Contoh : jarum suntik, pecahan
gelas, pisau bedah.
Indikasi: Benda tajam memiliki potensi bahaya dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-
benda tajam yang terbuang dapat terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan beracun, bahan sitotoksik maupun bahan
radioaktif.
Syarat-syarat :
 Tersedia tempat khusus yang tidak mudah ditembus oleh
benda tajam (kaleng, ember plastik), kantong plastik untuk
menampung kaleng/ember plastik.
 Tersedia petugas yang menangani limbah benda tajam
mulai dari penyimpanan di unit kerja sampai pemusnahan

Halaman 2/4
Tujuan Sebagai acuan dalam pengelolaan limbah padat non medis
untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan rumah
sakit, terjadinya IN, dan untuk menjaga keindahan serta
kenyaman masyarakat dan lingkungan RS

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:


230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010

Halaman 3/4
Prosedur 1. Pelaksana pengelolaan limbah padat non medis adalah
- Kepala ruangan atau kepala instalasi di RSUD Kota
mataram
- Tenaga sanitasi IKL
- Tenaga cleaning service (CS)
2. Pemilahan sampah merupakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing instalasi
3. Masing-masing instalasi membuang sampahnya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan
4. Tempat pewadahan limbah medis dan benda tajam terbuat
dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan halus pada bagian dalamnya.
5. Di setiap sumber penghasil limbah medis padat tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non
medis.
6. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
7. Untuk benda-benda tajam terdapat tempat khusus seperti
botol atau kantong yang aman.
8. Pembakaran limbah dengan incenerator selambat-
lambatnya 24 jam.
9. Kantong limbah medis padat dan benda tajam diletakkan
dalam kontainer yang kuat dan tertutup sebelum
dimasukkan ke kendaraan pengangkut.
10. Kantong limbah medis padat dan benda tajam aman dari
jangkauan manusia maupun binatang.
11. Petugas yang menangani limbah menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri dari:
a) Topi/helm
b) Masker
c) Pelindung mata
d) Pakaian panjang
e) Apron
f) Pelindung kaki/sepatu boot
g) Sarung tangan khusus
Halaman 4/4
Pelaksanaan :
 Persiapan sebelum bekerja petugas memakai sarung
tangan dan memakai sepatu boot/masker
 Limbah yang berupa limbah material yang mengandung
darah kering seperti perban, kassa, botol infuse, selang
infuse dan lain-lain yang bersifat infeksius dimasukkan
kedalam kantong plastik warna merah
 Ikat rapat kantong plastik yang telah berisi 2/3 penuh
 Untuk benda-benda tajam bekas pakai, misalnya jarum
suntik dimasukkan dalam kotak khusus tempat
pembuangan jarum kemudian dibawa ke tempat
pembuangan akhir / pembakaran yakni incinerator untuk
dimusnahkan. Khusus untuk limbah jarum, setelah
pembakaran dilakukan penimbunan langsung dalam tanah.
 Pembakaran dilakukan 3 kali seminggu.
 Setelah selesai petugas mencuci tangan dan
mengembalikan kembali alat-alat yang telah dipakai.

Unit terkait Bekerja sama dengan Kepala Bagian Farmasi, Teknisi


Radiologi, Bagian Gudang dan Kepala Perawat, Bagian
Umumn Poliklinik, Laboratorium, Ruang Nifas, OKA

PROSEDUR PENGENDALIAN SERANGGA


DAN BINATANG PENGGANGGU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.03.02.10 1/2
Tanggal terbit Ditetapkan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Pengendalian serangga dan binatang pengganggu adalah
usaha mengurangi serangga dan binatang pengganggu
dengan maksud mencegah / memberantas penyakit yang
ditularkan serangga dan binatang pengganggu / gangguan
yang diakibatkan oleh serangga dan binatang pengganggu

Tujuan Sebagai acuan dalam pengendalian serangga dan binatang


pengganggu sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyakit.

Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:


230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010

Halaman 2/2
Prosedur  Pengendalian di dalam gedung :
Seluruh ruangan yang ada didalam gedung dengan sasaran
membasmi serangga dan binatang pengganggu yang dapat
menjadi perantara menularnya beberapa penyakit
 Pengendalian di luar gedung :
Meliputi area halaman parkir, saluran pembuangan air, taman
dan teras luar serta tempat lainnya dengan sasaran membasmi
sarang nyamuk, lalat, laba-laba dan serangga serta binatang
pengganggu lainnya
Pelaksanaan : Terlampir
Unit terkait Bagian umum, poliklinik, laboratorium, IRNA, ICU, UGD, dapur,
laboratorium, ruang operasi, ruang genset, ruang administrasi,
kantin, ruang bersalin, ruang perawatan, radiologi

PROSEDUR PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2
Tanggal terbit Ditetapkan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Suatu kegiatan yang merupakan penyelenggaraan sanitasi
rumah sakit , Meliputi penanganan semua limbah cair yang
berasal dari institusi rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikro organisme, bahan kimia beracun dan radio
aktif.
Tujuan Tercapainya buangan limbah cair rumah sakit yang memenuhi
kreteria baku mutu limbah cair rumah sakit sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Kebijakan 1. Kep Men Kes RI No. 1204 / 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2. Keputusan Dirjen P2M dan PLP No HK 00.06.44 Tahun
1993 Tentang Persyaratan dan Petunjuk Tehnis Tatacara
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
3. Keputusan Mentri KLH No. 58/Men LH /XII/Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
Petugas 1. Tenaga sanitasi Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
2. Operator IPAL.
Peralatan 1. Jaringan perpipaan air limbah.
2. Adanya Manhole/ bak kontrol untuk mempermudah
pengontrolan air.
3. Unit pengolahan air limbah cair.
4. Alat pengukuran debit air/Floor Meter.
5. Pompa air limbah.
6. Serok sampah.
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pengumpulan data awal limbah cair dan sumbernya yang
ada di rumah sakit.
2. Pre- treatmen (Pengolahan pendahuluan ) pada ruang
tertentu seperti pada instalasi Gizi, Laundri, Laboratorium
dan radiologi.
3. Monitoring bak kontrol , bak penampungan dan jaringan
perpipaan.
4. Proses pengolahan limbah cair harus sesuai dengan
standart baku mutu limbah cair.
5. Pembuangan hasil pegolahan dialirkan ke badan air.
Operasional 1. Buka ball valve inlet I 50 % dari total design.
2. Pembersihan grease trap 2 hari sekali, dengan cara
skimming minyak dan lemak yang terbentuk/mengapung di
permukaan dengan cara buka manhole grease trap lalu
ambil minyak/lemak dengan gayung atau timba keringkan
lalu dibakar.
3. Cek rutin kerja Jet Aerator, pompa submersible serta sarana
ME lainnya, segera perbaiki bila ada kerusakan. Jet Aerator
harus beroperasi selama 24 jam (dengan 3 jam off)
sehingga operasionalnya di setting secara pararel
automatic, bila salah satu mengalami repair, maka dapat
menggunakan Jet Aerator yang satunya secara manual.
4. Lakukan pengurasan lumpur di masing-masing ruangan
sistem dengan cara buka ball valve nomor 3, 4, 5, 6 dulu
secara bersamaan setelah itu yang terakhir buka ball valve
nomor 2 selama ± 0,5 menit, setelah selesai tutup kembali
ball valve nomor 2 dulu, selanjutnya tutup ball valve nomor
3, 4, 5, 6, lakukan seminggu sekali agar sistem berjalan
sempurna.
Pemeliharaan 1. Harian
 Skimming grease trap.
 Cek rutin ME dan aliran limbah.
2. Mingguan
 Pembungan lumpur pada masing-masing ruangan sistem
melalui ball valve.
3. Bulanan
 Cek kualitas effluent/sampling dan analisa laboratorium.
4. Tiga bulan
 Cek dan service blower.
Unit terkait Bekerjasama dengan masing-masing ruangan
SISTEM TANGGAP DARURAT IPAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL pada fasilitas
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan resiko baik berupa
kecelakaan kerja, kesehatan kerja dan resiko kerugian
ekonomi. Hal ini disebabkan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan IPAL akan melakukan tindakan kerja,
menggunakan bahan berbahaya daan beracun seperti minyak,
bahan kimia dll. Untuk itu, pada bangunan dan area lokasi
IPAL serta menejemen pengelolaannya perlu dilengkapi
dengan sistem tanaggap daurtat yang berguna untuk
meminimalisir resiko yang timbul.
Prosedur Sistem tanggap darurat yang perlu dilengkapi meliputi :
1. Sistem keamanan fasilitas
Untuk memenuhi sistem keamanan fasilitas ini, maka IPAL
perlu :
a. Memiliki sistem penjagaan 24 jam
b. Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang
memadai
c. Mempunyai tanda (sign-sign) yang mudah terlihat dari
jarak 10 meter
d. Mempunyai penerangan yang memadai disekitar lokasi
2. System pencegahan terhadap kebakaran
Kebakaran pada pengoperasian IPAL sering kali terjadi
disebabkan oleh konslet arus listrik akibat pemilihan
instalasi yang tidak berkualitas, kerusakan akibat gigitan
tikus, tumpahan bahan bakar dll. Untuk itu, dalam bangunan
IPAL perlu :
a. Memasang sistem arde (Electronic-Spark Grounding)
b. Memasang tanda peringatan dari jarak 10 meter
c. Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran
outomatis selama 24 jam :
- Alat deteksi peka asap (smoke sensing alarm)
- Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm)
d. Tersedia alat pemadam kebakaran
e. Jarak antara bangunan yang memadai bagi kendaran
pemadam kebakaran
3. Sistem pencegahan tumpahan bahan kimia
Pengoperasian IPAL menggunakan bahan kimia yang
bersifat dapat mudah terbakar, reaktif dan korosif. Untuk itu
terhadap bahan kimia tersebut perlu dilakukan sebagai
beriku :
a. Harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk
teknis operasi (Material Safety Data Sheet) pencegahan
tumpahan bahan kimia IPAL seperti kaporit untuk
desinfeksi.
b. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi setiap
kelainan yang terjadi, seperti : kerusakan, kelalaian
operator, kebocoran, tumpahan dll
c. Penggunaan bahan penyerap yang sesuai :
− Absorben (serbuk gergaji dll)
− Air bersih untuk cucian dll
4. Sistem penanggulangan keadaan darurat
Kejadian darurat dalam pengoperasian dan pemeliharaan
IPAL terjadi secara tiba-tiba. Untuk itu, maka guna
mencegah dan meminimalisir dampak yang terjadi, perlu
dilakukan hal-hal sb :
a. Ada Petugas (koordinator) penaggulangan keadaan
darurat IPAL
b. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :
− Tim penanggulangan keadaan darurat RS (Pos
Satpam)
− Dinas pemadam kebakaran setempat
− Pelayanan kesehatan darurat (IGD)
c. Memiliki prosedur evakuasi
d. Mempunyai peralatan penaggulangan kedaan darurat
5. Sistem pengujian peralatan
Pengoperasian peralatan mekanikal dan elekrikal IPAL
akan menghadapi gangguan sistem akibat kerusakan
peralatan yang tidak terkontrol pemeliharaannya. Untuk itu
perlu dilakukan upaya sbb :
a. Semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan
perlengkapan pendukung operasi harus diuji minimum
sekali dalam setahun
b. Hasil pengujian harus dituangkan dalam berita acara
6. Pelatihan karyawan
Reaksi cepat dan tepat perlu diterapkan dalam
pengoperasian IPAL guna untuk mencegah dan
mengendalikan dampak akibat keadaan darurat IPAL.
Peran operator dalam kondisi ini akan menempati posisi
strategis. Untuk itu, maka terhadap operator IPAL perlu
dibekali pengetahuana melalui pelatihan sbb :
a. Pelatihan dasar : seperti pengenalan limbah, peralatan
pelindung, keadaan darurat, prosedur inspeksi, P3K, K3
dan peraturan perundangan limbah B3
b. Pelatihan khusus : seperti pemeliharaan peralatan,
pengoperasian alat pengolahan, laboratorium lingkungan
, dokumentasi dan pelaporan.
K3 BAGI PELAKSANA DI IPAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur Beberapa aspek Jaminan pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja agar pelaksana IPAL senantiasa sehat
prima dan bekerja dengan baik, meliputi :
1. Kelengkapan peralatan K3 untuk digunakan saat bekerja,
antara lain:
a. Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja di IPAL antara lain
: pakaian kerja, sarung tangan, earplug, masker, sepatu,
kacamata pelindung, sarana cuci tangan.
b. Tersedianya APAR.
c. Pengawasan penerapan ergonomi saat bekerja di IPAL.
d. Tersedianya alat pengangkat dan pengangkut untuk
mengangkat dan mengangkut mesin-mesin dan benda-
benda berat.
e. Tersedianya Prosedur Tetap (Protap) / Standar
Operational Procedure (SOP) dalam bekerja dan
mengoperasikan peralatan.
2. Jaminan kesehatan bagi pelaksana
a. Pemberian extrafooding bagi pelaksana IPAL
b. Pemeriksaan kesehatan bagi operator IPAL secara
berkala min. 1 tahun terhadap darah, HBsAg, telinga,
kulit, saluran pernafasan, sistem pencernaan dan lain-
lain. Selain itu dilengkapi Data Rekam Medik dari
operator IPAL
c. Pemberian imunisasi bagi petugas operator, khususnya
imunisasi hepatitis.
PROSEDUR PENGOLAHAN LIMBAH
PADAT B3 (MEDIS) DENGAN INCINERATOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah jenis,
jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya
dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3
sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3
dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Tujuan Untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di
dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Kebijakan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03 Tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun.
Penanggung Jawab 1. Penanggung jawab pengolahan limbah padat B3 (medis)
wakil kepala pengelolaan lingkungan.
2. Petugas operasional insinerator adalah petugas yang sudah
ditentukan oleh Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan.
Halaman 2/2
Prosedur 1. Membersihkan abu yang tertinggal dalam bilik incinerator
(setelah dibiarkan mendingin).
2. Memasukkan kemasan limbah yang akan dibakar.
3. Menyalakan pemantik bahan bakar dalam bilik pasca
pembakaran.
4. Menyalakan pemantik bahan bakar pirolitik untuk memulai
pembakaran limbah dalam bilik pirolitik.
5. Pirolisis limbah dan memantau gas yang dihasilkan.
6. Memantau pembakaran gas bersuhu tinggi dalam bilik
pasca pembakaran.
7. Mematikan pemantik bahan bakar setelah pembakaran
limbah dan gas selesai, dan membiarkan incinerator
mendingin.
Operasional 1. Memeriksa incinerator dan peralatan pembantu (pompa,
conveyor, pipa, dll) secara berkala.
2. Menjaga tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau emisi
sesaat.
3. Menggunakan system pemutus otomatis pengumpan
limbah B3 jika kondisi pengoperasian tidak memenuhi
spesifikasi tang ditetapkan.
4. Memastikan bahwa DRE dari incinerator sama dengan atau
lebih besar dari yang tercantum pada tabel 2 Kep. Bapedal
Nomor 03/1995.
5. Mengendalikan peralatan yang berhubungan dengan
pembakaran maksimum 15-30 menit pada saat start-up
sebelum melakukan operasi pengolahan secara terus
menerus.
6. Pengecekan peralatan perlengkapan incinerator (conveyer,
pompa, dll) harus dilakukan setiap hari.
7. Pengolahan hanya membakar limbah sesuai izin yang
dipunyai.
8. Residu/abu dari proses pembakaran incinerator harus
ditimbun sesuai dengan persyaratan penimbunan (landfill).
Penimbunan abu dari incinerator di landfill setelah melalui
uji TCLP. Jika melebihi batas maksimum TCLP pada tabel 1
Kep. Bapedal Nomor 03/1995, maka dilakukan stabilisasi
terlebih dahulu.
9. Menjamin bahwa limbah yang sudah distabilisasi tidak
berbahaya bagi manusia dan lingkungan (dengan
melampirkan hasil analisa TCLP).
Jenis limbah yang tidak boleh 1. Kontainer gas bertekanan.
diinsinerasi
2. Limbah kimia reaktif dalam jumlah banyak.
3. Limbah radiografis atau fotografis yang mengandung garam
perak.
4. Plastik terhalogenasi seperti PVC.
5. Limbah mengandung merkuri atau kadmium dalam kadar
yang tinggi, seperti thermometer pecah, baterai bekas, dan
panel kayu berlapis timbal.
6. Ampul tertutup atau ampul yang mengandung logam berat.
Pemantauan 1. Secara terus menerus mengukur dan mencatat:
a. Suhu di zona/ruang bakar.
b. Laju umpan limbah
c. Laju bahan bakar pembantu
d. Kecepatan gas saat keluar dari daerah pembakaran
e. Konsentrasi karbon monoksida. karbon dioksida. nitrogen
oksida, sulfur dioksida, oksigen, HCL, Total hidrokarbon
(THC) dan partikel debu cerobong (stack/chimmey)
f. Opositas
2. Secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi
POHCs, PCDs, PCDFs dan logam berat di cerobong.
3. Memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam sebulan, yang
meliputi :
a. Arah dan kecepatan angin
b. Kelembapan
c. Temperatur
d. Curah hujan
4. Mengukur dan mencatat timbunan limbah cair (effluent) dari
pengoperasian insinerator dan peralatan pengendali
pencemaran udara yang harus memenuhi kriteria limbah
cair yang tercantum dalam tabel 4 Kep. Bapedal Nomor
03/1995.
5. Menguji system pemutus otomatis setiap minggu.
Pelaporan 1. Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang telah
dilakukan selama 3 bulan terakhir sejak digunakan dan
dilakukan pengujian kembali setiap 3 tahun untuk menjaga
nilai minimum DRE.
2. Konsentrasi maksimum untuk emisi dan nilai minimum DRE
sebagaimana tercantum dalam tabel 2 dan 3 Kep. Bapedal
Nomor 03/1995. Pelaporan data-data di atas dilakukan
setiap 3 (tiga) bulan ke Bapedal.
PROSEDUR PENGOPERASIAN
INCINERATOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Petugas Operator Incenerator
Prosedur 1. Pastikan pintu body dari incenerator tertutup rapat dengan
melihat indicator DooR Open mati.
2. Pasang kabel steker arde ke stop kontak.
3. Pastikan MCB pada posisi ‘1’ / ON / ATAS
4. Atur pewaktu lama pembakaran, normalnya 2
jam/tergantung dari banyaknya sampah.
JANGAN memutar timer yang ada didalam box mesin
selain memutar yang ada didepan panel control.
5. Nyalakan incenerator dengan menekan Power Switch.
6. Pastikan Burner II/Burner Atas (After Burner) dan Burner
1/Burner Bawah menyala diikuti dengan indikator burner I,
burner II dan blower 1 dan 2 menyala diikuti indikator
blower 1 dan 2 menyala.
7. Settingan blower 1 dan 2 harus disesuaikan dengan
settingan motor blower pada burner karena jika tidak
sesuai asap akan menjadi hitam atau putih, jika asap hitam
settingan blower 1 dan 2 harus diperkecil karena
kebanyakan oksigen yang masuk dan jika asap putih
settingan nlower 1 dan 2 harus diperbesar karena
kekurangan oksigen, settingan blower ini tidak permanent
karena settingan blower juga dipengaruhi dengan banyak
sedikitnya sampah.
8. Selama pembakaran berlangsung, operator boleh
menambah sampah namun harus berhati-hati.
PERINGATAN : Awas bahaya jilatan api yang keluar dari
ruang bakar.
PERHATIAN : Jangan langsung membuka pintu ruang
bakar, pastikan Limit Switch pendeteksi pintu terbuka
bekerja sehingga burner I dan blower benar-benar padam
dan indikator Door Open menyala.
9. Setelah waktu pembakaran berakhir, pemantik api dan
solenoid valve burner I dimatikan. Setelah jeda 1.00 jam
pertama pemantik api dan solenoid valve burner II
dimatikan. Setelah jeda 10 menit kedua, semua komponen
incinerator (burner dan blower) dimatikan, ditandai dengan
indikator Operation Done menyala.
PERHATIAN: Asap akan hitam jika waktu pembakaran
telah selesai, tetapi sampah yang ada didalam ruang
pembakaran masih ada/belum semua habis terbakar.
10. Matikan Power Switch dan cabut steker dari stop
kontaknya.
11. Buka pintu ruang bakar atas dan tunggu hingga panas di
dalam ruang bakar keluar semua.
Perhatian: Jangan pernah menggunakan air sebagai
media untuk mempercepat pendinginan, karena akan
menyebabkan dinding batu tahan api retak/pecah.
12. Setelah cukup dingin lakukan pembersihan/pengosongan
debu sisa pembakaran seperti pada bagian PERSIAPAN.
PROSEDUR PERSIAPAN PENGOPERASIAN
INCINERATOR

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur Sebelum melakukan pembakaran dan mengoperasikan
incinerator, terlebih dahulu lakukan hal-hal sebagai beriukut :
1. Gunakan sarung tangan tebal dan masker debu untuk
menghindari dari infeksi tertusuk jarum yang belum terbakar
dan infeksi saluran pernafasan akibat debu.
2. Jangan merubah settingan didalam mesin bagian dalam
dan thermocontrol.
3. Pastikan sampah telah terpisah antara sampah MEDIS dan
sampah NON MEDIS.
4. Pastikan bahwa sampah medis yang akan dibakar TIDAK
memuat barang-barang seperti : botol kaca ≥ 50 ml
TIDAK ADA cairan selain darah
TIDAK ADA logam selain jarum suntik
5. Bersihkan debu dan sisa-sisa kotoran yang ada pada ruang
bakar dengan cara membuka semua pintu ruang bakar,
atas dan bawah.
6. Setelah semua debu sisa pembakaran dikeluarkan,
keluarkan pelat penyangga sampah dan bersihkan dengan
cara mengorek-kerak-kerak plastik yang menempel pada
pelat tersebut.
7. Setelah bersih, masukkan kembali pelat penyangga dan
tutup kembali pintu bawah dengan rapat.
8. Masukkan sampah medis ke dalam ruang bakar secara
biasa.
9. Sampah yang akan dibakar jangan sampai melebihi
kapasitas, usahakan jangan sampai menutupi lubang
burner dan ruang bakar harus disisakan untuk jalan udara.
PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN LIMBAH
PADAT B3 (MEDIS) DI RSUD KOTA MATARAM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Adalah penanganan limbah padat B3 (medis) yang dimulai
sejak dari pewadahan dan pengumpulan hingga pengolahan
dan penimbunan/pemusnahan.
Tujuan Mengelola limbah padat B sesuai dengan ketentuan
Departemen Kesehatan sehingga tidak mencemari lingkungan
yang dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi petugas
dan pasien serta dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit.
Kebijakan 1. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
peningkatan pelayanan mutu Rumah Sakit.
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 tentang tata cara pemberian simbol dan label
bahan berbahaya dan beracun.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18
Tahun 2009 tentang tata cara perizinan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun.
4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 tentang
tata-cara dan persyaratan teknis penyimpanan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.
5. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03 Tahun 1995 tentang
persyaratan teknis pengolahan limbah bahan berbahaya
dan beracun.
6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04 Tahun 1995 tentang
tata cara persyaratan teknis penimbunan hasil pengolahan,
persyaratan lokasi bekas pengolahan, dan lokasi bekas
penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun.
7. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05 Tahun 1995 tentang
tata cara pemberian label dan simbol limbah B3.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
228 Tahun 2002 tentang pedoman penyusunan standar
pelayanan minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan
daerah.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan Rumah Sakit .

Penanggung Jawab 1. Penanggung jawab pengelolaan limbah padat B3 (medis)


adalah Wakil Kepala Pengelolaan Lingkungan
2. Petugas operasional pengelola limbah padat B3 (medis)
adalah petugas yang sudah ditentukan oleh Kepala Instalasi
Kesehatan Lingkungan.
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab Petugas operasional
pengelola limbah padat B3 (medis) ditentukan oleh Kepala
Instalasi Kesehatan Lingkungan.
Macam limbah padat B3 (medis) 1. Limbah padat yang sudah diketahui infeksius atau
yang diolah
mengandung bakteri yang berbahaya.
2. Limbah padat atau benda yang telah kontak dengan cairan
tubuh pasien atau pengobatan pasien.
3. Jaringan tubuh dan specimen laboratorium.
4. Limbah padat B3 yang bersifat toksik.
Sumber 1. Ruang perawat diantaranya adalah :
a. Ruang rawat inap VVIP, VIP, klas 1, klas 2, klas 3
b. Ruang nifas
c. Ruang bersalin
d. Ruang anak
2. Ruang selain ruang perawat diantaranya adalah:
a. Poli Umum
b. Poli Kebidanan
c. Poli Gigi
d. Poli Bedah
e. Poli Mata
f. Poli Ortopedi
g. Poli Anak
h. Laboratorium
i. UGD
j. Ruang Operasi
k. Ruang ICU
l. Ruang NICU
Prosedur 1. Wadah yang ada dimasing-masing ruangan diambil tiap hari
atau 2/3 penuh dikumpulkan dalam dua shift, shift 1
dilakukan pada pukul 06.00-09.00 dan shift 2 dilakukan
pada pukul 15.00-20.00 oleh petugas.
2. Pengumpulan yang dilakukan mengikuti rute yang sudah
ditentukan.
3. Trolly yang digunakan adalah trolly khusus untuk limbah
padat B3 (medis).
4. Kontainer yang kotor langsung dicuci kemudian diganti
dengan plastik yang baru.
5. Trolly yang berisi limbah padat B3 (medis) langsung menuju
tempat penyimpanan sementara untuk dilakukan
pengolahan limbah.
6. Gudang penyimpanan limbah padat B3 (medis) yang telah
terisi limbah padat B3 (medis) sebelum diinsinerasi ditutup
rapat dan dikunci oleh petugas yang berwenang.
7. Limbah padat B3 (medis) dimusnahkan diinsinerator.
Operasional 1. Petugas wajib menggunakan alat pelindung diri seperti :
sarung tangan, masker, helm dan sepatu kerja setiap akan
memulai melakukan tugas.
2. Pengambilan limbah padat B3 (medis) dilakukan tiap hari.
3. Pembersihan kontainer dilakukan tiap hari beserta trollynya.
4. Petugas yang tidak mengenakan alat pelindung diri harus
mendapat peringatan atau sangsi yang tegas.
5. Pengawasan pelaksana harian meliputi :
a. Pengawasan pengambilan limbah padat B3 (medis).
b. Pengawasan pembersihan alat.
c. Pengawasan gudang penyimpanan limbah padat B3
(medis).
d. Pengawasan pemakaian alat pelindung diri.
Standart Mengacu pada standar yang berlaku yaitu :
1. Pemilahan
a. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber
yang menghasilkan limbah.
b. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus
dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
c. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu
wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau
tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk
dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
d. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak
dapat digunakan kembali.
e. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali
harus melalui proses sterilisasi sesuai tabel 1. Untuk
menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes
Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia
harus dilakukan tes Bacillus subtilis.

Tabel 1
Metode Sterilisasi Untuk Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali
Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
 Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dalam oven 1600C 120 menit
“Poupinel” 1700C 60 menit
- Sterilisasi basah dalam otoklaf 1210C 30 menit
 Sterilisasi dengan bahan kimia
- Ethylene oxide (gas) 500C-600C 3-8 jam
- Glutaraldehyde (cair) 30 menit
Sumber : Kepmenkes 1204/2004

f. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk


dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak
mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah
jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kemabli setelah
melalui proses salah satu metode sterilisasi pada table 1.
g. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi
persyaratan dengan penggunaan wadah dan table
seperti pada table 2.
h. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali
untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film
sinar x.
Tabel 2
Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Warna
No Kategori kontainer/ Lambang Keterangan
kantong plastik
1 Radioaktif Kantong boks
timbale dengan
symbol radioaktif
Merah

(Hitam)
2 Sangat Kantong plastic
infeksius kuat, anti bocor,
atau container
Kuning yang dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
(Hitam)
3 Limbah Plastik kuat dan
infeksius, anti bocor atau
patologi dan kontainer
anatomi Kuning

(Hitam)
4 Sitotoksis Kontainer plastic
kuat dan anti
bocor
Ungu

(Hitam)
5 Limbah Kantong plastic
kimia dan Coklat atau container
farmasi
6 Umum “Domestik”
Hitam
(Putih)

i. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat,


anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah
sitotoksis”.
2. Penanganan
a. Sampah dari setiap unit harus dipisahkan sesuai dengan
kategori atau jenis sampah dan dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang telah disediakan (berlambang
sesuai dengan jenis sampahnya) oleh staff/personil yang
bekerja pada unit yang bersangkutan.
b. Setiap hari atau setiap 2/3 bagian tempat/kantong plastic
terisi walaupun belum satu hari, sampah diangkat
ketempat pengumpulan sementara.
c. Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui
incinerator dengan suhu lebih dari 1000ºC.
d. Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor.
e. Pengangkutan dengan menggunakan alat pengangkut
khusus melalui jalur yang telah ditentukan.
f. Tempat pengumpulan sampah dan tempat penampungan
sementara segera dibersihkan/didesinfeksikan setelah
dikosongkan.
Evaluasi Evaluasi dilakukan rutin berkala.
1. Harian, dengan melihat laporan harian pengawasan kerja di
lapangan dengan parameter ada tidaknya sampah yang
diangkut, kecukupan kontainer, keamanan gudang
penyimpan limbah padat B3 (medis), kepatuhan petugas
yang menggunakan alat pelindung diri.
2. Tiga bulan, melalui rapat rutin Kepala Instalasi Kesehatan
Lingkungan dengan wakil kepala dan petugas lapangan.
Pelaporan Pada setiap tiga bulan sekali dilaporkan pada : Direktur RSUD
Kota Mataram.
PROSEDUR MENANGANI TUMPAHAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur 1. Evakuasi area yang terkontaminasi.
2. Dekontaminasi mata dan kulit orang yang terpajan dengan
segera.
3. Laporkan pada orang yang ditunjuk (biasanya petugas
pengelolaan limbah) yang harus mengoordinasi tindakan
yang diperlukan.
4. Tentukan jenis tumpahan.
5. Evakuasi semua orang yang tidak terlibat dalam proses
pembersihan jika tumpahan mengandung zat yang
berbahaya.
6. Berikan pertolongan pertama dan perawatan medis bagi
mereka yang cedera.
7. Amankan area yang terkontaminasi untuk mencegah
pajanan terhadap individu lain
8. Sediakan pakaian pelindung yang sesuai bagi pekerja
yang terlibat dalam proses pembersihan.
9. Batasi penyebaran tumpahan.
10. Desinfeksi tumpahan atau materi yang terkontaminasi jika
memang diperlukan.
11. Kumpulkan semua tumpahan dan materi yang
terkontaminasi (Benda tajam jangan diambil dengan
tangan telanjang, sapu dan pengki atau peralatan lain
yang sesuai harus digunakan). Materi yang tumpah dan
benda sekali pakai yang terkontaminasi yang digunakan
untuk membersihkan harus ditempatkan pada kantong
atau container yang sesuai.
12. Dekontaminasi atau desinfeksi area, keringkan dengan
kain pel yang menyerap. Kain pel (bahan lain yang dapat
menyerap) tidak boleh dibalik selama proses ini karena
proses tersebut akan menyebabkan kontaminasi.
Dekontaminasi harus dikerjakan mulai dari area yang
palingsedikit sampai yang paling banyak terkontaminasi.
Ganti kain pel pada setiap tahap pembersihan. Kain pel
yang kering harus digunakan untuk kasus tumpahan
cairan, untuk tumpahan zat yang padat, gunakan kain pel
yang sebelumnya direndam dalam air (air dengan pH
asam, basa atau netral sesuai kebutuhan).
13. Bilas area tersebut dan keringkan dengan kain pel kering.
14. Dekontaminasi atau desinfeksikan semua peralatan yang
digunakan.
15. Lepaskan pakaian pelindung, kemudian dekontaminasi
atau desinfeksikan pakaian itu jika perlu.
16. Cari pertolongan medis jika terjadi pajanan pada materi
yang berbahaya selama proses pembersihan.
P3K ATAS KERACUNAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10.02.04.02.10 1/2

Tanggal terbit Ditetapkan


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
25 Februari 2010
Direktur,
RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KOTA MATARAM

PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur Cara pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap
korban yang terkena bahan toksik, secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan
dengan udara bersih.
2. Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air
mengalir terus menerus selama 5 – 10 menit.
3. Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi
zat kimia dengan cara adsorpsi.
4. Meminumkan air untuk pengenceran.
5. Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi
asam atau basa kuat dan fenol.
6. Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun
maka dapat diberikan garam laksania (hanya boleh
dilakukan oleh paramedis!) (MgSO4, Na2SO4) yang akan
merangsang peristaltik dari seluruh saluran pencernaan
sehingga efek osmotik akan memperlambat absorbsi air
dan membuat racun terencerkan.
7. Jika keracunan sudah agak lama, maka korban dibuat
muntah untuk mengosongkan lambung, dengan pemberian
larutan NaCl (garam dapur) hangat. Tetapi hal ini tidak
diperbolehkan untuk korban yang masih pingsan atau
keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen,
Xylene), CCl4.

Anda mungkin juga menyukai