DAN HALAMAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
10.01.01.02.10 1/2
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu
keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari
bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi silang dan
masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Penyehatan ruang bangunan dan halaman adalah langkah-
langkah dalam melaksanakan pemeriksaan/pengawasan pada
semua ruangan IRNA dan IRJA yang ada di lingkungan rumah
sakit, dan pemeriksaan / pengawasan dilakukan di dalam dan
di luar termasuk kamar mandi.
Tujuan Tercipatanya kondisi ruang bangunan yang bersih, nyaman
dan sehat serta memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan
rumah sakit.
Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:
230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pemeliharaan Ruang Bangunan
a. Pelaksana kebersihan ruang bangunan dan halaman
adalah tenaga cleaning service (CS)
b. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan
sore hari
c. Pelaksanaan pekerjaan kebersihan bangunan meliputi
pembersihan dan pengepelan lantai ruangan,
pembersihan kamar mandi / WC, pembersihan dinding/
sekat, plafon, kosen-kosen, daun jendela/pintu,
dilaksanakan mulai pukul 06.00 s/d pukul 15.00 tiap hari
termasuk hari libur, istirahat pukul 11.00 s/d 13.00
d. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan
setelah merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam
kunjung dokter, kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu
bilamana diperlukan
e. Menghindari cara pembersihan yang dapat menebarkan
debu
f. Masing-masing ruang tersedia perlengkapan pel
tersendiri
g. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal
2 (dua) kali setahun dan dilakukan pengecatan ulang
apabila dinding sudah terlihat kotor atau cat sudah pudar
2. Pelaksanaan Kebersihan Sarana Lingkungan Rumah Sakit
a. Pembersihan taman, lapangan parkir, saluran air
sekurang-kurangnya 1 kali sehari
b. Pemotongan rumput, penyiraman dan pemupukan
tanaman
c. Pagar luar dibersihkan sekurang-kurangnya 1 kali
seminggu
3. Pengawasan dilakukan setiap hari oleh tim pengawas
rumah sakit dan Instalasi Kesehatan Lingkungan serta
penilaian dilakukan setiap bulan untuk evaluasi
Unit terkait Seluruh unit ruang dan bangunan serta lingkungan RSUD Kota
Mataram
PROSEDUR HYGIENE SANITASI
MAKANAN DAN MINUMAN
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Makanan dan minuman di RS adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien
dan karyawan serta yang dijual di dalam lingkungan rumah
sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan,
mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan.
Tujuan Terwujudnya kebersihan makanan dalam jalur perjalanan
makanan sebelum dikonsumsi oleh manusia sehingga
terhindar dari resiko penularan penyakit atau gangguan
kesehatan
Kebijakan SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram:
230/RSM/2010 tertanggal 25 Februari 2010
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pelaksana hygiene sanitasi makanan dan minuman rumah
sakit adalah tenaga sanitasi Instalasi Kesehatan
Lingkungan rumah sakit
2. IKL berkoordinasi dengan Instalasi Gizi tentang izin
pemeriksaan
3. Monitoring terhadap penerimaan bahan makanan dan
makanan jadi, tempat penyimpanan makanan dan makanan
jadi, pengolahan makanan, penyajian dan pengangkutan
4. Pengawasan kualitas lingkungan tempat pengolahan
makanan, meliputi lokasi bangunan dan fasilitas yang ada,
seperti: air bersih, air kotor, fasilitas cuci tangan dan
pembuangan sampah
5. Pengawasan secara berkala dan pengambilan sampel
makanan dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam setahun
Unit terkait Bekerjasama dengan Instalasi Gizi
PROSEDUR PENYEHATAN AIR
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Upaya kesehatan untuk melindungi dan memelihara air dari
pencemaran sumber air yang disebabkan oleh kegiatan
manusia atau makhluk lainnya yang dekat dengan sumber
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari
dapur, perkantoran, taman dan halaman.
Penanganan limbah padat adalah langkah-langkah
penanganan limbah padat mulai dari mengumpulkan,
menerima, menimbang sampai ke proses pengolahan untuk
pemusnahan dan pembuangan akhir.
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Penanganan limbah medis benda tajam adalah tata cara
penanganan limbah medis benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit. Contoh : jarum suntik, pecahan
gelas, pisau bedah.
Indikasi: Benda tajam memiliki potensi bahaya dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-
benda tajam yang terbuang dapat terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan beracun, bahan sitotoksik maupun bahan
radioaktif.
Syarat-syarat :
Tersedia tempat khusus yang tidak mudah ditembus oleh
benda tajam (kaleng, ember plastik), kantong plastik untuk
menampung kaleng/ember plastik.
Tersedia petugas yang menangani limbah benda tajam
mulai dari penyimpanan di unit kerja sampai pemusnahan
Halaman 2/4
Tujuan Sebagai acuan dalam pengelolaan limbah padat non medis
untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan rumah
sakit, terjadinya IN, dan untuk menjaga keindahan serta
kenyaman masyarakat dan lingkungan RS
Halaman 3/4
Prosedur 1. Pelaksana pengelolaan limbah padat non medis adalah
- Kepala ruangan atau kepala instalasi di RSUD Kota
mataram
- Tenaga sanitasi IKL
- Tenaga cleaning service (CS)
2. Pemilahan sampah merupakan tugas dan tanggung jawab
masing-masing instalasi
3. Masing-masing instalasi membuang sampahnya sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan
4. Tempat pewadahan limbah medis dan benda tajam terbuat
dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan halus pada bagian dalamnya.
5. Di setiap sumber penghasil limbah medis padat tersedia
tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non
medis.
6. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari
apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.
7. Untuk benda-benda tajam terdapat tempat khusus seperti
botol atau kantong yang aman.
8. Pembakaran limbah dengan incenerator selambat-
lambatnya 24 jam.
9. Kantong limbah medis padat dan benda tajam diletakkan
dalam kontainer yang kuat dan tertutup sebelum
dimasukkan ke kendaraan pengangkut.
10. Kantong limbah medis padat dan benda tajam aman dari
jangkauan manusia maupun binatang.
11. Petugas yang menangani limbah menggunakan alat
pelindung diri yang terdiri dari:
a) Topi/helm
b) Masker
c) Pelindung mata
d) Pakaian panjang
e) Apron
f) Pelindung kaki/sepatu boot
g) Sarung tangan khusus
Halaman 4/4
Pelaksanaan :
Persiapan sebelum bekerja petugas memakai sarung
tangan dan memakai sepatu boot/masker
Limbah yang berupa limbah material yang mengandung
darah kering seperti perban, kassa, botol infuse, selang
infuse dan lain-lain yang bersifat infeksius dimasukkan
kedalam kantong plastik warna merah
Ikat rapat kantong plastik yang telah berisi 2/3 penuh
Untuk benda-benda tajam bekas pakai, misalnya jarum
suntik dimasukkan dalam kotak khusus tempat
pembuangan jarum kemudian dibawa ke tempat
pembuangan akhir / pembakaran yakni incinerator untuk
dimusnahkan. Khusus untuk limbah jarum, setelah
pembakaran dilakukan penimbunan langsung dalam tanah.
Pembakaran dilakukan 3 kali seminggu.
Setelah selesai petugas mencuci tangan dan
mengembalikan kembali alat-alat yang telah dipakai.
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra
196811102001121003
Pengertian Pengendalian serangga dan binatang pengganggu adalah
usaha mengurangi serangga dan binatang pengganggu
dengan maksud mencegah / memberantas penyakit yang
ditularkan serangga dan binatang pengganggu / gangguan
yang diakibatkan oleh serangga dan binatang pengganggu
Halaman 2/2
Prosedur Pengendalian di dalam gedung :
Seluruh ruangan yang ada didalam gedung dengan sasaran
membasmi serangga dan binatang pengganggu yang dapat
menjadi perantara menularnya beberapa penyakit
Pengendalian di luar gedung :
Meliputi area halaman parkir, saluran pembuangan air, taman
dan teras luar serta tempat lainnya dengan sasaran membasmi
sarang nyamuk, lalat, laba-laba dan serangga serta binatang
pengganggu lainnya
Pelaksanaan : Terlampir
Unit terkait Bagian umum, poliklinik, laboratorium, IRNA, ICU, UGD, dapur,
laboratorium, ruang operasi, ruang genset, ruang administrasi,
kantin, ruang bersalin, ruang perawatan, radiologi
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Suatu kegiatan yang merupakan penyelenggaraan sanitasi
rumah sakit , Meliputi penanganan semua limbah cair yang
berasal dari institusi rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikro organisme, bahan kimia beracun dan radio
aktif.
Tujuan Tercapainya buangan limbah cair rumah sakit yang memenuhi
kreteria baku mutu limbah cair rumah sakit sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Kebijakan 1. Kep Men Kes RI No. 1204 / 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2. Keputusan Dirjen P2M dan PLP No HK 00.06.44 Tahun
1993 Tentang Persyaratan dan Petunjuk Tehnis Tatacara
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
3. Keputusan Mentri KLH No. 58/Men LH /XII/Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
Petugas 1. Tenaga sanitasi Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
2. Operator IPAL.
Peralatan 1. Jaringan perpipaan air limbah.
2. Adanya Manhole/ bak kontrol untuk mempermudah
pengontrolan air.
3. Unit pengolahan air limbah cair.
4. Alat pengukuran debit air/Floor Meter.
5. Pompa air limbah.
6. Serok sampah.
Halaman 2/2
Prosedur 1. Pengumpulan data awal limbah cair dan sumbernya yang
ada di rumah sakit.
2. Pre- treatmen (Pengolahan pendahuluan ) pada ruang
tertentu seperti pada instalasi Gizi, Laundri, Laboratorium
dan radiologi.
3. Monitoring bak kontrol , bak penampungan dan jaringan
perpipaan.
4. Proses pengolahan limbah cair harus sesuai dengan
standart baku mutu limbah cair.
5. Pembuangan hasil pegolahan dialirkan ke badan air.
Operasional 1. Buka ball valve inlet I 50 % dari total design.
2. Pembersihan grease trap 2 hari sekali, dengan cara
skimming minyak dan lemak yang terbentuk/mengapung di
permukaan dengan cara buka manhole grease trap lalu
ambil minyak/lemak dengan gayung atau timba keringkan
lalu dibakar.
3. Cek rutin kerja Jet Aerator, pompa submersible serta sarana
ME lainnya, segera perbaiki bila ada kerusakan. Jet Aerator
harus beroperasi selama 24 jam (dengan 3 jam off)
sehingga operasionalnya di setting secara pararel
automatic, bila salah satu mengalami repair, maka dapat
menggunakan Jet Aerator yang satunya secara manual.
4. Lakukan pengurasan lumpur di masing-masing ruangan
sistem dengan cara buka ball valve nomor 3, 4, 5, 6 dulu
secara bersamaan setelah itu yang terakhir buka ball valve
nomor 2 selama ± 0,5 menit, setelah selesai tutup kembali
ball valve nomor 2 dulu, selanjutnya tutup ball valve nomor
3, 4, 5, 6, lakukan seminggu sekali agar sistem berjalan
sempurna.
Pemeliharaan 1. Harian
Skimming grease trap.
Cek rutin ME dan aliran limbah.
2. Mingguan
Pembungan lumpur pada masing-masing ruangan sistem
melalui ball valve.
3. Bulanan
Cek kualitas effluent/sampling dan analisa laboratorium.
4. Tiga bulan
Cek dan service blower.
Unit terkait Bekerjasama dengan masing-masing ruangan
SISTEM TANGGAP DARURAT IPAL
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL pada fasilitas
pelayanan kesehatan dapat menyebabkan resiko baik berupa
kecelakaan kerja, kesehatan kerja dan resiko kerugian
ekonomi. Hal ini disebabkan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan IPAL akan melakukan tindakan kerja,
menggunakan bahan berbahaya daan beracun seperti minyak,
bahan kimia dll. Untuk itu, pada bangunan dan area lokasi
IPAL serta menejemen pengelolaannya perlu dilengkapi
dengan sistem tanaggap daurtat yang berguna untuk
meminimalisir resiko yang timbul.
Prosedur Sistem tanggap darurat yang perlu dilengkapi meliputi :
1. Sistem keamanan fasilitas
Untuk memenuhi sistem keamanan fasilitas ini, maka IPAL
perlu :
a. Memiliki sistem penjagaan 24 jam
b. Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain yang
memadai
c. Mempunyai tanda (sign-sign) yang mudah terlihat dari
jarak 10 meter
d. Mempunyai penerangan yang memadai disekitar lokasi
2. System pencegahan terhadap kebakaran
Kebakaran pada pengoperasian IPAL sering kali terjadi
disebabkan oleh konslet arus listrik akibat pemilihan
instalasi yang tidak berkualitas, kerusakan akibat gigitan
tikus, tumpahan bahan bakar dll. Untuk itu, dalam bangunan
IPAL perlu :
a. Memasang sistem arde (Electronic-Spark Grounding)
b. Memasang tanda peringatan dari jarak 10 meter
c. Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran
outomatis selama 24 jam :
- Alat deteksi peka asap (smoke sensing alarm)
- Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm)
d. Tersedia alat pemadam kebakaran
e. Jarak antara bangunan yang memadai bagi kendaran
pemadam kebakaran
3. Sistem pencegahan tumpahan bahan kimia
Pengoperasian IPAL menggunakan bahan kimia yang
bersifat dapat mudah terbakar, reaktif dan korosif. Untuk itu
terhadap bahan kimia tersebut perlu dilakukan sebagai
beriku :
a. Harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk
teknis operasi (Material Safety Data Sheet) pencegahan
tumpahan bahan kimia IPAL seperti kaporit untuk
desinfeksi.
b. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi setiap
kelainan yang terjadi, seperti : kerusakan, kelalaian
operator, kebocoran, tumpahan dll
c. Penggunaan bahan penyerap yang sesuai :
− Absorben (serbuk gergaji dll)
− Air bersih untuk cucian dll
4. Sistem penanggulangan keadaan darurat
Kejadian darurat dalam pengoperasian dan pemeliharaan
IPAL terjadi secara tiba-tiba. Untuk itu, maka guna
mencegah dan meminimalisir dampak yang terjadi, perlu
dilakukan hal-hal sb :
a. Ada Petugas (koordinator) penaggulangan keadaan
darurat IPAL
b. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :
− Tim penanggulangan keadaan darurat RS (Pos
Satpam)
− Dinas pemadam kebakaran setempat
− Pelayanan kesehatan darurat (IGD)
c. Memiliki prosedur evakuasi
d. Mempunyai peralatan penaggulangan kedaan darurat
5. Sistem pengujian peralatan
Pengoperasian peralatan mekanikal dan elekrikal IPAL
akan menghadapi gangguan sistem akibat kerusakan
peralatan yang tidak terkontrol pemeliharaannya. Untuk itu
perlu dilakukan upaya sbb :
a. Semua alat pengukur, peralatan operasi pengolahan dan
perlengkapan pendukung operasi harus diuji minimum
sekali dalam setahun
b. Hasil pengujian harus dituangkan dalam berita acara
6. Pelatihan karyawan
Reaksi cepat dan tepat perlu diterapkan dalam
pengoperasian IPAL guna untuk mencegah dan
mengendalikan dampak akibat keadaan darurat IPAL.
Peran operator dalam kondisi ini akan menempati posisi
strategis. Untuk itu, maka terhadap operator IPAL perlu
dibekali pengetahuana melalui pelatihan sbb :
a. Pelatihan dasar : seperti pengenalan limbah, peralatan
pelindung, keadaan darurat, prosedur inspeksi, P3K, K3
dan peraturan perundangan limbah B3
b. Pelatihan khusus : seperti pemeliharaan peralatan,
pengoperasian alat pengolahan, laboratorium lingkungan
, dokumentasi dan pelaporan.
K3 BAGI PELAKSANA DI IPAL
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur Beberapa aspek Jaminan pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja agar pelaksana IPAL senantiasa sehat
prima dan bekerja dengan baik, meliputi :
1. Kelengkapan peralatan K3 untuk digunakan saat bekerja,
antara lain:
a. Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja di IPAL antara lain
: pakaian kerja, sarung tangan, earplug, masker, sepatu,
kacamata pelindung, sarana cuci tangan.
b. Tersedianya APAR.
c. Pengawasan penerapan ergonomi saat bekerja di IPAL.
d. Tersedianya alat pengangkat dan pengangkut untuk
mengangkat dan mengangkut mesin-mesin dan benda-
benda berat.
e. Tersedianya Prosedur Tetap (Protap) / Standar
Operational Procedure (SOP) dalam bekerja dan
mengoperasikan peralatan.
2. Jaminan kesehatan bagi pelaksana
a. Pemberian extrafooding bagi pelaksana IPAL
b. Pemeriksaan kesehatan bagi operator IPAL secara
berkala min. 1 tahun terhadap darah, HBsAg, telinga,
kulit, saluran pernafasan, sistem pencernaan dan lain-
lain. Selain itu dilengkapi Data Rekam Medik dari
operator IPAL
c. Pemberian imunisasi bagi petugas operator, khususnya
imunisasi hepatitis.
PROSEDUR PENGOLAHAN LIMBAH
PADAT B3 (MEDIS) DENGAN INCINERATOR
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah jenis,
jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya
dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3
sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3
dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Tujuan Untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di
dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Kebijakan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03 Tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun.
Penanggung Jawab 1. Penanggung jawab pengolahan limbah padat B3 (medis)
wakil kepala pengelolaan lingkungan.
2. Petugas operasional insinerator adalah petugas yang sudah
ditentukan oleh Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan.
Halaman 2/2
Prosedur 1. Membersihkan abu yang tertinggal dalam bilik incinerator
(setelah dibiarkan mendingin).
2. Memasukkan kemasan limbah yang akan dibakar.
3. Menyalakan pemantik bahan bakar dalam bilik pasca
pembakaran.
4. Menyalakan pemantik bahan bakar pirolitik untuk memulai
pembakaran limbah dalam bilik pirolitik.
5. Pirolisis limbah dan memantau gas yang dihasilkan.
6. Memantau pembakaran gas bersuhu tinggi dalam bilik
pasca pembakaran.
7. Mematikan pemantik bahan bakar setelah pembakaran
limbah dan gas selesai, dan membiarkan incinerator
mendingin.
Operasional 1. Memeriksa incinerator dan peralatan pembantu (pompa,
conveyor, pipa, dll) secara berkala.
2. Menjaga tidak terjadi kebocoran, tumpahan atau emisi
sesaat.
3. Menggunakan system pemutus otomatis pengumpan
limbah B3 jika kondisi pengoperasian tidak memenuhi
spesifikasi tang ditetapkan.
4. Memastikan bahwa DRE dari incinerator sama dengan atau
lebih besar dari yang tercantum pada tabel 2 Kep. Bapedal
Nomor 03/1995.
5. Mengendalikan peralatan yang berhubungan dengan
pembakaran maksimum 15-30 menit pada saat start-up
sebelum melakukan operasi pengolahan secara terus
menerus.
6. Pengecekan peralatan perlengkapan incinerator (conveyer,
pompa, dll) harus dilakukan setiap hari.
7. Pengolahan hanya membakar limbah sesuai izin yang
dipunyai.
8. Residu/abu dari proses pembakaran incinerator harus
ditimbun sesuai dengan persyaratan penimbunan (landfill).
Penimbunan abu dari incinerator di landfill setelah melalui
uji TCLP. Jika melebihi batas maksimum TCLP pada tabel 1
Kep. Bapedal Nomor 03/1995, maka dilakukan stabilisasi
terlebih dahulu.
9. Menjamin bahwa limbah yang sudah distabilisasi tidak
berbahaya bagi manusia dan lingkungan (dengan
melampirkan hasil analisa TCLP).
Jenis limbah yang tidak boleh 1. Kontainer gas bertekanan.
diinsinerasi
2. Limbah kimia reaktif dalam jumlah banyak.
3. Limbah radiografis atau fotografis yang mengandung garam
perak.
4. Plastik terhalogenasi seperti PVC.
5. Limbah mengandung merkuri atau kadmium dalam kadar
yang tinggi, seperti thermometer pecah, baterai bekas, dan
panel kayu berlapis timbal.
6. Ampul tertutup atau ampul yang mengandung logam berat.
Pemantauan 1. Secara terus menerus mengukur dan mencatat:
a. Suhu di zona/ruang bakar.
b. Laju umpan limbah
c. Laju bahan bakar pembantu
d. Kecepatan gas saat keluar dari daerah pembakaran
e. Konsentrasi karbon monoksida. karbon dioksida. nitrogen
oksida, sulfur dioksida, oksigen, HCL, Total hidrokarbon
(THC) dan partikel debu cerobong (stack/chimmey)
f. Opositas
2. Secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi
POHCs, PCDs, PCDFs dan logam berat di cerobong.
3. Memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi meteorologi
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam sebulan, yang
meliputi :
a. Arah dan kecepatan angin
b. Kelembapan
c. Temperatur
d. Curah hujan
4. Mengukur dan mencatat timbunan limbah cair (effluent) dari
pengoperasian insinerator dan peralatan pengendali
pencemaran udara yang harus memenuhi kriteria limbah
cair yang tercantum dalam tabel 4 Kep. Bapedal Nomor
03/1995.
5. Menguji system pemutus otomatis setiap minggu.
Pelaporan 1. Melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang telah
dilakukan selama 3 bulan terakhir sejak digunakan dan
dilakukan pengujian kembali setiap 3 tahun untuk menjaga
nilai minimum DRE.
2. Konsentrasi maksimum untuk emisi dan nilai minimum DRE
sebagaimana tercantum dalam tabel 2 dan 3 Kep. Bapedal
Nomor 03/1995. Pelaporan data-data di atas dilakukan
setiap 3 (tiga) bulan ke Bapedal.
PROSEDUR PENGOPERASIAN
INCINERATOR
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Petugas Operator Incenerator
Prosedur 1. Pastikan pintu body dari incenerator tertutup rapat dengan
melihat indicator DooR Open mati.
2. Pasang kabel steker arde ke stop kontak.
3. Pastikan MCB pada posisi ‘1’ / ON / ATAS
4. Atur pewaktu lama pembakaran, normalnya 2
jam/tergantung dari banyaknya sampah.
JANGAN memutar timer yang ada didalam box mesin
selain memutar yang ada didepan panel control.
5. Nyalakan incenerator dengan menekan Power Switch.
6. Pastikan Burner II/Burner Atas (After Burner) dan Burner
1/Burner Bawah menyala diikuti dengan indikator burner I,
burner II dan blower 1 dan 2 menyala diikuti indikator
blower 1 dan 2 menyala.
7. Settingan blower 1 dan 2 harus disesuaikan dengan
settingan motor blower pada burner karena jika tidak
sesuai asap akan menjadi hitam atau putih, jika asap hitam
settingan blower 1 dan 2 harus diperkecil karena
kebanyakan oksigen yang masuk dan jika asap putih
settingan nlower 1 dan 2 harus diperbesar karena
kekurangan oksigen, settingan blower ini tidak permanent
karena settingan blower juga dipengaruhi dengan banyak
sedikitnya sampah.
8. Selama pembakaran berlangsung, operator boleh
menambah sampah namun harus berhati-hati.
PERINGATAN : Awas bahaya jilatan api yang keluar dari
ruang bakar.
PERHATIAN : Jangan langsung membuka pintu ruang
bakar, pastikan Limit Switch pendeteksi pintu terbuka
bekerja sehingga burner I dan blower benar-benar padam
dan indikator Door Open menyala.
9. Setelah waktu pembakaran berakhir, pemantik api dan
solenoid valve burner I dimatikan. Setelah jeda 1.00 jam
pertama pemantik api dan solenoid valve burner II
dimatikan. Setelah jeda 10 menit kedua, semua komponen
incinerator (burner dan blower) dimatikan, ditandai dengan
indikator Operation Done menyala.
PERHATIAN: Asap akan hitam jika waktu pembakaran
telah selesai, tetapi sampah yang ada didalam ruang
pembakaran masih ada/belum semua habis terbakar.
10. Matikan Power Switch dan cabut steker dari stop
kontaknya.
11. Buka pintu ruang bakar atas dan tunggu hingga panas di
dalam ruang bakar keluar semua.
Perhatian: Jangan pernah menggunakan air sebagai
media untuk mempercepat pendinginan, karena akan
menyebabkan dinding batu tahan api retak/pecah.
12. Setelah cukup dingin lakukan pembersihan/pengosongan
debu sisa pembakaran seperti pada bagian PERSIAPAN.
PROSEDUR PERSIAPAN PENGOPERASIAN
INCINERATOR
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur Sebelum melakukan pembakaran dan mengoperasikan
incinerator, terlebih dahulu lakukan hal-hal sebagai beriukut :
1. Gunakan sarung tangan tebal dan masker debu untuk
menghindari dari infeksi tertusuk jarum yang belum terbakar
dan infeksi saluran pernafasan akibat debu.
2. Jangan merubah settingan didalam mesin bagian dalam
dan thermocontrol.
3. Pastikan sampah telah terpisah antara sampah MEDIS dan
sampah NON MEDIS.
4. Pastikan bahwa sampah medis yang akan dibakar TIDAK
memuat barang-barang seperti : botol kaca ≥ 50 ml
TIDAK ADA cairan selain darah
TIDAK ADA logam selain jarum suntik
5. Bersihkan debu dan sisa-sisa kotoran yang ada pada ruang
bakar dengan cara membuka semua pintu ruang bakar,
atas dan bawah.
6. Setelah semua debu sisa pembakaran dikeluarkan,
keluarkan pelat penyangga sampah dan bersihkan dengan
cara mengorek-kerak-kerak plastik yang menempel pada
pelat tersebut.
7. Setelah bersih, masukkan kembali pelat penyangga dan
tutup kembali pintu bawah dengan rapat.
8. Masukkan sampah medis ke dalam ruang bakar secara
biasa.
9. Sampah yang akan dibakar jangan sampai melebihi
kapasitas, usahakan jangan sampai menutupi lubang
burner dan ruang bakar harus disisakan untuk jalan udara.
PROSEDUR TETAP PENGELOLAAN LIMBAH
PADAT B3 (MEDIS) DI RSUD KOTA MATARAM
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Pengertian Adalah penanganan limbah padat B3 (medis) yang dimulai
sejak dari pewadahan dan pengumpulan hingga pengolahan
dan penimbunan/pemusnahan.
Tujuan Mengelola limbah padat B sesuai dengan ketentuan
Departemen Kesehatan sehingga tidak mencemari lingkungan
yang dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi petugas
dan pasien serta dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit.
Kebijakan 1. Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
peningkatan pelayanan mutu Rumah Sakit.
2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03
Tahun 2008 tentang tata cara pemberian simbol dan label
bahan berbahaya dan beracun.
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18
Tahun 2009 tentang tata cara perizinan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun.
4. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01 Tahun 1995 tentang
tata-cara dan persyaratan teknis penyimpanan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3.
5. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03 Tahun 1995 tentang
persyaratan teknis pengolahan limbah bahan berbahaya
dan beracun.
6. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04 Tahun 1995 tentang
tata cara persyaratan teknis penimbunan hasil pengolahan,
persyaratan lokasi bekas pengolahan, dan lokasi bekas
penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun.
7. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05 Tahun 1995 tentang
tata cara pemberian label dan simbol limbah B3.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
228 Tahun 2002 tentang pedoman penyusunan standar
pelayanan minimal Rumah Sakit yang wajib dilaksanakan
daerah.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1204 Tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan Rumah Sakit .
Tabel 1
Metode Sterilisasi Untuk Limbah Yang Dimanfaatkan Kembali
Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak
Sterilisasi dengan panas
- Sterilisasi kering dalam oven 1600C 120 menit
“Poupinel” 1700C 60 menit
- Sterilisasi basah dalam otoklaf 1210C 30 menit
Sterilisasi dengan bahan kimia
- Ethylene oxide (gas) 500C-600C 3-8 jam
- Glutaraldehyde (cair) 30 menit
Sumber : Kepmenkes 1204/2004
Warna
No Kategori kontainer/ Lambang Keterangan
kantong plastik
1 Radioaktif Kantong boks
timbale dengan
symbol radioaktif
Merah
(Hitam)
2 Sangat Kantong plastic
infeksius kuat, anti bocor,
atau container
Kuning yang dapat
disterilisasi
dengan otoklaf
(Hitam)
3 Limbah Plastik kuat dan
infeksius, anti bocor atau
patologi dan kontainer
anatomi Kuning
(Hitam)
4 Sitotoksis Kontainer plastic
kuat dan anti
bocor
Ungu
(Hitam)
5 Limbah Kantong plastic
kimia dan Coklat atau container
farmasi
6 Umum “Domestik”
Hitam
(Putih)
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur 1. Evakuasi area yang terkontaminasi.
2. Dekontaminasi mata dan kulit orang yang terpajan dengan
segera.
3. Laporkan pada orang yang ditunjuk (biasanya petugas
pengelolaan limbah) yang harus mengoordinasi tindakan
yang diperlukan.
4. Tentukan jenis tumpahan.
5. Evakuasi semua orang yang tidak terlibat dalam proses
pembersihan jika tumpahan mengandung zat yang
berbahaya.
6. Berikan pertolongan pertama dan perawatan medis bagi
mereka yang cedera.
7. Amankan area yang terkontaminasi untuk mencegah
pajanan terhadap individu lain
8. Sediakan pakaian pelindung yang sesuai bagi pekerja
yang terlibat dalam proses pembersihan.
9. Batasi penyebaran tumpahan.
10. Desinfeksi tumpahan atau materi yang terkontaminasi jika
memang diperlukan.
11. Kumpulkan semua tumpahan dan materi yang
terkontaminasi (Benda tajam jangan diambil dengan
tangan telanjang, sapu dan pengki atau peralatan lain
yang sesuai harus digunakan). Materi yang tumpah dan
benda sekali pakai yang terkontaminasi yang digunakan
untuk membersihkan harus ditempatkan pada kantong
atau container yang sesuai.
12. Dekontaminasi atau desinfeksi area, keringkan dengan
kain pel yang menyerap. Kain pel (bahan lain yang dapat
menyerap) tidak boleh dibalik selama proses ini karena
proses tersebut akan menyebabkan kontaminasi.
Dekontaminasi harus dikerjakan mulai dari area yang
palingsedikit sampai yang paling banyak terkontaminasi.
Ganti kain pel pada setiap tahap pembersihan. Kain pel
yang kering harus digunakan untuk kasus tumpahan
cairan, untuk tumpahan zat yang padat, gunakan kain pel
yang sebelumnya direndam dalam air (air dengan pH
asam, basa atau netral sesuai kebutuhan).
13. Bilas area tersebut dan keringkan dengan kain pel kering.
14. Dekontaminasi atau desinfeksikan semua peralatan yang
digunakan.
15. Lepaskan pakaian pelindung, kemudian dekontaminasi
atau desinfeksikan pakaian itu jika perlu.
16. Cari pertolongan medis jika terjadi pajanan pada materi
yang berbahaya selama proses pembersihan.
P3K ATAS KERACUNAN
PROSEDUR TETAP
INSTALASI KESEHATAN
LINGKUNGAN dr. H. L. Herman Mahaputra, M.Kes
196811102001121003
Prosedur Cara pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap
korban yang terkena bahan toksik, secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan
dengan udara bersih.
2. Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air
mengalir terus menerus selama 5 – 10 menit.
3. Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi
zat kimia dengan cara adsorpsi.
4. Meminumkan air untuk pengenceran.
5. Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi
asam atau basa kuat dan fenol.
6. Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun
maka dapat diberikan garam laksania (hanya boleh
dilakukan oleh paramedis!) (MgSO4, Na2SO4) yang akan
merangsang peristaltik dari seluruh saluran pencernaan
sehingga efek osmotik akan memperlambat absorbsi air
dan membuat racun terencerkan.
7. Jika keracunan sudah agak lama, maka korban dibuat
muntah untuk mengosongkan lambung, dengan pemberian
larutan NaCl (garam dapur) hangat. Tetapi hal ini tidak
diperbolehkan untuk korban yang masih pingsan atau
keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen,
Xylene), CCl4.