Anda di halaman 1dari 28

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Posted by Riswanto on Sunday, July 11, 2010


Labels: Pemantapan Mutu, Pengumpulan Spesimen
Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam
diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium
diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan
prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes
yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra
analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam
pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan
administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-
analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik
intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen,
pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.

PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi
pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus
dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan
atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai
dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan
instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil
laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil
laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat
tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat
mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh
staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet,
stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif),
usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena
variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan
hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan
sebelum pengambilan sampel.

PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN


Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

 Volume mencukupi

 Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah
bentuk, steril (untuk kultur kuman)

 Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat

 Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat

 Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus
ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau
keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang
akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga
mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini
nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.

1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 bersih, kering

 tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

 terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

 sekali pakai buang (disposable)

 steril (terutama untuk kultur kuman)

 tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen

2. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis
antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.
3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :

 Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena
basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka,
hematoma, oedema, canula, fistula

 Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis
(lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

 Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi
atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk
pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau
pucat.

 Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami
infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan
Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.

 Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)

 Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik

 Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir

 Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam

 Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam

 Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur

 Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa
10-12 jam

PENGAMBILAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :

1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar
sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang
menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk
mencegah spesimen tumpah.
o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut :
 Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
 Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar
tidak terjadi hemolisis.
 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke
dalam media dilakukan dengan cara aseptik
 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak
keliru.
 Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan
lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak
hemolisis.
o Menampung spesimen urin
 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan
apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar
 Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar
sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.
 Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan
lebih sempurna :
 Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya
sampai bersih.
 Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu
harus merenggangkannya pada waktu kencing.
 Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret
vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.
 Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen
didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.
o Menampung spesimen tinja
 Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.
 Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan
mudah dan bermulut lebar.
o Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan
ludah atau sekret hidung.
 Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan
apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk
pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau
minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan
dapat menyulitkan penafsiran.
 Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air,
bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya
dilepas dulu.
 Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak
 Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan
nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak
keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.
 Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan
tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )
 Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan
secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

1. Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :


o Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
o pH menurun, hemokonsentrasi
o PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke
dalam sirkulasi darah
2. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH
menurun
3. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
o trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
o kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
4. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
o natrium meningkat pada infus saline
o kalium meningkat pada infus KCl
o glukosa meningkat pada infus dextrose
o PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
o kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit
menurun pada semua jenis infus
5. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan
homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
6. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH,
fosfatase asam total

IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena
merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok
sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis
serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan
formulir permintaan laboratorium.

PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM


Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi


persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan
bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke
laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen.
Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat
menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
o Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
o Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
o PPT / APTT memanjang.
o Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
o Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
o Perkembangbiakan bakteri
o Penundaan pengiriman sampel urine :
 Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel
eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
 Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan
pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
 Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar
matahari.
 Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan
terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.
 Jamur akan berkembang biak
 Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat
menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama
spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC
paling lama 8 jam.
5. Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau
tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan
mudah dibawa.

PENANGANAN SPESIMEN

 Identifikasi dan registrasi spesimen

 Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius


 Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar

 Gunakan sentrifus yang terkalibrasi

 Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label

 Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

PENYIMPANAN SPESIMEN

 Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke
laboratorium lain

 Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya

 Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator

 Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut
sempurna. Hindari terjadinya busa.

 Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan

 Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC
atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.

 Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma
atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.

 Memberi bahan pengawet pada spesimen

 Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

 Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator

 Imunologi : 1 minggu dalam referigerator

 Hematologi : 2 hari pada suhu kamar

 Koagulasi : 1 hari dalam referigerator

 Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator


 Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator

Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?


Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter,
paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka semua
berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami pentingnya tahap
pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konsekuensi mereka untuk
hasil pemeriksaan.

Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter
laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau media
lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP mengenai
pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut harus ditinjau ulang
oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan prosedur untuk penanganan
spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan atau penolakan spesimen).

Pengambilan Sampel Darah Vena pada Pasien yang Terpasang Intravena (IV)
Lines

Posted by Riswanto on Monday, December 27, 2010


Labels: Pengumpulan Spesimen
Agar dapat diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka prosedur
pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan peralatan,
pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai dengan pelabelan
(klik di sini untuk melihat prosedur pengambilan sampel darah).

Pemilihan letak vena menjadi perhatian penting ketika pasien terpasang intravena (IV) line,
misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada lengan yang
terpasang infus. Jika salah satu lengan terpasang infus, maka pengambilan darah dilakukan pasa
lengan yang tidak terpasang infus. Jika kedua lengan terpasang infus, lakukan pengambilan pada
vena kaki. Lalu bagaimana jika seluruh akses vena tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengambilan sampel darah? Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel darah pada pasien yang
terpasang infus atau IV-lines (contoh kasus pasien luka bakar di atas 70%).

Aternatif1
Jika memungkinkan, lakukan pengambilan darah pada lengan yang tidak terpasang infus.

Alternatif2
Jika tidak memungkinkan, lakukan pengambilan sampel darah di daerah kaki.

Alternatif3
Jika tidak ada akses vena di tempat lain, lakukan pengambilan sampel darah pada lengan yang
terpasang infus dengan cara :
1. Mintalah perawat untuk menghentikan aliran infus selama minimal 2 menit sebelum
pengambilan.
2. Pasang tourniquet pada bagian sebelah bawah jarum infus.
3. Lakukan pengambilan sampel darah pada vena yang berbeda dari yang terpasang infus atau
di bagian bawah vena yang terpasang infus.
4. Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
5. Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus beserta
jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar permintaan lab.

Alternatif4
Jika hanya ada satu saja akses vena di tempat yang terpasang infus, maka :

1. Hentikan aliran infus seperti cara di atas


2. Keluarkan darah dari vena tersebut, buang 2-5 ml pertama, dan tampung aliran sampel
darah selanjutnya dalam tabung.
3. Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.
4. Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus beserta
jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar permintaan lab.

Perhatian : Pemilihan alternatif 3 dan 4 harus dengan ijin dan pengawasan dokter. Phlebotomis
dapat bekerjasama dengan perawat untuk prosedur pengambilan ini

Pengumpulan Spesimen Urine

Posted by Riswanto on Sunday, February 21, 2010


Labels: Pengumpulan Spesimen, Tes Urine
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan saluran
kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, dsb.
Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen yang memenuhi
syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan pemeriksaan harus
dilakukan dengan prosedur yang benar.

Jenis sampel urine :

 Urine sewaktu/urine acak (random)

Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel
darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik
untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.

 Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang
lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG
(human chorionic gonadothropin) dalam urine.

 Urine tampung 24 jam

Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan
dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa
kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine
dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan
pengawet, misalnya toluene.

Wadah Spesimen

Wadah untuk menampung spesimen urine sebaiknya terbuat dari bahan plastik, tidak mudah
pecah, bermulut lebar, dapat menampung 10-15 ml urine dan dapat ditutup dengan rapat. Selain
itu juga harus bersih, kering, tidak mengandung bahan yang dapat mengubah komposisi zat-zat
yang terdapat dalam urine.

Prosedur Pengumpulan

Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak
memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata
cara pengambilan yang benar.

Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin
dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan
urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel
dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine.

Sebelum dan sesudah pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien juga perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan
tampon yang bersih sebelum menampung spesimen.

Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain (mis. keluarga atau perawat).
Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu mengenai cara pengumpulan sampel urine; mereka
harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah pengumpulan sampel; menampung urine
midstream dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi untuk
mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.
Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan. Dalam keadaan khusus, misalnya pasien
dalam keadaan koma atau pasien gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra.
Prosedur ini menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan kandung
kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan
menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml.
Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium.

Untuk mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya diperlukan sampel
urine 24 jam. Cara pengumpulan urine 24 jam adalah :

 Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urin pagi pertama. Catat tanggal dan
waktunya. Semua urine yang dikeluarkan pada periode selanjutnya ditampung.

 Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu untuk
menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita.

 Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah, pengumpulan urin
dihentikan.

 Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.

Biakan Urine

Spesimen urine apabila ditampung secara benar mempunyai nilai diagnostic yang besar, tetapi bila
tercemar oleh kuman yang bersal dari urethra atau peritoneum dapat menyebabkan salah
penafsiran. Sampel urine acak cukup baik untuk biakan kuman. Namun, bila specimen urine acak
tidak menunjukkan pertumbuhan, urine pekat atau urine pagi dapat digunakan.

Sampel urine yang dikumpulkan adalah urine midstream clean-catch. Biakan kuman dengan
sampel ini dapat menentukan diagnosis secara teliti pada 80% penderita wanita dan hampir 100%
penderita pria, apabila lubang uretra dibersihkan sesuai persyaratan. Urine clean-catch adalah
spesimen urin midstream yang dikumpulkan setelah membersihkan meatus uretra eksternal. Urine
jenis ini biasanya digunakan untuk tes biakan kuman (kultur). Sebelum mengumpulkan urine,
pasien harus membersihkan daerah genital dengan air bersih atau steril. Jangan gunakan deterjen
atau desinfektan. Tampung urine bagian tengah ke dalam wadah yang steril. Kumpulkan urin
menurut volume direkomendasikan, yaitu 20 ml untuk orang dewasa dan 5-10 ml untuk anak-anak.

Pada keadaan yang mengharuskan kateter tetap dibiarkan dalam saluran kemih dengan sistem
drainase tertutup, urine untuk biakan dapat diperoleh dengan cara melepaskan hubungan antara
kateter dengan tabung drainase atau mengambil sampel dari kantung drainase.

Bila tidak memungkinkan memperoleh urine yang dikemihkan atau bila diduga terjadi infeksi
dengan kuman anaerob, aspirasi suprapubik merupakan cara penampungan yang paling baik.

Spesimen yang menunjukkan pertumbuhan lebih dari satu jenis kuman, dianggap sebagai
tercemar, kecuali pada penderita dengan kateter yang menetap.

Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien wanita :

 Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan
handuk, kain yang bersih atau tissue.

 Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan

 Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke belakang

 Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain.

 Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari tangan jangan menyentuh
daerah yang telah dibersihkan.

 Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung
dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah.

 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.

Cara pengambilan urine clean-catch pada pasien pria :

 Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu mengeringkannya dengan
handuk, kain yang bersih atau tissue.

 Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama
dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak
membasahi bagian luar wadah.

 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium

Aspirasi jarum suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara mendapatkan sampel
urine yang paling murni. Pengumpulan urine aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung
kemih yang penuh.

 Lakukan desinfeksi kulit di daerah suprapubik dengan Povidone iodine 10% kemudian
bersihkan sisa Povidone iodine dengan alkohol 70%

 Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan spuit

 Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama (dilakukan oleh petugas
yang berkompenten)
 Masukkan urine ke dalam wadah yang steril dan tutup rapat.

 Segera dikirim ke laboratorium.

Faktor-faktor Pasien yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

Posted by Riswanto on Thursday, December 17, 2009


Labels: Pengumpulan Spesimen

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium. Faktor-faktor tersebut
jika dikelompokkan ada dua kelompok, yaitu faktor di luar pasien dan faktor pasien. Faktor-
faktor di luar pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah faktor-
faktor yang mencakup seluruh proses, meliputi pra-analitik, analitik dan paska analitik.
Sedangkan faktor pasien antara lain diet, obat-obatan, aktifitas fisik, merokok, alkohol,
ketinggian, kondisi demam, trauma, variasi circadian rythme, usia, ras, jenis kelamin, kehamilan.

Faktor Diet
Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan laboratorium baik
langsung maupun tidak langsung, misalnya pemeriksaan glukosa darah dan trigliserida.
Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman. Karena pengaruhnya
yang sangat besar, maka pada pemeriksaan glukosa darah, pasien perlu dipuasakan 10 – 12 jam
dan untuk pemeriksaan trigliserida, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 12 jam sebelum
pengambilan darah.

Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan respon
tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian obat secara intra muskular akan
menimbulkan jejas pada otot, sehingga menyebabkan enzim yang dikandung dalam otot tersebut
akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi hasil beberapa pemeriksaan.
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium misalnya :

 Diuretik, cafein menyebabkan hampir seluruh pemeriksaan substrat dan enzim dalam
darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan
hemoglobin, hitung jenis lekosit, hematokrit, elektrolit. Pada urine akan terjadi
pengenceran
 Tiazid mempengaruhi hasil tes glukosa, ureum
 Kontrasepsi oral dapat mempengaruhi hasil tes hormon, LED
 Morfin dapat mempengaruhi hasil tes enzim hati (AST, ALT)
 Dan sebagainya (lihat pengaruh obat pada tes laboratorium)

Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang
diperiksa. Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam 1 jam dengan merokok 1 – 5
batang dan akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol
bebas, aldosteron dan kortisol.
Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein, aktifitas beberapa enzim, hormon,
vitamin, petanda tumor dan logam berat.

Alkohol
Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar analit.
Perubahan cepat dapat terjadi dalam waktu 2 – 4 jam setelah konsumsi alkohol dan akibat yang
terjadi adalah peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat dan terjadinya asidosis metabolik.
Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas gamma glutamyl transferase (gamma-GT), GOT,
GPT, trigliserida, kortisol, dan MCV.

Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift volume antara kompartemen di dalam pembuluh darah
dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat, dan perubahan kadar hormon. Akibatnya
akan terjadi perbedaan besar antara kadar glukosa darah di arteri dan vena, serta terjadi
perubahan konsentrasi gas darah, asam urat, kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, KED,
hemoglobin, hitung sel darah, dan produksi urine.

Demam
Pada waktu demam akan terjadi :

 Peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi peningkatan
kadar insulin yang akan menyebabkan penurunan glukosa darah pada tahap lebih lanjut.
 Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam akibat terjadinya
peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan asam lemak bebas dan benda-
benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
 Meningkatkan kemungkinan deteksi malaria dalam darah.
 Meningkatkan kemungkinan hasil biakan positif (pada kasus infeksi).
 Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer Widal.

Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan kadar substrat
maupun aktifitas enzim, termasuk juga hemoglobin, hematokrit dan produksi urine. Hal ini
terjadi karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan
pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan ureum dan kreatinin serta
enzim-enzim yang berasal dari otot.

Variasi Circadian Rhythms


Dalam tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu yang disebut
variasi circadian rhythms. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear
(garis lurus) seperti umur, dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus
bulanan (menstruasi) dan musiman.

Variasi diurnal yang terjadi antara lain :

 Besi serum. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi kadarnya daripada
pagi hari.
 Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila
dilakukan pada pagi hari.
 Enzim. Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon
yang berbeda dari waktu ke waktu.
 Eosinofil. Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya akan lebih rendah
pada malam hari sampai pagi hari daripada siang hari.
 Kortisol, kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari daripada pada malam hari
 Kalium. Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari daripada siang hari.

Selain yang sifatnya harian, dapat terjadi fluktuasi kadar zat dalam tubuh yang bersifat bulanan.
Variasi siklus bulanan umumnya terjadi pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi setiap
bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein dan fosfat dalam
darah disamping perubahan kadar hormon seks. Demikian juga, pada saat ovulasi terjadi
peningkatan aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah.

Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar
hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total
dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.

Ras
Jumlah lekosit pada orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada orang kulit putihnya.
Demikian juga pada aktifitas creatin kinase. Keadaan serupa juga dijumpai pada ras bangsa lain,
seperti perbedaan aktifitas amylase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.

Jenis Kelamin
Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi serum dan
hemoglobin berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna
lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan lain berdasarkan jenis kelamin adalah aktifitas
CK dan kreatinin.
Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita.
Sebaliknya, kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi
pada wanita.
Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada saat interpretasi hasil perlu
mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi
(pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai
minggu ke-35 kehamilan.
Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3.
Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi, ferritin,
protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap
darah.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein
transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena peningkatan
kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.

Bahan bacaan :

1. Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatn RI, Pedoman Praktek


Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ke-3, Jakarta, 2004.
2. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta,
2007.

Pengumpulan Sampel Darah

Posted by Riswanto on Sunday, December 13, 2009


Labels: Pengumpulan Spesimen

Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses
mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau
nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy
sering dikaitkan dengan venipuncture.

PENGAMBILAN DARAH VENA


Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya
diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak
dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.

Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat
dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat
hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

 Lengan pada sisi mastectomy


 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
 Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual
dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :

 Pemasangan turniket (tali pembendung)


o pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan
kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
o melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
 Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
 Penusukan
openusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
o tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.

Pengambilan Darah Vena dengan Syring

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih
lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat
suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder,
pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran
terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.

Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan
vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Prosedur :

 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai
dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan
jarum terpasang dengan erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash).
Usahakan sekali tusuk kena.
 Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan
tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang
diperlukan untuk pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.

Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah


nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari
kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.

Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang


dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena
dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan
dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir
berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong
tabung menancap pada jarum posterior.

Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel
darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa
tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan
kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam
tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan
sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.

Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa
diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa
digunakan jarum bersayap (winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir
sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara
jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan
selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena,
darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).

Prosedur :

 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, tabung vakum.
 Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum
obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku,
atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan
kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke
dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka
darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.
Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan
tabung kedua, begitu seterusnya.
 Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
Menampung Darah Dalam Tabung

Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah
sebagai berikut :

 Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi
beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
 Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang
fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di
bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
 Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST)
dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian
atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan
kimia darah.
 Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
 Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
 Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
 Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
 Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat,
digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
 Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED
(ESR).
 Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
 Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR
dan bDNA.
 Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan,
digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :

 Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas
jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah
dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan
hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum
pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah
terpenuhi.
 Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar
tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok
sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
 Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol
biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup
biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau
kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA),
tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat)

PENGAMBILAN DARAH KAPILER

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses
pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan
darah kapiler adalah :

 Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.


 Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak kaki
atau ibu jari kaki.
 Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti
vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis
setempat.

Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan volume
kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit (mikrohematokrit) atau
analisa gas darah (capillary method).

Prosedur

 Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.


 Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.
 Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperas-
peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal ini
bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di atas
kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
 Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
 Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk
mencegah terbentuknya jendalan.

Pengambilan Darah Arteri

Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan tangan.
Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di
lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih.
Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.

Prosedur

 Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling.


 Pilih bagian arteri radialis.
 Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
 Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.
 Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit yang
telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di
samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan
berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
 Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera
letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama ±2 menit. Pasang
plester pada bagian ini selama ±15 menit.

Bahan bacaan :

1. Calgary Laboratory Services, Blood Collection Guidelines.


2. Direktorat Laboratorium Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Pedoman Praktek
Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan ke-3, Jakarta, 2004.
3. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 6, EGC,
2007.
4. Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian
Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
5. R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung, 1992.
6. The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of
Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia, 1990.
7. WebPath, Phlebotomy Tutorial, The University of Utah Eccles Health Sciences Library

Antikoagulan

Posted by Riswanto on Saturday, November 14, 2009


Labels: Pengumpulan Spesimen

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium
atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen
menjadi fibrin dalam proses pembekuan . Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen
harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus
dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan microclot.
Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis.
Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis pemeriksaan tertentu.

EDTA ( ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2 )

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah
koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan
disbanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga
ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung
lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb.

K2EDTA biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus
tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA
kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan mengalami disintegrasi. Setelah
darah dimasukkan ke dalam tabung, segera lakukan pencampuran/homogenisasi dengan cara
membolak-balikkan tabung dengan lembut sebanyak 6 kali untuk menghindari penggumpalan
trombosit dan pembentukan bekuan darah.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA)
dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk
kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA
tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for
Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).
Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara (vacutainer tube) dengan tutup
lavender (purple) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 •2 H2O )

Citrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Trisodium sitrat dihidrat 3.2%
buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan agregasi
trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian citrate + 9 bagian darah. Secara komersial, tabung
sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara dengan tutup berwarna biru terang.

Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah aktivasi proses
koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil tidak valid. Pencampuran
dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara lembut, karena
pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali) dapat mengaktifkan
penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan.

Darah sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan dianalisa
maksimal 2 jam setelah sampling.

Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte sedimentation rate
(ESR) atau KED/LED cara Westergreen. Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah.
Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan cara menghentikan
pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari
fibrinogen. Ada tiga macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin.
Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin paling banyak digunakan sebagai
antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT (osmotic fragility
test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15IU/mL +/- 2.5IU/mL atau 0.1 – 0.2 mg/ml
darah. Heparin tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan darah karena menyebabkan latar
belakang biru.

Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan dicentrifuge
1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa. Darah heparin harus dianalisa
dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.

Oksalat

 Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium.
Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan untuk pembuatan
adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis.
 Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium
oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis dengan
cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa
darah stabil

Persiapan Pengambilan Spesimen

Posted by Riswanto on Thursday, November 12, 2009


Labels: Pengumpulan Spesimen
Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari serangkaian proses yang dilakukan sebelum
melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka
proses pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen
yang memenuhi syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan,
volumenya mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa (segar/tidak
kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal), antikoagulan yang digunakan
sesuai, dan ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.

Sebelum melakukan pengambilan spesimen, lakukan persiapan-persiapan seperti berikut ini :


1. Persiapan pasien. Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
o Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan
spesimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak
melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
o Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses),
jelaskan tata cara pengambilannya. Misalnya : kapan harus diambil, bagaimana
menampung spesimen dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan
setelah mengambil spesimen, membersihkan daerah genital untuk pengambilan
sampel urin, dsb.
o Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah,
cairan pleura, ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan
dilakukan.
2. Peralatan sampling. Pastikan semua peralatan sampling telah disiapkan sesaat sebelum
sampling. Penting untuk diperhatikan bahwa semua peralatan memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
o bersih
o kering
o tidak mengandung detergent atau bahan kimia
o terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
o steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan (kultur) kuman
o sekali pakai buang (disposable)
o wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau ditutup rapat,
besar/ukurannya sesuai dengan volume spesimen yang diambil.
3. Antikoagulan

Antikoagulan adalah bahan kimia yang dipergunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Umumnya yang digunakan adalah EDTA (ethylendiamin tetraaceticacid), natrium citrat,
heparin dan natrium fosfat. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis pemeriksaan
dan takaran volumenya harus tepat. Mengenai antikoagulan akan dibahas pada postingan
yang lain.

4. Lokasi sampling. Sebelum melakukan sampling, tetapkan lokasi pengambilan sesuai


dengan jenis spesimen yang diperlukan.
o Darah vena umumnya diambil dari vena median cubiti pada daerah lengan di
lipatan siku bagian dalam. Vena ini besar, cukup terlihat, paling sedikit sakit dan
kecil kemungkinan memarnya.
o Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di daerah pergelangan tangan.
o Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, yaitu jari tengah atau jari manis. Pada
bayi diambil pada tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki.
o Spesimen untuk biakan kuman diambil pada daerah yang sedang infeksi, kecuali
darah dan cairan otak.
o Sumsum tulang orang dewasa diambil pada tulang dada dan crista iliaca anterior
dan posterior. Pada anak-anak diambil pada bagian proksimal tibia.
o Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka, hematoma, infeksi,
oedema. Untuk pengambilan spesimen darah, selain tidak dilakukan pada tempat-
tempat tersebut, juga tidak boleh dilakukan pada daerah dimana darah sedang
ditransfusikan dan intravena lines (infus)

Pentingnya Pengumpulan Spesimen

Posted by Riswanto on Sunday, November 8, 2009


Labels: Pengumpulan Spesimen
Pengumpulan spesimen merupakan tahapan yang penting dalam menentukan baik-buruk atau
valid-tidaknya sebuah hasil pemeriksaan laboratorium. Namun, hal ini seringkali tidak menjadi
perhatian yang serius di kalangan petugas laboratorium. Apalagi jika proses pengambilan
spesimen dilakukan oleh pihak lain, seperti misalnya perawat.

Minimnya informasi mengenai pengaruh sampling terhadap hasil pemeriksaan laboratorium


menyebabkan para petugas sampling kurang hati-hati atau bahkan tidak mengikuti prosedur
pengambilan spesimen yang benar. Dan kerena itu, seringkali dijumpai komplain dari pengguna
jasa laboratorium (misalnya dokter/klinisi) akibat tidak sesuainya hasil pemeriksaan lab dengan
kondisi atau penyakit pasien.

Terdapat beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam pengambilan spesimen :

JENIS SPESIMEN. Spesimen yang hendak diambil hendaknya disesuaikan dengan jenis
pemeriksaan yang akan dilakukan. Spesimen yang dipergunakan dalam pemeriksaan laboratorium
banyak macamnya, yaitu : darah utuh (whole blood), plasma, serum, urine (urine pagi hari, urine
sewaktu, urine tampung 24 jam), tinja (faeses), dahak (sputum), cairan otak, cairan ascites, cairan
pleura, cairan sendi, nanah (pus), usap (swab) luka, usap tenggorok, usap hidung, usap nasofaring,
sumsum tulang, dsb.

VOLUME SPESIMEN. Volume spesimen harus mencukupi untuk tiap jenis pemeriksan.

KONDISI SPESIMEN. Spesimen harus layak untuk diperiksa, yaitu tidak mengalami kerusakan,
seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika digunakan untuk pemeriksaan
hematologi), tidak berubah warna, segar/tidak kadaluwarsa dan steril (terutama untuk pemeriksaan
bakteriologi.

ANTIKOAGULAN. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus sesuai dengan jenis


pemeriksaan. Penggunaannya juga harus benar, takarannya harus sesuai.

PERALATAN SAMPLING DAN WADAH SPESIMEN. Peralatan sampling dan wadah spesimen
harus memenuhi syarat, yaitu : bersih, kering, tidak mempengaruhi komposisi zat-zat atau material
seluler yang ada dalam spesimen, sekali pakai - buang (disposable).

LOKASI PENGAMBILAN SPESIMEN. Spesimen darah umumnya diaspirasi dari vena. Tetapi
penting diperhatikan, bahwa tempat aspirasi darah vena harus dipilih pada tempat yang tidak
dilalui jalur infus. Pengambilan spesimen darah pada lengan yang terdapat selang infus dapat
menyebabkan perubahan pada hasil pemeriksaan.

AKTIVITAS PASIEN. Aktivitas fisik pasien sesaat sebelum dilakukan sampling berpengaruh
terhadap hasil pemeriksaan. Pasien yang melakukan olah raga atau aktivitas fisik yang berat dapat
menyebabkan temuan palsu, ini terutama pada pemeriksaan enzim.

WAKTU PENGAMBILAN. Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari
karena waktu ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan
basal.

PENCATATAN DAN LABELISASI. Formulir permintaan harus mencantumkan informasi


berikut : nama pasien, usia, jenis kelamin, nama dokter, nomor identitas, diagnosis/keterangan
klinis, tanggal, waktu pengambilan, data khusus lainnya (misalnya informasi obat yang telah
diminum pasien) dan jenis pemeriksaan yang diminta. Selain itu wadah spesimen harus ditempeli
label yang berisi informasi, minimal nama pasien, nomor identitas dan waktu pengambilan.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan laboratorium akan dibahas pada
postingan-postingan yang lain. Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai