Anda di halaman 1dari 25

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Critical book report atau CBR adalah suatu tugas yang didalamnya mengkritisi
buku agar dapat memahami apa kelbihan dan kekurangan isi buku. Critical book
report tidak hanya meringkas isi buku saja tetapi lebih kepada mengevaluasi buku
tersebut. Sehingga dapat disimpulkan apakah buku tersebut menarik atau tidak
buku tersebut untuk dibaca dan dipelajari. Critical book report akan
membangkitkan cara berpikir kritis mahasisiwa dalam memmbaca buku.

B. Tujuan

Tujuan critical book review ini adalah untuk dapat megkritisi isi buku dan
membandingkannya dengan buku lain yang materinya saling berhubungan. Selain
itu critical book report juga berfungsi untuk meningkatkan pemahaman dan
ketelitian mahasisiwa dalam membahas buku serta menguatkan daya ingat
mahsiswa tentang materi/ isi buku.

C. Manfaat

Manfaat dari tugas ini adalah menjadikan mahasiwa untuk berpikir kritis dalam
membandingkan isi buku, yaitu mengetahui apa kelemahan dan kelebihan isi buku
yang dikritisi

Identitas buku yang dilaporkan

Buku utama :

 Judul buku :Matematika untuk SMK/MAK Kelas XII


 Edisi : Pertama
 Penyusun/ editor : Muchamad Rusli

Siti Maharani

 Penerbit : CV. ARYA DUTA


 Tahun terbit : Mei 2008
 Kota terbit : Jakarta
 ISBN : 978-979-750-567-7

Matematika terapan 1
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
KEGIATAN 1 PELUANG
1. Kaidah Pencacahan, Permuatasi, dan Kombinasi
1. Kaidah pencacahan

Dalam peristiwa sehari-hari, kita sering menjumpai maslah- masalah untuk


menentukan cara atau pilihan yang mungkin terjadi dari suatu peristiwa/kejadian.

Contoh :

Ilham mempunyai 4 macam baju dan 3 macam celana. Berapa banyaknya pilihan
pasangan baju dan celana yang dipakai oleh ilham?

Berapa banyaknya nomor pelat kendaran Jakarta dapat dibut jika terdiri atas
empat angka dan tiga huruf belakangnya?

Untuk menjawab masalah- masalah diatas, dapat kita menggunakan salah satu
atau gabungan dari dari konnsep berikut.

1. Aturan pengisian tempat tersedia


2. Permutasi
3. Kombinasi
2. Aturan pengisian Tempat Tersedia (filling Sloot)

Dari contoh diatas dapat ditulis :

Jika terdapat n buah tempat tersedia dengan :

P1 adalah banayak cara untuk mengisi tempat pertama.

P2 adalah banyaknya cara untuk mengisi tempat kedua setelah tempat pertama
terisi.

P3 adalah banyak cara untuk mengisi temapt ketiga setelah tempat pertama dan
tempat kedua terisi,

Pn adalah banyaknya cara untuk mengisi tempat ke n setelah tempat pertama ,


kedua, ketiga,….dst dan ke (n-1) terisi.

Banyak cara untuk mengisi n tempat yang tersedia secara keseluruhan adalah.

P1 x P2 x P3 x Pn

Matematika terapan 2
3. Permutasi

Dasara perhitungan pada permutasi adalah bilangan factorial (yang diberi lambang
tanda seru) hasil perkalian bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan n disebut n
faktorial (ditulis n!)

0! = 1

1! = 1

2! = 2 x 1 = 2

3! = 3 x 2 x 1 = 6

Dan seterusnya

Sehingga dapat dituliskan

n! = (n-1) x (n-2) x ……×3 × 2 × 1

Permutasi r dari n unsur adalah banyaknya susunan unsur yang terdiri atas r
unsur yang diambil dari satu himpunan yang terdiri atas n unsur berbeda dengan
memerhatikan urutannya(r ≤ n)
𝑛!
nPr =
(𝑛−𝑟)!

a. Permutasi dengan uruf yang sama

Banyak permutasi n unsur yang didalamnya memuat sebanyak k unsur sama, l


unsur sama, m unsur sama dan seterusnya, ditentukan dengan rumus sebagai
berikut.

𝑛!
nPk,l,m=
𝑘!𝑙!𝑚!

b. Permutasi siklis

Permutasi siklis adalah banyaknya susunan dari n unsur berbeda yang diatur
secara melingkar dengan rumus sama dan seterusnya, ditentukan dengan rumus
sebagai berikut.,

nPsiklis =(n-1) !
Matematika terapan 3
4. Kombinasi

Suatu kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap
unsur ini berbeda) adalah suatu pilihan dari r unsur tadi tanpa memrhatikan
urutannya (r≤ 𝑛),dapat dirumuskan dengan :
𝑛!
nCr=
(𝑛−𝑟)!𝑟!

contoh :
berapakah banyak kombinasi 3 huruf yang disusun dari huruf A,B, C dan D ?

diketahui : 𝑛 = 4

r=3

4!
4C3 =
(4−3)!3!

4!
=
1!.3!
4×3×2×1
= = 4 pilihan
1×3×2×1

B. peluang dan Frekuensi Harapan

1. peluang suatu kejadian

Defenisi peluang suatu kejadian A adalah perbandingan banayaknya kejadian A


dengan banyaknya seluruh kejadian(ruang sampel).

𝑛(𝐴)
𝑃(𝐴) =
𝑛(𝑆), 0 ≤ 𝑃(𝐴) ≤ 1

Keterangan : n(A) = banyaknya kejadian A

N(S) = bnayaknya seluruh kejadian/ruangf sampel

Matematika terapan 4
2. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian

Frekuensi harapan suatu kejadian A adalah hasil kali peluang kejadian A dengan
banyaknya percobaan/perlakuan.

𝐹𝐻(𝐴) = 𝑃(𝐴) × 𝑛

Keterangan :

FH(A)= frekuensi harapan kejadian A

P(A) = peluang kejadian A

C. Kejadian Majemuk

1. peluang Kejadian Dua Kejadian

Untuk menghitung kejadian majemuk, secara umum dapat dijelaskan dengan


memanfaatkan teori himpunan, yaitu:

𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑛(𝐵) − 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)

Jika masing masing diibagi dengan n(S), dimana S adalah semesta pembicaraan,
maka diperoleh:

𝑛(𝐴 ∪ 𝐵) 𝑛(𝐴) 𝑛(𝐵) 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵)


= + −
𝑛(𝑆) 𝑛(𝐵) 𝑛(𝑆) 𝑛(𝑆)

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

Dengan demikian, jika misalkan A dan B adalah dua kejadian sembarang yang
terdapat dua sampel S maka peluang kejadian A∪ 𝐵 dirumuskan:

𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵) − 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵)

2. Peluang Kejadian Saling Lepas

Misalkan pada percobaan melempara sebuah dadu sebanyak satu kali, kejadian A
adalah munculnya angka kurang dari 3 dan kejadian B munculnya angka kurang
dari 4.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kejadian A dan kejadian B adalah dua
kejadian yang saling lepas atau yang saling asing. Dengan kata lain, kejadian A

Matematika terapan 5
dan kejadian B tidak dapat berlangsung secara bersamaan. Oleh karena 𝐴 ∩ 𝐵 =
∅ atau 𝑛(𝐴 ∩ 𝐵) = 0 maka diperoleh rumus peluang gabungan dua kejadiaan
saling lepas sebagai berikut. 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)

3. Peluang Komplemem Suatu Kejadian

Komplemen dari kejadian A adalah kejadian bukan A. jika A merupakan


komplemen dari A, maka A∩ 𝐴̅ =∅ atau 𝑛(𝐴 ∩ 𝐴̅)=0. Hal ini berarti bahwa
himpunan A dan himpunan 𝐴̅ adalah himpunan saling asing/saling lepas, sehingga
diperoleh :

𝑃(𝐴 ∪ 𝐴̅)=𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐶 )

Adapun 𝐴 ∪ 𝐶 = 𝑆 dan 𝑃(𝑆)=1

Maka, P(S)= P(A)+P(𝐴̅)

1=P(A)+P(𝐴̅)

Jadi,
𝑃(𝐴̅) =1- 𝑃(𝐴)

4. Peluang Dua Kejadian Sling Bebas

Contoh:

Dua buah dadu merah dilempar sekaligus. Tentukan peluang munculnya mata
dadu lebih dari 4 untuk dadu putih dan dadu kurang dari 4 untuk dadu merah.

Jawab :

A =kejadian munculnya mata dadu merah dan putih lebih dari 4

A ={(1,5);(2,5);(3,5);(5,5);(3,5);(5,5);(6,5);(1,6);(2,6);(3,6);(4,6);(5,6);(6,6)}

B = kejadian munculnya mata dadu merah kurang dari 3

B = {(1,1);(1,2);(1,3);(1,4);(1,5);(1,6);(2,1);(2,2);(2,3);(2,4);(2,5);(2,6)\
12 1
n(A)=12 P(A)=36 = 3

4 1
n(B)= 8 P(B) 36 = 9

n(A∩ 𝐵) = 𝑃(𝐴) × 𝑃(𝐵) =

Matematika terapan 6
KEGIATAN 2 STATISTIKA
A. Statistik, statistika,populasi, dan sampel

Menurut kegiatannya, statistik dapat dibedakan menjadia dua macam yaitu :

1. Statistika deskriptif

Statistka deskriptif adalah suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan


pengolaan data, menyajikan data, menganalisa data. Statistik jenis hanya
memberikan informasi mengenai data itu sendiri., tanpa ada penarikan kesimpulan
data yang diperoleh.

2. Statistik inferensial (induktif)

Adalah suatu metode mengenai perumusan atau penarikan kesimpulan dan


pengambilan keputusan tentang statistik dari hasil analisa data.

1. Kegunaan Statistik Data


a. Bidang pendidikan
- Berguna untuk mengukur kemampuan dan daya serap siswa terhadap mata
pelajaran yang diajarakan
- Berguna untuk pemetaan kemampuan cara mengajar guru
- Memberikan gambaran tentang keadaan siswa disebuah sekolah
b. Bidang perhubungan
- Mengukur kepadatan lalu lintas jalan raya
- Mengukur kepadatan kunjungan wisatawan asing maupun domestic
- Menganalisa penyebab sering terjadinya kecelakaan
c. Bidang marketing
- Menganalisa besarnya permintaan terhadap suatu barang
- Mengetahui sirkulasi barang dipasar dan jumlah persediaan barang
- Menganalisa jumlah pengunjung dan volume penjualan barang
d. Bidang kependudukan
- Mengetahui jumlah penduduk
- Mengetahui tingkat sosial ekonomi

2. Tahapan Kegiatan Statistika


a. Pengumpulan data
b. Penyusunan/pengelolaan data
c. Penyajian data
d. Analisis data
e. Interprestasi data/penarikan kesimpulan

Matematika terapan 7
3. Data statistika

Data dalah suatu catatan atau informasi dari suatu kegiatan yang dapt berupa
angka, lambang, sifat, atau keadaan dari objek yang sedang diteliti. Ada beberapa
cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu: wawancara, kuisioner,
pengamatan, dokumentasi, dan koleksi.

Kegiatan stasistik tidak dilakukan terhadap seluruh data yang ada, melainkan
hanya sebagian saja. Karena yang penting telah memenuhi syarat diatas, dengan
pertimbangan untuk menekan biaya dan menghemat waktu.

B. Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel dan Diagram. Tabel Distribusi


Frekuensi

Untuk memuat tabel distribusi frekuensi dari data dapat diacak, diperlukan
langkah- langkah sebagai berikut.

a. Jangakauan/Range (R)

Jangakauan atau range adalah selisih nilai terringgi dengan nilai yang terendah.

Rumus: 𝑅 = 𝑥t –𝑥r

Keterangan: 𝑥t = nilai data tertinggi

𝑥 r= nilai terendah

b. Banyknya kelas/banyak interval(K)

Rumus aturan STRUGES

𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑁
Keterangan :

K = banyaknya kelas

N = banyaknya data

c. Interval kelas

Matematika terapan 8
Rumus:

𝑅
𝑝=
𝐾
Keterangan : R= jangkauan

K = banyaknya kelas

3. Diagram batang

Ada beerapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan diagram batang, yaitu :

a. Skala yang digunakan dimulai dari nol


b. Skala tinggi dan lebar diagram vatang harus sama
c. Diagram batang dapat dibuat secara vertikal maupun horizontal
d. Diagram dilengkapi dengan judul

C. Menentukan Ukuran Pemusatan Data

Ukuran pemusatan data adalah ukuran digunakan untuk memberi gambaran data
dari sampel yang diambil yang selanjutnya mewakili populasinya. Ukuran
pemusatan data ada tiga yaitu:

1. Rata- rata Hitung/mean

Rata- rata hitung adalah jumlah seluruh data dibagi dengan banyakny data.

Data tunggal

𝑥̅ = ∑𝑛𝑖=1 𝑥 keterangan :

𝑥̅ = rata- rata hitung

Xi = nilai data ke i

n = banyaknya data

2. Data kelompok

∑𝑘
𝑖=1 𝑓𝑖 𝑥𝑖 𝑓1 𝑥1+ 𝑓2 𝑥2+ 𝑓3 𝑥3+⋯+ 𝑓𝑘 𝑥𝑘
x= ∑𝑘
= dengan 𝑓1 = frekuensi kelas ke-i ;
𝑖=1 𝑓𝑖 𝑓1 +𝑓2 + 𝑓3 +⋯+ 𝑓𝑘

Matematika terapan 9
𝑥1 = nilai tengah kelas ke-i.
3. Median (Me)
Median adalah nilai data tengah dari ukuran sebaran data setelah diurutkan dari
data yang terkecil hingga data terbesar. Rumus data tunggal :
𝑛=1
Letak 𝑀𝑒 =
2
Nilai median untuk data berkelompok adalah :
n
−F
2
Median = t b + k[ f ] × 𝑃
m

Keterangan :

t b = nilai tepi bawah

Fk = frekkuensi nilai kumulatif sebelum kelas Me

FMe= frekuensi pada kelas Me

N = banyaknya data

P= panjang interval

4. Modus

Modus adalah data yang paling sering muncul atau data yang paling banyak
keluar dari suatu ukuran data. Untuk data tunggal modusnya cukup ditentukan
dengan frekuensi terbanyak.

Rumus modus data berkelompok:


𝑑1
𝑀0 = 𝑡𝑏 + k[𝑑 ]×𝑝
1 + 𝑑2

Keterangan :

Tb = nilai tepi bawah

d1= selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sebelumnya

d2 =selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi sesudahnya

p = panjang kelas

D. Menentukan Ukuran Penyebaran Data

Matematika terapan 10
Ukuran penyebaran data adalah suatu nilai yang berada disekitar nilai rata- rata.
Ukuran penyebaran data meliputi daerah jangkauan, simpangan rata- rata
simpnagan baku, angka baku, simpangan kuartil, jangkauan persentil, dan
koefisien variasi.

1. Jangkauan/ range

Rumus :

𝐽 = 𝑥t – 𝑥 r
keterangan

𝑥t = nilai tertinggi

𝑥r = nilai terendah

2. Simpangan rata- rata

Simpangan adalah nilai suatu data dengan nilai rata- rata hitung.

Simpangan rata-rata adalah jumlah seluruh simpangan dibagi dengan


banyaknyadata.

a. Data tunggal

Rumus :

∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
|𝑥1− x|
𝑆𝑅 =
𝑛

Keterangan :
Xi= nilai data ke i
̅𝑥 = rata-rata hitung
N = banyaknya data
b. Data berkelompok
Rumus :
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
|𝑥1− x|
𝑆𝑅 = ∑𝑛
keterangan : Xi= nilai data ke i
𝑖=1 𝑓𝑖

∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖 = banyaknya data

Matematika terapan 11
3. Simpangan baku/standar devisi
a. Data tunggal
2
1
𝑆𝐵 = √𝑛 . ∑𝑟𝑖=1 𝑓𝑖 . (𝑥𝑖 − x )

Keterangan : xi= nilai data ke i

x = rata- rata hitung


n = banyaknya data
b. Data berkelompok
2
1
𝑆𝐵2 = 𝑛 . ∑𝑟𝑖=1 𝑓𝑖 .(𝑥𝑖 − x )

Keterangan :
xi= nilai data ke i
𝑥̅ = rata- rata hitung
𝑓𝑖 = frekuensi data ke i

Nilai standar angka baku

4. Koefisien variasi
Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan baku dengan simpangan
rata- rata dinayatakan dengan persen.
Rumus :
𝑆𝐷
𝐾𝑉 = × 100%
𝑥̅
5. Nilai standar/angka baku (Z)
Angka baku dapat dipergunakan untuk mengetahui kenaikan atau perbedaaan
suatu kejadian dengan kebiasaanya. Semakin besar angka bakunya semakin tinggi
pula kenaikannya.
Rumus :
𝑥𝑖 − 𝑥̅
𝑍= × 100%
𝑥̅
Keterangan : 𝑍= angka baku 𝑥̅ = nilai rata- rata
Xi= data ke I SD = simpangan baku

Matematika terapan 12
6. Jangkauan semiinterkuartil/ simpangan kuartil
Kuartil adalah nilai batas dari ukuran sebenarnya data yang dibagi menjadi empat
bagian yang sama besar.
Letak kuartil untuk data tunggal :
𝑖
Rumus :Letak 𝑄 i=4(n+1)

Keterangan: 𝑄 I =kuartil ke i
n= banyaknya data

KEGIATAN 3
IRISAN KERUCUT

A. Lingkaran
Lingakran adalah himpunan tempat kedudukan titik- titik yang bejarak sama
terhadap titik tertentu.
1. Persamaan lingkaran
a. Persamaan lingkaran yang berpusat di titik (0,0) dan berjari jari r
Persamaan lingkaran yang berpusat dititik (0,0) dan jari r. missalkan titik A
adalah sembarang titik terletak pada keliling lingkaran. Proyeksi titik A pada
sumbu x adalah A' sehingga segitiga OAA' adalah segitiga siku-siku di A. dengan
menggunakan theorem phytagoras
OA2=(OA')2+(AA')2
Dengan mengganti OA= r,OA'= X dan AA'=y, persamaan diatas menjadi :
R2=x2+y2
X2+y2=r2
Persamaan diatas adalah persamaan lingkaran dengan titik pusat (0,0) dan jari- jari
r. kedudukan titik A(p,q) terhadapa lingkaran daoat ditentukan sebagai berikut:
P2+q2<r2 , jika didalam lingkaran
P2+q2=r2, jika pada lingkaran
P2+q2>r2, jika diluar lingkaran

Matematika terapan 13
2. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

a. Persamaan garis singgung lingkaran melalui P(x1,y1) pada lingkaran


x2+y2=r2

Persamaan garis lingkaran pada titik P(x1,y1) adalah :

𝑥. 𝑥 1+𝑦. 𝑦1= r

b. Persamaan garis singgung melalui P(x1,y1) diluar lingkaran x2+y2=r2


adalah :

y=mx±r√ 𝑚2 + 1

keterangan :

m = gradient

r = jari- jari

c. Persamaan garis singgung melalui P(x1,y1) pada lingkaran (x-a)2+(y-b)2=r2


adalah :

( x - a)(x1 – a)+(y –b)(y1- b) =r2

d. Persamaan lingkaran dengan pusat (a,b) dan bergradien m adalah:

(y-b) = m(x – a) ±r√𝑚2+1

B. Elips

elips adalah himpunan titik- titik atau tempat kedudukan titik- titik yang jumlah
dan jaraknya terhadap dua titik selalu sama. Kedua titik tersebut disebut titik
fokus dari elips.

Persamaan elips yang berfokus pada sumbu x, yaitu F1(c,0) dan F2(-c,0) adalah :

𝑥2 𝑦2
𝑏 2 𝑥 2 +𝑎2 𝑦 2=𝑎2 𝑏 2 atau 𝑎2 + 𝑏2 =1

Untuk elips yang berfokus pada sumbu y, yaitu F1(0,c) dan F2(-c,0) adalah :

Maka persamaan elipsnya adalah :


𝑥2 𝑦2
𝑎2 𝑥 2 +𝑏 2 𝑦 2 =𝑎2 𝑏 2 atau 𝑏2 + 𝑎2 =1

Matematika terapan 14
Persamaan elips yang berpusat di (α,β)

Jika elips berpusat di (α,β) dan berfokus pada sumbu x maka persamaannya :

(𝑥 − 𝛼)2 (𝑦 − 𝛽)2
+ =1
𝑎2 𝑏2

Keterangan :

- Koordinat titik pusat (α,β)


- Koordinat titik puncak (α,β+a) dan (α ,β-a)
- Koordinat titik puncak (α,β+c) dan (a, β- c)

C. Parabola

Parabola adalah himpunan semua titik atau tempat kedudukan titik yang berjarak
sama terhadap suatu titik tertentu (fokus) dan sebuah garis tertentu.

Persamaan garis singgung parabola


a. Garis singgung melalui titik (x1,y1)

Maka persamaan garis singgungnya adalah sebagai berikut :

y1y =2p(x+x1)

Untuk garis singgung bergradien m dirumuskan sebagai berikut :

𝑝
𝑦 = 𝑚𝑥 +
𝑚

Untuk garis singgung melalui titik (x1,y1) diluar parabola dicari dengan cara
mensubtitusikan titik (x1,y1) ke persamaan:

𝑝
𝑦 = 𝑚𝑥 +
𝑚

Matematika terapan 15
D. Hiperbola

Hiperbola adalah himpunan titik- titik atau tempat kedudukan titik yang selisish
jaraknya terhadap dua titik tetap selalu sama.

Persamaan hiperbola :
𝑥2 𝑦2
− 𝑏2 = 1 atau 𝑏 2 𝑥 2 − 𝑎2 𝑦 2 = 𝑎2 𝑏 2 u
𝑎2

Pesamaan hiperbola yang berpusat pada titik (α,β) adalah

(𝑥 − 𝛼)2 (𝑦 − 𝛽)2
+ =1
𝑎2 𝑏2

Bentuk persamaan hiperbola secara umum adalah :

𝐴𝑥 2 − 𝐵𝑦 2 + 𝐶𝑥 + 𝐷𝑦 + 𝐸 = 0

Dengan A,B ≠ A ≠ B

Persamaan garis singgung melalui titik ( x1, y1) pada parabola persamaanya
adalah :

𝑥1.𝑥1 𝑦1 .𝑦
− =1 atau 𝑏 2 . 𝑥1 . 𝑥 − 𝑎2 . 𝑦1 . 𝑦 = 𝑎2 𝑏 2
𝑎2 𝑏2

Persamaan garis singgung hiperbola yang bergradien m adalah :

𝑦 = 𝑚𝑥 ± √𝑎2 𝑚2 − 𝑏 2

Matematika terapan 16
KEGIATAN 4
LIMIT DAN TURUNAN
A. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga
1. Pengertian limit fungsi

Limit fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) adalah nilai yang didekati fungsi itu apabila x mendekati
nilai tertentu. Ini berarti bukan nilai yang sebenarnya., melainkan nilai pendekatan
saja.

Limit fungsi 𝑓(𝑥)untuk x mendekati a, ditulis lim 𝑓(𝑥). Limit fungsi 𝑓(𝑥) untuk
𝑥→𝑎
x mendekati nilai tak hingga adalah lambang yang menyatakan bilangan yang
lebih besar dari bilangan yang mana saja.

2. Limit fungsi aljabar


a. Limit mendekati a biasa ditulis dengan lim 𝑓(𝑥). Untuk menentukan nilai
𝑥→𝑎
lim 𝑓(𝑥) dapat digunakan dengan cara :
𝑥→𝑎
1. Jika 𝑓(𝑎) = maka lim = 𝑎
𝑥→𝑎
𝑐
2. Jika 𝑓(𝑎) = 0, maka lim 𝑓(𝑥) = ∞
𝑥→𝑎
0
3. Jika 𝑓(𝑎) = 𝑐 , maka lim 𝑓(𝑥) = 0
𝑥→𝑎
4. Rumus- rumus limit :
a. lim 𝑏𝑥 + 𝑐 = 𝑏(𝑎) + 𝑐
𝑥→𝑎
b. lim 𝑘. 𝑓(𝑥) = 𝑘 lim 𝑓(𝑥)
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
c. lim 𝑥 𝑛 = 𝑎𝑛
𝑥→𝑎
d. lim (𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)) = lim 𝑓(𝑥) + lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
𝑓(𝑥) lim 𝑓(𝑥)
e. lim ( 𝑔(𝑋)) = 𝑥→𝑎
𝑥→𝑎 lim 𝑔(𝑥)
𝑥→𝑎
1 1
f. lim 𝑥 = 𝑎
𝑥→𝑎
g. lim = 𝑎
𝑥→𝑎
h. lim 𝑘 = 𝑘
𝑥→𝑎

i. lim √𝑎 = √𝑎
𝑥→𝑎

Matematika terapan 17
B. Limit Fungsi Trigonometri
1. Limit fungsi trigonometri Suatu Sudut Tertentu

Suatu limit fungsi trigonometri untuk x mendekati suatu sudut tertentu (bukan 00),
maka dilakukan dengan cara subtitusi, jika limitnya berupa fungsi linear. Akan
tetapi, jika fungsi berbentuk pecahan, jika cara subtitusi menghasilkan bilangan
tertentu, maka harus dilakukan dengan cara pemfaktoran kemudian
disederhanakan dan disubtitusikan dengan nilai pendekatan.

2. Limit Fungsi Trigonometri Mendekati Nol

untuk menentukan nilai limit trigonometri selain sinus dan tangent, terlebih
dahulu harus mengubah kebentuk sinus dan tangen, karena fungsi trigonometri
untuk x mendekati nol hanya mengenal sinx dan tan x.

C. Turunan Fungsi
1. Penegertian Turunan

Turunan fungsi f adalah suatu fungsi yang ditulis dengan f' sedemikian sehingga
nilai fungsi untuk setiap x dengan daerah asal f dapat dirumuskan :

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
Jika limit ini ada, maka fungsi 𝑓 ′ dengan daerah asal disebut turunan dari f .
proses ini disebut turunan.

2. Arti Fisis dan Arti geomteris turunan dari Suatu Titik

Secara fisis, turunan fungsi 𝑓(𝑥) di x = a, yang dirumuskan sebagai berikut :

𝑓(𝑎 + ℎ) − 𝑓(𝑎)
𝑉 = lim
𝑥→0 ℎ
3. Turunan Fungsi Aljabar

Ada bebrapa macam cara untuk melambangkan turunan, diantaranya :

Turunan dari 𝑦 = 𝑓(𝑥)


𝑑𝑦 𝑑𝑓(𝑥)
=
𝑑𝑥 𝑑𝑥

Matematika terapan 18
𝑦 ′ = 𝑓 ′ (𝑥)

Rumus rumus turunan, antara lain :

a. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑐 maka 𝑓 ′ (𝑥) = 0


b. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑥 maka 𝑓 ′ (𝑥) = 1
c. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 𝑛 maka 𝑓 ′ (𝑥) = 𝑎𝑛. 𝑥 𝑛−1 , diamana a,n,ᵋR
d. Jika 𝑓(𝑥)̇ = 𝑐. 𝑔(𝑥) maka 𝑓 ′ (𝑥) = 𝑐. 𝑔′ (𝑥)
e. Jika 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) + ℎ(𝑥) maka 𝑓 ′ (𝑥) = 𝑔′ (𝑥) + ℎ′ (𝑥)

4. Turunan Fungsi Trigonometri

Telah diketahui turunan 𝑦 = 𝑓(𝑥) didefenisikan sebagai :

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
Rumus diatas dapat pula digunakan untuk mencari turunan fungsi trigonometri.
Misalnya menentukan turunan sin x

𝑓(𝑥) = sin 𝑥

𝑓(𝑥 + ℎ) = sin(𝑥 + ℎ)

Jadi:

𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
𝑠𝑖𝑛(𝑥 + ℎ) − sin(𝑥)
𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
1 1
2. 𝑐𝑜𝑠 2 (2𝑥 + ℎ) − sin 2 ℎ)
𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
1 1 1
2. 𝑐𝑜𝑠 2 (2𝑥 + ℎ) − 2 sin 2 ℎ)
𝑓 ′ (𝑥) = lim =1
ℎ→0 1
2ℎ

Matematika terapan 19
1
𝑓(𝑥) = lim cos (2𝑥 + ℎ)
ℎ→0 2
5. Rumus- Rumus Turunan

Untuk menentukan turunan dalam bentuk perkalian dan pembagian terdapat


rumus khusus, yaitu dengan memisahkan u dan v masing masing adalah fungsi
dalam x.

a. 𝑦 = 𝑢. 𝑣 ′ ; 𝑦 ′ = 𝑢′ 𝑣 + 𝑢𝑣′
𝑢 𝑢′ 𝑣−𝑢𝑣′
b. 𝑦 = 𝑣 ; 𝑦 ′ = 𝑣2
c. 𝑦 = 𝑢 ; 𝑦 = 𝑛. 𝑢𝑛−1 . 𝑢′
𝑛 ′

KEGIATAN 5
INTEGRAL
A. Integral Tak Tentu danTentu
1. Integral tak tentu

Bentuk umum integral tak tentu dapat dituliskan sebagai berikut :

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝐶

F(x) dinamakan integral umum

F(x) dinamakan fungsi integran atau fungsi yang akan dicari integrannya

C dinamakan sebagai konstanta reak sembarang

a. Integral tak tentu fungsi aljabar

Aturan integral tak tentu fungsi aljabar dapat ditentukan dari turunan aljabar
tersebut. Mari perhatikan uaraian berikut :

1. ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝐶
1
𝑓(𝑥) = 2 𝑥 2 + 𝐶 sehingga 𝑓(𝑥) = 𝑥

Matematika terapan 20
1
2. ∫ 𝑓𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 3 + 𝐶
3
1
𝑓(𝑥) = 3 𝑥 3 , sehingga 𝑓(𝑥) = 𝑥 2

b. Integral tak tentu fungsi trigonometri

Atauran integral tak tentu dari fungsi- fungsi trigonometri dapat ditentukan
dengan mengingat kembali turunan dari fungsi trigonometri. Mari perlihatkan
tabel berikut.

F(x) F'(x)
Sin x Cos x
Cos x -sin x
Sin (ax+b) a cos (ax+b)
Cos (ax+b) -a cos (ax+b)

2. Integral tertentu

Integral tertentu dari fungsi f(x) diantara batas a dan b didefenisikan sebagai
selisih suatu integral fungsi f(x) karena x berubah dari x=a sampai x=b. integral
tertentu dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥

Bilangan a disebut batas bawah dan bilangan b disebut batas atas. Untuk
menghitung integral tertentu suatu fungsi f(x) adalah dengan mencari integral tak
tentu dari fungsi yang diberikan kemudian mensubtitiusikan nilai batas bawah dan
batas atas. Selanjutnya dengan mengurangkan hasil subtitusi nilai batas dengan
hasil subtitusi nilai batas bawah atau dapat dituliskan sebagai berikut.
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = [𝐹(𝑥)]=F(b)-F(a)

a. Benda putar dari daerah yang diputar mengililingi sumbu x

Suatu funga=si 𝑦 = 𝑓(𝑥) diputar mengelilingi sumbu x sejauh 3600 dan dibatasi
oleh x=a dan x=b volume benda putar tersebut dapat ditulis dengan notasi integral
tertentu adalah:
𝑏
𝑣 = 𝜋 ∫ {𝑓(𝑥)}2 𝑑𝑥
0

Matematika terapan 21
𝑏
𝑣 = 𝜋 ∫0 𝑦 𝑑𝑥

b. Benda putar mengelilingi sumbu y

Suatu fungsi x=f(y) diputar mengelilingi sumbu y sejauh 3600 dan dibatasi oleh
𝑦 = 𝑐 dan y=d .

Volume benda putar yang tersebut dapat ditulis dengan notasi integral tertentu
adalah:
𝑑
𝑣 = 𝜋 ∫ {𝑓(𝑦)2 𝑑𝑥
𝑐

𝑑
𝑣 = 𝜋 ∫ (𝑥)2 𝑑𝑥
𝑐

Matematika terapan 22
BAB III

PEMBAHASAN ISI BUKU

Setelah membaca buku tersebut dapat saya simpulkan bahwa buku tersebut
baik dan menarik untuk dipelajari. Karena buku tersebut memberikan manfaat
mempelajari setiap materi dalam kehidupan sehar- hari, sehingga dengan
pemberian manfaat pelajaran tersebut seorang siswa tidak akan bingung dalam
menentukan kemana materi tersebut akan ditujukan dan dapat mengembangkan
dimana letak keterampilan siswa tersebut saat sedang melaksanakan pelajaran.
Buku tersebut juga memberikan rumus yang sejalan sehingga lebih mudah untuk
mempelajari dan menarik untuk membahas buku tersebut. Buku tersebut juga
memiliki berbagai diagram, grafik, maupun gambar di setiap materi pembahasan.
Dalam pembahasan materi selalu memberikan umpan untuk mengulas kembali
bab- bab sebelumnya, sehingga materi yang akan dibahas sebelumnya tidak lupa
begitu saja.

Maka setelah membahas buku matematika ini dapat dikatakan bahwa buku
tersebut sangat menarik untuk dipakai dan cocok untuk kalangan anak sekolah
SMK. Sehingga Buku matematika ini dapat dikatakan bahwa sudah memadai,
karena materi setiap bab sudah membahas semua yang berhubungan dengan
materi tersebut.

Matematika terapan 23
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah membahas meteri dalam buku ini, dapat disimpulkan bahwa buku
ini memiliki keunggulan. Pada dasarnya buku matematika mempunyai tujuan dan
maksud yang sama serta materi dengan hasil yang sama jika salah satu soal yang
sama saling dikerjakan, tetapi perbedaan buku tersebut ada pada buku cara
mempermudah pemahaman setiap materi yang dibahas dan siswa tidak akan
bingung, tetapi akan menarik keinginan siswa untuk mempelajari materi tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam buku ini menjelaskan materi dengan
cara yang mudah dipahami dengan alasan seperti penjelasan diatas.

B. SARAN

Saran saya adalah materi dalam buku ini akan mudah dipahami apabila
dikaitkan dengan contoh- contoh yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari sehingga materi tersebut dapat diminati setiap siswa dan sesuai dengan apa
keahlian yang dimiliki oleh siswa. Buku ini akan lebih mudah dipahami apabila
terdapat hal-hal penting seperti rumus-rumus dasar yang memudahkan
pemahaman siswa. Terimakasih

Matematika terapan 24
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howord. 1991.Aljabar Linier Elementer Edisi 2. Jakarta: Erlangga

Rusli, Muchmad.2008. matematika untuk SMK/MAK kelas XII.jakarta:CV.ARYA


DUTA

Matematika terapan 25

Anda mungkin juga menyukai