Pertemuan II hal 19 - 31
Pertemuan III hal 32 – 36
Pertemuan Ke IV hal 37 - 40
Pertemuan ke V hal 41 - 59
Pertemuan ke VI hal 60 - 75
Pertemuan ke VII 76 - 87
Pertemuan ke VIII UTS
A. Pengertian Fiqh
1
dikatakan bahwa fiqh adalah hukum syara’ yang bersifat praktis (amalan) yang
diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci.
Kalau fiqh dihubungkan dengan perkataan ilmu sehingga menjadi ilmu fiqh
Ilmu fiqh adalah ibarat daftar perintah dan aturan Allah SWT yang sudah
rinci nilainya, apakah menjadi wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram.
norma dasar dan ketentuan yang terdapat dalam al-qur’an dan sunnah nabi
Muhammada SAW. Yang direkam dalam kitab-kitab hadits. Dari pengertian
diatas menunjukan antara fiqh dan syari’ah memiliki mempunyai hubungan
yang sangat erat, yaitu dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Kedua
istilah dimaksud, yaitu (1) syariat islam dan (2) fikih islam. Didalam
kepustakaan hukum islam berbahasa ingris, syariat islam diterjemahkan
dengan Islamic Law, sedangkan fikih islam diterjemahkan dengan istilah
Islamic Jurisprudance. Antara syariah dan fiqh, terdpat perbedaan, yang
apabila tidak dipahami dapat menimbulkan kerancuan yang dapat
menimbulkan sikap salah kaprah terhadap fiqh.
(QS.An Nisa:78)
Artinya : Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,
Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah",
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang)
dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-
hampir tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun?
[319] Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320] Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.
2
Kaidah adalah rumusan umum yang mencakup dalam juz’iyah ketika
menyelidiki hukum-hukumnya. Ucapan kita “perintah memiliki konskwensi
wajib “ adalah kaidah umum yang tercakup dalam firman-Nya;
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'[44].
[44] Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan:
tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang
tunduk. (Qs. Al-baqoroh:43)
Dengan demikian di dalam hukum islam ada dua macam kaidah, yaitu;
pertama, kaidah kaidah ushul fiqih, yang kita temukan dalam kitab-kitab ushul
fiqih, yang digunakan untuk mengeluarkan hukum (takhrij al-ahkam) dari
sumbernya, Al-qur’an dan atau al-hadits. Kedua, kaidah-kaidah fiqih, yaitu
kaidah-kaidah yang disimpulkan secara general dari materi fiqih yang
kemudian digunakan juga untuk menentukan hukum dari kasus-kasus baru
yang timbul, yang tidak jelas hukumnya didalam nash.
3
(Seperti seseorang ingin mengetahui apakah suatu perbuatan itu wajib atau
sunnah, haram atau makruh, ataukah mubah, ditinjau dari dalil-dalil yang ada),
sedangkan yang kedua adalah untuk hukum-hukum syari’at itu sendiri (yaitu
hukum apa saja yang terkandung dalam shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya
berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, atau sunnah-
sunnahnya).
Hubungan Antara Fiqh dan Aqidah Islam
Contohnya:
4
6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu
kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Juga seperti shalat dan zakat yang Allah kaitkan dengan keimanan terhadap
hari akhir, sebagaimana firman-Nya:
Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan
kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk
memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan
teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang
Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh
kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah
mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur
seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya.
5
Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu,
shalat, puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti
pernikahan, talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini
disebut dengan Fikih Al Ahwal As sakhsiyah.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan
diantara mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan
yang lainnya. Dan ini disebut Fiqih Mu’amalah.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala
negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan
menerapkan hukum-hukum syari’at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-
kewajiban rakyat yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan
ma’siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Siasah Syar’iah.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku
kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman
terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut
sebagai Fiqih Al ‘Ukubat.
Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya.
Yang berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang
lainnya. Dan ini dinamakan dengan Fiqih As Siyar.
Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun
yang buruk. Dan ini disebut dengan adab dan akhlak.
Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum-hukumnya meliputi
semua kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek kehidupan
pribadi dan masyarakat.
Semua hukum yang terdapat dalam fiqih Islam kembali kepada empat sumber:
1. Al-Qur’an
Sebagai contoh:
6
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434],
adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.
Bila kita ditanya tentang masalah jual beli dan riba, maka kita dapatkan
hukum hal tersebut dalam Kitab Allah (QS. Al baqarah [2] : 275).
Artinya : Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan
barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum
terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang
kemasukan syaitan.
[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
2. As-Sunnah
7
Contoh perkataan/sabda Nabi:
Contoh perbuatan:
Apa yang diriwayatkan oleh Bukhari (Bukhari no. 635, juga diriwayatkan oleh
Tirmidzi no. 3413, dan Ahmad no. 23093, 23800, 34528) bahwa ‘Aisyah
pernah ditanya: “Apa yang biasa dilakukan Rasulullah di rumahnya?” Aisyah
menjawab: “Beliau membantu keluarganya; kemudian bila datang waktu
shalat, beliau keluar untuk menunaikannya.”
Contoh persetujuan:
Apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (Hadits no. 1267) bahwa Nabi
pernah melihat seseorang shalat dua rakaat setelah sholat subuh, maka Nabi
berkata kepadanya: “Shalat subuh itu dua rakaat”, orang tersebut menjawab,
“sesungguhnya saya belum shalat sunat dua rakaat sebelum subuh, maka saya
kerjakan sekarang.” Lalu Nabi shollallahu’alaihiwasallam terdiam. Maka
diamnya beliau berarti menyetujui disyari’atkannya shalat Sunat Qabliah
subuh tersebut setelah shalat subuh bagi yang belum menunaikannya.
As Sunnah berfungsi sebagai penjelas al Qur’an dari apa yang bersifat global
dan umum. Seperti perintah shalat; maka bagaimana tatacaranya didapati
dalam as Sunnah. Oleh karena itu Nabi bersabda:
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (Bukhari no. 595)
3. Ijma’
Contohnya:
8
Ijma para sahabat ra bahwa kakek mendapatkan bagian 1/6 dari harta warisan
bersama anak laki-laki apabila tidak terdapat bapak.
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam
Al Qur’an dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita
melihat, apakah hal tersebut telah disepakatai oleh para ulama muslimin,
apabila sudah, maka wajib bagi kita mengambilnya dan beramal dengannya.
4. Qiyas
A. Pengertian Qiyas
Qiyas berasal dari kata “qasa, yaqisu, qaisan” artinya mengukur dan ukuran,
kata qiyas diartikan ukuran, timbangan dan lain-lain yang searti dengan itu,
atau pengukuran sesuatu dengan lainnya atau penyamaan sesuatu dengan
sejenisnya, misalnya kalimat, Artinya :
“ia telah mengukur sesuatu dengan lainnya atas lainnya”
Qiyas menurut bahasa, artinya ialah "Mengukur sesuatu dengan sesuatu dan
mempersamakannya". Dan menurut istilah Qiyas itu artinya ialah :
Menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan hukumnya.
Berdasarkan sesuatu hukum yang sudah ditentukan oleh Nash, disebabkan
adanya persamaan".
Qiyas diartikan pula dengan at-taqdir wa at-taswiyah, artinya menduga dan
mempersamakan, Artinya :
“Mengeluarkan semisal hukum yang disebutkan kepada yang tidak disebutkan
dengan menghimpun keduanya”
9
memerlukan penalaran yang serius dan proses analisis ke berbagai sudut
pandang, mulai pemaknaan bahasa, pemahaman peristiwa asal , dan sifat-sifat
hukum yang dikategorikan memiliki indikasi yang serupa.
"Sabda Nabi.Saw. ketika beliau mengutus Mu’az ra. ke Yaman, maka Nabi
bertanya : Dengan apa kamu menetapkan perkara yang datang kepadamu ?
Mu’az berkata :"Saya akan memberi keputusan dengan Kitab Allah". Nabi.
Saw. bersabda :"Jika kamu tidak mendapatkannya dalam Kitab Allah ?"
Mu’az ber kata: "Dengan Sunnah Rasul". Nabi. Saw bertanya lagi :"Kalau
pada Kitab Allah dan Sunnah Rasul tidak kamu dapati ?" Mu’az berkata :
"Saya akan berijtihad dengan pendapat saya dan saya tidak kembali".
Kemudian Rasulullah Saw Menepuk-nepuk Dada (pundak) Mu’az, (bergirang
hati) sambil bersab da :"Alhamdulillah. Allah telah memberi Taufiq kepada
pesuruh Rasulullah. Sesuai dengan Keridho-an Rasulullah". (H.R. Muslim.
Ahmad. Abu Daud. At-Turmudzi. Mereka menyatakan bahwa Qiyas itu
termasuk Ijtihad Ro’yu juga)
10
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.(Q.Surat An-Nisa : 49)
D. Rukun Qiyas
Ulama ushul fiqh mengatakan bahwa rukun qiyas terdiri dari:
1. Dasar (al-ashlu: asal), ialah pemahaman hukum yang dijadikan persamaan
seperti minum khamr atau arak. Ada yang mengatakan asal adalah dalil hukum
tempat yang dijadikan persamaan.
2. Hukum ashl (al-ashlu hukmu) adalah hukum syara’ yang terdapat padaashl
yang ditetapkan nash atau ijma’ yang hendak diberlakukan pada furu’
(cabang) dengan cara qiyas
Contoh:
11
Allah mengharamkan khamer dengan dalil Al Qur’an, sebab atau alasan
pengharamannya adalah karena ia memabukkan, dan menghilangkan
kesadaran. Jika kita menemukan minuman memabukkan lain dengan nama
yang berbeda selain khamer, maka kita menghukuminya dengan haram,
sebagai hasil Qiyas dari khamer. Karena sebab atau alasan pengharaman
khamer yaitu “memabukkan” terdapat pada minuman tersebut, sehingga ia
menjadi haram sebagaimana pula khamer.
Dilihat dari segi ilmu pengetahuan yangg berkembang dalam kalangan ulama
Islam, fiqh itu ialah ilmu pengetahuan yang membiacarakan / membahas /
memuat hukum-hukum Islam yang bersumber bersumber pada Al-Qur’an,
Sunnah dalil-dalil Syar’i yang lain; setelah diformulasikan oleh para ulama
dengan mempergunakan kaidah-kaidah Ushul Fiqh. Dengan demikian berarti
bahwa fiqh itu merupakan formulasi dari Al-Qur’an dan Sunnah yang
berbentuk hukum amaliyah yang akan diamalkan oleh ummatnya. Hukum itu
berberntuk amaliyah yang akan diamalkan oleh setiap mukallaf (Mukallaf
artinya orang yang sudah dibebani/diberi tanggungjawab melaksanakan ajaran
syari’at Islam dengan tanda-tanda seperti baligh, berakal, sadar, sudah masuk
Islam). Hubungan-hubungan ini dibicarakan dalam fiqh melalui topik-topik
bab permasalahan yang mencakup hampir seluruh kegiatan hidup
perseorangan, dan masyarakat, baik masyarakat kecil seperti sepasang suami-
isteri (keluarga), maupun masyarakat besar seperti negara dan hubungan
internasional, sesuai dengan macam-macam hubungan tadi. Meskipun ada
perbedaan pendapat para ulama dalam menyusun urutan pembahasaan dalam
membicarakan topik-topik tersebut, namun mereka tidak berbeda dalam
menjadikan Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad sebagai sumber hukum.Walaupun
dalam pengelompokkan materi pembicaraan mereka berbeda, namun mereka
sama-sama mengambil dari sumber yang sama.
D. Macam-Macam Qiyas
Menurut Wahbah Al-Zuhaili, dilihat dari segi perbandingan antara ‘illat yang
terdapat pada cabang, maka qiyas terbagi menjadi tiga macam:
1.Qiyas awla, yaitu ‘illat yang terdapat pada furu’ lebih utamma dari ‘illat
yang terdapat pada ashl. Misalnya mengqiyaskan hukum haram memukul
kedua orang tua kepada haram hukum mengatakan “ah” yang terdapat pada
firman allah surat al-isra’, 17:23:
[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi
mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Ayat ini melarang memakan harta anak yatim dengan ‘illat dapat
melenyapkan harta tersebut. Sementara itu, ‘illat hukum haram memakan harta
anak yatim yang merupakan cabang sama bobotnya dengan ‘illat memakan
harta tersebut karena sama-sama melenyapkan harta anak yatim.
3. Qiyas Al-Adna, yaitu ‘illat yang terdapat pada cabang lebih rendah
bobotnya dibandingkan dengan ‘illat yang terdapat pada ashl. Mislanya firman
Allah Surat Al-Maidah ayat 90 tentang larangan meminum khamar dengan
‘illat memabukkan. Dengan menggunakan Qiyas Al-Adna ditetapkan bahwa
‘illat memabukkan yang terdapat pada minuman keras bir lebih rendah dari
sifat memabukkan yang terdapat pada minuman keras khamar, meskipun pada
ashl dan cabang sama-sama terdapat sifat memabukkan.
Pembagian qiyas dari kejelasan ‘illat terbagi menjadi dua macam:
13
1. Qiyas jalli, yaitu qiyas yang dinyatakan ‘illatnya secara tegas dalam al-
qur’an dan sunnah atau tidak dinyatakan secara tegas dalam kedua sumber
tersebut, tetapi berdasarkan penelitian kuat dugaan bahwa tidak ada perbedaan
antara ashl dan cabang dari segi kesamaan ‘illatnya. Misallnya menqiyaskan
memukul kedua orang tua dengan larangan mengucapkan ‘ah’ sebagaimana
dalam contoh qiyas awla di atas. Menurut Wahbah Al-Zuhaili, qiyas jali ini
meliputi apa yang disebut dengan qiyas awla dan qiyas musawi.
2. Qiyas khafi, yaitu qiyas yang ‘illatnya di istinbathkan atau ditarik dari
hukum ashl. Misalnya mengqiyaskan pembunuhan dengan menggunakan
benda tumpul kepada pembunuhan dengan memakai benda tajam karena ada
kesamaan ‘illat antara keduanya, yaitu kesengajaan dan permusuhan pada
pembunuhan dengan benda tumpul sebagaimana terdapat pada pembunuhan
dengan menggunakan benda tajam.
Pembagian qiyas dari segi keserasian ‘illatnya dengan hukum terbagi menjadi
dua macam :
1. Qiyas mutasir, yang diibaratkan dengan dua definisi: pertama, qiyas yang
‘illat penghubung antara ashl dan furu’ ditetapkan dengan nash yang sharih
atau ijma’. Kedua, qiyas yang ‘ain sifat (sifat itu sendiri) yang
menghubungkan ashl dengan furu’ itu berpengaruh terhadap ‘ain hukum
2. Qiyas mulaim, yaitu qiyas yang ‘illat hukum ashl dalam hubungannya
dengan hukum adalah dalam bentuk munasil mulaim.
Pembagian qiyas dari segi dijelaskan atau tidaknya ‘illat pada qiyas terbagi
menjadi tiga macam:
a. Qiyas ma’na atau qiyas dalam makna ash yaitu qiyas yang meskipun
‘illatnya tidak dijelaskan dalam qiyas namun antara ashl dengan furu’ tidak
dapat dibedakan sehingga furu’ itu seolah-seolah ashl itu sendiri.
b. Qiyas ‘illat, yaitu qiyas yang ‘illatnya dijelaskan dan ‘illat tersebut
merupakan pendorong bagi berlakunya hukum dalam ashl.
c. Qiyas dilalah, yaitu qiyas yang ‘illatnya bukan pendorong bagi penetapan
hukum itu sendiri; namun ia merupakan keharusan bagi ‘illat yang member
petunjuk akan adanya ‘illat.
Pembagian qiyas dari segi metode (masalik) yang digunakan dalam ashl dan
dalam furu’ terbagi menjadi empat macam :
a. Qiyas ikhalah, yaitu qiyas yang ‘illat hukumnya ditetapkan melalui metode
munasabah dan ikhalah.
b. Qiyas syabah, yaitu qiyas yang ‘illat hukum ashlnya ditetapkan melalui
metode syabah.
c. Qiyas sabru , yaitu qiyas yang ‘illat hukum ashlnya ditetapkan mealalui
metode sabru wa taqsim.
d. Qiyas thard, yaitu qiyas yang ‘illat hukum ashnya ditetapkan melalui
metode third.
Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada
hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Qurâan, hadits, pendapat
shahabat maupun ijma ulama. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah,
mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas. Kelompok yang lebih
memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena persamaan
illat.
14
Masing-masing bisa dipahami maknanya dan bisa juga tidak dipahami, maka
jumlahnya ada empat: Yang dikecualikan dari kaidah umum dan dikhususkan
serta tidak dipahami maknanya, Yang dikecualikan dari kaidah umum yang
lalu dan bisa dipahami makna pengecualian ini dan ia cocok untuk menjadi
asal qiyas, Hukum permulaan yang tidak dimengerti maknanya, Hukum-
hukum permulaan yang tidak ada banding (pertimbangan/persamaannya)
padahal ia bisa dipahami maknanya sehingga ia tidak tidak menjadi asal qiyas
karena kenyataan tidak ada bandingan yang menyertainya dalam ‘illat itu.
Bagi ummat Islam, fiqh adalah perwujudan kehendak Allah terhadap manusia
yang berisi perintah dan larangan. Oleh sebab itu, pelaksanaan hukum-hukum
fiqhiyyah dianggap sebagai bentuk ketundukan kepada Allah; ia adalah
manifestasi eksoterik keimanan. Fiqh bukan hanya mengatur hal-hal yang
behubungan dengan ritual semata, tapi juga seluruh aspek kehidupan manusia
dari mulai hubungan pribadinya dengan dirinya sendiri, dengan Tuhannya,
keluarganya, lingkungan masyarakatnya serta dengan orang yang diluar agama
dan negaranya.
Dalam Islam fiqh mempunyai dwi fungsi, pertama sebagai hukum positif dan
kedua sebagai standar moral. Yang dimaksudkan sebagai hukum positif disini
adalah bahwa fiqh berfungsi seperti hukum-hukum positif lain dalam
mengatur kehidupan manusia. Ia mendapatkan legitimasi dari badan judikatif,
yaitu mahkamah. Tapi perlu ditekankan bahwa tidak semua hukum-hukum
fiqh mendapat justifikasi dan legitimasi mahkamah. Masalah hukum mubah,
makruh, bahkan mengenai hukum wajib dan harampun tidak bisa sepenuhnya
dibawah jurisdiksi mahkamah. Disini fiqh lebih merupakan etika atau moral.
Jadi, disini fiqh memainkan fungsi double, sebagai hukum positif dan moral.
Aspek inilah yang membedakan secara prinsip konsep hukum Islam dengan
konsep hukum di Barat. Dalam Islam “etika dan agama menyatu dengan
aturan-aturan hukum positif.” “the ideal code of behaviour which is the
Shar‘ah has in fact a much wider scope and purpose than a simple legal system
in the Western sense of them. Jurisprudence … is also a composite science of
15
law and morality”. Mungkin atas sebab inilah Robert Brunschvig menyebut
hukum Islam dengan “ethico juridical”. Berbeda dengan di Barat dimana
hukum positif tidak mungkin menyatu dengan hukum moralitas, meskipun
keduanya menyentuh lahan pembahasan yang sama. Bagi mereka “law that is
not humanly enacted and recognized, and whose observance is not
ascertainbale by human faculties, is not law.”
Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan
kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk
memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan
teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang
Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh
kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah
mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur
seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya.
Mempelajari fiqih itu penting sekali bagi setiap muslim. Sehingga untuk hal-
hal yang wajib dilakukan, hukumnya pun wajib untuk mempelajarinya.
Misalnya kita tahu bahwa shalat 5 waktu itu hukumnya wajib. Maka belajar
fiqih shalat itu pun hukumnya wajib juga. Sebab tanpa ilmu fiqih, seseorang
tidak mungkin menjalankan shalat dengan benar sebagaimana perintah Allah
SWT dan Rasulullah SAW.
Memang ada sebagian orang yang memandang remeh ilmu fiqih. Seringkali
mereka mengatakan bahwa belajar fiqih itu hanya belajar malasah air dan
cebok saja. Padahal yang dipelajarinya barulah mukaddimah belaka. Bila ilmu
itu diteruskan, maka fiqih itu akan sampai kepada masalah yang aktual seperti
urusan politik, mengatur negara dan seterusnya. Bahkan bisa dikatakan bahwa
fiqih itu mencakup semua aspek kehidupan manusia. Tidak ada tempat berlari
dari fiqih.
Beberapa hal yang penting untuk diingat agar kita mengerti betapa
pentingnya/mampa’at ilmu fiqih buat umat Islam adalah hal-hal berikut ini :
16
a. Tafaquh fid-dien (memperdalam pemahaman agama) Adalah Perintah Dan
Hukumnya Wajib.
b. Mempejari Islam adalah kewajiban pertama setiap muslim yang sudah aqil
baligh.
[208] Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah
s.w.t. (QS. Ali Imran : 79),kemudia pada ayat lain Allah berfirman yang
berbunyi :
17
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah : 122)
Ilmu syariah telah berhasil menjelaskan dengan pasti dan tepat tiap
potong ayat dan hadits yang bertebaran. Dengan menguasai ilmu syariah,
maka Quran dan Sunnah bisa dipahami dengan benar sebagaimana Rasulullah
SAW mengajarkannya.
Munculnya beragam aliran yang aneh dan lucu itu lantaran tidak dipahaminya
nash-nash Al-Quran dan sunnah dengan benar. Padahal untuk menjalankan Al-
Quran dan Sunnah dibutuhkan metode pemahaman yang baik dan benar. Dan
metode untuk memahaminya adalah fiqih itu sendiri. Bila dikatakan bahwa
orang yang tidak menguasai ilmu fiqih akan cenderung menyelewengkan
makna keduanya. Paling tidak akan bertindak parsial, karena hanya
menggunakan satu dalil dengan meninggalkan dalil-dalil lainnya.
Sebab seorang ahli fiqih itu pastilah seorang yang ahli di bidang tafsir, ilmu
hadits, ilmu bahasa, ilmu ushul fiqih dan beragam disiplin ilmu lainnya. Di
masa lalu kita bisa mendapatkan seorang muhaddits tapi bukan faqih. Namun
tidak pernah didapat seorang faqih yang bukan muhaddits.
Islam tidak akan hilang dari muka bumi, sebab janji Allah SWT
terhadap umat ini sudah pasti. Namun umatnya bisa lemah dan runtuh.
Kelemahan itu umumnya terjadi manakala ilmu syariah sudah mulai
ditinggalkan. Dan para ulama ulama diwafatkan dan tidak ada lagi ahli syariah
yang dilahirkan. Sehingga tidak ada lagi orang yang bisa mengarahkan
jalannya umat ini.
Syariah adalah benteng umat. Manakala Allah SWT ingin melemahkan umat
ini, maka syariah Islam akan dikurangi. Sebaliknya, bila Allah SWT ingin
menguatkan umat ini, maka akan dimulai dengan lahirnya para ulama yang
akan mengusung syariah di muka bumi.
18
f. Tipu Daya Orientalis dan Sekuleris Sangat Efektif Bila Lemah di Bidang
Syariah
Kalau saja mereka mengenal bagaimana kecanggihan para ulama syariah dari
masa ke masa, maka mereka pasti akan memandang bahwa apa yang
dituduhkan orientalis barat itu tidak lebih dari lawakan tidak lucu.
Paling tidak ada rasa di dalam hati masing-masing kelompok itu bahwa
dirinya sajalah yang paling benar. Sementara kelompok lain itu pasti salah,
sesat dan harus dijauhi.
h. Amal Sedikit Dengan Ilmu Lebih Utama Dari Amal Banyak Tanpa Ilmu
Seorang ahli ibadah yang tekun tapi tanpa ilmu syariah jauh lebih
rendah derajatnya dari amalan seorang yang mengerti syariah meski tidak
terlalu banyak. Sebab ibadah yang banyak bila tidak diiringi dengan ilmu yang
benar, bisa jadi malah berdosa. Sebab tidak tertutup kemungkinan dia malah
melakukan bid`ah atau hal-hal yang justru terlarang.
19
Sebaliknya, meski ibadah seseorang itu tidak terlalu banyak, namun
bila dikerjakan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW yang benar, tentu
nilainya sangat tinggi di sisi Rasulullah SAW.
Dan lebih penting dari semua itu, apa yang dipersembahkan ilmu fiqih
ibarat daftar perintah dan aturan Allah SWT yang sudah rinci nilainya, apakah
menjadi wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram.
Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu hubungan
yang tidak mungkin dipisahkan. Manusia sebagai mahluq yang diciptakan
Allah, mustahil bisa berlepas diri dari keterikatannya dengan Allah SWT.
Bagaimanapun tidak percayanya manusia dengan Allah, suka atau tidak suka,
20
sadar atau tidak sadar manusia akan mengikuti sunatullah yang berlaku di
alam semesta ini. Firman Allah dalam surat 2 (al-Baqarah) ayat 163 yang
berbunyi :
21
Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata
dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.
[1258] Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui
kebesaran dan kekuasaan Allah.
Dengan memahami bagaimana luasnya kekuasan dan Ilmu Allah, akan timbul
rasa kagum dan takut kepada Allah SWT sekaligus menyadari betapa kecil
dan hina dirinya. Pemahaman itu akan berlanjut dengan kembalinya ia pada
hakikat penciptaannya dan mengikuti landasan hidup yang telah digariskan
oleh Allah SWT (QS 96/al-Alaq :5). Yang berbunyi :
Artinya : Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka),
Tiga hal hubungan antara manusia (mukmin) dan Allah setelah manusia
mengenali Allah dengan benar.
22
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka
yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
[594] Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[595] Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang
mengagungkan dan memuliakannya.
Selain itu Allah juga mengibaratkan `amal sholih seorang mukmin sebagai
pinjaman yang diberikan kepada Allah. Dimana pinjaman itu akan Allah
beli dengan harga yang sesuai dengan penilaian Allah. Pinjaman itu dapat
berupa tenaga ataupun harta. Walaupun hakikatnya semua harta di langit dan
di Bumi adalah milik Allah dan diberikan sementara untuk manusia. Tetapi
jika manusia gunakan harta itu untuk menegakkan kalimat Allah, maka Allah
akan menganggapnya sebagai suatu pinjaman. Dan Allah akan
mengembalikan pinjaman itu dengan berlipat ganda dan tidak terbatas (QS
64/At-Taghabun :17, 2:261). Yang berbunyi :
23
Artinya : Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat
gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi
Maha Penyantun.
Ketiga, hubungan manusia (mukmin) dan Allah itu ditandai dengan adanya
kontrak kerja yang menjadi kewajiban manusia, yaitu berupa `amal sholih.
Manusia terikat dan terlibat didalamnya. Baik `amal yang bersifat umum
(ibadah) maupun ´amal khusus (da`wah). Amal tersebut lebih dari sekedar
untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mengajak orang lain beribadah.
Sehingga tidak dibenarkan seorang mukmin memisahkan diri, tetapi ia harus
selalu berhubungan dengan manusia (berjamaah).
Jika dipahami lebih jauh dari tiga pengertian di atas. Maka dapat diibaratkan
manusia itu sebagai penjual `Amal sholih dan Allah sebagai pembelinya.
Dua hal milik manusia yang dapat ditawarkan adalah hartanya (amwal) dan
dirinya (anfus). Harta sebagai sarana dan prasarananya dalam mengerjakan
`amal sholih, sedangkan dirinya/jiwanya sebagai komitmen selanjutnya.
Penjualan itu haruslah berkualitas ihsan (mejual yang terbaik) sehingga akan
menimbulkan keridhoan Allah SWT. Dimana `Amal sholih nya itu dilakukan
atas dasar karena Allah (lillah), dengan caraNya (billah) dan untukNya (fillah).
Allah akan membeli yang terbaik dari manusia dan Allah telah berjanji untuk
membayarnya dengan Jannah, dialam yang kekal nanti. (QS. 61/As-Shafat
:10, 9:105, 111).yang berbunyi :
Artinya Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
24
Dalam surat ke 9 (At-Taubah) ayat 105 berbunyi :
Artinya : Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.
Adapun bentuk jual beli yang termahal dan dihargai begitu tinggi oleh
Allah adalah berjihad dijalanNya. Inilah sebaik-baiknya pinjaman. Berjihad
berarti ia berusaha sekuat tenaga dan rela mengorbankan apapun didalam
perjuangan menegakkan kalimat Allah. Sebagaimana yang telah dicontohkan
oleh Rasululloh dan para Shahabat. Jalan yang jauh dari kesenangan dunia.
Mukmin yang berjihad adalah mukmin yang sudah menghayati dan
meng‘amalkan makna syahadat. Makna syahadat yang tidak hanya menghiasi
25
lisannya tapi sudah tergambar didalam tingkah laku dan àmal perbuatannya.
Kehidupan seorang mukmin, merupakan bukti dari pengertian pengakuan akan
ke-Ilahan Allah dan ia akan mempertahankan terus hingga kematiannya.
Bagi mukmin tersebut, kematiannya bernilai Syahid yang tetap hidup disisi
Allah dan tidak ada tempat baginya selain di Syurga.
Dari Aisyah r.a: “ Bahwa Nabi pernah mengutus seorang kepada usman bin
madz’un melalui utusan itu beliau bertanya: “Hai usman, apakah engkau tidak
menyukai sunnahku?” jawabnya: “tidak, Demi Allah hai Rosulullah, sunnah
engkaulah yang saya cari”. Sabda beliau: “sesungguhnya aku tidur, aku shalat,
aku berpuasa, aku berbuka dan aku menikahi wanita”.Bertakwalah kepada
Allah hai usman, karena kamu punya kewajiban terhadap keluargamu,
tamumu, dan punya kewajiban terhadap dirimu. Sebab itu berpuasalah dan
berbukalah, shalatlah dan tidurlah.
Aisyah nama lengkapnya adalah Aisyah Abu Bakar Abdillah bin Abu
Qunafah Ustman Akair bin Amr bin Ka’ab bin Said bin Tam bin murrah bin
Kaib lu’ay al-Quraisyiyah At-taimiyah Al-malikiyah. Aisyah adalah isteri
Nabi saw puteri Abu Bakar Ash Sidik, ibunya bernama Ummu Ruman Amr
Ibn Umaimir Al Kinayah. Nabi Muhammad saw menikahi Aisyah ketika usia
6 tahun. dan berkumpul dengannya di Madinah pada bulan Syawal sekembali
dari perang Badar tahun 2 Hijriyah, ketika dia berumur 9 tahun. Nabi
meninggal ketika Aisyah berumur 18 tahun. Aisyah adalah seorang wanita
yang paling luas ilmunya dan paling ahli di bidang fiqh. Diriwayatkan darinya
sebanyak 120 hadits.
Keterangan Hadits
26
dari kekurangannya. Dan sunah rosullah yang kita cari agar mendapatkan
syafaatnya. Dan perintah – perintahnya itu yang harus kita jalankan.
kesimpulan
Di dalam hadits ini mengajarkan manusia agar bisa membagi waktu dan
kegiatannya sebaik mungkin. Boleh saja memenuhi kebutuhan diri sendiri
asalkan tidak melupakan kebutuhan orang-orang disekitarkan, seperti
keluarga, tamu, anak, istri, suami, tetangga, dan orang lain yang ada
hubungannya dengan kehidupan manusia tersebut.
Pada intinya hubungan manusia dengan dirinya itu memang sangat penting
akan tetapi harus tetap melihat hal-hal disekitarnya, harus proporsional dalam
melakukan kegiatan tanpa mengabaikan orang-orang yang berhubungan
dengan kita.
27
lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen abiotik pada umumnya
merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk hidup
diantaranya: tanah, udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer, air, cahaya,
suhu atau temperatur, sedangkan komponen biotik diantaranya adalah:
produsen, konsumen, dan pengurai. Kehidupan manusia sangat tergantung
pada keadaan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan lingkungan fisik yang ada
disekitarnya.
Pembagian Kajian fiqh yaitu ada empat, yang sering disebut Rubu’:
- Rubu’ ibadat;
- Rubu’ muamalat;
- Rubu’ munakahat; dan
- Rubu’ jinayat.
28
Ada lagi yang berpendapat tiga saja; yaitu: bab ibadah, bab mu’amalat,
bab ’uqubat.
Pertemuan III
C. Tujuan mempelajari fiqih
Tujuan mempelajari fiqih ialah untuk menerapkan hukum syara’ pada setiap
perkataan dan perbuatan mukallaf, karena itu ketentuan- ketentuan itulah
yang dipergunakan untuk memutuskan segala perkara dan yang menjadi
dasar fatwa, dan bagi setiap mukallaf akan mengetahui hukum syara’ pada
setiap perkataan dan perbuatan yang mereka lakukan.
Hal ini dapat berlaku kalau memang benar- benar Ushul Fiqh itu
digunakan semestunya, yaitu mengambil hukum soal- soal yang pokok atai
dengan mengembalikan soal- soal cabang kepada soal- soal pokok.
a. Periode risalah.
29
identik dengan syarat, karena penentuan hukum terhadap suatu masalah
seluruhnya terpulang kepada Rasulullah SAW.
Periode awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode
Madinah. Pada periode Makkah, risalah Nabi SAW lebih banyak tertuju pada
masalah aqidah. Ayat hukum yang turun pada periode ini tidak banyak
jumlahnya, dan itu pun masih dalam rangkaian mewujudkan revolusi aqidah
untuk mengubah sistem kepercayaan masyarakat jahiliyah menuju
penghambaan kepada Allah SWT semata. Pada periode Madinah, ayat-ayat
tentang hukum turun secara bertahap. Pada masa ini seluruh persoalan hukum
diturunkan Allah SWT, baik yang menyangkut masalah ibadah maupun
muamalah. Oleh karenanya, periode Madinah ini disebut juga oleh ulama fiqh
sebagai periode revolusi sosial dan politik.
Pada periode ini, untuk pertama kali para fuqaha berbenturan dengan
budaya, moral, etika dan nilai-nilai kemanusiaan dalam suatu masyarakat
majemuk. Hal ini terjadi karena daerah-daerah yang ditaklukkan Islam sudah
sangat luas dan masing-masing memiliki budaya, tradisi, situasi dan komdisi
yang menantang para fuqaha dari kalangan sahabat untuk memberikan hukum
dalam persoalan-persoalan baru tersebut. Dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan baru itu, para sahabat pertama kali merujuk pada Al-Qur'an. Jika
hukum yang dicari tidak dijumpai dalam Al-Qur'an, mereka mencari
jawabannya dalam sunnah Nabi SAW. Namun jika dalam sunnah Rasulullah
SAW tidak dijumpai pula jawabannya, mereka melakukan ijtihad.
Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H.
Periode ketiga ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqh sebagai salah satu
disiplin ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai
daerah semenjak masa al-Khulafaur Rasyidin (terutama sejak Usman bin
Affan menduduki jabatan Khalifah, 33 H./644 M.), munculnya berbagai fatwa
dan ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat daerah tersebut.
30
Di Irak, Ibnu Mas'ud muncul sebagai fuqaha yang menjawab berbagai
persoalan hukum yang dihadapinya di sana. Dalam hal ini sistem sosial
masyarakat Irak jauh berbeda dengan masyarakat Hedzjaz atau Hijaz (Makkah
dan Madinah). Saat itu, di Irak telah terjadi pembauran etnik Arab dengan
etnik Persia, sementara masyarakat di Hedzjaz lebih bersifat homogen.. Pada
masa ini Dalam menghadapi berbagai masalah hukum, Ibnu Mas'ud
mengikuti pola yang telah di tempuh Umar bin al-Khattab, yaitu lebih
berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan umat tanpa terlalu terikat
dengan makna harfiah teks-teks suci.
Sikap ini diambil Umar bin al-Khattab dan Ibnu Mas'ud karena situasi dan
kondisi masyarakat ketika itu tidak sama dengan saat teks suci diturunkan.
Atas dasar ini, penggunaan nalar (analisis) dalam berijtihad lebih dominan.
dari perkembangan ini muncul madrasah atau aliran ra'yu (akal) (Ahlulhadits
dan Ahlurra'yi). Sementara itu, di Madinah yang masyarakatnya lebih
homogen, Zaid bin Sabit (11 SH./611 M.-45 H./ 665 M.) dan Abdullah bin
Umar bin al-Khattab (Ibnu Umar) bertindak menjawab berbagai persoalan
hukum yang muncul di daerah itu. Sedangkan di Makkah, yang bertindak
menjawab berbagai persoalan hukum adalah Abdullah bin Abbas (Ibnu
Abbas) dan sahabat lainnya. Pola dalam menjawab persoalan hukum oleh para
fuqaha Madinah dan Makkah sama, yaitu berpegang kuat pada Al-Qur'an dan
hadits Nabi SAW. Hal ini dimungkinkan karena di kedua kota inilah wahyu
dan sunnah Rasulullah SAW diturunkan, sehingga para sahabat yang berada di
dua kota ini memiliki banyak hadits. Oleh karenanya, pola fuqaha Makkah
dan Madinah dalam menangani berbagai persoalan hukum jauh berbeda
dengan pola yang digunakan fuqaha di Irak. Cara-cara yang ditempuh para
sahabat di Makkah dan Madinah menjadi cikal bakal bagi munculnya alirah
ahlulhadits.
d. Periode keemasan.
31
Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pada pertengahan abad ke-
4 H. Dalam periode sejarah peradaban Islam, periode ini termasuk dalam
periode Kemajuan Islam Pertama (700-1000). Seperti periode sebelumnya, ciri
khas yang menonjol pada periode ini adalah semangat ijtihad sangat tinggi di
kalangan ulama, sehingga berbagai pemikiran tentang ilmu pengetahuan
berkembang. Perkembangan pemikiran ini tidak saja dalam bidang ilmu
agama, tetapi juga dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dinasti Abbasiyah (132 H./750 M.-656 H./1258 M.) yang naik ke panggung
pemerintahan menggantikan Dinasti Umayyah memiliki tradisi keilmuan yang
kuat, sehingga perhatian para penguasa Abbasiyah terhadap berbagai bidang
ilmu sangat besar. Para penguasa awal Dinasti Abbasiyah sangat mendorong
fuqaha untuk melakukan ijtihad dalam mencari formulasi fiqh guna
menghadapi persoalan sosial yang semakin kompleks.
32
Periode keemasan ini juga ditandai dengan dimulainya penyusunan kitab
fiqh dan ushul fiqh. Diantara kitab fiqh yang paling awal disusun pada periode
ini adalah al-Muwaththa' oleh Imam Malik, al-Umm oleh Imam asy-Syafi'i,
dan Zahir ar-Riwayah dan an-Nawadir oleh Imam asy-Syaibani. Kitab usul
fiqh pertama yang muncul pada periode ini adalah ar-Risalah oleh Imam asy-
Syafi'i. Teori usul fiqh dalam masing-masing mazhab pun bermunculan,
seperti teori kias, istihsan, dan al-maslahah al-mursalah.
Periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad
ke-7 H. Yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah upaya
yang dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam mengomentari,
memperjelas dan mengulas pendapat para imam mereka. Periode ini
semangat ijtihad melemah dikalangan ulama fiqh. Ulama fiqh lebih banyak
berpegang pada hasil ijtihad yang telah dilakukan oleh imam mazhab mereka
masing-masing, sehingga mujtahid mustaqill (mujtahid mandiri) tidak ada
lagi. Sekalipun ada ulama fiqh yang berijtihad, maka ijtihadnya tidak terlepas
dari prinsip mazhab yang mereka anut. Artinya ulama fiqh tersebut hanya
berstatus sebagai mujtahid fi al-mazhab (mujtahid yang melakukan ijtihad
berdasarkan prinsip yang ada dalam mazhabnya). Akibat dari tidak adanya
ulama fiqh yang berani melakukan ijtihad secara mandiri, muncullah sikap at-
ta'assub al-mazhabi (sikap fanatik buta terhadap satu mazhab) sehingga setiap
ulama berusaha untuk mempertahankan mazhab imamnya.
33
mereka. Sekalipun ada upaya ijtihad yang dilakukan ketika itu, namun lebih
banyak berbentuk tarjih (menguatkan) pendapat yang ada dalam mazhab
masing-masing. Akibat lain dari perkembangan ini adalah semakin banyak
buku yang bersifat sebagai komentar, penjelasan dan ulasan terhadap buku
yang ditulis sebelumnya dalam masing-masing mazhab.
34
pendapat dari pihak pemerintah. Misalnya, seseorang yang berutang tidak
dibolehkan mewakafkan hartanya yang berjumlah sama dengan utangnya
tersebut, karena hal itu merupakan indikator atas sikapnya yang tidak mau
melunasi utang tersebut.
Fatwa ini dikemukakan oleh Maula Abi as-Su 'ud (qadi Istanbul pada
masa kepemimpinan Sultan Sulaiman al-Qanuni [1520-1566] dan Salim
[1566-1574] dan selanjutnya menjabat mufti Kerajaan Turki Usmani).
3).Di akhir periode ini muncul gerakan kodifikasi hukum (fiqh) Islam sebagai
mazhab resmi pemerintah. Hal ini ditandai dengan prakarsa pihak pemerintah
Turki Usmani, seperti Majalah al-Ahkam al-'Adliyyah yang merupakan
kodifikasi hukum perdata yang berlaku di seluruh Kerajaan Turki Usmani
berdasarkan fiqh Mazhab Hanaf
1. Pengertian Ibadah
Oleh sebab itu kedua pilar ibadah tersebut -yaitu perendahan diri dan
puncak kecintaan- itu harus selalu ada dalam menjalani ibadah kepada Allah.
Bahkan Allah harus lebih dicintainya daripada segala sesuatu dan menjadi
sosok yang paling agung daripada segala-galanya. Bahkan, tidaklah berhak
untuk mendapatkan rasa cinta dan ketundukan yang sempurna kecuali Allah
semata. Segala sesuatu yang dicintai bukan karena Allah maka kecintaannya
adalah kecintaan yang rusak/tidak sah. Begitu pula tidaklah sesuatu selain
Allah diagung-agungkan tanpa perintah dari-Nya melainkan pengagungan itu
adalah sebuah kebatilan
35
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Ibadah
merupakan sebuah istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan
diridhai Allah, berupa ucapan dan perbuatan, yang batin maupun lahir. Ini
artinya sholat, zakat, puasa, haji, jujur dalam berbicara, menunaikan amanat,
berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati
janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar, berjihad
memerangi orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak
yatim, orang miskin, ibnu sabil, maupun kepemilikan dari kalangan manusia
(budak) atau binatang piaraan, berdoa, berdzikir, membaca al-Qur’an, dan
lain sebagainya itu semua adalah ibadah. Demikian juga kecintaan kepada
Allah dan rasul-Nya, rasa takut kepada Allah, inabah kepada-Nya,
mengikhlaskan agama untuk-Nya, bersabar menghadapi ketetapan-Nya,
mensyukuri nikmat-Nya, ridha dengan takdir-Nya, bertawakal kepada-Nya,
mengharapkan rahmat-Nya, takut kepada azab-Nya, dan semisalnya [itu
semua juga] termasuk ibadah kepada Allah.”
2. Pilar-Pilar Ibadah
36
harus berpadu. Barangsiapa yang hanya bergantung kepada salah satunya
maka dia belum beribadah kepada Allah dengan benar. Beribadah kepada
Allah dengan modal cinta saja adalah metode kaum Sufi. Beribadah kepada-
Nya dengan rasa harap semata adalah metode kaum Murji’ah. Adapun
beribadah kepada-Nya dengan modal rasa takut belaka, maka ini adalah
jalannya kaum Khawarij.”
37
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya niat dalam kehidupan
seorang muslim. Ia laksana ruh bagi tubuhnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata, “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Innamal
a’maalu bin niyaat adalah kalimat yang komprehensif dan sempurna, sebab
niat bagi amalan laksana ruh bagi jasad.”
38
kalian.” Apa-apa yang pada hari itu bukan termasuk ajaran agama, maka hari
ini hal itu bukan termasuk agama.”
4. Intisari Ibadah
39
Hakikat dan hikmah Ibadah
Artinya, “Wahai umat manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian.” (QS. al-
Baqarah [2] : 21). Imam al-Baghawi rahimahullah menukil ucapan Ibnu
‘Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau berkata, “Setiap istilah ibadah yang
disebutkan di dalam al-Qur’an maka maknanya adalah tauhid.”
40
thaharah. Apabila syirik memasuki ibadah maka rusaklah ia, sebagaimana
hadats yang menimpa pada orang yang telah bersuci.”
B. Kajian Thaharah
41
.
Kotoran berasal dari kata kotor, artinya tidak bersih, seperti pakaian
yang kena keringat. Adapun najis adalah sesuatu yang keluar dari dalam
tubuh manusia atau hewan seperti air kencing, kotoran manusia atau kotoran
hewan. Dengan demikian, kesimpulan sementara adalah kotor belum tentu
najis, sedangkan barang yang terkena najis pasti kotor
Dengan demikian, jelaslah bahwa pakaian yang kotor karena terkena keringat
dapat dipakai untuk shalat dan sah shalatnya. Akan tetapi, baju yang bersih
walaupun belum dipakai namun telah terkena najis, lalu dipakai shalat, maka
shalatnya tidak sah.
Perlu dibedakan antara najis dan hadats. Najis kadang kita
temukan pada badan, pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita
temukan pada badan. Najis bentuknya konkrit, sedangkan hadats itu abstrak
dan menunjukkan keadaan seseorang. Ketika seseorang selesai berhubungan
badan dengan istri (baca: jima’), ia dalam keadaan hadats besar. Ketika ia
kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan apabila pakaiannya terkena
air kencing, maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil dihilangkan dengan
berwudhu dan hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis
tersebut hilang, maka sudah membuat benda tersebut suci.
a.Najis Berat (Mughollazhoh) yaitu Najis anjing dan babi dan anak dari
keduanya.
42
b.Najis Ringan (Mukhaffafah) yaitu Najis air kencing anak laki-laki dibawah
umur 2 tahun yang belum makan apa-apa kecuali ASI dari ibunya.
c.Najis Sedang (Mutawassithoh) yaitu Najis berupa kotoran, air kencing, air
wadzi, air madzi, darah, nanah, air yang terkena luka, muntah dari perut,
dan lain-lain.
5. Pengertian Hadas
Mendirikan shalat.
Tawaf.
Menyentuh Al-Qur'an.
Keluarnya sperma disertai syahwat laki-laki atau perempuan, baik dalam tidur
ataupun terjaga.
Bertemunya dua kelamin.
Selesai menjalani masa haid dan nifas.
Meninggal dunia.
43
d.Hal-hal yang diharamkan ketika dalam keadaan hadas besar :
Mendirikan Shalat.
Tawaf.
Menyentuh Al-Qur'an dan membacanya.
I'tikaf.
Berpuasa.
Berjima'.
PERTEMUAN KE IV ; SHALAT
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus
dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik sedang sehat maupun
sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat sunah.
Secara bahasa shalat berarti do’a dan secara istilah, para ahli fiqih
mengartikan dua sisi. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang
dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah
ditentukan (Sidi Gazalba,88)
44
(lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-
Nya.
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara
hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan
amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30)
Khusyu’ menurut istilah syara’ adalah keadaan jiwa yang tenang dan
tawadhu’ (rendah hati), yang kemudian pengaruh khusyu’ dihati tadi akan
menjadi tampak pada anggota tubuh yang lainnya. Sedang menurut A.
Syafi’i khusyu’ adalah menyengaja, ikhlas dan tunduk lahir dan batin; dengan
menyempurnakan keindahan bentuk/sikap lahirnya, serta memenuhinya
dengan kehadiran hati, kesadaran dan pengertian (penta’rifan) segala ucapan
bentuk/sikap lahir itu.
B. Hukum Shalat
45
Secara garis besar, ada dua hukum shalat di dalam syariat Islam, yakni
shalat yang hukumnya fardhu dan shalat yang hukumnya sunnah. Berikut
adalah rincian dari dua hukum tersebut:
Shalat yang hukumnya fardhu ‘ain adalah shalat yang wajib dilakukan
oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat untuk shalat. Shalat fardhu
‘ain ini adalah shalat lima waktu, yakni shalat Zhuhur, shalat Ashar, shalat
Maghrib, shalat Isya, dan shalat Shubuh. Sedangkan shalat yang hukumnya
fardhu kifayah adalah shalat yang wajib dilakukan oleh semua umat Islam,
namun apabila sebagian dari kaum Muslim sudah ada yang melaksanakannya
maka gugurlah kewajiban Muslim yang lainnya. Shalat yang hukumnya
fardhu kifayah ini adalah shalat jenazah.
Selain shalat yang hukumnya fardhu, di dalam Islam juga ada shalat
yang hukumnya sunnah ini adalah shalat Rawatib, shalat Tahajjud, shalat
Dhuha, shalat Istikharah, shalat Hajat, shalat Taubat, dan beberapa shalat
sunnah lainnya yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
C. Kedudukan Shalat
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang menjadi bagian penting
untuk tegak dan tidaknya bangunan agama Islam seseorang. Siapa yang
menegakan shalat berarti ia telah menegakkan agamanya dan siapa yang
meninggalkan shalat berarti ia telah meruntuhkan agamanya. Ingatlah bahwa
shalat itu merupakan al ‘imad ad-diin (tiangnya agama) dan amalan pertama
yang akan dihisab.
46
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
Artinya :
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila
kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman. (QS Al-Nisa’ [4]: 103)
Firman Allah yang lainnya :
Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku.” (QS Thaha [20]: 14)
Firman Allah yang lainnya :
Sebagaimana yang sudah kita ketahui, bahwa Islam itu ditegakkan oleh
lima perkara yang disebut sebagai rukun Islam. Yakni, membaca dua kalimat
syahadat, mengerjakan shalat lima waktu dalam sehari semalam, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang
mempunyai kemampuan.
Shalat juga menjadi tolok ukur apakah amal seorang Muslim itu baik
atau tidak pada saat perhitungan amal di hari kiamat nanti. Jika shalat
seseorang baik maka amal yang lain dihitung sebagai amal yang baik.
Sebaliknya, jika shalat seseorang buruk maka amal yang lain dihitung sebagai
amal yang buruk.
Betapa utama dan penting sebuah ibadah yang bernama shalat itu.
Sehingga, satu-satunya perintah dari Allah SWT yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW untuk umatnya secara langsung, hanyalah perintah
untuk melaksanakan shalat lima waktu. Yakni, pada saat Nabi Muhammad
SAW isra’ dan mi’raj, serta menghadap Allah SWT secara langsung di
Sidratul Muntaha. Hal ini berbeda dengan perintah yang lainnya, Allah SWT
menyampaikan wahyu melalui Malaikat Jibril a.s.
Sungguh, betapa utama dan pentingnya ibadah shalat lima waktu itu.
Sampai-sampai apabila seseorang tidak bisa mengerjakannya dengan berdiri
(karena sakit atau sebab yang lain), maka shalat bisa dilakukan dengan duduk.
Apabila seseorang tidak bisa mengerjakan shalat dengan duduk, maka shalat
bisa dikerjakan dengan miring. Apabila tetap tidak mampu juga, maka shalat
dapat dikerjakan dengan telentang atau berbaring. Semua ini menunjukkan
bahwa shalat adalah ibadah yang sama sekali tidak boleh ditinggalkan, kecuali
oleh hal-hal yang telah dibenarkan oleh syara’, misalnya wanita yang sedang
haid atau nifas, maka ia justru tidak boleh mengerjakan shalat.
48
Artinya :42. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"43.
Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang
mengerjakan shalat, (QS Al-Mudatstsir [74]: 42-43)
Setiap orang yang bisa berpikir dengan akal sehat, sudah barang tentu,
tidak ingin dimasukkan ke dalam neraka yang penuh dengan siksaan. Apalagi,
kehidupan di akhirat adalah sebuah kehidupan abadi yang sama sekali tidak
mungkin bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki amalan. Maka, marilah
kita mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, semoga
kita bisa dimasukkan ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan.
Apalagi, masuk surga bersama Rasulullah SAW, manusia agung junjungan
kita. Betapa sebuah nikmat yang luar biasa. Mengenai hal ini, marilah kita
perhatikan sebuah hadits berikut, yakni dari Rabi’ah bin Ka’ab, ia berkata:
1. Islam, Shalat diwajibkan hanya bagi orang Islam, berdasarkan sabda Nabi
sholallohu ‘alaihi wasalam kepada mu’adz :”Serulah mereka agar bersaksi
tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhamad adalah
utusan Allah, jika mereka taat padam tentang itu, beritahulah mereka bahwa
Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu pada setiap hari dan
malam.” (HR Bukhori)
2. Berakal dan Balig, Tidak wajib shalat bagi orang gila dan belum balig,
berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam , “Diangkat catatan dari
tiga perkara, orang yang tidur hingga ia bangun, anak-anak hingga balig,
dan orang gila hingga ia berakal”. (HR Abu Daud, Hakim)
4. Bersih dari darah haid dan nifas, Bagi wanita yang haid atau nifas tidak
diwajibkan atasnya shalat sehingga ia suci, berdasarkan sabda Nabi
sholallohu ‘alaihi wasalam , “Apabila datang waktu haid, tinggalkanlah
shalat.” (Mutafaq ‘alaih)
49
B. Syarat Sah
1. Suci dari hadas kecil yang disucikan dengan wudlu, suci dari hadas besar
yang hilang dengan mandi janabat, suci dari najis yang ada pada pakaian,
badan dan tempat shalat, berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam ,
“Alloh tidak akan menerim shalat yang tidak suci”. (HR Muslim).
2. Tertutup aurat, berdasarkan firman Allah Ta’ala dalam surat al A’rof ayat
31, yang berbunyi :
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid[534], Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.
[534] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling
ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[535] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan
jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
Batasan aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut, sedangkan aurat
wanita adalah seluruh tubuh selain wajah dan dua telapak tangannya. Sabda
Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam , “Alloh tidak akan menerima shalat yang
haid kecuali memakai khimar (kain yang menutupi kepala)”, dan dan
sabdanya ketika ditanya tentang shalat wanita yang memakai gamis dan
khimar tanpa kain, beliau menjawab, “Apabila gamisnya lebar menutupi
kedua kakinya” (HR At Tirmidzi)
3. Menghadap kiblat.
RUKUN SHALAT
1. Berdiri adalah wajib bagi orang yang mampu berdiri, tidak sah shalat sambil
duduk bagi orang yang mampu berdiri, firman Alloh Ta’ala, “Berdirilah
untuk Allah dengan khusyu” (QS al Baqoroh:238), dan sabda Nabi
sholallohu ‘alaihi wasalam kepada Imron bin Hushain, “Shalatlah sambil
berdiri, bila tidak mampu, sambil duduk, dan bila masi tidak mampu,
kerjakan sambil berbaring”. (HR Bukhori)
2 Niyat, yaitu keinginan yang kuat pada hati untuk melaksanakan shalat
tertentu berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam ,
“Sesusngguhnya setiap amal tergantung niyatnya” (HR Bukhori). Adapun
tempat niyat adalah dalam hati. Oleh karenanya tidak benar apabila niyat
shalat harus dilapadkan (membaca niyat tertentu untuk shalat tertentu).
50
3. dengan lapad “Allohu Akbar”, berdasarkan sabda Nabi sholallohu ‘alaihi
wasalam , “Kunci shalat adalah suci, awal pengharamnya adalah takbir, dan
penghalalnya adalah salam”. (HR Abu Daud, At Tirmidzi)
6. Sujud dan Duduk di antara dua sujud, sebagaimana sabda Nabi sholallohu
‘alaihi wasalam kepada orang yang salah shalatnya, “Kemudian sujudlah
hingga tumaninah, lalu bangkit hingga tumaninah duduk”. (HR Bukhori),
dan firman Alloh Ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya
kamu mendapat kemenangan” (QS al Hajj : 77)
8. Duduk tasyahud, yakni duduk setelah rakaat kedua dan atau rakaat terakhir
sambil membaca do’a tahiyat.
10. Tertib, yakni melakukan gerakan shalat berdasarkan urutannya, tidak sah
shalat yang membaca al Fatihah sebelum takbirotul irom, dan seterusnya.
51
Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan
kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal –
amal yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan
banyak lagi yang lainnya
[44] Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada
perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
Al-Baqarah [2] : 110
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang
kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya
pada sisi Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu
kerjakan. Al –Ankabut [29]: 45
Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
An-Nuur[24] : 56
Artinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar
supaya kalian semua diberi rahmat
52
Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada kata – kata perintah shalat dengan
perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya dengan perkataan “dirikanlah”.
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah
sehingga banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka
masih berbuat keji dan munkar. Sementara kata mendirikan selain
mengandung unsur lahir juga mengandung unsur batiniah sehingga apabila
shalat telah mereka dirikan, maka mereka tidak akan berbuat jahat
1. Shalat Dzuhur
Waktunya: ketika matahari mulai condong ke arah Barat hingga bayangan
suatu benda menjadi sama panjangnya dengan benda tersebut kira – kira
pukul 12.00 – 15.00 siang
2. Shalat Ashar
Waktunya: sejak habisnya waktu dhuhur hingga terbenamnya matahari.
Kira – kira – kira pukul 15.00 –18.00 sore
3. Shalat Magrib
Waktunya: sejak terbenamnya matahari di ufuk barat hingga hilangnya
mega merah di langit. Kira – kira pukul 18.00 – 19.00 sore
4. Shalat Is’ya
Waktunya: sejak hilangnya mega merah di langit hingga terbit fajar. Kira
– kira pukul 19.00 – 04.30 malam
5. Shlat Shubuh
Waktunya : sejak terbitnya fajar (shodiq) hingga terbit matahari. Kira-
kira pukul 04.00 – 5.30 pagi
Shalat Sunnah
53
b. Waktu shalat sunah
Untuk waktu sholat sunah ada tiga waktu, yaitu shalat sunah yang
dikerjakakan pada malam hari atau yang disebut dengan qiyamul lail
(misalnya shalat tahajud, sholat tarawih), Sholat sunah yang dikerjakan pada
pagi hari misalnya shalat dhuha, dan sholat sunah yang bisa dikerjakan pada
siang hari dan pagi hari, contohnya shalat sunah wudlu.
Waktu yang dilarang untuk shalat
Nah, selain shalat wajib yang kita ketahui ada juga yang dinamakan
shalat sunat. Shalat sunat merupakan ibadah yang terbilang penting sebagai
salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Selain itu, shalat
ini juga dilakukan untuk meraih pahala dari Allah SWT dan sekaligus untuk
menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada shalat wajib.
Sebagai hamba Allah, selayaknya setiap diri meyakini bahwa di dalam
ibadah shalat wajibnya memiliki kekurangan-kekurangan. Kurang dari
Kifiyyah, perhatian, kakhusyuan, atau bahkan implementasi. Oleh sebab itu,
perlu kiranya diketahui mengenai kedudukan sekaligus fungsi dari shalat sunat
itu sendiri. Hal ini agar menjadi dorongan agar setiap orang mukmin semakin
bersemangat dalam mengerjakannya.
Diantara fungsi dan kedudukan shalat sunat adalah Sebagai Penambal
Kekurangan Shalat Wajib, sebagaimana sabda Nabi Saw :
1. Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Nashr bin Ali Al
Jahdlami berkata; telah menceritakan kepada kami Sahl bin Hammad
berkata; telah menceritakan kepada kami Hammam berkata; telah
menceritakan kepadaku Qatadah dari Al Hasan dari Huraits bin Qabishah
ia berkata; "Aku datang ke Madinah, lalu aku berdo`a, "Ya Allah,
54
mudahkanlah aku untuk mendapat teman shalih." Huraits bin Qabishah
berkata; "Lalu aku berteman dengan Abu Hurairah, aku kemudian berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku telah memintah kepada Allah agar
memberiku rizki seorang teman yang shalih, maka bacakanlah kepadaku
hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, semoga dengannya Allah memberiku manfaat." Maka Abu
Hurairah pun berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan
seorang hamba adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia akan beruntung
dan selamat, jika shalatnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika
pada amalan fardlunya ada yang kurang maka Rabb 'azza wajalla berfirman:
"Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa
menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?" lalu setiap amal akan
diperlakukan seperti itu." (HR. At-Tirmidzi)
Di dalam sebuah hadits diterangkan seorang sahabat mengidamkan /
menginginkan bertetangga bersama Nabi SAW di Surga, sebagaimana tertera
dalam hadits :
1. Telah menceritakan kepada kami al-Hakam bin Musa Abu Shalih telah
menceritakan kepada kami Hiql bin Ziyad dia berkata, "Saya mendengar
al-Auza'i berkata, telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abi Katsir telah
menceritakan kepadaku Abu Salamah telah menceritakan kepadaku
Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslami dia berkata, "Saya bermalam bersama
Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, lalu aku membawakan air
wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku,
'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku
menemanimu di surga -dia berkata, 'Atau dia selain itu'. Aku menjawab,
'Itulah yang dia katakan-maka beliau menjawab, 'Bantulah aku untuk
mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud'." (HR.
Muslim)
Dengan keterangan hadits di atas jelas sekali bahwa shalat sunat itu
untuk menyempurnakan kekurangan dari shalat-shalat wajib serta memiliki
kedudukan yang mulia yaitu untuk meningkatkan derajat seseorang kelak di
surga.
Perlu diketahui bahwa sebagaimana pada shalat wajib terdapat pekerjaan-
pekerjaan rukun, wajib, dan sunat. Demikian pula pada shalat sunat terdapat
pekerjaan-pekerjaan yang sama. Oleh karena itu, tidak dibenarkan siapapun
berperilaku menganggap enteng ketika melaksanakannya.
Oleh karena itu janganlah kita menganggap sepele terhadap shalat ini, tapi
justru marilah kita dawam-kan shalat sunat ini sebagai bentuk bukti nyata
komitmen kita sebagai seorang mukmin untuk melaksanakan keta’atan kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya.
Sholat adalah salah satu kewajiban bagi kaum muslim yang sudah
mukallaf dan harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas
lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa
mendirikan sholat ,maka ia mendirikan agama Iswlam, dan barang siapa
meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama Islam.
55
Sholat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali,
dan jumlahnya adalah 17 rakaat. Sholat merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik yang sedang sehat
maupun yang sedang sakit.
Selain shalat wajib, juga ada shalat sunnah. Macamnya ada 15 shalat, yaitu :
1. Shalat Wudhu,
shalat sunnah 2 rakaat yang bisa dikerjakan tiap selesai wudhu,
niatnya :
Ushalli sunnatal wudlu-i rak'ataini lillahi Ta'aalaa
artinya :
"aku niat shalat sunnah wudhu 2 rakaat karena Allah"
Niatnya :
Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid 2rakaat krn Allah"
3. Shalat Dhuha,
shalat sunnah yang dikerjkan ketika matahari baru naik. Jumlah rakaatnya
minimal 2 maksimal 12.
Dari Anas berkata Rasulullah: "Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah
akan membuatkan utknya istana disurga" (H.R.Tarmiji&Abu Majah).
Niatnya :
Ushalli sunnatal Dhuha rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah dhuha 2 rakaat karena Allah"
4. Shalat Rawatib,
shalat sunnah yang dikerajakan mengiringi shalat fardhu.
Niatnya :
A). Qabliyah: adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat
wajib. Waktunya: 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat
Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, & 2 rakaat sebelum shalat
Isya.
Niatnya :
Ushalli sunnatadh Dzuhri * rak'ataini Qibliyyatan lillahi
Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur 2 rakaat karena Allah"
* bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
56
B). Ba'diyyah: adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat
fardhu. Wktnya: 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah
shalat Magrib & 2 rakaat sesudah shalat Isya.
Niatnya :
Ushalli sunnatadh Dzuhri * rak'ataini Ba'diyyatan lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah sesudah dzuhur 2 rakaat karena Allah"
*bisa diganti dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.
5. Shalat Tahajud,
shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya lewat tengah malam&setelah
tidur. Minimal 2rakaat maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan
shalat ini, diterangkan dalam Al-Qur'an :
"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu
ketempat yang terpuji" (Q.S.Al Isra:79).
Niatnya :
Ushalli sunnatal tahajjudi rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah tahajjud 2 rakaat karena Allah"
6. Shalat Istikharah,
shalat sunnah 2 rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, bila kita
menghadapi 2 pilihan/ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya
dikerjakan pada 2/3 malam terakhir.
Niatnya :
Ushalli sunnatal Istikharah rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah Istikharah 2 rakaat karena Allah"
7. Shalat Hajat,
shalat sunnah 2rakaat untuk memohon agar hajat kita
dikabulkan/diperkenankan oleh Allah SWT. Minimal 2 rakaat maksimal
12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat.
Niatnya :
Ushalli sunnatal Haajati rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah hajat 2 rakaat karena Allah"
8. Shalat Mutlaq,
shalat sunnah tanpa sebab&tidak ditentukan
wktnya, juga tidak dibatasi jumlah rakaatnya. Shalat itu suatu perkara
yang baik, banyak/sedikit (AlHadis).
Niatnya :
Ushalli sunnatal rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah 2 rakaat karena Allah"
9. Shalat Taubat,
57
shalat sunnah yg dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah
SWT, agar mendapat ampunan-Nya.
Niatnya :
Ushalli sunnatal Taubati rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya :
"aku niat shalat sunnah taubat 2 rakaat karena Allah"
58
artinya :
"Aku niat shalat sunnat witir rakaat karena Allah"
59
Ushalli sunnatal khusuufi rak'ataini lillahita'aalaa
artinya :
"Aku niat shalat gerhana bulan 2 rakaat karena Allah"
niat shalat sesuai dengan sholat mana yang akan kita krjkan.
60
Khusus penjelasan pelaksanaan sholat tasbih menurut saya ada
kekurangan sedikit . disitu anda jelaskan setiap rokaat ada 75 x bacaan tasbih,
tetapi yg tertulis totalnya hanya 65 x .jadi ada kekurangan 10x.
Kekurangannya menurut saya dibaca pada saat bangun dari sujud sebelum
berdiri duduk dulu membaca bacaan tasbih 10 x, sehingga total keseluruhan
dalam satu rokaat 75 x
E. Hikmah Shalat
61
c. Shalat Mendidik Perbuatan Baik Dan Jujur
Dengan mendirikan shalat, maka banyak hal yang didapat, shalat akan
mendidik perbuatan baik apabila dilaksanakan dengan khusus. Banyak yang
celaka bagi orang – orang yang shalat yaitu mereka yang lalai shalat
selain mendidik perbuatan baik juga dapat mendidik perbuatan jujur dan tertib.
Mereka yang mendirikan tidak mungkin meninggalkan syarat dan rukunnya,
karena apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dipenuhi maka shlatnya
tidak sah (batal)
KESIMPULAN
Zakat menurut Bahasa berarti “tumbuh dan bertambah”. juga bisa berarti
berkah, bersih, suci, subur dan berkembang maju. Menurut istilah adalah hak
yang harus dikeluarkan dari harta tertentu sesuai dengan ketentuan syreat
karena pengabdian kepada Allah pada waktu wajib mengeluarkannya terhadap
kelompok tertentu.Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita selaku umat muslim
telah diwajibkan oleh Allah SWT untuk mengeluarkan zakat, seperti firman
Allah Swt :
62
Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada
Rasul, supaya kamu diberi rahmat“. (Surat An Nur 24 : 56).
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa orang yang mentaati perintah
allah khususnya dalam menunaikan zakat niscaya Allah akan memberikan
rahmat kepada kita dan akan dikembalikannya kita kepada kesucian/kembali
fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan ke alam muka bumi ini atau seperti kertas
puti9h yang belum ada coretan-coretan yang dapat mengotori kertas tersebut,
seperti firman-Nya :
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan
kepada harta benda
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
Merdeka; Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah,
sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba
sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan
sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba
sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada.
Cukup Haul; cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun,
selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan
mashehi.
cukup Nisab; Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya. Kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas
saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk
63
menghitung zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan
uang dana pensiun.
MACAM-MACAM ZAKAT
Bagi harta yang disandarkan zakatnya pada emas, zakat yang harus dikeluarkan
sebanyak 2,5 % dari harta yang wajib dizakati (tidak termasuk zakat binatang
ternak dan biji-bijian yang mempunyai nilai zakatnya tersendiri).
Banyak urusan bisnis yang menggunakan mata uang sebagai alat pertukarannya,
Setiap negara mempunyai nilai mata uangnya sendiri yang disandarkan kepada
nilai tukar emas.
1. Islam
2. Merdeka
3. Milik sendiri
4. Cukup haul
5. Cukup nisab
Sejarah telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan logam berharga.
Sangat besar kegunaannya yang telah dijadikan uang dan nilai/alat tukar bagi
segala sesuatu sejak kurun-kurun waktu yang lalu.
Dari sisi ini, syari’at memandang emas dan perak dengan pandangan tersendiri,
dan mengibaratkannya sebagai suatu kekayaan alam yang hidup. Syari’at
mewajibkan zakat keduanya jika berbentuk uang atau leburan logam, dan juga
benbentuk bejana, souvenir, ukiran atau perhiasan bagi pria. Firman Allah :Dan
oarang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka : “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan
itu”.
Sabda Rasulullah yang maksudnya sebagai berikut : Setiap pemilik emas dan
64
perak yang tidak menunaikan haknya, maka pada hari kiamat dijadikan kepingan
lalu dibakar dalam api neraka.
1. Islam
2. Merdeka
3. Milik sendiri
4. Cukup nisabnya
5. Cukup haul (setahun).
(Nisab emas adalah 20 misqal atau 85 gram emas. Nisab perak adalah 200
dirham atau 595 gram perak ).
4. ZAKAT PENDAPATAN/PROFESI
Barang kali bentuk penghasilan yang paling menonjol pada zaman sekarang ini
adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesinya. Zakat pendapatan atau
profesi telah dilaksanakan sebagai sesuatu yang paling penting pada zaman
MUAWIYAH DAN UMAR BIN ABDUL AZIZ. Zakat jenis ini dikenal dengan
nama Al-Ata’ dan dizaman modern ini dikenal dengan “Kasbul Amal”. Namun
akibat perkemabangan zaman yang kurang menguntungkan ummat Islam, maka
zakat jenis ini kurang mendapat perhatian. Sekarang sudah selayaknya jika mulai
digalakkan kembali, kerena potensinya yang memang cukup besar.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan
dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Surat Al-Baqarah 2 : 267). Dalam ayat
tersebut, Allah menjelaskan bahwa segala hasil usaha yang baik-baik wajib
dikeluarkan zakatnya. Termasuk pendapat para pekerja dari gaji atau pendapatan
dari profesi sebagai dokter, konsultan, seniman, akunting, notaris, dan
sebagainya. Imam Ar-Razi berpendapat bahwa konsep “hasil usaha” meliputi
65
semua harta dalam konsep menyeluruh yang dihasilkan oleh kegiatan atau
aktivitas manusia.
1. Islam
2. Merdeka
3. Milik Sendiri
4. Hasil usaha yang baik sebagai sumber zakat. Hasil usaha tersebut termasuk
pendapatan, yang terdiri dari kumpulan Honor, Gaji, Bonus, Komisi,
Pemberian, pendapatan profesional, Hasil sewa dan sebagainya. Para Fuqoha
menerangkan bahwa semua pendapatan tersebut sebagai “Mal Mustafad” yaitu
perolehan baru yang termasuk dalam sumber harta yang dikenakan zakat.
5. Cukup Nisab. Nisab bagi zakat pendapatan/profesi ini merujuk kepada nilai 85
gram emas, dengan harga saat ini. Biasanya pendapatan/gaji selalu diterima
dalam bentuk mata uang, untuk itu zakatnya disandarkan kepada nilai emas.
6. Cukup Haul. Kontek haul dalam zakat pendapatan adalah jarak masa satu
tahun adalah merupakan jarak pengumpulan hasil-hasil yang diperoleh dari
berbagai sumber selama satu tahun. Sebab roh yang sangat penting dari zakat
pendapatan ini dilihat dari harta perolehan atau penghasilan dan bukannya
persoalan harta uang simpanan. Jadi makna haul disini adalah jarak
pengumpulan pendapatan selama satu tahun dan bukannya lamanya
menyimpan selam setahun sepIstilah zakat profesi adalah baru, sebelumnya
tidak pernah ada seorang ‘ulamapun yang mengungkapkan dari dahulu hingga
saat ini, kecuali Syaikh Yusuf Qaradhowy menuliskan masalah ini dalam kitab
Zakat-nya, kemudian di taklid (diikuti tanpa mengkaji kembali kepadanash
yang syar’I) oleh para pendukungnya, termasuk di Indonesia ini.
Menurut kaidah pencetus zakat profesi bahwa orang yang menerima gaji dan
lain-lain dikenakan zakat sebesar 2,5% tanpa menunggu haul (berputar selama
setahun) dan tanpa nishab (jumlah minimum yang dikenakan zakat).
Mereka mengkiyaskan dengan zakat biji-bijian (pertanian). Zakat biji-bijian
dikeluarkan pada saat setelah panen. Disamping mereka mengqiyaskan dengan
akal bahwa kenapa hanya petani-petani yang dikeluarkan zakatnya sedangkan
para dokter, eksekutif, karyawan yang gajinya hanya dalam beberapa bulan
sudah melebihi nisab, tidak diambil zakatnya.
Simulasi cara perhitungan menurut kaidah Zakat profesi seperti di bawah ini :
Cara I (tidak memperhitungkan pengeluaran bulanan)
Gaji sebulan = Rp 2.000.000
Gaji setahun = Rp 24.000.000
1 gram emas = Rp 100.000
Nishab = Rp 85 gram
Harga nishab = Rp 8.500.000
Zakat Anda = 2,5% x Rp 24.000.000 = Rp 600.000,-
Cara II (memperhitungkan pengeluaran bulanan)
Gaji sebulan = Rp 2.000.000
Gaji setahun = Rp 24.000.000
Pengeluaran bulanan = Rp 1.000.000
Pengeluaran setahun = Rp 12.000.000
Sisa pengeluaran setahun = Rp 24.000.000 – 12.000.000 = Rp 12.000.000
1 gram emas = Rp 100.000
66
Nishab = Rp 85 gram
Harga nishab = Rp 8.500.000
Zakat Anda = 2,5% x Rp 12.000.000 = Rp 300.000,-
Zakat Maal (Harta) yang Syar’i
Sedangkan kaidah umum syar’i sejak dahulu menurut para ‘ulama berdasarkan
hadits Rasululloh sholallohu ‘alaihi wassallam adalah wajibnya zakat uang
dan sejenisnya baik yang didapatkan dari warisan, hadiah, kontrakan atau gaji,
atau lainnya, harus memenuhi dua kriteria, yaitu :
1. batas minimal nishab dan
2. harus menjalani haul (putaran satu tahun).
Bila tidak mencapai batas minimal nishab dan tidak menjalani haul maka tidak
diwajibkan atasnya zakat berdasarkan dalil berikut :
[a] Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Kamu tidak mempunyai kewajiban zakat sehingga kamu memiliki
20 dinar dan harta itu telah menjalani satu putaran haul” [Shahih Hadits
Riwayat Abu Dawud].
20 dinar adalah 85 gram emas, karena satu dinar adalah 4 1/4 gram dan nishab
uang dihitung dengan nilai nishab emas.
[b] Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Artinya : Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam harta sehingga mengalami
putaran haul” [Shahih Riwayat Abu Daud]
[c] Dari Ibnu Umar (ucapan Ibnu Umar atas sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam).
“Artinya : Barangsiapa mendapatkan harta maka tidak wajib atasnya zakat
sehingga menjalani putaran haul” [Shahih dengan syawahidnya, Riwayat
Tirmidzi]
Kemudian penetapan zakat tanpa haul dan nishab hanya ada pada rikaz (harta
karun), sedangkan penetapan zakat tanpa haul hanya ada pada tumbuh-
tumbuhan (biji-bijian dan buah-buahan) namun ini tetap dengan nishab.
Jadi penetapan zakat profesi (penghasilan) tanpa nishab dan tanpa haul
merupakan tindakan yang tidak berlandaskan dalil, qiyas yang shahih dan
bertentangan dengan tujuan-tujuan syari’at, juga bertentangan dengan nama
zakat itu sendiri yang berarti berkembang.
[Lihat Taudhihul Al Ahkam 3/33-36, Subulusssalam 2/256-259, Bulughul
Maram Takhrij Abu Qutaibah Nadhr Muhammad Al-faryabi 1/276/279]
Singkatnya simulasi cara perhitungan menurut kaidah yang syar’i adalah
penghasilan kita digunakan untuk kebutuhan kita, kemudian sisa penghasilan
itu kita simpan/miliki yang jumlahnya telah mencapai nishab emas yakni 85
gram emas dan telah berlalu selama satu tahun (haul), berarti harta tersebut
terkena zakat dan wajib dikeluarkan zakat sebesar 2,5% dari harta tersebut.
Sedangkan jika penghasilan kita kadang tersisa atau kadang pula tidak, maka
untuk membersihkan harta Anda adalah dengan berinfaq, yang mana infaq ini
tidak mempunyai batasan atau ketentuannya.
Contoh perhitungan yang benar :
Gaji sebulan == Rp 2.000.000
Gaji setahun == Rp 24.000.000
Sisa pengeluaran setahun setelah dikurangi pengeluaran == Rp 5.000.000
Nishob 85 gram emas == Rp 8.500.000
Maka Anda tidak terkena kewajiban zakat, karena harta di akhir tahun belum
mencapai nishab emas 85 gram tersebut.
67
Atau
Gaji sebulan == Rp 5.000.000
Gaji setahun == Rp 60.000.000
Sisa pengeluaran setahun == Rp 10.000.000
Nishob 85 gram emas == Rp 85.000.000
Maka Anda terkena kewajiban zakat, karena harta di akhir tahun telah
mencapai nishab emas 85 gram tersebut. Kemudian tunggu harta kita yang
tersisa sebesar Rp 10.000.000,- tersebut hingga berlalu 1 tahun. Kemudian
baru dikeluarkan zakat tersebut sebesar 2.5 % x Rp10.000.000,- == Rp
250.000,- pada tahun berikutnya.
Zakat Profesi Bertentangan dengan Zakat Maal (Harta)
Oleh karena itu ditinjau dari dalil yang syar’I maka istilah zakat profesi
bertentangan dengan apa yang pernah dicontohkan oleh Rasululloh sholallohu
‘alaihi wassallam, dimana antara lain adalah :
1. Penolakan beliau akan adanya haul. Haul yaitu bahwa zakat itu dikeluarkan
apabila harta telah berlalu (kita miliki -pen) selama 1 tahun. Padahal telah
datang sejumlah hadits yang menerangkan tentang haul. Namun hadits-hadits
ini dilemahkan menurut pandangan SyaikhYusuf Qardhawi dengan alasan-
alasan yang lemah (tidak kuat alasan pendha’ifannya). Karena hadits itu
memiliki beberapa jalan dan syawahid.
Oleh karena penolakan ini, maka menurut Syaikh Yusuf Qardhawi, apabila
seseorang menerima gaji (rejeki) melebihi nisab (batasan) zakat, maka wajib
dikeluarkan zakatnya.
2. Dari penolakan haul ini (karena dianggap bahwa tidak ada haul), maka
Syaikh Yusuf Qardhawi mengkiyaskan dengan zakat biji-bijian. Zakat biji-
bijian dikeluarkan pada saat setelah panen.
Hal ini merupakan pengqiyasan yang salah. Karena qiyas dilakukan karena
beberapa sebab salah satunya apabila tidak ada dalil yang menerangkan
hukumnya. Padahal (sebagaimana yang telah disampaikan secara singkat),
terdapat sejumlah hadits dan atsar para sahabat(dalil-dalil) yang menjelaskan
mengenai haul.
Kemudian jikapun benar dapat diqiyaskan dengan biji-bijian (pertanian), maka
kita harus konsekuen dengan kebiasaan yang umum berlaku dalam masalah
panen biji-bijian :
a. Dimana hasil biji-bijian baru dipanen setelah berjalan 2-3 bulan, berarti
zakat profesi juga semestinya dipungut dengan jangka waktu antara 2-3 bulan,
tidak setiap bulan !
b. Dimana hasil biji-bijian akan dikenakan zakat 5 %, maka seharusnya zakat
profesi juga harus dikenakan sebesar 5 %, tidak dipungut 2.5 % !
3. Penolakan dengan akal (bukan dengan dalil). Bahwa kenapa hanya petani-
petani yang dikeluarkan zakatnya sedangkan para dokter, eksekutif, karyawan
yang gajinya hanya dalam beberapa bulan sudah melebihi nisab, tidak diambil
zakatnya.
Hujjah (alasan) ini tidak ilmiah sama sekali dan tidak ada artinya. Karena
dalam masalah ibadah, kita harus mengikuti dalil yang jelas dan shahih.
Dengan demikian tidak perlu dibantah (karena Allah memiliki hikmah
tersendiri dari hukum-hukum-Nya seperti berfikir dengan akal bahwa “kenapa
warisan untuk wanita lebih rendah?”, “mengapa air seni yang najis hanya
disucikan dengan air bersih, sedangkan air mani yang suci harus disucikan
dengan mandijanabah?”, “mengapa orang yang mencuri harus dipotong
68
tangannya sebatas lengan, sedangkan orang yang muhson (telah menikah)
harus dirajam bukannya dipotong alat kemaluannya?”, dan masih banyak lagi
hal yang tidak bisa hanya mengandalkan akal kita yang terbatas untuk
mengkaji hikmah ilmu dan kemulian Alloh Azza wa Jalla.
Hal ini, ketika sampai di Indonesia, ada sebagian orang yang berlebihan dalam
menghitungnya. Misalkan 1 bulan gaji == 1 Juta, maka 12 bulan gaji == 12
Juta. Maka ini telah sampai nisab, lalu dihitung berapa zakat yang harus
dikeluarkan.
Hal ini adalah salah karena tidak ada haul. Selain itu, kita tidak mengetahui
masa yang akan datang kalau dia dipecat, atau rezekinya berubah. Atau kita
balik bertanya, mengapa pertanyaannya hanya petani, apakah jika petani
membayar zakat, lantas pekerja profesitidak bayar zakat ? Padahal mereka
tetap diwajibkan membayar zakat, dengan ketentuan dan syarat yang berlaku.
4. Syaikh Yusuf Qardhawi mengemukakan dalam suatu zaman Umar bin
Abdul Aziz bahwa sebagian pegawai diambil gajinya 2,5% sebagai zakat.
Hal ini merupakan salah paham terhadap dalil atau atsar. Karena yang diambil
itu harta yang diperkirakan sudah mencapai 1 haul. Yakni pegawai yang sudah
bekerja (paling tidak) lebih dari 1 tahun. Lalu agar mempermudah urusan
zakatnya, maka dipotonglah gajinya 2,5%. Jadi tetap mengacu kepada harta
yang sudah melampaui mencapai nishob dan telah haul 1 tahun saja dari gaji
pegawai tersebut.
Kemudian jika dilontarkan suatu syubhat : “Bagaimana bisa mencapai batas
nishab jika gaji yang kita peroleh selalu habis kita belanjakan untuk kebutuhan
sehari-hari maupun kebutuhan yang sifatnya konsumtif seperti barang
elektronik dan lain-lain?”
Hukum syar’I tetaplah hukum yang berlaku sepanjang zaman, yakni zakat
harta harus tetap memenuhi syarat nishab. Bila gaji itu dibelanjakan, dan
sisanya tidak memenuhi nishab, maka harta itu belum wajib dikeluarkan
zakatnya. sebagaimana hadis: “Kamu tidak memiliki kewajiban zakat
sehingga kamu memiliki 20 dinar dan harta itu telah menjalani satu putaran
haul” (Shahih, HR. Abu Dawud)
Lantas kapan zakatnya bila sisa gaji itu tidak pernah mencapai nishab?
Jawabnya: Tidak wajib zakat pada harta yang tidak cukup nishab. Nasehatnya
adalah, bila kita merasa mampu berzakat dengan sisa uang gaji yang sedikit,
maka hendaknya disalurkan dengan bentuk shadaqoh (yang sunnah).
Alangkah beratnya agama ini bagi orang lain yang sama kondisi ekonominya
dengan kita namun dia memiliki banyak keperluan yang harus dia belanjakan
untuk keluarganya, bila zakat harta itu tidak memperhitungkan kewajiban
nishab.
Biarlah kita yang masih gemar berinfaq ini, menyalurkannya dengan bentuk
shadaqoh yang sunat terhadap harta yang belum mencapai nishab tersebut.
Tapi jangan sekali-kali mengubah hukum dari yang tidak wajib menjadi wajib,
karena ini akan memberatkan kaum musliminsecara umum. Mungkin bagi kita
tidak berat, tapi orang lain ?. Sungguh telah binasa umat terdahulu karena
mereka melampaui batas dalam agama.
Salah satu dari sekian banyak hikmah adanya syarat nishab adalah agar harta
kaum muslimin itu terus berputar dalam perbelanjaan mereka, dan tidak
mengendap dalam jumlah yang besar pada satu atau beberapa orang. Ini akan
akan berdampak jumlah uang beredar akan menjadi sedikit, kesenjangan
semakin meningkat, dan lain-lain.
69
Bila seseorang itu memiliki harta dia boleh :
1. membelanjakan dijalan yang halal untuk keluarganya,
2. atau Mengusahakan harta itu dengan permodalan (misalnya mudharabah
dll)
3. atau Mengeluarkan zakat bila telah terpenuhi syarat-syaratnya
4. atau Menabungnya bila belum terpenuhi syarat-syaratnya, agar kemudian
bisa dikeluarkan zakatnya
5 Atau dia shadaqohkan/berinfaq (sunnah hukumnya)
Oleh karena itu memperhitungkan gaji semata dalam satu tahun tanpa
memperhitungkan bentuk harta yang lainnya adalah cara yang keliru dalam
menghitung zakat maal. Zakat termasuk dalam ibadah, dan kaidah dalam
menjalankan ibadah adalah menjalankan segala perintah yang dituntunkan
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Dalam hal ini Rasulullah Shalallahu
Alaihi wa Sallam tidak memberikan contoh ataupun tuntunan dalam
memperhitungkan zakat maal dalam penghasilan semata.
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan bahwa zakatbarang
tambang yang wajib dizakatkan adalah emas dan perak,sedangkan tanaman
yang wajib zakat adalah gandum, sya’ir, kurma, danzabib, dan tidak ada
satupun Riwayat dari Rasulullah ShalallahuAlaihi wa Sallam bahwa harta
penghasilan adalah harta wajib zakat.Jadi tidak ada dalil yang
menerangkannya. Hitunglah berapapenghasilan kita dalam satu tahun lantas
dikurangi pengeluaranitulah harta yang tersisa dalam dalam satu tahun,
bandingkan dengannishab emas 85 gram, bila sama atau melebihinya maka
wajib zakat,jika tidak maka tidak perlu zakat, namun dengan bershadaqah
jugadapat membersihkan harta. Wallahu a’lam.
Fatwa-fatwa Seputar Permasalahn Zakat Profesi
Soal : Berkaitan dengan pertanyaan tentang zakat gaji pegawai. Apakah
zakatitu wajib ketika gaji diterima atau ketika sudah berlangsung haul(satu
tahun) ?
Jawab : Bukanlah hal yg meragukan, bahwa diantara jenis harta yang wajib
dizakati ialah dua mata uang (emas dan perak). Dan diantara syaratwajibnya
zakat pada jenis-jenis harta semacam itu, ialah bila sudahsempurna mencapai
haul. Atas dasar ini, uang yang diperoleh darigaji pegawai yang mencapai
nishab, baik dari jumlah gaji itu sendiriataupun dari hasil gabungan uangnya
yg lain, sementara sudahmemenuhi haul, maka wajib untuk dizakatkan.
Zakat gaji ini tidak bisa diqiyaskan dgn zakat hasil bumi. Sebab persyaratan
haul (satu tahun) ttg wajibnya zakat bagi dua mata uangmerupakan
persyaratan yg sudah jelas berdasarkan nash. Apabila sudahada nash, maka
tidak ada lagi qiyas. Berdasarkan itu, makatidaklah wajib zakat bagi uang dari
gaji pegawai sebelum memenuhi haul.
Soal : Apabila seorang muslim menjadi pegawai atau pekerja yg mendapat
gaji bulanan tertentu, tetapi ia tidak mempunyai sumber penghasilan
lain.Kemudian dalam keperluan nafkahnya untuk beberapa bulan,
kadangmenghabiskan gaji bulanannya. Sedangkan pada beberapa bulan
lainnyakadang masih tersisa sedikit yg tersimpan untuk keperluan
mendadak(tak terduga). Bagaimana cara orang ini membayarkan zakatnya ?
Jawab : Seorang muslim yg dapat terkumpul padannya sejmlah uang dari gaji
bulanannya ataupun dari sumber lain, bisa berzakat selama sudahmemenuhi
haul, bila uang yg terkumpul padanya mencapai nishab. Baik(jumlah nishab
tersebut berasal) dari gaji itu sendiri, ataupunketika digabungkan dgn uang
70
lain, atau dgn barang dagangan miliknyayg wajib dizakati.
Tetapi apabila ia mengeluarkan zakatnya sebelum uang yg terkumpulpadanya
memnuhi haul, dgn niat membayarkan zakatnya di muka, makahal itu
merupakan hal yg baik saja. Insya Alah. wallahu ‘alam,semoga bermanfaat.
Ketua : Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz
Wakil : Syaikh abdur Razaq afifi
Anggota : Syaikh Abdullah Bin Ghudayyan, Abdullah Bin Mani
Pertanyaan pertama : Seorang pegawai setiap bulan menyisakan gajinya
dengan jumlah yangberbeda, satu bulan dia menyisakan sedikit dan bulan
yang lainbanyak, maka uang yang pertama sudah sampai satu tahun dan yang
lainbelum cukup satu tahun, sedangkan dia tidak tahu berapa banyak
diamenyisakannya setiap bulan, bagaimana cara dia membayarkan zakatnya ?
Pertanyaan kedua egawai yang lain menerima gaji bulanan, dan dia selalu
menyimpan langsung di money box setiap kali dia menerima gaji. Dia
mengambildari box setiap hari dengan waktu yang berbeda untuk
nafkahkeluarganya serta kebutuhan sehari hari dengan jumlah yang
berbedasesuai dengan kebutuhan. Maka bagaimana cara menghitung
haul(hitungan satu tahun) dari uang yang tersimpan di money boxtersebut ?
Bagaimana cara mengeluarkan zakat dengan keadaan begini,sedangkan
seluruh uang yang tersimpan belum sampai satu tahun ?
Jawaban : Soal yang pertama dan yang kedua isinya sama, dua soal tersebut
juga mempunyai contoh-contoh yang sama, maka Lajnah (Lembaga Riset
Ilmiah dan Fatwa Saudi) berpandangan harus menjawabnya dengan jawaban
yang sempurna supaya mamfaatnya lebih besar, Yaitu :
Barang siapa yang memiliki nishob dari uang, setelah itu diamemiliki nishob
dari uang yang lain pada waktu yang berbeda, bukankeuntungan dari uang
yang pertama, dan tidak juga diambil dari uangyang pertama. Akan tetapi
uang itu tersendiri, seperti seorang pegawai menyisakan (menabungkan)
gajinya, atau seperti hartawarisan, hadiah atau sewaan rumah. Maka apabila
pemilik uang itutomak untuk mengumpulkan hak miliknya atau dia tomak
untuk tidakmengeluarkan sedekah dari hartanya untuk orang yang
berhakmenerimanya kecuali sekedar kewajibannya dari membayar zakat,
makadia harus membuat jadual hitungan penghasilannya. Setiap jumlah
uang(gaji), hitungan haulnya tersendiri, dimulai dari hari dia memilikiuang
tersebut. Setiap jumlah uang itu dikeluarkan zakatnya dengan tersendiri, setiap
kali sampai satu tahun dari tanggal dia memilikinya.
Apabila dia ingin senang dan menempuh jalan toleransi, serta jiwanya senang
untuk mempedulikan keadaan fakir miskin dan yang lainnya;dari orang-orang
yang berhak menerima zakat, maka dia mengeluarkanzakar seluruh yang dia
miliki dari uang tersebut, tatkala nishobyang pertama dari hartanya itu sudah
sampai satu tahun.
Cara yang demikian lebih besar pahalanya, dan lebih tinggi kedudukannya,
dan lebih menyenangkannya, serta lebih terjaga hak-hakfakir miskin dan
lainnya. Dan apa yang dia lebihkan dari yangdiwajibkan kepadanya dari
hitungan zakat, dia niatkan untuk sedekah,berbuat baik, sebagai tanda
syukurnya kepada Allah atas nikmat serta pemberian Allah yang banyak. Dan
dia juga mengharapkan agar Allah subhanah lebih melimpahkan karunia-Nya
kepada beliau, sebagaimana firman Allah :
71
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".(Q.S.[14] Ibrahim ;7).
Jawab : Tidak ada zakat pada harta tersbut sampai berlalu atasnya satu haul.
Maka apabila gaji tersebut digunakan untuk nafkah (keluraga) tidakada zakat
atasnya. Apabila engkau menyimpan harta tesebut sampainisab, maka wajib
atasmu untuk membayar zakat harta simpanantersebut apabila telah melewati
masa haul. Maka apabila telah mencapai satu haul pada setiap bagian harta,
wajib dikeluarkanzakatnya.
72
tidakmenabung sedikitpun, atau engkau menginfaqkan uang tabungantersebut,
maka tidak ada zakat atasmu di bulan tersebut.
Dan jika ada kesulitan atau merasa berat (dengan berbagai sebab)dalam
menetapkan besarnya zakat, maka boleh baginya untukmenyegerakan
penghitungan zakat dengan menjadikan satu bulantertentu untuk menghitung
zakat yang engkau simpan di setiaptahunya, yaitu dengan menghitung pada
bulan sebelumnya dandikelurkan zakatnya pada bulan itu untuk tiap tahunnya.
(Karenabiasanya penutupan buku di akhir bulan, sehingga penghitungan
dibulan yang harusnya dia mengelurkan zakat adalah hasil data bulan
sebelumnya).
Seandainya engkau jadikan bulan Ramadhan sebagai bulandikeluarkannya
zakat, maka engkau keluarkan zakat harta yang telahkau simpan sejak bulan
Sya’ban, Rajab, Jumadil Akhir dan seterusnyasebelum masuk satu haul.
Karena menyegerakan zakat boleh jika ada suatu hajat
Jika orang tersebut hemat dan rajin menabung, walaupun gajinya mungkin
kecil, tetapi setelah dilakukan perhitungan zakat, mungkin harus membayar
zakat karena memang sudah mencapai masa haul dan memenuhi nishabnya.
Sebaliknya jika orang tersebut bergaya hidup konsumtif (konsumtif tidak
berarti mewah), walaupun gajinya besar, tetapi setiap tahunnya mungkin tidak
mempunyai harta yang memenuhinishab zakat sehingga dia tidak perlu
mengeluarkan zakat.
Pertanyaannya adalah :* Apakah memang begitu (tidak kena zakat kalau tidak
mempunyaiharta simpanan yang memenuhi nishab) ?* Apakah ada batasan
minimum nafkah keluarga, sehingga walaupun tidak mempunyai harta yang
memenuhi nishab, tetapi tetap kena kewajiban membayar zakat sebab gaya
hidupnya konsumtif ?* Jika dikeluarkan zakat 2.5% dari gaji kotor bulanan
(tanpa memandang pehitungan haul dan nishab) apakah hal ini termasuk zakat
atau infaq/shodaqah ?* Jika mempunyai harta yang memenuhi nishab tetapi
kemudian habis (karena suatu kebutuhan keluarga) sebelum masa haulnya
datang, apakah keadaan ini menyebabkan seseorang tersebut tidak diwajibkan
membayar zakat ? Sekian dulu, mohon penjelasan.
73
Jawab : Bismillah : Ya, jika sesorang tidak memiliki harta zakat atau
memilikinya tapi tidak mencapai nishob maka tidak wajib mengeluarkannya,
kewajiban itu dikaitkan dengan harta, manakala ada harta maka wajib zakat
dan tatkala tiada maka tidak wajiab zakat, dan zakat tidak dikaitkan dengan
cara hidup seseorang karena cara hidup itu sesuatu yang nisbi kebutuhan hidup
orang kaya tentu tidak sama dengan orang sederhana, orang kaya
membutuhkan lebih banyak kebutuhannya, dan itu kita rasakan secara fitrah.
Begitu pula orang yang kehidupannya sederhana, tentu dia membutuhkan
lebih sedikit dari orang kaya, jadi tidak bisa kewajiban zakat itu dikaitkan
dengan cara hidup seseorang. Yang benar adalah dikaitkan dengan kekayaan
yang tersisa dari kebutuhannya, baik kekayaan tersebut dimiliki oleh orang
kaya atau yang hidupnya sederhana.
Mengenai pertanyaan ketiga, ini adalah shodaqoh bukan zakat dan hendaknya
ia menyadari bahwa ini adalah aturan untuk dirinya saja tidak bisa ia
mewajibkan ini untuk orang lain . Dan ini tidak menggugurkan dia dari
kewajiban zakat jika nanti mencapai syarat-syaratnya.
Mengenai pertanyaan keempat , jawabnya ; Ya, jika harta itu habis, tapi jika
masih tersisa walaupun sedikit kemudian di akhir haul mencapai nishob lagi
maka masih berkewajiban menunaikan zakat.
1. Harta yang wajib dizakati adalah harta yang sudah sampai nishab yaitu
harta yang dimiliki itu telah mencapai sekuarang-kurangnya 85 gram murni
atau seharganya, maka jika harta itu kurang dari seharga 85 gram emas
murni maka tidak wajib dizakati.
2. Harta itu harus sudah dimiliki selama 1 tahun dan selama satu tahun
tersebut tidak pernah berkurang dari nishabnya, jika berkurang maka
penghitungannya dimulai ketika harta itu mencapai nishabnya. Contoh :
74
saudara pada tanggal 1 Januari 2001 mempunyai uang seharga 85 gram
emas, namun pada dua bulan kemudian uang itu berkurang sehingga
menjadi seharga 60 gram emas, maka penghitungan nishabnya dimulai
kembali jika uang yang saudara miliki telah mencapai 85gram, dan harta
yang sebelum perhitungan baru ini tidak wajib zakat.
3. Harta yang dimiliki adalah milik penuh (tidak ada hutang, dll).
4. Harta tersebut kelebihan dari kebutuhan pokok.
Maka berdasarkan syarat-syarat diatas, harta yang dihasilkan dari profesi
tidak wajib zakat, karena tidak memenuhi syarat pertama, terlebih kalau
penghasilannya tidak mencapai seharga 85 gram emasmurni. Jadi,
sebagaimana pengakuan anda bahwa hal itu belum sampaihaul sedangkan
sampainya haul merupakan salah satu syarat wajib tersebut maka tidak
wajib dizakati.
5. Pertanyaan Kedua : Mohon penjelasan tentang. zakat pendapatan/profesi.
Kalau zakat pendapatan itu dilaksanakan, bagaimana mekanismenya ?.
Apakah harus setiap bulan atau setahun ? Dan apakah dihitung masih kotor
atau sudah bersih? Dan apakah dalam prosentasi
pemotongan/pembayaranzakat ada istilah 2.5%: 2% ; 1.5% : 1% atau 0.5%.
Jawaban : Zakat profesi adalah harta yang dikeluarkan dari harta yang
dihasilkan oleh pekerjaan kita seperti, dokter, dosen, pegawai negeri dll.
Perlu saudara ketahui bahwa kewajiban mengeluarkan zakat mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut :
Harta yang wajib dizakati adalah :
Pertama : harta yang sudah mencapai nishabnya (baca: nisobyaitu batas
minimal harta yang harus dizakati, jika harta itu berupauang maka
nishabnya adalah seharga 85 gram emas murni),
Kedua : harta itu merupakan milik sempurna si wajib zakat (bebas dari
hutang )
Ketiga : harta tersebut kelebihan dari kebutuhan pokok.
keempat : harta tersebut sudah haul (setahun dimiliki).
Maka berdasarkan syarat-syarat di atas maka kami berpendapat bahwa tidak
ada kewajiban zakat terhadap harta yang dihasilkan dari profesi, dan
apabila harta yang saudara dapatkan dari pekerjaan tersebut sudah satu
tahun saudara miliki dan memenuhi syarat-syarat di atas maka saudara
wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5 % dan diberikan kepada faqir
miskin yang paling dekat dengan saudara, ataugolongan lain yang berhak
yang tersebut dalam surat at-Taubah : 60.
75
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana[647].
[647] Yang berhak menerima zakat Ialah: 1. orang fakir: orang yang Amat
sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya
dan dalam Keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas
untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang
ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya
masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang
yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak
sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia
mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk
keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada
yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8.
orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.
Sebagai contoh : pada tanggal 1 januari 2000 anda mempunyai uang lebih
dari harga emas 85 gram, maka pada tanggal 1 januai 2001, anda harus
mengeluarkan zakatnya 2,5 %, dengan catatan selama setahun tersebut
simpanan anda tidak pernah kurang dari nilai 85 gram emas. Namun
apabila misalnya anda pada bulan pebruari 2000 mempunyai kebutuhan
yang mengharuskan untuk mengambil simpanan anda sehingga simpanan
anda menjadi kurang dari nishab, maka hitungan haulnya gugur. Artinya
pada bulan januari 2001 anda tidak wajib zakat. Pendek kata, seseorang
baru wajib membayar zakat apabila uang yang mencapai nishab tersebut
sudah berumur setahun penuh dan tidak pernah kurang dari nishab. Wallahu
‘alam
76
2. Obligasi adalah kertas berharga (semacam cek) yang berisi pengakuan
bahwa bank, perusahaan, atau pemerintah berhutang kepada pembawanya
sejumlah tertentu dengan bungan tertentu pula
3. Saham dan Obligasi adalah kertas berharga yang berlaku dalam transaksi-
transaksi perdagangan khusus yang disebut BURSA EFEK.
4. Cara menghitung zakat Saham dan Obligasi adalah 2.5 % atas jumlah
terendah dari semua saham/obligasi yang dimiliki selama setahun, setelah
dikurangi atau dikeluarkan pinjaman untuk membeli saham (jika ada).
Binatang Ternak yang wajib dizakati meliputi Unta, sapi, kerbau dan kambing.
Syarat wajib zakat atas pemilik binatang tersebut adalah :
a. Islam,
b. Merdeka,
c. 100 % milik sendiri, sampai hisab (batas)nya dan telah dimiliki selama
satu tahun. Dijelaskan dalam Hadist, “Tidaklah wajib zakat pada harta
seseorang sebelum satu tahun dimilikinya.” (H.R. Daruquthni)
d. Digembalakan dirumput tanpa beli.
Binatang yang dipakai membajak sawah atau menarik gerobak tidak wajib
dikenakan zakat. ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW. “Tidaklah ada zakat
bagi sapi yang dipakai bekerja.” (H.R. Abu Daud dan Daruquthni).
ZAKAT FITRAH
Setiap menjelang Idul Fitri orang Islam diwajibkan membayar zakat fitrah
sebanyak 3 liter dari jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini
ditegaskan dalam hadist dari Ibnu Umar, katanya “Rasulullah saw mewajibkan
zakat fthri, berbuka bulan Ramadhan, sebanyak satu sha’ (3,1 liter) tamar
atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba, lelaki atau
perempuan.“(H.R. Bukhari).
1. Islam
2. Memiliki kelebihan harta untuk makan sehari-hari. tatkala Rasulullah saw
mengutus Mu’az ke Yaman, ia memerintahkan, “Beritahukanlah kepada
penduduk Yaman, Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada mereka
sedekah (zakat) yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada
orang – orang fakir dikalangan mereka.” (H.R. Jamaah ahli Hadis).
Rasulullah juga bersabda.”Barang siapa meminta – minta sedang ia
mencukupi sesungguhnya ia memperbanyak api neraka (siksaan).“Para
sahabat ketika itu bertanya “Apa yang dimaksud dengan mencukupi itu ?”
Jawab Rasulullah saw , “Artinya mencukupi baginya adalah sekedar cukup
77
buat dia makan tengah hari dan malam hari.” (H.R. Abu Daud dan Ibnu
Majah). Kelebihan harta yang dimaksud tentu saja bukan barang yang dipakai
sehari – hari seperti rumah, perabotan dan lain-lain. Jadi tidak perlu menjual
sesuatu untuk membayar zakat fitrah.
[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda
[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka
78
DAFTAR ZAKAT HEWAN UNTA, SAPI, DAN KAMBING
Berikut daftar jumlah nishob hewan ternak dan jumlah zakat yang
harus dikeluarkan:
2. Zakat Sapi
Awal nishob sapi adalah setiap bertambah 30 maka
zakatnya adalah Anak sapi umur satu tahun lebih,
dan setiap bertambah 40 maka zakatnya adalah
anak sapi umur 2 tahun lebih
3. Zakat kambing
Jumlah Zakat yang dikeluarkan
40 1 kambing yang sudah
“powel” atau 1 domba umur 1
tahun atau 1 kambing gibas
umur 2 tahun
121 2 kambing
201 3 kambing
Kemudian setiap bertambah 100 kambing zakatnya
adalah 1 kambing
HIBAH
HARTA HIBAH :
Yaitu harta yg diberikan oleh seseorang ketika dia masih hidup. Dan aqad
serah terima terjadi diwaktu itu juga, maka perpindahan kepemilikannya
79
harus waktu itu juga.. Hukum harta hibah ini boleh diberikan kesiapapun
baik keluarga atau bukan dg nominal harta hibah itu bebas dan boleh
dalam bentuk apapun dan tidak ada batasan jumlahnya.
Namun jika hibah ini kpd anak anak. Maka harta hibah tersebut harus adil
dan rata kpd setiap anak. Tidak membeda bedakan dalam jumlah
pemberian
Hibah ini jika telah diberikan kpd seseoarang maka hukumnya haram
diminta kembali pemberiannya, kecuali hibahnya ortu kpd anaknya maka
si ortu halal memintanya kembali disaat ortu butuh.
Hibah mungkin suatu yang asing dan jarang di dengar masyarakat Islam
di negara ini berbanding zakat, sedekah, hadiah, wakaf atau wasiat.
Namun, hibah bukanlah instrumen kewangan yang baru kerana sudah
wujud sejak awal Islam lagi.
Hibah dibolehkan sama ada kepada ahli keluarga (waris) atau bukan ahli
keluarga, hatta kepada bukan Islam. Islam juga tidak menetapkan kadar
atau had tertentu bagi harta yang hendak dihibahkan kerana harta yang
hendak dihibahkan daripada milik pemberi hibah.
Penerima hibah yang belum akil baligh, kanak-kanak atau kurang upaya,
hibah boleh dibuat melalui walinya atau pemegang amanah bagi pihaknya.
80
Penerima hibah juga disyaratkan boleh memegang, menguasai atau
mengawal harta dihibahkan.
Barang atau harta yang hendak dihibah hendaklah barang atau harta yang
halal, mempunyai nilai di sisi syarak, milik pemberi hibah, boleh diserah
milik dan benar-benar wujud semasa dihibahkan.
Barang atau harta yang masih bercagar (seperti rumah) boleh dihibahkan
jika mendapat keizinan daripada penggadai atau peminjam. Manakala,
sighah hibah disyaratkan ada persamaan antara ijab dan qabul serta tidak
bersyarat.
Artinya, akad hibah tidak sempurna dan tidak berkuat kuasa jika sekadar
ada ijab dan kabul semata-mata, melainkan selepas berlaku penerimaan
barang oleh penerima hibah. Oleh itu, pemberi hibah berhak menarik balik
hibah selama mana harta berkenaan berada dalam pemilikannya.
Jika berlaku kematian antara salah satu pihak sebelum penerimaan barang,
maka hibah terbatal.
Bagi harta tak alih seperti rumah dan tanah, al-qabd boleh berlaku dengan
cara mengosongkan harta itu, menguasainya dan melakukan tasarruf
terhadap harta seperti menyerah kunci dan seumpamanya. Bagi harta alih
pula, al-qabd boleh berlaku dengan cara mengambil harta itu, memindah
atau mengasingkan harta dengan harta lain.
Jika isu mengenai hibah timbul selepas pemberi hibah mati dan hibah
tidak dibuat secara bertulis, pengesahan status hibah perlu di buat di
Mahkamah Syariah. Masalah mungkin timbul ialah saksi tidak cukup,
saksi sudah meninggal dunia atau kesaksian yang tidak konsisten.
81
Hibah dapat membantu ekonomi umat Islam, merapatkan ikatan
persaudaraan dan pertalian kasih sayang sesama insan. Konsep hibah
wajar disuburkan kembali dalam kehidupan masyarakat masa kini.
Kata orang, harta tidak boleh dibawa mati. Namun, disebabkan harta yang
tidak diurus dengan baik berdasarkan peraturan dan hukum Allah semasa
hidup, maka roh si mati tidak aman di alam kubur, lantaran waris yang
masih hidup berebut sesama sendiri.
KESIMPULAN HIBAH
* Hibah boleh diberikan kepada siapa saja baik ahli keluarga (waris) atau
bukan ahli keluarga, hatta kepada bukan Islam.
* Penerima hibah yang belum akil baligh, kanak-kanak atau kurang upaya,
hibah boleh dibuat melalui walinya atau pemegang amanah bagi pihaknya.
* Barang atau harta yang hendak dihibah hendaklah barang atau harta
yang halal.
SHADAQAH
Pengertian Shadaqah
Secara umum shadaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di jalan
Allah swt.. Baik ditujukan kepada fakir miskin, kerabat keluarga, maupun
untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Makna shadaqah memang sering
menunjukkan makna memberikan harta untuk hal tertentu di jalan Allah
swt., sebagaimana yang terdapat dalam banyak ayat-ayat dalam Al-
Qur’an. Di antaranya adalah Al-Baqarah (2): 264
82
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak
bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir[168].
[168] Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak
pula mendapat pahala di akhirat.
83
Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa shadaqah memiliki makna
mendermakan uang di jalan Allah swt. Bahkan pada ayat yang kedua,
shadaqah secara khusus adalah bermakna zakat. Bahkan banyak sekali
ayat maupun hadits yang berbicara tentang zakat, namun diungkapkan
dengan istilah shadaqah.
Secara bahasa, shadaqah berasal dari kata shidq yang berarti benar. Dan
menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam
hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan.
Dalam makna seperti inilah, shadaqah diibaratkan dalam hadits: “Dan
shadaqah itu merupakan burhan (bukti).” (HR. Muslim)
Antara zakat, infak, dan shadaqah memiliki pengertian tersendiri dalam
bahasan kitab-kitab fiqh. Zakat yaitu kewajiban atas sejumlah harta
tertentu dalam waktu tertentu dan untuk kelompok tertentu.
Infak memiliki arti lebih luas dari zakat, yaitu mengeluarkan atau
menafkahkan uang.
Infak ada yang wajib, di antaranya adalah zakat, kafarat, infak untuk
keluarga dan sebagainya. Infak sunnah adalah infak yang sangat
dianjurkan untuk melaksanakannya namun tidak menjadi kewajiban,
seperti infak untuk dakwah, pembangunan masjid dan sebagainya.
Sedangkan infak mubah adalah infak yang tidak masuk dalam kategori
wajib dan sunnah, serta tidak ada anjuran secara tekstual ayat maupun
hadits, diantaranya seperti infak untuk mengajak makan-makan dan
sebagainya.
Shadaqah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena shadaqah
tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun
shadaqah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah
hadits digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah
shadaqah.”
Makna shadaqah yang terdapat dalam hadits di atas adalah mengacu pada
makna shadaqah di atas. Bahkan secara tersirat shadaqah yang
dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam bentuk kebaikan yang
dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah swt.
Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara lahiriyah terlihat
sebagai bentuk taqarrub kepada Allah swt., maupun dalam bentuk
aktivitas yang secara lahiriyah tidak tampak seperti bertaqarrub kepada
Allah, seperti hubungan intim suami istri, bekerja, dsb. Semua aktivitas
ini bernilai ibadah di sisi Allah swt.
Macam-Macam Shadaqah
Rasulullah saw. dalam hadits di atas menjelaskan tentang cakupan
shadaqah yang begitu luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para
sahabatnya yang tidak mampu secara maksimal bershadaqah dengan
hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk banyak hartanya.
Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shadaqah mencakup:
84
Rasulullah saw. menggambarkan pada awal penjelasannya tentang
shadaqah bahwa setiap tasbih, tahlil dan tahmid adalah shadaqah. Oleh
karenanya mereka ‘diminta’ untuk memperbanyak tasbih, tahlil dan
tahmid, atau bahkan dzikir-dzikir lainnya. Karena semua dzikir tersebut
akan bernilai ibadah di sisi Allah swt. Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw. berkata, “Bahwasanya
diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian.
Maka barang siapa yang bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristighfar,
menyingkirkan batu, duri atau tulang dari jalan, amar ma’ruf nahi
mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian.
Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari
api neraka.” (HR. Muslim)
85
mendapatkan dosa? Maka demikian pula jika ia melampiaskannya pada
yang halal, ia akan mendapat pahala.” Di sinilah para sahabat baru
menyadari bahwa makna shadaqah sangatlah luas. Bahwa segala bentuk
aktivitas yang dilakukan seorang insan, dan diniatkan ikhlas karena Allah,
serta tidak melanggar syariah-Nya, maka itu akan terhitung sebagai
shadaqah.
Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah saw. yang
dikategorikan sebagai shadaqah, masih terdapat nash-nash hadits lainnya
yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah,
diantaranya adalah:
WASHIYAT
`
a) Ta’rif Washiyat
1. Fuqaha’ yang bermadzhab Hanafiyah menta’rifkan washiyat ialah
memberikan hak memiliki sesuatu secara sukarela (tabarru’) yang
pelaksanaannya ditangguhkan setelah adanya peristiwa kematiandari yang
memberikan, baik sesuatu itu berupa barang maupun manfaat.1
2. Fuqaha’ Malikiyah menta’rifkannya ialah suatu perikatan yang
mengharuskan kepada si penerima washiyat meng-hak-i 1/3 harta
86
peninggalan si pewashiyat, sepeninggalnya atau yang mengharuskan
penggantian hak 1/3 harta si pewashiyat kepada si penerima washiyat,
sepeninggalnya.2
3. Harta Washiyat:
Yaitu pesan seseorang untuk memberikan hartanya kpd seseorang jika
pemberi washiyat telah wafat, maka perpindahan kepemilikan harta
washiyat akan terjadi setelah pemwashiyat meninggal dunia. Dan syarat
harta wasyiyat tidak boleh lebih dari 1/3 harta mayit, dan juga tidak boleh
washiyat untuk ahli waris Karena bisa dobel mendapat dari wasiyat dan
warisan. Jika si pemwasiat membatalkan washiyatnya sebelum ia
meninggal maka hukumnya Boleh.
c) Hukum Washiyat
Washiyat itu adalah suatu tuntutan syari'at untuk dilaksanakan. Namun
demikian jika washiyat tersebut dihubungkan dengan keadaan-keadaan
yang mempengaruhinya, ia tidak terlepas dari ketentuan hukum wajib,
sunnat, haram, makruh dan mubah.
Harta waris
Secara etimologis kata risywah berasal dari bahasa Arab ” رشا- “ يرشو
yang masdarnya bisa dibaca “ ’‘رشوة,’’ ’‘ رشوةatau “ " رشوةyang berati “
“ الجعلوyaitu upah, hadiah, komisi, suap.
Adapun secara terminology, risywah adalah sesuatu yang diberikan
dalam rangka mewujudkan kemaslahatan atau sesuatu yang diberikan
dalam rangka membenarkan yang bathil/salah atau menyalahkan yang
benar.
Risywah melibatkan tiga unsur, yaitu :
a. pihak pemberi (al-rasyi)
b. pihak penerima bantuan tersebut ( al-murtasyi)
c.dan barang bentuk dan jenis pemberian yang diserahterimakan.
Dalam hal ini al-Syaukani lebih tegas mengemukkakan pendapat bahwa
“diharamkan menyuap seoang hakim secara ijma’ atas dasar hadits Nabi “
87
Allah melaknat orang yang menyuap dan orang yang disuap”. Al-Mansur
Billah, Abu Ja’far dan sebagian ulama mazhab as-Syafi’I berpendapt
bahwa kalau suap dibolehkan untuk menuntut hak yang disepakati maka
itu diperbolehkan. Akan tetepi dahulu mazhab as-Syafi’I tidak
membolehakannya atas dasar keumuman hadits tentang haramnya
risywah. Hadits Nabi tentang Risywah:
يمشي الذي يعني الرائش والمرتشيو الراشي وسلم عليه هللا صلي هللا رسول لعن قال ثوبان عن
احمد رواه( بينهما
Artinya: Dari Tsauban berkata: Rasulullah melaknat oaring yagng
menyuap dan yang disuap, dan orang yang menghubungkan yaitu orang
yang berjalan dia antara keduanya.(HR. Ahmad)
المرتشي و الراشي وسلم عليه هللا صلس هللا رسول لعن قال عمر بن هللا عبد عن
Artunya: Dari ‘Abdillah bin Umar berkata: Rasulullah Saw melaknat
orang yang menyuap dan orang yang disuap
احمد رواه( الحكم في المرتشي و الراشي وسلم عليه هللا صلي هللا رسول لعن قال هريرة ابي عن
والتىميذى دود وابو
Dari Abu Hurairah ra. Berkata Rasulillah Saw melaknat orang yang
menyuap dan orang yang disuap di suatu hukum (HR. Ahmad, Abu Daud
dan Tirmidzi)
الخمسة رواه( تشي المر و الراشي سلم و عليه هللا صلي هللا رسول لعن قال عمرو بن هللا عبد عن
الترميذى صحيحه و ئ النسا اال
Dari ‘abdillah bin ‘umar ra. Berkata “Rasulullah Saw melaknat orang
yang menyuap dan orang yang disuap (HR, Sunan khomsah kecuali Imam
Nasai dan di shohihkan oleh Tirmidzi)
Setelah menjelaskan hadits-hadits tentang risywah di atas, dalam
paparannya syukani secara jelas mengatakan bahwa bila ada seseorang
yang menganggap ada bentuk- bentuk risywah tertentu dan dengan tujuan
tertentu diperbolehkan, maka hal itu harus disertai dengan alas an dan
dalil yang diterima. Sebab, dalam hadits tentang terlaknatnya para pelaku
risywah tidak disebutkan tentang jenis dan criteria-kriteria risywah.
88
ulma tentang pembolehan risywah yang bertujuan memperjuangkan hak
dan menolak ketidakadilan, tidaklah berdasarkan teks hadits
Klasifikasi risywah
89
Risywah yang disepakati haram oleh para ulama adalah risywah yang
dilakukan dengan tujuan unutuk membenarkan yang salah dan
menyalahkan yang benar. Dengan kata lain, suap yang haram adalah suap
yang akibatnya mengalahkan pihak yang mestinya menang dan
memenangkan pihak yang mestinya kalah. Sedangkan suap yang
dinyatakan oleh mayoritas ulama halal adalah suap yang dilakukan
dengan tujuan untuk menuntut atau memperjuangkan hak yang mestinya
di terima oleh pemberi suap (al-rasyi) atau untuk menolak kemudaratan,
kezaliman, dan ketidakadilan yang di rasakan oleh pihak pemberi suap
tersebut.
Unsur riswah
90
riswah dalam rumusan pasal undang-undang korupsi menduduki posisi
kedua setelah khianat.
Dalam rumusan pasal tentang riswah disebutkan dengan kalimat “
menerima hadiah atau janji” berarti semangat melakukan jarimah riswah
bisa dipastikan berasal dari pihak yang akan menerima pemberian hadiah
ataupun janji. Walaupun ada kemungkinan antara pihak yang menerima
dan yang akan member telah terjadi kesepakatan lebih awal
PENGERTIAN WAKAF
Wakaf merupakan salah satu cara ibadah atau cara menghampiri diri
kepada Allah?(taqarrub ilallah) menerusi harta kekayaan. Wakaf juga
merupakan salah satu ibadah yang awal di dalam Islam yang diizinkan
oleh syarak. Dengan itu amalan wakaf telah menjadi satu tradisi kepada
para pemerintah dan hartawan-hartawan muslimin di abad-abad dan
pertengahan Islam yang dilakukan secara meluas khususnya di negara-
negara Arab dan Asia Tengah. Sehingga dikebanyakan negara Arab
ditubuhkan satu kementerian khas untuk mengendalikan urusan harta
wakaf – disebabkan harta wakaf yang terlalu banyak dan tidak terurus.
91
RUKUN-RUKUN WAKAF
1. Pewakaf (Al-Wakif)
2. Harta yang diwakafkan (Al-Mawquf)
3. Penerima manfaat wakaf (Al-Mawquf’alaih)
4. Lafaz Akad ( Al-Sighah)
1. Pewakaf
a. Merdeka
b. Baligh
c .Berakal
d. Berkelayakan untuk berwakaf
e. Sukarela ( tidak dipaksa untuk berwakaf )
4. Lafaz akad
Akad adalah kata-kata yang boleh difahami atau tulisan untuk sesuatu
tujuan wakaf. Akad adalah wajib bagi mengesahkan wakaf.
PRTEMUAN KE VI ; P U A S A
92
Puasa di bulan Ramadhan mulai diwajibkan kepada orang-orang Islam pada
tahun kedua Hijriah, yakni tahun kedua setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah
dari Makkah ke Madinah. Dalil diwajibkannya berpuasa adalah firman Allah
Swt., (QS. Al-Baqarah [2] : 183) sebagai berikut:.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa” (QS. Al-Baqarah [2] : 183).
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah.
93
13 Doa buka puasa
14 Tingkatan Puasa
15 Pautan Luar
16 Rujukan
Puasa Ramadhan
Tidak wajib dan tidak juga sunat berniat dalam bahasa Arab, memadai dalam
bahasa Melayu atau apa-apa bahasa yang kita fahami. Tetapi baik dan
berpahala jika diamalkan dalam bahasa Arab dengan niat kita cinta kepada
bahasa Arab sebagai bahasa Nabi Muhammad s.a.w. dan bahasa Al-Quran.
ِ َّ ِ سنَ ِة
َلِل َّ ضانَ َه ِذ ِه ال
َ ض َر َم ِ َع ْن أَد
ِ اء فَ ْر َ غ ٍد َ ُن ََويْت
َ ص ْو َم
ت َ َعالَى
94
Niatnya: Sahaja aku puasa esok hari bagi menunaikan puasa Ramadhan tahun
ini kerana Allah Taala.
Sebenarnya bangun untuk bersahur itu sudah dikira berniat untuk berpuasa,
malah ada niat atau cita-cita di dalam hati untuk bangun sahur itu juga dikira
sudah berniat untuk berpuasa kerana seseorang itu tidak bangun sahur atau
bercita-cita bangun sahur melainkan bertujuan untuk berpuasa esok harinya,
melainkan jika dia memang berniat tidak mahu berpuasa jika tidak terjaga
semasa waktu sahur.
Menurut mazhab Syafiie, Hanafi dan Hambali bagi puasa
Ramadhan itu wajib diniatkan pada setiap malam sepanjang bulan tersebut,
waktunya mulai terbenam mata hari hinggalah sebelum terbir fajar pada
malam-malam tersebut. Manakala mazhab Maliki pula menyatakan bagi
puasa Ramadhan itu memadai diniatkan sekali saja yaitu pada malam pertama
dengan meniatkan sebulan penuh.
Lafaz niat puasa Ramadhan sepenuhnya untuk sebulan:
Lafaznya
َ ُن ََويْت
ص ْو
ضانَ ِك ِلِّ ِه ِ ََّلِلِ تَعَالَى
َ ش ْه ِر َر َم
َ َم
Niatnya: aku berpuasa sebulan Ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.
Digalakkan berniat puasa untuk sebulan dengan sekali niat pada malam
pertama Ramadhan bagi mengelakkan daripada tidak sah puasa kerana terlupa
berniat pada malamnya, kita mengikut Imam Malik yang membolehkan
berniat untuk sebulan sekali gus.
Namun begitu, jika puasa Ramadhan kita terputus oleh sesuatu sebab,
seperti haidh, sakit atau lain-lain, maka niat puasa sebulan itu tidak lagi
memadai untuk hari-hari puasa yang seterusnya, tetapi, hendaklah
diperbaharui niat apabila tidak ada lagi perkara yang menghalang daripada
puasa berturut-turut tersebut. Maksudnya, dengan memperbaharui niat sekali
lagi bagi semua hari-hari puasa Ramadhan yang berbaki, iaitu lafaz niatnya:
95
Sesiapa yang beramal pada malam tersebut sama seperti beramal selama 1,000
bulan, yaitu bersamaan 83 tahun 4 bulan, jika mendapatnya selama 10 tahun
bersamaan beribadat lebih 833 tahun, jika mendapatnya selama 20 tahun
bersamaan lebih 1,666 tahun, jika mendapatnya selama 30 tahun mendapatnya
bersamaan 2,500 tahun.
Maka berbahagialah orang yang tidak pernah meninggalkan Solat
Isyak berjamaah dan Solat Sunat Tarawih kerana orang yang solat Isyak
berjamaah dan solat Tarawih termasuk dari kalangan orang mendapat
Lailatul Qadar.
96
memasuki syurga. Lalu Rasulullah S.A.W bersabda: "Kamu hendaklah
berpuasa kerana sesungguhnya tidak ada satu cara pun yang mampu
menandinginya."
HUKUM PUASA
Puasa Wajib
Puasa di bulan Ramadhan merupakan salah satu daripada Rukun Islam.
Syariat puasa Ramadhan difardhukan kepada umat Muhammad s.a.w. pada
tahun ke-2 Hijrah. Makanya, wajiblah ia dilakukan oleh semua orang Islam.
Puasa Kifarah.
Puasa qadha
Puasa Nazar.
Puasa Sunat
Hari-hari berikut disunatkan berpuasa bagi umat Islam:
Puasa enam hari pada bulan Syawal
Puasa pada Hari Arafah pada 9 Zulhijjah, namun menurut Ahli Sunah
Waljamaah (Sunni), berpuasa pada 9 Zulhijjah adalah haram bagi orang yang
menunaikan ibadah Haji. Berpuasa pada 9 Zulhijjah juga adalah dilarang
dalam Mazhab Syiah.
Puasa pada hari tasu'a 9 muharam danHari Asyura pada 10 Muharam
Puasa pada Hari Isnin dan Khamis
Puasa pada 13, 14, 15 haribulan pada setiap bulan Islam Hijrah. Pada tarikh-
tarikh tersebut bulan akan berada dalam keadaan amat jelas kelihatan serta
purnama penuh. Juga dikenali sebagai Puasa Hari Putih.
Puasa Haram
Rencana utama: Tempoh haram puasa
Puasa pada Hari Syak pada hari 30 Syaaban
Puasa pada Hari Raya Aidil Fitri pada 1 Syawal
Puasa pada Hari Raya Aidil Adha pada 10 Zulhijjah
Puasa pada Hari Tashriq pada 11, 12, 13 Zulhijjah
Puasa perempuan haid & Nifas
97
Mampu/tidak uzur.
98
Orang yang dalam perjalanan lebih dari 2 marhalah (musafir).
Orang tua yang sudah lemah.
Orang yang hamil dan ibu yang menyusui anaknya.
Hikmah Puasa
1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu. Dalam tiga puluh
hari kita dilatih disiplin bagai tentara, waktu bangun kita bangun, waktu
makan kita makan, waktu menahan kita sholat, waktu berbuka kita berbuka,
waktu sholat tarawih, iktikaf, baca qur'an kita lakukan sesuai waktunya.
Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin,
kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.
99
orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai
orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat
keadaan sekelilingnya. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut
sebagai orang yang salah menilai atau memandang kehidupan.
a. Puasa Fardu :
a) Puasa bulan ramadhan
b. Puasa Wajib
a) Puasa qadha
b) Puasa karafat
c) Puasa seseorang yang tidak mampu membeli hewan kurban pada haji
tamatu
d) Puasa hari ketiga I’tikaf
e) Puasa nazar
b. Puasa (sunah) :
a) Puasa 3 hari setiap bulan hijriyah
b) Puasa pada hari-hari putih (setiap tanggal 13, 14, dan 15 hijriyah)
c) Puasa pada hari al-ghadir (18 dzulhijjah)
d) Puasa pada hari lahir rasulullah saw (27 rajab)
e) Puasa pada hari Arafah (9 dzulhijjah)
f) Puasa pada hari Mubahalah (24 dzulhijjah)
g) Puasa pada hari kamis dan jumat
h) Puasa pada tanggal 1-9 dzulhijjah
i) Puasa pada hari pertama dan ketiga pada bulan Muharram
j) Puasa pada seluruh hari dalam setahun, kecuali hari-hari yang di
haramkan dan di makruhkan berpuasa di dalamnya
c. Puasa makruh :
a) Puasa sunah yang dilakukan seorang tamu tanpa seizin tuan rumah, atau
tuan rumah melarangnya berpuasa
100
b) Puasa seorang anak (yang belum akil baligh) tanpa seizin ayahnya dan
puasa itu akan membahayakan dirinya
c) Puasa seorang anak yang di larang ayahnya berpuasa, walaupun puasa itu
tidak akan membahayakan dirinya
d) Puasa seorang anak yang di larang ibunya berpuasa, walaupun jika puasa
itu di lakukan, tidak akan membahayakan dirinya
e) Puasa hari arafah bagi orang yang bila ia berpuasa akan menyebabkan
badannya lemah, sehingga tidak mapu membaca doa
d. Puasa Haram
a. Puasa hari raya
b. Puasa orang sakit.dengannya menjadi sakit tambah parah
c. Puasa wanita yang sedang haid, dan nifas.
Firman Allah :
Rasulullah bersabda:
101
ُ ش َهادَةِ أ َ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َر
ِس ْو ُل هللا َ :علَى خ َْم ٍس َ ي اْ ِإل ْسالَ ُم
َ بُ ِن
ِ ضانَ َو َح ِّجِ ْالبَ ْي
ت َ ص ْو ِم َر َمَ الز َكاة ُ َو َّ اء
ِ َ صالَةِ َوإِ ْيت
َّ َوإِقَ ِام ال
ْ
ال َح َر ِام.
Artinya : "Islam didirikan di atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak
Ilah yang berhak disembah selain Allah I dan Muhammad adalah rasul
Allah , mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi
ke Baitul Haram." Muttafaqun alaih.
َ اِ ْق َرؤ ُْوا ْالقُ ْرآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة.
ْ َ ش ِف ْيعًا ِأل
ص َحابِ ِه
"Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai
pemberi syafaat bagi ahlinya (yaitu, orang yang membaca, mempelajari
dan mengamalkannya). HR. Muslim.
Dan membaca al-Qur`an lebih dianjurkan lagi pada bulan Ramadhan,
karena pada bulan itulah diturunkan al-Qur`an. Firman Allah :
َ َ َوالَ ق,ٍي هللا ِقَ َرأ َ ْالقُ ْرآنَ ُكلَّهُ فِى لَ ْيلَة
ْ ُام لَ ْيلَةً َحتَّى ي
َص ِب َح َوال َّ َوالَ أ َ ْعلَ ُم نَ ِب
َضانَ امالً َغي َْر َر َم
ِ ش ْه ًرا َك
َ ام
َ صَ .
"Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah membaca al-Qur`an semuanya,
sembahyang sepanjang malam, dan puasa sebulan penuh selain di bulan
Ramadhan." HR. Ahmad.
103
Menghidupkan malam-malam Lailatul Qadar: lailatul qadar adalah malam
yang lebih baik dari pada seribu bulan yang tidak ada lailatul qadar dan
pendapat paling kuat bahwa ia terjadi di sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan, terlebih lagi pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21,
23,25,27, dan 29. Firman Allah :
Artinya : Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS.al-Qadar
:3)
Malam itu adalah pelebur dosa-dosa di masa lalu, Rasulullah r bersabda:
104
"Umrah di bulan Ramadhan sama dengan ibadah haji."
Demikianlah beberapa ibadah penting yang sangat dianjurkan untuk
dilaksanakan di bulan Ramadhan dan telah dicontohkan oleh Rasulullah .
Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang mendapat taufik dari
Allah untuk mengamalkannya agar kita mendapatkan kebaikan dan
keberkahan bulan Ramadhan.
Haji merupakan syiar yang agung dan ibadah yang mulia, dengannya
seorang hamba akan mendapatkan rahmat dan berkah yang menjadikan
setiap orang muslim sangat rindu untuk segera melaksanakannya.
Artinya : “ Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali syurga. “
(HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim jika melaksanakan ibadah haji, maka dia telah masuk
dalam katagori jihad. Yaitu ; meninggalkan keluarga dan negaranya,
menjadi tamu Allah Yang Maha Pengasih, seraya memakai ihram,
mengucapkan talbiyah, berdiri, berdo’a, berdzikir dan beribadah.
Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Majah dari
Aisyah ra bahwa beliau bertanya Nabi saw :
106
Artinya : “Apakah wanita itu wajib berjihad ? Maka beliau bersabda “
Kalian wajib berjihad yang tidak pakai perang, yaitu haji.”
Latar Belakang
Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan jiwa
manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan ibadah
yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah, insya
Allah kita akan menjadi orang yang beruntung.Ibadah dalam agama Islam
banyak macamnya. Haji adalah salah satunya, yang merupakan rukun
iman yang kelima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak
hanya menahan hawa nafsu dan menggunakan tenaga dalam
mengerjakannya, namun juga semangat dan harta.
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin
dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu,
sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW
dalam tahun hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji
dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji . Orang yang berihram
untuk umrah ber- tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang
yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia
tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.
1. Haji Tamattu
Haji Tamattu’ ialah melakukan umrah terlebih dahulu pada musim haji,
kemudian melaksanakan ibadaha haji. Yaitu dengan cara berniat untuk
mengambil umrah haji ketika sampai di miqat sebelum memasuki kota
makkah dengan ucapan, “Allahumma labbaika ‘umratan mutamatti’an biha
ilal hajj”. Setelah sampai di Mekkah, lalu melaksanakan umrah dengan
cara yang sama seperti tata cara umrah. Setelah melakukan umrah sampai
selesai melakukan tahalul, halal baginya segala sesuatu yang tadinya
diharamkan ketika ihram, sampai tanggal 8 Dzulhijjah baru kemudian
berihram kembali untuk menyempurnakan amalan-amalan haji yang
tersisa..
Bila menggunakan cara ini, maka yang bersangkutan diwajibkan
membayar dam nusuk (berupa menyembelih seekor kambing, kalau tidak
mampu berpuasa 10 hari yaitu 3 hari di Makkah atau di Mina dan 7 hari di
tanah air), apabila puasa 3 hari di Makkah tidak dapat dilaksanakan karena
suatu hal maka harus diqadha sesampainya di kampung halaman dengan
ketentuan puasa yang tiga hari dengan ketentuan puasa yang tiga hari
dengan tujuh hari dipisahkan 4 hari.
2. Haji Ifrad
Haji ifrad ialah melakukan haji saja. yaitu seorang berniat melakukan haji
saja tanpa umrah pada bulan-bulan haji, dengan mengucapkan di miqat,
“Labbaika hajjan”. Sama dengan haji qiran;setelah.sampai.di
Mekkah,.lalu melakukan thawaf qudum dan sa’i (untuk sa’i boleh
ditunda sampai setelah melakukan thawaf ifadhah pada tanggal 10
107
Dzulhijjah). Setelah sa’i tidak halal baginya melakukan hal-hal yang
diharamkan ketika ihram, jadi dia tetap dalam keadaan ihram sampai
tanggal 10 Dzulhijjah. Bagi yang akan umrah wajib atau sunnah maka
setelah menyelesaikan hajinya, dapat melaksanakan umrah dengan miqat
dari Tan’im, Ji’ranah, Hudaibiyah atau dareah tanah halal lainnya. Cara ini
tidak dikenakan dam.
3. Haji Qiran
Haji qiran ialah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu
pekerjaan sekaligus. Yaitu seorang berniat melakukan haji saja tanpa
umrah pada bulan-bulan haji, dengan mengucapkan di miqat,“Labbaika
hajjan wa ‘umrotan”. Setelah sampai di Mekkah, lalu melakukan thawaf
qudum dan sa’i (untuk sa’i boleh ditunda sampai setelah melakukan
thawaf ifadhah pada tanggal 10 Dzulhijjah). Setelah sa’i tidak halal
baginya melakukan hal-hal yang diharamkan ketika ihram, jadi dia tetap
dalam keadaan ihram sampai tanggal 10 Dzulhijjah.Cara ini juga wajib
membayar dam nusuk. Pelaksanaan dam sama dengan pada haji Tamattu’.
108
dilakukan setelah thawaf qudum atau setelah thawaf ifadhah pada tanggal
10 Dzulhijjah.
Adapun persamaannya ketiga bentuk haji ini diantaranya, terdapat 3
macam thawaf, yaitu thawaf qudum (dilakukan ketika pertama kali sampai
ke Mekkah), thawaf ifadhah (dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah) dan
thawaf wada’(dilakukan sebelum meninggalkan Mekkah).
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
haji itu terbagi atas 3 macam yaitu :
1.Haji tamattu yaitu Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Umroh
dahulu kemudian Ibadah Haji, dan diselingi Tahallul.
Pelaksanaan :
a. Ihram dari miqat untuk Umroh
b. Ihram lagi dari miqat untuk Haji
c. Membayar Dam
d. Disunatkan Tawaf Qudum
2. Haji ifrad yaitu Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji
dahulu kemudian Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.
Pelaksanaan :
a. Ihram dari miqat untuk Haji
b. Ihram lagi dari miqat untuk Umroh
c. Tidak membayar Dam
3. Haji Qiran yaitu Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan
Ibadah Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.
Pelaksanaan :
a. Ihram dari miqat untuk Haji dan Umroh
b. Melakukan semua pekerjaan haji
c. Membayar Dam
Haji merupakan salah satu dari ibadah-ibadah faridhah yang agung dan
salah satu rukunnya yang lima. Hal itu berdasarkan sabda Nabi saw :
Artinya : “Islam dibangun di atas lima perkara yaitu syahadat laa ilaaha
illallah dan Muhammad Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan dan haji” ( HR Bukhari dan Muslim )
109
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Kalau aku katakan ya, niscaya
akan wajib bagi kalian dan kalian tidak akan sanggup.” Kemudian beliau
berkata: “Biarkanlah apa yang aku tinggalkan kepada kalian.
Sesungguhnya orang sebelum kalian telah binasa karena mereka banyak
bertanya yang tidak diperlukan dan menyelisihi nabi-nabi mereka. Jika
aku memerintahkan sesuatu kepada kalian maka lakukanlah sesuai dengan
kesanggupan kalian. Dan bila aku melarang kalian dari s esuatu maka
tinggalkanlah.”
Baligh, haji tidak diwajibkan kepada orang gila dan orang yang
kurang waras pikirannya, begitu juga tidak diwajibkan kepada anak kecil,
sebagaimana hadist Ali bin Abi Thalib bahwa Nabi saw bersabda :
Artinya : “Pena itu diangkat dari tiga golongan: orang tidur hingga
terbangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila (kurang sehat
akalnya) hingga ia berakal” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai)
110
Artinya : Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya)
maqam Ibrahim[215]; Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi
amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke
Baitullah[216]. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam. (QS. Ali Imran : 97)
[215] Ialah: tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri membangun Ka'bah.
[216] Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan dan alat-alat pengangkutan
serta sehat jasmani dan perjalananpun aman.
Adapun caranya adalah wali dari anak kecil tersebut berniat haji untuknya.
Ini dilakukan ketika membayar ongkos haji. Maksud seorang wali
mewakili niat haji untuknya adalah wali tersebut ketika membayar ongkos
haji diniatkan untuk ibadah haji anak kecil tersebut. Kecuali kalau anak
kecil itu sudah mumayiz, maka dia boleh berniat sendiri untuk melakukan
ihram dengan izin walinya. Walaupun begitu, kewajiban ibadah haji tidak
gugur darinya, maka ketika dia sudah dewasa, dia wajib melaksanakan
ibadah haji lagi.
Kriteria Mampu
111
menjawab: 'Lakukankah haji untuk (mewakilinya)” ( HR Bukhari dan
Muslim )
Barang siapa yang tidak bisa haji karena antrian di dalam mendapatkan
visa, maka dia dihukumi sebagai orang yang tidak mampu, seperti orang
yang dipenjara dan sejenisnya.
112
Seorang anak hendaknya meminta keridhaan orang tuanya ketika
hendak melaksanakan ibadah haji. Begitu juga seorang suami tidak boleh
melarang istrinya untuk pergi haji, karena haji hukumnya wajib, sedang
kedua orang tua dan suami tidak mempunyai hak untuk melarang sesuatu
yang wajib, walaupun begitu mereka berdua berhak untuk melarang anak
dan istrinya untuk melaksanakan ibadah haji yang sunnah.
Artinya : …”Berlomba-lombalah kalian dalam mengerjakan kebaikan”…
(QS. Al Baqarah[2] : 148)
ُ تَعَ َّجلُوا إِلَى ا ْل َحجِ فَ ِإ َّن أَ َح َد ُك ْم َال يَد ِْري َما يَ ْع ِر
ض
ُلَه
Artinya : “Bersegeralah melaksanakan ibadah haji ( yaitu haji yang wajib)
karena kalian tidak tahu apa yang akan di hadapinya (HR. Ahmad dan
Baihaqi)
Telah diriwayatkan dari Sa’id bin Manshur dan Hasan bahwa Umar ra
berkata:
َُان َله َ ظ ُر ْوا ُك َّل َم ْن ك َ أن أ ْبعَ َث ِر َجاالً إلَى ه ِذ ِه األ َ ْم
ُ ص ِار فَيَ ْن ْ ُلَقَ ْد َه َم ْمت
ْ ع َل ْي ِه ُم ا ْل ِج ْز َيةَ َما ُه ْم ِب ُم
س ِل ِم ْي َن َما ُه ْم َ ض ِربُ ْوا ْ َجدَّة َولَ ْم َي ُح َّج ِل َي
س ِل ِم ْي َن
ْ ِب ُم
Artinya : “Aku bertekad mengutus beberapa orang menuju wilayah-
wilayah untuk meneliti siapa yang memiliki kecukupan harta namun tidak
menunaikan ibadah haji agar diwajibkan atas mereka membayar jizyah.
Mereka bukanlah umat Islam ! mereka bukanlah umat Islam !”
113
masih kecil, atau sudah tua, untuk selalu berbuat baik dan menjauhi
perbuatan buruk.
ِيرةَ يَ ْو ٍم َو َل ْي َل ٍة َ ُ َال يَ ِح ُّل ِال ْم َرأ َ ٍة ت ُ ْؤ ِمنُ ِباهللِ َوا ْليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر أ َ ْن ت
َ سافِ َر َمس
س َمعَ َها ذُو َمحْ َر ٍم َ لَ ْي
Artinya : “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan
hari akhir untuk safar sejauh perjalanan sehari semalam kecuali bersama
mahramnya.” (HR Bukhari dan Muslim )
114
Dan disyaratkan bagi yang mewakili haji, bahwa dia sudah pernah
melaksanakan ibadah haji. Hal ini sesuai dengan hadist :
َس ِم َع َر ُج ًًل يَقُو ُل لَبَّ ْيكَ سلَّ َمَ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ اس أ َ َّن النَّ ِب َّي َ ع َْن ا ْب ِن
ٍ َّعب
ش ْب ُر َمةُ قَا َل أَخ ِلي أ َ ْو قَ ِريب ِلي قَا َل َحجَجْ تَ ع َْن ُ ش ْب ُر َم َة قَا َل َم ْن
ُ ع َْن
َش ْب ُر َمةُ ع ْن َ سكَ ث ُ َّم ُح َّجِ سكَ قَا َل َال قَا َل ُح َّج ع َْن نَ ْف
ِ نَ ْف
Artinya : “Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shalla Allahu 'alaihi wa sallam
mendengar seseorang mengucapkan; Labbaika 'An Syubrumah (ya Allah,
aku memenuhi seruan-Mu untuk Syubrumah), beliau bertanya: "Siapakah
Syubrumah tersebut?" Dia menjawab; saudaraku! Atau kerabatku! Beliau
bertanya: "Apakah engkau telah melaksanakan haji untuk dirimu sendiri?"
Dia menjawab; belum! Beliau berkata: "Laksanakan haji untuk dirimu,
kemudian berhajilah untuk Syubrumah." (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan
hadist ini dishahihkan Ibnu Hibban)
Adapun jika dia sudah mati, maka tidak apa-apa seorang wakil
menghajikannya secara cuma-cuma tanpa seijinnya.
Adab-adab Haji
ام ِر ٍئ َما َن َوى َف َم ْن كَا َنتْ هِجْ َرتُهُ ِإلَى ْ ت َو ِإنَّ َما ِلك ُِل ِ ِإنَّ َما ْاأل َ ْع َما ُل ِب
ِ النيَّا
ام َرأَ ٍة يَ ْن ِك ُح َها فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما َها َج َر ِإلَ ْي ِه
ْ ُد ْنيَا يُ ِصيبُ َها أ َ ْو ِإلَى
115
Artinya : "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-
tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya
karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan" (HR
Bukhari dan Muslim )
116
Menghindari dari ahli bid’ah dan khurafat yang sering memalingkan
dari beribadah dan berdo’a kepada Allah kepada berdo’a kepada selain-
Nya serta lebih memilih untuk mencari bangunan–bangunan dari
peninggalan bersejarah untuk mengusap-usapnya dan mengusap-usap
Ka’bah serta Maqam Ibrahim yang sering menyebabkan pertengkaran,
padahal mestinya mereka menunaikan ibadah haji ini dengan baik.
ُ َاللَّ ُه َّم ِإنِ ْي أَع ُْوذ.ِ َوالَ َح ْو َل َوالَ قُ َّوةَ إِالَّ بِاهلل،ِعلَى هللا َ ُ ت َ َو َّك ْلت،ِس ِم هللا ْ ِب
، أ َ ْو أَجْ َه َل، أ َ ْو أ ُ ْظلَ َم، أ َ ْو أَ ْظ ِل َم، أ َ ْو أ ُ َز َّل، أ َ ْو أ َ ِز َّل،ض َّل
َ ُ أ َ ْو أ،ِبكَ أ َ ْن أ َ ِض َّل
َ أ َ ْو يُجْ َه َل.
علَ َّي
Artinya : “Dengan nama Allah. Aku bertawakkal kepadaNya dan tiada
daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah. Ya Allah sesungguhnya
aku berlindung kepadaMu jangan sampai aku sesat atau disesatkan,
berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya, berbuat bodoh
atau dibodohi”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dengan sanad shahih)
َوإِنَّا.س َّخ َر لَنَا َهذَا َو َما ُكنَّا لَهُ ُم ْق ِرنِ ْي َن َ ِي ْ ان الَّذ َ س ْب َح ُ بسم هللا الحمد هلل
َو ِم َن،سفَ ِرنَا َهذَا ا ْل ِب َّر َوالت َّ ْق َوى َ سأَلُكَ فِ ْي ْ َِإلَى َر ِبنَا لَ ُم ْنقَ ِلبُ ْو َن اللَّ ُه َّم ِإنَّا ن
َ سفَ َرنَا َهذَا َوا ْط ِو
اللَّ ُه َّم،ُعنَّا بُ ْع َده َ ع َل ْينَا
َ اللَّ ُه َّم َه ِو ْن،ضى َ ا ْلعَ َم ِل َما ت َ ْر
اللَّ ُه َّم ِإ ِن ْي أَع ُْوذُ ِبكَ ِم ْن،س َف ِر َوا ْل َخ ِل ْيفَةُ ِفي اْأل َ ْه ِل َّ ب ِفي ال ُ اح َّ أ َ ْنتَ ال
ِ ص
َو ِإذَا.ب فِي ا ْل َما ِل َواْأل َ ْه ِل ِ َس ْو ِء ا ْل ُم ْن َقل
ُ ظ ِر َو َ سفَ ِر َوكَآ َب ِة ا ْل َم ْن َّ اء ال ِ َ َو ْعث
امد ُْو َن ِ آيِبُ ْو َن تَا ِئبُ ْو َن عَابِد ُْو َن ِل َربِنَا َح:ر َج َع قَالَ ُه َّن َو َزا َد فِ ْي ِه َّن.َ
117
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha
Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang
sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali
kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya kami
memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan
yang meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan
dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkaulah teman dalam bepergian
dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan
yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga.”
Apabila kembali, doa di atas dibaca, dan ditambah: “Kami kembali dengan
bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Tuhan kami.” (HR.
Muslim dari hadist Ibnu Umar)
Hendaknya dia membawa bekal lebih jika dia termasuk orang yang
mampu, sehingga bisa membantu temannya dan berbuat baik kepadanya,
sebagaimana di dalam hadist :
118
Dia hendaknya meng-qashar sholat dan menjama’nya jika hal itu
dibutuhkan, karena dia sedang melakukan perjalanan atau sedang istirahat,
maka membutuhkan untuk menjama’ sholatnya karena kecapaian atau
mengantuk.
ضى َ َطعَا َمهُ َوش ََرابَهُ َونَ ْو َمهُ فَ ِاذَاق ِ سفَ ُر قِ ْطعًةُ ِم َن العَذَا
َ ب َي ْمنَ ُع ا َ َح َد ُك ْم َّ ال
سفَ ِر ِه فَ ْليُ َع ِج ْل اِلَى اَ ْه ِل ِه
َ ا َ َح ُد ُك ْم نهمته ِم ْن
Artinya : “Bepergian itu adalah sepotong dari adzab, (karena) ia
menghalangi seseorang daripada kamu tentang makanannya, minumannya
dan tidurnya. (Oleh karena itu) apabila salah seorang dari kamu telah
menyelesaikan keperluannya dari kepergiannya, hendaklah ia segera
kembali kepada keluarganya” (HR. Muslim dari hadist Abu Hurairah)
ُ لَهُ ا ْل ُم ْلك,ُش ِر ْيكَ لَه ِ َ الَاِلهَ اِالَّهللاُ َوحْ َدهُ ال, اَهلل ُ ا َ ْكبَ ُر, اَهللُ ا َ ْكبَ ُر,اَهللُ ا َ ْكبَ ُر
ا ِيبُ ْو َن تَائِبُ ْو َن عَا ِبد ُْو َن ِل َر ِبنَا,ش ْي ٍئ قَ ِد ْيرَ علَى ك ُِل َ َولَهُ ا ْل َح ْم ُد َو ُه َو
ُاب َوحْ َده َ َو َه َز َم اْالَ حْ َز,ُع ْب َده َ َصدَقَ هللاُ َو ْع َدهُ َون
َ ص َر َ ,امد ُْو َن ِ َح
Artinya : “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada
Tuhan kecuali Allah, dzat yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kepunyaan-Nyalah segala kekuasaan dan segala pujian, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. Kami kembali bertaubat serta kami menyembah
kepada Tuhan kami , seraya kami memuji-Mu. Allah menetapi pada janji-
Nya, menolong hamba-Nya, serta mampu (memporak porandakan)
pasukan Ahzab dengan sendiri”.
ست َ ِح َّد
ْ َ َوت ُش ِعثَة
َّ ال َ ش
ط ِ َ ت َ ْمت ك َْي
ُا ْل ُم ِغي َبة
Artinya : “Berilah kesempatan kepada keluarga kalian untuk bersiap-siap
dan berhias (untuk menyambut kedatangan kalian)." (Hr Bukhari dan
Muslim dari hadist Jabir)
119
Dan hendaknya dia menuju masjid terlebih dahulu jika sudah sampai,
untuk melakukan sholat dua reka’at. Karena sesungguhnya perbuatan ini
merupakan sunnah nabi yang pertama kali beliau laksanakan ketika
sampai di kotanya.
a. Jenis-jenis haji :
a) Haji ifrad, artinya menyendiri
b) Haji tamattu’, artinya bersenang-senang
b. Rukun haji :
a) Ihram
b) Tawaf ziyarah / tawaf ifadhah
c) Sa’i
d) Wukuf di Padang Arafah
c. Wajib haji
a) Ihram dimulai dari miqat yang telah di tentukan
b) Wukuf di Arafah sampai matahari tenggelam
c) Mabit di Mina
d) Mabit di Muzdalifah hingga lewat setengah malam
e) Melempar jumrah
f) Mencukur rambut
g) Tawaf wada’
d). Syarat-syarat wajib haji :
a) Islam
b) Berakal
c) Baligh
d) Mampu
120
Tempat-tempat ihram :
(a) Zul Hulaifah (Bir Ali tempat miqat Jemaah Indonesia ke Madinah
dulu)
(b) Juhfah
(c) Yalamlam (Penduduk Yaman jalur Pesisir)
(d) Qarnul Manjil (as-Sayl al-Kabir ; penduduk Nejed)
(e) Zatu Irqin (penduduk Irak yang disebut al-Kharibat)
(f) Makkah
b. Tawaf
Tawaf berasal dari kata tafa, artinya mengelilingi atau mengitari.Tawaf
menurut istilah yaitu mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 keliling.Sebelum
melaksanakan tawaf, jama’ah harus mandi dan berwudhu dahulu.
Macam-macam tawaf :
(a) Tawaf qudum, yaitu tawaf yang di lakukan ketika sampai di
Makkah
(b) Tawaf ifadah, tawaf yang di lakukan pada hari penyembelihan
kurban
(c) Tawaf wada, yaitu tawaf yang menjadi rukun haji
(d) Tawaf sunnah, yaitu tawaf yang dilakukan setiap saat
c. Sa’i
Sa’i artinya berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah di
dekat kota Makkah. Cara melalukan sa’i :
(a) Dilakukan sesudah tawaf
(b) Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Safa menuju bukit
Marwah
(c) Di kerjakan sebanyak 7 kali putaran, dari Safa ke Marwah satu
putaran,dan dari Marwah ke Safa satu putaran, lalu berakhir di puncak
bukti Marwah
(d) Sa’i hanya boleh di lakukan oleh orang-orang yang mengerjakan
haji atau umroh saja.
d. Tahallul
Setelah melontar Jumrah ‘Aqabah, jamaah kemudian
bertahallul (keluar dari keadaan ihram), yakni dengan cara mencukur
atau memotong rambut kepala paling sedikit tiga helai rambut. Laki-
laki di sunahkan mencukur habis rambutnya, dan wanita mencukur
rambut sepanjang jari, dan untuk orang-orang yang berkepala botak
dapat bertahallul secara simbolis saja.
Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang sebelumnya di larang
sekarang di halalkan kembali, kecuali menggauli istri sebelum
melakukan tawaf ifadah.
Alur Haji
121
8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua
umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan
sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan
Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina, sehingga malam
harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
Artinya: “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik di
sisiNya, niscaya diberikan kepadaNya pemahaman (yang mendalam) dalam
pengetahuan agama.”
122
Menurut terminologi, fiqih pada mulanya berarti pengetahuan
keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah, akhlak,
maupun ibadah sama dengan arti syari’ah islamiyah. Namun, pada
perkembangan selanjutnya, fiqih diartikan sebagai bagian dari syariah
Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat
yang diambil dari dalil-dalil yang terinci.
PENGERTIAN MUAMALAH
Di antara definisi fiqih muamalah yang dikemukakan oleh para ulama (pakar)
adalah seperti keterangan berikut ini:
123
1) Menurut Wahbah Zuhaily : Pembahasan fiqih muamalah sangat luas, mulai
dari hukum pernikahan, transaksi jual beli, hukum pidana, hukum perdata,
hukum perundang-undangan, hukum kenegaraan, keuangan, ekonomi, hingga
akhlak dan etika.
124
amal akhirat, sebab sekecil apapun aktifitas manusia di dunia harus didasarkan
pada ketetapan Allah SWT agar kelak selamat di akhirat.
Pembagian fiqih muamalah, Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah dalam arti
luas dibagi menjadi lima bagian:
Menurut Al Fikri, membagi fiqih muamalah menjadi dua bagian yaitu sebagai
berikut:
a. Al Muamalah Al Maddiyyah
Adalah muamalah yang mengkaji segi objeknya, yaitu benda. Sebagian ulama
berpendapat bahwa al muamalah al maddiyyah bersifat kebendaan, yakni
benda yang halal, haram, dan syubhat untuk dimiliki, diperjual belikan atau
diusahakan, benda yang menimbulkan kemudharatan dan mendatangkan
kemashlahatan bagi manusia dan lainnya.
b. Al Muamalah Al Adabiyyah
125
pedagang, penipuan, pemalsuan, dan segala sesuatu yang bersumber dari
indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta.
2. Al-Muamalah Al-Madiyah/Jual beli (Al-bai’ at-Tijarah), seperti :
Gadai (rahn)
Jaminan/ tanggungan (kafalah)
Pemindahan utang (hiwalah)
Jatuh bangkit (tafjis)
Batas bertindak (al-hajru)
Perseroan atau perkongsian (asy-syirkah)
Perseroan harta dan tenaga (al-mudharabah)
Sewa menyewa tanah (al-musaqah al-mukhabarah)
Upah (ujral al-amah)
Gugatan (asy-syuf’ah)
Sayembara (al-ji’alah)
Pembagian kekayaan bersama (al-qisamah)
Pemberian (al-hibbah)
Pembebasan (al-ibra’), damai (ash-shulhu)
beberapa masalah mu’ashirah (mukhadisah), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit, dan masalah lainnnya.
Pembagian hasil pertanian (musaqah)
Kerjasama dalam perdagangan (muzara’ah)
pembelian barang lewat pemesanan (salam/salaf)
Pihak penyandang dana meminjamkan uang kepada nasabah/ Pembari modal
(qiradh)
Pinjaman barang (‘ariyah)
Sewa menyewa (al-ijarah)
Penitipan barang (wadi’ah)
Peluang ijtihad dalam aspek tersebut diatas harus tetap terbuka, agar hukum
Islam senantiasa dapat memberi kejelasan normatif kepada masyarakat sebagai
pelaku-pelaku ekonomi.[13]
126
semakin bercorak-ragam, mengikuti kebutuhan umat manusia yang semakin
konsumtif dan semakin terikat tuntutan zaman yang juga kian berkembang.
Oleh sebab itu, urgensi muamalah maliyah yang sangat erat dengan
perekonomian Islam ini akan tampak bila kita melihat salah satu bagiannya,
yaitu dunia bisnis perniagaan dan khususnya level menengah ke atas. Seorang
yang memasuki dunia perbisnisan ini membutuhkan kepekaan yang tinggi,
feeling yang kuat dan keterampilan yang matang serta pengetahuan yang
komplit terhadap berbagai epistimologi terkait, seperti ilmu manajemen,
akuntansi, perdagangan, bahkan perbankan dan sejenisnya. Atau berbagai ilmu
yang secara tidak langsung juga dibutuhkan dalam dunia perniagaan modern,
seperti komunikasi, informatika, operasi komputer, dan lain-lain. Itu dalam
standar kebutuhan businessman (orang yang berwirausaha) secara umum.
Termasuk dalam definisi ini: emas, perak, gandum, kurma, garam, mobil,
bejana, rumah, dan lain-lainnya.
127
Para ulama pun memakai kata harta benda ( )المالuntuk tiga hal, yaitu:
• Barang dagangan ()العروض األعيان, seperti mobil, rumah, bahan makanan,
pakaian, dan selainnya.
• Jasa pemanfaatan ()المنافع, seperti pemanfaatan menempati rumah,
pemanfaatan jual-beli di satu toko, dan lain-lainnya.
• Benda ( )العينyang dimaksudkan adalah emas dan perak dan yang
menggantikan keduanya dari uang kertas.
ت ْال ِح ُّل
ِ َص ُل فِي ْال ُمعَا َمال
ْ َ األ
Inilah pendapat jumhur (mayoritas) ulama, bahkan Ibnu Rajab rahimahullah
mengatakan bahwa sebagian ulama menyampaikan ijma’ (kesepakatan) dalam
hal ini. Namun, hikayat ijma’ ini tidak benar karena mazhab azh-Zhahiriyah
menyelisihinya (tidak menyetujui kaidah ini).
Kaidah ini berlaku pada muamalah dan selainnya, bahkan juga dalam
masalah i’tikad. Pada asalnya, dalam seluruh akad transaksi harus adil, dan
128
demikianlah yang diajarkan syariat Islam. sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala,
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al
kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-
Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi
Maha Perkasa. (Qs. al-Hadid [57] : 25)
ََّّللا أَن
َّ َارك َ َظ ْل َم َح َّر ْمتُ ِإنِي ِعبَادِي يَا قَا َل َوتَعَالَى تَب
ُّ علَى ال
َ ُم َح َّر ًما بَ ْينَ ُك ْم َو َجعَ ْلتُهُ نَ ْفسِي
ت َ َظالَ ُموا فَ ًَل
Hal ini karena kezaliman adalah sumber kerusakan dan keadilan adalah
sumber kesuksesan yang menjadi tonggak kemaslahatan hamba di dunia dan
akhirat, sehingga manusia sangat membutuhkannya dalam segala kondisi.
Ketika perniagaan dan muamalah adalah pintu yang besar bagi kezaliman
manusia dan pintu untuk memakan harta orang lain dengan batil, maka
larangan zalim dan pengharamannya termasuk maqashid syariah terpenting
dalam muamalah. Kewajiban berbuat adil dan larangan berbuat zalim menjadi
kaidah terpenting dalam muamalah.
Pengertian kaidah ini adalah “kaidah dalam semua akad yang terjadi
antara dua pihak adalah halal dan mubah secara umum”. Sehingga semua
bentuk muamalah yang belum ada atau telah ada terdahulu, pada asalnya
boleh, kecuali ada dalil yang shahih dan jelas melarangnya, sehingga keluar
dari asalnya dengan dalil dan diberi hukum lain di luar hukum asal. Adapun
bila tidak ada dalil yang melarangnya, maka ia berlaku sesuai asal, yaitu boleh
dan mubah.
130
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388].
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
(yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang
mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut
yang dikehendaki-Nya. (Qs. al-Maidah [5] : 1)
[388] Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan Perjanjian yang
dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.
Ayat ini berisi perintah menunaikan transaksi dan muamalah secara mutlak,
baik bentuk dan lafalnya ada pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
atau belum ada. Oleh karen itu, hal ini menunjukkan bahwa asal dalam
muamalah adalah halal.
131
Artinya : Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah:
"Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah
yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di
waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim
daripada orang-orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah untuk
menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?" Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Qs. al-An’am [6]: 145)
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Qs. an-Nisa [4]`: 29)
[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
Dalam ayat ini, Allah tidak memberikan syarat dalam perdagangan kecuali
saling suka (taradhi). Ayat ini menunjukkan bahwa asal dalam muamalah
adalah halal.
133
Artinya : Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal)
yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya kebanyakan
(dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa
nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang
lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (Qs. al-An’am [6] :
119)
Artinya : “Semua yang Allah halalkan dalam al-Quran maka ia halal, yang
diharamkan maka ia haram, dan yang didiamkan maka itu tidak ada
hukumnya (boleh). Terimalah dari Allah kemudahan-Nya. (Allah berfirman),
‘Rabbmu tidak pernah lupa.’ ”
Artinya : “Sungguh, orang yang paling besar kejahatannya adalah orang yang
bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lalu diharamkan dengan
sebab pertanyaannya.’ (Muttafaqun ‘alaihi)
a. Akad transaksi termasuk perbuatan dan aktivitas yang sudah menjadi adat
kebiasaan. Manusia sudah biasa melakukannya dalam mendapatkan kebutuhan
dunia mereka, maka asal hukumnya adalah boleh dan tidak dilarang. Sehingga
dijadikan dasar sampai ada dalil yang mengharamkannya.
b. Syariat tidak mengharamkan jenis akad kecuali hanya beberapa saja, maka
tidak adanya dalil pengharaman menunjukkan ketidak-haramannya.
c. Dalam keabsahan akad transaksi, tidak disyaratkan adanya izin khusus dari
syariat. Ibnu Taimiyah rahimahullahu menyatakan, “Kaum muslimin apabila
melakukan transaksi tertentu dan belum mengetahui keharaman dan
kehalalannya, maka seluruh ahli fikih–yang aku ketahui–menghukumi
keabsahannya, apabila mereka tidak meyakini keharamannya. Walaupun
transaktor (orang yang bertransaksi –ed) tersebut belum mengetahui
penghalalannya–baik dengan ijtihad atau taklid–, dan juga tidak ada seorang
pun yang menyatakan bahwa akad transaksi tidaklah sah kecuali untuk orang
yang meyakini bahwa syariat menghalalkannya. Seandainya izin khusus
syariat menjadi syarat keabsahan transaksi, maka transaksinya tidak sah,
kecuali setelah adanya izin kebolehannya.”
134
2. Asal Dalam Syarat-Syarat yang Ditetapkan dalam Muamalah Adalah Halal
Contohnya, seorang menyatakan dalam ijabnya, “Aku jual mobil ini dengan
syarat aku gunakan dahulu selama sehari atau dua hari.”
Contoh syarat dalam zaman (masa berlakunya) khiyar (khiyar majelis dan
khiyar syarat) adalah seseorang menjual mobilnya, kemudian sebelum
berpisah–di majelis tersebut–sang penjual mensyaratkan untuk
memanfaatkannya selama sehari atau dua hari. Demikian juga di zaman khiyar
syarat, diperbolehkan mengajukan syarat. Contohnya, seorang menjual mobil
dan mengatakan, “Saya memiliki hak khiyar selama tiga hari.” Kemudian, di
masa tersebut ia mengajukan syarat lagi untuk menggunakan kendaraan
tersebut selama sepekan.
Ini semua sah apabila terjadi kesepakatan antara dua transaktor tersebut.
135
1. Syarat termasuk tuntutan akad transaksi ()العقد مقتضى من شروط, seperti
pembayaran kontan dengan penyerahan barang.
2. Syarat termasuk kemaslahatan akad ()العقد مصلحة من شروط, seperti syarat
tempo, gadai, atau syarat bentuk barang.
3. Syarat memanfaatkan barang yang diperdagangkan (في المبيع انفاع شروط
)المعلوم, seperti syarat mengantarkan pulang dengan kendaraan yang dijual
atau syarat menggunakan rumah yang dijual dalam waktu tertentu oleh
penjual.
1. Al-ghisy (penipuan).
2. An-najasy.
An-najasy didefinisikan sebagai tambahan pada harga satu barang
dagangan dari orang yang tidak ingin membelinya agar orang lain terjebak
padanya. Seseorang yang tidak ingin membeli barang, datang dan
meninggikan harga barang agar pembeli mengikutinya, lalu menyangka
bahwa ia tidak meninggikan harta barang tersebut kecuali memang pantas,
sehingga ia terpedaya dengannya. Jual-beli ini diharamkan karena berisi
kezaliman. Dalilnya adalah hadits Ibnu Umar yang berbunyi,
[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
Dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat hadits dari Anas
bin Malik yang berbunyi,
Bahkan, ada juga tas’ir yang diwajibkan karena ketiga hal di atas.
137
produksi, dan tidak memberikan kesempatan kepada pihak pabrik dari tuntutan
lebih banyak dari hal itu, pada keadaan ia harus menjadi pembuatnya. Ini
termasuk tas’ir yang wajib. Demikian juga, apabila manusia (orang-orang)
membutuhkan orang yang membuatkan (memproduksi) alat-alat jihad (berupa
senjata, jembatan untuk perang, dan selainnya) untuk mereka, maka para
pekerja tersebut diberikan upah pekerja pada umumnya. Tidak memberikan
kesempatan para konsumen untuk menzalimi mereka dan para pekerja dari
tuntutan melebihi hak mereka dengan sebab kebutuhan orang atas mereka. Ini
termasuk tas’ir dalam pekerjaan.
a. Kezaliman kepada para penjual (yang diinginkan oleh individu yang hendak
memonopoli tadi agar menjual barangnya).
b. Kezaliman terhadap pembeli (yang akan membeli barang dari individu yang
hendak memonopoli).
4. Larangan al-Gharar/Terselubung
Definisi al-Gharar
Kata ”al-gharar“ dalam bahasa Arab adalah isim mashdar dari kata
( )غررyang berkisar pengertiannya pada kekurangan, pertaruhan (al-khathr) ,
serta menjerumuskan diri dalam kehancuran dan ketidakjelasan.
Adapun dalam terminologi syariat, pendapat para ulama dalam hal ini
hampir sama. Di antaranya adalah:
138
1. Imam as-Sahkhasi rahimahullahu menyatakan, “Al-Gharar adalah yang
terselubung (tidak jelas) hasilnya”.
2. Imam asy-Syairazi rahimahullahu menyatakan, ” Al-Gharar adalah yang
terselubung dan tidak jelas hasilnya”
3. Abu Ya’la rahimahullahu mendefinisikannya dengan sesuatu yang berada
antara dua perkara yang tidak jelas hasilnya.
4. Ibnu Taimiyah rahimahullahu menyatakan, “Al-Gharar adalah yang tidak
jelas hasilnya (Majhul al-‘Aqibah)”.
5. Sedangkan menurut Syekh as-Sa’di rahimahullahu, Al-Gharar adalah al-
mukhatharah (pertaruhan) dan al-jahalah (ketidakjelasan). Hal ini masuk
dalam perjudian.
Kaidah ini merupakan kaidah yang telah disepakati para ulama dalam
muamalah.
139
Di antara hal yang harus diperhatikan dalam mengenal al-gharar yang
terlarang adalah tidak boleh memahami larangan syariat Islam terhadap al-
gharar secara mutlak yang telah ditunjukkan oleh lafal larangan tersebut.
Namun, harus melihat dan meneliti maksud syariat dalam larangan tersebut,
karena hal tersebut dapat menutup pintu keleluasaan jual-beli dan itu tentunya
bukan tujuan syariat, sebab hampir semua bentuk muamalah tidak lepas dari
al-gharar.
Oleh karena itu, para ulama memberikan syarat bagi al-gharar yang
terlarang sebagai berikut:
1. Gharar-nya besar dan dominan pada akad transaksi (َكثِيْرا َ ًً ا ْلغَ َر ُر يَك ُْونَ أ َ ْن
َ )ا ْلعَ ْق ِد
َ علَى
ًً َ غا ِلبا
Dengan demikian, gharar yang sepele (sedikit) diperbolehkan dan tidak
merusak keabsahan akad. Ini perkara yang telah disepakati para ulama,
sebagaimana disampaikan Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid (2/155) dan
Imam Nawawi dalam al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab (9/258). Para ulama
memberikan contoh dengan masuk ke kamar mandi umum untuk mandi
dengan membayar. Ini mengandung gharar, karena orang berbeda dalam
penggunaan air dan lamanya tinggal di dalam. Demikian juga, persewaan
(rental) mobil untuk sehari atau dua hari, karena orang berbeda-beda dalam
penggunaannya dan cara pemakaiannya. Ini semua mengandung gharar,
namun dimaafkan syariat, karena gharar-nya tidak besar.
140
Kaidah yang disampaikan para ulama ini, harus terwujudkan kebutuhan
tersebut secara pasti dan tidak ada solusi syar’i lainnya. Apabila kebutuhan ini
telah menjadi kebutuhan umum, maka disejajarkan dengan darurat.
3. Mungkin menghindarinya tanpa susah payah (بًل الغرر من التحرز يمكن أن
)مشقة وال حرج
Imam Nawawi dalam al-Majmu’ (9/258) dan Ibnul Qayyim dalam
Zaad al-Ma’ad (5/820) menukilkan adanya ijma’ bahwa gharar yang tidak
mungkin dihindari, kecuali dengan susah payah, maka diperbolehkan.
141
Ibnul Qayyim rahimahullahu pun menyatakan, “Tidak semua gharar
menjadi sebab pengharaman. Apabila sepele (sedikit) atau tidak mungkin
dipisah darinya, maka keberadaan gharar tidak menjadi penghalang keabsahan
akad jual-beli, karena gharar (ketidakjelasan) yang ada pada pondasi rumah,
isi perut hewan yang mengandung, atau buah terakhir yang tampak menjadi
bagus sebagiannya saja, tidak mungkin dapat lepas darinya. Demikian juga,
gharar yang ada dalam hammam (pemandian umum) dan minuman dari bejana
dan sejenisnya adalah gharar yang sepele. Karenanya, keduanya tidak
mencegah jual-beli. Hal ini tentunya tidak sama dengan gharar yang banyak,
yang mungkin dapat dilepas darinya.”
4. Gharar yang dilarang hanya pada akad mu’awadhah (المنهي الغرر يكون أن
)المعاوضات عقود في عنه
Inilah pendapat imam Malik rahimahullahu dan dirajihkan oleh
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu.
ش ْع ٍر ِم ْن ُكبَّة يَ ِد ِه فِي َر ُجل فَقَا َم ْ ُ سو ُل فَقَا َل ِلي بَ ْرذَعَةً ِب َها ِأل
َ ص ِل َح َه ِذ ِه أ َ َخ ْذتُ فَقَا َل ُ َّللاِ َر
َّ
صلَّى َّ علَ ْي ِه
َ َُّللا َ سلَّ َم َ
َ ع ْب ِد َو ِلبَنِي ِلي كَانَ َما أ َّما َو
َ ب َّ ْ َ
ِ لَكَ ف ُه َو ال ُمط ِل
142
tabarru’at telah jelas. Akad mu’awadhah dilakukan oleh seseorang yang ingin
melakukan usaha dan perniagaan, sehingga disyaratkan pengetahuan dan
kejelasan yang tidak disyaratkan dalam akad tabarru’at. Hal ini terjadi, karena
akad tabarru’at yang dilakukan oleh seseorang, tidaklah untuk usaha, namun
untuk berbuat baik dan menolong orang lain.
b. Gharar berlaku juga pada akad tabarru’at; inilah pendapat mayoritas ulama.
Gharar yang ikut kepada asal adalah gharar yang dimaafkan, karena terdapat
kaidah bahwa sesuatu itu diperbolehkan apabila terikutkan dengan sesuatu
yang lain, sedangkan dia menjadi tidak boleh bila ia terpisahkan darinya
(hanya berdiri sendiri).
143
Dalam hadits ini pembeli diperbolehkan mengambil hasil talqih
tersebut, apabila talqih tersebut ada setelah pembeli mensyaratkannya.
144
لى النبي أن َ ُعلَ ْي ِه هللا
َّ ص َ سلَّ َم َو َ َوا ْل ُمنَابَذَة ا ْل ُم ًَل َم
َ س ِة ع َْن نَ َهى
3. Jual-beli calon anak dari janin yang dikandung ()الحبلة حبل بيع
145
4. Jual-beli buah sebelum tampak kepantasannya untuk layak
ِ صًلَ ِح َها بُ ُد ِو قَ ْبلًََ الثِ َم
dikonsumsi ( ار بَ ْي ُع َ )
Jual-beli ini terlarang dalam hadits yang berbunyi,
Hal tersebut disebabkan adanya kemungkinan rusak dan gagalnya hasil panen
buah tersebut sebelum pembeli dapat memanfaatkannya.
5. Asuransi
Asuransi (ta’min) adalah satu transaksi yang tidak pernah ada di zaman
dahulu. Asuransi didefinisikan sebagai sebuah sistem untuk merendahkan
kehilangan finansial dengan menyalurkan risiko kehilangan dari seseorang
atau badan ke lainnya.
146
Hikmah dilarangnya jual-beli kamuflatif atau yang mengandung unsur
“menjual kucing dalam karung” adalah karena jual-beli tersebut
mengakibatkan seseorang memakan harta orang lain dengan cara haram. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan hal itu dalam sabda beliau
tentang larangan menjual buah-buahan yang belum layak dikonsumsi atau
belum tumbuh,
“Tidakkah kalian berpikir, kalau Allah tidak mengijinkan buah itu untuk
tumbuh, dengan alasan apa si penjual memakan harta pembelinya?”
Jenis-jenis Gharar
Bila ditinjau pada terjadinya jual-beli, gharar terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Jual-beli barang yang belum ada (ma’dum), seperti jual-beli habal al-
habalah (jual-beli tahunan), yakni menjual buah-buahan dalam transaksi
selama sekian tahun. Buah-buahan tersebut belum ada, atau menjual buah
yang belum tumbuh sempurna (belum layak dikonsumsi).
Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, bahwa
ia menceritakan,
َاس كَان ُ َّع ْه ِد فِي الن َ سو ِل ُ َّللاِ َر َّ صلَّى َ َُّللا َّ علَ ْي ِه
َ سلَّ َمَ ار يَتَبَايَعُونَ َو َ اس َج َّد فَ ِإذَا الثِ َم ُ َّالن
يه ْم َو َحض ََر ِ اض ِ َع قَا َل تَق ُ اب إِنَّهُ ا ْل ُم ْبتَا َ ص َ َ صابَهُ ال ُّد َمانُ الث َّ َم َر أ َ َ صابَهُ ُم َراض أ َ َ قُشَام أ
سو ُل فَقَا َل بِ َها يَحْ ت َ ُّجونَ عَا َهات َّ صلَّى
ُ َّللاِ َر َ َُّللا َّ علَ ْي ِه َ صو َمةُ ِع ْن َدهُ َكث ُ َرتْ لَ َّما َو
َ سلَّ َم ُ فِي ا ْل ُخ
َح يَ ْبد َُو َحتَّى تَتَبَايَعُوا فَ ًَل َال فَ ِإ َّما ذَ ِلك ُ ص ًَلَ الث َّ َم ِر
147
Demikianlah, dengan melarang jual-beli ini, Islam memutus
kemungkinan terjadinya kerusakan dan pertikaian. Dengan cara itu pula, Islam
memutuskan berbagai faktor yang dapat menjerumuskan umat ini ke dalam
kebencian dan permusuhan dalam kasus jual-beli tersebut.
Kesimpulannya:
Bisa jadi, objek penjualan itu tidak diketahui secara mutlak, seperti bila
seorang penjual mengatakan, “Saya jual sebuah mobil kepada Anda.” Bisa
juga, sesuatu yang tidak diketahui namun tertentu jenis atau ukurannya, seperti
yang dikatakan seorang penjual, “Saya jual seluruh isi rumah saya kepada
Anda,” atau, “Saya jual kepada Anda seluruh buku-buku perpustakaan saya,”
dan sejenisnya.
Atau bisa juga sesuatu yang tidak diketahui macam dan kriterianya,
namun jenis dan ukurannya diketahui, seperti yang dikatakan seorang penjual,
“Saya jual kepada Anda pakaian yang ada dalam buntelan kainku,” atau,
“Saya jual kepada Anda budak milik saya.”
Seperti jual-beli budak yang kabur atau jual-beli mobil yang dicuri.
Ketidakjelasan ini juga terjadi pada harga, barang, dan pada akad jual-belinya.
Ketidakjelasan pada harga dapat terjadi pada jumlahnya, seperti segenggam
dinar. Sedangkan, ketidakjelasan pada barang– seperti dijelaskan di atas–dan
ketidakjelasan pada akad, seperti menjual dengan harga sepuluh rupiah bila
kontan dan dua puluh rupiah bila diangsur, tanpa menentukan salah satu dari
keduanya sebagai pembayarannya.
Seperti juga jual-beli unta yang sudah hilang, ikan yang ada dalam air,
dan burung yang terbang di langit. Bentuk penjualan ini ada yang dipastikan
haram dan ada juga yang masih diperdebatkan. Di antara yang masih
diperdebatkan adalah menjual barang jualan sebelum berada di tangan.
148
Menurut hukumnya, jual-beli yang mengandung unsur gharar ada tiga macam,
yaitu:
149
3. Yang masih diperselisihkan, apakah diikutkan pada bagian yang
pertama atau kedua.
150
oleh Undang-Undang Solon yang membatasi besarnya riba maksimum 12
% dari pokok utang. Pembatasan ini disebutkan juga dalam Undang-Undang
Loh Dua Belas. Raja Justinian memberikan batas maksimum besarnya riba
sekitar 12% untuk para pedagang dan sesamanya, sedang bagi para
bangsawan hanya 4%. Filsuf-filsuf Yunani yang menentang riba ialah
Plato dan Aristoteles.
Di kalangan bangsa Yahudi, terdapat syari’at Nabi Musa yang melarang
mereka memungut riba atas piutang yang mereka berikan kepada orang-
orang miskin. Larangan tersebut berlaku juga bila mereka memberikan
pinjaman kepada orang-orang yang tidak sebangsa. Tetapi, ketentuan ini
kemudian mereka ubah, larangan memungut riba hanya mereka laksanakan di
kalangan sesama bangsa Yahudi, bila terdapat orang-orang miskin yang
memerlukan pertolongan pinjaman uang harus mereka berikan, guna
melonggarkan kesempitan-kesempitan hidup yang dialami oleh saudaranya
sesama bangsa Yahudi. Dalam sejarah berikutnya, setelah perdagangan
makin meluas, pasaran mereka pun ramai, maka berlakulah kebiasaan
utang-piutang dengan memakai riba dan jaminan barang (gadai).
B. Pengertian Riba
C. Macam-macam Riba
151
Yaitu tukar menukar barang sejenis yang barangnya sama, tetapi jumlahnya
berbeda, misalnya menukar 10 kg beras dengan 11 kg beras. Barang yang
sejenis, misalnya beras dengan beras, uang dengan uang, emas dengan emas.
2. Riba Qardi
Yaitu utang piutang dengan menarik keuntungan bagi piutangnya, misalnya,
seseorang berutang Rp. 25.000,- dengan perjanjian akan dibayar Rp. 26.000,-
atau seperti rentenir yang meminjamkan uangnya dengan pengembalian 30%
perbulan.
3. Riba Yadh
Yaitu jual beli yang dilakukan seseorang sebelum menerima barang yang
dibelinya dari si penjual dan tidak boleh menjualnya lagi kepada siapapun,
sebab barang yang dibeli belum diterima dan masih dalam ikatan jual beli
yang pertama.
4. Riba Nasa’i
Yaitu melebihkan pembayaran barang yang diperjualbelikan atau diutangkan
karena dilambatkan waktu pembayaran. Misalnya, menjual emas seharga Rp.
200.000,- jika dijual tunai, dan menjual seharga Rp. 300.000,- jika diangsur
(kredit).[4]
D. Dalil Riba
Dalil-dalil yang Mengharamkan Riba dari Al qur’an, dan As-sunnah.
1. Dalam Al-Qur’an Allah ta’ala berfirman[QS. Al-Baqarah: 275]. :
152
Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah.”
4. Dalam Hadits Rasulullah saw. Bersabda :
Artinya : “Satu dirham uang riba yang dimakan seseorang, dan orang tersebut
mengetahuinya dosa perbuatan tersebut lebih berat dari pada dosa tiga puluh
enam kali zina.”[ riwayat Ahmad].
153
2. Seseorang meminjamkan uang sebanyak Rp.100.000,00 dengan syarat
dikembalikan ditambah 10 persen dari pokok pinjaman, maka 10 persen
dari pokok pinjaman adalah riba sebab tidak ada imbangannya.
3. Seseorang menukarkan seliter beras ketan dengan dua liter beras dolog,
maka pertukaran tersebut adalah riba sebab beras harus ditukar dengan
beras sejenis dan tidak boleh dilebihkan salah satunya. Jalan keluarnya
ialah beras ketan dijual terlebih dahulu dan uangnya digunakan untuk
membeli beras dolog.
4. Seseorang yang akan membangun rumah membeli batu bata, uangnya
diserahkan tanggal 5 Desember 1996, sedangkan batu batanya diambil
nanti ketika pembangunan rumah dimulai, maka perbuatan tersebut adalah
perbuatan riba sebab terlambat salah satunya dan berpisah sebelum serah
terima barang.
5. Seseorang yang menukarkan 5 gram emas 22 karat dengan 5 gram emas 12
karat termasuk riba walaupun sama ukurannya tetapi berbeda nilai
(harganya) atau menukarkan 5 gram emas 22 karat dengan 10 gram emas
12 karat yang harganya sama, juga termasuk riba sebab walaupun
harganya sama ukurannya tidak sama.
G. Hukum Riba
Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah.”
Pada periode Madina, turun ayat yang mengharamkan riba secara
jelas-jelas yaitu seperti tercantum dalam Qur’an surat Al-Imran ayat 130
yang berbunyi :
154
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba
dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan. ”.
[228] Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian
besar ulama bahwa Riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak
berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah
ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan.
Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis,
tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan
mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi
dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba
nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab
zaman jahiliyah.
Riba yang dimaksud dalam ayat diatas ialah riba nasi’ah yang
berlipat ganda yang umumnya terjadi pada masyarakat Arab zaman
Jahiliyah. Menurut sebagian besar ulama, bahwa riba nasi’ah itu
selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda.
Fatwa-fatwa Kontemporer
Hal ini telah disinyalir di dalam Al Qur'an dan As Sunnah serta telah
disepakati oleh umat. Cukuplah kiranya jika Anda membaca firman Allah
Ta'ala (Al Baqarah: 276) berikut ini:
155
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman.
279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
156
Kemudian mengenai riba, Jabir bin Abdillah r.a. meriwayatkan:
Artinya : "Rasulullah saw. melaknat orang yang makan riba dan yang
memberi makan dari hasil riba, dua orang saksinya, dan penulisnya." (HR
Ahmad, Abu Daud' Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Sementara itu, dalam riwayat lain disebutkan:
Artinya : "Orang yang makan riba, orang yang memben makan dengan
riba, dan dua orang saksinya --jika mereka mengetahui hal itu-- maka
mereka itu dilaknat lewat lisan Nabi Muhammad saw. hingga hari kiamat."
(HR Nasa'i)
Artinya : "Sungguh akan datang pada manusia suatu masa yang pada
waktu itu tidak tersisa seorangpun melainkan akan makan riba;
barangsiapa yang tidak memakannya maka ia akan terkena debunya." (HR
Abu Daud dan Ibnu Majah)
Kondisi seperti ini tidak dapat diubah dan diperbaiki hanya dengan
melarang seseorang bekerja di bank atau perusahaan yang
mempraktekkan riba. Tetapi kerusakan sistem ekonomi yang
disebabkan ulah golongan kapitalis ini hanya dapat diubah oleh sikap
seluruh bangsa dan masyarakat Islam. Perubahan itu tentu saja harus
diusahakan secara bertahap dan perlahan-lahan sehingga tidak
menimbulkan guncangan
perekonomian yang dapat menimbulkan bencana pada negara dan bangsa.
Islam sendiri tidak melarang umatnya untuk melakukan perubahan
secara bertahap dalam memecahkan setiap permasalahan yang pelik.
Cara ini pernah ditempuh Islam ketika mulai mengharamkan riba,
khamar, dan lainnya. Dalam hal ini yang terpenting adalah tekad dan
kemauan bersama, apabila tekad itu telah bulat maka jalan pun akan
terbuka lebar.
157
Sebagai contoh perbandingan, di dunia ini terdapat beberapa negara
yang tidak memberlakukan sistem riba, yaitu mereka yang berpaham
sosialis.
Di sisi lain, apabila kita melarang semua muslim bekerja di bank, maka
dunia perbankan dan sejenisnya akan dikuasai oleh orang-orang
nonmuslim seperti Yahudi dan sebagainya. Pada akhirnya, negara-negara
Islam akan dikuasai mereka.
Terlepas dari semua itu, perlu juga diingat bahwa tidak semua
pekerjaan yang berhubungan dengan dunia perbankan tergolong riba.
Ada diantaranya yang halal dan baik, seperti kegiatan perpialangan,
penitipan, dan sebagainya; bahkan sedikit pekerjaan di sana yang
termasuk haram. Oleh karena itu, tidak mengapalah seorang muslim
menerima pekerjaan tersebut --meskipun hatinya tidak rela-- dengan
harapan tata perekonomian akan mengalami perubahan menuju kondisi
yang diridhai agama dan hatinya. Hanya saja, dalam hal ini hendaklah
ia rnelaksanakan tugasnya dengan baik, hendaklah menunaikan kewajiban
terhadap dirinya dan Rabb-nya beserta umatnya sambil menantikan
pahala atas kebaikan niatnya:
.
RIBA PADA BUNGA BANK
Dalam bahasa Arab bunga bank itu disebut dengan fawaid. Fawaid
merupakan bentuk plural dari kata ‘faedah’ artinya suatu manfaat.
Seolah-olah bunga ini diistilahkan dengan nama yang indah sehingga
membuat kita tertipu jika melihat dari sekedar nama. Bunga ini adalah
bonus yang diberikan oleh pihak perbankan pada simpanan dari nasabah,
yang aslinya diambil dari keuntungan dari utang-piutang yang dilakukan
oleh pihak bank.
Apapun namanya, bunga ataukah fawaid, tetap perlu dilihat hakekatnya.
Keuntungan apa saja yang diambil dari utang piutang, senyatanya itu
adalah riba walau dirubah namanya dengan nama yang indah. Inilah riba
yang haram berdasarkan Al Qur’an, hadits dan ijma’ (kesepakatan) ulama.
Para ulama telah menukil adanya ijma’ akan haramnnya keuntungan
bersyarat yang diambil dari utang piutang. Apa yang dilakukan pihak bank
158
walaupun mereka namakan itu pinjaman, namun senyatanya itu bukan
pinjaman. Mufti Saudi Arabia di masa silam, Syaikh Muhammad bin
Ibrahim rahimahullah berkata,
“Secara hakekat, walaupun (pihak bank) menamakan hal itu qord (utang
piutang), namun senyatanya bukan qord. Karena utang piutang
dimaksudkan untuk tolong menolong dan berbuat baik. Transaksinya
murni non komersial. Bentuknya adalah meminjamkan uang dan akan
diganti beberapa waktu kemudian. Bunga bank itu sendiri adalah
keuntungan dari transaksi pinjam meminjam. Oleh karena itu yang
namanya bunga bank yang diambil dari pinjam-meminjam atau
simpanan, itu adalah riba karena didapat dari penambahan (dalam
utang piutang). Maka keuntungan dalam pinjaman dan simpanan boleh
sama-sama disebut riba.”
Dari penjelasan di atas, jangan tertipu pula dengan akal-akalan yang
dilakukan oleh perbankan Syari’ah di negeri kita. Kita mesti tinjau dengan
benar hakekat bagi hasil yang dilakukan oleh pihak bank syari’ah, jangan
hanya dilihat dari sekedar nama. Benarkah itu bagi hasil ataukah memang
untung dari utang piutang (alias riba)? Bagaimana mungkin pihak bank
syariah bisa “bagi hasil” sedangkan secara hukum perbankan di negeri
kita, setiap bank tidak diperkenankan melakukan usaha? Lalu bagaimana
bisa dikatakan ada bagi hasil yang halal? Bagi hasil yang halal mustahil
didapat dari utang piutang.
Hanya Allah yang memberi taufik.
"MUI sudah lebih dulu soal hukum itu, tahun 2003. Itu berlaku untuk
semua bunga bank," Menurut Kiai Ma'ruf, agar masyarakat terhindar dari
hukum haram bunga bank, sementara tetap bisa menyimpan uangnya
dengan aman, bank syariah bisa menjadi solusinya. Sebab, hukum
keharaman bunga bank itu tidak sekedar adanya timbal-balik dari
159
simpanan kita, tetapi juga dana yang kita simpan di bank yang juga
digunakan untuk upaya riba.
"Dulu, sebelum ada bank syariah, kita menyimpan dana di bank karena
alasan darurat. Kalau hukumnya ya tetap saja sama, bunga bank itu ya
haram. Kalau sekarang, setelah ada bank syariah, harus dipindahkan ke
bank syariah, bank tanpa bunga," terangnya.
Bagaimanakah hukum jual beli saham seperti yang ada di BEJ ? halal atau
haramkah?
Jawab:
160
2. Perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut bergerak dalam usaha
yang dihalalkan oleh syariat, dan tidak menjalankan usaha haram walau
hanya sebagian kecil dari kegiatan perusahaan. Sebab, pemilik saham -
seberapapun besarnya- adalah pemilik perusahaan tersebut, sehingga ia
ikut bertanggung jawab atas setiap usaha yang dijalankan oleh perusahan
tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,
Pertanyaan:
Apa hukum syariat yang lurus ini tentang jual beli saham perusahaan,
misalnya perusahaan angkutan umum, perusahaan semen Qasim,
perusahaan ikan As-Saudiah dan perusahaan-perusahaan lainnya yang
telah dibuka oleh negara guna kemanfaatan bangsa dan rakyat? Dan apa
hukumnya memperjualbelikan saham-saham tersebut secara kontan? Dan
bila dibolehkan, maka apa hukumnya memperjualbelikannya dengan cara
kredit, misalnya seseorang ingin membeli seribu (1.000) lembar saham
dengan harga SR 160.000,- (seratus enam puluh ribu reyal), dan ia
membayar SR 100.000,- secara kontan, sedangkan sisanya, yaitu SR
60.000,- (enam puluh ribu reyal) akan dibayar dengan cicilan setiap bulan,
selama satu tahun, apakah transaksi ini dibolehkan?
Jawaban:
Bila saham-saham tersebut tidak mewakili uang tunai, baik secara
keseluruhan atau kebanyakannya, akan tetapi mewakili aset berupa tanah,
atau kendaraan atau properti dan yang serupa, dan aset tersebut telah
diketahui oleh masing-masing penjual dan pembeli, maka boleh untuk
memperjualbelikannya, baik dengan pembayaran kontan atau dihutang
161
dengan sekali pembayaran atau dicicil dalam beberapa pembayaran, hal ini
berdasarkan keumuman dalil-dalil yang membolehkan jual beli.
Pertanyaan:
Tidak asing lagi bagi Anda, bahwa umat Islam pada masa sekarang ini
telah banyak tergoda oleh harta kekayaan, terutama di negeri ini -semoga
Allah senantiasa menjaganya dari segala petaka- dimana perusahaan-
perusahaan umum/publik yang menjual sahamnya telah banyak. Demikian
juga, orang yang ikut andil menanamkan modal padanya banyak pula. Dan
kebanyakan mereka tidak mengetahui, apakah menanamkan modal
padanya haram atau halal. Oleh karenanya, kami mohon fatwa dari Anda,
semoga Allah membalas kebaikan Anda. Sedikit memberikan info, bahwa
perusahaan-perusahaan ini ada yang bergerak dalam bidang produksi,
layanan umum, perniagaan, misalnya: perusahaan transportasi, atau
perusahaan semen dan lainnya. Akan tetapi, perusahaan-perusahaan
tersebut menyimpan hasil keuntungannya di bank-bank, dan mereka
mendapatkan bunga darinya, dan bunga tersebut dianggap sebagai bagian
dari keuntungan, yang kemudian pada gilirannya mereka membaginya
kepada para nasabah (pemilik saham). Kami mengalami kebingungan
dalam hal ini, karenanya kami mengharapkan fatwa dari Anda. Semoga
Allah membalas jasa Anda dengan kebaikan.
Jawaban:
Pertama: Menabungkan uang di bank dengan bunga adalah haram
hukumnya.
Kedua: Perusahaan-perusahaan yang menabungkan uangnya di bank
dengan bunga, tidak dibolehkan bagi orang yang mengetahuinya untuk
ikut andil menanam saham padanya.
Pertanyaan:
Apakah boleh ikut serta menanam modal pada perusahaan-perusahaan dan
badan usaha yang menjual sahamnya secara terbuka ke masyarakat,
sedangkan kami merasa curiga bahwa perusahaan-perusahaan atau badan
usaha-badan usaha tersebut melakukan praktik riba dalam berbagai
transaksinya, sedangkan kami belum mampu untuk membuktikannya?
Perlu diketahui, bahwa kami juga tidak mampu untuk membuktikannya,
kami hanya mendengar hal itu dari pembicaraan orang lain.
Jawaban:
Perusahaan atau badan usaha yang tidak menjalankan praktik riba, tidak
juga hal haram lainnya, boleh untuk ikut serta menanamkan saham
padanya. Adapun perusahaan yang menjalankan praktik riba atau suatu
transaksi haram lainnya, maka haram untuk ikut andil menanam saham
padanya. Dan bila seorang muslim meragukan perihal suatu perusahaan,
maka yang lebih selamat ialah dengan tidak ikut menanam saham padanya,
sebagai penerapan terhadap hadits berikut,
162
Artinya : “Barang siapa menghindari syubhat, berarti ia telah menjaga
agama dan kehormatannya.” (HR. Al-Bukhary dan Muslim).
Pertanyaan:
Apa hukumnya menanam saham di perusahaan dan bank? Dan apakah
boleh bagi seorang penanam modal pada suatu perusahaan atau bank untuk
menjual saham miliknya seusai ia menanamkannya di kantor-kantor
penjualan dan pembelian saham, yang amat dimungkinkan harga jualnya
melebihi harga saham pada saat ia menanamkannya? Dan apa hukum
keuntungan yang didapat oleh pemegang saham pada setiap tahun dari
keseluruhan saham yang ia miliki?
Jawaban:
Menanamkan modal di bank atau perusahaan yang bertransaksi dengan
cara riba tidak boleh, dan bila penanam modal hendak melepaskan dirinya
dari keikutsertaannya dalam perusahaan riba tersebut, maka hendaknya ia
melelang sahamnya dengan harga yang berlaku di pasar modal, kemudian
dari hasil penjualannya ia hanya mengambil modal asalnya, sedangkan
sisanya ia infakkan di berbagai jalan kebaikan. Tidak halal baginya untuk
mengambil sedikitpun dari bunga atau keuntungan sahamnya.
Adapun menanamkan modal di perusahaan yang tidak menjalankan
transaksi riba, maka keuntungan yang ia peroleh adalah halal.
Wabillahit taufiq, dan semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya
Fatwa al-Majma’ al-Fiqhy al-Islamy (Badan Fiqih Islam) di bawah
Organisasi Rabithah Alam Islami.
Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi yang tiada nabi setelahnya, yaitu pemimpin kita sekaligus
nabi kita Muhammad, dan kepada keluarga, dan sahabatnya.
Amma ba’du:
Sesungguhnya anggota rapat Al-Majma’ al-Fiqhy di bawah Rabithah Alam
Islami pada rapatnya ke-14, yang diadakan di kota Makah al-Mukarramah,
dan dimulai dari hari Sabtu tanggal 20 Sya’ban 1415 H yang bertepatan
dengan tanggal 21 Januari 1995 M, telah membahas permasalahan ini (jual
beli saham perusahaan-pen) dan kemudian menghasilkan keputusan
berikut:
1. Karena hukum dasar dalam perniagaan adalam halal dan mubah, maka
mendirikan suatu perusahaan publik yang bertujuan dan bergerak dalam
hal yang mubah adalah dibolehkan menurut syariat.
2. Tidak diperselisihkan akan keharaman ikut serta menanam saham pada
perusahaan-perusahaan yang tujuan utamanya diharamkan, misalnya
bergerak dalam transaksi riba, atau memproduksi barang-barang haram,
atau memperdagangkannya.
3. Tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk membeli saham
perusahaan atau badan usaha yang pada sebagian usahanya menjalankan
praktik riba, sedangkan ia (pembeli) mengetahui akan hal itu.
4. Bila ada seseorang yang terlanjur membeli saham suatu perusahaan,
sedangkan ia tidak mengetahui bahwa perusahaan tersebut menjalankan
transaksi riba, lalu dikemudian hari ia mengetahui hal tersebut, maka ia
wajib untuk keluar dari perusahaan tersebut.
163
Keharaman membeli saham perusahaan tersebut telah jelas, berdasarkan
keumuman dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah yang mengharamkan riba.
Hal ini dikarenakan, membeli saham perusahaan yang menjalankan
transaksi riba sedangkan pembelinya telah mengetahui akan hal itu, berarti
pembeli telah ikut andil dalam transaksi riba. Yang demikian itu karena
saham merupakan bagian dari modal perusahaan, sehingga pemiliknya ikut
memiliki sebagian dari aset perusahaan. Sehingga seluruh harta yang
dipiutangkan oleh perusahaan dengan mewajibkan bunga atau yang harta
dihutang oleh perusahaan dengan ketentuan membayar bunga, maka
pemilik saham telah memiliki bagian dan andil darinya. Hal ini disebabkan
orang-orang (pelaksana perusahaan-pen) yang menghutangkan atau
menerima piutang dengan ketentuan membayar bunga, sebenarnya adalah
perwakilan dari pemilik saham, dan mewakilkan seseorang untuk
melakukan pekerjaan yang diharamkan hukumnya tidak boleh.
A. LATAR BELAKANG
164
Seluruh anggota manusia bergantung kepada yang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Ketergantungan mutualistik dalam kehidupan individu dan
sosial di antara manusia telah melahirkan sebuah proses evolusi gradual dalam
pembentukan sistem pertukaran barang dan pelayanan. Dengan semakin
berkembangnya peradaban manusia dari zaman ke zaman, sistem
pertukaran ini berevolusi dari aktivitas yang tradisional kepada aktivitas
ekonomi yang modern.
Salah satu permasalahan yang berkembang dewasa ini dan belum banyak
dibahas ulama fikih zaman klasik adalah persoalan ekonomi. Walaupun secara
umum persoalan ekonomi ini dapat dimasukan ke dalam persolaan fikih
muamalah, namun secara rinci kadang-kadang perkembangan sistem,
mekanisme dan objek transaksi dalam bidang ini sangat berbeda dengan yang
ditemui dalam fikih muamalah klasik.
Pada tahun 20-an terjadi great depression yang melanda perekonomian dunia.
Hal tersebut mendorong munculnya sebuah pemikiran baru dalam dunia
perekonomian. Sistem prekonomian yang ada tidak mampu menjawab
persoalan depresi dan pengangguran. Keynes menegaskan pemerintah perlu
meningkatkan govermant spending untuk menggairahkan kehidupan ekonomi
yang ada. Dengan adanya peningkatan tersebut, diharapakan konsumsi yang
dilakukan oleh masyarakat mengalami peningkatan levvel income jika hal itu
terjadi, perekonomian diindikasikan mengalami pertumbuhan.
165
Menurut pengamat ekonomi, pertumbuhan ekonomi diindikasikan dengan
sebuah upaya untuk meningkatkan level of income masyarakat dan individu
dalam jangka panjang. Yang diiringi dengan meminimalisir tingkat
kemiskinan dan menghindari kerusakan distribusi kekayaan masyarakat.
B. PENGERTIAN OBLIGASI
Secara etimologi, kata obligasi berasal dari bahasa belanda obligatie yang
berarti hutang atau kewajiban,atau diartikan dengan surat hutang
(sehuldrief). Secara terminology disebut obligaatie lenning yang berarti surat
tanda bukti pinjaman uang yang dikeluarkan oleh suatu perseroan atau
badan hukum lain yang dapat di perdagangkan dengan cara
menyerahkan surat tersebut.
Dalam bahasa inggris, istilah obligasi juga disebut dengan bond yang berarti
surat hutang atau jaminan hutang.
Dari beberapa definisi di atas terlihat adanya beberapa unsure dalam obligasi
yang dapat dilihat dari aspek emiten/sipenerbit, atas dasar bunga, pemegang
dan aspek jangka waktu yang ditetapkan , apakah dihitung berdasarkan waktu
minimal dan maksimal, atau ditetapkan secara kualitatif. Jadi obligasi adalah
bukti hutang dari emiten yang ditanggung dengan membayar bunga yang
166
telah ditentukan dan pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.
C. JENIS-JENIS OBLIGASI
Ditinjau dari segi jaminan atau hak klaim, dapat juga dibedakan menjadi
dua,
Pertama obligasi jaminan (secured bonds) adalah obligasi yang dijamin
dengan jaminan tertentu. Jenis obligasi ini antara lain obligasi dengan garansi
(guranted bonds), obligasi dengan jaminan harta (mortgage bonds), obligasi
dengan jaminan efek (collateral trust bonds) dan obligasi jaminan peralatan
(equipment bonds). Kedua, obligasi tanpa jaminan (unsecured bonds) adalah
obligasi yang diberikan hanya berbentuk kepercayaan semata, misalnya
debiture bonds yang merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
167
D. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI OBLIGASI
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
[287] Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.
(An-Nisa: 29)
b. Pelaku akad adalah orang yang berakal dan dapat membedakan dan
memilih yang baik untuk dilakukan berdasarkan firman Allah :
168
Artinya : Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan
(janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa.
barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan
diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka
bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu
menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi
(tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas
(atas persaksian itu).
[269] Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha
mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
(An-Nisa’: 6)
Kecuali perdagangan tunai yang kalian jalankan di antara kalian, maka tidak
mengapa kalau kalian tidak menjalankannya
169
d. Objek transaksi tidak boleh yang haram baik menurut zat maupun sifatnya
berdasarkan hadist berikut
Dari seluruh prinsip hukum Islam mengenai jual beli sebagai mana tersebut
diatas, maka yang sangat relevan untuk dijadikan pertimbangan dalam
menetapkan hukum transaksi jual-beli obligasi adalah hadist yang disebut
terakhir.
Dalam akad syirkah dan mudarobah, para pelaku bisa ikut serta dalam
kepemilikan perusahaan, begitu pula memungkinkan untk mendapatkan
untung dan rugi. Sedangkan dalam obligasi pihak penyandang dan (investor)
hanya memberi pinjaman kepada emiten yang menerbitkan obligasi dengan
imbalan bungan tertentu dan dalam limit waktu tertentu pula. Oleh sebab itu.
Titik focus ulama dalam masalah ini berkaitan dengan adanya imbalan
bungan pada obligasi tersebut. Adapun istilah obligasi dalam term fikih
kontemporer, pendapat Abd al-Aziz Fahmi Haikal, disebut al-asnad, yaitu.
“surat atau kertas berharga yang diterbitakan oleh pemerintah yang memiliki
jangka waktu lama atau pemerintah diharskan membayar nominal pinjaman
setelah melalui jangka waktu tertentu, dan tidak dibenarkan bagi peminjam
menukar jumlah bunga tetap sampai beralihnya bunga pokok pinjaman kepada
pemilik modal”
170
Pakar ekonomi Islam mesir. Ali Jaml al-din, mendefinisikan syahadah al-
istismar sebagai surat berharga yang menetapkan hak bagi pemilik modal
untuk meminjam dana bagi depeson dimana pihak peminjam tunduk aturan
pengembalian dana tersebut keapda pemilik modal.
c. Memberikan zakat
Agar lebih terarah dan dipahami, pengertian riba. Secara bahasa riba berarti al-
ziyadah atau tambahan dan al-fadl atau kelebihan, sebagai mana firman
Allah(QS. 41/Fushilat : 39);
171
Dalam beberapa decade, tidak ada masalah yang muncul menyangkut
pemahaman tentang riba nasi’ah dikalangan ulama. Karena itu perhatian
meraka tertuju kepada benda-benda yang boleh atau tidak bolah diakadkan
secara riba. Sebuah hadist yang menjadi sandaran ulama untuk menerangkan
riba adalah :
Setelah memperhatikan hadist diatas, jelaslah bahwa objek yang dilarang itu
adalah adanya kelebihan dari jual-beli benda yang sejenis. Para ulama berbeda
dalam melihat jenis apa saja yang dilarang. Ulama Hanafi dan Hambali
berpendapat bahwa emas dan perak merupakan symbol barang tambang dan
keempat jenis lainnya merupakan jenis barang tambang yang ditakar. Ulama
Maliki dan syafi’i berpendapat bahwa emas dan perak symbol dari uang
sedang keempat jenis lainnya merupakan symbol makanan. Artinya, bagi
golongan pertama, hutang benda sejenis yang dapat ditimbang dan ditakar
tidak boleh ada kelebihan ketika melunasinya atau pengangsuran. Bagi
golongan kedua, kelebihan tidak boleh terjadi pada hutang benda sejenis
berupa uang atau makanan.
[228] Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian besar
ulama bahwa Riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat
172
ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah
pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl
ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak
jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti
penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang
dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi
dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
Negara Indonesia menjelang akhir abad ke-20 dilanda oleh krisis yang
berkepanjangan. Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak juli 1997
semakin memperbruk struktur perekonomian Indonesia, bahkan kini tengah
mengalami krisis yang bersifat multidimensional. Mencermati kondisi ini,
pemerintah Indonesia mencoba melirik sumber dana lainnya untuk
merekostruksi bangunan ekonomi nasional yang semakin sembrawut. Hal ini
ditandai dengan munculnya obligasi pemerintah yang digunakan untuk
merekapitulasi Bank-bank sakit.
Dalam hukum Islam dijelaskan bahwa bila suatu kondisi darurat dan hajat
yang mendesak, maka hukum asal menempati hukum dalam kondisi darurat
atau hajat tersebut, karena sesuatu dalam keadaan darurat itu berada pada
posisi terpaksa, sesuai dengan firman allah Al-An’am : 119 yang berbunyi :
173
Artinya : Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal)
yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,
kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya kebanyakan
(dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa
nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang melampaui batas.
Hukum obligasi berada pada posisi syubat. Bahwa dalam keadaan tertentu
dapat saja terjadi kerugian dari pihak debitur. Walau kemungkinan kecil. Ini
merupakan indikasi terhadap larangan obligasi menurut pendapat tersebut.
Sedangkan kebolehannya, bila debitur beruntung. Atas dasar ini pendapat
yang mengemukakan bahwa obligasi syubat. Penulis berpendapat bahwa
adanya indicator untung rugi bukanlah termasuk kepada bagian struktur modal
melalui obligasi, tetapi pada effek saham, melalui suplly and demand.
E. KESIMPULAN
1. Prinsip-prinsip jual beli menurut hukum Islam adalah Suka sama suka;
Pelaku akad adalah orang yang berakal dan dapat membedakan dan
memilih yang baik untuk dilakukan; Cara pelaksanaan transaksi jual-beli
berkenaan dengan perlunya pencatatan saksi dan neraca atau takaran;
Objek transaksi tidak boleh yang haram baik menurut zat maupun sifatnya.
2. Perbandingan transaksi obligasi dengan bentuk-bentuk muamalah lainnya
adalah akad syirkah dan mudarobah, para pelaku bisa ikut serta dalam
kepemilikan perusahaan, begitu pula memungkinkan untk mendapatkan
untung dan rugi. Sedangkan dalam obligasi pihak penyandang dan
(investor) hanya memberi pinjaman kepada emiten yang menerbitkan
174
obligasi dengan imbalan bungan tertentu dan dalam limit waktu tertentu
pula.
3. Unsur bunga (riba) dalam transaksi obligasi adalah keuntungan baik
melalui laba bersih atau keutungan transaksi obligasi semata-mata
dipergunakan untuk mengatasi suatu bentuk kesulitan yang berada di
posisi darurat. Dengan kembali normalnya kondisi sulit itu. Maka sumber
pembiayaan prekonomian menggunakan instrument lainnya yang benar-
benar bebas dari bunga.
Definisi Perjudian
Kata ( )الميسرdalam etimologi bahasa Arab adalah kata mashdar mimi dari
kata ( )يسرseperti kata ( )الموعدdari ()وعد.
Kesimpulannya, kata al-maisir (perjudian) dari sisi bahasa mencakup dua hal:
1. Ia adalah usaha mendapatkan harta tanpa susah payah.
2. Ia adalah cara mendapatkan harta dan sebab menjadi kaya (berkecukupan).
Yaitu, semua muamalah yang dilakukan manusia dalam keadaan tidak jelas
akan beruntung atau merugi sekali (spekulatif). Kalau begitu, al-maisir
(perjudian) mencakup semua muamalah yang terjadi dengan ketidakjelasan
apakah untung atau buntung. Sehingga, ketentuan dasar al-maisir (perjudian)
adalah semua muamalah yang membuat orang yang melakukannya berada
dalam ketidakjelasan antara untung dan rugi, yang bersumber dari al-gharar
serta spekulasinya, dan hal itu menjadi sebab terjadinya permusuhan dan
kebencian di antara manusia.
175
“Seorang ingin membeli barang untuk dijual”. Barang tersebut dibeli untuk
mendapatkan keuntungan, lalu ia membelinya dan mendapatkan barang
tersebut. Di sini ada spekulasi, apakah ia akan untung atau tidak? Namun,
spekulasi ini tidak dilarang dalam syariat, sebab semua orang yang membeli
barang untuk mendapatkan keuntungan pasti menjumpai spekulasi
(mendapatkan untung ataukah tidak).
Oleh karena itu, para ahli fikih menyatakan, “Syariat Islam tidak meniadakan
dan mengharamkan semua jenis spekulasi. Bahkan, tidak ada muamalah
maliyah tanpa ada unsur spekulasinya, sebab spekulasi bermacam-macam
jenisnya. Spekulasi dalam perniagaan tidak diharamkan karena pembeli
mendapatkan barang.“
Beliau juga berkata, “Demikian juga, setiap orang yang membeli barang
dengan berharap mendapatkan keuntungan dan takut rugi, tergolong pada
spekulasi yang diperbolehkan di dalam al-Quran, as-Sunnah, dan ijma’.”
Al-maisir (perjudian) merupakan satu amalan yang ada pada zaman jahiliyah
dalam beberapa bentuk aplikasi:
a. Melakukan al-maisir (perjudian) dan al-qimar dalam perlombaan dan rihan
(taruhan).
b. Melakukan al-maisir (perjudian) dalam muamalah.
“Di antara perjudian ahli jahiliyah adalah menjual hewan hidup dengan daging
serta dengan satu dan dua kambing.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam
al-Muwaththa’)
176
- Al-qimar adalah saling mengalahkan dan spekulatif pada harta.
- Al-maisir (perjudian) mencakup semua jenis mukhatharah (spekulasi), baik
dalam pertukaran (mu’awadhah) atau bukan. Terkadang, ada pertukaran harta
dan terkadang tidak ada. Oleh karena itu, Ibnul Qayyim rahimahullahu-–
mengikuti pendapat
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah–, menyatakan,
ُ َسل
ف َّ ط َرةٍ ِف ْي ِه َما ُك ِِّل َع ْن ِبالَ َم ْيس ِِر يُ َع ِبِّ ُر ْونَ كَانُ ْوا اَل ُ ْال َم ْيس ِِر ِفي ْال َما َل َي ْشت َِر
َ ُم َح َّر َم ٍة ُمخَا، طوا َولَ ْم
Definisi al-gharar dan al-maisir (perjudian) tampak sekali hampir sama. Oleh
karena itu, para ulama menyebut keduanya adalah sinonim atau salah satunya
bagian dari yang lain. Namun kesamaan ini tidak berarti sama dalam
pengertian keduanya. Hal itu karena sebagian jenis al-gharar tidak dapat
dinamakan al-maisir (judi). Karenanya, kata al-maisir ( )الميسرlebih khusus dari
kata al-gharar ()الغرر. Dengan demikian, setiap al-maisir adalah al-gharar, dan
tidak semua al-gharar adalah al-maisir. Sebuah muamalah yang mengandung
gharar terkadang tidak mengandung unsur judi.
Jenis al-Maisir
177
Ketika syariat Islam tegak di atas keadilan dalam semua hukum-hukum dan
ajarannya, maka ia melarang semua muamalah yang berisi perjudian.
Ketentuan tersebut terbatas pada semua muamalah yang membuat orang yang
melakukannya berada dalam ketidakjelasan, antara untung dan rugi yang
bersumber dari gharar dan spekulasinya, dan hal itu menjadi sebab terjadinya
permusuhan dan kebencian di antara manusia.
178
seperti: memakan harta orang lain dengan batil, dan sejenisnya dari riba dan
al-maisir (perjudian).”
Oleh sebab itu, syariat melarang jual-beli gharar dan jual-beli yang berisi
perjudian, karena di dalamnya terdapat unsur memakan harta dengan batil.
Selain itu, kedua jenis jual-beli tersebut menjadi faktor penyebab terjadinya
permusuhan dan kebencian di antara manusia.
Kaidah ini telah ditetapkan oleh al-Quran, Sunnah, dan ijma’. Allah telah
mewajibkan pada hamba-Nya untuk berbuat jujur dan amanah dalam seluruh
perkara, sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
179
Ketika maksud dari muamalah adalah mendapatkan usaha dan keuntungan,
sehingga terkadang membawa manusia untuk berdusta dan berkhianat, maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat jujur,
amanah, dan menjelaskan perkaranya dengan benar.
….
180
Sedangkan, Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
memerintahkan hal ini banyak sekali, di antaranya adalah hadits Hakim bin
Hizam radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi,
Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jual-beli itu dengan
khiyar (hak pilih) selama belum berpisah–atau (beliau) menyatakan, ‘hingga
keduanya berpisah.’ Apabila keduanya jujur dan menjelaskan (keadaan
barangnya), maka berkah akan diberikan dalam jual-belinya, dan jika
keduanya menyembunyikan (aib) dan berdusta maka berkah dihapus dalam
jual-belinya.“ (Hr. al-Bukhari dan Muslim)
“Ada tiga orang yang tidak diajak bicara dan tidak dilihat oleh Allah di hari
kiamat, serta yang tidak disucikan dan yang mendapat adzab yang pedih. Lalu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkannya tiga kali. Abu Dzar
bertanya, ‘Mereka telah rugi dan menyesal. Siapakah mereka wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang berpakaian melebihi mata kaki
(al-musbil), orang yang mengungkit pemberiannya (al-mannan), dan orang
yang menutupi barang dagangannya dengan sumpah dan dusta.’ ” (Hr.
Muslim)
Tidak cukup dengan itu saja, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melarang
kebohongan dalam muamalah, sebagaimana beliau menegur pedagang yang
menutupi aib barang dagangannya dengan menyatakan,
“Apa ini wahai pedagang makanan?” Pedagang itu menjawab, “Terkena hujan,
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu taruh makanan
tersebut di atas agar orang melihatnya? Barangsiapa yang berbuat bohong
maka (dia) bukan (bagian) dariku.” (Hr. Muslim)
Hadits ini, mencakup semua jenis muamalah, baik berupa jual-beli, sewa-
menyewa, syarikat, dan yang lainnya.
181
َّ ام ُل فَالَ قَ ْل ِب ِه َعلَى وثقل َعلَ ْي ِه
شق ِب ِه عومل َما فَ ُك ُّل ِل َن ْف ِس ِه ي ُِحبُّ َما ِإالَّ ِأل َ ِخ ْي ِه ي ُِحبُّ أال ِ أَخَاهُ ِب ِه يُ َع
َِلنَ ْف ِس ِه ي ُِحبُّ َما ِأل َ ِخ ْي ِه ي ُِحبَّ َحتَّى أَ َحدُ ُك ْم يُؤْ ِمنُ ال
182
Ibnul ‘Arabi rahimahullahu menyatakan, “Semua amalan yang tampaknya
diperbolehkan, namun dapat mengantar kepada perkara yang dilarang.”
()لها دفعًا و الفساد لمادة حس ًما محرم إلى بها يتوصل والتي مباح ظاهرها التي الوسائل منع
Adz-dzara`i dalam tinjauan pernyataan para ulama, terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Ijma’ menyatakan wajib untuk mencegahnya dan itu terjadi pada perbuatan
yang menjadi sarana kerusakan dalam perkara agama dan dunia, karena
perbuatan tersebut memang menjadi sarana kerusakan secara pasti.
Contohnya, larangan minum minuman memabukkan, karena dia adalah sarana
yang mengantar kepada keadaan mabuk yang merusak akal. Demikian juga,
zina terlarang karena dia menjadi sarana ketidakjelasan dan kerusakan nasab.
2. Ijma’ menyatakan itu sebagai dzari’ah namun tidak wajib dicegah. Seperti,
menanam anggur adalah perbuatan yang tidak wajib dicegah, walaupun
mungkin ada orang yang membeli dan memiliki serta memerasnya untuk
dijadikan khamr. Demikian juga, berdempetan dalam membuat rumah yang
dapat menjadi sarana berbuat zina.
Dalam masalah ini, pendapat para ulama dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu:
a. Harus dicegah (diberlakukan kaidah saddu adz-dzari’ah). Inilah pendapat
Mazhab Malikiyah dan Hanabilah.
b. Tidak memberlakukan kaidah ini. Inilah pendapat Mazhab Syafi’iyah dan
Hanafiyah. Namun, mereka pun tetap memberlakukan kaidah ini dalam
realitas dan aplikasinya pada ijtihad-ijtihad mereka, tetapi dimasukkan dalam
kaidah lainnya.
Yang rajih adalah pendapat pertama. Inilah yang dirajihkan oleh Syekhul
Islam Ibnu Taimiyah dalam pernyataan beliau, “Apabila dzari’ah-dzari’ah ini
mengantar kepada kerusakan (mafsadat) secara pasti (yakin) atau dominant,
maka syariat mengharamkannya secara mutlak.
183
Juga, Ibnul Qayyim rahimahullahu merajihkannya, hingga beliau menjelaskan
sembilan puluh sembilan dalil kewajiban saddu adz-dzari’ah, apabila
mengantar kepada keharaman. Kemudian, beliau menyatakan, “Bab Saddu
adz-Dzara`i adalah salah satu pokok penting taklif, karena taklif adalah
perintah dan larangan. Perintah itu ada dua jenis: pertama, yang dimaksudkan
(menjadi tujuan); kedua, yang menjadi wasilah kepada kerusakan (mafsadah).
Oleh karena itu, saddu adz-dzari’ah menjadi salah satu pokok penting agama.”
ُ ض َوا ِب
Ketentuan Dasar Mengamalkan Kaidah Ini (ط َ )الذَّ َرائِع
َ س ِدِّ قَا ِعدَة إِ ْع َما ِل فِ ْي
2. Mafsadah yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut harus sama atau lebih
besar dari maslahatnya.
184
Artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena nantinya mereka akan memaki Allah dengan
melampaui batas, tanpa pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah
kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka segala sesuatu yang
dahulu mereka kerjakan.” (Qs. al-An’am [ 6 ] : 108)
Padahal, ada kemaslahatannya. Itu karena mencaci , yaitu mencaci maki Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
185
1. Ia adalah dzari’ah yang digunakan untuk al-hilah, seperti menyatukan antara
jual-beli dengan utang.
2. Ia adalah dzari’ah, namun tidak digunakan untuk al-hilah, seperti: mencela
berhala, karena dia menjadi sarana (dzari’ah) mencela Allah; mencela
orangtua orang lain yang menjadi sarana orang tersebut untuk mencela orang
tuanya, walaupun tidak menjadi tujuan seorang mukmin.
3. Yang digunakan al-hilah dari hal-hal yang asalnya mubah, seperti menjual
nishab di pertengahan tahun agar lepas dari zakat; meninggikan harga untuk
menggugurkan asy-syuf’ah.
Jenis-jenis al-Hilah
Ada dua cara dalam pembagian al-hilah, menurut para ulama: pembagian versi
Ibnu Taimiyah dan muridnya (Ibnul Qayyim), serta pembagian versi asy-
Syathibi.
Cara tersembunyi yang dipakai untuk memperoleh perkara terlarang. Hal ini
tidak diperbolehkan, dengan kesepakatan kaum muslimin, seperti: tipu
muslihat untuk bunuh diri, mengambil harta orang lain, merusak hubungan
antara dua orang, tipu muslihat setan dalam menyesatkan manusia, dan lain-
lain.
186
mengalami perubahan-perubahan dalam penyesuaiannya dengan masalah-
masalah politik negara-negara Arab yang menjadi jajahannya.
Golongan sarjana Muslim, Faiz al-Kuhri, Arif al-Naqdi, dan Syaikh
Muhammad Sulaiman, berpendapat bahwa hukum Islam sama sekali tidak
dipengaruhi oleh hukum Romawi, sebab hukum Islam
dipraktikkan/diundangkan lebih dahulu daripada hukum Romawi, yakni
hukum Romawi timbul setelah sarjana Barat mempelajari hukum Islam.
Golongan moderat, Sayyid Muhammad Hafidz Shabri, Ahmad Amin, dan
Syafiq Syahanah, berpendapat bahwa kedua pendapat diatas memiliki nilai
kebenaran dan juga memiliki nilai kesalahan.
Menurut Abdul Madjid hukum Islam dan hukum Romawi terdapat perbedaan-
perbedaan yang menonjol, antara lain :
Sedangkan kata Sirri berasal dari bahasa Arab “Sirr” yang berarti rahasia.
Dengan demikian beranjak dari arti etimologis, nikah sirri dapat diartikan
sebagai pernikahan yang rahasia atau dirahasiakan. Dikatakan sebagai
pernikahan yang dirahasiakan karena prosesi pernikahan semacam ini sengaja
disembunyikan dari public dengan berbagai alasan, dan biasanya dihadiri
hanya oleh kalangan terbatas keluarga dekat, tidak dipestakan dalam bentuk
resepsi walimatul ursy secara terbuka untuk umum.
Nikah sirri sebagaimana tersebut di atas, maka setidaknya ada 3 (tiga) bentuk
atau model nikah sirri yang dilakukan dalam masyakat, yaitu:
Pertama: pernikahan antara seorang pria dengan seorang wanita yang sudah
cukup umur yang dilangsungkan di hadapan dan dicatat oleh Pegawai
Pencatat Nikah namun hanya dihadiri oleh kalangan terbatas keluarga dekat,
tidak diumumkan dalam suatu resepsi walimatul ursy. Pernikahan model ini
sengaja dilakukan secara diam-diam (sirri) dengan alasan misalnya calon
187
suami isteri tersebut dua-duanya mendapat tugas belajar S2 ke luar negeri
secara mendadak, sehingga untuk menjaga kehalalan hubungan mereka
selama menjalani studi mereka segera dinikahkan secara sederhana di
hadapan PPN.
Kedua, pernikahan antara seroang pria dan seorang wanita yang masih di
bawah umur menurut undang-undang, kedua-duanya masih bersekolah.
Pernikahan ini atas inisiatif dari orang tua kedua belah pihak yang sepakat
menjodohkan anak-anak mereka dengan tujuan untuk lebih memastikan
perjodohan dan menjalin persaudaraan yang lebih akrab. Biasanya setelah
akad nikah mereka belum kumpul serumah dulu. Setelah mereka tamat
sekolah dan telah mencapai umur perkawinan, lalu mereka dinikahkan lagi
secara resmi di hadapan PPN yang menurut istilah jawa disebut “munggah”.
Pernikahan semacam ini pernah terjadi di sebagian daerah di Jawa Tengah
pada tahun 1970an ke bawah.
Ketiga, model pernikahan antara seroang pria dan seroang wanita yang sudah
cukup umur menurut undang-undang akan tetapi mereka sengaja
melaksanakan perkawinan ini di bawah tangan, tidak dicatatkan di KUA
dengan berbagai alasan. Pernikahan ini mungkin terjadi dengan alasan
menghemat biaya, yang penting sudah dilakukan menurut tatacara agama
sehingga tidak perlu dicatatkan di KUA. Atau mungkin, walaupun orang kaya
akan tetapi tidak mau repot dengan berbagai macam urusan aministrasi dan
birokrasi sehingga lebih memilih nikah sirri saja. Pernikahan semacam ini
juga mungkin terjadi, misalnya dalam beberapa kasus kawin poligami liar,
pernikahan dilaksanakan tidak di hadapan dan dicatat oleh PPN karena tanpa
sepengetahuan isteri pertama.
Dari tiga model pernikahan sirri tersebut di atas, pernikahan sirri model
terakhir adalah yang paling relevan dengan topic bahasan dalam tulisan ini.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan Nikah Sirri dalam tulisan ini ialah
suatu pernikahan yang tidak dicatatkan di Kantor Urusan Agama atau
dengan kata lain disebut dengan Nikah di bawah tangan.
188
[265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat,
giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
[266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini
poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad
s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja.
189
5. Melakukan Perkawinan Yang Hukumnya Mubah
Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya, tetapi
apabila tidak melakukannya tidak dikhawatirkan akan berbuat zina dan bila
melakukannya juga tidak akan menterlantarkan isteri. Perkawinan orang
tersebut hanya didasarkan untuk memenuhi kesenangan bukan dengan
tujuan menjaga kehormatan agamanya dan membina keluarga sejahtera.
C. HIKMAH PERNIKAHAN
(Ar-ruum,[30] :21)
190
D. TUJUAN PERNIKAHAN
191
pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika keduanya berpendapat akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui “ .
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri
melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya. Hukum
ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah wajib.
192
peceraian itu bermacam-macam, dari alas an pendapatan istri lebih besar
dari pada suami, selingkuh dengan adanya orang ke tiga, kekerasan dalam
rumah tanggah, dan lain-lain.
Maka dari itu dalam membanggun mahligai surge rumah tangga persiapan
awal harus dilakukan pada saat memilih jodoh. Islam mengangjurkan
kepada umatnya ketika mencari jodoh itu harus berhati-hati baik laki-laki
maupun perempuan, hal ini dikarenakan masa depan kehidupan rumah
tangga itu berhubungan sangat erat dengan cara memilih suami maupun
istri. Untuk itu kita sebagai umat muslim harus memperhatikan kriteria
dalam memilih pasangan hidup yang baik.
Dasar firman Allah SWT yang berbunyi :
193
h) Bukan termasuk muhrim : kedekatan hubungan darah membuat sebuah
pernikahan menjadi hambar, disamping itu menurut ahli kesehatan
hubungan darah yang sangat dekat dapat menimbulkan problem genetika
bagi keturunannya.
194
Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Baligh
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umrah
Tidak fasik
Tidak cacat akal fikiran,gila, terlalu tua dan sebagainya
Merdeka
Tidak ditahan kuasanya daripada membelanjakan hartanya
Syarat-syarat saksi
Sekurang-kurangya dua orang
Islam.Berakal.Baligh.Lelaki.
Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul
Dapat mendengar, melihat dan bercakap
Adil dan Merdeka
Syarat ijab
Pernikahan nikah ini hendaklah tepat
Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran
Diucapkan oleh wali atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah (nikah kontrak
e.g.perkahwinan(ikatan suami isteri) yang sah dalam tempo tertentu seperti
yang dijanjikan dalam persetujuan nikah muataah)
Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu ijab dilafazkan)
* Contoh bacaan Ijab:Wali/wakil Wali berkata kepada bakal suami:"Aku
nikahkan/kahwinkan engkau dengan Diana Binti Daniel dengan mas
kahwinnya/bayaran perkahwinannya sebanyak RM 3000 tunai".
Syarat qabul
Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab
Tiada perkataan sindiran
Dilafazkan oleh bakal suami atau wakilnya (atas sebab-sebab tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah(seperti nikah
kontrak)
Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu qabul dilafazkan)
Menyebut nama bakal isteri
Tidak diselangi dengan perkataan lain
* Contoh sebutan qabul(akan dilafazkan oleh bakal suami):"Aku terima
nikah/perkahwinanku dengan Diana Binti Daniel dengan mas
kahwinnya/bayaran perkahwinannya sebanyak RM 3000 tunai" ATAU
"Aku terima Diana Binti Daniel sebagai isteriku".
195
hantaran(hadiah),penyedian tempat pernikahan,jamuan makan kepada para
hadirin dan lainnya adalah tanggungjawab pihak suami istri itu. Qadi hanya
perlu memastikan aset-aset itu telah disediakan supaya urusan pernikahan
berjalan lancar.Disamping tanggungjawabnya menikahi suami istri berjalan
dengan sempurna,Qadi perlu menyempurnakan dokumen-dokumen
berkaitan pernikahan seperti sertifikat pernikahan dan pengesahan suami
istri di pihak tertinggi seperti mentri agama dan administratif
negara.Untuk memastikan status resmi suami isteri itu sentiasa sulit dan
terpelihara.Qadi selalunya dilantik dari kalangan orang-orang alim(yang
mempunyai pengetahuan dalam agama Islam dengan luas) seperti
Ustaz,Muallim,Mufti,Sheikh ulIslam dan sebagainya.Qadi juga mesti
merupakan seorang laki-laki Islam yang sudah merdeka dan telah pubertas.
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai
penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk
suatu keluarga atau rumah tangga. Dalam membentuk keluarga tentunya
memerlukan suatu komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut.
Sehingga dalam hal ini Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 pada
pasal 2 ayat menyatakan bahwa suatu perkawinan dapat dinyatakan sah,
apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan
pasangan yang melakukan pernikahan.
196
Karakter wanita dengan kekhasannya tanpa batas yang jelas, sensitif, perasa
dan mudah berubah. Itulah karakter tulang rusuk, jika diluruskan (dengan
cara yang salah) akan patah, namun jika dibiarkan akan tetap bengkok, oleh
karena itu kata Nabi saw “berpesanlah kepada wanita dengan kebaikan”
(intisari kandungan HR Bukhari-Muslim, tentang diciptakannya Hawa dari
tulang rusuk Adam).
Terkadang perasaan wanita menundukkan sikap bijaknya dalam mengambil
keputusan, atau terkadang memunculkan perkataan atau perbuatan yang
tidak baik. Sikap inkar wanita yang menyebabkan banyaknya mereka
masuk neraka, justru bukan kekufuran terhadap Allah, akan tetapi inkar
(kufur nikmat) mereka terhadap suami dan terhadap kebaikan, begitu kata
Nabi saw, seperti terdapat dalam nash yang aartinya :
Karakter labil wanita ini sangat ragam bagi setiap wanita, ada yang cukup
selesai dengan nasihat, ada yang mengharuskan pisah tidur, dan ada pula
yang memerlukan pemukulan (mendidik) yang tidak melukainya.
Oleh karena ada hal yang penting, mengingat besarnya mafsadat dari
sebuah perselisihan dan pertengkaran, yaitu dapat mencukur (mengikis
habis) keber-agamaan (din) seseorang, maka upaya ISHLAH
(mendamaikan keduanya) – Shalah dzatil bain- merupakan amal yang
berpahala besar, bahkan lebih besar dari pahala shaum, shalat dan
shadaqah. Begitu sabda Nabi saw. (HR. Tirmidzi), yang artinua :
“Maukah aku tunjukkan padamu sesuatu yang derajat (pahala) nya lebih
besar daripada shaum, shalat, dan shadaqah ? Mereka menjawab: Tentu saja
mau, lalu beliau bersbda: “Yaitu mendamaikan dua orang yang berselisih,
karena kerusakan akibat perselisihan dapat membabat habis (keber-
agamaan seseorang). HR Tirmidzi.
Jika antara dua muslim (orang lain) saja begitu besarnya kerusakan yang
ditimbulkan dari perselisihan, maka apatah lagi jika terjadi antara suami
dan isteri. Dan perlu anda ketahui, Iblis laknatullah selalu berusaha
197
mengganggu suami isteri untuk berselisih dan berpisah satu sama lainnya.
(HR Muslim, dari hadits Jabir). Ini menunjukkan target puncak iblis adalah
membuat kerusakan dari perselisihan antara suami dan isterinya, jauh lebih
dahsyat retaknya hubungan sesama muslim yang bukan suami-isteri.
Merupakan perbuatan keji dan hina serta merusak ukhuwwah, apabila
seseorang baik dengan perkataan maupun perbuatan mengarah kepada
rusaknya hubungan suami-isteri. Dalam hal ini Nabi saw bersabda :
Penyebab perselisihan yang terjadi antara suami dan isteri, bisa berasal dari
pihak isteri, bisa dari pihak suami, dan bahkan bisa dari keduanya. Yang
dalam bab nikah sering disebut dengan perselisihan tingkat pertama, tingkat
kedua, dan tingkat ketiga.
Imam Syafi'i pernah berpesan: "Aku mengadu pada Waqi (guruku),
tentang kesulitanku untuk mengahafal, maka ia menasehatiku untuk
tinggalkan kemaksiatan, ia juga memberitahuku bahwa ilmu itu cahaya, dan
cahaya Allah itu tidak diberikan pada ahli maksiat."
198
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290].
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.
[289] Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[290] Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya
dengan baik.
[291] Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri
seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[292] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan
pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat
barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah
dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara
pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
Terapi selalu diberikan kepada mereka yang sakit, dan yang menjadi ukuran
bukanlah penderitanya, tetapi terletak pada cara penyembuhannya.
Untuk melihat apakah isteri telah melakukan nusyuz atau belum, maka
kiranya kita harus mengetahui kaidah umum kewajiban isteri atas
suaminya, dan ini menjadi pegangan bagi setiap isteri.
199
2. `Artinya : (Apabila kamu bersumnpah dengan suatu sumpah, lalu
kamu melihat selainnya yang lebih baik darinya, maka hendaklah kamu
membayar kifarat untuk sumpahmu (yang kamu batalkan), dan lakukanlah
sesuatu yang lebih baik itu). HR Bukahri-Muslim.
Pemecahan dari al Qur’an untuk kasus pertama ini dapat disimpulkan sbb:
mau`izhah hasanah (nasihat yang baik): melunakkan hatinya dengan
mengingatkannya kepada Allah dan mengingatkannya kepada perjanjian
yang agung (akad nikah).
apabila isteri tetap berkeras kepala, sang suami memisahkan tempat
tidurnya namun masih tetap dalam satu rumah, bukan pulang ke
orangtuanya atau sejenisnya.
Jika tak juga berhasil, maka boleh menggunakan pemukulan. Pukulan yang
tidak menimbulkan luka (ghairul mubarrih), yang tidak mencederai badan
dan meretakkan tulang. Dalam hal ini Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas RA
berkata: Sang suami boleh membelakangi isterinya di tempat tidur, agar
jera. Jika tidak jera, Allah mengizinkan suami untuk memukulnya dengan
pukulan yang tidak mencederai dan mematahkan tulang. Jika tidak jera
juga, Allah telah menghalalkan fidyah (talak tebus) bagimu”. Dan juga
ingat, tidak bolehm memukul muka dan tidak banyak mencela.
Ada beberapa tipe wanita berkaitan dengan pendekatan nash diatas yang
sesuai dengan tipenya. Ada wanita bertipe sedikit sombong, yang tak suka
dengan nasihat kasar. Namun biasanya lebih senang dengan nasihat baik,
lembut dan santun. Ada pula wanita yang berperasaan halus, yang biasanya
tak cukup luluh dengan nasihat lembut. Untuk tipe wanita ini harus dengan
cara pisah tempat tidur, yang membuatnya rendah dan terhinakan. Langkah
kedua (pisah tidur) adalah tepat untuknya. Namun ada pula wanita yang
keras kepala, sehingga tak mempan dengan nasihat lembut maupun kasar,
dan juga dengan pisah tidur sekalipun tak merubah sikapnya. Peringatan
fisik dan pemukulan merupakan akhir penyelsaian dari tahap awal bagi
wanita tipe ini, tentu sesuai dengan kaidah pemukulan yang dibenarkan
oleh syariat..
200
Bolehnya memukul isteri yang membangkang, sebagaimana keterangan di
atas. Perhatikan ayat 34 surat an Nisa’ dengan sejumlahketerangannya dari
beberapa Kitab Tafsir.
Ada sejumlah keterangan hadits Nbai saw menyangkut peristiwa yang
menimpa di antara sahabat dalam problem perselisihan suami-isteri, kapan
dibolehkan memukul dan bagaimana ketentuan-ketentuan tentangnya.
Jabir berkata bahwa Rasulullah saw pernah berkhotbah (pada hari Arafah),
dimana beliau bersabda:
Artinya : Maka hendaklah kamu takut kepada Allah tentang wanita (isteri),
karena kamu telah mengabil mereka dengan amanat Allah, dan kamu telah
mendapatkan penghalalan terhadap kemaluan mereka dengan kalimat
Allah. Dan, hak kamu atas mereka ialah terlarang untuk memasukkan
seseorang pun untuk menginjak ranjangmu. Jika mereka berbuat
demnikian, maka pukullah dengan pemukulan yang tidak mencederai ..HR
Muslim
Sulaiman bin Amr al Ahwash berkata bahwa ayah bercerita kepadaku
bahwa dia menghadiri haji wada` bersama Rasulullah saw. Lalu Rasulullah
saw memuji Allah dan menyanjung Nya, kemudian memberikan peringatan
dan nasihat, sabdanya:
Terkadang selisih usia antara suami dan isteri cukup jauh, sehingga seakan
isteri bagi suami bagaikan murid dan guru atau anak dan ayah. Apabila
kebolehan pemukulan ini harus terjadi, tentu carabnya harus seperti
lazimnya seorang ayah atau guru dalam mendidik dan mendisiplinkan
anaknya.
Jika nash-nash di atas menunjukkan kepada kita tentang kebolehan
memukul isteri, namun juga ada nash yang menganjurkan untuk
menjauhkan penggunaan tangan dalam menyelesaikan perselisihan dengan
isteri. Aisyah RA berkata:
201
larangan Allah dilanggar, lalu beliau membalas karena Allah `azza wa Jalla.
(HR Muslim)
202
Yang dimaksud dengan perselisihan tingkat ketiga adalah perselisihan
suami isteri menyangkut perkara yang paling berat, rumit dan sangat kecil
kemungkinan untuk damai. Misalnya:
Adanya kebencian sangat pada salah satu pihak, kemarahan dan emosinal
yang tinggi, kecil kemungkinan untuk akur-bergaul dan damai. Salah
satunya atau kedua-keduanya mengaku tidak tahan lagi, tidak kuat lagi, dan
misal juga takut akan kekufurannya, dan perbuatan jahatnya ..
Salah satu pihak mengetahui kelemahan pihak lainnya yang begitu berat,
suatu kelemahan yang dapat merusak sumua perbuatannya (bisa pahamnya,
pikirannya, sikapnya, adat buruknya, tutur katanya, dll), namun ia tidak
mengakui kelemahannya yang parah ini. Misal saja, isteri yang begitu
mudah menerima kehadiran laki-laki lain, baik sebagai teman, ipar, se
profesi, menganggap biasa ikhtilath, pegang memegang, bergaul bebas, dan
mendekati ke arah yang lebih dari itu ….. Ibnu Abbas RA menceritakan
bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya
Rasulullah, saya mempunyai isteri yang tidak menolak tangan lali-laki lain
yang menyentuhnya, “ Beliau bersabda, “ceraikanlah dia” (HR an Nasa’i..)
1) PENGERTIAN NUSYUZ
Suatu tindakan yang dilakukan oleh isteri yang dianggap menentang
kehendak suami dengan tidak ada alasan yang munasabah menurut hukum
syarak. Tindakan itulah dikira derhaka.
203
4. Apabila isteri bermuka masam atau pun ia memalingkan muka,
bercakap kasar dan sebagainya sedangkan suami berkeadaan lemah
lembut, bermanis muka dan sebagainya.
204
dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara
pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
205
[292] Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan
pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat
barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah
dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. bila cara
pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
Dalam peringkat yang akhir ini, harus dilakukan oleh suami sekiranya
difikirkan dengan cara ini akan memberi kesan. Sebaliknya kalau
difikirkan tidak akan memberi kesan, maka tidaklah harus dilakukan.
Dalam hal ini, suami mestilah berhati-hati , supaya tidak terpukul di
tempat-tempat yang mendatangkan bahaya seperti muka, perut dan
sebagainya.
Wallahua’lam
Kemudian dalam surat an Nisa’ayat 35 berbunyi :
Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud
Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri
itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
[293] Hakam ialah juru pendamai.
Berbicara tentang perselisihan suami isteri ini, yaitu nusyuz. Ibnu Katsir
mengatakan, “Al Qur’an telah menyebutkan suatu kondisi ketika nusyuz
timbul dari pihak isteri. Lalu al Qur’an menyebutkan kondisi lain, yaitu
apabila nusyuz berasal dari pihak suami dan isteri (I/564).
Pada kondisi ini (nusyuz timbul dari kedua belah pihak), Islam
menghendaki tidak ada campur tangan dari pihak luar (ketiga), sebab,
pertama di dalam hidup suami-isteri terdapat rahasia, dan Islam sangat
memelihara rahasia. Oleh karenya Allah menetapkan, perlunya dikirim
seorang hakim dari pihak isteri dan seorang hakim dari pihak suami.
Kedua hakim ini harus punya itikad untuk mendamaikan semampunya,
bukan berniat justru ingin menceraikannya. Kedua hakim harus
menjunjung prinsip cinta dan benci karena Allah, mendukung dan
menolak karena Allah. Oleh karenanya, masing-masing tidak boleh
membela kesalahan klien-nya dan menutupi kesalahanya, atau keras
kepala terhadap pendapat lawannya.
206
siapakah diantara keduanya yang salah, apakah suami apakah isteri ? Jika
pihak isteri yang salah, dia terhalang dari isterinya, dan nafakah
dikembalikan kepadanya. Dan jika yang salah pihak isteri, dia terhalang
dari suaminya, dan suaminya tidak boleh memberikan nafkah kepadanya.
Dan kedua belah pihak menghendaki untuk bercerai atau damai kembali,
kedua jalan itu boleh saja ditempuh. Jika kedua hakim sepakat agar
pasangan susmi iateri tersebut bersatu kembali, namun satu diantaranya
rela, sementara lainnya tidak menghendakinya, lalu salah satunya
meninggal dunia, maka pihak yang mau nersatu kembali mendapat hak
waris dari pihak yang tidak rela, sedang pihak lain yang tidak
menghendakinya tidak memperoleh hak waris dari pihak yang rela”
(Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir, Lihat Tafsir Ibnu Katsir, I/493).
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika melakukan
upaya Ishlah, antara lain:
pemeliharaan terhadap rahasia keluarga
usaha untuk tetap hidup di dalam keluarga
tidak tergesa-gesa untuk mengambil keputusan cerai
tidak ada pihak (keamanan sekalipun) menyeret sang isteri ke rumah yang
tak ia sukainya
207
[359] Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada
orang lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri melepaskan
sebahagian hak-haknya, Maka boleh suami menerimanya.
Ingat bahwa orang yang harus dimuliakan dan ditinggikan derajatnya bagi
setiap laki-laki adalah Ibunya. Dan orfang yang paling harus dimuliakan
dan ditinggikan derajatnya bagi setiap wanita adalah suaminya. Bisa jadi
isteri yang selalu melawan suaminya (padahal di jalan yang benar), maka
kelak ia akan didurhakai oleh anaknya sendiri. Na`udzubillahi
miansyasyaithanirrajim.
208
PROBLEMATIKA NIKAH SIRRI
A. PENDAHULUAN
Pada suatu sore hari Jumat tanggal 30 Oktober 2009, pimpinan memberi
tugas kepada penulis untuk membuat sebuah tulisan tentang problematika
nikah sirri. Tulisan tersebut harus sudah selesai hari Senin pagi tanggal 2
Nopember 2009 karena akan dibawa oleh pimpinan ke dalam forum rapat
kerja Pengadilan Agama se Sumut tahun 2009. Atas perintah tersebut
penulis merasa mendapat kehormatan sekaligus tantangan, sehingga
dengan segala keterbatasan dan minimnya waktu, penulis berusaha
sedemikian rupa sehingga tersusunlah makalah yang sangat sederhana ini.
Namun demikian penulis berharap bahwa sumbangan pemikiran yang
sedikit dan sederhana ini dapat memberi kontribusi sebagai makalah
pembanding dari sekian banyak aneka ragam makalah atau pemikiran
yang telah ada tentang problematika nikah sirri, yang dalam hal ini penulis
beri judul: Problematika Nikah Sirri Dalam Perspektif Hukum Positif Di
Indonesia”.
Pernikahan bagi umat Islam merupakan ikatan lahir batin antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami isteri berdasar akad nikah
yang diatur dalam undang-undang dengan tujuan membentuk keluarga
sakinah atau rumah tangga yang bahagia sesuai hukum Islam. Pernikahan
adalah ikatan yang sangat kuat atau mitsaqon ghalidhan untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Oleh karena itu,
untuk menjaga kesucian lembaga perkawinan itu, maka perkawinan atau
pernikahan bagi umat Islam hanya sah apabila dilakukan menurut hukum
Islam dan keberadaannya perlu dilindungi oleh hukum negara.
Dalam perspektif hukum positif di Indonesia, perkawinan atau pernikahan
bagi umat Islam, di samping harus dilakukan menurut hukum Islam, juga
setiap perkawinan wajib dilangsungkan di hadapan dan dicatat oleh
Pejabat Pencatat Nikah menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Perkawinan yang tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan
tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum (vide Ps. 2 UU No.1/1974 jo.
Ps.2 (1) PP. No.9/1975).
Pada kenyataannya tidak semua umat Islam Indonesia mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut, sehingga masih ada di
antara masyarakat muslim dengan berbagai alasan melakukan pernikahan
di bawah tangan, dalam arti pernikahan tersebut tidak dicatat oleh pejabat
yang berwenang untuk itu. Fenomena semacam ini dalam masyarakat kita
lebih dikenal dengan istilah nikah sirri.
Kalau kita perhatikan uraian tentang hukum keadaan orang menikah yang
terdiri dari lima kategori hukum tersebut di atas, tidak ditemukan bahasan
larangan hukum nikah sirri atau nikah di bawah tangan. Dengan demikian,
hukum pernikahan sirri pada dasarnya juga tidak terlepas dari kategori
hukum perkawinan tersebut, yaitu adakalanya wajib, sunnah, makruh dan
sunnah. Sedangkan keadaan “sirri” dalam arti tidak dilangsungkan dan
209
dicatatkan di hadapan PPN bukan menjadi factor penyebab sah atau
tidaknya suatu perkawinan tersrebut.
Apabila kondisi seperti ini dihubungkan dengan ketentuan hukum
perkawinan di Indonesia, tentu tidak sejalan dengan semangat ketentuan
hukum positif Indonesia yang menentukan bahwa perkawinan di samping
harus dilakukan secara sah menurut tatacara agamanya juga harus dicatat
oleh pejabat yang berwenang (vide Ps. 2 ayat (1) dan (2) UU No.1
Th.1974, jo. Ps. 4 dan Ps.5 ayat (1) dan (2) KHI. Permasalahannya adalah,
bagaimanakah penerapan hukum perkawinan terhadap masayarakat
muslim Indonesia, dan bagaimana kedudukan nikah sirri dalam perspektif
hukum positif Indonesia?
Fenomena pernikahan di bawah tangan atau nikah sirri bagi umat Islam di
Indonesia masih terbilang banyak. Bukan saja dilakukan oleh kalangan
masyarakat bawah, tapi juga oleh lapisan masyarakat menengah keatas.
Kondisi demikian terjadi karena beberapa factor yang
melatarbelakanginya. Tentu saja untuk mengetahui berapa besar
persentase pelaku nikah sirri dan factor apa saja yang menjadi pemicu
terjadinya pernikahan sirri tersebut masih memerlukan penelitian yang
seksama. Akan tetapi secara umum nikah sirri dapat disebabkan oleh
beberapa factor, yaitu:
210
banyaknya masyarakat yang mengajukan permohonan itsbat nikah ke
Pengadilan Agama setempat untuk mendapatkan pengesahan perkawinan
mereka secara hukum Negara.
Banyaknya perkara permohonan isbat nikah tersebut tidak terlepas dari
usaha pimpinan Pengadilan Agama Tarutung yang telah berupaya
mengadakan penyuluhan hukum terutama di daerah kecamatan tertentu
yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam yaitu di Kecamatan Pahae
Jae. Melihat antusiasme masyarakat untuk mendapatkan pegnesahan nikah
mereka di Pengadilan Agama setelah memperoleh pemahaman hukum
tersebut, menunjukkan bahwa kesadaran hukum masyarakat justeru mulai
bangkit. Diharapkan dimulai dari meningkatnya kesadaran tersebut
merupakan awal yang baik bagi terciptanya kesadaran masyarakat secara
keseluruhan di kawasan daerah tersebut. Karena dengan kesadaran ini
setidaknya kalau mereka menikahkan anak-anaknya nanti tidak akan
mengulangi lagi kesalahan yang sama yang pernah mereka lakukan.
Dengan demikian, rendahnya tingkat kesadaran hukum masyarakat seperti
itu perlu ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan hukum baik secara
formal yang dilakukan oleh lembaga instansi terkait maupun secara
informal melalui para penceramah di forum pengajian majelis ta’lim dan
lain sebagainya.
Sikap apatisme semacam itu, terutama yang dilakukan oleh seorang public
figure, sungguh merupakan hambatan besar bagi terlaksananya
keberlakuan hukum. Karena apa yang dilakukan oleh seorang tokoh
biasanya akan dicontoh oleh mereka yang mengidolakannya. Oleh karena
itu penanganan secara hukum atas kasus yang menimpa Syekh Puji adalah
tepat agar tidak menjadi preseden yang buruk bagi bangsa Indonesia yang
saat ini sedang berusaha memposisikan supremasi hukum.
211
tafsir dan juga tidak disertai sanksi bagi mereka yang melanggarnya.
Dengan kata lain ketentuan pencatatan perkawinan dalam undang-undang
tersebut bersifat tidak tegas.
Itulah sebabnya beberapa tahun terakhir pemerintah telah membuat RUU
Hukum Terapan Pengadilan Agama Bidang Perkawinan yang sampai saat
ini belum disahkan di parlemen. Dalam RUU tersebut kewajiban
pencatatan perkawinan dirumuskan secara tegas dan disertai sanksi yang
jelas bagi yang melanggarnya.
Pasal 4 RUU menegaskan: setiap perkawinan wajib di catat oleh PPN
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian
pasal 5 ayat (1) menyatakan: untuk memenuhi ketentuan pasal 4, setiap
perkawinan wajib dilangsungkan di hadapan PPN. Kewajiban pencatatan
sebagaimana ketentuan pasal 4 dan pasal 5 ayat (1) tersebut disertai
ancaman pidana bagi yang melanggarnya.
Ketentuan pidana yang menyangkut pelanggaran pencatatn perkawinan
tersebut dinyatakan dalam Pasal 141 RUU tersebut menyebutkan: setiap
orang yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak di hadapan
PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (1) dipidana dengan pidana
denda paling banyak 6.000.000,- (enam juta rupiah) atau hukumuan
kurungan paling lama 6 (enam) bulan.
Pasal 145 RUU menyatakan: PPN yang melanggar kewajibannya
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dikenai hukuman kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 12.000.000,- (dua belas
juta rupiah).
Pasal 146 RUU menyatakan: setiap orang yang melakukan kegiatan
perkawinan dan bertindak seolah-olah sebagai PPN dan/atau wali hakim
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan pasal 21 dipidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun.
Dengan demikian, ketidak-tegasan ketentuan pencatatan dalam undang-
undang yang berlaku selama ini masih memberi ruang gerak yang cukup
luas bagi pelaksanaan nikah sirri bagi sebagian masyarakat yang
melakukannya dan menjadi salah satu factor penyebab terjadinya
pernikahan sirri.
212
adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan
hidup isteri-siteri dan anak-anak mereka;
adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri dan anak-
anak mereka;
Yang dimaksud mampu menjamin keperluan hidup bagi isteri-isteri dan
anak-anaknya adalah sangat relative sifatnya. Demikian pula suami akan
berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya adalah sangat
subjektif sifatnya, sehingga penilaian terhadap dua persyaratan tersebut
terakhir akan bergantung pada rasa keadilan hakim sendiri.
Bila kita telaah sulitnya untuk dipenuhinya syarat-syarat tersebut di atas
oleh seorang suami, maka hal tersebut dapat menimbulkan: perkawinan
“clandestine” dan hidup bersama (samenleven). Perkawinan “clandestine”
adalah perkawinan yang pelangsungannya secara sah memenuhi syarat,
akan tetapi terdapat cacat yuridis di dalamnya. Misalnya seorang calon
suami dalam pemberitahuan kehendak kawin mengaku jejaka atau
menggunakan izin palsu.
Ketatnya izin poligami juga menyebabkan yang bersangkutan lebih
memilih nikah di bawah tangan atau nikah sirri karena pelangsungan (tata
cara) pernikahan di bawah tangan lebih sederhana dan lebih cepat
mencapai tujuan yaitu kawin itu sendiri.
Khusus bagi pegawai negeri baik sipil maupun militer, untuk dapat
poligami kecuali harus memenuhi syarat tersebut di atas juga harus
memperoleh izin atasan yang berwenang, sesuai dengan PP No.10/1983
tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS jo. PP 45/1990..
Demikian pula bagi TNI harus memperoleh izin dari atasannya sesuai
dengan peraturan yang berlaku, sehingga bagi yang bersangkutan wajib
menempuh proses panjang.
Sulit dan lamanya proses serta hambatan berupa birokrasi dalam
pemberian izin memang bertujuan untuk memperkuat secara selektif akan
perkenan poligami bagi PNS serta menghindari kesewenang-wenangan
dalam hal kawin lebih dari satu, sehingga PNS diharapkan jadi contoh dan
teladan yang baik sesuai dengan fungsinya sebagai abdi Negara dan abdi
masyarrakat. Akibat larangan berpoligami atau sulitnya memperoleh izin
poligami justru membuka pintu pelacuran, pergundikan, hidup bersama
dan poligami illegal.
Menurut Soetojo, dengan berlakunya UU 1/1974 angka kawin lebih dari
satu (poligami: Pen) menunjukkan menurun drastis namun poligami
illegal dengan segala bentuknya semakin banyak, yang disebabkan oleh:
1. tidak adanya kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat;
2. bagi mereka yang terikat oleh pengetatan tertentu karena kedinasannya
dibayangi oleh rasa takut kepada atasan di samnping prosedurnya yang
terlalu lama dan sulit;
3. tidak adanya tindakan yang tegas terhadap poligami illegal;
Bentuk poligami illegal yang banyak dijumpai dalam masyarakat ialah:
1. hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah dan sering dikenal
dengan sebutan: hidup bersama, pergundikan, wanita simpanan;
2. bagi mereka yang beragama Islam, melakukan poligami tanpa
pencatatan nikah.
213
Hasil penelitian Soetojo tersebut terakhir menunjukkan bahwa ketatnya
izin poligami merupakan salah satu factor timbulnya pernikahan di bawah
tangan, atau pernikahan yang tidak dicatat, alias nikah sirri.
214
...
Artinya : Wahai orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul dan Ulil Amri diantara kalian.
Berdasarkan dalil Firman Allah SWT tersebut di atas, dapat ditarik garis
tegas tentang adanya beban hukum “wajib” bagi orang-orang yang
beriman untuk taat kepada Allah dan taat kepada Rasul SAW dan juga taat
kepada Ulil Amri. Sampai pada tahapan ini kita semua sepakat bahwa
sebagai umat yang beriman memikul tanggung jawab secara imperative
(wajib) sesuai perintah Allah SWT tersebut. Akan tetapi ketika perintah
taat kepada Ulil Amri diposisikan sebagai wajib taat kepada pemerintah,
otomatis termasuk di dalamnya perintah untuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai pencatatan pernikahan,
maka oleh sebagian umat Islam sendiri terjadi penolakan terhadap
pemahaman tersebut sehingga kasus pernikahan di bawah tangan masih
banyak terjadi dan dianggap sebagai hal yang tidak melanggar ketentuan
hukum syara’. Permasalahan masih banyaknya nikah sirri di kalangan
umat Islam adalah terletak pada pemahaman makna siapakah yang
dimaksud Ulil Amri dalam ayat tersebut di atas. Ada banyak pendapat
mengenai siapakah ulil amri itu, antara lain ada yang mengatakan bahwa
ulil amri adalah kelompok Ahlul Halli Wa Aqdi dan ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa ulil amri adalah pemerintah. Dalam tulisan ini,
penulis tidak ingin memperdebatkan tentang siapakah Ulil Amri itu. Yang
perlu dikedepankan adalah bahwa pemahaman terhadap hukum Islam itu
harus komprehensif sesuai dengan katakteristik hukum Islam itu sendiri.
Komprehensifitas (dari hukum Islam) itu dapat dilihat dari keberlakuan
hukum dalam Islam di mayarakat, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Yusuf Qardhawi, yaitu bahwa: Hukum tidak ditetapkan hanya untuk
seseorang individu tanpa keluarga, dan bukan ditetapkan hanya untuk satu
keluarga tanpa masyarakat, bukan pula untuk satu masyarakat secara
terpisah dari masyarakat lainnya dalam lingkup umat Islam, dan ia tidak
pula ditetapkan hanya untuk satu bangsa secara terpisah dari bangsa-
bangsa di dunia yang lainnya, baik bangsa penganut agama ahlulkitab
maupun kaum penyembah berhala (paganis).
Dalam konteks ini perlu kiranya memahami penalaran hukum pada ayat
tersebut di atas secara komprehensif. Oleh sebab itu, pendekatan terhadap
penalaran makna Ulil Amri dalam hubungannya dengan kewajiban
pencatatan perkawinan bagi umat Islam, dapat kita pahami bahwa
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan dan peraturan perundangan lainnya yang berkaitan
dengan itu adalah merupakan produk legislasi nasional yang proses
pembuatannya melibatkan berbagai unsur mulai dari Pemerintah, DPR,
Ulama dan kaum cerdik pandai serta para ahli lainnya yang
keseluruhannya merupakan Ahlul Halli wal Aqdi. Dengan demikian,
apabila Undang-undang memerintahkan perkawinan harus dicatat, maka
215
wajib syar’i hukumnya bagi umat Islam di Indonesia untuk mengikuti
ketentuan undang-undang tersebut.
Pernikahan bagi umat Islam adalah sebuah keniscayaan dan ia merupakan
sesuatu yang haq. Oleh karena pernikahan adalah suatu kebenaran (haq)
dalam Islam, maka perlu ada nizham atau system hukum yang
mengaturnya. Sungguh sangat relevan penulis nukilkan Atsar dari
Sayyidina Ali bin Abi Thalib, r.a.:
Artinya : Sesuatu yang hak tanpa nizham (system aturah hukum yang
baik) akan dikalahkan oleh kebatilan dengan nizham.
E. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat diturunkan beberapa kesimpulan bahwa
pernikahan sirri atau pernikahan tanpa pencatatan baik nikah tunggal
maupun karena poligami, adalah pernikahan yang illegal, Ini terjadi
disebabkan kurangnya pemahaman hukum dan minimnya kesadaran
hukum dari sebagian masyarakat akan pentingnya pencatatan perkawinan
mereka. Pernikahan di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Jadi, pernikahan sirri merupakan perbuatan hukum yang tidak mempunyai
kekuatan hukum dalam sebuah Negara hukum bernama Indonesia. Oleh
sebab itu masyarakat Islam Indonesia harus menghindari praktek
perkawinan di bawah tangan atau nikah sirri.
Masyarakat Islam Indonesia perlu diyakinkan bahwa pencatatan
perkawinan adalah wajib hukumnya, bukan saja dipandang dari perspektif
hukum positif melainkan juga dalam perspektif hukum Islam itu sendiri.
Perkawinan adalah awal terbentuknya rumah tangga yang merupakan unit
masyarakat terkecil dari sebuah bangsa besar Indonesia. Oleh karena itu
penguatan aturan hukum perkawinan merupakan keniscayaan bagi bangsa
Indonesia. Pandangan masyarakat terhadap “nikah sirri adalah perbuatan
yang sah-sah saja” perlu diluruskan agar tidak menjadi preseden bagi
generasi masa depan. Wallahu a’lam bis shawab.
PERCERAIAN
Penyebab perceraian
216
disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak,
dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah
terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
Perzinaan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya
perceraian adalah perzinaan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang
dilakukan baik oleh suami maupun istri.
Dampak Perceraian
Islam
217
Islam membimbing umatnya agar tidak memecah-belah persaudaraan di
antara sesama muslim. Pernikahan adalah salah satu sunnah Rosulullah
S.A.W. yang akanlah kita mendapat pahala jika melakukannya.
Perceraian sendiri adalah suatu hal yang halal untuk dilakukan. Namun
halnya, jikalau sepasang suami-istri melakukan perceraian, alkisah
mengatakan bahwa 'Arsy terguncang sebegitu dahsyatnya. Oleh karena
hal tersebut, Allah membenci perceraian, meski telah dikatakan bahwa hal
ini adalah halal
Kristen/Katolik
Salah satu agama yang tidak memperbolehkan adanya perceraian oleh
pasangan-pasangan di dalam umatnya adalah Kristen Katolik Roma.
Gereja Kristen Katolik Roma menanggapi masalah perceraian sebagai
berikut: Perceraian atau perpisahan tetap/selamanya dalam suatu ikatan
pernikahan, memang tidak diperbolehkan dalam ajaran Kristen, karena itu
ada tertulis dalam Alkitab (Matius 19:9; Markus 10:9). Karena Injil
merupakan dasar kehidupan umat Kristen, maka tidak ada alasan apapun
untuk mengadakan perceraian. Selain itu juga terdapat pengajaran lain di
Alkitab mengenai hal ini, misalnya pada 1 Korintus 7.
Hukum talak
Wajib
a) Jika permasalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
b) Dua orang wakil suami/isteri gagal membuat kata sepakat untuk
perdamaian rumahtangga mereka
c) Apabila pihak hakim berpendapat bahawa talak adalah lebih baik
d) Jika tidak diceraikan keadaan semakin berdosa suami
Haram
a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas
b) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi
c) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya
daripada menuntut harta pusakanya
218
d) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi
disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih
Sunat
a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
b) Isterinya tidak menjaga maruah dirinya
Makruh
Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan
mempunyai pengetahuan agama
Harus Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum
datang haid atau telah putus haidnya
Rukun talak
Perkara Syarat
Suami Berakal
Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Isteri Akad nikah sah
Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya
Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya
Dengan sengaja dan bukan paksaaan
Contoh lafaz talak
Talak sarih
Lafaz yang jelas dengan bahasa yang berterus-terang seperti “Saya talak
kau” atau “Saya ceraikan kau” atau “Saya lepaskan kau daripada menjadi
isteri saya” dan sebagainya.
Talak kinayah/Sindiran
Lafaz yang digunakan secara sindiran oleh suami seperti “Pergilah kau ke
rumah orang tuamu” atau “Pergilah kau dari sini” atau “Saya benci
melihat muka kau” dan sebagainya. Namun, lafaz kinayah memerlukan
niat suaminya iaitu jika berniat talak, maka jatuhlah talak tetapi jika tidak
berniat talak, maka tidak berlaku talak.
Jenis talak
Talak raj’i
Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh
merujuk kembali isterinya ketika masih dalam idah. Jika tempoh idah
telah tamat, maka suami tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan
akad nikah baru.
Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada
isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh
merujuk setelah isterinya berkahwin lelaki lain, suami barunya
menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah habis idah
dengan suami barunya.
219
Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak
disetubuhinya ketika dalam tempoh suci
Talak bid’i
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika
suci yang disetubuhinya.
Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu
sebab atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku,
maka terjadilah penceraian atau talak.
Contohnya suami berkata kepada isteri, “Jika kamu keluar rumah tanpa
izin saya, maka jatuhlah talak satu.” Apabila isterinya keluar dari rumah
tanpa izin suaminya, maka jatuhlah talak satu secara otomatis.
Ia juga boleh berlaku selepas akad nikah berkata, “Jika saya menyiksa
isteri saya dengan sengaja, atau saya meninggalkan isteri saya selama
empat bulan berturut-turut dengan sengaja tanpa kerelaannya, dan jika ia
mengadu kepada pengadilan agama, dan pengadilan agama
memutuskan,maka jatuhlah talak satu ke atas isteri saya.”
FASAKH
Pengertian fasakh menurut bahasa ialah rusak atau putus. menurut syara
adalah, pembatalan nikah disebabkan oleh sesuatu sifat yang dibenarkan
syara, misalnya, perkahwinan suami isteri yang difasakhkan oleh kadi
disebabkan oleh suaminya tidak mempu memberi nafkah kepada isterinya.
Fasakh tidak boleh mengurangkan bilangan talaknya.
Fasakh hanya boleh dituntut oleh isteri sekiranya terdapat beberapa sebab
atau kecacatan yang terdapat pada pihak suaminya. Mengikut mazhab
Shafie, seorang isteri boleh menuntut fasakh melalui kadi atau mahkamah
disebabkan oleh kekurangan suaminya seperti gila (berkekalan atau
sekejab); penyakit kusta; penyakit sopak; penyakit yang menghalang
mereka daripada melakukan persetubuhan; suami tidak mampu memberi
nafkah belanja kepada isterinya seperti makan dan minum serta tempat
tinggal, pakaian, memberi mahar dengan cara tunai sebelum bersetubuh
kerana kepapaan atau muflis atau sebagainya; suami tidak
bertanggungjawab dengan meninggalkan isterinya terlalu lama dan tidak
memberi khabar berita; suami yang menzalimi dan memudaratkan
isterinya; suami yang fasik serta melakukan maksiat terhadap Allah dan
220
tidak menunaikan kewajipan kepada Allah; dan murtad salah seorang
(suami atau isteri).
Perpisahan antara suami dan isteri melalui tebus talak sama ada dengan
menggunakan lafaz talak atau khuluk. Pihak isteri boleh melepaskan
dirinya daripada ikatan perkahwinan mereka jika ia tidak berpuas hati atau
lain-lain sebab. Pihak isteri hendaklah membayar sejumlah wang atau
harta yang dipersetujui bersama dengan suaminya, maka suaminya
hendaklah menceraikan isterinya dngan jumlah atau harta yang
ditentukan.
221
Tujuan khuluk
Memelihara hak wanita
Menolak bahaya kemudaratan yang menimpanya
Memberi keadilan kepada wanita yang cukup umurnya melalui keputusan
mahkamah.
Rujuk
Rukun rujuk
Perkara Syarat
Suami Berakal
Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Isteri Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj’i
Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan
Contoh lafaz rujuk
HIBAH
HARTA HIBAH :
Yaitu harta yg diberikan oleh seseorang ketika dia masih hidup. Dan aqad
serah terima terjadi diwaktu itu juga, maka perpindahan kepemilikannya
harus waktu itu juga.. Hukum harta hibah ini boleh diberikan kesiapapun
baik keluarga atau bukan dg nominal harta hibah itu bebas dan boleh
dalam bentuk apapun dan tidak ada batasan jumlahnya.
Namun jika hibah ini kpd anak anak. Maka harta hibah tersebut harus adil
dan rata kpd setiap anak. Tidak membeda bedakan dalam jumlah
pemberian
222
Hibah ini jika telah diberikan kpd seseoarang maka hukumnya haram
diminta kembali pemberiannya, kecuali hibahnya ortu kpd anaknya maka
si ortu halal memintanya kembali disaat ortu butuh.
Hibah mungkin suatu yang asing dan jarang di dengar masyarakat Islam
di negara ini berbanding zakat, sedekah, hadiah, wakaf atau wasiat.
Namun, hibah bukanlah instrumen kewangan yang baru kerana sudah
wujud sejak awal Islam lagi.
Hibah dibolehkan sama ada kepada ahli keluarga (waris) atau bukan ahli
keluarga, hatta kepada bukan Islam. Islam juga tidak menetapkan kadar
atau had tertentu bagi harta yang hendak dihibahkan kerana harta yang
hendak dihibahkan daripada milik pemberi hibah.
Penerima hibah yang belum akil baligh, kanak-kanak atau kurang upaya,
hibah boleh dibuat melalui walinya atau pemegang amanah bagi pihaknya.
Penerima hibah juga disyaratkan boleh memegang, menguasai atau
mengawal harta dihibahkan.
Barang atau harta yang hendak dihibah hendaklah barang atau harta yang
halal, mempunyai nilai di sisi syarak, milik pemberi hibah, boleh diserah
milik dan benar-benar wujud semasa dihibahkan.
223
Barang atau harta yang masih bercagar (seperti rumah) boleh dihibahkan
jika mendapat keizinan daripada penggadai atau peminjam. Manakala,
sighah hibah disyaratkan ada persamaan antara ijab dan qabul serta tidak
bersyarat.
Artinya, akad hibah tidak sempurna dan tidak berkuat kuasa jika sekadar
ada ijab dan kabul semata-mata, melainkan selepas berlaku penerimaan
barang oleh penerima hibah. Oleh itu, pemberi hibah berhak menarik balik
hibah selama mana harta berkenaan berada dalam pemilikannya.
Jika berlaku kematian antara salah satu pihak sebelum penerimaan barang,
maka hibah terbatal.
Bagi harta tak alih seperti rumah dan tanah, al-qabd boleh berlaku dengan
cara mengosongkan harta itu, menguasainya dan melakukan tasarruf
terhadap harta seperti menyerah kunci dan seumpamanya. Bagi harta alih
pula, al-qabd boleh berlaku dengan cara mengambil harta itu, memindah
atau mengasingkan harta dengan harta lain.
Jika isu mengenai hibah timbul selepas pemberi hibah mati dan hibah
tidak dibuat secara bertulis, pengesahan status hibah perlu di buat di
Mahkamah Syariah. Masalah mungkin timbul ialah saksi tidak cukup,
saksi sudah meninggal dunia atau kesaksian yang tidak konsisten.
Kata orang, harta tidak boleh dibawa mati. Namun, disebabkan harta yang
tidak diurus dengan baik berdasarkan peraturan dan hukum Allah semasa
hidup, maka roh si mati tidak aman di alam kubur, lantaran waris yang
masih hidup berebut sesama sendiri.
224
KESIMPULAN HIBAH
* Hibah boleh diberikan kepada siapa saja baik ahli keluarga (waris) atau
bukan ahli keluarga, hatta kepada bukan Islam.
* Penerima hibah yang belum akil baligh, kanak-kanak atau kurang upaya,
hibah boleh dibuat melalui walinya atau pemegang amanah bagi pihaknya.
* Barang atau harta yang hendak dihibah hendaklah barang atau harta
yang halal.
SHADAQAH
Pengertian Shadaqah
Secara umum shadaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di jalan
Allah swt.. Baik ditujukan kepada fakir miskin, kerabat keluarga, maupun
untuk kepentingan jihad fi sabilillah. Makna shadaqah memang sering
menunjukkan makna memberikan harta untuk hal tertentu di jalan Allah
swt., sebagaimana yang terdapat dalam banyak ayat-ayat dalam Al-
Qur’an. Di antaranya adalah Al-Baqarah (2): 264
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
225
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak
bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir[168].
[168] Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak
pula mendapat pahala di akhirat.
Secara bahasa, shadaqah berasal dari kata shidq yang berarti benar. Dan
menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi, benar di sini adalah benar dalam
226
hubungan dengan sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan.
Dalam makna seperti inilah, shadaqah diibaratkan dalam hadits: “Dan
shadaqah itu merupakan burhan (bukti).” (HR. Muslim)
Antara zakat, infak, dan shadaqah memiliki pengertian tersendiri dalam
bahasan kitab-kitab fiqh. Zakat yaitu kewajiban atas sejumlah harta
tertentu dalam waktu tertentu dan untuk kelompok tertentu.
Infak memiliki arti lebih luas dari zakat, yaitu mengeluarkan atau
menafkahkan uang.
Infak ada yang wajib, di antaranya adalah zakat, kafarat, infak untuk
keluarga dan sebagainya. Infak sunnah adalah infak yang sangat
dianjurkan untuk melaksanakannya namun tidak menjadi kewajiban,
seperti infak untuk dakwah, pembangunan masjid dan sebagainya.
Sedangkan infak mubah adalah infak yang tidak masuk dalam kategori
wajib dan sunnah, serta tidak ada anjuran secara tekstual ayat maupun
hadits, diantaranya seperti infak untuk mengajak makan-makan dan
sebagainya.
Shadaqah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena shadaqah
tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun
shadaqah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah
hadits digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah
shadaqah.”
Makna shadaqah yang terdapat dalam hadits di atas adalah mengacu pada
makna shadaqah di atas. Bahkan secara tersirat shadaqah yang
dimaksudkan dalam hadits adalah segala macam bentuk kebaikan yang
dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka mencari keridhaan Allah swt.
Baik dalam bentuk ibadah atau perbuatan yang secara lahiriyah terlihat
sebagai bentuk taqarrub kepada Allah swt., maupun dalam bentuk
aktivitas yang secara lahiriyah tidak tampak seperti bertaqarrub kepada
Allah, seperti hubungan intim suami istri, bekerja, dsb. Semua aktivitas
ini bernilai ibadah di sisi Allah swt.
Macam-Macam Shadaqah
Rasulullah saw. dalam hadits di atas menjelaskan tentang cakupan
shadaqah yang begitu luas, sebagai jawaban atas kegundahan hati para
sahabatnya yang tidak mampu secara maksimal bershadaqah dengan
hartanya, karena mereka bukanlah orang yang termasuk banyak hartanya.
Lalu Rasulullah saw. menjelaskan bahwa shadaqah mencakup:
227
mungkar, maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian.
Dan ia sedang berjalan pada hari itu, sedangkan ia dibebaskan dirinya dari
api neraka.” (HR. Muslim)
228
yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah,
diantaranya adalah:
WASHIYAT
`
a) Ta’rif Washiyat
1. Fuqaha’ yang bermadzhab Hanafiyah menta’rifkan washiyat ialah
memberikan hak memiliki sesuatu secara sukarela (tabarru’) yang
pelaksanaannya ditangguhkan setelah adanya peristiwa kematiandari yang
memberikan, baik sesuatu itu berupa barang maupun manfaat.1
2. Fuqaha’ Malikiyah menta’rifkannya ialah suatu perikatan yang
mengharuskan kepada si penerima washiyat meng-hak-i 1/3 harta
peninggalan si pewashiyat, sepeninggalnya atau yang mengharuskan
penggantian hak 1/3 harta si pewashiyat kepada si penerima washiyat,
sepeninggalnya.2
3. Harta Washiyat:
Yaitu pesan seseorang untuk memberikan hartanya kpd seseorang jika
pemberi washiyat telah wafat, maka perpindahan kepemilikan harta
washiyat akan terjadi setelah pemwashiyat meninggal dunia. Dan syarat
harta wasyiyat tidak boleh lebih dari 1/3 harta mayit, dan juga tidak boleh
229
washiyat untuk ahli waris Karena bisa dobel mendapat dari wasiyat dan
warisan. Jika si pemwasiat membatalkan washiyatnya sebelum ia
meninggal maka hukumnya Boleh.
c) Hukum Washiyat
Washiyat itu adalah suatu tuntutan syari'at untuk dilaksanakan. Namun
demikian jika washiyat tersebut dihubungkan dengan keadaan-keadaan
yang mempengaruhinya, ia tidak terlepas dari ketentuan hukum wajib,
sunnat, haram, makruh dan mubah.
Harta waris
Secara etimologis kata risywah berasal dari bahasa Arab ” رشا- “ يرشو
yang masdarnya bisa dibaca “ ’‘رشوة,’’ ’‘ رشوةatau “ " رشوةyang berati “
“ الجعلوyaitu upah, hadiah, komisi, suap.
Adapun secara terminology, risywah adalah sesuatu yang diberikan
dalam rangka mewujudkan kemaslahatan atau sesuatu yang diberikan
dalam rangka membenarkan yang bathil/salah atau menyalahkan yang
benar.
Risywah melibatkan tiga unsur, yaitu :
a. pihak pemberi (al-rasyi)
b. pihak penerima bantuan tersebut ( al-murtasyi)
c.dan barang bentuk dan jenis pemberian yang diserahterimakan.
Dalam hal ini al-Syaukani lebih tegas mengemukkakan pendapat bahwa
“diharamkan menyuap seoang hakim secara ijma’ atas dasar hadits Nabi “
Allah melaknat orang yang menyuap dan orang yang disuap”. Al-Mansur
Billah, Abu Ja’far dan sebagian ulama mazhab as-Syafi’I berpendapt
bahwa kalau suap dibolehkan untuk menuntut hak yang disepakati maka
itu diperbolehkan. Akan tetepi dahulu mazhab as-Syafi’I tidak
membolehakannya atas dasar keumuman hadits tentang haramnya
risywah. Hadits Nabi tentang Risywah:
230
يمشي الذي يعني الرائش والمرتشيو الراشي وسلم عليه هللا صلي هللا رسول لعن قال ثوبان عن
احمد رواه( بينهما
Artinya: Dari Tsauban berkata: Rasulullah melaknat oaring yagng
menyuap dan yang disuap, dan orang yang menghubungkan yaitu orang
yang berjalan dia antara keduanya.(HR. Ahmad)
المرتشي و الراشي وسلم عليه هللا صلس هللا رسول لعن قال عمر بن هللا عبد عن
Artunya: Dari ‘Abdillah bin Umar berkata: Rasulullah Saw melaknat
orang yang menyuap dan orang yang disuap
احمد رواه( الحكم في المرتشي و الراشي وسلم عليه هللا صلي هللا رسول لعن قال هريرة ابي عن
والتىميذى دود وابو
Dari Abu Hurairah ra. Berkata Rasulillah Saw melaknat orang yang
menyuap dan orang yang disuap di suatu hukum (HR. Ahmad, Abu Daud
dan Tirmidzi)
الخمسة رواه( تشي المر و الراشي سلم و عليه هللا صلي هللا رسول لعن قال عمرو بن هللا عبد عن
الترميذى صحيحه و ئ النسا اال
Dari ‘abdillah bin ‘umar ra. Berkata “Rasulullah Saw melaknat orang
yang menyuap dan orang yang disuap (HR, Sunan khomsah kecuali Imam
Nasai dan di shohihkan oleh Tirmidzi)
Setelah menjelaskan hadits-hadits tentang risywah di atas, dalam
paparannya syukani secara jelas mengatakan bahwa bila ada seseorang
yang menganggap ada bentuk- bentuk risywah tertentu dan dengan tujuan
tertentu diperbolehkan, maka hal itu harus disertai dengan alas an dan
dalil yang diterima. Sebab, dalam hadits tentang terlaknatnya para pelaku
risywah tidak disebutkan tentang jenis dan criteria-kriteria risywah.
231
berpendapat bahwa seseorang tidak dianggap berdosa ketika dia
mnggunakan/mengatur diri dan hartanya (untuk elkukan penyuapan)pada
saat dia terancam dengan ketidakadilan.
Dijelaskan oleh Muhammad bin Ismail al-Kahlani al-San’ani bahwa
suap secara ijma’ dinyatakan haram, baik diberikan kepada hakim atau
petugas atas nama sedekah maupun diberikan buakn kepada keduanya.
Pendapat yang biasa diperoleh seorang hakim terdiri atas empat macam ;
suap, hadiah, gaji, dan rejeki. Suap agar hakim memutuskan perjara secara
tidak benar maka status hukumnya adalah haram, baik bagi pemberi
maupun penerima suap. Akan tetapi, jika tujuannya agar hakim
memutuskan perkara secra benar untuk (menyelesaikan) piutang pihak
pemberi suap maka motif suap sperti ini haram bagi hakim, tetapi halal
bagi penyuap sebab tujuannya untuk memperjuangkan hak yang mesti
diterima oleh penyuap. Suap motif ini sama denag upah bagi pemenang
sayembara yang bisa menemukan budak yang kabur dan sama dengan
upah oaring yang dipercaya dalam memenangkan persengketaan.
Suap yang dianggap halal sebagaimana paa ulama hadis pada
umumnya, yaitu suap yang dilakukan oleh seorang dalam rangka
memperjuangkan hak yang harus diterimanya, dalam contoh
penjelasannya disebutkan memperoleh harta milik yang masih piutang
pihak lain. Menurut al-san’ani, hakim dianggap sebagai pemenang
sayembara atau wakil delegasi yang berhasil dalam usaha membela klien
sehingga wajar jika mendapatkan upah atau jasa.
Hukum perbuatan risywah disepakati oleh para ulama adalah haram,
Khususnya risywah yang terdapat unsur membenarkan yang salah dan
atau menyalahkan yang mestinya benar. Akan tetapi ,para ulama
menganggap halal sebuah bentuk suap yang dilakukan dalam rangka
menuntut atau memperjuangkan hak yang mesti diterima oleh pihak
pemberi suap atau dalam rangka menolak kezaliman ,kemudaratan , dan
ketidakadilan yang di rasakan oleh pemberi suap.
Klasifikasi risywah
232
kezaliman, dan ketidakadilan yang di rasakan oleh pihak pemberi suap
tersebut.
Unsur riswah
233
PENGERTIAN WAKAF
Wakaf merupakan salah satu cara ibadah atau cara menghampiri diri
kepada Allah?(taqarrub ilallah) menerusi harta kekayaan. Wakaf juga
merupakan salah satu ibadah yang awal di dalam Islam yang diizinkan
oleh syarak. Dengan itu amalan wakaf telah menjadi satu tradisi kepada
para pemerintah dan hartawan-hartawan muslimin di abad-abad dan
pertengahan Islam yang dilakukan secara meluas khususnya di negara-
negara Arab dan Asia Tengah. Sehingga dikebanyakan negara Arab
ditubuhkan satu kementerian khas untuk mengendalikan urusan harta
wakaf – disebabkan harta wakaf yang terlalu banyak dan tidak terurus.
RUKUN-RUKUN WAKAF
5. Pewakaf (Al-Wakif)
6. Harta yang diwakafkan (Al-Mawquf)
7. Penerima manfaat wakaf (Al-Mawquf’alaih)
8. Lafaz Akad ( Al-Sighah)
234
1. Pewakaf
a. Merdeka
b. Baligh
c .Berakal
d. Berkelayakan untuk berwakaf
e. Sukarela ( tidak dipaksa untuk berwakaf )
4. Lafaz akad
Akad adalah kata-kata yang boleh difahami atau tulisan untuk sesuatu
tujuan wakaf. Akad adalah wajib bagi mengesahkan wakaf.
Latar Belakang
Bahkan kebiasaan dalam hal bersumpah tersebut sudah ada sejak nilai
doktrin Islam belum eksis tatanan bangsa Arab. Meskipun bangsa Arab
dikenal dengan menyembah berhala (paganism) mereka tetap
rnenggunakan kata Allah dalam sumpahnya, seperti disinyalir oleh al-
Qur’an dalam surat Al-Fathiir yang berbunyi:
235
Artinya:”Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat
sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi
peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu
umat-umat (yang lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan,
Maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya
mereka dari (kebenaran)”. (QS. Al-Fathiir [35] : 42)
Artinya:”Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang
sungguh-sungguh: “Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang
mati”. (tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya),
sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia
tiada mengetahui”. (QS. An-Nahl [16] : 38).
Dan bagaimana konsep, redaksi dan lafal sumpah dalam al-Qur’an yang
banyak mewarnai ayat-ayat ?.
236
Kadang-kadang sumpah juga menggunakan huruf-huruf ت, seperti firman
Allah dalam surat Al-Anbiya’
Artinya:”Demi Allah, Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya
terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya”. (QS.
Al-Anbiya [27] : 57)
Tapi, yang paling lazim digunakan atau dipakai dalam sumpah adalah
huruf و.
Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, sumpah diartikan sebagai:
Akan tetapi, bangsa Arab pra-Islam yang dikenal sebagai masyarakat yang
menyembah berhala (paganism). Mereka menyebutkan atau mengatakan
sumpah dengan atas nama tuhannya dengan sebutan Allah, seperti dalam
yang tersurat dalam al-Qur’an surat Al-Ankabuut ayat 61 yang berbunyi:
Artinya:”Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka:
“Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari
dan bulan?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Maka betapakah
mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”. (QS. Al-Ankabuut
[29] : 61)
237
Artinya:”Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang
menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?”
tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi
kebanyakan mereka tidak memahami(nya)”. (QS. Al-Ankabut [29] : 63)
1. Wawu () و
2. Ba’ ( ) ب
238
firman Allah dalam surat Shaad ayat 82 tentang Iblis yang bersumpah
untuk menyesatkan manusia:
Artinya:”Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau Aku akan
menyesatkan mereka semuanya. (QS. Shaad [ 38 ] : 82).
Setelah huruf Ba’ boleh diikuti isim dlahir sebagaimana telah dicontohkan
di atas, dan boleh juga diikuti oleh isim dlamir.
3. Ta’ ( )ت
Dengan masuknya huruf Ta’ ini, ’amil (pelaku)-nya harus dihapuskan dan
tidak bisa diikuti sesudahnya kecuali isim jalalah (nama Allah), yaitu هللا
atau ِّرب.
239
7. Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
[1411] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al
Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya.
diantara Ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena
dipandang Termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya.
golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada
pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian
Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa
Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf
abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya
buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran
itu.
Selain dari unsur-unsur dan redaksi sumpah tersebut di atas, yang paling
fundamental adalah rukun sumpah yang merupakan unsur-unsur sumpah
muncul. Nashruddin Baidan mengungkapkan bahwa rukun sumpah ada 4,
yaitu:
240
Mukhatab tidak percaya terhadap ucapan pengujar dinamakandengan
inkary.
Pada kondisi yang psikologis thalaby dan inkary dibutuhkan suatu
penegasan. Keadaan psikologis manusia inilah al-Qur’ an merangkumnya
dengan konsep qasam yang mengadaptasi terhadap kebiasaan (bahasa)
Arab.
241
ketika menguatkan atau menyakinkan suatu persoalan. Sedangkan Abu al-
Qasim al-Qusyairi berpendapat al-qasam dalam al--Qur’an untuk
menyempumakan dan menguatkan argumentasi (hujjah). Dia beralasan
untuk memperkuat argumentasi itu bisa dengan kesaksian (syahadah) dan
sumpah (al-qasam). Sehingga tidak ada lagi yang bisa membantah
argumentasi tersebut, seperti :
1. QS.3:18 yang berbunyi :
Namun sebagai kitab suci seperti yang digagas Mohammed Arkoun, al-
Qur’an adalah sebuah teks yang terbuka dan teks yang menelaah berbagai
situasi batas kondisi manusia: keberadaan, cinta kasih, hidup dan mati.
242
Pemyataan Arkoun ini mengisyaratkan adanya dialektika aan psikologis
manusia yang ‘diajak bicara’.
Kesimpulan
SAKSI
Hakikat Persaksian
Islam dibangun di atas lima rukun. Yang pertama adalah kesatuan dari dua
syahadah (persaksian) هللاُ إالَّ إِلهَ ِّل أ َ ْنdan syahadah س ْو ُل ُم َح َّمدًا أ َ َّن
ُ هللاِ َر. Dua
syahadah ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sebab
yang satu melazimkan yang lainnya. Kesatuan kedua syahadah tersebut
tampak jelas tatkala keduanya dijadikan satu perkara yang harus diserukan
kepada manusia untuk kali yang pertama sebelum sholat, zakat, dan
kewajiban yang lain.
243
menuntut kesesuaian dengan sunnah Rosululloh. Sedangkan setiap amalan
ibadah tidak akan diterima oleh Alloh kecuali bila terpenuhi dua syarat
tersebut; ikhlas dan sesuai dengan sunnah Rosululloh.
Oleh karena itu sebagai seorang muslim tidak cukup memahami hakikat
ْ َ هللا إالَّ ِإلهَ ْل أsemata kecuali ia juga harus memahami hakikat
syahadah ن
َّ َ أ
syahadah ن س ْو ُل ُم َح َّمدًا
ُ هللاِ َر.
Makna Syahadah/Kesaksian
Makna syahadah ini melahirkan sebuah kewajian atas setiap muslim, yaitu
mewujudkan syahadahnya dalam bentuk keyakinan dalam hati atas
maknanya, dan mengakui dengan ikrar lisannya, kemudian dia terapkan
dalam bentuk mengikuti sunnah beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam
dengan amalan anggota badannya. Sehingga ia pun beramal ibadah
menurut petunjuk beliau dan tidak beramal ibadah yang ditujukan kepada
beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Aplikasi Syahadah
244
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).5. Yang diajarkan
kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (QS. An-Najm [53] : 1-5)
Maka seorang muslim akan mengimani dan meyakini serta melakuan hal-
hal berikut:
245
Dari Ibnu Abbas bahwa beliau mendengar Umar bin Khothob khotbah di
atas mimbar dengan mengatakan, “Aku mendengar Nabi Shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda artinya :
3. Beriman dan meyakini bahwa beliau adalah penutup para nabi dan
rosul, dan bahwa Alqur’an yang beliau bawa kepada umat ini adalah kitab
samawy terakhir yang diturunkan dari sisi Alloh sebagai penyempurna
kitab samawy yang terdahulu, dan bahwa syari’at beliau menghapus
seluruh syari’at sebelumnya.
Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Dan sungguh Alloh telah menjadikan ketataatan kepada beliau sama saja
artinya dengan taat kepada-Nya. Bahkan di banyak ayat Alloh
menyandingkan ketaatan kepada-Nya dengan ketaatan kepada beliau
seperti pada ayat di atas.
246
Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rosul, sesungguhnya ia telah
mentaati Alloh. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka
kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (QS. An-
Nisa [4]’: 80)
Mujahid, Qotadah, Robi’ bin Anas, dan Ibnu Zaid berkata bahwa yang
membawa kebenaran (dalam ayat di atas) adalah Rosululloh Shollallohu
‘alaihi wa sallam. Dan Abdur Rohan bin Zaid bin Aslam berkata bahwa
yang membenarkan (dalam ayat di atas) adalah kaum muslimin.
247
248
Artinya : Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman
kepada Alloh dan Rosul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-
Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Fath
[48] : 8-9)
250
Artinya : Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah
aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Alloh
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imron [3] : 31)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al
Quran) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Alloh dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’[4] : 59)
13. Mendahulukan sunnah beliau di atas seluruh pendapat siapa pun dari
manusia. Alloh Azza wa Jalla berfirman:
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului
Alloh dan Rosul-Nya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Hujurot [49] : 1)
251
Artinya : …Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya
takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. An-Nur
[24] : 63)
Muhasabah
Tinjau kembali syahadah diri kita, lalu luruskan dan benarkan, kemudian
segera aplikasikan. Wabillahit taufiq.
Bertambah lagi usia bangsa ini. Indonesia Raya genap 63 tahun. Namun
masa yang telah lewat itu belum mendekatkan nasib bangsa ini kepada
negara yang dicita-cita seperti yang termaktub dalam alinea terakhir
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945: Negara yang pemerintahannya
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
252
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Masalah-masalah Bangsa
Di bidang ekuin. Kita tidak berdaulat atas nasib ekonomi kita sendiri.
Bahkan, kalah nyali dengan pemodal asing dalam setiap negosiasi
membagi kue hasil usaha. Akibatnya, kita krisis energi. Antre minyak
menjadi pemandangan sehari-hari. Antre bensin. Pemadaman listrik.
Kenapa itu semua terjadi? Banyak faktor yang menjadi sebabnya. Tapi,
ada satu faktor mendasar yang menjadikan itu semua terjadi, yaitu
kegagalan para elite kita memimpin bangsa ini. Sejatinya seorang
pemimpin adalah orang yang secara berani mengambil alih masalah orang
lain menjadi tanggung jawab dirinya. Ia problem solver masalah
lingkungannya. Celakanya, beberapa dekade kepemimpinan bangsa ini
justru diemban bukan oleh seorang problem solver. Jika pun ada, masih
malas berpikir. Tidak kreatif dalam mencari solusi. Setidaknya masih
tambal sulam. Akibatnya, tidak ada satu masalah bangsa pun yang
terselesaikan secara tuntas.
Repotnya lagi jika pemimpin yang terpilih justru menjadi problem bagi
bangsa ini. Setiap hari rakyat digempur dengan masalah-masalah yang
tidak perlu tapi dibuat pemimpin jenis ini. Sehingga tak heran jika hampir
semua pemimpin di negeri ini masa akhir jabatannya adalah tragedi.
Soekarno sebelumnya dielu-elukan rakyat, akhir masa jabatannya tercatat
253
begitu suram. Ia digoyang dan dijatuhkan oleh rakyat. Mati dalam
kesendirian.
Tak heran jika akhirnya masalah-masalah yang membelit bangsa ini jadi
bertumpuk dan tidak pernah diselesaikan. Sebab, kepemimpinan yang ada
hanya sibuk membangun benteng kekuasaan dengan permainan citra.
Semua masalah bangsa diselesaikan dengan retorika, iklan di media
massa, atau setidaknya dengan kata “akan” lewat statemen di forum
kenegaraan. Dengan kata “akan” itu seolah-olah masalah telah
terselesaikan. Padahal tidak. Persis seperti seorang ABG yang mendempul
wajahnya dengan bedak tebal guna menutupi bopeng bekas jerawat.
Wajahnya terlihat mulus memang. Tapi, bopeng di wajahnya masih tetap
ada.
Itulah hukum besi suatu perubahan. Sesuatu berubah dan menjadi baru
karena memang diganti dengan yang baru. Banyak cara melakukan
perubahan. Ada yang mengambil jalan radikal revolusioner. Perubahan
radikal. Terbuka juga model persuasif gradual. Hanya saja cara terakhir
ini ternuansa kompromi. Di tahun 1998 bangsa ini memilih cara
kompromi. Reformasi adalah buah kompromi rejim Orde Baru yang
membuka ruang bagi kaum reformis untuk tampil di tingkat nasional.
Yang terjadi kemudian –dan itu kenyataan hari ini—kompromi itu
menghasilkan simbiosis yang aneh yang kemudian menjadi paradoks
gerakan reformasi. Tak jelas lagi siapa yang reformis dan siapa yang
antireformasi.
Perubahan baru yang signifikan baru akan terjadi jika terjadi perubahan
kepemimpinan yang cukup radikal. Bangsa ini membutuhkan pemimpin
baru. Pemimpin yang menjadi antitesis karakteristik kepemimpinan gaya
lama. Tapi, tentu saja kepemimpinan baru itu tidak berpola pikir nihilis.
Pasti ada sisi-sisi positif yang dihasilkan dari kerja kepemimpinan masa
lalu. Hal-hal positif itu tentu saja batu pijakan yang bagus untuk memulai
step baru bagi perjalan bangsa ini ke depan.
254
keteguhan terhadap ideologi dan cita-cita perjuangan, serta sabar dalam
berjuang. Aktor perubah berkarakter seperti itulah yang dibutuhkan
sebagai pemimpin di hari ini. Jangan sampai bangsa ini seperti keledai.
Selalu mengulang kesalahan yang sama: memilih pemimpin bertipe
makelar yang hanya mencari untung bagi kepentingan pribadinya sendiri.
255
sebagai konsensus nasional, menguasai detil masalah kunci kebangsaan
dan mampu melibatkan semua elemen yang kompeten dalam tim kerja
yang solid.
Tipe pemimpin baru seperti ini bukan hanya dibutuhkan segera di pentas
nasional. Tapi, juga di tingkat lokal. Karena itu, bangsa ini membutuhkan
secara masif proses pengkaderan (baca: sekolah kepemimpinan) yang
outputnya bisa diuji di tingkat regional bahkan global. Indonesia tidak
mungkin memainkan peranan di arena antar bangsa tanpa anak-anak
bangsa yang memiliki kualitas kepemimpinan yang mumpuni.
256
perubahan itu tercipta dari isu-isu seperti globalisasi, regionalisasi,
knowledge economy, dan borderless world.
Dalam menghadapi situasi dunia yang dinamis seperti itu, bangsa ini
harus punya perspektif yang berbeda tentang tipe kepemimpinannya.
257
bangsa kita. Dengan demikian, pemimpin masa depan negeri ini mampu
mengelola segala perbedaan budaya, latar belakang suku dan agama, serta
kepentingan seluruh elemen bangsa ini lalu mengubahnya menjadi
peluang dan kelebihan. Jadi pemimpin masa depan adalah pemimpin yang
berpikiran terbuka (open minded).
Selain itu, pemimpin masa depan adalah ketiga pemimpin yang sadar
betul bahwa segala tindakan dan keputusannya akan berpengaruh terhadap
orang lain atau sekelompok masyarakat. Dan ini juga yang melandasi
kepemimpinannya menjadi begitu empati dengan nasib dan derita
rakyatnya. Dalam sejarah mungkin kepedulian Umar bin Khaththab
seperti dongeng yang mustahil bagi pemimpin masa sekarang. Umar
memanggul sendiri sekarung gandum saat ia mendapati seorang ibu
memasak batu untuk mendiamkan anaknya yang lapar. Jika ada perasaan
empati seperti ini sedikit saja saat ini, tentu rakyat korban Lumpur
Lapindo tidak akan mengalami penderitaan yang menahun.
Sudah bukan masanya lagi suksesi kepemimpinan diseleksi oleh para elite
sendiri. Apalagi jika berdasarkan keturunan. Seorang ibu dan ayah
menyerahkan tongkat kepemimpinan partainya kepada anak kandungnya,
atau seorang paman kepada keponakkannya. Seharusnya pemimpin adalah
seorang petani yang membuka ladang seluas-luasnya agar bibit-bibit
pemimpin baru tumbuh di sekelilingnya. Adalah fakta bahwa bangsa
Indonesia punya potensi yang luar biasa. Bukan sekali dua kali pemuda-
pemudi kita menjadi juara olimpiade ilmiah di pentas internasional. Kita
258
juga saksikan di layar kaca talenta bocah-bocah negeri ini di arena Pildacil
dan acara sejenisnya. Tentu potensi mereka akan tidak tumbuh-kembang
jika kepemimpinan bangsa ini dihegemoni berdasarkan satu atau dua trah
keturunan saja.
259
yang terlibat dan menyangga kepemimpinan masa lalu. Dibutuhkan
seorang pemimpin yang amanah, visioner, berani, jujur dengan cita-cita
perjuangan, memiliki komitmen dan keteguhan terhadap ideologi dan
cita-cita perjuangan, serta sabar dalam berjuang. Sosok pemimpin itu
seharusnya bertindak tidak harus menunggu protes dari masyarakatnya,
tetapi dia mempunyai inisiatif tersendiri dalam bertindak dan mengambil
suatu keputusan yang terbaik. Dia memiliki sikap empati yang dalam
terhadap masyarakat yang dipimpinnya.
260
memberikan pandangannya terhadap kondisi bangsa Indonesia dari sudut
pandang seorang pelaku ekonomi. Para pengusaha perlu mendapat
dukungan dari Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam mengembangkan
sektor usahanya agar dapat menarik investor dari luar maupun dalam
negeri. Selama ini, Pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap
pengusaha dalam menjalankan perekonomian maupun sektor bisnis dalam
pemerintahan. Menurut Sofjan, bila pemerintah bisa bekerjasama dengan
pengusaha, maka baik sektor perekonomian dan bisnis dapat berjalan
dengan baik dan lebih efisien.
A. PENGERTIAN JINAYAH/KEJAHATAN
Fikih jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan jinayah. Pengertian fikih
secara bahasa (etimologi) berasal dari lafal faqiha, yafqahu, fiqhan, yang
berarti mengerti, atau paham. Sedangkan pengertian fiqh secara istilah
(terminologi) fikih adalah ilmu tentang hukum- hukum syara’ praktis yang
diambil dari dalil- dalil yang terperinci.
Adapun jinayah menurut bahasa (etimologi) adalah nama bagi hasil
perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang diusahakan. Sedangkan
jinayah menurut istilah (terminologi) adalah suatu perbuatan yang
261
dilarang oleh syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau
lainnya.
262
mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik. (QS. Al-Maidah [5] : 49)
Firman Allah dalam ayat lain berbunyi :
Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’[4] : 65).
C. UNSUR JINAYAH/KEJAHATAN
1. Unsur Formal, seperti ancaman
Adanya nash, yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai
ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan diatas.unsur ini dikenal
dengan (al ruknu al-syar’i).
2. Unsur Moriel
Adanya perbuatan yang membentuk jinayah, baik melakukan perbuatan
yang dilarang atau meniggalkan perbuatan yang diharuskan. Unsur ini
dikenal dengan (al-ruknu al-madi).
3. Unsur Material
Pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khithab atau dapat
memahami taklif..unsur ini dikenal dengan (al-ruknu al-adabi).
1. JARIMAH PEMBUNUHAN
Pembunuhan ada tiga macam
a. Pembunuhan disengaja
Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang mukallaf dengan menggunakan
alat yang biasa untuk membunuh/mematikan disertai dengan niat untuk
membunuh.
= Sanksi pembunuhan disengaja.
Pembunuhan yang disengaja jika telah memenuhi syarat wajib di qisash,
jika mendapat maaf dari keluarganya maka dengan membayar diyat, atau
jika mendapat pengampunan penuh oleh keluarga terbunuh maka dapat
dibebaskan.
Allah SWT. Berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu untuk
melaksanakan qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh….”
(Qs. al-Baqarah: 178)
263
Yaitu menyengaja suatu perbuatan aniaya terhadap orang lain, dengan alat
yang pada umumnya tidak mematikan, sehingga membuat korban
meninggal.
= Sanksi pembunuhan semi sengaja
Untuk pembunuhan ini tidak wajib qisas, tapi hanya diwajibkan
membayar denda (diyat) berat kepa keluarga korban (ahli yang dibunuh)
diangsur selama tiga tahun.
c. Pembunuhan tidak sengaja (pembunuhan tersalah)
Yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya maksud
(niat)membunuh, baik dilihat dari perbuatan maupun orangnya.
= Sanksi pembunuhan tersalah
Hukum pembunuhan tersalah ini yaitu tidak wajib qisas, tetapi hanya
wajib membayar denda (diyat) ringan yang dibebankan kepada keluarga
pembunuh, bukan kepada si pembunuh.seperti Fiman Allah dalam surah
An-Nisa (4) : 92.
92. Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan Barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali
jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia (si terbunuh)
dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan
kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya[337], Maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.
264
[335] Diat ialah pembayaran sejumlah harta karena sesuatu tindak pidana terhadap
sesuatu jiwa atau anggota badan.
[336] Bersedekah di sini Maksudnya: membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat.
[337] Maksudnya: tidak mempunyai hamba; tidak memperoleh hamba sahaya yang
beriman atau tidak mampu membelinya untuk dimerdekakan. menurut sebagian ahli
tafsir, puasa dua bulan berturut-turut itu adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan
memerdekakan hamba sahaya.
2. JARIMAH PENCURIAN
Pencurian adalah mengambil barang milik orang lain yang bukan haknya
yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya.
= Sanksi jarimah pencurian.
1. Seorang pencuri yang telah memuhi syarat yakni: mukallaf, berakal
sehat, barang sampai nisab maka harus dipotong tangannya dan Ia harus
mengembalikan barangnya kalau masih ada, dan mengganti kalau sudah
tidak ada.
Allah berfirman
Artinya : “laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (al-Maidah [5] : 38)
3. JARIMAH PERAMPOKAN
Perampokan atau Hirabah adalah keluarnya gerombolan bersenjata
didaerah islam untuk mengadakan kekacauan, penumpahan darah,
perampasan harta, mengoyak kehormatan, merusak tanaman, peternakan,
citra agama, akhlak, ketertiban dan undang-undang baik gerombolan
tersebut dari orang islam sendiri maupun kafir Dzimmi atau kafir Harbi.
= Sanksi jarimah perampokan
1. Dibunuh,
2. Disalib,
3. Dipotong tangan dan kakinya secara silang,
4. Dibuang dari negeri tempat kediamannya.
Allah berfirman yang berbunyi :
265
Artinya : “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki
mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat
kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.”(QS.
Al-Maidah [5] : 33) [] Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan
kaki kiri; dan kalau melakukan lagi Maka dipotong tangan kiri dan kaki
kanan.
5. JARIMAH ZINA
Zina dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang menyangkut hubungan
seksual dan semacamnya tanpa adanya ikatan suami-istri yang dilakukan
oleh mukallaf baik yang sudah menikah atau masih bujang..
= Sanksi jarimah zina`
Zina dibagi dua:
a. Zina muhson
Adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh seorang yang telah menikah
secara sah.
maka hukumnya dengan rajam, yaitu dilempari batu hingga mati
b. Zina ghairu muhson
Adalah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang yang belum menikan.
Makah hukumannya dengan jilid/dipukul 100 kali dan diasingkan selama
setahun.
Allah SWT. Berfirman :
Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah
belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman.QS, An-Nur [24] : 2)
266
Secara bahasa, khamr artinya sesuatu yang menutupi, sedangkan menurut
dalam itilah fiqh yaitu segala macam yang memabukan. Sebagaimana
sabda Rsulullah SAW yang artinya kurang lebih; " Tiap-tiap yang
memabukan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram." (HR. Muslim)
Menurut Mazhab Syafi’i, had khamr adalah didera 80 kali, namun
menurut Mazhab Hanafi, had khamr adalah dera 40 kali. Dan pelaksanaan
hukumannya dilakukan setelah semuanya benar-benar terbukti dan
dilaksanakan di khalayak ramai seperti halnya pezina.
Rasulullah SAW. Bersabda:
"Dari Anas Bin Malik ra, dihadapkan kepada nabi SAW seseorang yang
telah meminum khamr, kemudian menjilidnya dengan dua tangkai kurma
kira-kira 40 kali." (HR Mutafaqun 'alaihi).
267
G. PEMBUKTIAN PELAKSANAAN JARIMAH (QISASH DAN
DIYAT)
268
A. PEMBUNUHAN
Macam-macam pembunuhan dan hukumnya :
Pembunuhan ada 3 macam (1) Pembunuhan yang disengaja (Qatlul
‘amad); (2) Pembunuhan yang tidak disengaja (Qatlul syibhul ‘amad); dan
(3) Pembunuhan yang tidak ada unsur membunuh (Qatlul Khatha’)
269
Misalnya orang melempar batu ke hutan tiba-tiba oran g mati terkena batu
tersebut.
C. QISHASH/BALASAN
1. Pengertian Qishash
Menurut syaraâ’ qishash ialah pembalasan yang serupa dengan perbuatan
pembunuhan melukai merusakkan anggota badan/menghilangkan
manfaatnya, sesuai pelangarannya.
270
hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh-
nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum
ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah
menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat Dia
mendapat siksa yang pedih.
3. Syarat-syarat Qishash
a. Pembunuh sudah baligh dan berakal (mukallaf). Tidak wajib qishash
bagi anak kecil atau orang gila, sebab mereka belum dan tidak
berdosa.
b. Pembunuh bukan bapak dari yang terbunuh. Tidak wajib qishash
bapak yang membunuh anaknya. Tetapi wajib qishash bila anak
membunuh bapaknya.
c. Orang yang dibunuh sama derajatnya, Islam sama Islam, merdeka
dengan merdeka, perempuan dengan perempuan, dan budak dengan
budak.
d. Qishash dilakukan dalam hal yang sama, jiwa dengan jiwa, anggota
dengan anggota, seperti mata dengan mata, telinga dengan telinga.
e. Qishash itu dilakukan dengn jenis barang yang telah digunakan oleh
yang membunuh atau yang melukai itu.
f. Orang yang terbunuh itu berhak dilindungi jiwanya, kecuali jiwa
oran g kafir, pezina mukhshan, dan pembunuh tanpa hak. Hal ini
selaras hadits rasulullah, ‘Tidakklah boleh membunuh seseorang
kecuali karena salah satu dari tiga sebab: kafir setelah beriman,
berzina dan membunuh tidak dijalan yang benar/aniaya’ (HR.
Turmudzi dan Nasaâ’)
Semua anggota tubuh ada qishashnya. Hal ini selaras dengan firman-Nya,
Artinya : ‘Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata,
hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka
luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya,
271
Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.’ (QS. Al-Maidah [5] : 45)
C. HIKMAH QISHASH
Hikmah qishash ialah supaya terpelihara jiwa dari gangguan pembunuh.
Apabila sesorang mengetahui bahwa dirinya akan dibunuh juga. Karena
akibat perbuatan membunuh orang, tentu ia takut membunuh orang lain.
Dengan demikian terpeliharalah jiwa dari terbunuh. Terpeliharalah
manusia dari bunuh-membunuh.
D. DIYAT/DENDA
1. Pengertian Diat
Diyat ialah denda pengganti jiwa yang tidak berlaku atau tidak dilakukan
padanya hukuman bunuh.
a. Bila wali atau ahli waris terbunuh memaafkan yang membunuh dari
pembalasan jiwa.
b. Pembunuh yang tidak sengaja
c. Pembunuh yang tidak ada unsur membunuh.
2. Macam-macam diyat
Diyat ada dua macam :
a. Diyat Mughalazhah, yakni denda berat
Diyat Mughalazhah ialah denda yang diwajibkan atas pembunuhan
sengaja jika ahli waris memaafkan dari pembalasan jiwa serta denda
aas pembunuhan tidak sengaja dan denda atas pembunuhan yang tidak
ada unsur-unsur membunuh yang dilakukan dibulan haram, ditempat
haram serta pembunuhan atas diri seseorang yang masih ada hubungan
kekeluargaan. Ada pun jumlah diat mughallazhah ialah : 100 ekor unta
terdiri 30 ekor unta berumur 3 tahun, 30 ekor unta berumur 4 tahun
serta 40 ekor unta berumur 5 tahun (yang sedang hamil).
272
b. Diyat Mukhaffafah, yakni denda ringan.
Diyat Mukhoffafah diwajibkan atas pembunuhan tersalah. Jumlah
dendanya 100 ekor unta terdiri dari 20 ekor unta beurumur 3 tahun, 20
ekor unta berumur 4 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2 tahun, 20
ekor unta jantan berumur 2 tahun dan 20 ekor unta betina umur 1
tahun.
Diyat Mukhoffafah dapat pula diganti uang atau lainya seharga unta
tersebut. Diat Mukhoffafah adalah sebagai berikut :
· Pembunuhan yang tersalah.
· Pembunuhan karena kesalahan obat bagi dokter.
· Pemotongan atau membuat cacat serta melukai anggota badan.
Gigi satu bernilai 5 ekor unta. Kalau seseorang meruntuhkan satu gigi
orang lain harus membayar dengan 5 ekor unta. Kalau meruntuhkan 2,
harus membayar 10 ekor. Bagaimana kalau seseorang meruntuhkan semua
gigiorang lain, apakah harus membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi
tersebut ? Ulama berbeda pendapat. Sebagian berpendapat : cukup
273
membayar diyat 60 ekor unta (dewasa). Ulama lain berpendapat harus
membayar 5 ekor unta kali jumlah gigi.
Hal Sumpah
Orang yang menuduh membunuh harus mengemukakan bukti dan oran g
yang menolak tuduhan harus bersumpah. Apabila ada pembunuhan yang
tidak diketahui pembunuhnya, wali dari yang terbunuh bisa menuduh
kepada sesorang atatu suatu kelompok yang mempunyai kaitan dengan
pembunuhan, yaitu menyebutkan data-data.
E. KIFARAT PEMBUNUHAN
Pembunuh disamping dia wajib menyerahkan diri unutk dibunuh atau diat
(denda) maka ia diwajibkan juga membayar kifarat. Diyat adalah jenis
denda sebagai tanda penyesalan atau belasungkawa kepada keluarga
korban. Sedang kifarat adalah jenis denda sebagai tanda taubat kepada
Allah SWT.
Pengertian Hudud
ZINA
Memasukkan hasyafah ke faraj wanita
Melakukan persetubuhan terhadap perempuan yang bukan milik secara
sah, sedang penzina itu adalah seorang yang waras,baligh dengan
274
kemauan sendiri serta ia mengetahui perbuatan yang dilakukan itu adalah
haram.
Syarat Had Zina.
Cukup umur
Waras
Kemauan sendiri
Jelas kelelakian dan kewanitaannya
Masuk kesemua hasyafah kedalam faraj
Persetubuhan yang bukan syubhat
Keterangan saksi
Jumhur ulama’ sepakat menyatakan sabit kesalahan dan had zina terhadap
seseorang mestilah dengan penyaksian 4 orang saksi lelaki yang adil.
DALIL
4 orang laki-laki
Baligh.
Sempuna akal.
Orang yang adil yaitu orang menjauhi dosa-dosa besar dan tidak
berterusan melakukan dosa kecil. Dengan kata-kata lain, ia tidak fasiq,
diketahui keadilannya dan bukan orang yang hasad atau khianat.
Beragama Islam.
Benar-benar melihat kejadian zina sehingga dapat memberi keterangan
dengan jelas, tempat dan tiada keraguan tentang pelakunya, cara pelakuan,
tempat dan masa berlaku perbuatan zina.
Penyaksian itu benar-benar membuktikan berlaku zina.
Sekiranya tidak cukup saksi atau didapati saksi itu tidak apat
membuktikan tuduhan tersebut atau mereka berlaku anat, maka mereka
wajib menerima hukuman qadzaf iaitu 80 kali sebat.
(Surah al-Nur 24: 4) yang bebunyi :
275
4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina)
dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang
menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat
selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.
[1029] Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang Suci,
akil balig dan muslimah.
.
Cara membawa keterangan di kalangan saksi-saksi
Imam Syafi’l
Saksi-saksi boleh datang secara serentak atau berasingan. Semuanya
dikira sah.
Saksi yang datang secara berasingan lebih baik,kerana boleh mengelakkan
daripada berlaku dusta atau mungkin mereka sama-sama berpakat
memberi keterangan palsu.
Pengakuan zina
276
Qarinah atau Bukti Pertalian
Qarinah
Had zina
277
Batu yang digunakan untuk merejam, batu yang sederhana besamya. Jika
terlalu kecil akan lama pesalah itu menderita dan jika terlalu besar akan
terlalu cepat nyawa pesalah dihabiskan dan luput maksud keseksaan dan
had zina.
Pesalah akan disebat dengan cemeti sebanyak 100 kali sebatan sederhana.
Cemeti hendaklah kering dan tidak bercabang dengan tidak perlu
ditanggalkan palkaian kecuali jika ia memakai pakaian tebal seperti
pakaian musim sejuk.
Sebatan itu tidak bolch ditumpukan kepada satu-satu bahagian anggota
supaya tidak luka kerana tujuan sebatan bukan untuk membunuh atau
membinasakan, tetapi untuk mencegah masalah daripada melakukan
kejahatan.
Hukuman ini juga tidak boleh dijalankan pada masa pesalah sakit,
ke-datangan nifas dan sedang hamil, pada hari terlalu panas atau terlalu
sejuk.
QADZAF
Kadar Had
Kadar had qadzaf ialah 80 kali sebat
Tidak diterima persaksiannya dalam perkara-perkara lain
Dicela sebagai orang yang fasiq.
Rukun Qadzaf
Orang yang menuduh
Orang yang dituduh.
Lafaz tuduhan zina atau menafikan kandungan atau anak yang dilahirkan.
Tuduhan
Tuduhan yang dilemparkan kepada yang tertuduh hanya me-liputi dua
perkara:
278
Tuduhan zina.
i. “wahai orang yang berzina”
Lafaz Qadzaf
Soreh (nyata)
“wahai penzina”,
“bapa kamu berzina”
Kinayah (kias)
“wahai pelaku perbuatan terkutuk”
“wahai perempuan kotor”.
Ta’ridh (sindiran)
“keturunanku tidak pemah melakukan zina”,
i. “isterimu sudah rosak’
ii. “masakan engkau rela hidup dengan perempuan yang kotor”.
Berakal sempuma.
Baligh.
Gagal membuktikan tuduhan zina dengan empat orang saksi yang adil.
Bukan bapa, datuk sehingga turutan keturunan ke atas, begitujuga bukan
ibu, nenek sehingga turutan keturunan ke atas
Bukan paksaan.
Berpegang dengan ahkam.
Tidak mendapat keizinan daripada orang yang kena tuduh.
Keterangan saksi:
279
Bilangan saksi itu memadai dua orang sahaja. Maka sabitlah kesalahan
qadzaf terhadapnya (al-qadzif) dan dia dikenakan had qadzaf.
Pengakuan (ikrar):
MINUM ARAK
Arak ialah segala bahan yang memabukkan sebab meminumnya baik yang
diproses melalui buah tamar,anggur, gandum,nira,tapai,beras atau
sebagainya. Apa yang penting nunuman itu memabukkan.
Dalil pengharaman Minuman Keras :
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi.
Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".
dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:
" yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir,
[136] Segala minuman yang memabukkan.
Hikmah pengharaman
Boleh melemahkan akal fikiran
280
Menghilangkan kewarasan akal
Membahayakan kesihatan seperti barah
Membazirkan wang
Sanggup melakukan apa saja tanpa segan silu
Dosa besar
Membahayakan diri sendiri dan orang lain
MENCURI
Ambil barang orang lain secara sembunyi atau tanpa kebenaran daripada
tempat simpanan yang sepatutnya.
Dalil
Qur’an surat Al-Maidah : 38 yang berbunyi :
Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
281
dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Syarat Pencuri
Dipotong tangan. Hukuman ini tidak boleh dimaafkan oleh sesiapa dan
tidak boleh ditukar
Memulangkan semula barang yang dicuri kerana barang yang dicuri itu
hak manusia .Oleh itu barang itu wajib dipulangkan kepada tuannya dan
tidak memadai hanya dipotong tangan.
Keterangan saksi:
282
Pencuri menarik balik pengakuan, sedangkan per-tuduhan ke atasnya
dibuat tanpa bukti, hanya bersandar-kan semata-mata kepada
pengakuannya.
Pencuri mengakui bahawa barang yang dicuri adalah miliknya dengan
bukti yang sah yang dapat diterima kesahihannya.
Hukuman bunuh.
Hukuman bunuh dan salib.
Hukuman potong kaki dan tangan secara berselang seli secara sekali gus.
Hukuman dibuang kedaerah lain.
lmam Syafi’i,
hukuman tazir, buang kedaerah lain saja.
Membunuh
Perompak Bertaubat
Jumhur berpendapat
Orang bertaubat sebelum ditangkap terserah kepada Allah Tidak
dikenakan had
Orang yang menjadi mangsa.
Barang yang disamun.
Tempat kejadian dan alat yang digunakan.
283
1. Hendaklah ia baligh dan sempurna akal.
2. Tidak ada perbezaan antara lelaki dan perempuan.
Orang yang menjadi mangsa:
MEMBERONTAK
Al-Bughah dari segi bahasa bererti pelampau atau melampaui batas
Dari istilah bererti satu kumpulan orang Islam yang menentang pemimpin
muslimiin, melakukan pemberontakan terhadap pemerintahannya dan
enggan mematuhi peraturan dan undang-undang yang dikuatkuasakan
284
oleh pemerintah sama ada orang yang berkaitan dengan hak Allah atau
hak manusia.
Dalam istilah biasa mereka dikenali sebagai pemberontak. Mereka
mempunyai dasar dan undang-undang mereka sendiri, mempunyai
organisasi dan pentadbiran sendiri serta mempunyai kekuatan pertahanan,
tentera dan senjata untuk melaksanakan pemberontakan. Contohnya ialah
al-Khawarij dan al-Haruriyah yang menentang khalifah ‘Ali ra.
1. Perbuatan menderhaka.
2. Penggunaan kekuatan dan kekerasan.
3. Niat memberontak.
285
kewajipan dan tanggungjawab mengikut undang-undang dan peraturan
yang ditentukan olch pemerintah.
286
strategi bagi melaksanakan penentangan dan pemberontakan. Andainya
mereka tidak mempunyai pemimpin, mereka mudah disedarkan dan
dipujuk supaya menghentikan perjuangan yang sia-sia itu.
Tindakan
MURTAD
287
Tindakan seseorang yang keluar daripada agama Islam.
Murtad dan kufur melalui salah satu berikut
Meialui itikad/kepercayaan
i. Contohnya seseorang yang berhasrat kafir atau ragu-ragu dengan
kebenaran al-Qur’an.
Melalui kata-kata dan ucapan.
i. Contohnyatindakan seseorang yang mencaci dan menghina Nabi
s.a.w.
Meialui perbuatan.
i. Contohnya seseorang memijak al-Qur’an dengan tujuan menghina.
288
Hukumaasalnya ialah bunuh berdasarkan Hadith berarti, “Sesiapa yang
menukar agamanya maka bunuhlah ia.”
Hukuman ini wajib dikenakan ke atas setiap orang yang murtad
Sekiranya hukuman bunuh itu tidak dapat dilaksanakan oleh sebab-sebab
tertentu, maka hukuman gantung boleh
dikenakan kepada orang yang murtad mengikut keadaan:
Jika pesalah telah bertaubat, maka hakim atau qadhi boleh mengenakan
hukuman yang sesuai dengan keadaan pesalah seperti sebat, penjara,
denda dan memberi amaran, malahan ada ‘ulama’ yang menyarankan
supaya diberi hukuman yang berat dan ada pula yang menyarankan
diampunkan. Semuanya itu terserah ke-pada kebijaksanaan hakim atau
qadhi dengan melihat kes dan muslihat di sebalik hukuman-hukuman
yang diputuskan.
Hukuman sampingan:
Orang yang murtad itu hendaklah orang yang mukalaf iaitu mempunyai
akal yang sempurna dan baligh.
Telah diberi nasihat dan diminta bertaubat dan diberi tempoh masa untuk
bertaubat.
289
Dapat dipastikan telah murtad sama ada dengan pengakuan sendiri atau
dengan keterangan saksi yang adil yang me-menuhi syarat-syarat saksi.
TA’ZIR
Saya bawakan contoh judi. Judi Allah hina di dalam Al-Quran, Nabi SAW
hina di dalam hadis. Bahkan di dalam mana-mana agama lain, semua
mengkritik dan mengutuk kaki-kaki judi. Tetapi di dalam Al-Quran dan
hadis sendiri tidak dinyatakan perlaksanaan hukuman tertentu kepada judi.
Maka ia bergantung kepada pemerintah. Kalau pemerintah melihat dalam
negaranya mungkin hanya 1% yang bermain judi, mungkin hukuman yang
diberi tidak terlalu berat. Tetapi kalau dalam satu negara, 80% adalah
berjudi, dia mungkin akan meletakkan hukuman yang berat.
Tetapi wujudkah hukuman tertentu yang Allah tetapkan bagi orang yang
terlibat dalam rasuah? Tidak, Nabi pun tidak pernah menyebutnya. Jadi
hukuman yang tidak dinyatakan oleh Allah dan Rasul seperti ini tidak
boleh dikatakan hukum hudud, ia kembali kepada ta’zir, kembali kepada
kecerdikan pemimpin untuk menentukan kadar hukuman sesuai dengan
keperluan.
Sebab itu kalau kita lihat dalam sebuah negara luar, ada yang
mencadangkan sampai rasuah dikenakan hukuman bunuh. Kalau kadar
rasuah sangat membimbangkan, pelaksanaan hukuman rasuah yang berat
perlu dilaksanakan. Sebab itu keluarlah satu kaedah yang ulama sebut,
290
“Tindakan pemerintah ke atas rakyat bergantung kepada kemaslahatan.”
Contoh lain adalah money laundering. Duit yang didapatkan dari aktiviti
haram di luar sana yang hendak dibawa masuk ke negara kita tidak
dibolehkan. Kemudian ia masuk secara haram dan ditangkap. Adakah
apabila hukuman ini tidak dinyatakan di dalam Al-Quran, maka pesalah
dilepaskan?
Judi dalam bola sepak, tidak ada di dalam Al-Quran dan hadis. Perniagaan
menjual manusia, pendatang asing tanpa izin dan sebagainya, perkara
seperti ini apabila tiada hukumannya di dalam Al-Quran maka ianya
dipindahkan kepada kebijaksanaan pemimpin untuk menentukan
hukuman, inilah yang dinamakan ta’zir.
Maksud ta’zir di dalam syariat adalah memberi pelajaran bagi orang yang
berdosa yang tidak ada hukuman dan tidak ada kafarah (tentang dosa
yang dilakukan)-nya.
2. Jenis maksiat yang memiliki kafarah dan tidak ada hukumannya seperti
bersetubuh di siang hari pada bulan Ramadhan.
291
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dan yang lainnya
berpendapat bolehnya melakukan ta’zir dengan membunuh, beliau
rahimahullah menyatakan, “Merupakan bagian dari prinsip-prinsip
madzhab Hanafy, sesungguhnya pelanggaran yang tidak memberikan
konsekuensi hukuman bunuh seperti membunuh dengan batu timbangan
dan seorang laki-laki yang melakukan perbuatan keji secara berulang-
ulang, maka menurut mereka, seorang pemimpin (imam) berhak
membunuh pelakunya, seperti itu pula dia berhak menambah hukuman
melebihi batas yang telah ditentukan jika melihat adanya kebaikan
(maslahat) di dalamnya.
“Apa yang diberikan oleh seseorang karena mencari pahala maka dia
mendapatkan pahalanya, dan barangsipa yang menahannya maka kami
yang akan mengambilnya beserta separuh hartanya, hal itu sebagai salah
satu kewajiban dari Rabb kami.”
292
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
SEBAT/LEMPAR
Hukuman sebat selain dikenakan terhadap jinayah hudud seperti zina yang
dilakukan oleh seseorang yang belum berkahwin dan jenayah qazaf (tuduh
zina), ianya juga boleh digunakan terhadap jenayah ta’zir. Terdapat
pelbagai pendapat dalam menentukan bilangan sebatan maksimum yang
diizinkan dalam kes ta’zir. Sesetengahnya mengatakan 75 sebatan, ada
yang berpendapat 99 sebatan, dan yang lainnya menetapkan 39 sebatan
dan ada pula yang mengatakan tidak dibenarkan lebih daripada 20
sebatan.
PENJARA
293
Nabi Muhammad pernah juga mengenakan hukuman dalam bentuk
kewangan sebagai hukuman ta’zir. Namun begitu, di kalangan fuqaha’
terbahagi kepada tiga kumpulan berhubung dengan pendapat tentag
kesahihan hukuman ini di sisi undang- undang. Kumpulan pertama
mengatakan menghukum dengan cara mendenda atau merampas harta
benda tidak sah di sisi undang-undang, kumpulan kedua pula
menganggapnya sah, manakala kumpulan ketiga menganggapnya sah jika
pesalah tidak bertaubat.
ANCAMAN
DIYAT (DENDA)
Diyah adalah satu topik khusus yang dipanggil ganti rugi. Contohnya,
kemalangan jalan raya, seorang melanggar secara tidak sengaja, maka dia
perlu membayar ganti rugi. Bunuh secara tidak sengaja, kalau menurut
perundangan Islam, dia perlu membayar ganti rugi.
Diyah ini ada keterikatan dengan hukum balas balik. Dalam kes
kecederaan mata seperti yang disebut awal tadi, sekiranya orang yang
dicederakan memaafkan pelakunya, orang yang melakukan kecederaan
tersebut harus membayar ganti rugi.
Semua perkara ini ada disebut oleh Nabi SAW; mata kena bayar berapa,
tangan kalau putus kena bayar berapa, kepala kalau pecah kena bayar
berapa, kalau kena tulang kena bayar berapa, kalau terkopak kena bayar
berapa, semuanya telah diceritakan secara detil di dalam hadis-hadis Nabi
SAW.
HUDUD/BATASAN
Berbalik kepada topik utama kita iaitu hudud. Hudud berasal daripada
perkataan arab al-had (batasan). Bawa kereta pun ada had laju, pergaulan
lelaki dan wanita juga ada had dan batasan. Dalam berbicara dan berkata-
kata juga ada had dan batasan. Filem hina Nabi, itu sudah melampaui had
dan batasan yang dibenarkan. Maka dalam setiap urusan kehidupan
seorang muslim, ada had yang perlu dipatuhi.
Maka itu maksud asal perkataan had. Apabila kita katakan hudud, ia
bermaksud batasan-batasan yang telah Allah SWT tetapkan dalam jenayah
syariah. Contohnya mencuri, menuduh orang berzina, memberontak,
minum arak, berzina, dan lain-lain. Ini adalah senarai beberapa kesalahan
yang termasuk dalam hudud. Kenapa dinamakan hudud adalah kerana
Allah SWT telah menentukan kaedah hukumannya, bagaimana
pelaksanaan, dan kadar hukumannya.
Mencuri
Apabila Allah menyebut di dalam Al-Quran,
Ini bukan cerita seorang mencuri lalu kita tangkap dan potong tangannya.
Ini bukan seperti beli ayam di pasar, tetapi perlu kepada pembuktian dan
saksi yang adil. Perlu melihat kepada benda apa yang dia curi. Sabda Nabi
SAW, artinya :
295
“Tidak dipotong tangan pencuri kecuali barang yang dicuri bernilai satu
per empat dinar atau lebih.” (Muttafaqun ‘alahi) SATU DIRHAM =
1.341.400,-
Jadi adakah boleh jika orang mencuri buah mempelam satu raga, kita
potong tangannya? Sabda Nabi SAW di dalam hadis yang lain,artinya :
“Tidak ada potong tangan dalam (pencurian) buah dan tandan kurma.”
(riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Jadi hal ini perlu difahami dengan betul. Bukan semua jenis mencuri
dikenakan hukuman hudud. Mencuri motorsikal, adakah boleh dikenakan
hukuman hudud ke atasnya?
Ini semua dibincang secara detil oleh para ulama, termasuklah kadar mana
tangan si pencuri yang dibuktikan bersalah itu dipotong.
Perlu dilihat juga sekiranya kecurian berlaku pada musim kemarau dan
pencuri adalah dari kalangan orang miskin, tidak ada potong tangan ketika
mana musim lapar dan orang yang mencuri berada di dalam
kemudharatan.
Zina
Apabila seseorang ditangkap berzina, untuk disabit kesalahan perlu
kepada saksi yang adil. Bukan semudah tangkap dan terus menjatuhkan
hukuman.
Saya tertarik apabila ada orang mengulas tentang isu rogol, katanya
hukum hudud tidak sesuai kerana jika non-muslim merogol muslim,
disebabkan tiada saksi si mangsa tidak boleh mengadu, jika dia mengadu,
dia akan disabitkan kesalahan menuduh orang yang tidak bersalah
(qadzaf) iaitu sebat 80 kali sebatan.
296
DNA dan CCTV tidak boleh dikenakan hukuman hudud, tetapi kembali
kepada hukuman ta’zir.
297
menjadikannya tempat bergantuing bagi hukum, yaitu pemberian rukhsah
dan ketika perjalanan itu merupakan tempat dugaan wujudnya, maka
dianggap bahwa ia adalah ‘illat yang ditetapkan untuk rukhshah.
b. Qishash ditetapkan untuk suatu maslahat yang ingin dicapai yaitu
menjaga kehidupan dengan melarang orang-orang yang cenderung
melakukan kejahatan untuk tidak melakukan permusuhan. Sedang qishash
merupakan tempat dugaan terjadinya maslahat itu, maka dijadikanlah
pembunuhan dengan sengaja dan permusuhan sebagai tempat bergantung
bagi hukum.
E. Pembagian Illat
‘Illat mampunyai tiga pembagian dengan pertimbangan-pertimbangannya
yang berbeda-beda yaitu :
1. Pembagian ‘illat berdasarkan maksud-maksud
Sesungguhnya penetapan syari’at ilahiyah hanyalah auntuk maslahat
manusia di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam pengutusan
para rasul :
Artinya: (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. …(QS. An-Nisa :
165)
298
…..
Artinya: … Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar…. (QS. An-Ankabut :45)
F. Bentuk-Bentuk ‘Illat
‘Illat adalah sifatyang menjadi kaitan bagi adanya suatu hukum. Ada
beberapa bentuk sifat yang mungkin menjadi ‘illat bagi hukum bila telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantara bentuk sifat itu adalah :
1. Sifat hakiki, yaitu yang dapat dicapai oleh akal dengan sendirinya,
tanpa tergantung kepada ‘urf (kebiasaan) atau lainnya. Contohnya sifat
memabukkan pada minuman keras.
2. Sifat hissi, yaitu sifat atau sesuatu yang dapat diamati dengan alat
indera. Contohnya pembunuhan yang menjadi penyebab terhindarnya
seseorang dari hak warisan.
3. Sifat ‘urfi, yaitu sifat yang tidak dapat diukur, namun dapat dirasakan
bersama. Contohnya buruk dan baik, mulia dan hina.
4. Sifat lughawi, yaitu sifat yang dapat diketahui dari penamaannya dalam
artian bahasa. Contohnya diharamkannya nabiz karena ia bernama khamr.
5. Sifat syar’i, yaitu sifat yang keadaaannya sebagai hukum syar’i
dijadikan alasan untuk menetapkan sesuatu hukum. Contohnya
299
menetapkan bolehnya mengagunkan barang milik bersama dengan alasan
bolehnya barang dijual.
6. Sifat murakkab, yaitu bergabungnya beberapa sifat yang menjadi alasan
adanya suatu hukum. Contohnya sifat pembunuhan, secara sengaja dan
dalam bentuk permusuhan, semuanya dijadikan alasan berlakunya hukum
qishash.
G. Fungsi ‘Illat
Pada dasarnya setiap ‘illat menimbulkan hukum. Antara ‘illat dan hukum
mempunyai kaitan yang erat. Dalam kaitan itulah terlihat fungsi tertentu
dari ‘illat. Yaitu sebagai berikut :
a. Penyebab/penetap, yaitu ‘illat yang dalam hubungannya dengan hukum
merupakan penyebab atau penetap (yang menetapkan) adanya hukum.
Misalnya ‘illat memabukkan menyebabkan berlakunya hukum haram
pada makanan dan minuman yang memabukkan.
b. Penolak, yaitu ‘illat yang keberadaannya menghalangi hukum yang
akan terjadi, tetapi tidak mencabut hukum itu seandainnya ‘illat tersebut
terdapat pada saat hukum tengah berlaku. Misalnya dalam masalah ‘iddah.
Adanya ‘iddah menolak dan menghalangi terjadinya perkawinan dengan
laki-laki yang lain; tetapi ‘iddah itu tidak mencbut kelangsungan
perkawinan bila ‘iddah itu terjadi dalam perkawinan.
c. Pencabut, yaitu ‘illat yang mencabut kelangsungan suatu hukum bila
‘illat itu terjadi dalam masa tersebut, tetapi ‘illat itu tidak menolak
terjadinya hukum. Misalnya sifat thalaq dalam hubungannya dengan
kebolehan bergaul. Adanya thalaq itu mencabut hak bergaul antara suami
istri. Namun thalaq itu tidak mencabut terjadinya hak bergaul suami istri
(jika mereka telah menikah atau rujuk), karena memang mereka boleh
menikah lagi sesudah adanya thalaq itu.
d. Penolak dan pencegah, yaitu ‘illat yang dalam hubungannya dengan
hukum dapat mencegah terjadinya suatu hukum dan sekaligus dapat
mencabutnya bila hukum itu telah berlangsung. Misalnya sifat radha’
(hubungan persesusuan) berkaitan dengan hubungan perkawinan. Adanya
hubungan susuan mencegah terjadinya hubungan perkawinan antara orang
yang sepersusuan dan sekaligus mencabut atau membatalkan hubungan
perkawinan yang sedang berlangsung, bila hubungan susuan itu terjadi
(diketahui) waktu berlangsungnya perkawinan.
H. Syarat-syarat ‘illat
Diantara syarat ‘illat ada yang disepakati oleh ulama, adapula yang
diperselisihkan, dalam arti tidak diakui sebagai syarat ‘illat yang
disepakati ulama adalah sebagai berikut :
1. ‘Illat itu harus mengandung hikmah yang mendorong pelaksanaan suatu
hukum, dan dapat dijadikan sebagai kaitan hukum,
2. ‘Illat itu adalah suatu sifat yang jelas dan dapat disaksikan,
3. ‘Illat itu harus dalam bentuk sifat yang terukur, keadaannya jelas dan
terbatas, sehingga tidak bercampur dengan lainnya,
4. ‘Illat harus ada hubungan kesesuaian dan kelayakan antara hukum
dengan sifat yang akan menjdi ‘illat,
300
5. ‘Illat itu harus mempunyai daya rentang, maksudnya ‘illat itu
disamping ditemukan pada wadah yang menjadi tempat bertemunya
hukum (ashal), juga dapat ditemukan ditempat lainnya,
6. ‘Illat Tidak ada dalil yang menyatakan bahwa sifat itu tidak dipandang
untuk menjadi ‘illat.
J. Pembagian Munasib
Para ahli ushul fiqh membagi munasib dengan melihatnya dari tiga segi,
yaitu
1. Munasib dari segi tingkat pencapaian tujuan hukum,
2. Munasib ditinjau dari segi penetapan hukum atasnya terbagi kepada
tiga tingkat, secara berurutan:
a. Dharuri, yaitu sesuatu yang sngat dibutuhkan atau kebutuhan akan
adanya mencapai batas dharuri, karena kehidupan manusia tidak akan
tegak tanpa keberadaannya. Dharuri yang perlu ditegakkan dan dijauhkan
factor-faktor yang akan melenyapkannnya ada lima, dikenal dengan ad-
dharuriyat al khamsah atau dharuriyah lima yaitu:
a. Memelihara agama; untuk itu ditetapkan hukuman mati terhadap orang
murtad dan diperangi orang kafir,
b. Memelihara jiwa; untuk ditetapkan hukum qishash terhadap yang
melakukan pembunuhan tanpa hak,
c. Memelihara akal; untuk itu ditetapkan hukum had terhadap peminum
minuman keras,
d. Memelihara keturunan; untuk itu ditetapkan had dera atau rajam atas
pelaku zina laki-laki dan perempuan,
e. Memelihara harta; untuk itu ditetapkan hukuman potong tangan
terhadap pencuri dan had terhadap perampok jalanan.
f. Haji , yaitu sesuatu yang diperlukan adanya tetapi tidak sampai ke
tingkat dharuri,
g. Tahsini, yaitu sesuatu yang sebaiknya dilakukan.
301
a. Munasib muassir, yaitu berlakunya ‘ain ‘illat dalam ‘ain hukum yang
dipandang ata diperhitungkan oleh nash atau ijma’.
b. Munasib mulaim, yaitu kesesuaian atau munasib yang berlakunya ‘ain
‘illat untuk ‘ain hukum secara langsung bukan ditetapkan oleh nash atau
ijma’
c. Munasib mulghah, yaitu munasib yang akal dapat diterima sebagai
sesuatu yang baik dan maslahat.
d. Munasib mursal, yaitu munasib yang tidak ada dalil yang menolaknya
tetapi juga tidak ada dalil memandangnya.
K. Masalik/Metode Al-‘Illat
Masalik al-‘illat adalah cara atau metode untuk mengetahui ‘illat dalam
suatu hukum atau hal-hal yang memberi petunjuk kepada kita adanya ‘illat
dalam suatu hukum. Ada beberapa cara untuk mengetahui ‘illat itu; ada
beberapa petunjuk yang jelas dan ada yang kurang jelas ada yang
langsung dan ada yang tidak langsung. Masalik al-‘illat itu adalah
sebagai berikut:
1. Nash
Penetapan Nash sebagai salah satu cara dalam menetapkan ‘illat tidaklah
berarti bahwa ‘illat itu langsung disebut dalam nash, tetapi dalam lafadz-
lafadz yang digunakan dalam nash dapat dipahami adanya ‘illat. Lafadz-
lafadz yang memberi petunjuk terhadap ‘illat itu ada dua macam:
Nash sharih, yaitu lafadz-lafadz dalam nash yang secara jelas memberi
petunjuk mengenali ‘illat dan tidak ada kemungkinan selain itu.
Nash zhahir, yaitu lafadz-lafadz yang secara lahir memang digunakan
untuk menunjukkan ‘illat tetapi dapat pula berarti bukan untuk ‘illat.
2. Ijma’ sebagai salah satu masalik berarti ijma’ itu menjelskan ‘illat
dalam hukum yang disebutkan pada suatu Nash.
3. Al-ima’ wa al-tanbih, adalah penyertaan sifat dalam hukum. Bentuk Al-
ima’ wa al-tanbih ini adalah sebagai berikut:
a. Penetapan hukum oleh syari’sesudah mendengar sesuatu sifat. Ini
berarti bahwa sifat yang menimbulkan hukum itu adalh ‘illat untuk hukum
tersebut.
b. Penyebutan sifat syar’i dalam hukum memberi petunjuk bahwa sifat
yang disebutkan bersama hukum itu adalah ‘illat untuk hukum tersebut.
c. Perbedaan antara dua hukum disebabkan adanya sifat atau syarat atau
ma’ani atau pengecualian.
d. Mangiringkan hukum dengan sifat memberi petunjuk bahwa sifat yang
mengiringi hukum itu adalah ‘illat untuk hukum yang diiringinya itu.
4. Sabru wa taqsim, secara harfiyah berarti memperhitungkan dan
menyingkirkan. Yang dimaksud di sini adalah meneliti kemungkinan sifat
yang terdapat dalam ashl, kemudian meneliti dan menyingkirkan sifat-
sifat yang tidak pantas menjadi ‘illat, maka sifat yang teringgal itulah
yang menjadi ‘illat untuk hukum ashl tersebut.
5.Takhrijul manath, adalah usaha menyatakan ‘illat dengan cara
mengemukakan adanya keserasian sifat dan hukum yang beriringan serta
terhindar dari sesuatu yang mencatatkan.
302
6. Tanqihul manath, yaitu menetapkan satu sifat di antar beberapa sifat
terdapat di dalam ashl untuk menjadi ‘illat hukum setelah meneliti
kepantasannnya dan menyingkirkan yang lainnya.
7. Thard, ialah penyertaan hukum dengan sifat tanpa adanya titik
keserasian yang berarti.
8. Syabah, yaitu sifat yang memiliki kesamaan. Syabah ini terdiri dari dua
bentuk, yaitu:
a. Qiyas yang kesamaan antara hukum dan sifat sangat dominan,
b. Qiyas shuri, yaitu mengqiyaskan sesuatu hanya karena kesamaan
bentuknya.
9. Dawran atau sirkular, yaitu adanya hukum sewaktu bertemu sifat dan
tidak terdapat hukum sewaktu tidak ditemukan sifat.
10.Ilghou al-fariq, yaitu adanya titik perbedaan yang dapat dihilangkan
sehingga terlihat kesamaannya.
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukuman-Nya.
Ayat ini menjelaskan dengan tegas ‘illat atau alasan pembagian harta
rampasan peperangan (fa’i) kepada kelompok-kelompok yang telah
disebutkan, yaitu supaya harta kekayaan tidak hanya beredar dikalangan
orang-orang kaya. Hukum yang terdapat dalam ayat ini diqiyaskan agar
303
setiap pembagian harta harus merata dan harta tidak boleh menumpuk di
tangan orang-orang kaya.
2. Mengetahui ‘illat melalui ijma’
3 Mengatahui ‘illat melalui jalan ijtihad dan hasil yang diperoleh darinya
disebut ‘illat mustanbathah.
304
DAFTAR PUSTAKA
Beni ahmad & Januri, fiqih ushul fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm174.
305
Faiz el Muttaqien, Terjemah ushul fiqh, Pustaka Amani, Jakarta, 2007,
hlm.641
306
Sa’id Abdul ‘Adhim (penerjemah: Abu Najiyah Muhaimin bin Subaidi),
penerbit: Cahaya Tauhid Press, Malang. Hal. 73-76.
Komponen : MKU
Fakultas : FISIP
Semester : II
Bobot : 2 SKS
307
I. Deskripsi Mata Kuliah:
Secara umum, fiqh dapat dipahami sebagai sebuah aturan main dalam
kehidupan yang berporos pada Al-Qur’an dan al-Hadis, meskipun -sebagai
sebuah formulasi hokum ia merupakan produk ijtihad seorang mujtahid. Ia
berisi kewajiban-kewajiban yang diyakini dari Tuhan untuk umat manusia
agar manusia dapat berprilaku positif. Ketundukan manusia terhadap fiqh
ini akan menjadi indikasi “kesalehan manusia” baik di hadapan Tuhannya
maupun di tengah-tengah kehidupan manusia.
308
dengan lainnya berkaitan dengan social kemasyarakatan. Untuk
mendiskusikan hal tersebut, perkuliahan di rencanakan sebagai berikut:
Contoh-contoh
PERTEMUAN II
Ta'rif shalat
Contoh-contoh
PERTEMUAN III
Ta'rif janaiz
Ayat al-Qur'an dan Hadits tentang Janaiz : Dzikr al-maut, guslu mayyit, al-
kafanu, shalat ala' mayyit, al-dafnu, al-ta'ziyah
Contoh-contoh
309
PERTEMUAN IV
Ta'rif Zakat
Ayat al-Qur'an dan Hadits tentang zakat, mani' zakat, amwal li zakat,
shadaqah tathawu, masharif zakat
Contoh-contoh
PERTEMUAN V
Ta'rif shiyam
Contoh-contoh
PERTEMUAN VI
UTS
PERTEMUAN VII
Ta'rif haji
Ayat al-Qur'an dan Hadits tentang haji, fardhu, wujub, anwa, mahdhurat
ihram
310
Hukum haji, wa mahdhurat ihram.
Contoh-contoh
PERTEMUAN VIII
Ta’rif buyu
Contoh-contoh
PERTEMUAN IX
Ayat al-Qur'an dan Hadits tentang al-faraidh: asbab wa mawani' irtsi, furudh
wa ashabah
Contoh-contoh
PERTEMUAN X
Ta'rif al-zawaj
Contoh-contoh
PERTEMUAN XI
Ta'rif Jinayat
311
Ayat al-Qur'an dan Hadits tentang Jinayat; muhafadhah al-nafsi, al-qital,
diyat, qasamah
Contoh-contoh
PERTEMUAN XII
Ta'rif al-zawaj
Ayat al-Qur'an dan Hadits tentang al-zawaj; targhib, khutbah, aqdu nikah,
Muharamat min al-nisa, huquq zaujiyah, thalaq, raj'ah
Contoh-contoh
PERTEMUAN XIII
Ta'rif al-ath'imah
Contoh-contoh
PERTEMUAN XIV
DAFTAR PUSTAKA
312
O. Taufiqullah ; Zakat Pemberdayaan Ekonomi Umat
Zuhdi, Masjfuk, Studi Islam jilid III: Muamalah, Jakarta: Rajawali, 1988
[Masjfuk Zuhdi, Studi Islam jilid III: Muamalah, (Jakarta : Rajawali, 1988).
Edilius dan Sudarsono, kamus Ekonomi, Uang dan Bank, (Jakarta :PT.Rineka
Cipta, 1994).
313
Kallaf, Abdul wahab. Ilmu Ushul Al-Fiqh. Ad Dar Al Kuwaitiyah. Cetakan VIII.
1968.
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam. Jakarta: Sinar
Grafika. 2004
Abddullah bin Nuh dan Umar Bakri, Kamus Arab Indonesia Inggris, Jakarta,
Penerbit Mutiara, MCMLXXIV,
Beni ahmad & Januri, fiqih ushul fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 2009,
hlm174.
314
Firdaus, Ushul Fiqh (Metode dan Memahami Hukum Islam Secara
Komprehensif), Zikrul Hakim, Jakarta, 2004, hlm 56-59
315