Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selalu diatur dengan peraturan
perundang-undangan dalam pembuatannya. Dimulai dengan Undang-undang 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, kemudian diperjelas dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta diarahkan pelaksanaannya dengan
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain
itu, setiap Tahunnya Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Permendagri
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk tahun
anggaran berikutnya.
Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun RKA-SKPD harus mengacu kepada
dokumen Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan juga Prioritas dan Plafon anggaran (PPA).
Selain itu SKPD juga harus berpedoman kepada Renstra dan juga Renja SKPD yang dibuat
dengan mengacu kepada RKPD. Setelah RKA-SKPD dibuat kemudian diserahkan kepada
Tim tekhnis dari TAPD untum melakukan verifikasi RKA-SKPD. Verifikasi yang telah
dilakukan kemudian akan disampaikan dalam forum TAPD sebelum dilakukan penyusunan
RAPBD. RAPBD yang telah disusun kemudian akan disampaikan kepada DPRD untuk
dilakukan pembahasan dan juga penetapan Raperda APBD.
Penyusunan anggaran di daerah telah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 13 Tahun 2006 yang disajikan dalam bentuk tabel berikut (Lampiran). Pemerintah
Daerah mempunyai jadwal penyusunan anggaran yang disusun oleh Bappeda dengan tetap
berpedoman pada Permendagri tersebut. Namun dalam pelaksanaannya pemerintah
daerah sering kali mundur dari jadwal yang telah diatur oleh peraturan perundang-
undangan. Mundurnya jadwal penyusunan anggaran di pemerintah Daerah sering
kali disebabkan oleh pembahasan perubahan APBD Tahun berjalan yaitu APBD
tahun sebelumnya sehingga melebihi waktu yang telah diatur. Pembahasan perubahan APBD
tersebut secara otomatis akan mempengaruhi jadwal penyusunan APBD untuk
tahun selanjutnya karena semua tahapan dalam penyusunan anggaran akan mundur dari
jadwal yang telah diatur dalam Permendagri 13 tahun 2006. Penyebab dari lamanya
pembahasan perubahan APBD tahun sebelumnya ini adalah karena setiap SKPD mengajukan
perubahan kegiatan yang melebihi anggaran daerah yang tersedia, selain itu adanya
ketidaksesuaian antara program dan kegiatan perubahan yang tidak sesuai dengan pos
anggaran yang ada, apakah masuk di SiLPA, Dana Otonomi Khusus, Dana Perimbangan, dll.
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) selaku PPKD harus
melakukan evaluasi agar alokasi dana untuk perubahan program dan kegiatan dapat sesuai
dengan pos anggaran dan selain itu juga untuk meminimalisir program dan kegiatan yang
kurang efektif dan efisien. Pengkajian yang dilakukan itulah yang menjadikan pembahasan
menjadi lama karena harus melibatkan semua SKPD dalam pembahasannya dimana setiap
SKPD harus dapat menjelaskan maksud dari program dan kegiatan yang dimasukkan dalam
perubahan anggaran SKPD tersebut. Pergeseran anggaran pun tidak bisa sembarang
dilakukan oleh SKPD, sehingga hal tersebut yang perlu dikaji lagi oleh DPKAD untuk
mengetahui apakah ada pergeseran anggaran yang tidak sesuai.
Hasil Verifikasi RKA-SKPD yang telah disetujui oleh TAPD kemudian dijadikan
dasar untuk menyusun Rancangan APBD. Penyusunannya dilakukan bersama-sama oleh Tim
Tekhnis yang telah ada. Penyusunan Rancangan APBD pada tahun anggaran yang
berjalan dilakukan pada minggu kedua bulan November. Penyusunan Rancangan APBD
dilakukan selama satu minggu. Setelah penyusunan Rancangan APBD selesai, kemudian
pada minggu ketiga Bulan November Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Perda
APBD kepada DPRD. Penyampaian Raperda APBD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(TAPD) kepada DPRD melalui Panitia Anggaran berlangsung pada Minggu Ketiga Bulan
November.
Salah satu fungsi dari anggaran adalah sebagai instrumen politik. Dengan anggaran
akan menunjukkan bargaining eksekutif dalam mengelola anggaran tersebut. Akan tetapi
bargaining eksekutif tersebut harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan publik yang tentunya
diawali oleh legislatif. Hal tersebut akan terjadi pada saat pembahasan Raperda bersama
DPRD.
Penerimaan daerah dianggap sah jika penerimaan daerah disetor ke rekening kas
umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD
menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah,
dilakukan dengan cara:
Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan
SPD. SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD. Pengeluaran kas atas
beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan
SPD. Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD, bendahara
pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran melalui
PPK-SKPD. SPP terdiri dari:
Terdapat empat sistem dan prosedur akuntansi yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah:
1. Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
2. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkaian proses mulai
dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan penerimaan kas dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
3. Sistem dan prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan,
pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap
yang dikuasai/digunakan pemerintah daerah.
4. Sistem dan prosedur akuntansi selain kas meliputi serangkaian proses mulai dari
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan semua transaksi atau kejadian selain kas.
Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dalam sistem prosedur akuntansi
terdiri dari : buku jurnal, buku besar, dan buku besar pembantu. Pelaksanaan sistem akuntansi
pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPK-SKPD yang mengkoordinasikan pelaksanaan
sistem dan prosedur penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
Sedangkan sistem akuntansi pemerintahan daerah dilaksanakan oleh PPKD.
Pemeriksaan BPK
UUD 1945 secara jelas menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan. Pemeriksaan tersebut
mencakup seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.