Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga DM (Tugas Bu Leya)
Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga DM (Tugas Bu Leya)
Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga DM (Tugas Bu Leya)
M DENGAN
ANAK DIABETES MELLITUS DI DUSUN X, RT Y, PLUMBON
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Disusun oleh :
Anno Priyono
Diah Faridah
Rina Puspita
Asep Wira
Asep Mulyadi
Sumiasih
Susli A
Ratna ningsih
Oktavia Mimin S
Yeyet Rohayati
Dewi
Ledinar N
PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat
1. Definisi Keluarga
Berikut akan dikemukan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto, 2007)
a. Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah dua
atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan
darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya”.
Menurut Sudiharto, (2007) tipe dan bentuk keluarga adalah sebagai berikut :
a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik
karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan.
c. Keluarga besar (extended Family) adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain
(karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, paman, bibi, sepupu.
d. Keluarga berantai (social family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda keluarga yang terbentuk dari percerai atau kematian
pasangan yang dicintai.
g. Keluarga kohabitasi (cohabitation) adalah dua orang yang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan bisa memiliki anak atau tidak. Di indonesia bentuk keluarga ini
tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga
kohabitasi ini dapat diterima.
h. Keluarga inses (incest family) seiring dengan masuknya nilai-nilai global yang
pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak
lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah
dengan anak tirinya .walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah
keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui
pemberitaan dari berbagai cetak elektronik.
i. Keluarga tradisional dan nontradisional dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan.
Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional
tidak diikat oleh perkawinan.
4. Peran Keluarga
Nyc dan Gecas (1976) mengidentifikasikan 8 peran dasar yang membentuk posisi
sosial sebagai suami-ayah dan ibu-istri:
a. Peran sebagai provider (penyedia)
e. Peran rekreasi
h. Peran seksual
i. Peran perkawinan
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friadman, (1998) fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Berhungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikososial
fungsi efektif inin merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Klasifikasi yang di tentukan oleh National Diabetes Data Group of The National
Institutes of Health, sebagai berikut :
a. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependen Diabetes Militus) atau tipe
Juvenil :
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin
untuk mempertahankan hidup.Diabetes militus tipe 1 juga disebut juveline onset,
karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun.Pada tipe ini terjadi destruksi sel
beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolute.Mereka cenderung
mengalami komplikasi metabolic akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
b. Diabetes Militus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes Militus) :
Dikenal dengan maturity konsep, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolute melainkan relative oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada
kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin
yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif.
Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat-obatan,
dan bahan kimia.Kelainan reseptor insulin dan sindrom genetic tertentu. Umumnya
obat-obatan tertentu mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain : diuretic
vurosemid ( lasik), dan ehiazide gukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (
Long, 1996 ).
3. Anatomi Fisiologis
Prankreas adalah sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar
ludah panjang kira-kira 15cm mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-
rata 69-90gr. Terbentang pada veterbra lumbalis I dan II dibelakang lambung,
a. Bagian dari pankreas :
1) Kepala pankreas, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan
deudenum.
2) Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya dibelakang
lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.
Pulau langerhans terdiri atas: sel- sel yang menghasilkan glukagon ,sel- sel beta yang
menghasilkan insulin ,glukagon dan insulin mengatur kadar gula darah. Insulin adalah
hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah) sedangkan glukagon bersifat
hiperglikemik (meningkatkan gula darah).Selain ini ada sel-sel delta yang menghasilkan
somastostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon. Selain itu sel F
menghasilkan polipeptida dan pankreatik yang berperan mengatur fungsi eksokrin
pankreas.(Tambayong, 2001)
Fisiologis dari diabetes mellitus adalah jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh
hati dan dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis
beberapa hormon antara lain:
a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja insulin yaitu
merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan cara membantu glukosa
darah masuk kedalam sel
DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4
penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin
yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan
dengan resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil
penaran paling penting dalam terjadinya DM karena pola familiar yang kuat ( keturunan
) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin.
Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupunkerja insulin (long, 1996).Fungsi
sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan
untuk, transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membrane sel
untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi
sel pankreas akan menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat asam amino,
kalium dan fosfat (long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden
DM menurun pada populisasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka
yang mengalami perubahan makanan secara berlebihan.Obesitas merupan faktor resiko
tinggi DM karena jumlah jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan
intoleransi glukosa dan hiperglikemia (rice dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur-angsur menurun
bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang
lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada usia lanjut. Hal ini berkaitan
dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin
dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (long,1996).
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan
fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996: 588).
Menyatakan bahwa insulin dipenden diabetes militus ( IDDM), atau DM yang
tergantung pada insulin ( tipe 1 ) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans
akibat proses autoimmune. Sedangkan non insulin diabetes militus ( NIDDM ) atau tipe
II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengamnilan glukosa oleh jaringan
veriver dan ferifer dan untuk menghambat produksi gluokosa oleh hati.Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistenisi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relative
insulin). Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :
a. Faktor genetic ( herediter ).
Biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat amerika angka kejadian
NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:200 (long,1996).
c. Faktor autoimmune
g. Pada keadaan tertentu misalnya pada wanita pada masa kehamilan atau karena efek
dari obat-obatan tertentu (Long,1996)
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah.Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.Diabetes melitus merupakan penyakit
yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu, dll).
Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus
tipe 1.Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM
tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga
tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di
samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi.
6. Manifestasi Klinis Diabetes Millitus
f. Keletihan.
l. Infeksi kulit.
Kriteria diagnosa yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun
1980 dan 1985 masih digunakan, meskipun semenjak itu telah ditarik dan diperbaiki
oleh American Diabetes Association (ADA) melalui komite ahli tentang diagnosa dan
penggolongan diabetes mellitus 1997. Kriteria yang dimaksud sebagaiberikut :
a. WHO : Kadar glukosa atau gula dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1
dalamplasma darah vena yang diambil sampelnya secara acak. (atau 10.1 mmol/1
jikaseluruh darah vena diambil sampelnya), atau kadar gula puasa dengan atau yang
melampaui 7.8 mmol/1 dalam plasma darah vena. (Atau 6.7 mmol/1 jika
seluruhdarah vena diambil sampelnya).
b. ADA :Kadar glukosa dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1 dalam plasmadarah
vena yang diambil sampelnya secara acak, ditambah dengan gejala-gejaladiabetes,
atau kadar gula puasa dengan atau yang melampaui 7.0 mmol/1 dalamplasma sampel
darah vena. (Puasa dinyatakan sebagai tanpa makan atau minumyang mengandung
kalori-kalori selama 6-10 jam sebelumnya, biasanya semalam)(Mc Wright, 2008).
Diagnosa pasti DM apabila ada gejala khas serta keluhan yang tersebut diatas
ditambah kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa125
mg/dl pada dua kali pemeriksaan yang berbeda.
3) Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah
50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian priparat insulin atau
preparat oral berlebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit
b. Komplikasi kronik Efek samping diabetes militus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh atau angiopati diabetik dibagi menjadi 2:
1) Komplikasi mikrovakuler
2) Komplikasi Makrovaskuler
a) Penyakit jantung koroner Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat
sehingga terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh ubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan resiko penyakit jantung koroner atau stroke.
b) Pembuluh Darah Kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf –saraf
sensorik keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi dimulai dari celah-
celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal
dan kalus demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma.
a) Golongan sulvonilurea/sulvonylureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitoralfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II
dengan berat badan berlebihan. Obat-obatan yang beredar dari kelompok ini
adalah : Glibenklamida (5mg/tablet), Glibenklamida mikronised
(5mg/tablet), Glikasida (80mg/tablet), Glikuidon (30mg/tablet).
b) Golongan biguanid/metformin
d) Insulin
1) Diet
2) Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang
berat-berat.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan keluarga yang dilakukan adalah sebagai berikut : (Sutiyono,
2008)
a) Identitas umum
1) Identitas kepala keluarga yang meliputi : Nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan nomor telepon.
4) Tipe keluarga dimana menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga : yang dikaji adalah asal
suku bangsa tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait kesehatan, tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang
secara etnis bersifat homogen), kegiatan – kegiatan keagamaan, social, budaya,
rekreasi, pendidikan (apakah kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/
budaya keluarga, kebiasaan – kebiasaan diet dan berbusana ( tradisional atau
modern), sruktur kekuasaan tradisional atau modern, penggunaan jasa – jasa
perawatan kesehatan keluarga dan praktisi, penggunaan bahasa sehari – hari
6) Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik beragamaan mereka, seberapa
aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan lainnya, keluarga menganut agama apa, kepercayaan dan nilai
keagamaan yang dianut dalam kehidupankeluarga terutama dalam hal
kesehatan.
7) Status social ekonomi keluargaditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota lainnya. selain itu status social ekonomi ditentukan
oleh kebutuhan yang dikeluarkan maupun dimiliki.
c) Pengkajian lingkungan
2) Karakteristik tetangga
Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
psikologi atau dukungan dari keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat dengan megkaji siapa penolong keluarga pada saat
keluarga membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktivitas-aktivitas
keluarga (sebutkan lembaga formal atau informal; informal: ikatan keluarga,
temean-teman dekat, tetangga; formal: lembaga resmi pemerintah maupun
swasta/LSM ) dan informal, yaitu tetangga
d) Struktur keluarga
Menjelaskan peran dari masing – masing anggota baik secara formal maupun
informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan apakah ada
konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.
4) Nilai atau Norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan.
e) Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Mengkaji gambaran diri, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya,dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
1) Stresor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan waktu
penyelesaian dalam waktu kurang lebih
g) Pemeriksaan fisik
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
4) Sistem pernafasan
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
2. Diagnosa
Dalam menentukan juga dilakukan sebuah scoring pada diagnose yang akan diangkat
mengenai tentang sifat masalah, kemungkinan dapat diubah, potensial masalah dicegah,
dan menonjolnya masalah. Diagnosa yang muncul dalam keperawatan pada keluarga
penderita diabetes mellitus adalah:
No Diagnosa Keperawatan
1 Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
2 Domain 5 : Persepsi / Kognisi
Kelas 4 : Kognisi
Difisiensi pengetahuan (00126)
3 Domain 1 : Promosi Kesehatan
Kelas 2 : Manajemen Kesehatan
Ketidakefektifan management kesehatan keluarga (00080)
4 Domain 2 : Nutrisi
Kelas 4 : Metabolisme
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)
5 Domain 4 : Aktivitas / Is
tirahat
Kelas 5 : Perawatan Diri
Kesiapan meningkatkan perawatan diri (00182)
3. Rencana Keperawatan
Menurut NANDA, NIC – NOC (2013) asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
a. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh (00002)
NOC :
1) Nutrional Status : food and fluid (1008)
2) Nutrional Status : nutrient intake (1009)
Kriteria hasil :
a) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang signifikan.
b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
NIC :
1) Nutrition Management (1100)
Tindakan :
a) Ajarkan pasien dan keluarga dalam memilih makanan yang sesuai dengan
kebutuhan.
NOC :
1) Knowledge : disease proses
Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
NIC
1) Teaching : disease prosess
Tindakan :
a) Berikan pengakuan tentang perbedaan rasa tau etnis pada awal perawatan
kepada keluarga.
EB : Menunjukkan rasa hormat dan mengakui perbedaan rasa tau etnis dapat
meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan klien sehingga promosi
kesehatan tentang hasil pengobatan dapat berjalan dengan baik ( Rust et al,
2006).
d) Berikan penilaian tentang hubungan keperayaan dengan tingkat pengetahuan
keluargatentang proses penyakit yang spesifik.
EBN : Orang – orang dan lingkungan rumah dapat berinteraksi dengan cara
pengobatan utama untuk masalah kesehatan (Rossel, 2006)
f) Gunakan metode pengajaran yang peka akan budaya, adat istiadat, nilai yang
berkembang dalam lingkungan pasien dan gaya hidup pasien untuk
menjelaskan ptofisiologis dari penyakit yang diderita kepada keluarga.
EB : program pendidikan yang focus pada konteks budaya telah terbukti lebih
efektif dari pada program pendidikan umum
NOC :
1) Therapeutic regiment management ineffective
Kriteria hasil :
a) Kualitas hidup meningkat.
d) Normalisasi keluarga.
NIC :
1) Family suppot
Tindakan :
a) Bantu keluarga dalam mengenal masalahnya.
NOC :
1) Blood glucose, risk for unstable.
Kriteria hasil :
a) Glukosa darah adekuat
b) Kualitas hidup meningkat.
c) Dapat mengontrol kadar gula darah.
d) Pemahaman management diabetes.
e) Status nutrisi adekuat
NIC :
1) Hiperglikemia management
Tindakan :
a) Uji kadar glukosa darah anggota keluarga.
NOC :
1) Self care status
Kriteria hasil :
a) Dapat mengetahui tentang masalah yang sedang dihadapi.
NIC :
1) Self care assistance
Tindakan :
a) Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.
d) Anjurkan keluarga untuk saling memotivasi antar satu dengan yang lainnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M
DENGAN ANAK DIABETES MILLITUS
DI DUSUN X, RT Y, GROBOGAN
Keluarga Tn. M merupakan keluarga extended family yang terdiri dari Tn.M (59 th)
sebagai kepala keluarga, istrinya Ny. S (56 th) mereka memiliki seorang anak yaitu Tn. A
(32 th) menikah dengan Ny.W (32 th) dan memiliki satu anak yaitu Nn. Y (14 th). Mereka
tinggal serumah dan tidak memiliki riwayat penyakit menurun, namun Tn. A mengeluh
banyak makan, banyak minum dan banyak BAK serta berat badan menurun drastic.
Setelah dibawa kedokter ternyata beliau memiliki penyakit diabetes mellitus.
A. Pengkajian Keperawatan.
1. Identitas Umum.
Nama : Tn M.
Umur : 59 tahun.
Alamat : Dusun X, RT Y, Grobogan.
Pendidikan : SD.
Pekerjaan : Petani.
Agama : Islam.
b. Komposisi Keluarga.
Keterangan:
Laki-laki.
Perempuan
Laki-laki Penderita DM
Tinggal serumah.
b. Tipe Keluarga.
Keluarga Tn. M saat ini memasuki tahap perkembangan keluarga dengan cucu
usia sekolah. Saat ini semua anggota keluarga tidak ada yang sedang sakit,
kecuali Tn, A yang sedang menderita penyakit Diabetes Millitus.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
1) Tn. M : Keadaan sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang serius.
2) Ny. S: Keadaan sehat dan tidak pernah mengalami sakit yang serius.
3) Tn. A : Satu bulan yang lalu Tn.A pergi ke dokter dengan keluhan
panas. Disana Tn. A berkonsultasi dengan dokter dan mengatakan bahwa
beliau mengalami penurunan berat badan yang cukup drastic, sering buang
air kecil, sering haus dan merasa lapar. Kemudian disana Tn. A memperoleh
tes gula darah. Dokter kemudian mengatakan bahwa Tn. A mengidap
penyakit diabetes mellitus dan disarankan untuk menjalani rawat inap di
rumah sakit, namun karena keterbatasan biaya, Tn. A akhirnya hanya
menjalani rawat jalan saja.
4. Pengkajian Lingkungan.
a. Karakteristik rumah.
Rumah Tn. M terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur, kamar mandi, dapur,
dinding rumah dari tembok dan asap rumah dari genting. Lantai rumah Tn. M
tidak berubin melainkan hanya di plester seadanya.
b. System pendukung keluarga.
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara tebuka, bahasa yang dipakai setiap
hari adalah bahasa Jawa dan kadang- kadang menggunakan bahasa Indonesia
serta tidak ada hambatan dalam berkomunikasi.
b. Struktur kekuatan keluarga.
Norma keluarga yang berkaitan dengan kesehatan adalah bila ada salah satu
anggota keluarga yang sakit periksa di puskesmas atau dokter terdekat.Dalam
kehidupan setiap hari, keluarga menjalani hidup berdasarkan tuntunan agama
Islam.
6. Fungsi Keluarga.
a. Fungsi afektif.
Tn. M mengatakan sikap dan hubungan antar anggota keluarga sangat baik dan
akrab, dimana setiap anggota keluarga saling menghargai satu sama lain.
b. Fungsi Sosialisasi.
Interaksi dalam keluarga Tn. M sangat baik, dimana keluarga mendidik anak-
anaknya dengan disiplin, mengajarkan cara bersosialisasi dengan benar, serta
selalu mengajarkan cara perpenampilan yang rapid an sopan sesuai dengan
kaidah dalam agama Islam.
c. Fungsi perawatan kesehatan.
Tn. M dan Ny. S memiliki anak satu saja yaitu Tn. A. kemudian Tn, A memiliki
istri Ny. W dan memiliki anak Nn. Y, dimana keluarga cukup memiliki anak 1
dan focus untuk membesarkan anaknya yang masih dibangku sekolah.
e. Fungsi ekonomi.
Keluarga mengatakan merasa jengkel bila melihat tingkah laku anak atau cucunya
yang tidak mendengarkan nasehatnya, namun keluarga masih tetap sabar menanggapi
hal tersebut.
c. Strategi koping yang digunakan.
Jika ada masalah yang terjadi pada setiap anggota keluarga selalu dibicarakan secara
bersama dan dimusyawarahkan dengan semua anggota untuk memperoleh mufakat.
8. Pemeriksaan Fisik.
Kekuatan
otot: 5
Kuku Warna Warna sawo Warna sawo Warna sawo Warna sawo
dan sawo matang, matang, matang, matang,
Kulit matang, turgor kulit turgor kulit turgor kulit turgor kulit
turgor kulit tidak elastis, tidak elastis, elastis, kuku elastis, kuku
tidak kuku kuku pendek, pendek,
elastis, pendek, pendek, bersih bersih
kuku bersih bersih
pendek,
bersih
9. Harapan Keluarga.
a. Pada perawat.
Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan. Baik itu untuk kesehatan tentang penyakit Diabetes
Millitus atau pun terkait dengan cara untuk mengatur pola hidup bagi penerita
Diabetes Millitus.
b. Persepsi keluarga terhaap perawat.
Keluarga menganggap sosok perawat adalah orang yang bekerja di bidang kesehatan
serta dapat membantu jika ada masalah kesehatan yang muncul.
c. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang dihadapai.
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Paraf
1. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002).
2. Kurang Pengetahuan (00126)
2. Berikan
2. EBN:
penilaian
Kepercayaan
tentang
dapat
hubungan
mempengaruh
kepercayaan
i perilaku
dengan tingkat
sakit (Russel,
pengetahuan
2006).
pasien tentang
proses penyakit
yang spesifik
3. Berikan
penilaian 3. EBN: orang-
tentang orang dan
perawatan diri lingkungan
pasien yang rumah dapat
dapat berinteraksi
mempengaruhi dengan cara
penyakit pengobatan
utama untuk
masalah
kesehatan
(Rossel, 2006)
4. Gunakan
metode 4. EB: program
pengajaran pendidikan
yang peka akan yang focus
budaya, adat pada konteks
istiadat, nilai- budaya telah
nilai yang terbukti lebih
berkembang efektif dari
dalam pada program
lingkungan pendidikan
keluarga, dan umum.
gaya hidup
keluarga
terutama Tn. A
untuk
menjelaskan
patofisiologis
dari penyakit
yang diderita
A. Kesimpulan
B. Saran
Diabetes mellitus penyakit yang diam – diam sangat memberikan pengaruh besar
pada penderita hingga keluarganya yang dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu
diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga yang tepat sesuai
dengan kebutuhan tubuh pasien dan keluarganya.Serta kepada setiap anggota keluarga
diharapkan mampu memahami dan mengerti setiap anggota keluarganya untuk dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan wellness. Dan bagi mahasiswa keperawatan
diharapkan mampu mempelajari dan memahami kebutuhan pasien dan keluarganya yang
menderita diabetes mellitus.
Daftar Pustaka