Anda di halaman 1dari 1

Bergerilya Melawan Lupa Bersama Munir

Bangsa Indonesia sering dituduh sebagai bangsa pelupa. Lupa atas dosa-dosa masa lalu,
kekerasan-kekerasan masa lalu, dan berbagai penyimpangan masa lalu. Melalui buku ini, pembaca
diajak berjuang melawan lupa, karena seperti apa yang dikatakan oleh Milan Kundera,bahwa
perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa. Salah satu anak bangsa
yang tidak pernah jenuh mengingatkan kita semua agar tidak lupa adalah (almarhum) Munir.

Dengan sikap dan perjuangannya, Munir mencoba mempertahankan ingatan kita dan secara
bersamaan juga melakukan perlawanan terhadap lupa. Orang asal kota Malang yang termasyur itu
bukanlah seorang pejabat tinggi atau ketua parpol dari negara ini. Ia hanyalah seoarang berperawan
kecil lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Dengan latar belakang sarjana hukum, ia
bergabung dengan lembaga bantuan hukum (LBH). Berawal dari LBH inilah, si kecil Munir yang
diibaratkan oleh Haidar Bagir sebagai “David” melawan “Goliah” Soeharto dengan kekuasaan gelap
militer yang menyesakkan serta menggetarkan sukma siapa saja. Sejak saat itu, Munir terus
melaksanakan rasa hormatnya terhadap hak asasi manusia (HAM) dalam aksi yang jelas dan tegas.

Terlepas dari segala sumbangsih Munir terhadap penegakkan HAM di Bumi Indonesia,
faktanya Munir sekarang telah pergi meninggalkan kita semua. Sebagian kawan mempersoalkan,
Munir yang usianya terlalu muda, belum genap sewindu, masih banyak yang bisa dilakukan olehnya.
Ada pihak lain yang menggugat Munir yang “diambil” lebih dahulu. Singkatnaya, jika hati diikuti,
rasanya sebagian dari kita tidak ikhlas atas kepergian Munir. Namun, inilah rahasia Tuhan, Allah
memang punya hak proregatif untuk menentukan usia seseorang.

Anda mungkin juga menyukai