Anda di halaman 1dari 6

JURNAL BIOFARMASETIKA - FARMAKOKINETIKA OKTOBER 2018

KECEPATAN DISOLUSI OBAT


Dhia Husna Endriaty, Rezki Zahwa Novia, Siti Aulia Mahmudah, Yunika Marsarinta Surbakti
Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya, Indralaya

ABSTRAK

Parasetamol berfungsi sebagai obat analgetik, dapat juga berfungsi sebagai obat antipiretik. Obat ini
memiliki waktu paruh eliminasi yang pendek yaitu sekitar 4-6 jam sehingga harus sering diberikan
untuk mempertahankan kadar terapi dalam plasma. Bentuk sediaan lepas lambat dirancang untuk
melepaskan suatu dosis tarapetik awal obat yang diikuti oleh suatu pelepasan obat yang lebih lambat
dan konstan. Dalam penelitian ini telah dilakukan untuk membuat tablet sediaan lepas lambat
parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan buffer fosfat dalam air dapat
digunakan sebagai matrik sediaan lepas lambat parasetamol. Sediaan lepas lambat parasetamol dibuat
dengan metode cetak langsung menggunakan tiga formula konsentrasi yang berbeda yaitu 10%, 15%,
dan 20%. Pelepasan parasetamol ditentukan melalui uji disolusi dalam medium akuades pada suhu
37° C, dengan kecepatan 30 rpm. Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang 265nm. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi buffer
fosfat dalam air maka kekerasan tablet semakin meningkat, kerapuhan semakin menurun, dan waktu
hancurnya semakin lama. Profil pelepasan parasetamol dari matrik etil selulosa mengikuti kinetika
orde nol, dengan mekanisme pelepasan difusi.

Kata Kunci : parasetamol, buffer fosfat dalam air, matrik, tablet lepas lambat.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA Page 1


I. PENDAHULUAN Hukum yang mendasarinya telah
ditemukan oleh Noyes dan Whitney sejak
Pelepasan zat aktif dari suatu
tahun 1897 dan diformulasikan secara
produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat
matematik3
fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan.
Ketersediaan zat aktif biasanaya ditetapkan Pada peristiwa melarut sebuah zat padat
oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari disekelilingnya terbentuk lapisan tipis
bentuk sediaannya. Pelepasan zat aktif larutan jenuhnya, darinya berlangsung
dari bentuk sediaan biasanya ditentukan suatu difusi suatu ke dalam bagian sisa
oleh kecepatan melarutnya dalam media dari larutan di sekelilingnya. Untuk
sekelilingnya1 peristiwa melarut di bawah pengamatan
kelambatan difusi ini dapat menjadi
Disolusi adalah suatu jenis khusus
persamaan dengan menggunakan hukum
dari suatu reaksi heterogen yang
difusi. Dengan mensubtitusikan hukum
menghasilkan transfer massa karena
difusi pertama Ficks ke dalam persamaan
adanya pelepasan dan pemindahan
Hernsi Brunner dan Bogoski, dapat
menyeluruh ke pelarut dari permukaan
memberikan kemungkinan perbaikan
padat. Teori disolusi yang umum adalah,
kecepatan pelarutan secara konkret3
teori film (model difusi lapisan), teori
Kecepatan pelarutan berbanding
pembaharuan-permukaan dari Danckwerts
lurus dengan luas permukaan bahan padat
(teori penetrasi), teori Solvasi
serta berbanding lurus dengan turunnya
terbatas/Inerfisial2
konsentrasi pada waktu t. Kecepatan
Kecepatan disolusi merupakan pelarutan ini juga berbanding terbalik
kecepatan zat aktif larut dari suatu bentuk dengan tebal lapisan difusi. Pelepasan zat
sediaan utuh atau pecahan partikel yang aktif dari suatu produk obat sangat
berasal dari bentuk sediaan itu sendiri. dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif
Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif
polar atau dari sediaannya didefinisikan ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat
sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi aktif dari bentuk sediaan, dimana
per unit waktu di bawah kondisi antar pelepasan zat aktif ditentukan oleh
permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi kecepatan melarutnya dalam media
media yang dibakukan. Kecepatan sekelilingnya2
pelarutan memberikan informasi tentang
Lapisan disolusi adalah lapisan
profil proses pelarutan persatuan waktu.
molekul-molekul air yang tidak bergerak

2
oleh adanya kekuatan adhesi dengan spektrofotometer dan lakukan scanning
lapisan padatan. Lapisan ini juga dikenal panjang gelombang, lalu tentukan panjang
sebagai lapisan yang tidak teraduk atau gelombang maksimal dan persamaan garis
lapisan stagnasi. Tebal lapisan ini linier.
bervariasi dan sulit untuk ditentukan, 2.3.2 Uji Disolusi Sediaan Obat
namun umumnya 0,005 cm (50 mikron) Uji disolusi sediaan obat dilakukan
atau kurang1 penimbangan bobot sediaan (tablet
konvensional/tablet salut/kapsul) yang
2. Metodologi Penelitian
digunakan. Dimasukkan 500 ml media
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
disolusi kedalam gelas beaker, letakkan
Penelitian ini dilakukan pada
gelas beaker didalam waterbath dengan
tanggal 5 Oktober 2018 di Laboratorium
suhu 37º ± 1ºC lalu masukkan stirrer pada
Biofarmasetika Farmakokinetika Jurusan
posisi tengah beaker. Dimasukkan sediaan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
yang telah ditimbang ke dalam beaker lalu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
nyalakan stirrer sembari menekan
stopwatch. Ambil sebanyak 5 mL cairan
2.2 Alat dan Bahan
sampel setiap menit ke-0, 5, 10, 15, 30.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam Kembalikan sebanyak 5 mL cairan media

penelitian ini yaitu alat uji disolusi (stirrer, disolusi ke dalam gelas beaker untuk

paddle), spektrofotometer, waterbath, menjaga kondisi sink. Amati serapan

gelas beaker, tabung reaksi, pipet volume dengan spektrofotometer pada panjang

dan mikropipet, kuvet, dan stopwatch. gelombang maksimal yang telah diperoleh.

Bahan Kemudian hitung kadar obat yang

Bahan-bahan yang digunakan terdisolusi dengan menggunakan

dalam penelitian ini yaitu tablet persamaan garis linier yang diperoleh dari

parasetamol, aquadest, buffer asetat 0,05 penetapan kurva baku.

M, buffer fosfat, dan zat aktif murni.


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.3 Metode Penelitian Praktikum ini, praktikan
2.3.1 Penetapan Kurva Baku melakukan praktikum mengenai uji
Pada penetapan kurva baku disolusi menggunakan tablet paracetamol
dibuatlah seri konsentrasi baku murni 500 mg yang dilakukan pada tiga jenis
(1,2,3,4,5,mg%) dalam pelarut yang media: buffer asetat pH 3; 4,5 dan 6.
sesuai, kemudian dibaca dengan Setiap media dilakukan tiga kali replikasi
3
untuk mendapatkan hasil yang akurat. nitrimetri. Titik akhir dari titrasi ini apabila
Media ini menandakan bahwa praktikan setelah digoreskan pada indikator luar
melakukan uji disolusi dengan pasta kanji, terjadi perubahan warna
menggunakan pengaruh pH. langsung menjadi biru.
Praktikan melakukan sampling
setiap 5 menit pada menit ke-0, ke-5, ke-
10, ke-15, ke-30, ke-45, dan ke-60. Setiap
sampling lalu dititrasi menggunakan titrasi

Tabel 1. Buffer asetat pH 3


t (menit) v Titrasi Rata-Rata (ml) Jumlah Terdisolusi Faktor Koreksi Total %Pelepasan AUC
0 0,23 1,74 0,014 1,754 0,348 0
5 0,43 3,25 0,040 3,290 0,65 2,2
10 0,52 3,933 0,07 4,00 0,786 3,59
15 0,55 4,16 0,103 4,203 0,832 4,05
30 0,6 4,53 0,139 4,669 0,906 13,04
45 0,725 5,48 0,183 5,663 1,096 15,02
60 0,8 6,05 0,231 6,281 1,21 17,29

Tabel 2. Buffer asetat pH 4,5


t (menit) v Titrasi Rata-Rata (ml) Jumlah Terdisolusi Faktor Koreksi Total %Pelepasan AUC
0 0,300 2,265 0,018 2,283 0,453 0
5 0,625 4,725 10,074 4,7791 0,945 3,495
10 0,775 5,855 0,542 6,397 1,171 5,290
15 0,8 6,045 0,590 6,635 1,209 5,95
30 0,920 6,955 0,646 6,6015 1,391 19,500
45 1,100 8,315 0,713 9,028 1,663 22,905
60 1,15 8,880 0,784 9,628 1,767 25,793

Tabel 3. Buffer asetat pH 6

t (menit) v Titrasi Rata-Rata (ml) Jumlah Terdisolusi Faktor Koreksi Total %Pelepasan AUC
0 0,550 4,155 0,033 4,188 0,831 0
5 0,675 5,100 0,074 5,174 1,020 4,623
10 0,900 6,800 0,128 6,928 1,260 5,950
15 0,975 7,375 0,187 7,562 1,475 7,088
30 1,050 7,935 0,250 8,185 1,578 22,965
45 1,100 8,315 0,317 8,632 1,663 24,375
60 1,175 8,880 0,388 9,268 1,776 25,793
Berdasarkan tabel di atas, nilai dari
%DE dapat diketahui yang mana
didapatkan data:

4
Tabel 4. %DE media
%DE
Buffer Asetat pH 3 Buffer asetat pH 4,5 Buffer asetat pH 6
0,92 1,38 1,5
viskositas, ukuran partikel, dan
Berdasarkan nilai %DE yang kecepatan pengadukan.
didapat, dapat diketahui bahwa kadar 3. Ketersediaan suatu obat sangat
paracetamol tertinggi ada pada media tergantung dari kemampuan zat
buffer asetat berturut-turut pada pH 6; 4,5 tersebut melarut ke dalam media
dan 3 pelarut sebelum diserap ke dalam
Ketiga media tersebut, memiliki tubuh.
pH yang berbeda-beda yaitu 3; 4,5 dan 6 . 4. %DE paracetamol pada buffer asetat
Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi pH 3; 4,5 an 6 berturut-turut memiliki
pH suatu larutan, maka semakin tinggi nilai 0,92%, 1,38% dan 1,5%
disolusi dari suatu obat di media tersebut 5. Semakin rendah pH suatu larutan maka
dan semakin rendah pH suatu larutan maka semakin redah disolusi suatu obat ke
semakin rendah disolusi suatu obat ke larutan tersebut. Semakin tinggi pH
larutan tersebut. suatu larutan, makan semakin tinggi
Ketersediaan suatu obat sangat disolusi dari suatu obat di media
tergantung dari kemampuan zat tersebut tersebut.
melarut ke dalam media pelarut sebelum 4.2 SARAN
diserap ke dalam tubuh. Faktor yang
Berdasarkan dari praktikum ada
memengaruhi disolusi di antaranya suhu,
beberapa hal yang harus diperhatikan:
pH, viskositas, ukuran partikel, dan
1. Mahasiswa harus mendalami lagi
kecepatan pengadukan.
pemahaman mengenai uji kecepatan
4. KESIMPULAN DAN SARAN
disolusi obat
4.1. KESIMPULAN
2. Fasilitas penunjang praktikum harus
1. Disolusi merupakan suatu proses
diperbaiki, supaya mempermudah
melarutnya bahan aktif obat dari
praktikan ketika melakukan percobaan.
bentuk sediaannya ke medium
pelarutnya.
2. Faktor yang memengaruhi DAFTAR PUSTAKA
disolusidi antaranya suhu, pH,

5
1.
Amir, Syarif.dr,dkk. 2007. Farmakologi
dan Terapi. Edisi kelima. Gaya Baru.
Jakarta

2. Ansel, C Howard. 1989. Pengantar


Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat.
Universitas Indonesia Press. Jakarta

3.
Anonymous.2002. United State
Pharmacopeia25. Volume 2. USP
Convention, Inc. Washington DC.

Anda mungkin juga menyukai