ABSTRAK
Parasetamol berfungsi sebagai obat analgetik, dapat juga berfungsi sebagai obat antipiretik. Obat ini
memiliki waktu paruh eliminasi yang pendek yaitu sekitar 4-6 jam sehingga harus sering diberikan
untuk mempertahankan kadar terapi dalam plasma. Bentuk sediaan lepas lambat dirancang untuk
melepaskan suatu dosis tarapetik awal obat yang diikuti oleh suatu pelepasan obat yang lebih lambat
dan konstan. Dalam penelitian ini telah dilakukan untuk membuat tablet sediaan lepas lambat
parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan buffer fosfat dalam air dapat
digunakan sebagai matrik sediaan lepas lambat parasetamol. Sediaan lepas lambat parasetamol dibuat
dengan metode cetak langsung menggunakan tiga formula konsentrasi yang berbeda yaitu 10%, 15%,
dan 20%. Pelepasan parasetamol ditentukan melalui uji disolusi dalam medium akuades pada suhu
37° C, dengan kecepatan 30 rpm. Sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang 265nm. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi buffer
fosfat dalam air maka kekerasan tablet semakin meningkat, kerapuhan semakin menurun, dan waktu
hancurnya semakin lama. Profil pelepasan parasetamol dari matrik etil selulosa mengikuti kinetika
orde nol, dengan mekanisme pelepasan difusi.
Kata Kunci : parasetamol, buffer fosfat dalam air, matrik, tablet lepas lambat.
2
oleh adanya kekuatan adhesi dengan spektrofotometer dan lakukan scanning
lapisan padatan. Lapisan ini juga dikenal panjang gelombang, lalu tentukan panjang
sebagai lapisan yang tidak teraduk atau gelombang maksimal dan persamaan garis
lapisan stagnasi. Tebal lapisan ini linier.
bervariasi dan sulit untuk ditentukan, 2.3.2 Uji Disolusi Sediaan Obat
namun umumnya 0,005 cm (50 mikron) Uji disolusi sediaan obat dilakukan
atau kurang1 penimbangan bobot sediaan (tablet
konvensional/tablet salut/kapsul) yang
2. Metodologi Penelitian
digunakan. Dimasukkan 500 ml media
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
disolusi kedalam gelas beaker, letakkan
Penelitian ini dilakukan pada
gelas beaker didalam waterbath dengan
tanggal 5 Oktober 2018 di Laboratorium
suhu 37º ± 1ºC lalu masukkan stirrer pada
Biofarmasetika Farmakokinetika Jurusan
posisi tengah beaker. Dimasukkan sediaan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
yang telah ditimbang ke dalam beaker lalu
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
nyalakan stirrer sembari menekan
stopwatch. Ambil sebanyak 5 mL cairan
2.2 Alat dan Bahan
sampel setiap menit ke-0, 5, 10, 15, 30.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam Kembalikan sebanyak 5 mL cairan media
penelitian ini yaitu alat uji disolusi (stirrer, disolusi ke dalam gelas beaker untuk
gelas beaker, tabung reaksi, pipet volume dengan spektrofotometer pada panjang
dan mikropipet, kuvet, dan stopwatch. gelombang maksimal yang telah diperoleh.
dalam penelitian ini yaitu tablet persamaan garis linier yang diperoleh dari
t (menit) v Titrasi Rata-Rata (ml) Jumlah Terdisolusi Faktor Koreksi Total %Pelepasan AUC
0 0,550 4,155 0,033 4,188 0,831 0
5 0,675 5,100 0,074 5,174 1,020 4,623
10 0,900 6,800 0,128 6,928 1,260 5,950
15 0,975 7,375 0,187 7,562 1,475 7,088
30 1,050 7,935 0,250 8,185 1,578 22,965
45 1,100 8,315 0,317 8,632 1,663 24,375
60 1,175 8,880 0,388 9,268 1,776 25,793
Berdasarkan tabel di atas, nilai dari
%DE dapat diketahui yang mana
didapatkan data:
4
Tabel 4. %DE media
%DE
Buffer Asetat pH 3 Buffer asetat pH 4,5 Buffer asetat pH 6
0,92 1,38 1,5
viskositas, ukuran partikel, dan
Berdasarkan nilai %DE yang kecepatan pengadukan.
didapat, dapat diketahui bahwa kadar 3. Ketersediaan suatu obat sangat
paracetamol tertinggi ada pada media tergantung dari kemampuan zat
buffer asetat berturut-turut pada pH 6; 4,5 tersebut melarut ke dalam media
dan 3 pelarut sebelum diserap ke dalam
Ketiga media tersebut, memiliki tubuh.
pH yang berbeda-beda yaitu 3; 4,5 dan 6 . 4. %DE paracetamol pada buffer asetat
Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi pH 3; 4,5 an 6 berturut-turut memiliki
pH suatu larutan, maka semakin tinggi nilai 0,92%, 1,38% dan 1,5%
disolusi dari suatu obat di media tersebut 5. Semakin rendah pH suatu larutan maka
dan semakin rendah pH suatu larutan maka semakin redah disolusi suatu obat ke
semakin rendah disolusi suatu obat ke larutan tersebut. Semakin tinggi pH
larutan tersebut. suatu larutan, makan semakin tinggi
Ketersediaan suatu obat sangat disolusi dari suatu obat di media
tergantung dari kemampuan zat tersebut tersebut.
melarut ke dalam media pelarut sebelum 4.2 SARAN
diserap ke dalam tubuh. Faktor yang
Berdasarkan dari praktikum ada
memengaruhi disolusi di antaranya suhu,
beberapa hal yang harus diperhatikan:
pH, viskositas, ukuran partikel, dan
1. Mahasiswa harus mendalami lagi
kecepatan pengadukan.
pemahaman mengenai uji kecepatan
4. KESIMPULAN DAN SARAN
disolusi obat
4.1. KESIMPULAN
2. Fasilitas penunjang praktikum harus
1. Disolusi merupakan suatu proses
diperbaiki, supaya mempermudah
melarutnya bahan aktif obat dari
praktikan ketika melakukan percobaan.
bentuk sediaannya ke medium
pelarutnya.
2. Faktor yang memengaruhi DAFTAR PUSTAKA
disolusidi antaranya suhu, pH,
5
1.
Amir, Syarif.dr,dkk. 2007. Farmakologi
dan Terapi. Edisi kelima. Gaya Baru.
Jakarta
3.
Anonymous.2002. United State
Pharmacopeia25. Volume 2. USP
Convention, Inc. Washington DC.