Tinea Kapitis Pada Bayi Anak PDF
Tinea Kapitis Pada Bayi Anak PDF
Sunarso Suyoso
Departemen / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo
PENDAHULUAN
Tinea Kapitis (Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans. 1,2)
adalah infeksi dermatofit pada kepala, alis mata dan bulu mata karena spesies
Microsporum dan Trichophyton.1
Penyakitnya bervariasi dari kolonisasi subklinis non inflamasi berskuama ringan
sampai penyakit yang beradang ditandai dengan produksi lesi kemerahan
berskuama dan alopesia (kebotakan) yang mungkin menjadi beradang berat dengan
pembentukan erupsi kerion ulseratif dalam. Ini sering menyebabkan pembentukan
keloid dan skar dengan alopesia permanen. Tipe timbulnya penyakit tergantung pada
interaksi pejamu dan jamur penyebab.1
EPIDEMIOLOGI
Insidens tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering dijumpai pada anak-anak
3-14 tahun3 jarang pada dewasa, 3,4 kasus pada dewasa karena infeksi T. tonsurans
dapat dijumpai misalkan pada pasien AIDS dewasa4. Transmisi meningkat dengan
berkurangnya higiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi
rendah. 3
Insidens tinea kapitis dibandingkan dermatomikosis di Medan 0,4% (1996 -1998),
RSCM Jakarta 0,61 - 0,87% (1989 - 1992), Manado 2,2 - 6% (1990 - 1991) dan
Semarang 0,2%.5
Di Surabaya kasus baru tinea kapitis antara tahun 2001 - 2006 insidennya
dibandingkan kasus baru dermatomikosis di Poli Dermatomikosis URJ Kulit dan
Kelamin RSU Dr. Soetomo antara 0,31% - 1,55%. Pasien tinea kapitis terbanyak
pada masa anak-anak < 14 tahun 93,33% anak laki-laki lebih banyak (54,5%)
dibanding anak perempuan (45,5%). Di Surabaya tersering tipe kerion (62,5%)
daripada tipe Gray Patch (37,5%). Tipe Black dot tidak diketemukan. Spesies
penyebab Microsporum gypseum (geofilik), Microsporum ferrugineum (antropofilik)
dan Trichophyton mentagrophytes (zoofilik yang dijumpai pada hewan kucing, anjing,
sapi, kambing, babi, kuda, binatang pengerat dan kera 3).
ETIOLOGI
1
2
PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIK
2. Bentuk inflamasi3
Biasanya terlihat pada jamur ektotrik zoofilik (M. canis) atau geofilik (M.
gypseum). Keradangannya mulai dari folikulitis pustula sampai kerion yaitu
pembengkakan yang dipenuhi dengan rambut-rambut yang patah-patah dan
lubang-lubang folikular yang mengandung pus3. Inflamasi seperti ini sering
menimbulkan alopesia yang sikatrik. Lesi keradangan biasanya gatal dan dapat
nyeri, limfadenopati servikal, panas badan dan lesi tambahan pada kulit halus.3
3
3
3. Tinea Kapitis black dot
Bentuk ini disebabkan karena jamur endotrik antropofilik, yaitu T. tonsurans atau
T. violaceum. Rontok rambut dapat ada atau tidak. Bila ada kerontokan rambut
maka rambut-rambut patah pada permukaan kepala hingga membentuk
gambaran kelompok black dot. Biasanya disertai skuama yang difus; tetapi
keradangannya bervariasi dari minimal sampai folikulitis pustula atau lesi seperti
furunkel sampai kerion. Daerah yang terkena biasanya banyak atau poligonal
dengan batas yang tidak bagus, tepi seperti jari-jari yang membuka. Rambut-
rambut normal biasanya masih ada dalam alopesianya.3
DIAGNOSIS BANDING
1.3. Psoriasis3,6
Psoriasis kepala khas seperti lesi psoriasis dikulit, plak eritematos berbatas
jelas dan berskuama lebih jelas dan keperakan diatasnya, 6 dan rambut-
rambut tidak patah1. Kepadatan rambut berkurang di plak psoriasis juga
meningkatnya menyeluruh dalam kerapuhan rambut dan kecepatan
rontoknya rambut telogen. 10% psoriasis terjadi pada anak kurang 10 tahun
dan 50% mengenai kepala6 , dan sering lesi psoriasis anak terjadi pada
kepala saja, maka kelainan kuku dapat membantu diagnosis psoriasis6.
2.3. Pseudopelade3,8
Dari kata Pelade yang artinya alopesia areata. Pseudopelade adalah
alopesia sikatrik progresif yang pelan-pelan, umumnya sebagai sindroma
klinis sebagai hasil akhir dari satu dari banyak proses patologis yang
berbeda (yang diketahui maupun yang tidak diketahui), walaupun klinis
spesifik jenis tidak beradang selalu dijumpai misalkan karena likhen planus,
lupus eritematus stadium lanjut. 8
1. Gejala Klinis
Dipertimbangkan diagnosis tinea kapitis bila7 :
Pada anak-anak dengan kepala berskuama, alopesia, limfadenopati servikal
posterior atau limfadenopati aurikuler posterior atau kerion. Juga termasuk pustul
atau abses, dissecting cellulitis atau black dot. 7
2. Pemeriksaan penunjang
2.3. Kultur
Memakai swab kapas steril yang dibasahi akua steril dan digosokkan diatas
kepala yang berskuama7 atau dengan sikat gigi steril dipakai untuk
menggosok rambut-rambut dan skuama dari daerah luar di kepala, atau
pangkal rambut yang dicabut langsung ke media kultur11. Spesimen yang
didapat dioleskan di media Mycosel atau Mycobiotic (Sabourraud dextrose
agar + khloramfenikol + sikloheksimid) atau Dermatophyte test medium
(DTM). Perlu 7 - 10 hari untuk mulai tumbuh jamurnya7. Dengan DTM ada
perubahan warna merah pada hari 2-3 oleh karena ada bahan fenol di
medianya, walau belum tumbuh jamurnya berarti jamur dematofit positif.
6
KOMPLIKASI
1. Infeksi sekunder
2. Alopesia sikatrik permanen
3. Kambuh
4. Reaksi Id
pada tinea kapitis biasanya reaksi Id-nya lebih mengenai badan. 1
PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN UMUM13, 14
1.1. Mencari binatang penyebab dan diobati di dokter hewan untuk mencegah
infeksi pada anak-anak lain.
1.2. Mencari kontak manusia atau keluarga, dan bila perlu dikultur
1.3. Anak-anak tidak menggunakan bersama sisir, sikat rambut atau topi,
handuk, sarung bantal dan lain yang dipakai dikepala.
1.4. Anak-anak kontak disekolah atau penitipan anak diperiksakan ke dokter/
rumah sakit bila anak-anak terdapat kerontokan rambut yang disertai
skuama. Dapat diperiksa dengan lampu Wood.
1.5. Pasien diberitahukan bila rambut tumbuh kembali secara pelan, sering perlu
3-6 bulan. Bila ada kerion dapat terjadi beberapa sikatrik dan alopesia
permanen.
1.6. Mencuci berulang kali untuk sisir rambut, sikat rambut, handuk, boneka dan
pakaian pasien, dan sarung bantal pasien dengan air panas dan sabun14
atau lebik baik dibuang12.
1.7. Begitu pengobatan dimulai dengan obat anti jamur oral dan shampo, pasien
dapat pergi ke sekolah13.
1.8. Tidak perlu pasien mencukur gundul rambutnya atau memakai penutup
kepala13.
2. TERAPI MEDIS
PROGNOSIS
Tinea kapitis tipe Gray patch sembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan
dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang
zoofilik (M. canis, T. mentagrophytes dan T. verrucosum) 1. Infeksi ektotrik sembuh
selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan
jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi1.
9
Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.
T. violacaum, T. tonsurans menyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk
menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat1, pasien seharusnya cepat
diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya1.
KESIMPULAN
Tinea kapitis adalah infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dengan bermacam-
macam gejala klinis. Keadaan penduduk yang padat menyimpan jamur penyebab
dan adanya karier asimtomatis yang tidak diketahui menyebabkan prevalensi
penyakit.14
Tablet griseofulvin adalah pengobatan yang efektif dan aman, sebagai obat lini
pertama (gold standard). Obat lini kedua yaitu Itrakonazol, terbinafin atau kalau
terpaksa dengan flukonazol diberikan untuk pasien yang tidak sembuh dengan
griseofuvin, atau dapat sebagai obat jamur lini pertama. Terapi ajuvan dengan
shampo anti jamur untuk membasmi serpihan (fomites) yang terinfeksi,
mengevaluasi serta penanganan kontak yang dekat dengan pasien.14
KEPUSTAKAAN
1. Rippon JW. Medical Mycology 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1988
2. Hay RJ, Morre M. Mycology. Dalam : Champion RH, Burton JZ, Burns DA,
Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology, 6th ed
Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1277-350.
3. Nelson MM; Martin AG, Heffernan MP. Superficial Fungal infection :
Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam : Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine 6th ed. New York Mc Graw Hill, 2003 : p 1989-2005.
4. Clayton YM, Moore MK. Superficial Fungal Infection. Dalam : Harper J; Oranje A,
Prose N. editors. Textbook of Pediatric Dermatology. 2nd ed. Massachusetts.
Blackwell Publishing, 2006 : p 542-56.
5. Nasution MA, Muis K, Rusmawardiana. Tinea Kapitis. Dalam : Budimulya U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor. Dermatomikosis
Superfisialis cetakan ke 2. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2004 : h.24-30.
6. Schroeder TL, Levy ML. Treatment of hair loss disorders in children. Dermatol
Ther 1997; 2 : 84-92.
7. Hebert AA. Diagnosis and treatment of tinea capitis in children. Dermatol Ther
1997; 2 : 78-83
8. Dawber RPR, de Becker D, Wojnarowska F, Disorder of Hair. Dalam : Champion
RH, Burton JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling
Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 2869-973
9. Rowell NR, Goodfield MJD. The Connective Tissue diseases. Dalam : Champion
RH, Burton JZ, Burns DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling
Textbook of Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 2437-575.
10. Black MM. Lichen planus and Lichenoid Disorders. Dalam : Champion RH, Burton
JZ, Burno DA, Breatnach SDM, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of
Dermatology, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 1998 : p 1899-1926.
11. Cohen BA. Pediatric Dermatology 3rd ed. Philadelphia; Elsevier Mosby, 2005.
10
rd
12. Richardson MD, Warnock DW. Fungal Infection. 3 ed Massachusetts : Blackwell
Publishing, 2003.
13. Weston WL, Lane AT, Morelli JG. Color Textbook of Pediatric Dermatology. 3rd
ed. St. louis : Mosby, 2002.
14. Mercurio MG, Elewski B. Tinea capitis treatment. Dermatol Ther 1997; 3 : 79-83.
15. Suyoso S. Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini. Dalam :
Simposium Penatalaksanaan Dermatomikosis Superfisialis masa kini, 11 Mei
2002; Surabaya; Indonesia.
16. Indranarum T, Suyoso S. Penatalaksanaan tinea kapitis. Berkala I. Penyakit Kulit
dan kelamin 2001; 13 : 30-5.
17. Paller AS, Mancini AJ, Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 3rd ed.
Philadelphia : Elsivier Saunders, 2006.
18. Lab. / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair / RSU Dr. Soetomo. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya : Airlangga University Press. 2007.
19. Janssen Research Council : Slide gambar dermatomikosis.
18
Gambar 1. Tinea Kaipitis tipe Gray patch
18
Gambar 2. Tinea Kapitis tipe Kerion Gambar 3. Tinea Kapitis tipe Black dot 19
11
6
Gambar 8. Trikhotilomania Gambar 9. Infeksi ektotrik 18
Sunarso Suyoso
Departemen / SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK. Unair / RSU Dr. Soetomo Surabaya
T. concentricum
batang rambut
pada tengah - akhir anagen
black dot
- lebih kronis karena tetap berlangsung
difase anagen ke fase telogen
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 8
MANIFESTASI KLINIK
1. Bentuk non inflamasi, manusia / epidemik / tipe Gray patch
- rambut abu-
abu-abu dan kusam
patah beberapa mm
- rambut tidak
patah
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 12
1.2. Dermatitis Atopik
- rambut rontok -
- sering kelainan
kulit negatif
- psoriasis dini
- stadium permulaan
tepi eritematus
normal
- skuama jarang
- rambut tepi
mudah dicabut
- panjang macam-macam
- obsesif kompulsif +
5/16/2012 Tinea Kapitis Pada Bayi Dan Anak 17
2.3. Pseudopelade
- pelade = alopesia areata
- sindroma klinik :
. likhen planus
. lupus eritematus
lanjut
M. gypseum (geofilik)
3. Kambuh
4. Reaksi Id pada badan
- 8 mg/Kg BB/minggu
8-16 minggu