DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
dr. Mazarendra Dhion Erlangga, Sp.M
1
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
2019
GLAUKOMA
1. Definisi
Glaukoma merupakan penyakit yang ditandai dengan ekskavasi glaukomatosa,
neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas dan utamanya
diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal. Penyakit ini dapat terjadi secara
primer (tanpa diketahui sebabnya) atau secara sekunder sebagai akibat penyakit lain
dalam bola mata.1
2. Penegakan diagnosis
Diagnosis Klinis Glaukoma akut ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis pasien glaukoma akut sering mirip seperti keluhan neurologis. Keluhan
patut diwaspadai bila nyeri kepala, mata merah disertai dengan visus menurun
mendadak.2
Mata merah
Tajam penglihatan turun mendadak
Rasa sakit atau nyeri pada mata yang dapat menjalar ke kepala
Mual dan muntah (pada tekanan bola mata yang sangat tinggi)
Penurunan Visus
Peningkatan Tekanan Intra Okular (>21 mmHg)
Konjungtiva bulbi: hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva.
Edema kornea.
Bilik mata depan dangkal.
Pupil mid-dilatasi, refleks pupil negatif.
2
3. Terapi
Segera rujuk ke dokter spesialis mata (Sp.M) setelah pertolongan pertama diberikan.1
3
PRIMARY CLOSED ANGLE GLAUCOMA
1. Definisi
Glaukoma primer sudut tertutup akut merupakan kedaruratan mata yang terjadi jika
tekanan intra okuler meningkat dengan cepat sebagai akibat sumbatan mendadak trabekular
meshwork oleh iris (iris bombe). Hal ini menyumbat aliran aquos humor dan tekanan
intraokular meningkat dengan cepat. Glaukoma tipe ini biasanya menimbulkan keluhan berupa
nyeri pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, dan adanya gambaran “rainbow-colored halo”
saat melihat sumber cahaya. Secara sistemik, keadaan ini akan menyebabkan mual dan
muntah.3 Dari temuan klinis, glaukoma primer sudut tertutup akut ditandai dengan IOP lebih
besar dari 21 mm Hg, injeksi konjungtiva, edema epitel kornea, dan COA dangkal.4
2. Etiologi
Predisposisi anatomi mata dengan bilik mata anterior yang dangkal menimbulkan
hambatan relatif terhadap aliran aquous humor melalui pupil. Blok pupil akan mengakibatkan
tekanan di ruang posterior meningkat. Tekanan mengakibatkan iris terdorong ke jalinan
trabekular dan menghambat aliran keluar aquous humor.l
Penyebab lain yang dapat mengakibatkan tertutupnya bilik mata anterior adalah karena
pelebaran pupil baik di lingkungan gelap atau di bawah tekanan emosional (cemas atau takut).
Selain itu, midriasis farmakologis iatrogenik dan obat psikotropika sistemik juga dapat memicu
serangan glaukoma.l
Bilik mata anterior akan berkurang kedalaman dan volumenya seiring dengan
bertambahnya usia. Hal tersebut akan menjadi faktor predisposisi terjadinya blok pupil. Pada
4
pasien dengan hiperopia, bilik anterior dan volume mata menjadi lebih kecil, walaupun
glaukoma primer sudut tertutup dapat terjadi pada semua jenis kelainan refraksi mata, tapi
hiperopia berhubungan dengan glaukoma jenis ini.4
3. Patofisiologi
Pupillary block
Non-pupillary block
Desakan sudut bilik mata depan akibat tebalnya iris semakin sering ditemukan
pada kasus glaukoma sudut tertutup. Pada saat pupil berdilatasi maka iris akan
berdekatan dengan sudut bilik mata depan, apabila bilik mata depan dangkal maka
5
dapat terjadi aposisis anyaman trabuculer oleh iris yang tebal sehingga menyebabkan
tertutupnya sudut bilik mata depan. 9
Gambaran Anterior segment optical coherence tomography pada mata dengan non-
pupillary block pada saat kondisi terang (atas) dan gelap (bawah).
Plateu iris
Pada plateu iris, iris terdorong ke anterior menutup sudut bilik mata depan
akibat rotasi anterior dari badan siliar. Penutupan sudut bilik mata depan dapat terjadi
secara spontan atau saat pupil berdilatasi. 9
Aqueos misdirection
Kondisi ini juga dikenal dengan glaukoma maligna atau ciliary block glaucoma.
Karakteristiknya antara lain bilik mata depan yang dangkal atau datar dan diikuti
peningkatan tekana intra okular. Sering terjadi post-operasi namun juga dapat terjadi
spontan. Cairan aquoes mengalir ke posterior karena terdapat obsturksi aliran yang
terjadi karena rotasi anterior siliaris. Akumulasi caira aquoes di segemen posterior
menyebabkan perubahan posisi anterior dari diafragma lensa-iris sehingga
menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan. Kelemahan zonule lensa sehingga
dapat terjadi perubahan posisi lensa ke anterior juga berperan dalam proses ini.
6
Gambaran anterior segment optical coherence tomography pada glaukoma maligna.
4. Diagnosis
a. Anamnesis
Berdasarkan manifestasi klinis dan onset terjadinya, glaukoma sudut tertutup dapat
dibagi menjadi glaukoma sudut tertutup akut, subakut, kronik, dan laten. Glaukoma sudut
tertutup akut ditandai dengan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, biasanya
unilateral, disertai nyeri, mata merah, penglihatan kabur, penglihatan halos, sakit kepala,
mual dan muntah. Gejala-gejala tersebut harus ditanyakan dengan rinci pada saat
anamnesis.9
Serangan glaukoma akut terjadi secara tiba-tiba dengan rasa sakit hebat di mata dan
kepala, perasaan mula dengan muntah, bradikardia akibat reflek okulokardiak, dan mata
menunjukkan tanda-tanda peradangan seperti mata bengkak, mata merah, tekanan bola
mata yang tinggi mengakibatkan pupil lebar, edema, serta lapangan pandang menciut.11
Gejala spesifik seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaukoma akut.
Kadang-kadang riwayat mata sakit disertai penglihatan menurun sudah dicurigai telah
terjadi serangan glaukoma akut, apabila tidak diobati dapat menjadi kronis. Tekanan bola
mata antara dua serangan dapat normal, biasanya serang dipicu oleh lebarnya pupil pada
saat berada di tempat yang gelap.11
Riwayat gangguan refraksi juga harus ditanyakan, gangguan refraksi hipermetropi
merupakan salah satu faktor predisposisi penyakit glaukoma sudut tertutup, sedangkan
miopi merupakan faktor predisposisi glaukoma sudut terbuka. Riwayat keluarga dan ras
juga harus ditanyakan, mengingat hal tersebut juga menjadi faktor predisposisi penyakit
ini.9
b. Pemeriksaan fisik
7
1. Pemeriksaan mata luar
8
≥ Kornea 4
¼-½ 3
¼ 2
<¼ 1
Tabel 1. Tabel Klasifikasi van Herick. 8
Tabel di atas menunjukkan klasifikasi kedalaman bilik mata depan menurut van
Herick. Berdasarkan tersebut sudut bilik depan mata dikatakan tertutup apabila
perbandingan tebal bilik mata depan dengan kornea kurang dari seperempat ketebalan
kornea (Grade 1). Klasifikasi ini sangat baik untuk mendeteksi glaukoma sudut
tertutup dan juga digunakan dalam berbagai studi epidemiologi. 10
4. Pemeriksaan Genioskopi
9
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Scheie, Schaffer, dan Spaeth.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Scheimpflug photography
10
untuk kepentingan diagnosis. Kekurangan pemeriksaan ini adalah waktu pemeriksaan
yang lama dan biaya pengoperasian yang tinggi. 10
4. Provocative tests
Dahulu provactive test dilakukan untuk memicu menutupnya sudut bilik mata
depan untuk mengidentifikasi tatalaksana yang tepat. Tes yang dilakukan meliputi tes
kamar gelap dan menggunakan obat pendilatasi pupil. Sekarang tes tidak lagi
dilakukan karena rentan dengan hasil false-positive dan false-negative.9
11
5. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari glaukoma sudut tertutup akut antara lain irititis akut dan
konjungtivitis akut. Irititis akut lebih sering menimbulkan fotofobia dibandingkan glaukoma
akut. Tekanan intra okular biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi atau bentuknya
ireguler, dan kornea tidak edema. Di bilik mata depan tampak flare dan terdapat injeksi siliar
dalam. Pada konjungtivitis akut biasanya terjadi bilateral, nyeri ringan atau tidak ada, dan
tidak ada gangguan penglihatan, terdapat sekret, respon pupil normal, kornea jernih.
Perbedaan glaukoma akut, irititis akut, dan konjungtivitis akut dapat dilihat pada tabel
berikut:4
Glaukoma Akut Irititis Akut Konjungtivitis Akut
Insidensi Jarang Sering Sangat sering
Sekret Tidak ada Tidak ada Sedang-banyak
Tajam penglihatan Sangat kabur Sedikit kabur Tidak ada efek
penglihatan
Nyeri Berat Sedang Tidak ada
6. Penatalaksanaan
Medikamentosa
12
tersedia. Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan
napas menahun-terutama asma-dan defek hantaran jantung. Untuk betaksolol,
selektivitas relatif reseptor β1-dan afinitas keseluruhan terhadap semua reseptor β yang
rendah-menurunkan walaupun tidak menghilangkan risiko efek samping sistemik ini.
Depresi, kacau pikir dan rasa lelah dapat timbul pada pemakaian obat penghambat beta
topikal.4
13
dalam pengobatan glaukoma sudut tetutup akut dan glaukoma maligna yang
menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh perubahan volume
korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut
tertutup sekunder).1
Non medikamentosa
Terapi operatif biasanya dilakukan apabila pengobatan dengan medikamentosa
tidak mampu, tidak toleransi, tidak efektif, atau tidak seluruhnya bisa digunakan oleh
pasien serta pada glaukoma tidak terkontrol disertai kerusakan yang progresif atau resiko
tinggi kerusakan.7 Keputusan dilakukannya operasi, meliputi; 1)Target penurunan tekanan
intraokular tidak tercapai, 2) Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan
yang progresif meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah
dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya, 3) Adanya variasi tekanan
diurnal yang signifikan pada pasien dengan kerusakan diskus yang berat.4
1) Pembedahan
Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aqueos di
dalam sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik
filtrasi. Pembedahan dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan
medikamentosa tidak berhasil. Walaupun telah dilakukan tindakan
pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali normal, terapi
medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi
lebih sedikit.
a) Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian
kecil trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari
konjungtiva sehingga terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluar cairan aquos sehingga dapat menurunkan
14
tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada
tahun pertama, sekitar 70-90%. Sayangnya di kemudian hari lubang
drainase tersebut dapat menutup kembali sebagai akibat sistem
penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan intraokuler akan meningkat.
Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti mitomycin-C and 5-
fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja
dilakukan beberapa kali pada mata yang sama.10
b) Iridektomi perifer
Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer dengan
insisi di daerah limbus. Pada tempat insisi ini, iris dipegang dengan pinset
dan ditarik keluar. Iris yang keluar digunting sehingga akan didapatkan
celah untuk mengalirnya cairan aquos secara langsung tanpa harus melalui
pupil dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Teknik ini biasanya
dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan aman, namun
waktu pulihnya lama.2
c) Sklerotomi dari Scheie
Pada Operasi Scheie diharapkan terjadi pengaliran cairan aquos di bilik
mata depan langsung ke bawah konjungtiva. Pada operasi ini dilakukan
pembuatan flep konjungtiva di limbus atas (arah jam 12) dan dibuat insisi
korneoskleral ke dalam bilik mata depan. Untuk mempertahankan insisi ini
tetap terbuka, dilakukan kauterisasi di tepi luka insisi. Kemudian flep
konjungtiva ini ditutup. Dengan operasi ini diharapkan terjadinya filtrasi
cairan aquos melalui luka korneoskleral ke subkonjungtiva.
d) Drainage Implant Surgery
Operasi ini biasanya dilakukan setelah beberapa kali usaha
trabeculotomy gagal. Pada operasi ini, optalmologis menempatkan selang
pada anterior chamber untuk mengalirkan aqueus humour.
2) Laser
Pada teknik laser, operator akan mengarahkan sebuah lensa pada mata
kemudian sinar laser diarahkan ke lensa itu yang akan memantulkan sinar ke
mata. Risiko yang dapat terjadi pada teknik ini yaitu tekanan intraokuler yang
15
meningkat sesaat setelah operasi. Namun hal tersebut hanya berlangsung untuk
sementara waktu. Beberapa tindakan operasi yang lazim dilakukan antara lain:
a) Laser Iridektomi
Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan
efektif untuk glaukoma sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat celah
kecil di iris perifer dan mengangkat sebagian iris yang menyebabkan
sempitnya sudut bilik mata depan. Beberapa keadaan yang tidak
memungkinkan dilakukannya laser iridektomy, diantaranya kekeruhan
kornea, sudut bilik mata depan yang sangat sempit dengan jaringan iris yang
sangat dekat dengan endotel kornea, penderita yang pernah menjalani
operasi ini sebelumnya namun gagal dan pada penderita yang tidak bisa
diajak bekerja sama.4
Pada umumnya komplikasi yang terjadi pada laser iridektomi meliputi
kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio retina, pendarahan,
gangguan visus dan tekanan intra okular meningkat. Kerusakan lensa
dihindari dengan cara menghentikan prosedur dan segera penetrasi iris
untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer.
b) Laser Periferal Iridektomi (LPI)
Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat lubang
kecil di iris perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut bilik mata
depan akan terbuka.
16
c) Laser Trabekuloplasti
Dilakukan pada glaukoma sudut terbuka. Sinar laser (biasanya argon)
ditembakkan ke anyaman trabekula sehingga sebagian anyaman mengkerut.
Kerutan ini dapat mempermudah aliran keluar cairan aquos. Pada beberapa
kasus, terapi medikamentosa tetap diperlukan. Tingkat keberhasilan dengan
Argon laser trabeculoplasty mencapai 75%. Karena adanya proses
penyembuhan luka maka kerutan ini hanya akan bertahan selama 2 tahun.10
Daftar Pustaka
1. Ilyas, Sidarta. dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Saguna Seto. Jakarta. 2002.
2. Liesegang, T. J., Skuta, G. L., Cantor, L. B. Glaucoma. American Academy of
Ophtalmology. New York. 2005.
3. American Academy of Opthalmology, 2011-2012. Glaucoma. San Fransisco.
4. Freedman J. Acute angle-closure glaucoma. Diunduh pada 5 Mei 2019. Tersedia dari:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/798811-overview#a4
17
18