Anda di halaman 1dari 3

A.

Glositis dan Inflammatory Bowel Disease


1. Definisi Inflammatory Bowel Disease
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan
saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui. IBD terdiri
dari 3 jenis, yaitu Kolitis Ulseratif (KU, Ulcerative Colitis), Penyakit Crohn (PC,
Crohn’s Disease), dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan
dalam kategori Interminate Colitis. Pembagian ini secara praktis diperlukan untuk
membedakannya dengan penyakit inflamasi usus lainnya yang telah diketahui
penyebabnya seperti infeksi, iskemia dan radiasi (Dharmika Djojoningrat, 2006).
Crohn disease (CD) atau penyakit Crohn menyebabkan peradangan pada
dinding usus dan melibatkan saluran pencernaan dari mulut ke anus. Namun, penyakit
Crohn ini paling sering memengaruhi ileum. Ulcerative collitis (UC) atau kolitis
ulseratif hanya menyebabkan peradangan pada lapisan dalam usus besar dan rektum.
Namun, UC juga dapat meluas sampai ke sigmoid (proktosigmoiditis), di luar sigmoid
(kolitis ulseraif distal), atau seluruh bagian kolon (pankolitis) (Chandan et al, 2017).
2. Patogenesis Inflammatory Bowel Disease
IBD terjadi ketika respons imun menurun dan berkurangnya toleransi pada flora
normal usus yang berakibat terjadinya inflamasi kronik pada usus. Kondisi ini
didukung dengan adanya temuan antibodi terhadap antigen mikrobial dan
diidentifikasinya gen CARD15 sebagai gen penyebab kerentanan terjadinya IBD.
Secara umum, diperkirakan bahwa proses patogenesis IBD diawali adanya infeksi,
toksin, produk bakteri atau diet intralumen kolon pada individu rentan dan dipengaruhi
oleh faktor genetis, defek imun, lingkungan sehingga terjadi kaskade proses inflamasi
pada dinding usus (Feuerstein et al, 2017).
Banyak mediator inflamasi telah dikenali dalam patogenesis IBD. Sitokin yang
dilepaskan oleh makrofag sebagai respons terhadap berbagai stimulus antigenik akan
berikatan dengan beragam reseptor dan menghasilkan efek autokrin, parakrin, dan
endokrin. Sitokin mengubah limfosit menjadi sel T dimana sel T helper-1 (Th-1)
berperan dalam patogenesis CD dan sel T-helper 2 (Th-2) berperan dalam UC.
Respons imun ini akhirnya akan merusak mukosa saluran cerna dan memicu
terjadinya kaskade proses inflamasi kronik (Feuerstein et al, 2017).
3. Manifestasi Oral Inflammatory Bowel Disease
Pada CD dan UC proses inflamasi bukanlah dari infeksi melainkan disfungsi dari
sistem imun. Proses inflamasi ini melibatkan dinding usus yang dapat mengganggu
proses penyerapan dan nantinya akan terjadi malnutrisi. Malnutrisi yang terjadi pada
pasien dengan IBD ini dapat menyebabkan berbagai macam manifestasi oral, salah
satunya yaitu glossitis. Berdasarkan studi kasus oleh Lankarani dan Sivandzadeh
(2013) individu yang mengalami defisiensi vitamin B12 menunjukkan suatu proses
inflamasi yang ditandai oleh plak merah cerah yang kemudian menjadi atrofi papila
yang ditunjukkan pada gambar 1.
Pada pasien IBD ditemukan pula manifestasi klinis berupa anemia yang
penyebab utamanya adalah defisiensi besi, namun juga dapat disebabkan oleh
inflamasi kronis atau karena defisiensi vitamin B12. Pasien dengan penyakit Crohn
sering mengalami anemia karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Manifestasi
oral lainnya yang dapat ditemukan pada pasien IBD yaitu terdapat ulserasi oral,
pembengkakan pada bagian labial, bukal, inflamasi mukosa, gingivitis, dan fissured
tongue (Zervou et al, 2014).

Gambar 3.14 Fissured tongue dan glositis atrofi pada pasien laki-laki dengan CD
(Zervou et al, 2014)
Gambar 3.15 Glositis atrofi dan plak eritem karena difisiensi vitamin B12 pada pasien IBD
(Stooper dan Kuperstein, 2013).

4. Tatalaksana IBD dan Glossitis pada IBD


Secara umum, prinsip terapi IBD adalah (1) mengobati peradangan aktif IBD
dengan cepat hingga tercapai remisi; (2) mencegah peradangan berulang dengan
mempertahankan remisi selama mungkin; dan (3) mengobati serta mencegah
komplikasi. Pemberian antibiotik misalnya metronidazole dosis terbagi 1500 – 3000
mg per hari dikatakan cukup bermanfaat menurunkan derajat aktivitas penyakit,
terutama CD. Sedangkan untuk UC, jarang diberi terapi antibiotik (Reyt et al,2014).
Rekomendasi diet pada pasien IBD, harus mencakup suplai kalori yang
memadai serta terdapat kandungan zat besi, kalsium, vitamin D, B12, dan A, serta
asam folat dan seng. Pola manajemen nutrisi yang berperan memperpanjang fase
remisi antara lain diet dengan menggunakan monosakarida, diet rendah laktosa, serta
diet yang mengandung nutrien anti inflamasi. Konsultasi dengan dokter gigi juga
diperlukan apabila terdapat manifestasi oral, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
oral dan terapi komprehensif (Reyt et al, 2014).

Anda mungkin juga menyukai