TUMOR FILOIDES
Oleh :
Pembimbing :
dr. Sulistyani K, M. Sc, Sp. Rad
A. ANATOMI MAMMAE
Mammae adalah sebuah organ yang berisi kelenjar untuk reproduksi
sekunder serta berasal dari lapisan ektodermal. Kelenjar ini dinamakan
sebagai kelenjar mammae dan merupakan modifikasi dari kelenjar keringat.
Mammae terletak di bagian superior dari dinding dada. Pada wanita,
mammae adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada
pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses
laktasi seperti pada wanita (Jong, 2004).
Proses perkembangan mammae dimulai pada janin berumur 6 minggu
dimana terjadi penebalan lapisan epidermis pada bagian ventral, superfisial
dari fasia pektoralis serta otot-otot pektoralis mayor dan minor. Penebalan
yang terjadi pada venteromedial dari regio aksila sampai ke regio inguinal
menjadi ‘milk lines’ dan selanjutnya pada bagian superior berkembang
menjadi puting susu dan bagian lain menjadi atrofi (Kissane, 1990).
Mammae lazimnya terletak di antara tulang sternum bagian lateral dan
lipatan ketiak, serta terbentang dari iga ke 2 sampai iga ke 6 atau 7. Pada
bagian puncak dari mammae terdapat struktur berpigmen dengan diameter 2-
6 cm yang dinamakan areola. Warna areola itu sendiri bervariasi mulai dari
merah muda sampai coklat tua. Warna areoala ini bergantung pada umur,
jumlah paritas, dan pigmentasi kulit (Kissane, 1990).
Mammae adalah organ yang kaya akan suplai pembuluh darah yang
berasal dari arteri dan vena. Cabang dari arteri torakalis interna menembus
ruang antara iga 2, 3, dan 4 untuk memperdarahi setengah dari bagian medial
mammae. Arteri ini menembus sampai otot-otot interkostalis dan membran
interkostalis anterior untuk mensuplai otot-otot pektoralis mayor dan
pektoralis minor di kedua mammae. Cabang-cabang kecil dari arteri
interkostalis anterior juga mensuplai darah untuk mammae di bagian medial.
Di daerah lateral, mammae disuplai oleh cabang dari arteri aksilaris dan arteri
torakalis lateral. Cabang dari arteri aksilaris adalah arteri arteri
torakoakromial, kemudian bercabang lagi menjadi arteri pektoralis.
Sementara cabang dari arteri torakalis lateral adalah arteri mamari eksternal
yang menyusuri otot pektoralis mayor untuk memperdarahi setengah
mammae bagian lateral (Kissane, 1990).
Aliran darah balik pembuluh vena dari mammae mengikuti aliran
arteri secara berlawanan. Darah kembali menuju vena cava melalui vena
aksilaris dan vena torakalis interna. Selain itu, darah juga kembali ke vena
cava melalui pleksus vertebralis. Aliran balik vena pada kuadran atas lebih
besar daripada aliran balik vena dari kuadran bawah (Kissane, 1990).
Persarafan kulit mammae ditanggung oleh cabang pleksus servikalis
dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus oleh saraf
simpatik. Aliran limfe dari mammae sekitar 75% menuju ke aksila, sisanya ke
kelenjar parasternal dan interpektoralis (Kissane, 1990).
(http://en.wikipedia.org)
Gambar 1. Anatomi Mammae
B. FISIOLOGI MAMMAE
Perkembangan mammae dan fungsinya dipengaruhi oleh bermacam
stimulus, diantaranya stimulus dari estrogen, progesterone, prolaktin,
oksitosin, hormone tiroid, kortisol dan growth hormone. Terutama estrogen,
progesterone, dan prolaktin telah dibuktikan memiliki efek yang esensial
dalam perkembangan dan fungsi mammae normal. Estrogen mempengaruhi
perkembangan duktus, sedangkan progesterone berperan dalam perubahan
perkembangan epitel dan lobular. Prolaktin adalah hormone primer yang
menstimulus laktogenesis pada akhir kehamilan dan periode post partum.
Prolaktin meningkatkan regulasi reseptor hormon dan menstimulasi
perkembangan epitel (Kissane, 1990).
Sekresi dari hormon neurotropik dari hipotalamus, berperan dalam
regulasi sekresi dari hormone yang berefek terhadap jaringan mammae.
Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH) berperan
dalam pelepasan estrogen dan progesterone dari ovarium. Pelepasan LH dan
FSH dari sel basofil pada bagian hipofise anterior dipengaruhi oleh sekresi
dari Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus. Efek
umpan balik baik positif maupun negative dari sirkulasi estrogen dan
progesterone ini berperan terhadap sekresi LH, FSH, dan GnRH (Kissane,
1990).
(http://en.wikipedia.org)
Gambar 2. Pemeriksaan Mammae
(http://imaging.consult.com)
Gambar 3. Gambaran mamografi tumor filoides
(http://www.ultrasound-images.com/breast)
Gambar 4. Gambaran USG. Gambaran USG mammae normal (atas); Gambaran
USG tumor filoides (kiri) dengan color Doppler (kanan)
(www.medscape.com)
Gambar 5. Gambaran MRI tumor filoides
c. Biopsi
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) untuk pemeriksaan sitologi
biasanya tidak memadai untuk diagnosis tumor filoides. Biopsi
jarum lebih dapat dipercaya, namun masih bisa terdapat kesalahan
pengambilan sampel dan kesulitan dalam membedakan lesi dari
sebuah fibroadenoma.
Biopsi mammae eksisi terbuka untuk lesi lebih kecil atau biopsi
insisional untuk lesi lebih besar adalah metode pasti untuk
mendiagnosis tumor filoides. Sel-sel dari biopsi jarum dapat diuji di
laboratorium tapi jarang memberikan diagnosis yang jelas, karena
sel-sel dapat menyerupai karsinoma dan fibroadenoma. Pada Biopsi
bedah akan menghasilkan potongan jaringan yang akan memberikan
sampel sel lebih baik dan akan menghasilkan diagnosa yang tepat
untuk sebuah tumor filoides (Jong, 2004)
d. Temuan histopatologi
Semua tumor filoides mengandung komponen stroma yang dapat
bervariasi dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya.
Umumnya, tumor filoides jinak memperlihatkan peningkatan
jumlah mencolok pada fibroblas fusiformis reguler dalam stroma.
Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid
yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan
selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu
diamati pada bentuk maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-
struktural, pada tumor filoides bentuk jinak dan ganas, nukleolus
dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar dan
sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma (Kissane, 1990).
(http://radiographics.rsna.org)
(http://radiographics.rsna.org)
Gambar 7. Gambaran Makroskopis
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Fibroadenoma mammae
2. Karsinoma mammae
(http://www.ultrasound-images.com/breast)
Gambar 8. Gambaran USG fibroadenoma kiri) dan dengan color Doppler (kanan)
(http://www.ultrasound-images.com/breast)
I. PENATALAKSANAAN
Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20,
semuanya harus diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu
bersifat jinak.
Sitologi aspirasi dapat memberi kesan diagnosis tumor filoides namun
histologi yang lebih tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan sebelum
merencanakan pengobatan (Schwartz, 2000).
Berbeda pada pasien yang lebih tua. Haagensen merekomendasikan
eksisi lokal luas sebagai pendekatan primer pada penanganan tumor filoides
jinak. Data yang dimiliki yaitu angka rekurensi lokal sebesar 28% diantara 43
pasien yang ditangani dengan eksisi lokal, dengan follow-up minimal 10
tahun. Namun hanya 3 dari rekurensi tersebut yang membutuhkan
mastektomi sekunder, dan tak satupun yang meninggal akibat tumor ini.
Hanya 1 dari 21 pasien yang diterapi dengan mastektomi (simpel atau radikal)
mengalami rekurensi lokal; ini adalah sarkoma filoides (maligna) yang
dengan cepat menimbulkan metastasis lokal dan sistemik. Angka rekurensi
lebih tinggi untuk tumor filoides jinak dibandingkan ganas telah dilaporkan
dalam sejumlah studi (Schwartz, 2000).
Jelas bahwa eksisi yang tidak tuntas merupakan penentu utama
rekurensi pada lesi jinak dan menengah. Ada dua alasan utama yang
mungkin, yaitu: kegagalan untuk mendiagnosis kemungkinan tumor filoides
dan kegagalan untuk menentukan teknik operasi. (Schwartz, 2000).
Eksisi makroskopik komplit, dengan usulan batas 1 cm, dapat
dipastikan adalah teknik yang tepat. Untuk lesi besar dan lesi rekuren,
pembersihan yang baik pasti melibatkan mastektomi mendekati-total dan
mastektomi sederhana dengan rekonstruksi. Terdapat beberapa bukti
meningkatnya insiden karsinoma mammae yang berhubungan dengan pasien
dengan tumor filoides dan hal ini merupakan alasan untuk follow-up jangka
panjang yang teliti terhadap pasien-pasien yang demikian (Schwartz, 2000).
J. KOMPLIKASI
Seperti kebanyakan operasi mammae, komplikasi paska operasi dari
penatalaksanaan bedah tumor filoides termasuk berikut ini:
Infeksi
Pembentukan seroma
Rekurensi lokal dan/atau jauh (Ramli, 1995).
K. PROGNOSIS
1. Meskipun tumor filoides dianggap sebagai tumor jinak secara klinis,
kemungkinan untuk rekurensi lokal setelah eksisi selalu ada, khususnya
dengan lesi yang memperlihatkan histologi maligna. Tumor setelah
pengobatan awal dengan eksisi lokal luas, yang rekuren secara lokal
idealnya diterapi dengan mastektomi total.
2. Penyakit metastase khususnya diamati pada paru, mediastinum dan
tulang. (Jong, 2004)
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Tumor filoides merupakan sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang
timbul dari stroma intralobular mammae. Ditandai dengan pembesaran yang
cepat massa mobile, dengan konsistensi keras serta asimetris. Secara
histologis tampak seperti celah stroma seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel
epitel. Tumor ini dibagi menjadi jinak, borderline, dan ganas namun umumnya
bersifat jinak. Etiologi tumor filoides tidak diketahui. Hal yang harus menjadi
perhatian adalah tumor filoides meskipun merupakan tumor jinak, namun
dapat pertumbuhannya sangat cepat dan dapat berubah menjadi ganas.
Diagnosis pasti dari tumor filoides dilakukan dengan pemeriksaan
histopatologi. Pemeriksaan radiologi seperti mammografi, USG, dan MRI
dapat menunjang diagnosis tumor filoides dan membedakannya dengan tumor
lain sehingga tindakan definitif dapat segera dilakukan. Penatalaksanaan
tumor filoides yang dapat dilakukan adalah dengan eksisi lokal ataupun
dengan mastektomi (radikal/parsial) untuk kasus yang rekuren.
B. SARAN
Benjolan pada payudara merupakan kasus yang mungkin akan
dijumpai di praktik dokter. Kemampuan anamnesis yang baik dan
pemeriksaan fisik yang teliti harus dimiliki oleh seorang dokter. Selain itu
pemilihan pemeriksaan penunjang radiologi yang baik juga harus dimiliki,
karena diagnosis yang tepat sangat menentukan prognosis penyakit pada
umunya dan tumor payudara khususnya..
DAFTAR PUSTAKA